KONSEP ILMU DAN KEILMUAN
1. Pengertian Ilmu dan Keilmuan Seperti yang kita ketahui, bahwa manusia merupakan satu-satunya makhluk allah yang paling sempurna diantara makhluk lainnya. Hal tersebut dikarenakan manusia adalah makhluk Allah yang dibekali akal pikiran sehingga dapat membedaan hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk. Instrument paling mendasar dalam menunjang kesempurnaan akal pikiran manusia adalah ilmu, oleh karena itu dewasa ini semakin banyak orang-orang yang menuntut Ilmu secara formal maupun non formal. Istilah etimologi ilmu dalam bahasa Indonesia sendiri merupakan istilah serapan dari bahasa Arab. Ilmu atau dalam bahasa Arab disebut dengan ‘ilm yang bermakna pengetahuan merupakan derivasi dari kata kerja ‘alima yang bermakna mengetahui. Secara etimologi, ilmu berasal dari akar kata ‘ain-lam-mim yang diambil dari perkataan ‘alamah, yaitu ma’rifah (pengenalan), syu’ur (kesadaran), tadzakkur (pengingat), fahm dan fiqh (pengertian dan pemahaman), ‘aql (intelektual), dirayah dan riwayah (perkenalan, pengetahuan, narasi), hikmah (kearifan), ‘alamah (lambang atau indikasi yang dengan sesuatu atau seseorang dikenal).1 Berikutnya, penulis akan menjelaskan pengertian Ilmu secara terminologi. Menurut al-Attas pengertian Ilmu dibedakan menjadi dua, pertama, ilmu sebagai sesuatu yang berasal dari Allah SWT, bisa dikatakan bahwa ilmu adalah datangnya (husul) makna sesuatu atau objek ilmu ke dalam jiwa pencari ilmu; dan kedua, sebagai sesuatu yang diterima oleh jiwa yang aktif dan kreatif, ilmu bisa diartikan sebagai datangnya jiwa (wusul) pada makna sesuatu atau objek ilmu. Hal ini berimplikasi bahwa ilmu mencakup semua hal.2 Ibnu Khaldun memilah ilmu atas dua macam, yang pertama yaitu ilmu naqliyah (ilmu yang berdasarkan pada otoritas atau ada yang menyebutnya ilmu-ilmu tradisional) dan yang kedua ilmu ‘aqliyah (ilmu yang berdasarkan akal atau dalil
Wan Mohd. Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Mohd. Naquib al-Attas, terj. Hamid Fahmy, dkk, Bandung: Mizan, 2003, h. 144. 2 Syed Mohd. Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, Terj. Haidar Bagir, Bandung: Mizan, 1984, h. 43. 1
1
rasional). Termasuk yang pertama adalah ilmu-ilmu al-Qur’an, hadits, tafsir, ilmu kalam, tasawuf, dan ta’bir al-ru’yah. Sedangkan yang kedua adalah filsafat (metafisika), matematika, dan fisika, dengan macam-macam pembagiannya.3 Dalam ajaran agama Islam, Ilmu merupakan sesuatu yang sangat fundamental dan anjuran menuntut ilmu dan pentingnya ilmu telah banyak dijelaskan dalam berbagai macam ayat di al-Qur’an dan al-Hadits. Hal inilah yang kemudian menjadi alasan lahirnya banyak ilmuan dan cendikia-cendikia Islam dalam berbagai bidang. Rosululaah SAW. bersabda: ِ وَ مَنْ اَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِالعِلْم،ِ وَ مَنْ اَرَادَ اْألَخِ َرةِ فَعَلَيْهِ بِالعِلْم،ِمَنْ اَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالعِلْم Artinya: “Barang siapa yang menghendaki kebahagiaan di dunia maka harus dengan ilmu, dan barang siapa menghendaki kebahagiaan akhirat maka harus dengan ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki kebahagiaan keduanya (dunia dan akhirat) maka harus dengan ilmu.” (H.R. Thabrani). Hadits di atas, hanyalah salah satu landasan dari beberapa dalil yang membahasa seputar pentingnya Ilmu bagi umat manusia. Hadits di atas juga sekaligus menunjukkan bahwa Ilmu tidak hanya sebagai instrument penting bagi manusia di dunia, melainkan juga merupakan instrument penting yang akan membawa manusia ke surga kelak di akhirat. Hal berikutnyan yang akan penulis jelaskan adalah pengertian dari keilmuan. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, keilmuan sendiri merupakan kata benda yang berasal dari kata ‘ilmu’yang mendapatkan imbuhan awalan ‘ke’ dan imbuhan akhiran ‘an’. Keilmuan mempunyai makna ‘hal-hal yang berhubungan dengan ilmu’.4 Berdasarkan pengertian tersebut, penulis berasumsi bahwa keilmuan berarti seluruh hal yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, seperti bidang studi, buku dan lain sebaginya.
1. Kewajiban menuntut ilmu
3 4
Mulyadhi Kartanegara, Integrasi Ilmu: Sebuah Rekonstruksi Holistik, Bandung: Mizan, 2005, h 46. Ilmu, Diakses dalam: http://kbbi.web.id/ilmu, 12 November 2016, pukul 11.00 WIB.
2
Sebagaiman yang telah difirmankan Allah SWT di dalam Al-Qur’an surah al-alaq ayat 1-5 ْْل ْنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَم ِْ ) عَلَّمَ ا٤( ِ) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَم۳( ) اقْرَأْ وَ رَُّبكَ األَْكْرَ ُم۲( ق ٍ ) خَلَقَ اْلِْ ْنسَانَ مِنْ عََل۱( َاقْرَأْ بِاسْمِ رَِّبكَ الَّذِي خَلَق )٥(
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Mulia (3) yang mengajarkan (manusia) dengan pena (4) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (5) Dan sabda Rosulullah: )طَلَبُ العِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ ُمسْلِمٍ (رواه إبن ماجه “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.”(HR.Ibn Majah) Dalam hadits ini Rosulullah telah menyatakan dengan tegas pentingnya bagi setiap Muslim untuk menuntut ilmu. Yang hukumnya sudah jelas wajib (tidak hanya untuk sebagian muslim melainkan menyeluruh). Ilmu apakah yang harus dipelajari, yang telah disebutkan dalam ayat al-Qur’an dan juga hadits Nabi ini? Perlu kita ketahui bahwa kata ilmu yang dimaksud di dalam al-Qu’an dan hadits adalah ilmu agama. Sedang bagaimana dengan ilmu yang selain ilmu agama (ilmu dunia)? Ilmu dunia perlu kita pelajari. Namun kita harus dapat mengambil ilmu yang bermanfaat. Bukan bermaksud untuk menyanggah pentingnya ilmu duniawi, karena banyak sarjana ilmuan muslim yang gemar mempelajari ilmu agama namun ilmu dunia mereka juga tinggi. Seperti Ibnu Sina (Avecenna) sarjana kedokteran, Ibnu Rusyid (Averros) sarjana ilmu sosial dan lain sebagainya. Kemuliaan yang akan didapatkan bagi mereka yang menuntut ilmu. Baik dihadapan manusia maupun di hadapan Allah: ......ٍيَرْفَعِ اهّللُّ الَّذِيْنَ ءَامَنُواْ مِنْكُ ْم وَالَّذِيْنَ ُأوُْتوْاْ العِلْمَ دَرَجَت.... “…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi pengetahuan beberapa derajat...” (QS. al Mujaadilah: 11)
3
كَانَ فِي سَِبِيْلِ اهّللِّ ََََّّى, ِ مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ العِلْم:َسوْلُ اهّللِّ صَلَى اهّللُّ عَلَيْ ِه َوسَلَمَ قَال ُ قَالَ َر:َعَنْ أ َنسٍ رَضِي اهّللُّ عَنْهُ قَال ) َديث َسن: و قال,(رواه الَّرمذي. َيَرْجِع “Dari anas R.A berkata bahwa Rosulullah SAW bersabda, “ barang siapa yang keluar menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah sampai ia kembali.” (HR. At-Tirmidzi: 2647 dan ia berkata hadits hasan namun di dhaifkan oleh al-Albani) وَََدِّثُوا عَنْ بَنِي,ً بَلِغُو عَنِّي وََلوْ آيَة: َ أَنَّ النَِّبِيِ صَلَى اهّللُّ عَلَيْ ِه َوسَلَمَ قَال, ُوَ عَنْ عَِبْدِاهّللِّ بْنِ عَمْرو بْن العَاص رَضِي اهّللُّ عَنْه )ج وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مََُّعَمِّدًا فَلْيَ ََِّبَوَّأ مّ ْقعَ َدهُ مِنَّ النَّارِ (رواه الِبخاري َ َل وَالَ ََر َ ِْإسْرَائِي “Dari
Abdullah
bin
‘Amr
bin
Al-‘Ash
R.A.
bahwa
Nabi
SAW
bersabda,”sampaikanlah oleh kalian dariku walaupun satu ayat saja, ceritakanlah (kabar) oleh kalian dari Bani Israil dan tidak apa-apa. Dan barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya dari api neraka.” (HR. Al-Bukhari:3461, hadits shahih) Ilmu yang wajib kita dapatkan tidak hanya ilmu yang bermanfaat dan juga bukan hanya benar, tetapi juga dapat mendekatkan diri kita kepada Allah dan dapat memberikan kebahagiaan bagi kita, keluarga, dan masyarakatbaik di dunia maupun diakhirat.
2. Hukum kewajiban menuntut ilmu menurut islam Menuntut Ilmu menurut Islam hukumnya adalah Fardhu ‘Ain wajib bagi islam laki-laki maupun islam perempuan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, mendengar maupun melihat. islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemaslahatan dan jalan kemanfaatan, menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dengan Aqo’id dan ibadat, baik yang berhubungan dengan soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup. Sebagaimana riwayat Rasulullah SAW: ِ وَمَنْ أَرَادَهُمَا َفعَلَيْهِ بِالْعِلْم,ِ وَمَنْ أَرَادَ األَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْم,ِمَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْم
4
“Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya
pula".
(HR.
Bukhari
dan
Muslim)
Baik dalam hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik, dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batasbatas yang di ridhai Allah subhanahu wata’ala. (ك طَرْيقًا َيلََّْ ِمسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اهّللُ لَ ُه طَرِيْقًا ِإلىَ اْلجَنَّةِ (رواه مسلم َ مْن سََل “Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga” (HR Muslim)
3. Fungsi dan manfaat ilmu 1. Dimudahkan jalan menuju surga ِ سَهَّلَ اهّللُّ لَهُ بِه،علْمًا ِ ِك طَرِيْقًا يَلََّْ ِمسُ فِيْه َ ن سََل ْ َ وَم:َسوْلُ صَلَى اهّللُّ عَلَيْ ِه َوسَلَمَ قَال ُ أَنَّ َر، ُعَنْ أَبِي هُرَيْ َرةَ رَضِي اهّللُّ عَنْه )طَرِيْقَا إِلَى الجَنَّةِ(رواه مسلم “Dari Abu Hurairah R.A bahwa Rosulullah SAW bersabda: barang siapa yang menempuh satu jalan untuk mencari ilmu, Allah pasti mudahkan untuknya jalan menuju surga.” ( HR. Muslim:2699, hadits shahih) 2. Didoakan oleh para malaikat dan makhluk-makhluk Allah yang lain ن طالب العليسَّففر له كل شيءََّى الحيَّان ّ وإ،سوْلُ صَلَى اهّللُّ عَلَيْ ِه َوسَلَمَ طَلَبُ العِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلى كلّى مسلم ُ قَالَ َر ) (رواه عِبدالرَمان “Dari Anas r.a berkata: Rasulullah bersabda: menuntut ilmu itu wajib atas setiap orang islam, karena sesunggguhnya semua makhluk sampai binatangbinatang yang ada dilaut memohonkan ampun untuk orang yang menuntut ilmu.” 3. Rasulullah diperintahkan Allah untuk berdoa meminta tambahan ilmu, tetapi tidak diperintahkan meminta tambahan harta. 5
)۱۱٤:وقل ربّ زدني علما (طه “Ya Tuhanku,tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (Thaha:114) 4. Allah akan menaikkan derajat orang yang memiliki ilmu ..ٍن ءَامَنُواْ مِنْ ُك ْم وَالَّذِيْنَ ُأوُْتوْاْ العِلْمَ دَرَجَت َ ْيَرْفَعِ اهّللُّ الَّذِي.. “...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi pengetahuan beberapa derajat...” (QS. al Mujaadilah: 11) 5. Orang yang dikehendaki Allah mendapat kebaikan, tandanya adalah orang itu memahami ilmu agama )سوْلُ صَلَى اهّللُّ عَلَيْ ِه َوسَلَمَ من يريد اهّلل به خيرا يفقّهه فالدين(مَّفق عليه ُ قَالَ َر: و عن معاوية رَضِي اهّللُّ عَنْهُ قال “Mu’awiyah r.a berkata, Rasulullah bersabda : siapa saja yang Allah kehendaki kebaikan untuknya , Allah fahamkan dia dalam urusan agama.” (Muttafaqun Alaihi. HR Bukhari:71 dan Muslim :1037) 6. Orang yang mempelajari ilmu kemudian menyampaikannya kepada orang lain, akan mendapat kasih sayangdari allah SWT Rasulullah
saw
bersabda:
“Allah
akan
menyayangi
orang
yang
mendengarkan sesuatu dari kami, kemudian menyampaikannya sesuai dengan yang didengar.” (HR.Ahmad,Abu Dawud,At-Tirmidzi)
4. Daftar pustaka An-Nawawi, Imam. 2011. Riyadhus Shalihin, Solo: Insan Kamil Drs. H. Moh. Zuhri.Dipl. TAFL, dkk. 1992. Sunan At Tirmidzi juz IV, Semarang: CV.Asy Syifa’ Ilmu, Diakses dalam: http://kbbi.web.id/ilmu, 12 November 2016, pukul 11.00 WIB. Mulyadhi Kartanegara, Integrasi Ilmu: Sebuah Rekonstruksi Holistik, Bandung: Mizan, 2005, h 46. Wan Mohd. Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Mohd. Naquib al-Attas, terj. Hamid Fahmy, dkk, Bandung: Mizan, 2003, h. 144. Syed Mohd. Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, Terj. Haidar Bagir, Bandung: Mizan, 1984, h. 43. Sunarto, Ahmad. Shahih bukhari juz 1, Semarang: CV.Asy Syifa’ 6