KONSEP MENINGITIS
1. DEFINISI Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai satu atau semua lapisan selaput yang menghubungkan jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa, disebabkan oleh bakteri spesifik/non spesifik atau virus; cenderung bersifat jinak dan swasirna. Meningitis dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke dalam cairan otak (Price, 2002).
2. EPIDEMIOLOGI Miningitis bakteri dapat disebabkan oleh setiap agen bakteri yang bervariasi. Haemophilus Influenza (Tipe β), Streptococcus pneumoniae, dan Naisseria Miningitis
(meningokokus) bertanggung jawab terhadap meningitis
pada 95 % anak-anak yang lebih tua dari usia 2 bulan. Haemophilus influenzae merupakan organisme yang dominan pada usia anak-anak 3 bulan sampai dengan 3 tahun, tetapi jarang pada bayi dibawah 3 bulan, yang terlindungi oleh substansi bakteri yang didapat secara pasif dan pada anak-anak diatas 5 tahun yang mulai mendapat perlindungan ini.Sedangkan penyebab utama meningitis neonatus adalah organisme Streptococcus β hemolyticus dan Escherichia coli. Infeksi Escherichia coli jarang terjadi pada anak-anak usia setelah bayi (lebih dari 1 tahun). Laki-laki lebih sering terkena dibandingkan dengan perempuan terutama pada periode neonatal. Angka kesakitan tertinggi seteleh timbulnya meningitis mengenai anak-anak pada usia antara kelahiran sampai dengan empat tahun (dibawah lima tahun). Faktor maternal seperti ketuban pecah dini dan infeksi ibu hamil selama trimester akhir merupakan penyebab utama meningitis neonatal.
3. KLASIFIKASI a. Meningitis Bakterial (Meningitis sepsis) Sering terjadi pada musim dingin, saat terjadi infeksi saluran pernafasan. Jenis organisme yang sering menyebabkan meningitis bacterial adalah pneumococcus, meningococcus, stafilococcus, streptococcus, salmonela, dan neisseria meningitis.Meningococal meningitis adalah tipe dari meningitis bacterial yang sering terjadipada daerah penduduk yang padat, seperti: asrama, penjara.
b. Menigitis Virus (meningitis aseptic) Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal (misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem saraf pusat melalui sistem vaskuler. Terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus seperti: hemofilius influenza, campak, mumps, herpes simplek dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu metabolisme sel sehingga sel cepat mengalami nekrosis. Jenis lainnya juga mengganggu produksi enzim atau neurotransmitter yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan gangguan neurologic.
c. Menigitis jamur Meningitis Cryptococcal adalah infeksi jamur yang mempengaruhi sistem saraf pusat pada klien dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari system kekebalan tubuh yang akan berefek pada respon inflamasi. Respon inflamasi yang ditimbulkan pada klien dengan menurunnya sistem imun antara lain: bisa demam/tidak, sakit kepala, mual, muntah dan menurunnya status mental.
d. Menigitis parasit Meningitis Parasit atau Primary amebic meningoencephalitis (PAM) disebabkan oleh suatu jenis parasit berupa amoeba mikroskopis (organisme
hidup bersel tunggal) yaitu Naegleria fowleri. Jenis parasityang lain adalah Angiostrongylus cantonensis, yang dapatmengkontaminasi makanan, air dan tanah. Proses terjadinyameningitis parasit melalui hidung dan masuk ke dalam tubuh. Infeksipenyakit jenis ini bisa fatal. Walaupun begitu jenis parasit ini sangatjarang ada di daerah-daerah yang berkembang atau maju.
e. Menigitis non-infeksi Jenis penyakit meningitis non-infeksi ini artinya meningitis terjadibukan karena infeksi dari bakteri, virus, jamur atau parasit, melainkaninfeksi terjadi karena disebabkan oleh adanya penyakit yang diidapseseorang atau pengaruh lainnya. Penyakit yang bisa menimbulkanmeningitis non-infeksi misalnya kanker dan lupus eritematosussistemik. Penyebab meningitis non-infeksi karena pengaruh lainnyamisalnya mengkonsumsi obat-obatan tertentu, cedera kepala, danoperasi otak. Penyakit ini tidak menular dari orang ke orang (Kusuma, 2012). Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu : ∆ Meningitis serosa Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia. ∆ Meningitis purulenta Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalis.
Penyebabnya
antara
lain
:
Diplococcus
pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa (Smeltzer & Bare, 2001). 4. FAKTOR RISIKO a. Faktor predisposisi: laki-laki lebih sering dibanding dengan wanita b. Faktor maternal: rupture membran fetal, infeksi metrnal pada minggu terakhir kehamilan
c. Faktor imunologi: usia muda, defisiansi mekanisme imun, defek lien karena penyakit sel sabit atau asplenia (rentan terhadap S. Pneumoniae dan Hib), anakanak yang mendapat obat-obat imunosupresi d. Anak dengan kelainan system saraf pusat, pembedahan atau injuri yang berhubungan dengan system persarafan e. Faktor yang berkaitan dengan status sosial-ekonomi rendah: lingkungan padat, kemiskinan, kontak erat dengan individu tang terkena (penularan melalui sekresi pernapasan) f.
Infeksi sistemik Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis, pneumonia, TBC, perikarditis, dll.
g. Trauma kepala Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii yang memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui othorrhea dan rhinorhea h. Kelainan anatomis Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga tengah, operasi cranium i.
Kehamilan. Jika sedang hamil maka akan mengalami peningkatan listeriosis –infeksi yang disebabkan oleh bakteri listeria, yang juga menyebabkan meningitis. Jika memiliki listeriosis, janin dalam kandungan juga memiliki risiko yang sama.
j.
Bekerja dengan hewan ternak dimana dapat meningkatkan risiko listeria, yang juga dapat menyebabkan meningitis.
Faktor pencetus terjadinya meningitis bacterial diantaranya adalah (Suriadi, 2006): ¤
Otitis media
¤
Pneumonia
¤
Sinusitis
¤
Sickle cell anemia
¤
Fraktur cranial, trauma otak
¤
Operasi spinal
5. ETIOLOGI a. Bakteri Merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa bakteri yangsecara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah : @ Haemophillus influenzae @ Nesseria meningitides (meningococcal) @ Diplococcus pneumoniae (pneumococcal) @ Streptococcus, grup A @ Staphylococcus aureus @ Escherichia coli @ Klebsiella @ Proteus @ Pseudomonas Etiologi meningitis karena bakteri dapat dibagi menurut umur pasien yang terkena, adalah sebagai berikut : -
Neonatus
sampai
2bulan:
GBS,
basili
gram
negative,
missal,
Escherichia coli, Liateria monocytogenes, S. agalactiae (streptokokus gram B) -
1 bulan sampai 6 tahun: Neisseria meningitidis (meningokokus), Streptococcus pneumoniae, Hib
-
> 6 tahun : Neisseria meningitides, Streptococcus pneumoniae, parotitis (pre-MMR)
-
Mycobacterium tuberculosis: dapat menyebabkan meningitis TB pada semua umur. Paling sering pada anak umur 6 bulan sampai 6 tahun
b. Virus Merupakan penyebab sering lainnya selain bakteri. Infeksi karena virus ini biasanya bersifat “self-limitting”, dimana akan mengalami penyembuhan sendiri dan penyembuhan bersifat sempurna. Beberapa virus secara umum yang menyebabkan meningitis adalah: @ Coxsacqy @ Virus herpes @ Arbo virus @ Campak dan varicela @ Enterovirus (80%), CMV, arbovirus, dan HSV c. Jamur Kriptokokal meningitis adalah serius dan fatal. Bentuk penyakit pada pasien HIV/AIDS dan hitungan CD< 200.Candida dan aspergilus adalah contoh lain jamur meningitis. d. Protozoa e. Lainnya ∆ Penyakit : Kanker, SLE ∆ Konsumsi obat tertentu ∆ Cidera kepala ∆ Operasi
6. PATOFISIOLOSI
Sistem reticular activating (RAS), atau sistem modulasi kontrol extrathalamic, adalah satu sistem terhubung pada otak vertebrata yang bertanggung jawab untuk mengatur gairah dantidur-banguntransisi. Seperti namanya, komponen yang paling berpengaruh adalah formasi reticul. Terjadinya peningkatan TIK dikaitkan dengan postulat Kellie-Monroe yang menyatakan bahwa “volume di intracranial akan tetap yang diseimbangkan oleh komponen otak yang terdiri dari massa otak, CSF dan darah, tetapi bila kompensasi penyeimbangan volume otak ini terganggu maka yang terjadi adalah meningkatnya TIK”. Volume intracranial = Volume aliran darah + Volume CSF ( 3 – 10 % ) ( 8 – 12 % ) 7. MANIFESTASI KLINIS Tanda dan gejala meningitis secara umum: a. Aktivitas / istirahat : Malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan, gerakaninvolunter, kelemahan, hipotonia b. Sirkulasi : Riwayat endokarditis, abses otak, TD ↑, nadi ↓, tekanan nadi berat,takikardi dan disritmia pada fase akut c. Eliminasi : Adanya inkontinensia atau retensi urin d. Makanan / cairan : Anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit jelek, mukosakering e. Higiene : Tidak mampu merawat diri f.
Neurosensori : Sakit kepala, parsetesia, kehilangan sensasi, “Hiperalgesia” meningkatnya rasa nyeri, kejang, gangguan penglihatan, diplopia,fotofobia, ketulian, halusinasi penciuman, kehilangan memori, sulit mengambil keputusan, afasia, pupil anisokor, , hemiparese, hemiplegia, tanda ”Brudzinski” positif, rigiditas nukal, refleks babinski posistif, refkleks abdominal menurun, refleks kremasterik hilang pada laki-laki
g. Nyeri / kenyamanan : Sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan okuler,fotosensitivitas, nyeri tenggorokan, gelisah, mengaduh/mengeluh h. Pernafasan : Riwayat infeksi sinus atau paru, nafas ↑, letargi dan gelisah
i.
Keamanan : Riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis, abdomen ataukulit, pungsi lumbal, pembedahan, fraktur cranial, anemia sel sabit, imunisasi yang baru berlangsung, campak, chiken pox, herpes simpleks. Demam, diaforesios,menggigil, rash, gangguan sensasi.
j.
Penyuluhan / pembelajaran : Riwayat hipersensitif terhadap obat, penyakit kronis,diabetes mellitus Manifestasi klinis meningitis berdasarkan usia pasien yang terserang adalah sebagai berikut :
a. Neonatus Spesifik : menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah, diare, tonus otot melemah, menangis lemah, Fontanel penuh, tegang, dan menonjol dapat terlihat pada akhir perjalanan penyakit, leher biasanya lemas. Non – spesifik : Hipotermia atau demam (tergantung pada maturitas bayi), Ikterik, Peka rangsang, Mengantuk, Kejang, Ketidakteraturan pernapasan atau apnea, Sianosis, Penurunan berat badan. b. Bayi dan Anak Kecil Muntah, Peka rangsangan yang nyata, Sering kejang (seringkali disertai dengan menangis nada tinggi), Fontanel menonjol, Kaku kuduk dapat terjadi dapat juga tidak, Tanda Brudzinski dan Kernig bersifat tidak membantu dalam diagnos, Sulit untuk dimunculkan dan dievaluasi dalam kelompok usia, dan Empihema subdural (infeksi Haemophilus influenza). c. Anak-anak dan Remaja Demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi, fotopobia, delirium, brudzinski dan kernig (+), kaku kuduk,halusinasi, maniak, stupor, koma, ptechial (menunjukkan infeksi meningococal), Keterlibatan sendi (infeksi meningokokal dan H. influenzae), dan drain telinga kronis (meningitis pneumokokal) (Harsono, 2003). 8. KOMPLIKASI Komplikasi pada meningitis menurut Smeltzer & Bare (2001) adalah sebagai berikut: -
Hidrosefalus obstruktif
-
MeningococcaL Septicemia (mengingocemia)
-
Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
-
SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone)
-
Efusi subdural
-
Kejang
-
Edema dan herniasi serebral
-
Cerebral palsy
-
Gangguan mental
-
Gangguan belajar
-
Attention deficit disorder.
9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan menurut Ellenby dkk (2006) dan Yayasan Sprintia (2006) diantaranya adalah: a. Pungsi Lumbal 9 Tekanan cairan meningkat, jumlah sel darah putih meningkat, glukosa menurun, protein meningkat. Indikasi Punksi Lumbal: -
Setiap pasien dengan kejang atau twitching baik yang diketahui dari anamnesis atau yang dilihat sendiri.
-
Adanya paresis atau paralysis. Dalam hal ini termasuk strabismus karena paresis N.VI.
-
Koma.
-
Ubun-ubun besar menonjol.
-
Kuduk kaku dengan kesadaran menurun.
-
Tuberkulosis miliaris dan spondilitis tuberculosis.
-
Leukemia.
b. Analisis CSS dari fungsi lumbal 9 @ Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri. @ Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus. c. Kultur hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi. d. Darah: leukosit meningkat, CRP meningkat, U&E, glukosa, pemeriksaan factor pembekuan, golongan darah dan penyimpanan. e. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.Jika curiga TIK meningkat hindari pengambilan sample dengan LP. f.
Rontgen dada/kepala/ sinus : mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.
g. Pemeriksaan GCS : Glasgow Coma Scale (GCS) adalah skala yang dipakai untuk menentukan/menilai tingkat kesadaran pasien, mulai dari sadar sepenuhnya sampai keadaan koma. Teknik penilaian dengan ini terdiri dari tiga penilaian terhadap respon yang ditunjukkan oleh pasien setelah diberi stimulus tertentu, yakni respon buka mata, respon motorik terbaik, dan respon verbal. Setiap penilaian mencakup poin-poin, di mana total poin tertinggi bernilai 15. Derajat cedera kepala berdasarkan GCS: -
GCS : 14-15 = CKR (cedera kepala ringan)
-
GCS : 9-13 = CKS (cedera kepala sedang)
-
GCS : 3-8
= CKB (cedera kepala berat)
1) Respon buka mata (Eye Opening, E) a. Respon spontan (tanpa stimulus/rangsang) 4
b. Respon terhadap suara (suruh buka mata) 3 c. Respon terhadap nyeri (dicubit) 2 d. Tida ada respon (meski dicubit) 1 2) Respon verbal (V) a. Berorientasi baik 5 b. Berbicara mengacau (bingung) 4 c. Kata-kata tidak teratur (kata-kata jelas dengan substansi tidak jelas dan nonkalimat, misalnya, “aduh… bapak..”) 3 d. Suara tidak jelas (tanpa arti, mengerang) 2 e. Tidak ada suara 1 3) Respon motorik terbaik (M) a. Ikut perintah 5 b. Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri) 4 c. Fleksi normal (menarik anggota yang dirangsang) 3 d. Fleksi abnormal (dekortikasi: tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri) 2 e. Ekstensi abnormal (deserebrasi: tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri) 2 f.
Tidak ada (flasid) 1
10. PENATALAKSANAAN a. Isolasi Anak ditempatkan dalam ruang isolasi sedikitnya selama 24-48 jam setelah mendapatkan antibiotik IV yang sensitif terhadap organisme penyebab. b. Terapi antimikroba Terapi anti mikroba pada meningitis bakteri terdiri dari ampisilin dan sefotaksim atau ampisilin dan gentamisin. antibiotik yang diberikan didasarkan pada hasil kultur dan diberikan dengan dosis tinggi.
c. Mempertahankan hidrasi optimumMengatasi
kekurangan
cairan
dan
mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema serebral (pembengkakan otak). Pemberian plasma perinfus mungkin diperlukan untuk rejatan dan untuk memperbaiki hidrasinya. d. Mencegah dan mengobati komplikasi. Aspirasi efusi subdural dan terapi heparin e. Mengontrol kejang Pemberian anti epilepsy atau anti konvulsan untuk anak yang kejang-kejang.
f.
-
Diazepam = 0,5 mg/kg BB/ iv
-
Fenobarbital = 5-6 mg/kg BB/hari secara oral
-
Difenilhidantoin = 5-9 mg/kgBB/hari secara oral
Pemberian antibiotik secara Infus (intravenous) adalah langkah yang baik untuk menjamin kesembuhan serta mengurangi atau menghindari resiko komplikasi. Pada bakteri Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis antara lain Cephalosporin (ceftriaxone atau cefotaxime) Sefalosporin (iv) : 2 gr tiap 4 jam dan bakteri Listeria monocytogenes akan diberikan Ampisilin (iv) : 812 gr/ hari dibagi dalam 4 kali pemberian, Vancomycin dan Carbapenem (meropenem), Chloramphenicol (iv) : 4-8 gr/ hari
g. Bila gelisah diberi sedativ seperti fenobarbital (penenang) h. Nyeri kepala diatasi dengan analgetik dan Fisioterapi diberikan untuk mencegah dan mengurangi cacat. i.
Panas diturunkan dengan: Kompres, parasetamol, asam salisilat, pada anak dosisnya 10 mg/kg BB tiap 4 jam secara oral
j.
Kenaikan tekanan intra kranial diatasi dengan: -
Manitol = Dosisnya 1-1,5 mg/kgBB/iv. Kortikosteroid Biasanya dipakai dexametason secara iv dengan dosis 10 mg.
k. Bila ada hidrosefalus obstruktif dilakukan operasi pemasangan pirau (shunting)
l.
Efusi subdural pada anak dikeluarkan 25-30 cc setiap hari selama 2-3 minggu, bila gagal dilakukan operasi.
Penanganan / Perawatan pada saat anak demam (rumah) -
Beri kompres hangat
-
Berikan banyak minum air putih
-
Gunakan pakaian tipis
-
Jangan di kerumuni banyak orang
-
Buka jendela untuk memudahkan udara masuk ke ruangan
-
Berikan obat penurun panas sesuai program terapi dokter.
Penanganan / Perawatan pada saat anak kejang (rumah) -
Baringkan anak pada tempat yang rata, kepala di miringkan dan pasangkan gagang sendok yang dibungkus kain atau sapu tangan bersih dalam mulutnya. Dengan tujuan untuk mencegah lidah tergigit.
-
Buka baju anak, longarkan pakaian yang mengganggu pernapasan.
-
Singkirkan benda-benda di sekitar anak.
-
Jangan memberi minuman atau makanan apapun pada anak saat kejang.
-
Bila badan panas berikan kompres hangat.
-
Bila dengan tindakan ini kejang belum berhenti atau kondisinya semakin parah, segera bawa anak ke dokter atau rumah sakit.
11. Asuhan Keperawatan Meningitis a. Pengkajian Klien Meningitis - Biodata klien - Riwayat kesehatan yang lalu: Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC? Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ? Pernahkah operasi daerah kepala ?
-
Riwayat kesehatan sekarang: Aktivitas Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter. Sirkulasi Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, takikardi, disritmia. Eliminasi Tanda : Inkontinensi dan atau retensi. Makanan/cairan Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering. Higiene Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri. Neurosensori Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki. Nyeri/keamanan Gejala : sakit kepala (berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah, menangis. Pernafasan Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda :
peningkatan kerja pernafasan. b. Diagnosa keperawatan Meningitis 1. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata hematogen dari patogen 2. Risiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia. 3. Risiko tinggi terhadap trauma sehubungan
dengan
kejang
umum/fokal, kelemahan umum, vertigo. 4. Nyeri akut sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi 5. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan 6. Anxietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian. c. Intervensi Keperawatan Meningitis 1. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata hematogen dari patogen. - Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan - Pertahan kan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat. - Pantau suhu secara teratur
-
Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur demam yang terus
-
menerus Auskultasi suara nafas ubah posisi pasien secara teratur,
-
dianjurkan nafas dalam Cacat karakteristik urine (warna, kejernihan dan bau ) Kolaborasi Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin,
klorampenikol, gentamisin. 2. Resiko tinggi terhadap perubahan cerebral dan perfusi jaringan sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia. - Tirah baring dengan posisi kepala datar - Pantau status neurologis - Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang - Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan, suhu, masukan dan haluaran. - Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan. - Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat. - Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ). - Pantau BGA. Berikan obat : steroid, clorpomasin, asetaminofen. 3. Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vokal, kelemahan umum vertigo. - Pantau adanya kejang. - Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan nafas buatan. - Tirah baring selama fase akut - kolaborasi berikan obat : venitoin, diazepam, venobarbital. 4. Nyeri (akut ) sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi. - Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan -
rentang gerak aktif atau pasif dan masage otot leher. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman (kepala agak tingi).
Berikan
latihan
rentang
gerak
aktif/pasif.
pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul. - Kolaborasi Berikan anal getik, asetaminofen, codein 5. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan
Gunakan
kerusakan
neuromuskuler. - Kaji derajat imobilisasi pasien. - Bantu latihan rentang gerak. - Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab. - Periksa daerah yang mengalami nyeri tekan, berikan matras udara atau air perhatikan kesejajaran tubuh secara fungsional. - Berikan program latihan dan penggunaan alat mobilisasi. 6. Perubahan persepsi sensori sehubungan dengan defisit neurologis - Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara, alam perasaaan, sensorik dan proses pikir.
- Kaji kesadaran sensorik : sentuhan, panas, dingin. - Observasi respons perilaku. - Hilangkan suara bising yang berlebihan. - Validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik. - Beri kessempatan untuk berkomunikasi dan beraktivitas. - Kolaborasi ahli fisioterapi, terapi okupasi, wicara dan kognitif. 7. Ansietas sehubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian. - Kaji status mental dan tingkat ansietasnya. - Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan sebelum tindakan -
prosedur. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan. Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan dan beri dukungan serta petunjuk sumber penyokong.
Evaluasi Hasil yang diharapkan: 1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain. 2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik
dan
fungsi
motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil. 3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain. 4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat. 5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan. 6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi. 7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.
DAFTAR PUSTAKA Ellenby, Miles., Tegtmeyer, Ken., Lai, Susanna., and Braner, Dana. 2006. Lumbar Puncture.
The
New
England
Journal
of
Medicine.
12
:
355
2.
Online,
(http://content.nejm.org/cgi/reprint/355/13/e12.pdf) Harsono.
2003.
Meningitis.
Kapita
Selekta
Neurologi
(http://www.uum.edu.my/medic/meningitis.html) diakses pada 31 Maret 2016 Japardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus. USU digital library URL : http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf Jevuska. 2012. Penyakit Meningitis (Radang Selaput Otak) : Pengertian, Penyebab
&
Jenis.
Artikel
Kedokteran,
Neurologi.
Online
(http://jevuska.com)., diakses pada 31 Maret 2016. Kusuma H, Nurarif A H. 2012. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: media hardy. Price S A, Wilson L M. 2002. Phatophysiologi: Clinical Concepts Of Disease Processes, 6/E. Elsevier Science Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC Suriadi, Rita Yuliani. 2006. Asuhan keperawatan pada Anak Ed.2. Jakarta : Percetakan Penebar Yayasan Spiritia. 2006. Meningitis Kriptokokus. Lembaran Informasi 503. (http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=503)
LAPORAN PENDAHULUAN (LP) “Meningitis” Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Clinical Study II Departemen Anak
Disusun Oleh :
DIA AMALINDAH
125070207111013 K3LN
KELOMPOK 7A
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016