Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016 Pusat Inovasi - LIPI
NET 04
KONSEP DAN PROSES ALIH TEKNOLOGI BUDIDAYA TERPADU TERIPANG PASIR, BANDENG DAN RUMPUT LAUT Muhammad Firdaus, Lisa Fajar Indriana, Sigit Anggoro Putro Dwiono dan Hendra Munandar Balai Bio Industri Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
[email protected] Abstrak. Teknologi budidaya terpadu berbasis Integrated Multi Trophic Aquaculture (IMTA) dimana sistem ini menggabungkan tiga komoditas yaitu teripang pasir, bandeng, dan rumput laut dalam satu sistem budidaya. Teknologi tersebut memungkinkan peningkatan produktivitas dan nilai ekonomi tambak terbengkalai dengan tetap mempertahankan kualitas perairan. Proses alih teknologi IMTA oleh Balai Bio Industri Laut – LIPI dilaksanakan dalam skema Lombok Marine Technopark. Target alih teknologi adalah 4 kelompok pembudidaya di Lombok Barat dan Lombok Timur dengan total lahan yang dikelola seluas 13,78 hektar. Proses alih teknologi terdiri atas kegiatan inti berupa pelaksanaan budidaya dengan melibatkan kelompok pembudidaya serta kegiatan pendukung berupa penguatan infrastruktur, penguatan kapasitas SDM, koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait, dan pengelolaan program. Berdasarkan hasil evaluasi, pelaksanaan kegiatan di lapangan bervariasi dan tergantung kepada kondisi lokasi budidaya, tingkat partisipasi kelompok dan kendala yang ditemukan di lapangan. Tingkat pemanfaatan lahan masih relatif rendah (<50%) meskipun terdapat 2 kelompok yang memiliki nilai cukup baik, yaitu kelompok Bina Bersama (68%) dan Terune (100%). Tingkat partisipasi anggota relatif rendah (<50%), kecuali kelompok Terune yang mencapai 80%. Hasil identifikasi permasalahan mengarah kepada aspek sosial dan teknis sebagai penyebab, dalam hal ini adalah pola pikir masyarakat pesisir yang masih bersifat ekstraktif serta hal yang bersifat teknis antara lain kurang sesuainya konstruksi tambak dan prasarana pendukung yang kurang memadai. Kegiatan pendampingan yang dilakukan secara intensif merupakan upaya yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang terjadi dan meningkatkan peluang keberhasilan alih teknologi. Secara umum, kegiatan budidaya IMTA mendapat apresiasi yang baik dari kelompok pembudidaya dan para pemangku kepentingan.
Kata Kunci: IMTA, Teripang pasir, bandeng, rumput laut, alih teknologi
Sub Tema New Emerging Technology dan Teknologi Terapan
51
Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016 Pusat Inovasi - LIPI
PENDAHULUAN Budidaya tambak merupakan salah satu tulang punggung perikanan budidaya Indonesia. Sumbangsih kegiatan budidaya tambak terhadap volume produksi perikanan budidaya sebesar 16,91% (2,43 juta ton) dengan nilai 38,02% (Rp 42,5 trilyun) dari total produksi perikanan budidaya. Potensi lahan budidaya tambak Indonesia mencapai 2,96 juta hektar, dengan tingkat pemanfaatan sebesar 22,50% (0,65 juta hektar) (KKP, 2015). Dari keseluruhan lahan yang dimanfaatkan, sekitar 8,72% (258 ribu hektar) merupakan lahan yang dapat digolongkan sebagai tambak dengan kondisi marjinal dan terbengkalai (idle). Lahan tambak terbengkalai pada umumnya merupakan lahan eks budidaya udang. Program Udang Nasional pada 1982 sampai 1995 berhasil menjadikan Indonesia sebagai produsen dan sekaligus pengekspor udang tambak terbesar di dunia. Meskipun produksi udang nasional sempat terpuruk pada tahun 1996 sampai 1999 akibat wabah penyakit dan kerusakan lingkungan. Industri udang nasional mulai bangkit setelah introduksi udang putih (Litopenaeus vannameii) pada 2001. Meskipun demikian, tidak sepenuhnya lahan tambak dapat dikembalikan pada kondisi optimal. Kendala biaya, prevalensi penyakit yang tinggi dan berbagai faktor menyebabkan sebagian lahan tetap terbengkalai atau dikelola secara ekstensif untuk budidaya bandeng, rumput laut (Gracilaria sp.) dan beberapa komoditas lainnya. Pengelolaan ekstensif tambak untuk budidaya bandeng dan rumput laut Gracilaria sp. merupakan praktek yang umum dijumpai. Meskipun demikian, metode budidaya ekstensif cenderung menghasilkan produktivitas dan nilai ekonomi yang rendah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pengembangan budidaya terpadu (polikultur) berbasis Integrated Multi Trophic Aquaculture (IMTA). Prinsip dari teknologi IMTA adalah memelihara beberapa komoditas dalam suatu sistem budidaya dengan memperhatikan tingkat trofik (Chopin et al., 2004; Chopin, 2006; Chopin et al., 2008). Teknologi tersebut memungkinkan peningkatan produktivitas dengan tetap mempertahankan kualitas perairan (prinsip keberlanjutan) (Ridler et al., 2007; Barrington 2009). Penerapan teknologi budidaya terpadu berbasis IMTA telah dilaksanakan oleh Balai Bio Industri Laut (BBIL), Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI dengan menggabungkan komoditas “TERBARU” yaitu teripang pasir, bandeng dan rumput laut Gracilaria sp. dalam sistem budidaya tambak. Teknologi budidaya teripang pasir telah diteliti dan dikembangkan sejak tahun 2011 oleh BBIL, mencakup teknik pembenihan dan pembesaran. Meskipun teknologi tersebut telah dinggap siap, proses alih teknologi menghadapi kendala terutama karena teripang pasir tergolong komoditas baru bagi pembudidaya. Pengembangan teknologi budididaya IMTA merupakan jembatan dalam proses alih teknologi budidaya Sub Tema New Emerging Technology dan Teknologi Terapan
52
Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016 Pusat Inovasi - LIPI
teripang mengingat pembudidaya umumnya telah menguasai teknologi budidaya bandeng dan rumput laut. Teknologi ini sekaligus merupakan inovasi dalam peningkatan produktivitas dan nilai ekonomi lahan tambak yang dikelola secara ekstensif. Proses alih teknologi budidaya IMTA “TERBARU” dilaksanakan oleh BBIL – LIPI sebagai salah satu sub kegiatan dalam pelaksanaan Lombok Marine Technopark. Makalah ini memaparkan konsep dan proses yang dilaksanakan dalam alih teknologi budidaya IMTA “TERBARU”.
METODOLOGI Objek Kajian dalam makalah ini adalah konsep dan proses alih teknologi budidaya IMTA “TERBARU” dilaksanakan oleh BBIL – LIPI sebagai salah satu sub kegiatan dalam pelaksanaan Lombok Marine Technopark. Kajian dilaksanakan di BBIL – LIPI dan lokasi pelaksanaan budidaya IMTA “TERBARU” di Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Timur, Provinsi NTB. Metode yang digunakan pada kajian ini adalah metode kualitatif dengan analisis deskriptif berdasarkan data primer dan sekunder yang tersedia selama pelaksanaan kegiatan. Pengumpulan data dilakukan melalui pendekatan studi pustaka, wawancara maupun focus group discussion (FGD) dengan pemangku kepentingan terkait, serta pengumpulan data dari laporan kegiatan budidaya IMTA “TERBARU” tahun 2015 dan 2016.
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Budidaya IMTA ”TERBARU” Kegiatan budidaya polikultur teripang pasir, ikan bandeng dan rumput laut Gracilaria sp. dengan menggunakan sistem polikultur berbasis Integrated Multi-Trophic Aquaculture (IMTA), merupakan salah bagian dari program Lombok Marine Technopark. Dalam sistem ini, polikultur dilaksanakan dengan mempertimbangkan posisi masing-masing biota dalam ekosistem budidaya (Tabel 1). Rumput laut Gracilaria sp. berperan sebagai produsen yang menyerap nutrisi yang berasal dari perairan, pupuk, dan sisa metabolisme biota dalam tambak kemudian mengkonversinya menjadi biomassa melalui proses fotosintesis (Yang et al., 2015). Bandeng berperan sebagai konsumen (filter feeder) yang memakan partikel tersuspensi, fitoplankton, dan klekap (Watanabe et al., 2015). Teripang berperan sebagai pemakan detritus yang memanfaatkan bahan organik dalam tambak (Namukose et al., 2016) Melalui metode ini, daur nutrisi dalam sistem budidaya menjadi lebih efisien (Gambar 1), karena biaya pakan dan
Sub Tema New Emerging Technology dan Teknologi Terapan
53
Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016 Pusat Inovasi - LIPI
pengelolaan kualitas air dapat ditekan secara optimal yang akhirnya berdampak pada penurunan biaya produksi.
Tabel 1. Peranan komoditas dalam budidaya terpadu sistem IMTA teripang pasir, bandeng dan rumput laut. No 1
Komoditas Rumput Laut Gracilaria sp.
Fungsi Ekologis Produsen
2
Bandeng Chanos chanos
Konsumen
3
Teripang Pasir Holothuria scabra
Pemakan Detritus
• • • • • • • • •
Uraian Fungsi Menyerap sisa metabolisme teripang dan bandeng (Amonia, Nitrit, Nitrat, Fosfat) Menghasilkan biomassa (produk) Sebagai shelter bagi teripang Memakan plankton di kolom perairan Memakan klekap dan lumut; menjaga rumput laut tetap bersih Menghasilkan biomassa (produk) Memakan sisa pakan, feses, sisa pembusukan dan bahan organik lain Menggemburkan dasar perairan Menghasilkan biomassa (produk)
Gambar 1. Ekosistem tambak budidaya terpadu sistem IMTA teripang pasir, bandeng dan rumput laut.
Selain lebih ramah lingkungan, budidaya IMTA “TERBARU” juga memiliki produktivitas dan nilai ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan budidaya masing-masing komoditas secara monokultur. Introduksi teripang pasir sebagai komoditas baru dalam budidaya, secara langsung meningkatkan nilai ekonomi. Hal tersebut dikarenakan teripang pasir, terutama yang sudah diolah menjadi teripang kering memiliki nilai jual yang tinggi. Merujuk kepada Purcell (2014) peluang pasar teripang pasir sangat menjanjikan, harga jual akhir teripang pasir kering untuk konsumen berada pada kisaran yang relatif tinggi dengan rerata USD 300/kg dan bahkan mencapai USD 1.668/kg untuk kualitas premium. Sub Tema New Emerging Technology dan Teknologi Terapan
54
Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016
55
Pusat Inovasi - LIPI
Berdasarkan informasi lama siklus budidaya dan data produksi, estimasi produktivitas dan pendapatan per tahun untuk lahan tambak seluas satu hektar dapat dihitung sebagaimana tercantum dalam tabel 2. Berdasarkan data tersebut, estimasi pendapatan budidaya terpadu sistem IMTA “TERBARU” lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya monokultur yaitu sebesar 17,5% (monokultur teripang), 422,2% (monokultur bandeng), dan 879,2% (monokultur Gracilaria sp.).
Tabel 2. Estimasi produktivitas dan nilai ekonomi budidaya terpadu sistem IMTA “TERBARU” No
Sistem Produksi
1
Monokultur rumput laut Gracilariasp.
2 3
4
Lama budidaya /siklus 2 bulan
Jumlah siklus /tahun Maksimum 6 siklus
• 5.000 kg/Ha (basah) setara 500 kg/Ha (Kering)
Estimasi Produktivitas /Ha/Tahun • 30.000 kg/Ha (basah) setara 3.000 kg/Ha (Kering)
Monokultur bandeng Monokultur teripang pasir
4 bulan
Maksimum 3 siklus Maksimum 2 siklus
• 500 kg/Ha
• 1.500 kg/Ha
IMTA : teripang – bandeng – rumput laut Gracilaria sp.
6 bulan
• 1.000 kg/Ha (basah) setara 100 kg/Ha (Kering) • Teripang 100 kg/Ha (kering) • Bandeng 450 kg/Ha • Gracilaria 500 kg/Ha (Kering)
• 2.000 kg/Ha (basah) setara 200 kg/Ha (Kering) • Teripang 200 kg/Ha (kering) • Bandeng 900 kg/Ha • Gracilaria 1.000 kg/Ha (Kering)
6 bulan
Maksimum 2 siklus
Data Produksi /Ha
Estimasi Pendapatan /Tahun Rp 12.000.000
Rp 22.500.000 Rp 100.000.000
Rp 117.500.000
Keterangan: Perhitungan berdasarkan data produksi dan harga minimum; rumput laut kering Rp 4.000/kg; bandeng Rp 15.000/kg; teripang kering Rp 500.000/kg.
Secara teknis, penerapan budidaya terpadu sistem IMTA teripang pasir, bandeng dan rumput laut menyebabkan jumlah siklus budidaya bandeng dan rumput laut Gracilaria sp. dalam satu tahun berkurang. Hal ini disebabkan perbedaan waktu yang dieprlukan sejak tebar hingga mencapai ukuran panen. Budidaya teripang pasir membutuhkan waktu sekitar 6 bulan untuk mencapai ukuran panen (> 200 g/ekor) dengan syarat menggunakan benih siap tebar berukuran >50 g/ekor. Pola tanam budidaya terpadu sistem IMTA teripang pasir, bandeng dan rumput laut digambarkan dalam Gambar 2.
Sub Tema New Emerging Technology dan Teknologi Terapan
Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016 Pusat Inovasi - LIPI
Gambar 2. Time line budidaya terpadu sistem IMTA teripang pasir, bandeng dan rumput laut Gracilaria sp.
Proses Alih Teknologi Sebagai teknologi baru, budidaya terpadu sistem IMTA harus melalui proses alih teknologi agar dapat diterima dan dimanfaatkan secara nyata oleh masyarakat. Proses alih teknologi tersebut, dilakukan dalam skema Lombok Marine Technopark. Technopark didefinisikan sebagai tempat / situs dimana tema teknologi tertentu dipamerkan pada masyarakat luas sehingga masyarakat dapat mengetahui state of the art teknologi yang dipamerkan. Pada beberapa Technopark, pameran teknologi ini dilengkapi dengan pendidikan dan latihan yang berhubungan dengan teknologi yang dipamerkan. Dengan adanya kegiatan pendidikan dan latihan, maka anggota masyarakat yang berkeinginan untuk mengetahui lebih jauh mengenai teknologi yang dipamerkan dapat memprolehnya dengan lebih mudah. Sementara itu, untuk teknologi baru yang belum memiliki bukti keberhasilannya maka anggota masyarakat yang berminat perlu diyakinkan lebih jauh melalui areal percontohan (demonstration plot) dan juga pendampingan dalam penerapannya. Selain itu, sebagai kegiatan produksi yang memerlukan investasi maka anggota masyarakat yang menunjukkan keseriusan dalam menerapkan teknologi yang diintroduksikan perlu dibantu dalam pengadaan sarana dan prasarana produksi. Skema kerja alih teknologi budidaya terpadu sistem IMTA sebagai salah satu sub kegiatan Lombok Marine Technopark digambarkan dalam Gambar 4. Proses alih teknologi terdiri atas kegiatan inti berupa pelaksanaan budidaya dengan melibatkan kelompok pembudidaya. Selain itu, terdapat kegiatan pendukung untuk menjamin proses alih teknologi berjalan dengan baik yaitu penguatan infrastruktur, penguatan kapasitas SDM, koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait, dan pengelolaan program.
Sub Tema New Emerging Technology dan Teknologi Terapan
56
Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016 Pusat Inovasi - LIPI
Gambar 4. Skema alih teknologi budidaya terpadu sistem IMTA
Salah satu tahapan penting dalam proses alih teknologi adalah penentuan mitra pembudidaya. Aspek penting dari mitra seperti profil sosial ekonomi dan kelayakan lokasi budidaya dan mitra menjadi salah satu aspek penting yang menunjang keberhasilan kegiatan budidaya. Selama tahun 2015 telah dilakukan penjajakan calon mitra dan kelayakan lokasi budidaya dengan fokus wilayah Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Timur. Berdasarkan baseline study teknis dan sosial ekonomi, dipilih 4 kelompok pembudidaya untuk melaksanakan kegiatan budidaya IMTA teripang pasir, bandeng dan rumput laut. Status kelompok mitra tersebut disajikan dalam tabel 3.
Tabel 3. Status Kelompok Mitra budidaya terpadu sistem IMTA teripang pasir, bandeng dan rumput laut. No
Nama Kelompok
Lokasi
Jumlah Anggota 10 orang
Status Kelompok Pengesahan oleh Desa.
1
Kelompok Budidaya Harapan Bersama
Dusun Madak Beleq, Desa Cendi Manik, Kec. Sekotong Tengah, Kab. Lombok Barat
2
Kelompok Budidaya Bina Bersama (BBS)
Dusun Empol, Desa Cendi Manik, Kec. Sekotong Tengah, Kab. Lombok Barat
10 orang
Pengesahan oleh Desa.
3
Kelompok Budidaya Terune KUB Kuda Laut, Permas
Dusun Labuan Treng, Kec. Lembar, Kab. Lombok Barat Dusun Permas, Desa Pare Mas, Kec. Jerowaru, Kab. Lombok Timur
4 orang
Pengesahan oleh Desa. Pengesahan oleh Desa
4
10 orang
Kepemilikan Lahan Lahan milik pribadi/ digarap oleh anggota kelompok Luas lahan: 9,7 Ha Lahan milik UPTD Tambak, Dislutkan Kab. Lombok Barat. Luas lahan: 2,8 Ha Lahan milik pribadi Luas lahan: 25 are Lahan milik Desa Pare Mas Luas lahan:1,03 Ha
Sub Tema New Emerging Technology dan Teknologi Terapan
57
Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016 Pusat Inovasi - LIPI
Setelah kelompok pembudidaya sebagai mitra alih teknologi ditentukan, langkah yang dilaksanakan adalah memberikan pelatihan budidaya teripang pasir sistem polikultur terintegrasi atau Integrated Multi-Trophic Aquaculture (IMTA). Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas SDM dalam hal pengelolaan kegiatan budidaya tambak sebagai bekal kelompok masyarakat calon mitra dalam pelaksanaan kegiatan. Kegiatan pelatihan dilaksanakan di Balai Bio Industri Laut yang berada di Dusun Teluk Kodek, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara NTB. Secara keseluruhan, pelatihan budidaya IMTA dilaksanakan dalam 3 (tiga) gelombang ini memakan waktu lebih dari satu bulan (Tabel 4). Kurikulum pelatihan terdiri atas 33 jam pelajaran dengan sesi teori dan praktek (Gambar 5a).
Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Budidaya Teripang Pasir Sistem Integrated MultiTrophic Aquaculture (IMTA) di Lombok Marine Technopark Tahun 2015 No 1 2 3
Waktu 19 – 23 Oktober 2 – 5 Nopember 9 – 12 Nopember
Peserta 18 pria, 1 wanita 15 pria, 5 wanita 19 pria, 1 wanita
Asal Pembudidaya dan Penyuluh Lombok Barat Pembudidaya dan Penyuluh Lombok Timur Guru, Mahasiswa, Penyuluh & Pegawai Dinas KP Kabupaten
Setelah pelaksanaan pelatihan, pada Bulan Desember 2015 masing-masing kelompok mulai melaksanakan kegiatan budidaya yang diawali dengan persiapan lahan, penebaran benih dan pemeliharaan komoditas budidaya (Gambar 5b). Untuk memastikan kegiatan berjalan baik sekaligus mengidentifikasi permasalahan dan mencari solusi dalam kegiatan Budidaya IMTA, maka dilakukan pendampingan yang dilaksanakan secara rutin (minimum 1 kali dalam 2 bulan) untuk masing-masing kelompok (Gambar 5c). Meskipun pelaksanaan pendampingan berjalan dengan intensif dan terdapat patokan pelaksanaan berupa jadwal pola tanam dan tahapan kegiatan yang baku (Gambar 2), pelaksanaan di lapangan sangat bervariasi dan tergantung kepada kondisi lokasi budidaya, tingkat partisipasi kelompok dan kendala yang ditemukan di lapangan. Status kegiatan untuk masing-masing kelompok tidak seragam. Status kegiatan hingga akhir September 2016 untuk masing-masing kelompok mitra ditampilkan pada tabel 5.
Sub Tema New Emerging Technology dan Teknologi Terapan
58
Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016 Pusat Inovasi - LIPI
Tabel 5. Status Kegiatan budidaya IMTA “TERBARU” hingga September tahun 2016. No 1
Nama Kelompok Kelompok Budidaya Harapan Bersama
• • •
• • •
2
Kelompok Budidaya Bina Bersama (BBS)
• • • • • • • • • • • •
3
Kelompok Budidaya Terune
• • • • • • • •
•
4
KUB Kuda Laut
• • • • •
Status Kegiatan Persiapan tambak (perbaikan pematang, sterilisasi, dan pemupukan) – (Desember 2015) Penebaran 90.000 benih bandeng (Januari 2016) Uji coba pendederan dan penebaran teripang pasir di tambak 5 dan 6, sebanyak 250 ekor anakan (ukuran >10g) dan pendederan 250 ekor anakan (ukuran <1g) pada Januari 2016 tersisa 68 ekor ukuran 10 g pada April 2016 Perakitan 20 gogona pendederan teripang pasir Pendederan 750 ekor anakan teripang (ukuran <1g) (April & Mei 2016). Panen 2000 kg rumput laut dan penebaran 1000 kg bibit rumput laut Gracilaria sp. (Mei 2016) Perbaikan pematang rusak akibat rob (Juli 2016) Penebaran benih bandeng sebanyak 5000 ekor Perakitan 20 gogona pendederan teripang pasir Pendederan 1000 ekor anakan teripang pasir (ukuran <1g) – (April & Mei 2016). Pemantauan pertumbuhan anakan teripang pasir (ukuran 25 g, Tingkat Kelangsungan Hidup 60%) – (28 Juni 2016) Penebaran 20.000 nener bandeng (28 Juni 2016) Pembesaran 600 ekor teripang pasir, pendederan 700 anakan teripang pasir, penebaran 2500 ekor tokolan bandeng (Agustus 2016). Panen parsial rumput laut Gracilaria sp. + 750 kg (Juli- September 2016) Perbaikan pematang tambak (Agustus 2016) Pembesaran 150 ekor teripang pasir (>100 g) dan pendederan 150 ekor (>20 g) (September 2016) Pendederan 300 ekor anakan teripang (<5 g) dan 10.000 nener bandeng (September 2016) Serah terima, perakitan, penggantian dan pembersihan gogona pendederan (September 2016) Persiapan panen + 4.000 kg rumput laut Gracilaria sp. (Oktober 2016) Persiapan tambak perbaikan pematang, sterilisasi, dan pemupukan (November 2015). Penebaran benih bandeng sebanyak 5000 ekor, teripang pasir 500 ekor, dan rumput laut Gracilaria sp. 250 kg (Desember 2015). Panen parsial rumput laut sebanyak 4 kali pada triwulan 1 2016 ( + 750 kg) Perakitan 20 gogona pendederan teripang pasir Pendederan 1000 ekor anakan teripang (ukuran <1g) pada April 2016. Panen total rumput laut Gracilaria sp. (325 kg) dan bandeng (55 kg) Persiapan tambak (penguatan pematang dengan bedek bambu, penambahan pintu air dengan konstruksi pipa 8 inch, dan pengerukan lumpur untuk menambah kedalaman tambak) (Agustus 2016) Pendederan 140 ekor anakan teripang pasir dan 10.000 nener bandeng (September 2016) Panen rumput laut Gracilaria sp. sebanyak 518 kg (September 2016) Persiapan tambak perbaikan pematang, sterilisasi, dan pemupukan (Januari 2016) Penebaran benih bandeng sebanyak 20.000 ekor dan teripang pasir 250 ekor (Januari 2016) Penebaran rumput laut Gracilaria sp. sebanyak 300 kg (April 2016) Renovasi konstruksi tambak (September 2016)
Sub Tema New Emerging Technology dan Teknologi Terapan
59
Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016 Pusat Inovasi - LIPI
Secara umum kegiatan berjalan dengan baik, meskipun menemui berbagai kendala dalam pelaksanaan. Komoditas bandeng dan rumput laut Gracilaria sudah beberapa kali dipanen dari tambak kelompok pembudidaya (Gambar 5d). Sistem budidaya yang lebih rumit menyebabkan pembudidaya memerlukan waktu untuk mengadopsi langkah kerja dan teknik yang diajarkan, terutama untuk teripang pasir. Hal ini mengakibatkan, komoditas teripang pasir kurang terpelihara dengan baik pada periode awal kegiatan. Namun seiring dengan pendampingan yang dilaksanakan secara intensif, pembudidaya mulai dapat mengadopsi teknologi tersebut. Pertumbuhan teripang pasir pada bulan September 2016 cukup memuaskan. Sebanyak 600 ekor teripang pasir (gelombang 1) dibesarkan dalam 8 buah kurungan tancap berukuran 5 m x 5 m. Bobot rata-rata anakan teripang pasir setelah satu bulan pembesaran mencapai 100 g/ekor dengan kelangsungan hidup 60%. Diperkirakan, gelombang 1 dapat dipanen pada awal tahun 2017 dengan bobot minimum 200 g/ekor (Gambar 5e).
Gambar 5. Dokumentasi alih teknologi budidaya terpadu sistem IMTA: a) Pelatihan budidaya IMTA; b) Kegiatan budidaya di tambak; c) Pendampingan kelompok pembudidaya; d) Panen bandeng; e) Teripang berukuran + 100 g/ekor; f) FGD budidaya terpadu sistem IMTA dan Kunjungan Kerja Kepala LIPI.
Evaluasi pelaksanaan kegiatan budidaya IMTA, menunjukkan beberapa hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan kegiatan (tabel 6). Beberapa hal yang bersifat teknis adalah lain kurang sesuainya konstruksi tambak dan prasarana pendukung yang kurang memadai. Secara lebih detail permasalahan Sub Tema New Emerging Technology dan Teknologi Terapan
60
Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016
61
Pusat Inovasi - LIPI
teknis yang sering ditemukan antara lain pintu air kurang kuat, sirkulasi air buruk, dangkal, dasar tambak tanah terlalu berpasir (porous) dan berbatu, dan gangguan alam (banjir dan limpasan air tawar serta surut rendah yang mengurangi debit air). Kondisi tersebut mengakibatkan tidak semua kelompok mampu memanfaatkan potensi lahan tambak secara optimal. Berdasarkan data hanya dua kelompok yang memiliki tingkat pemanfaatan lahan lebih dari 50%, yaitu kelompok Bina Bersama (68%) dan Terune (100%). Tingkat pemanfaatan lahan, diduga juga berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota. Secara umum tingkat partisipasi anggota relatif rendah (<50%), kecuali kelompok Terune yang mencapai 80%. Anomali pada kelompok Terune diduga lebih dipengaruhi oleh jumlah kelompok yang tidak terlalu besar dan adanya hubungan keluarga antar anggota kelompok. Pada 3 kelompok lainnya, partisipasi anggota relatif kurang yang ditandai dengan rendahnya kehadiran anggota dalam kegiatan kelompok. Hasil identifikasi permasalahan selama pendampingan mengarah kepada aspek sosial sebagai penyebab, dalam hal ini adalah budaya nelayan yang bertolak belakang dengan kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya memerlukan ketekunan dan konsistensi selama masa pemeliharaan dan pendapatan hanya akan diperoleh saat komoditas budidaya dipanen, sedangkan dalam kehidupan nelayan pendapatan bersifat harian.
Tabel 6. Evaluasi Pelaksanaan budidaya terpadu sistem IMTA teripang pasir, bandeng dan rumput laut. Parameter Evaluasi Harapan Bersama Tingkat Partisipasi Anggota (%) Tingkat Pemanfaatan Lahan (%) Kesesuaian teknis (konstruksi tambak & prasarana pendukung) Pengetahuan dasar budidaya tambak Proyeksi Keberhasilan Budidaya Hambatan Utama Kegiatan
Nama Kelompok Bina Bersama Terune
Kuda Laut
25
32
80
15
47
68
100
12
Kurang sesuai
Sesuai
Kurang sesuai
Kurang sesuai
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Tinggi
Tinggi
Rendah
• Gangguan alam (banjir dan limpasan air tawar – periode tertentu) • Aspek sosial: kerjasama kurang
• Konstruksi tambak kurang sesuai: pematang rapuh, kedalaman dangkal
• Karakteristik & konstruksi tambak tidak ideal: dasar berpasir, pematang rapuh • Aspek sosial: kerjasama kurang
• Karakteristik & konstruksi tambak tidak ideal: pintu air kurang, sirkulasi air buruk, dangkal dan berbatu • Aspek sosial: budaya nelayan sangat kuat
Sub Tema New Emerging Technology dan Teknologi Terapan
Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016 Pusat Inovasi - LIPI
Berdasarkan hasil evaluasi, proses alih teknologi Budidaya Sistem IMTA masih berpeluang untuk berhasil, terutama untuk kelompok Bina Bersama dan Terune. Tingkat keberhasilan untuk kelompok Harapan Bersama dan Kuda Laut rendah karena banyaknya permasalahan yang terjadi baik sosial maupun teknis. Meskipun demikian, kegiatan pendampingan yang dilakukan secara intensif diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang terjadi dan meningkatkan peluang keberhasilan alih teknologi untuk kedua kelompok tersebut. Untuk memperkaya informasi, mengidentifikasi permasalahan sekaligus mencari solusi beberapa FGD telah dilaksanakan. Dalam FGD yang dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2016 di UPTD Tambak Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Barat, dihadiri oleh 60 pemangku kepentingan terkait antara lain anggota kelompok budidaya sistem IMTA binaan LIPI, Kepala Dinas dan Staf Dislutkan Kab. Lombok Barat, Camat dan staf Kecamatan Sekotong, Kapolsek dan Staf Binmas Polsek Sekotong, Kepala Desa Cendi Manik beserta para Kepala Dusun, tokoh masyarakat. Dalam acara tersebut turut hadir Kepala LIPI sebagai salah satu narasumber (Gambar 5f). Berdasarkan curah pikir peserta FGD kegiatan budidaya IMTA mendapat apresiasi yang baik dari para pemangku kepentingan. Sebagai teknologi tepat guna yang relatif murah dan mudah diterapkan oleh masyarakat, budidaya sistem IMTA diharapkan menjadi solusi dalam peningkatan produktivitas tambak dan menjadi alternatif sumber kesejahteraan masyarakat. Sebagai tindak lanjut, pemangku kepentingan terkait akan senantiasa mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut agar berhasil dan dapat diterapkan dalam skala yang lebih besar.
KESIMPULAN DAN SARAN Proses alih teknologi budidaya IMTA teripang pasir, bandeng, dan rumput laut Gracilaria sp. telah dilaksanakan dengan baik. Kegiatan budidaya IMTA mendapat apresiasi yang baik dari para pemangku kepentingan. Sebagai teknologi tepat guna yang relatif murah dan mudah diterapkan oleh masyarakat, budidaya sistem IMTA diharapkan menjadi solusi dalam peningkatan produktivitas tambak dan menjadi alternatif sumber pendapatan masyarakat. Permasalahan utama yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan adalah tingkat pemanfaatan lahan dan partisipasi yang masih rendah (<50%). Hasil identifikasi permasalahan mengarah kepada aspek sosial dan teknis sebagai penyebab, dalam hal ini adalah pola pikir nelayan yang bertolak belakang dengan kegiatan budidaya serta hal yang bersifat teknis adalah lain kurang sesuainya konstruksi tambak dan prasarana pendukung yang kurang memadai. Kegiatan pendampingan yang dilakukan secara intensif merupakan upaya yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang terjadi dan meningkatkan peluang keberhasilan alih teknologi. Sub Tema New Emerging Technology dan Teknologi Terapan
62
Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016 Pusat Inovasi - LIPI
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh anggota Tim dan seluruh sivitas Balai Bio Industri Laut – LIPI atas dukungan teknis dan non-teknis dalam kegiatan Alih Teknologi Budidaya IMTA “TERBARU” - Lombok Marine Technopark.
DAFTAR PUSTAKA Barrington, K., T. Chopin and S. Robinson. 2009. Integrated multi-trophic aquaculture (IMTA) in marine temperate waters. In D. Soto (ed.). Integrated mariculture: a global review. FAO Fisheries and Aquaculture Technical Paper. No. 529. Rome, FAO. p. 7– 46. Chopin, T., S. Robinson, M. Sawhney, S. Bastarache, E. Belyea, R. Shea, W. Armstrong, Stewart and P. Fitzgerald. 2004. The AquaNet integrated multi-trophic aquaculture project: rationale of the project and development of kelp cultivation as the inorganic extractive component of the system. Bulletin of the Aquaculture Association of Canada, 104(3): 11-18. Chopin T. 2006. Integrated multi-trophic aquaculture. What it is, and why you should care…and don't confuse it with polyculture. Northern Aquaculture, 12(4), July/August 2006, p. 4. Chopin, T., S.M.C. Robinson, M. Troell, A. Neori, A. Buschmann and J.G. Fang. 2008. Ecological Engineering: Multi-Trophic Integration for Sustainable Marine Aquaculture In: Encyclopedia of Ecology, Jorgensen, S.E. and Fath. B. (Eds.), Amsterdam. Elsevier, 3120 p. Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2015. Kementrian Kelautan dan Perikanan dalam Angka Tahun 2015. Jakarta: Pusat data Statistik dan Informasi. 308 hal Namukosel, M. Msuya, F.E., Ferse, S.C.A., Slater, M.J., Kunzmann, A. 2016. Growth performance of the sea cucumber Holothuria scabra and the seaweed Eucheuma denticulatum: integrated mariculture and effects on sediment organic characteristics. Aquacult Environ Interact 8: 179–189. doi: 10.3354/aei00172. Purcell SW (2014) Value, Market Preferences and Trade of Beche-De-Mer from Pacific Island Sea Cucumbers. PLoS ONE 9(4): e95075. doi:10.1371/journal.pone.0095075. Ridler, N., Wowchuk, M., Robinson, B., Barringto,n K., Chopin, T., Robinson, S., Page, F., Reid, G., Szemerda, M., Sewuster, J., Boyne-Travis, S. 2007. Integrated multi – trophic aquaculture (IMTA): a potential strategic choice for farmers. Aquaculture Economics & Management, 11:1, 99-110. http://dx.doi.org/10.1080/13657300701202767. Watanabe, S., Kodama, M., Orozco, Z. G. A., Sumbing, J. G., Novilla, S. R. M., & Lebata-Ramos, M. J. H. (2015). Estimation of energy budget of sea cucumber, Holothuria scabra, in integrated multi-trophic aquaculture. In M. R. R. Romana-Eguia, F. D. Parado-Estepa, N. D. Salayo, & M. J. H. Lebata-Ramos (Eds.), Resource Enhancement and Sustainable Aquaculture Practices in Southeast Asia: Challenges in Responsible Production of Aquatic Species: Proceedings of the International Workshop on Resource Enhancement and Sustainable Aquaculture Practices in Southeast Asia 2014 (RESA) (pp. 307-308). Tigbauan, Iloilo, Philippines: Aquaculture Department, Southeast Asian Fisheries Development Center. Yang, Y., Chai, Z., Wang, Q., Chen, W., He, Z., Jiang, S. 2015. Cultivation of seaweed Gracilaria in Chinese coastal waters and its contribution to environmental improvements. Algal Research 9: 236–244.
Sub Tema New Emerging Technology dan Teknologi Terapan
63