KONSEP DIYATDALAM DISKURSUS FIQH Oleh: Aksamawanti Dosen Program Studi Hukum Ekonomi Syari’ah Fakultas Syari’ah dan Hukum UNSIQ Email:
[email protected] ABSTRAK This article aims to provide an overview of the concept of blood-money payments in fiqh. Wi is a treasure that must be paid and provided by the offender to the victim or his guardian jinayah damages, caused jinayah made by the offender to korbanyang done. Wi assigned to someone because, first, intentional homicide offenders were pardoned by the family were killed. second, manslaughter; third, a similar murder intentional; ketigat, crime on other people. Blood-money payment form can be a camel, gold, silver, based on some of the provisions of hadith. The objective of the diyat is a human survival in the world, preventive measures so that people do not kill each other which would result in chaos in society, erhadap protection of victims, and to uphold justice in society. Keywords: Diyat, Fiqh, Qiṣâṣ itu hukum Islam melarang membunuh
A. Pendahuluan peraturan
dan melukai anggota badan. Proteksi
hidup yang datang dari Allah ta’ala, ia
terhadap jiwa dalam hukum pidana
adalah pedoman hidup bagi seluruh
Islam
umat manusia. Sebagai pedoman hidup
hukuman qiṣâṣ dan diyat.
Syariat
Islam
adalah
ia memiliki tujuan utama yang dapat
diberlakukan
Hukuman
dengan
diancamkan
seorang
Abdul
Wahab
Khalaf
mengatakan
diartikan sebagi larangan-larangan syara’
bahwa
tujuan
umum
disyari’atkan
yang diancam oleh Allah dengan hukuman
merealisir
had atau ta’zîr. Larangan-larangan syara’
adalah
kemaslahatan
untuk
umat.
(Abdul
wahab
Khalaf, 1988 : 198). Demikian juga hukum
Islam
ditegakkan
untuk
melindungi lima hal, yaitu perlindungan terhadap agama, jiwa, keturunan, akal dan harta benda. Perlindungan misalnya
berimplikasi
jiwa terhadap
penerapan hukuman bagi pelaku yang menggangu jiwa seseorang, oleh karena
Jarîmah
yang dimaksud ada kalanya mengerjakan perbuatan yang dilarang dan adakalanya meninggalkan
perbuatan
yang
diperintah. (Al-Mawardi, 1973 : 219).
Hukuman pembalasan pencegahan
terhadap
jarimah.
kepada
diterima oleh seluruh umat manusia.
hukum
pembuat
adanya
pencegahan
dimaksudkan
sebagai
perbuatan
jahat,
secara secara
umum
dan
khusus,
serta
perlindungan terhadap hak-hak korban (Makhrus Munajat, 2009 : 111). Bila
Vol. II No. 01, Mei 2016
dilihat dari berat ringannya hukuman,
bahasa Arab ad-diyat (singular) atau
dalam pidana islam diklasisfikasikan
diyât (plural) adalah bentuk maṡdar
dalam tiga bentuk yaitu: jarîmah ḣudûd,
(bentuk jadian) dari wadâ yang berarti
jarîmah qiṣâṣ-diyat, dan jarîmah ta’zîr.
mâ yu`ta min al-mâl badala ‘an-nafs al-
Jarîmah ḣudûd adalah perbuatan
qatîl (harta yang diberikan sebagai ganti
melanggar hukum yang jenis dan ancaman
dari jiwa yang terbunuh). Bentuk asli
hukumannya ditentukan oleh naṣ, yaitu
dari ad-diyat adalah al-wad. Huruf ta’
hukuman had (hak Allah). Hukuman ḣad
digunakan sebagai ganti dari huruf wau
yang dimaksud tidak mempunyai batas
yang dibuang sebagaimana dalam kata
terendah dan tertinggi dan tidak bias
‘iddat. (Luis Ma’luf, 1986:895).
dihapuskan oleh perorangan (korban, atau
Hukuman
qiṣâṣ
dan
diyat
merupakan
hukuman
yang
telah
ditentukan
batasannya,
walinya) atau masyarakat yang mewakili (ûlil `amri). Para ulama sepakat bahwa yang termasuk kategori jarimah hudu ada
tidak
ada
berzina,
batasan rendah dan tertinggi, tetapi
pencurian, perampokan atau penyamunan,
menjadi hak perorangan (korban dan
pemberontakan,
keras,
walinya), ini berbeda dengan hukuman
dan murtad (Abd al-Qadir Audah, 1963: I,
had yang menjadi hak Allah semata.
67). Ta’zîr adalah hukuman yang bersifat
Yang termasuk kategori jarimah qiṣâṣ-
pendidikan atas perbuatan dosa (maksiat)
diyat
yang hukumannya belum ditetapkan oleh
(al-qatl
tujuh,
yaitu:
zina,
menuduh
minum-minuman
syara’ (Al-Mawardi, 1966 : 236). Dalam pelaksanaannya hukuman ta’zîr diserahkan sepenuhnya kepada penguasa
aturan dalam syari’at Islam mengenai hukum pidana dan berlaku bagi tindak pidana-tindak pidana yang berkaitan dengan pembunuhan dan penganiayaan. Qiṣâṣ yang berasal dari bahasa Arab alqiṣâṣbermakna `an yaf’ala bi al-fâ’il miṡla mâ fa’ala,yang berarti melakukan apa
yang
telah
dilakukan
pelakunya (Luis Ma’luf, 1986:631). Sedangkan diyat yang berasal dari
158
pembunuhan
al-‘amd),
sengaja
pembunuhan
semi/menyerupai sengaja (al-qatl syibh al-‘amd),
pembunuhan
kesalahan/keliru
Qiṣâṣ-diyat merupakan salah satu
seperti
ialah:
(al-qatl
perlukaansengaja
(al-jarḣ
karena al-khaṭâ`), al-‘amd),
perlukaan salah (al-jarḣ al-khaṭâ`). (Abd al-Qadir Audah, 1968, I : 79) Dalam
penerapannya
hukuman
qiṣâṣ-diyat ada beberapa kemungkinan, seperti hokum qiṣâṣ dapat berubah menjadi diyat, hukuman diyat menjadi dimaafkan dan apabila dimaafkan maka hukuman mengingat merupakan
menjadi
hapus.
jarîmah hak
Hal
ini
qiṣâṣ-diyat
perorangan
yang
Konsep Diyat
Vol. II No. 01, Mei 20156
Q P O N M L K J
(si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal ia mukmin, (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Dan jika ia (si tebunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barang siapa yang tidak memperolehnya, hendaklah ia (sipembunuh) berpuasa dua bulan berturutturut sebagai tobat kepada Allah, Dia adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”
Z Y X WV U T S R
Dari sudut pandang ilmu ushul fiqh
b a ` _ ^ ] \ [
ayat-ayat aturan pidana dalam al-
i h g f e dc
Qur`an,
termasuk
o n m l k j
mengenai
diyat
didalamnya
peranan
pihak
korban
sangat besar dalam penjatuhan hukuman tersebut. Syariat
Islam
menjadikan
diyat
sebagai hukuman pokok untuk tindak pidana pembunuhan dan penganiayaan yang serupa sengaja atau pembunuhan dan penganiayaan yang terjadi karena kesalahan. (Abd al-Qadir Audah, 1968 : 668) Adapun diantara dasar hukuman diyat adalah: Al-Qur`an SuratAn-Nisa` ayat 92
IH G F E D C B A
w v ut srq p _~ }|{zyx a` Artinya : “Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barang siapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia
Konsep Diyat
didalamnnya
termasuk
dalam
kategori lafadz yang khafi (maknanya terang tapi tidak jelas cakupan kategori dan kriterianya), ẓâhir (lafadz yang maknanya
segera
dipahami
tetapi
pemahamannya tidak sesuai dengan konteks kalimat), dan naṣ (lafaz yang maknanya terang yang sesuai dengan konteks kalimat). Ketiga lafaz tersebut masih mungkin untuk ditafsiri, ditakwil dan
dapat
menerima
naskh.
(Ali
Hasaballah, 1971 : 263-268). Untuk memperjelas makna yang tepat dari jenis lafaz tersebut masih memerlukan pentakwilan
dan
ijtihad.
Seperti
159
Vol. II No. 01, Mei 2016
gambaran ayat diyat di Al-Qur`an hanya
atau barang) yang harus dibayar
menyebutkan
karena
kewajiban
membayar
melukai atau
membunuh
diyat jika sipembunuh dimaafkan atau
orang (Depdikbud, 1996 : 156).
jika terjadi pembunuhan yang tidak
Sedangkan menurut Sayid Sabiq
disengaja. Berapa besar jumlah yang
diyat adalah sejumlah harta yang
harus
yang
dibebankan kepada pelaku, karena
tidak
terjadinya
dibayarkan,
berkewajiban disebutkan
siapa
membayar
secara
jelas
dalam
al-
Qur`an.
tindak
pidana
(pembunuhan atau penganiyayaan) dan diberikan kepada wali korban
Berdasarkan latar belakang itulah
atau walinya (Sayid Sabiq, 1980, I :
para fuqaha menetapkan hukum Islam
465).
dengan dasar beberapa hadits sebagai
jelaslah diyat merupakan hukuman
penjelas, perinci, penetapan hukum
yang bersifat harta, yang diserahkan
yang tidak disebutkan dalam Al-Qur`an,
kepada korban apabila ia masih
serta
hidup, atau kepada wali korban
berusaha
melakukan
ijtihad
apabila pertanyaannya tidak ditemukan jawabannya hadits.
dalam
Al-Qur`an
dan
Studi tentang fiqh berarti
Dari
pengertian
tersebut
apabila ia sudah meninggal. Diyat berkaitan dengan tindak pidana
pembunuhan
dan
mengungkap aktivitas intelektual umat
penganiayaan yang dilakukan oleh
Islam, yang didalamnya sering muncul
seseorang atau golongan. Sehingga
perbedaan. Hasil dari pemikiran fiqh ini
ini menjadi batasan dari definisi
kemudian melahirkan berbagai mazhab
diyat, adapun ganti kerugian pada
yang
adanya
kasus lain di luar pembunuhan dan
perbedaan penafsiran karena masing-
penganiayaan tidak termasuk dalam
masing fuqahâ` memiliki pandangan
ruang lingkup diyat.
yang
menimbulkan
dan dasar hukum sendiri. Sehingga
Dasar
hukum
wajibnya
konsep diyat dalam diskursus fiqih
hukuman diyat terdapat dalam Al-
menarik untuk dipaparkan.
Qur`an , Sunnah dan Ijma’. Dalam Al-Qur`an terdapat dalam Surat An-
B. Hasil Temuan dan pembahasan I. Pengertian dan Dasar Hukum Diyat Dalam kamus bahasa Indonesia diyat berarti denda (berupa uang
160
Nisa ayat 92. "Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Dan barang siapa membunuh seorang
Konsep Diyat
Vol. II No. 01, Mei 20156
mikmin karena tersalah (hendaklah) ia memardekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (siterbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah ...dari kaum yang memusuhimu, padahal ia mukmin maka (hendaklah sipembunuh) memardekakan hamba sahaya yang beriman.”
178 di atas, dapat diketahui bahwa orang
Ayat di atas menjelaskan bahwa
hukuman
suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.” Berdasarkan surat Al-Baqarah ayat
yang melakukan pembunuhan (dengan sengaja)
hukuman
pokoknya
adalah
hukuman qiṣâṣ, namun diakui ayat itu, Allah SWT juga menerangkan bahwa jika tersebut
tidak
bisa
orang yang melakukan pembunuhan
dilaksanakan, karena sebab-sebab yang
terhadap seorang mukmin dengan tidak
dibenarkan
oleh
sengaja
(tersalah),
pengambilan
jalan damai antara pihak
kepadanya
suatu
diwajibkan
hukuman
yaitu
syara’
seperti
pembunuh dengan keluarga korban yakni
membayar diyat (ganti rugi) setelah
unsur
memerdekakan hamba sahaya yang
pihak pembunuh harus membayar diyat
mukmin. Ayat tersebut juga sekaligus
atau ganti rugi kepada keluarga korban.
menerangkan bahwa pembunuhan yang
Inilah
ancamannya diyat adalah pembunuhan
bahwa dalam sistem hukum pidana Islam,
yang tidak disengaja atau tersalah.
ada dikenal jenis hukuman yang disebut
pengampunan/pemaafan,
dalil/argumen
adanya
maka
hukum
Dasra hukum yang lain terdapat
dengan diyat. Jadi dapat disimpulkan
dalam surat Al-Baqarah ayat 178,
bahwa diyat merupakan hukuman pokok
Artinya:
terhadap
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qiṣâṣh berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diyat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan
Konsep Diyat
tindak
pidana
(jarîmah)
pembunuhan tersalah (tidak sengaja). Sedangkan dalam Surat al-Baqarah ayat 178, sebagai dalil bahwa diyat merupakan hukuman
pengganti
terhadap
tindak
pidana pembunuhan sengaja. Dasar
hukum
dalam
Hadits
diriwayatkan dari Abi Syuraih alKhuza’i ia berkata: Telah bersabda Rasulullah S.A.W maka barang siapa yang
salah
keluarganya
seorang
anggota
menjadi
korban
161
Vol. II No. 01, Mei 2016
Sebagaimana
pembunuhan setelah ucapanku ini,
diterangkan
keluarganya memiliki dua pilihan,
dalam surat Al-Baqoroh ayat 178
adakalanya
dan An-Nisa ayat 92 dijelaskan
memilih
memilih qiṣâṣ
diat
(hukum
atau bunuh).
bahwa
hukuman
pokok
(Hadits ini dikeluarkan oleh Abu
pembunuhan sengaja adalah qiṣâṣ
Dawud dan Nasa’i)
dan
kafarah,
hukuam
diyat
dikenakan jika ada sebab-sebab II. Konsep diyat dalam dikursus fiqh 2.1. Faktor Penyebab dikenakannya hukuman diyat
Pembunuhan sengaja adalah pembunuhan
perbuatan
yang
dimana
mengakibatkan
hilangnya nyawa itu disertai dengan niat untuk membunuh korban. (Abd Al-Qadir Audah, 1963, Jilid 2, hlm : 7). Definisi lain dikemukaan oleh (Sayid Sabiq, 1980, Jilid 2, hlm : 435) pembunuhan sengaja adalah suatu pembunuhan dimana seseorang mukalaf sengaja untuk membunuh orang lain yang dijamin keselamatannya,
dengan
menggunakan alat yang menurut dugaan kuat dapat membunuh. Dari kedua pengertian tersebut dapat diambil intisari bahwa unsur dari pembunuhan
sengaja
adalah:
pelaku sengaja melakukan perbuatn membunuh,
menghendaki
terjadinya kematian, dan alat yang digunakan pada lumrahnya dapat mematikan korban.
162
hilangnya
haq
qiṣâṣ,
pengampunan,
1) Pembunuhan sengaja
suatu
yang dibenarkan syara’ seperti:
perdamaian,
diwarisnya hak qiṣâṣ (Ahmad Wardi
Muslich
kedudukan
:
160-164)
diyat
pada
pembunuhan sengaja diberlakukan sebagai hukuman pengganti 2) Pembunuhan semi sengaja Pembunuhan
semi
sengaja
adalah suatu pembunuhan di mana pelaku sengaja memukul korban dengan tongkat, cambuk, batu, tangan, atau benda lain yang mengakibatkan kematian (Abd alQadir Audah, tth : 27). Dari pengertian ini diambil pengertian bahwa unsure pembunuhan semi sengaja
adalah
kesengajaan
adanya
berbuat
unsur berupa
pemukulan, dan unsure kekeliruan terlihat
dalam
membunuh.
ketiadaan
Hukuman
niat diyat
diberlakukan kepada pembunuhan semi sengaja yang berkedudukan sebagai hukuman pokok.
Konsep Diyat
Vol. II No. 01, Mei 20156
3) Pembunuhan karena kesalahan Pembunuhan karena kesalahan
sedangkan jenisnya masih tetap utuh,
c).
Asy-syajjaj/perlukaan
adalah apabila seorang mukalaf
khusus pada bagian muka dan
melakukan
kepala,
perbuatan
yang
d).
Al-jirah/pelukaan
dikerjakan,
anggota badan selain wajah, kepala
seperti menembak binatang buruan
e). tindakan selain yang telah
atau membidik suatu sasaran, tetapi
disebutkan di atas. (diolah kembali
kemudian mengenai orang yang
dari Ahmad Wardi Muslich : 181-
dijamin
183)
dibolehkan
untuk
keselamatannya
dan
membunuhnya (Sayyid Sabiq, 1980
Ditinjau dari niatnya tindak
: Jilid 2, hlm : 438). Dari definisi
pidana atas selain jiwa dibagi
tersebut dapat di pahami bahwa
menjadi
dalam
sengaja (perbuatan sengaja dengan
pembunuhan
karena
dua
yaitu:
kesalahan sama sekali tidak ada
maksud
unsure
untuk
perlukaan dengan tidak sengaja (
perbuatan
yang
perbuatan sengaja dengan maksud
tindak
pidana
kesengajaan
melakukan dilarang,
dan
tidak
melawan
perlukaan
melawan
hukum)
dan
hukum).Dalam
pembunuhan terjadi karena kurang
perlukaan sengaja si pelaku dengan
hati-hati atau karena kelalaian dari
sengaja melakukan penganiayaan
pelaku.
terhadap
Hukuman
diyat
seseorang,
sehingga
diberlakukan kepada pembunuhan
perbuatan tersebut mengakibatkan
karena kesalahan
luka
berkedudukan
atau
cedera
sebagai hukuman pokok.
menghilangkan
4) Tindak pidana atas selain jiwa
badan orang lain yang dianiaya
Tindak pidana atas selain jiwa adalah setiap perbuatan menyakiti orang
lain
badannya,
yang
tetapi
tidak
fungsi
serta anggota
tersebut. (A. Djazuli, 1977: 58). Terhadap
penganiayaan
mengenai
sengaja, syari’at Islam menghukum
sampai
dengan hukuman qiṣâṣ. Nabi SAW
menghilangkan nyawanya. (Abd
bersabda yang artinya:
Qadir Audah, 1968: 204) .Objek
"Dari Abi Bakrin bin Muhammad bin Hazmin dari bapaknya dari kakeknya berkata ia: Rasulullah Saw bersabda: bahwasanya barangsiapa dengan sengaja membunuh orang mukmin tanpa membuat kesalahan, maka
sasaran dari tindak pidana selain jiwa
adalah:
a).
perlukaanatas
anggota badan dan semacamnya, b). menghilangkan anggota badan
Konsep Diyat
163
Vol. II No. 01, Mei 2016
hukumannya adalah qiṣâṣh, kecuali jika wali si terbunuh memaafkan. Diyat jiwa 100 ekor unta, memotong hidung keseluruhannya 100 ekor unta, memotong lidah diyatnya penuh, memotong dua bibir juga diyatnya penuh, memotong dua pelir diyatnya penuh, memotong kemaluan juga diyatnya penuh, memecahkan tulang sulbi juga diyatnya penuh, merusak biji mata juga diyatnya penuh, memotong sebelah kaki diyatnya separuh, luka di kepala yang sampai ke otak sepertiga diyat, tusukan yang sampai ke dalam perut sepertiga diyat, tusuk tikaman yang dapat menggeserkan tulang atau memecahkannya diyatnya 15 ekor unta, tiap jari tangan atau kaki kena diyat 10 ekor unta, memecahkan satu gigi diyatnya 5 ekor unta, luka yang sampai kelihatan tulangnya diyatnya 5 ekor unta, kemudian orang laki-laki dibunuh karena membunuh orang perempuan. Untuk orang yang punya emas diyatnya 1.000 dinar"(HR. AnNasa’i). Pada
penganiayaan
tidak
sengaja ini si pelaku jarimah dalam melakukan sesuatu perbuatannya tidak ada niat atau kehendak untuk merugikan
atau
membinasakan
orang lain. (Ahmad Hanafi, 1976 :
Hukuman
diyat
diberlakukan
pada jarimah atas tindak pidana sebagai hukuman pengganti dalam perlukaansengaja apabila hukuman qiṣâṣ: (a).
164
bagian
dari
pelaku,
tidak
ada
keseimbangan antara korbam dengan pelaku,tidak sama dalam kesehatan / kualitas dan kesempurnaan (Achmad Wardhi Muchlis, 186-190), atau (b). gugur karena suatu sebab(Sebab Gugurnya hukuman qiṣâṣ adalah: tidak adanya tempat (objek) qishah, Pengampunan,
perdamaian).
(Achmad Wardhi Muchlis,194), dan menjadi
hukuman
pokok
pada
perlukaantidak sengaja. 2.2. Bentuk Pembayaran Diyat Menurut Imam Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Syafi’i dalam qaul qadim, diat dapat dibayar dengan salah satu dari tiga jenis yaitu: unta,emas,atau perak. Alasan tersebut didasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Amr ibn Hazmdari ayahnya dari kakeknya bahwa Rasulullah SAW menulis
surat
kepada
penduduk
yaman, diantara isi suratnya adalah: Sesungguhnya
barangsiapa
yang
membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang sah dan ada saksi, ia
331)
sebab
qiṣâṣ adalah: korban merupakan
terhalang karena suatu
(Sebab-sebab
terhalangnya
harus diqiṣâṣ kecuali apabila keluarga korban merelakan (memaafkannya) dan
sesungguhnya
menghilangkan
dalam
nyawa
harus
membayar diat, berupa seratus ekor unta (Asy-Syaukani, VII tth : 212)
Konsep Diyat
Vol. II No. 01, Mei 20156
Hadits yang diriwayatkan oleh
Adapun yang dimaksud dengan
Abu Dawud dari Atha’ ibn Abi
diyat berat adalah 100 ekor unta,diyat
Rabah, bahwa Rasulullah SAW telah
ini diberlakukan kepada pembunuhan
memutuskan dalam riwayat lain dari
sengaja yang mendapat pengampunan
Atha’ dari Jabir ia berkata: rasulullah
dari wali korban dan pembunuhan
telah memutuskan dalam diat untuk
semi sengaja.
pemilik unta seratus ekor unta, untuk
untanya
pemilik sapi dua ratus ekor sapi,
Syafi’iyah, dan Imam Muhammad
untuk pemilik kambing dua ribu ekor
ibn Hasan (Wahbah Zuhaili,VI,1989:
kambing, dan untuk pemilik pakaian
304), dibagi menjadi tiga yaitu:
dua ratus setel pakaian (Hadits
(a) 30 ekor unta hiqqah (umur 3-4
diriwayatkan Abu dawud). Alasan lain adalah penetapan Sayidina Umar dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi
melalui
Imam
Syafi’i,
Komposisi hewan menurut
Malikiyah,
tahun) (b) 30 ekor unta jaża’ah (umur 4-5 tahun) (c) 40 ekor unta khalifah (umur 4-5
Sayidina Umar menetapkan untuk
tahun)
penduduk
emas,
Pendapat ini didasarkan kepada
diyatnya adalah seribu dinar, dan
Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh
untuk perak diyatnya sepuluh ribu
Turmudzi dan Abu Dawud dari
dirham. (Wahbah Zuhaili, 1989,
Amr
VI:302)
Rasulullah SAW bersabda: “Diat
yang
memiliki
Ibnu
Syu’aib,
bahwa
Pada dasarnya pembayaran diyat
itu adalah tiga puluh ekor unta
diberikan dalam bentuk hewan unta,
jaża’ah, tiga puluh hiqqah, dan
hal ini mengingat unta pada waktu itu
empat puluh khalifah yang didalam
merupakan harta yang berharga, akan
perutnya
tetapi dari riwayat Hadits yang
Kahlani, III : 249)
dikemukaan di atas telah cukup jelas
pertama,
2.3. Jenis-Jenis Diyat bentuk
pemberatan
dan peringanan pembayaran diyat dibagi menjadi: 1) Diyatmughallaẓah (diyat berat)
(Al-
sengaja
yaitu:
pembayarannya
ditanggung sendiri oleh pelaku pembunuhan, ini sudah menjadi ijma’
sebagaimana
disampaikan
Ibnu Qudamah (1413 : 12 - 13). Kedua,
Konsep Diyat
anaknya”.
Sisi pemberatan hukuman diyat pembunuhan
bentuk pembayaran diyat.
Sebagai
ada
diwajibkan pembayaran
165
Vol. II No. 01, Mei 2016
secara kontan. Ketiga, diperberat
terlihat dalam aspek : pembayaran
dari sisi usia unta.
ditanggung sepenuhnya oleh pelaku, dalam
pembayaran dapat diangsur selama
pembunuhan semi sengaja hanya
tiga tahun, komposisi umur unta
satu yakni usia dan kadar jumlah
yang
unta sama dengan pembunuhan
hanabilah
sengaja.
kelompok:
Pemberatan
Namun,
mendapat
keringanan daru dua sisi yaitu: Pembayarannya dapat dibebankan kepada
‘Aqilah
pembayarannya dalam
dapat
waktu
‘Aqilahadalah secara
(keluarga)dan diangsur
tiga
tahun.
kelompok
bersama-sama
yang
menanggung
pembayaran diyat. Mereka adalah kelompok
aṣâbah,
yaitu
semua
kerabat laki-laki dari pihak bapak yang baligh, berakal, dan mampu (Sayid Sabiq, tth, II, 470). Hal ini
didasarkan
ijma’
sebagaimana
Ibnu
Qudamah,
dikatakan ”Diriwayatkan
dari
Umar
ra.
Bahwa keduanya menetapkan diyat kepada al-‘aqilahselama tiga tahun dan tidak ada yang menyelisihi keduanya
di
zaman
sehingga
itu
menjadi
mereka ijma’
(Qudamah, 1413, XII : 17) 2) Diyat mukhaffafah (diyat yang diperingan) Diyat
166
ini
diwajibkan
pembunuhan
tidak
Berlawanan
dengan
atas
sengaja.
menurut dibagi
hanafiyah
dan
menjadi
lima
(a) 20 ekor unta bintu makhaż ( unta betina umur 1-2 tahun) (b) 20 ekor unta ibnu makhaż (unta jantan umur 1-2 tahun) (c) 20 ekor unta bintu labun (unta betina umur 2-3 tahun) (d) 20 ekor unta hiqqah (umur 3-4 tahun) (e) 20 ekor unta jaża’ah (umur 4-5 tahun) Adapun menurut malikiyah dan syafi’iyah untuk unta ibnu makhaż diganti ibnu labun (unta jantan umur 2-3 tahun) (Wahbah Zuhaili, VI, 1989 : 306). Jika diperhatikan uraian di atas maka nampaklah bahwa pengampunan/
pemaafan
yang
diberikan oleh wali korban kepada si pelaku sangat besar pengaruhnya, karena
dapat
menghapus
dan
menggugurkan hukuman qiṣâṣ yang telah ditetapkan. 2.4. Jumlah pembayaran diyat 1) Diyat Pembunuhan
diyat
Para fuqaha berbeda pendapat
mugalladzah keringanan diyat ini
mengenai jumlah pembayaran diyat
Konsep Diyat
Vol. II No. 01, Mei 20156
yang dibayarkan kepada wali korban, berikut pendapat
Menurut Imam Hanafi, jenis
fuqaha tentang
diyat hanya ada dua macam yaitu
jumlah pembayaran diyat berdasarkan
diyat kesalahan dan diyat syibh al-
pembagian pembunuhan (Haliman,
'amd
tth : 322-325).
Dalam
Pembunuhan sengaja: 25 unta bintu makhaż,
25 unta bintu
labun, 25 unta hiqqah, 25 unta
kesengajaan).
menentukan
kesalahan,
a) Imam Malik
diyat
Imam
Hanafi
mendasarkan diri pada Hadits atTurmudzi "Rasulullah menetapkan dalam hal diyatkesalahan adalah 20 bintu makhaż, 20 ibnu makhaż, 20
jaża’ah. Pembunuhan semi sengaja: 30 unta hiqqah, 30 unta jaża’ah Pembunuhan kesalahan: 20 unta bintu makhaż, 20 unta ibnu labun, 20 unta bintu labun, 20 unta hiqqah, 20 unta jaża’ah b) Imam As-Syafi’i Pembunuhan
semi
bintu labun, 20 jaża’ah, dan 20 hiqqah". (At-Turmudzi : 1307). Hadits yang mempunyai sanad Ali bin Sa'id al-Kindi al-Kufi, Ibnu Abi Zaidah, al-Hajjāj, Zaid bin Hubair, Hasyf bin Malik, dari Abdullah bin Mas'ud
ini
merupakan
Hadits
marfu' (Ahmad Bahiej, 2003 : 8). sengaja:
diyatmughallaẓah Pembunuhan
(menyerupai
Namun
demikian,
pendapat
Imam Hanafi ini berbeda dengan sengaja:
diyatmughallaẓah Pempunuhan kesalahan: sama dengan pendapat imam malik c) Imam Hanafi Pembunuhan sengaja : Pembunuhan semi sengaja: 25 unta bintu makhaż, 25 unta bintu labun, 25 unta hiqqah, 25 unta jaża’ah Pembunuhan kesalahan: 20 unta
perkataan Ali bin Abi Thalib mengenai diyat kesalahan yang diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwa Ali berkata, "(Diyat) dalam (pembunuhan
karena)
kesalahan
adalah seperempatan, 25 hiqqah, 25 jaża’ah, 25 bintu labun, 25 bintu makhaż."
(Sunan
Abi
Dawud,
tth,384)
Hadits ini berasal dari
Hannād,
Abu
Ishaq,
'Ashim
al-Ahwash, bin
Abi
Dhamrah.
ibnu makhaż, 20 unta bintu
Perkataan sahabat Ali tersebut di
makhaż, 20 unta bintu labun, 20
atas juga berbeda dengan Hadits
unta hiqqah, 20 unta jaża’ah
riwayat Abu Dawud yang lain,
Konsep Diyat
167
Vol. II No. 01, Mei 2016
yaitu Hadits yang bersanad dari Muhammad
bin
al-Mutsanna,
(2) Hasyimah (luka sampai pecah tulang), diyatnya
Muhammad bin Abdullah, Sa'id,
10 ekor unta
Qatadah, Abdi Rabbih, Abi 'Iyadh
(3) Munaqqilah
(luka
dari Utsman bin 'Affan dan Zaid
samapai tulang meleset),
bin Tsabbit bahwa "(Diyat) dalam
diyatnya 15 ekor unta
(pembunuhan
karena)
kesalahan
(4) Mukmumah (luka sampai
adalah 30 hiqqah, 30 bintu labun,
kulit
20 ibnu labun, 20 bintu makhaż.
diyatnya 1/3 diyat
(Sunan Abi Dawud, tth, 4554)
(5) Jaifah
Adanya ketentuan dalam kedua Hadits ini yang berbeda karena kedua-duanya
berhenti
tenggorokan),
kepada
(perlukaan
anggota badan), diyatnya 1/3 diyat Diyat
Menghilangkan
sahabat-sahabat Nabi, yaitu Ali bin
Anggota Badan
Abi Thalib, Utsman bin Affan dan
(1) Telinga, masing-masing ½
Zaid bin Tsabit. Dalam ilmu Hadits, berhentinya sanad Hadits kepada sahabat Nabi disebut dengan Hadits mauquf. (Ahmad Bahiej, 2003 : 9) bila diceramti maka Hadits yang dipegangi oleh ulama Hanafi lebih kuat,
karena
Hadits
yang
diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud adalah Hadits yang marfu'
diyat (2) Mata, masing-masing ½ diyat (3) Kelopak mata, masingmasing ¼ diyat (4) Hidung,
diyat
kamilah
(100 ekor unta) (5) Bibir, masing-masing ½ diyat
yang tentunya lebih kuat daripada
(6) Lidah, diyat kamilah
Hadits yang mauquf.
(7) Gigi
asli
yang
tak
berguyah, 1 gigi diyatnya 2.5. Diyat tindakan Pidana atas selain jiwa Diyat perlukaan pada kepala (1) Muḍihah (luka sampai tulang), diyatnya 5 ekor unta
5 ekor unta (8) Rahang,
setiap
rahang diyatnya setengah diyat (9) Tangan, tangan
168
untuk
untuk
setiap
½
diyat,
Konsep Diyat
Vol. II No. 01, Mei 20156
menghilangkan
jari,
(9) Lenyapnya
diyatnya 5 ekor unta (10) Kaki,
sama
inzal, diyat kamilah
dengan
(10) Lenyapnya perempuan
diyattangan
untu berkturunan, diyat kamilah
(11) Puting susu, masing-
(11) Lenyapnya kemampuan
masing ½ diyat
bersetubuh,
(12) Dua buah pelir, masing-
(13) Dzakar, diyat kamilah buah
(12) Rusaknya satu saluran
pinggu,
sehingga air mani tidak
masing-masing ½ diyat
sampai
(15) Kedua bibir kemaluan wanita,
diyat
kamilah
masing ½ diyat
(14) Dua
kekuatan
pada
pada
rahim,
diyat kamilah
salah
(13) Lenyapnya daya gerak
satunya ½ diyat
tangan,
(16) Penyayatan kulit, diyat
sehingga
lumpuh, diyat kamilah
kamilah
(14) Lenyapnnya
Diyat melenyapkan manfaat
daya
berjalan, diyat kamilah
anggota badan
(Marsum, 1991 : 118-
(1) Akal, diyat kamilah
119)
(2) Pendengaran,
diyat
2.6. Hikmah Ketetapan Diyat
kamilah
Sebagaimana dijelaskan oleh al-
(3) Daya pemandangan, pada setiap mata ½ diyat (4) Penciuman,
kamilah
pengunyahan,
adalah
tindakan
preventif
agar
mengakibatkan
kekacauan
dalam masyarakat, serta menegakkan keadilan di tengah-tengah masyarakat.
perasaan,
diyat kamilah (8) Lenyapnya
qisahs-diyat
adanya
manusia tidak saling membunuh yang akan
(6) Lenyapnya suatra, diyat
hikmah
keberlangsungan hidup manusia di dunia,
berbicara,
diyat kamilah
(7) Lenyapnya
bahwa
hukuman diyat
kamilah (5) Kemampuan
Jurjawi
(Ahmad Bahiej, 2003 : 3). Ketetapan hukuman diyat dengan harta adalah
rasa diyat
untuk kepentingan dua belah pihak. Dari
pihak
pembunuh,
dengan
kamilah
Konsep Diyat
169
Vol. II No. 01, Mei 2016
membayar
denda
secara
damai
C. Simpulan
kepada keluarga terbunuh, dia akan
Diyat adalah sejumlah uang atau
merasakan kehidupan baru yang
harta yang harus dibayar oleh pelaku
aman, dan diberi kesempatan untuk
tindak pidana karena kematian atau
bertaubat ke jalan yang benar karena
kerusakan
merasakan
ditetapkan
kepada
kehidupan. Sementara bagi keluarga
dikarenakan,
Pertama,
terbunuh
yang
denda
pembunuhan sengaja yang dimaafkan
secara
damai
dapat
oleh
betapa
berharganya
menerima akan
anggota
kelurga
memanfaatkan harta tersebut untuk
pembunuhan
kelangsungan
hidupnya
ketiga,
meringankan
sedikit
dan beban
seseorang pelaku
terbunuh;Kedua,
yang
tidak
pembunuhan
disengaja;
yang
mirip
disengaja; Ketiga, tindak pidana atas
kesedihannya. (Al-Jurjawi, tt: 346)
selain jiwa.
inilah makna Firman Allah Surat al-
Jumlah
pembayaran
Baqoroh : 179, yang artinya:
pembunuhan
sengaja
Bagimu ada hukuman qiṣâṣ untuk kelangsungan hidup bagi orang yang berakal supaya menjadi orang yang bertaqwa.
pembunuhan
semi
Adanyadiyat ini dimaksudkan
badan.Diyat
diyat
sama
dengan
sengaja.
Bentuk
pembayaran diyat dapat berupa unta, emas,
perak
berdasarkan
beberapa
ketentuan Hadits.
untuk meringankan beban nafkah
Tujuan pemberlakuan diyat adalah
keluarga dan meringankan sedikit
sebagai keberlangsungan hidup manusia
kesedihat
di
hati
mereka
setelah
dunia,
tindakan
preventif
agar
ditinggal oleh orang yang dicintai.
manusia tidak saling membunuh yang
Disisi lain ketetapan diyat sebagai
akan mengakibatkan kekacauan dalam
bentuk perlindungan hukum bagi
masyarakat,
korban atau walinya secara langsung.
korban, serta menegakkan keadilan di
Pada pembunuhan semi sengaja dan
tengah-tengah masyarakat.
kesalahan,
wali
korban
kepada
erhadap
sangat
menentukan hukuman apa yang harus diterapkan
perlindungan
***
pelaku
pembunuhan.
170
Konsep Diyat
Vol. II No. 01, Mei 20156
DAFTAR PUSTAKA Audah,Abd Al-Qadir. 1968, At-Tasyrî’ Al-Jinai’ Al- Islâmi. Beirut: Dar Al katib Al- Arabi. A.Djazuli.1977.Fiqh Jinayat, Jakarta: PT. Raja Grafido Persada. Bahiej, Ahmad.2003.Memahami Keadilan Hukum Tuhan dalam Qisas dan Diyat.Fakultas Syari'ah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Muslich, Ahmad Wardi. 2005.Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika. As-Sijistani, Abu Dawud. 1994. Sunan Abi Dawud.Beirut: Dar al-Fikr Depdikbud. 1990.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Konsep Diyat
Haliman. 1960, Hukum Pidana Syari’at Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Ma’luf, Louis.1973, Kamus al-Munjid. Beirut: Darul Al-Masyriq, Libanon. Marsum. 1991.Jinayat (Hukum Pidana Islam), Perpustakaan fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta As-Syaukani,Muhammad ibn Ali.T.th.Nail al-Auṭâr.Saudi Arabia: Idârah al-Buhuts al-‘Ilmiyah. Sabiq, Sayid. 1980.Fiqh As-Sunnah. Beirut: Dar Al-Fikr. Zuhaili, Wahbah. 1989.Al-Fiqh AlIslâmi wa Adillatuh. Damaskus: Dar Al-Fikr.
171
Vol. II No. 01, Mei 2016
172
Konsep Diyat