KONSEP CINTA TANAH AIR PERSPEKTIF ATHTHAHTHAWI DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Jenjang Pendidikan Strata Satu (S-1)
Oleh BAHIYYAH SOLIHAH
1110011000138
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
KONSEP CINTA TANAH AIR PERSPEKTIF ATH-THAHTHAWI DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Jenjang Pendidikan Strata Satu (S-1)
Oleh BAHIYYAH SOLIHAH 1110011000138
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
i
\
SURAT PERNYATAAN KARYA
ILMIA}I
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
Bahiyyah Solihah
NIM
1
Jurusan
I 1001 1000138
Pendidikan Agamalslam
Alamat
Kp. Joglo. Rt 004 Rw 005 Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Indonesia
MEN-YATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul Konsep
cinta Tanah Air perspektif Ath-Thahthawi Dan Reievansinya dengan Penaioitran cii rndonesia adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama
Pembimbing
NIP Jurusan/Program
Studi
Demikian surat pernyataan
ffH;:"
:
prof. Dr. H. Ahmad Syafi,i Noor
:
194709021967121001
:
pendidikan Agama Islam
ini
saya buat dengan sesungguhn ya dan saya siap ini bukan hasir kurya
segara konsekuensi apabira terbukti uanwa skripsi
Jakarta, 16 Maret 2015 Yang Menyatakan
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
skripsi berjudul Konsep Cinta Tanah Air perspektif Ath-Thahthawi dan Relevansinya dengan Pendidikan di Indonesia disusun oleh Bahiyyah Solihah, NIM. 1 110011000138, Jurusan Pendidikan Agama lslarn, Fakuttas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fahrltas.
Jakafta,16 Maret 2015
Yang mengesahkan,
Prof. Dr. H. Ahmad Syafi'i Noor NIP. 19470902 196712 I 00t
ill
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berludul Konsep Cinta Tanah Air perspektif Atlr:llrunthawi dan Relevansinya dengan Pendidikan di rndonesia disulsun oleh Bdhilyah solihah, Nomor Induk Mahasiswa 111001100013g, Jurusan pendidiican Agama Islam, diajukan kepada Fakultas IImu Tarbiyah dan r"grryuo, UIN syarif Hidayatulrah Jakarta dan telah
uji",';;"n.l.n
dinyatakan lurus dalam pada tanggal 31 Maret hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoreh gerar Sarl'ana Pendidikan Isram (s. p;. au'u- biddng pendidikan Agama Isram.
2015
di
I
Jakafta,l0 April2015 Panitia Ujian Munaqasah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/program
S
ekretaris
(S
Tanggal Studi)
ekretaris Jurusan/prodi)
Marhamah Saleh. Lc. MA. NiP. 19720313 200801 2010 Penguji I
(eo1 _tC
%/,r
lviuhammad Zuhdi" A,I. Ed. p.hD NIP. 19720704 19978 0a2 Penguji II
I
Yly_(:l
NIP. 196s0s15 199403 I 006
Mengetahui: Dekan Fakultas
Prof. Dr. Ahm NIP. 19550421
Tanda Tangan
ABSTRAK KONSEP CINTA TANAH AIR PERSPEKTIF ATH-THAHTHAWI DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
Kata Kunci: Cinta Tanah Air, Ath- Thahthawi Seiring dengan zaman yang semakin maju dan modern, sebuah rasa yang tercipta pada seorang diri terutama sebuah perasaan peduli terhadap tempat dimana ia dilahirkan semakin hari semakin patut dipertanyakan. Sikap dan perilaku yang mencerminkan perasaan cinta terhadap tanah airnya semakin tidak terlihat lagi. Cinta Tanah Air merupakan pengalaman dan wujud dari sila Persatuan Indonesia yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di keluarga, sekolah dan masyarakat. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara, syarat-syarat pembelaan negara diatur dalam Undang-undang. Kesadaran cinta tanah air itu pada hakikatnya berbakti kepada negara dan kesediaan berkorban membela negara. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif artinya penelitian ini menggunakan data informasi yang diperoleh dari kepustakaan. Dan metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif-analitif. Kemudian pada teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumentasi dan mempelajari karya ilmiah yang dikarang oleh Ath-Thahthawi sebagai objek yang diteliti. Dalam konsep cinta tanah airnya, Ath-Thahthawi menyebutkan agar kiranya sebagai penduduk yang baik dapat mempertahankan negaranya dan membela negaranya bahkan mempertaruhkan nyawanya. Cinta tanah air tidak hanya diwujudkan untuk merebut kemerdekaan dari penjajah saja. Cinta tanah air pula harus diwujudkan untuk mempertahankan kemerdekaan tersebut. Konsep tersebut relevan dengan sistem pendidikan di Indonesia yang mana pada kurikulum dan tujuan pendidikannya mencantumkan konsep cinta tanah air sebagai materi pelajaran dan juga sebagai harapan agar bangsa Indonesia dapat menanamkan kembali rasa cinta terhadap tanah air. Hal itu diwujudkan sematamata untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan untuk mengharumkan nama Indonesia di matadunia.
v
ABSTRACTION The Nationalism Concept of Ath-Thahthawi Perspective and Its Relevancy to Education in Indonesia
Keywords: nationalism, Ath-Thahthawi A long with the era which is more proggessive and modern, a sense that is created into oneself especially sense of caring about a place where he was born there should be being asked day by day. Bearing and behavior which reflect the sense of nationalismare more disappear. Nationalism is an experience and a manifestation of sila “The Unity of Indonesia (Persatuan Indonesia)” which is able to be manifested on daily life in family, school and society. Every civil society has the right and must join in defence the state, the requirements of defence the state are managed in constitution. The counciousness of nationalism actually is being loyal to the nation and being ready for sacrificing to provide it. This research is a qualitative research, it means that this research uses information data which is taken from literature. And method that’s used in this research is descriptive-analytive. Then for technique of accumulation data is used by documentation study and studying from scientific paper that is composed by Ath-Thahthawi as object that is being researched. In his nationalism concept, Ath-Thahthawi mentioned that as a good civil society should be able to defend their state and provide it even venture their soul. The nationalism is not only manifested by taking freedom from the colonialist, but also by defending that freedom. Its concept is relevant with educational system in Indonesia which its curriculum and educational destination included nationalism concept as a subject and also as prospects in order to the nation can reimpart sense of loving the country for defending Indonesia as freedom and making fragrant it in the eyes of the world.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt sebagai Sang Maha Pencipta, Penata dan Pemelihara alam semesta yang masih memberi hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Konsep Cinta Tanah Air perspektif Ath-Thahthawi dan Relevansinya dengan Pendidikan di Indonesia”. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, karena dengan perjuangannyalah sinar Islam dapat menerangi peradaban dunia. Adapun tujuan dari penulisan Skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat dalam mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa kemampuan penulis dalam menulis skripsi ini sangatlah terbatas. Walaupun demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menutupi kesalahan dan kekurangan dalam menyempurnakan skripsi ini, sehingga kemudian penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, masyarakat dan pengembangan ilmu pendidikan pada umumnya. Sejak awal penulisan hingga tersusunnya skripsi ini, skripsi ini mungkin tidak akan terselesaikan tanpa adanya dukungan, dorongan dan partisipasi dari semua pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini perkenankan penulis untuk menghaturkan rasa hormat, penghargaan dan rasa terima kasih yang setinggitingginya kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
2. Abdul Majid Khon, MA. Dan Marhamah Lc, MA. selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf yang telah membantu serta segenap dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis. 3. Zaimudin, MA. sebagai Dosen Penasehat Akademik yang telah membimbing dan memberikan nasehat dari awal masuk ke dalam dunia perkuliahan sampai akhir penulisan skripsi ini. 4. Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’I Noor, sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktunya serta memberikan perhatian, arahan dan bimbingan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Iman jama Lebak Bulus, Perpustakaan Islamic Centre Pejaten, Perpustakaan Darus-Sunnah International Institute For Hadith Science, Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta untuk buku-buku referensi beserta tempat yang selalu tersedia. 6. Teruntuk yang teristimewa dan tersayang Ayahanda Munawar dan Ibunda Iis Islahiyah, Adikku Kamaludin Cahya Kusuma, Najiyyah Sya’bani, Farhanah Fuadiyyah dan Abdul Aziz, beserta kakak-kakak sepupuku Dida Farida S. Si Lc, Iwan Tyo, Shofwan Kemal Lc, Erwin Dwi Nugroho dan semua keluarga besarku yang dengan limpahan kasih dan kesabarannya yang tak terbatas, memberi dorongan dan sokongan serta menyalakan api semangat dalam jiwa penulis sehingga tulisan ini pun dapat terselesaikan. 7. Teruntuk yang teristimewa pula sebagai orang tua kedua penulis Prof. KH. Ali Musthafa Yaqub, MA., yang dengan limpahan kasih beliau selalu senantiasa mengajarkan dan membimbing penulis agar selalu istiqamah dalam melaksanakan segala amal kebaikan terutama dalam menuntut ilmu. 8. Sahabat-sahabatku El-Bieya (Hayatun Nufus, Nur Fatimah, Eka Efrianti S. Pd. I dan Nur Annisa S. Pd. I), ka Syifa Ghalbe S. Pd. I Lc, Yeni Muspiroh S. E. Sy, Ainul-Rochmah, Neneng Maghfiroh, Amalia S. Pd. I, Fikri
viii
S.Pd.I yang selalu mendukung dan memberikan semangat, bantuan dan kritik yang membangun. 9. Andi Muhamad yang telah rela meluangkan waktunya untuk mencari buku primer dan membawanya ke penulis. 10. Keluarga besar Dhe Community angkatan 2010 PAI, You are my Everything. 11. Keluarga besar Forum Silaturrahim angkatan 13 (Fushilat) di DarusSunnah International institute for Hadith Sciences, terima kasih atas motivasi yang kalian berikan. 12. Teman sekamarku Ka Saidah Sholihah S. Sy Lc, Sartika, Deza Emira, Mardiah, Siti Masyitoh, Sinta, Syarifah Alawiyah dan Hafidhah, yang selalu memberikan semangat dan mendengarkan segala keluh kesahku. 13. Keluarga besar rayon PMII di PAI, terutama Seniorku ka Ahmad Fiqri elQureshi S. Pd. I (Ka Cucur), Ka Yudi S. Pd. I, Ka Hamdillah S. Pd. I (ka Thile), Ka Ali Mudasir S. Pd. I, Ka Lutfi Kamil Mauln S. Pd. I (ka Igo), Ka Haris S. Pd. I dan kakak-kakak yang lain serta adik-adik yang telah setia menjawab pertanyaan-pertanyaan saat penulis mengalami kesulitan. 14. Semua pihak yang telah berpartisipasi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan segala bentuk bantuan. Semoga amal baiknya mendapat balasan kebaikan yang berlimpah dari Allah SWT. Amin Ya Rabb al’Alamin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 16 maret 2015
Penulis Bahiyyah Solihah
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ........................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................ iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................................. iv ABSTRAK ............................................................................................................. v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI .......................................................................................................... x BAB I Pendahuluan 1. 2. 3. 4.
Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 Identifikasi Masalah .................................................................................. 11 Pembatasan dan Perumusan masalah ........................................................ 12 Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................................. 12
BAB II Kajian Teori A. Cinta Tanah Air ......................................................................................... 14 1. Pengertian Cinta .................................................................................. 14 2. Pengertian Tanah Air .......................................................................... 15 3. Pengertian Cinta Tanah Air ................................................................. 17 B. Sistem Pendidikan di Indonesia ................................................................ 26 1. Pengertian Pendidikan ......................................................................... 26 2. Tujuan Pendidikan .............................................................................. 28 3. Kurikulum Pendidikan ........................................................................ 31 BAB III Metodologi Penelitian 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 33 Metodologi Penelitian ......................................................................... 33 Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ............................ 35 Pengecekan Keabsahan Data............................................................... 36 Teknik Analisis Data ........................................................................... 36 Teknik Penulisan ................................................................................. 37
x
7. Prosedur Penelitian.............................................................................. 37 BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan A. Deskripsi Data 1. Riwayat Hidup Ath-Thahthawi ..................................................... 38 2. Latar Belakang Pendidikan Ath-Thahthawi .................................. 41 3. Guru-guru Ath-Thahthawi ............................................................ 42 4. Karya-karya Ath-Thahthawi ......................................................... 43 B. Pembahasan 1. Konsep Cinta Tanah Air sebagai Tujuan Pendidikan Islam perspektif Ath-Thahthawi ............................................................. 46 2. Relevansi pemikiran Cinta Tanah Air perspektif Ath-Thahthawi dengan Pendidikan di Indonesia.................................................... 56 BAB V Kesimpulan, Implikasi Dan Saran A. Kesimpulan ........................................................................................ 59 B. Implikasi ............................................................................................ 59 C. Saran .................................................................................................. 60 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 62 Lampiran-lampiran ................................................................................................ 65
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat pada realita yang ada sekarang ini di bumi kita Indonesia, banyak sekali problematika-problematika yang muncul ke dataran publik baik dari segi politik, ekonomi, sosial, pendidikan dan masih banyak lagi. Berkaca pada beberapa permasalahan yang timbul di Indonesia ini, seperti: Terdapat banyak kasus yang terjadi dalam beberapa dasa warsa terakhir ini, hal ini menyadarkan semua pihak bahwa ada sesuatu yang kurang beres dalam dunia pendidikan secara keseluruhan misalnya gejala penyalahgunaan obat terlarang, pergaulan bebas, tawuran pelajar dan bahkan tawuran antar kelompok masyarakat yang dirasakan sangat mengkhawatirkan ketenangan hidup masyarakat dan bahkan lebih jauh dikhawatirkan dapat menjadikan bangsa Indonesia makin terpuruk dalam berbagai sisi kehidupan.1 Selain permasalahan yang ada pada pendidikan di Indonesia ini, terdapat pula permasalahan di bidang lain yaitu ekonomi, persoalan yang juga akut menyangkut ekonomi ini seperti permasalahan pada pengembangan usaha kecil dan menengah. Karena keadaan mereka yang miskin, ketidakpastian dan resiko yang tinggi menyebabkan mereka menjadi terasingkan dari sumber-sumber modal, keahlian, informasi dan peluang bisnis. Oleh karenanya, perekonomian Indonesia tidak akan maju dengan keadaan masyarakat yang masih jauh tertinggal dengan negara lain baik dari segi pengetahuan mengenai perekonomiaannya ataupun strategi yang dipakainya.2 Sepertinya permasalahan mengenai ekonomi ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap permasalahan ekonomi yang bisa menghasilkan keuntungan untuk sendiri maupun untuk pemerintah sebagai kontribusi yang diberikan kepada tanah air serta kurangnya strategi yang
1
A. Qodri Azizy, Membangun Integritas Bangsa, (Jakarta: Renaisan, 2004), h. 69 Ibid., h.43
2
1
2
digunakan dalam menjalankan usaha tersebut sehingga hasilnya pun tidak seperti apa yang diharapkan. Dari segi politik, seorang warga negara berkewajiban untuk mengangkat seorang pemimpin untuk mengatur jalannya organisasi dalam pemerintahan. Badri Khaeruman mengambil contoh yaitu pada
pemilu
Presiden putaran ke-2 yang dilaksanakan pada tanggal 20 September 2004 beberapa tahun yang lalu. Peran dan suara umat Islam khususnya, dan rakyat Indonesia pada umumnya dapat menentukan pilihan pemimpin yang ideal atau yang mendekatinya. Jika tidak ada calon yang ideal atau yang mendekatinya, maka memilih untuk “tidak memilih” dari calon yang tersedia menjadi pilihan yang terbaik, atau istilah yang lebih dikenal pada masa ini yaitu “golput”. Ketika hal tersebut dibiarkan, maka sama saja kita membiarkan atau memberi kesempatan kepada orang yang bermaksud tidak baik untuk memanfaatkannya. Pada pemilihan umum Presiden ini, masyarakat punya andil yang sangat besar dalam menentukan seorang pemimpin yang akan memimpin negara menuju sebuah perbaikan. Namun sayangnya hal ini tidak dijadikan ajang sebuah kesempatan sebagai suatu sikap yang menunjukkan sebuah kontribusi yang dilakukan masyarakat untuk tanah air mereka dalam menentukan seorang pemimpin bangsa ini.3 Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan berdasarkan ambang batas konsumsi minimal, 14 % rakyat Indonesia masih tergolong miskin. Jumlah tersebut justru akan meningkat tajam jika ambang batas tersebut dinaikkan. Kemiskinan merupakan bukti kegagalan pemerintah dalam menyejahterakan rakyat yang juga merupakan masalah yang sangat mendasar dalam kehidupan kebangsaan Indonesia, dan menjadi salah satu dari 18 butir kekecewaan tokoh-tokoh agama yang kemudian dikenal sebagai 18 bentuk “kebohongan” pemerintah. Kemiskinan juga berpotensi menggiring bangsa Indonesia menjadi bangsa pekerja atau menjadi kuli bagi bangsa-bangsa lain sebagaimana sangat dicemaskan oleh Bung Karno.4
3
Badri Khaeruman, dkk. Islam dan Demokrasi Mengungkap Fenomena Golput sebagai Alternatif Partisipasi Politik Umat, (Jakarta: Nimas Multima, 2004), h.11 4 M. Azzam Manan dan Thung Ju Lan, Nasionalisme dan Ketahanan Budaya Indonesia: Sebuah Pengantar, (Jakarta: LIPI, 2011), h.1
3
Kemiskinan, korupsi, lemahnya ketahanan budaya dan juga konflik antar-etnik dan konflik yang mengatasnamakan agama yang marak terjadi di era reformasi merupakan tantangan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kadar nasionalisme atau cinta tanah air Indonesia di kalangan rakyatnya. Keterpurukan Indonesia sebagai bangsa dan negara telah menyebabkan sebagian warga merasa “malu menjadi orang Indonesia”.5 Dan masih banyak lagi permasalahan-permasalahan yang dihadapi Indonesia selain yang tersebut di atas. Azzam Manan mengutip berita dari di Harian Kompas tanggal 3 Juni 2010, Riwanto Tirtosudarmo menyatakan: Bahwa sekitar 2.000 warga di kabupaten Sanggau dan Bangka yang yang tinggal di perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak memilih berganti kewarganegaraan menjadi warga Negara Malaysia. Perpindahan ini diawali dengan tindakan warga yang berimigrasi ke Sarawak untuk mencari peruntungan dan penghidupan yang lebih layak membuktikan bahwa kemiskinan dapat menjadi faktor yang sangat kuat untuk merontokkan “Nasionalisme Indonesia” warga.6 69 tahun atau sekitar lebih dari enam dekade lamanya Indonesia menjadi negara yang merdeka. Namun, dengan usia kemerdekaan yang panjang ini nasionalisme atau rasa cinta terhadap tanah air Indonesia yang menjadi modal penggerak menuju kemerdekaan sampai saat ini masih belum terbangun dengan kokoh. Tantangan yang dihadapi Indonesia dari waktu ke waktu semakin kuat dan komplek. Perkembangan zaman selalu membawa dampak dalam kehidupan sosial manusia. Dampak itu dapat berrpengaruh pada pembentukan karakter manusia itu sendiri sehingga setiap perubahan zaman pasti diiringi dengan perubahan karakter manusianya. Sebagai warga negara Indonesia dan sebagai generasi penerus bangsa, patutlah kita mewujudkan sikap dan tingkah laku yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat dan menghindari penyimpangan-penyimpangan sosial yang dapat merusak norma-norma dan nilai-nilai kebudayaan Indonesia karena penyimpangan-penyimpangan bukan hanya merugikan diri sendiri tapi 5
Ibid., h.2 Ibid.,h. 2-3
6
4
juga dapat merugikan masyarakat bahkan negara, serta mampu menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan dan norma-normanya. Kita tidak akan merasakan udara segar seperti sekarang ini apabila negara kita masih diperbudak dan dijajah oleh bangsa lain yang ingin menguasai negara kita. Bersyukurlah karena orang-orang terdahulu, para pahlawan dengan segenap jiwa raga sampai mempertaruhkan nyawa mereka untuk melawan, membela, mempertahankan serta merebut kembali kekuasaan dari tangan para penjajah. Menurut Doni Koesoema, “Tidak ada sebuah bangsa yang bertanggung jawab jika tidak memiliki kemerdekaan, dan tidak ada kemerdekaan jika dalam mentalitas bangsa tidak ada semangat merdeka atau kemauan merdeka. Oleh karenanya karakter bangsa tidak akan terwujud jika prasyarat pokoknya yaitu kemerdekaan, tidak ada”.7 Dalizar Putra menambahkan, “Hidup tanpa kemerdekaan dan keamanan sama artinya dengan pembunuhan perlahan-lahan, disebabkan tidak dapatnya dia mengembangkan kehidupannya”.8 Sebagai bangsa yang telah mencapai kemerdekaan, Pancasila tercipta sebagai dasar dan ideologi negara yang akan menuntun kita untuk bersikap dan berprilaku layaknya warga negara yang baik. Pancasila mengandung dasar dari cita-cita Indonesia merdeka. Kemerdekaan sebagai hasil perjuangan bangsa Indonesia dengan persatuan, haruslah dijaga kelangsungannya. Untuk itu Indonesia merdeka haruslah mempunyai dasar, sebuah dasar yang diatasnya akan dibangun negara semua untuk satu, dan satu untuk semua.9 Pancasila sendiri mengandung nilai-nilai luhur yang harus tertanam pada diri seseorang sebagai warga negara yaitu nilai agama, nilai budaya, nilai pendidikan dan nilai kebangsaan atau nasionalisme.
7
Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter Strategi mendidik anak di Zaman Global, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 47 8 Dalizar Putra, HAM Hak Asasi Manusia menurut Al-Qur’an, (Jakarta: Al- Husna Zikra, 1995), h. 48 9 Depdikbud, Tokoh-tokoh pemikir paham kebangsaan Ir. H. Soekarno dan KH. Ahmad Dahlan, (Jakarta: CV Ilham Bangun Karya, 1999), h. 56
5
Semangat juang yang tinggi, patriotisme dan nasionalisme yang tertanam pada diri mereka sebagai pahlawan Indonesia harus dijadikan acuan atau tolak ukur bagi kita sebagai penerus bangsa untuk memajukan dan mengembangkan bangsa kita menjadi negara yang unggul dalam segala bidang baik ekonomi, pendidikan dan bidang lainnya. Semangat nasionalisme sekarang ini semakin menurun. Itu terlihat dari sikap dan perilaku para elit, termasuk juga masyarakatnya yang tidak pernah rukun. Selalu ribut dalam perbedaan, khilafiyah. Segala sesuatu selalu dipolitisir dan dihubunghubungkan, yang akhirnya hanya saling menyalahkan. Sarana untuk membangkitkan semangat nasionalisme atau cinta tanah air, dapat dilakukan dengan senantiasa memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan bernegara dalam kehidupan bermasyarakat yaitu dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Ina Kusuma Aryani mengatakan: Berkaitan dengan pendidikan sebagai alat untuk membangun masyarakat, masa depan, serta kepentingan pembangunan bangsa dan Negara, bangsa Indonesia telah memiliki pandangan hidup yang dianut sebagai filosofi bangsa dan dinamika sistem nilai atau budaya, yang menjadi falsafah kenegaraan dan bagian dari falsafah politik, lebih luas lagi mengenai sifat hakiki, asal mula, dan nilai dari Negara yaitu Pancasila.10 Melihat serta menganalisa secara seksama kondisi kekinian remaja atau anak-anak masa kini, rasa sikap kepedulian dan cinta terhadap tanah air itu mungkin jika diberi nilai akan mendapatkan nilai nol. Karena sikap mereka terhadap Pancasila sendiri sebagai dasar negara, jangankan hafal sila-silanya apalagi untuk mengamalkannya. Sungguh ironis ketika sikap bangsanya acuh tak acuh seperti itu, bagaimana bangsa akan berkembang apabila calon penerus bangsa memiliki sikap tersebut. Paling tidak dengan mengetahui nilainilai luhur yang terkandung pada diri pancasila, mereka bisa mencintai tanah air ini.
10
Ine Kusuma Aryani dan Markum Susatim, Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.35
6
Cinta tanah air merupakan salah satu hal utama dalam membentuk sebuah karakter warga negara, kemudian rasa memiliki, rasa menjaga, rasa melestarikan, rasa ingin memajukan akan tumbuh dengan bermula dari sikap cinta tersebut. Dengan sikap cinta itu pula keadaan negara akan menjadi lebih baik. Sebagai seorang warga negara wajib baginya untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air tersebut karena di tanah air itulah tempat ia berpijak baik secara kultural maupun historis. Oleh karenanya, patutlah kita sebagai warga negara untuk mengabdikan diri kepada negara kita sendiri bermula dengan menanamkan sikap cinta tanah air. Bukan hanya diungkapkan secara verbal dalam bentuk kata-kata saja, akan tetapi diwujudkan dalam upaya memperbaiki tatanan kehidupan bangsa. Mukhlas Samani dan haryanto mengatakan, “Cinta tanah air adalah cinta dan penuh pengabdian kepada negaranya dan peduli terhadap pertahanannya, rela berkorban demi keutuhan negara”.11 Menurut Akhmad Muhaimin Azzel, “Salah satu tanda bahwa seseorang telah mempunyai sikap cinta terhadap tanah air adalah bisa menghargai karya seni dan budaya nasional yang ada di Indonesia”. 12 Seseorang yang bisa menghargai karya seni dan budaya biasanya mempunyai sikap bisa menghargai karya orang lain, mempunyai kesabaran dalam berproses, juga mempunyai kebijaksanaan dalam hidup. Hal tersebut bisa menumbuhkan rasa cinta seseorang terhadap bangsa dan negeri sendiri. Dengan demikian, akan tumbuh pula rasa nasionalisme. Tidak akan berdiri sendiri sebuah negara dengan utuh tanpa adanya warga negara, dan tidak pula warga negara berdiri sendiri karena negara merupakan tempat dimana ia terlahir dan berpijak. Jadi, antara negara dan warga negara itu saling membutuhkan dan saling melengkapi. Menurut Erwin, “Salah satu upaya untuk membangun nasionalisme sebagai kesempurnaan yang ada pada suatu negara yaitu melalui sarana pendidikan dengan cara memprogramkan pendidikan kewarganegaraan di 11
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 127 12 Akhmad Muhaimin Azzel, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Jogjakarta: ArRuzz Media, 2011), h. 75
7
lembaga-lembaga
pendidikan”.13
Dan
akhmad
Muhaimin
Azzel
menambahkan, “Di sinilah sesungguhnya pendidikan mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat penting untuk membangun karakter bangsa agar bisa menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia”.14 Cinta kepada tanah air sama halnya dengan cinta antar sesama manusia. Cinta seseorang kepada sesama juga merupakan wujud rasa cinta kepada Allah. Saling menasihati, saling bersilaturahim, saling mengunjungi dan saling memberi menunjukkan adanya saling mencintai. Kalau saja tidak ada cinta diantara keduanya maka tidak akan ada saling menyambung, bersilaturahim, menasihati, mengunjungi maupun memberi. Banyak bentuk kesenangan dan kenikmatan duniawi yang diperkenankan dan merupakan sumber pahala. Islam adalah agama universal yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, termasuk di dalamnya terdapat nilai-nilai kemanusiaan yang ditujukan untuk bangsa. Pentingnya mencintai tanah air didasarkan pada sebuah peristiwa terkenal saat Nabi saw diusir keluar dari Makkah. Saat hendak meninggalkan Makkah, beliau menghadap ke arah Ka’bah seraya berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku mengetahui bahwa engkau adalah tanah Allah yang paling Dia cintai, lembah terbaik yang ada di atas muka bumi dan yang paling dicintai oeh Allah. Seandainya penduduk tidak mengusirku, aku pasti takkan pernah meninggalkanmu.”15 Memang benar saat ini Indonesia sudah merdeka dari para penjajah, akan tetapi Indonesia hanya merdeka dalam bentuk fisik saja, sedangkan dalam bentuk moral Indonesia belum merdeka.
13
Muhamad Erwin, Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h.1 14 Azzel,op. cit., h. 74 15 Said Ismail Ali, Pelopor Pendidikan Islam Paling Berpengaruh, (Jakarta: Pustaka AlKautsar, 2010), h. 281
8
Pada era globalisasi ini, rasa cinta terhadap tanah air masih sangat dibutuhkan. Kenapa? karena walaupun negara kita sudah merdeka dari penjajahan, kita masih memiliki kewajiban untuk menjaga kemerdekaan tersebut, kita harus menjaga keutuhan bangsa ini yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan. Memiliki rasa cinta terhadap tanah air itu tidak serta merta dimiliki saat hendak menghadapi penjajah yang menjajah negara kita. Karena penjajahan itu tidak hanya berbentuk fisik, akan tetapi dapat terjadi pula dengan bentuk penjajahan terhadap moral suatu bangsa. Maraknya teknologi yang semakin canggih membuat sikap dan prilaku masyarakat menjadi acuh terhadap keadaan di sekitar. Mereka cenderung beraktifitas secara individual. Penyalahgunaan teknologi yang tidak dimanfaatkan dengan baik dapat berakibat buruk terhadap generasi muda khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Karena hal tersebut dapat membunuh kreatifitas mereka yang mana mereka lebih senang memainkan teknologi yang mereka miliki dibanding berkarya untuk mengharumkan bangsa. Padahal seharusnya semua masyarakat Indonesia bekerja sama dengan negaranya agar Indonesia dapat bersaing dengan negara lain yang ada di dunia, mendapat prestasi di mata dunia serta dapat mengharumkan nama baik Indonesia. Dalam hal ini pemerintah seharusnya berperan aktif dalam mengatur alur informasi mengenai hadirnya kemajuan teknologi ini, sehingga dengan kemajuan teknologi ini tidak menjadikan masyarakat Indonesia menjadi konsumtif, melainkan mereka dapat berperan aktif dalam berinovasi dengannya. Pada masa sekarang ini, masyarakat Indonesia lebih cenderung mempermasalahkan kepentingannya sendiri, kepentingan kelompoknya, ataupun kepentingan para elit partai yang mengusung mereka, padahal hal tersebut dapat merugikan atau tidak memberikan manfaat bagi orang lain yang ada di sekitarnya. Perwujudan rasa cinta tanah air tidak hanya bagi warga negara Indonesia kepada negara Indonesia, akan tetapi sebagai warga negara di negara mana pun itu kita harus memiliki rasa cinta tanah air, misalnya Mesir.
9
Pada abad ke 19, seorang tokoh Mesir bernama Ath-Thahthawi yang merupakan salah seorang tokoh pembaharu di bidang pendidikan membawa pembaharuan terhadap pendidikan di Mesir pada waktu itu, bahkan dikenal pula sebagai pioner pertama pembaharu pendidikan. Beliau merumuskan sebuah konsep pendidikan yang menjelaskan gagasan beliau mengenai pendidikan. Beliau berpendapat bahwasannya tujuan pendidikan itu adalah untuk pembentukan kepribadian, tidak hanya untuk kecerdasan. Lebih dari pada itu, tujuan pendidikan juga berupaya menanamkan rasa patriotisme (hubb al-wathan). Patriotisme merupakan dasar utama yang membawa seseorang untuk membangun masyarakat maju. Wacana patriotisme yang dimaksudkan Ath-Thahthawi adalah cinta pada tanah tumpah darah yaitu Mesir, bukan seluruh dunia Islam. Pemikiran Ath-Thahthawi tentang tujuan pendidikan tidak jauh berbeda dengan pemikiran yang berada di Indonesia, bahwasannya pendidikan itu tidak hanya untuk menambah pengetahuan akan tetapi ditunjukkan pula untuk kepentingan bangsa. Sebelum pemikiran mengenai konsep cinta tanah air ini berkembang, Mesir pada saat itu dalam bernegara masih dilandasi oleh sentiment-sentimen keagamaan. Titik permulaan terbukanya pandangan orang Islam terhadap dunia luar berawal dari Napoleon Bonaparte yang mendarat di Mesir. Kedatangannya itu, tidak hanya dalam rangka politik akan tetapi memperkenalkan kemajuan materi, gaya hidup dan sistem nilai barat serta ideide yang baru dalam pandangan masyarakat Mesir. Saat itu, Mesir dipimpin oleh Muhammad Ali Pasya. Pada saat itu pula Ath-Thahthawi beserta rombongan dikirm ke Prancis. Sekembalinya ia ke Mesir, Dikembangkanlah suatu ide yang berhubungan dengan konsep tanah air. Yang mana pemikiran tersebut ia bawa dari Prancis untuk kemudian dikembangkan di Mesir agar Mesir mengalami kemajuan seperti Negara-negara Barat. Salah satu pemikiran yang Ath-Thahthawi bawa dari Paris adalah pemikiran mengenai nasionalisme atau cinta tanah air Bangsa Barat yang menjadikan Negara mereka lebih maju dari bangsa lainnya. Oleh karena itu,
10
Ath-Thahthawi berkeinginan untuk mewujudkan hal yang serupa sebagaimana yang terdapat di Barat tersebut, karena menurutnya Mesir pun akan dapat menjadi Negara maju seperti halnya bangsa Barat dengan konsep cinta tanah air yang ia rangkai. Yang menarik untuk diamati di sini adalah seperti apa konsep cinta tanah air Ath-Thahthawi sebagai tujuan pendidikan Islam untuk membangun bangsa Mesir saat itu. Dilihat dari kondisi kekinian bangsa yang sekarang terlihat jelas bahwasannya sikap saling menghargai, kepedulian dan cinta tanah air pada diri warga Negara Indonesia semakin menurun. Dari sinilah peneliti merasakan adanya inspirasi untuk meneliti pemikiran tokoh terdahulu yang masih relevan dengan realita pendidikan sekarang ini agar bisa dijadikan pedoman bagi para pelaksana pendidikan yang ada di lembaga pendidikan pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Mengingat
bahwasannya
pendidikan
yang
bertujuan
untuk
membangun sebuah bangsa masih belum terlihat jelas titik keberadaannya, terlebih lagi sikap cinta yang ditujukan untuk tanah air semakin berkurang. Hal ini sangat penting untuk digali kembali karena sikap cinta terhadap tanah air yang kian hari kian menurun. Maka dengan latar belakang yang telah penulis ungkapkan di atas, penulis tertarik untuk menganalisa lebih jauh terkait “Bagaimana Konsep “Cinta Tanah Air” sebagai Tujuan Pendidikan Islam Perspektif AthThahthawi”. B. Identifikasi Masalah Seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Sedikit pengetahuan dalam dunia pendidikan terhadap sosok AthThahthawi. 2. Sedikit pengetahuan dalam dunia pendidikan Islam terhadap pemikiran Ath-Thahthawi.
11
3. Sedikit kesadaran masyarakat terutama pelajar tentang rasa cinta terhadap tanah airnya. 4. Sedikit
pendidikan
yang
mengajarkan
akan
pendidikan
karakter
kebangsaan. 5. Sedikit kesadaran masyarakat mengenai peranan dirinya terhadap bangsanya. C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka untuk memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam pembahasan skripsi ini pembatasan masalah dalam karya ilmiah ini adalah “Tujuan pendidikan di sini hanya membahas mengenai konsep cinta tanah air”. 2. Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan menjadi pertanyaan sebagai berikut: a. Bagaimana Konsep “Cinta Tanah Air” perspektif Ath-Thahthawi? b. Apa relevansinya dengan pendidikan di Indonesia? D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan pembahasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi mengenai konsep cinta tanah air yang berada di Mesir yang bisa dijadikan suatu pandangan untuk Indonesia dalam mengambil pelajaran mengenai sikap sebagai warga Negara yang baik. 2. Untuk memberi wawasan tentang bagaimana sikap cinta tanah air yang sebenarnya. 3. Untuk menumbuhkan kembali semangat cinta terhadap tanah air sendiri di kalangan warga masyarakat. 4. Sebagai literature bagi khasanah keilmuan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
12
Adapun kegunaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagi Almamater: Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam menambah nuansa karya ilmiah di lingkungan kampus. 2. Bagi Masyarakat: Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu sumber informasi dan untuk memberikan wawasan tentang pentingnya pembaharuan
pendidikan
demi
tercapainya
maksud
dan
tujuan
perkembangan pendidikan terutama sikap patriotisme kita sebagai seorang warga negara. 3. Bagi penulis: Penelitian ini dijadikan sebagai ajang latihan penelitian dalam
menambah
wawasan
dan
wujud
aktualisasi
diri
dalam
mengembangkan pikiran yang ada sebagai insan akademika yang bergelut dalam dunia pendidikan serta untuk melengkapi tugas dan syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
BAB II KAJIAN TEORI A. Cinta Tanah Air 1. Pengertian Cinta Dalam konteks membangun moral bangsa, maka diperlukan nilainilai yang harus disepakati dan dihayati bersama. Hal ini harus digali dan dirumuskan oleh orang-orang arif dan tokoh masyarakat, yakni the founding fathers suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia sendiri, nilai-nilai tersebut terdapat dalam diri Pancasila. Nilai-nilai yang telah disepakati tersebut harus dihayati, karena dengan penghayatan nilai dapat berfungsi dalam kehidupan ini. Dan hanya dengan penghayatan pula, karakter dapat terbentuk.1 Salah satu nilai yang terdapat dalam diri Pancasila adalah sikap cinta tanah air. Berikut ini akan dijelaskan pengertian dari cinta tanah air. Disebutkan dalam Al-Qur’an kitab Cinta karya al-Buthy, perasaan cinta antara seorang laki-laki dan perempuan disebut dengan istilah mawaddah, rahmah, syaghafa, mail, dan hubb-mahabbah. Istilahistilah tersebut menunjukkan sebuah kerumitan, kedalaman dan keragaman cinta. Cinta memang memiliki dimensi yang sangat luas dan mendalam dengan berbagai perbedaan karakteristik yang akan membawa kepada implikasi pada perbedaan tingkah laku.2 Menurut al-Buthy, “Cinta dapat diartikan ke dalam tiga karakteristik yaitu apresiatif (ta’dzim), penuh perhatian (ihtimaman) dan cinta (mahabbah). Secara lebih spesifik, bahasa Arab menyebutnya dengan 60 istilah cinta seperti ‘isyqun (menjadi asyik), hilm, gharam (asmara), wajd, syauq dan lahf. Namun, Al-Qur’an hanya menyebut 6 term”.3 Cinta merupakan bagian terpenting dari kehidupan. Cinta mengangkat setiap jiwa yang meresapinya, dan mempersiapkan jiwa 1
M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 348 Al-Buthy, op. cit., h. vii 3 Ibid., h. vii 2
13
14
itu untuk perjalanan menuju keabadian. Cinta adalah sebuah anugerah dari Tuhan untuk hambanya agar senantiasa selalu menjalin kasih sayang baik untuk dirinya sendiri, masyarakat ataupun bangsanya. Jiwa membaktikan hidupnya untuk tugas suci ini, yang demi tugas tersebut, ia rela mengorbankan dan memikul segala penderitaan yang paling pedih dan seperti ketika ia melafalkan cinta pada hembusan nafas terakhirnya, ia juga akan mengucapkan cinta ketika diangkat pada hari pembalasan kelak. Jika seseorang tidak memiliki cinta, maka dia belum dapat naik ke horizon kesempurnaan manusia, karena manusia penuh dengan rasa cinta. Mementingkan orang lain adalah sikap mulia yang dimiliki manusia, dan sumbernya adalah cinta. Siapapun yang memiliki cinta, maka mereka merupakan pahlawanpahlawan cinta. Pahlawan cinta ini akan senantiasa hidup walau mereka telah tiada. Orang-orang yang membaktikan hidup untuk orang lain adalah pejuang yang gagah berani. Seperti halnya seorang ibu yang melahirkan anaknya, pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan bangsanya. Itu semua timbul karena adanya rasa cinta. 4 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwasannya cinta yang dimaksud di sini merupakan sebuah perasaan kasih, perhatian dan kepedulian yang ditujukan oleh seorang manusia untuk tanah airnya. Yang mana dengan perasaan
tersebut
mengorbankan
jiwa
dapat
membangkitkan
raganya
dalam
dirinya
mengemban
untuk tugas
rela untuk
mempertahankan tanah airnya. 2. Tanah Air Ada beberapa istilah yang berarti tanah air, diantaranya yaitu alwathan, al-balad dan dar. Dalam kamus mu’jam al-wasith, disebutkan: .
ََْ يُ ْلا
َِِ أ
ِ ِ َ َال َ ُ ُ َلَا َ ُا إِ َ َا ِ ِا ْ َ ِا َ َا َ ُّرُ َ اَْ ِ إِِْ َ ُؤُ ُا
Al-wathan berarti tempat tinggal seseorang, tempat dimana ia bertumbuh dan tempat dimana ia dilahirkan. . ً ََل 4
ِ ِ ت َ يُ َ َّ ى اْ َ َ ُا َال ِس ُع ِا َ أل َْر ض ٌ ابَ لَ ُ ُ َل اْ َ َ ُا اْ َ ْح ُ ْ ُد يَ ْ َ ْل نُ ُ ََجَ َع
M. Fethullah Gulen, Cinta dan Toleransi, (Tangerang: Bukindo Erakarya Publishing, 2011), h. 1-2 5 Mu’jam al-Wasith, (Mesir: Maktabah asy-Syuruq Ad-Dauliyah, 2011), h. 1.085
15
Al-Balad
mempunyai arti tempat yang dibatasi yang dijadikan
tempat tinggal oleh sekelompok orang, atau dinamakan dengan tempat yang luas yang ada di bumi ini. . ُ ِ ْن
ِ َ ْا َّ ُر ُ َل اْ َ َح ُّر َْ َ ُع ابنَ اَ َ ا َّ َا َ ا
Sedangkan dar berarti tempat berkumpulnya bangunan dan halaman, tempat tinggal. Makna dari ke tiga kata tersebut mempunyai satu makna yaitu tempat tinggal. Begitu pula Muhammad Imarah yang mengutip pendapatnya AzZamakhsyari dalam kitab asas al-balaghah menyatakan tentang cinta tanah air: “masing-masing orang mencintai tanah airnya, negeri asalnya dan tempat tinggalnya”.8 Tanah tumpah darah tempat kita dilahirkan merupakan tempat yang kita cintai. Untuk mengetahui betapa besarnya rasa cinta kita terhadap tanah air kita sendiri, maka cobalah untuk merantau ke negeri orang sejenak. Walaupun kita sudah merantau jauh-jauh, pastilah kita akan terbayang tempat kelahiran kita. Dan apabila bendera bangsa-bangsa berkibar di PBB, maka bendera yang pertama kali kita cari, pasti dimana letak bendera “Merah-Putih”. Sejak saat itulah kita mengetahui bahwa kita mempunyai rasa cinta terhadap tanah air kita sebagai tempat dimana kita dilahirkan.9 Kita percaya kepada Tuhan dan mengabdi kepada-Nya. Kita bersyukur kepada-Nya karena kita dilahirkan di atas setumpuk dunia yang indah. Tanah air adalah nikmat Ilahi. Karena di atas bumi-Nyalah kita dilahirkan dan hasil daripada bumi-Nya kita gunakan.10 Tanah air berarti negeri tempat kelahiran atau tumpah darah. Tanah air merupakan tempat kelahiran maupun tempat tinggalnya. Adapun 6
Ibid., h. 70 Ibid., h. 313 8 Muhammad Imarah, Perang Terminologi Islam versus Barat,(Jakarta: Rabbani Press, 1998), h. 271 9 Hamka, Pandangan Hidup Muslim(Jakarta: Bulan Bintang, 1961), h. 220 10 Ibid., h. 221 7
16
kata negeri (wathan) menurut istilah bahasa Arab sebagaimana diartikan dalam “Lisan al-A’rab” oleh Ibnu Manzhur berarti tempat tinggal yang merupakan tempat bermukim manusia. Akan tetapi negeri dalam tradisi Arab lebih dikenal dengan nama diyar yang merupakan bentuk jamak dari lafadz dar yang berarti negeri atau tempat tinggal. Oleh karenanya, beredar pula ungkapan negeri Islam dengan istilah dar al-Islam. Referensi bahasa Arab tersebut tidak hanya menjelaskan pengertian wathan secara etimologis sebagai negeri akan tetapi juga menjelaskan pengertian lain yaitu fitrah rasa cinta pada negeri kelahiran seseorang, sebagaimana telah dikemukakan oleh Zamakhsyari dalam kitab asas al-balaghah bahwa “Masing-masing orang mencintai tanah airnya, negeri asalnya dan tempat tinggalnya”. Dan adapun menurut istilah syari’at, negeri asal berarti ahl (warga), negeri kelahiran dan tempat tinggal.11 Pada masa Ath-Thahthawi ini terdapat perbedaan pemahaman pada makna dari lafadz al-wathan. Orang-orang muslim memahami bahwa makna dari wathan adalah tanah air tiap orang muslim. Maksudnya, Negara manapun yang berisi orang muslim maka dinamakan dengan wathan. Namun, Ath-Thahthawi mempunyai paham yang berbeda dalam memaknai istilah wathan. Menurut Ath-Thahthawi wathan adalah tanah tumpah darah seseorang bukan seluruh dunia Islam. Pengertian AthThahthawi tersebut semakna dengan pengertian orang Indonesia yang menyebutkan bahwasannya tanah air itu merupakan tanah kelahiran seseorang. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dari wathan di sini adalah tempat tinggal, tempat di mana kita dilahirkan, dan tempat mengais rezeki, serta tempat kita bernaung. 3. Pengertian Cinta Tanah Air Melihat pada rangkaian kata
اب ال,
اب ال
merupakan
sebuah kalimat yang tersusun dari dua kata yaitu hubb dan al-wathan, bila diartikan kata perkata maka arti dari kata hubb yaitu cinta, dan al-wathan yang berarti tanah air. Maka arti dari hubb al-wathan adalah cinta tanah air. 11
Imarah. op. cit., h .270-271
17
Seiring dengan pergeseran makna yang terjadi dari masa ke masa, pada pengertian hubb al wathan ini penulis menemukan persamaan makna dari cinta tanah air dengan nasionalisme dan patriotisme. Padahal bila ditinjau kembali mengenai makna dari ketiga bentuk kata tersebut berbeda. Di Indonesia sendiri cinta tanah air itu mempunyai arti yang berbeda dengan nasionalisme ataupun patriotisme. Cinta tanah air mempunyai makna yang umum, sedangkan nasionalisme dan patriotisme mempunyai makna yang khusus atas dasar hasil yang diperbuat. Cinta tanah air merupakan perasaan seseorang untuk mencintai tanah airnya sebagai tanah kelahirannya dan sebagai tempat ia bernaung. Nasionalisme berarti sebuah paham di mana kedudukan bangsa diletakkan di atas segala-galanya, hal tersebut dilakukan semata-mata sebagai bentuk perwujudan rasa cintanya terhadap tanah airnya. Sedangkan patriotisme merupakan bentuk pembelaan seseorang terhadap negaranya yang mengandung nilai pengorbanan dan kecintaan terhadap tanah airnya. Hal tersebut merupakan sesuatu hal yang biasa terjadi, karena perbedaan pemahaman ketika menerjemahkan bahasa orang lain ke dalam bahasa kita yaitu bahasa Indonesia tidak semuanya semakna ataupun sepadan dengan makna yang mereka maksud. Seperti halnya pada lafadz hubb al-wathan yang ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti cinta tanah air. Dan cinta tanah air yang ada di Indonesia hanya merupakan sebuah perasaan cinta seseorang kepada bangsanya dengan mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh aparat pemerintahan, menjaga dan melestarikan alam beserta budayanya. Akan tetapi, yang dimaksud oleh mereka, cinta tanah air tersebut tidak hanya sekedar bermakna itu saja. Namun lebih kepada wujud kecintaan seorang warga terhadap tanah airnya, tempat di mana ia dilahirkan dengan mengorbankan seluruh jiwa dan raganya untuk mempertahankan bangsanya tersebut. Ketika mereka mengartikannya seperti itu, di Indonesia hal tersebut disebut dengan patriotisme yang tidak semua warga negara Indonesia mempunyai sikap tersebut. Patriotisme
18
sendiri dipahami oleh penulis merupakan sebuah sikap cinta tanah air yang berada di tingkat paling tinggi. Yang mana tidak semua warga Indonesia memiliki sikap tersebut. Dan orang-orang yang memiliki sikap tersebut hanyalah pahlawan-pahlawan terdahulu yang memang benar-benar membela dan mempertahankan serta memperjuangkan bangsa ini dengan mengerahkan seluruh kekuatan baik jiwa ataupun raganya. Cinta tanah air berarti cinta pada negeri tempat seseorang memperoleh penghidupan dan mengalami kehidupan dari sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya. Cinta tanah air dan bangsa merupakan suatu sikap yang dilandasi ketulusan dan keikhlasan yang diwujudkan dalam perbuatan untuk kejayaan tanah air dan kebahagiaan bangsanya. Cinta tanah air merupakan suatu sikap yang ditujukan untuk negara. Berdirinya negara itu sendiri harus memenuhi beberapa unsur, diantaranya: a. Adanya rakyat Rakyat merupakan unsur terpenting demi terbentuknya sebuah negara, karena rakyatlah orang yang pertama kali berkehendak untuk membentuk sebuah negara. Rakyat adalah semua orang yang tinggal di wilayah suatu negara. Menurut pasal 26 ayat 1 UUD 1945 menyebutkan bahwa “yang menjadi warga ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-undang sebagai warga negara”, oleh karenanya rakyat meliputi penduduk atau orang asing. b. Adanya wilayah Wilayah merupakan kawasan yang dijadikan tempat tinggal oleh rakyat dan menjadi tempat bagi terselenggaranya pemerintahan. Wilayah juga merupakan sebuah unsur negara yang harus terpenuhi karena tidak mungkin ada negara tanpa ada batas-batas teritorial yang jelas.
19
c. Adanya pemerintahan Pemerintahan merupakan alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin organisasi negara untuk mencapai tujuan bersama didirikannya sebuah negara. Pemerintahan sebagai aparat yang mengatur jalannya roda pemerintahan untuk melaksanakan tugas-tugas pokok dalam suatu negara. d. Adanya pengakuan dari negara lain Unsur pengakuan oleh negara lain hanya bersifat menerangkan tentang adanya suatu negara. Untuk menjadi sebuah negara yang diakui oleh dunia, maka diperlukan sebuah pengakuan dari negara lain mengenai keberadaannya baik negara yang berdiri sendiri ataupun negara yang memerdekakan diri dari penjajahan. Karena hal ini termasuk dalam tata hubungan internasional.12 Cinta tanah air merupakan sebuah nilai yang terkandung di dalam Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Oleh karenanya, perwujudan nilai cinta tanah air ini merupakan salah satu tujuan dari materi Pancasila. Sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan nasional dan juga yang termuat dalam SK Dirjen Dikti No. 43/DIKTI/KEP/2006, dijelaskan bahwa tujuan materi Pancasila dalam rambu-rambu Pendidikan Kepribadian mengarahkan pada moral yang diharapkan terwujud dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai golongan agama, kebudayaan dan beranekaragam kepentingan, memantapkan kepribadian agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan
12
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani,(Jakarta: ICCE UIN Jakarta, 2013), h. 121
20
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan penuh rasa tanggung jawab dan bermoral.13 Selain itu, dijelaskan juga di dalam nilai-nilai sila persatuan Indonesia yaitu sebagai berikut: 1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan serta kepentingan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama. 2. Sanggup rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan. 3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa. 4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia. 5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadaan sosial. 6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika. 7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.14 Memiliki rasa cinta tanah air merupakan kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Bahkan hal tersebut telah ditetapkan sebagai tujuan pendidikan di Indonesia, sebagaimana yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Menurut Iqbal Hasan Pendidikan nasional bertujuan untuk: a. Meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, Terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggungjawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. b. Menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi ke masa depan.15 Cinta tanah air merupakan sikap batin yang dilandasi ketulusan dan keikhlasan yang diwujudkan dalam perbuatan demi kemajuan dan kejayaan bangsa dan tanah air. Maksud dari tanah air itu sendiri adalah tempat dimana ia dilahirkan, memperoleh penghidupan dan menjalankan 13
Kaelan M. S, Pendidikan Pancasila Pendidikan untuk Mewujudkan Nilai-Nilai Pancasila, Rasa Kebangsaan dan cinta tanah air sesuai dengan SK DIRJEN DIKTI NO. 43/DIKTI/KEP/2006 (Yogyakarta: Paradigma, 2008), h. 15 14 Syaiful bakhri, Ilmu Negara, (Jakarta: Total Semesta Press, 2004), h. 13-14 15 M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Pendidikan Pancasila, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 28
21
kehidupan sampai akhir hayatnya. Oleh karenanya, kita sebagai warga negara yang bertanggungjawab atas keamanan negara harus cepat tanggap terhadap segala kemungkinan yang akan terjadi terhadap negara berupa ancaman yang dapat mengganggu stabilitas ataupun kehidupan warga dan negaranya. Cinta tanah air merupakan kewajiban kita sebagai warga negara dan sebagai makhluk Allah swt. Allah swt bahkan menganjurkan kita untuk mencintai tanah air kita, karena ketika kita tidak mencintai tanah air kita sendiri maka kita termasuk orang yang dzalim. Sebagaimana Firman Allah swt:
ِ َّ ِ ِ ِ ِ ْ ُ َ يَْن َ ُا ُ الَّ ُ َع ِ ا ي َ َْ يُ َ الُلُا ْ ِ ا ِّدي ِ َ َْ ُْ ِ ُ لُا ْ ا ْ ديَ رُا ْ أَ ْا اَبَ ُّر ِ ْ ) إََِّّنَ يَْن َ ُا الَّ ُ َع ِ اَّ ِي َ اَلُلُا8 ( َ ب اْ ُ ْ ِ ِط َ اُ ْ ِ طُل إِاَْ ِ ْ إِ َّا الَّ َ ُِ ُّر َ ُ ِ ِ َ َِا ِّدي ِ َأَ ْ َ ُ لُا ْ ِا ْ ديَ ِرُا ْ َ ظَ َ ُ َعلَى إِ ْ َ ُ ْ أَ ْا اَ َلاَّْلُ ْ َ َا ْ يََ َلَُّ ْ َ ُ ا ]9 8 : ) [ مل حن9( ُ ُ الَّ اِ ُ ل َا “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orangorang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Q.S Al-Mumtahanah: 8-9)16 Perwujudan cinta tanah air telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim as, ketika beliau memanjatkan doa kepada Allah swt untuk negerinya. Sebagaimana firman Allah swt:
ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ َ إ ْ َ َ إ ْ َ ُ َر ِّد ْ َ ْ َ َ َلَ ً آانً َ ْرُ ْ أَ ْ لَ ُ ا َ الَّ َ َ ت َا ْ َآا ِ َ ِاْن ُ ْ ِ الَّ ِ َ اَْ ْلِ ْا ِ ِ َ َ َ َا ْ َا َ َ َُاِّد ُ ُ َلِ ًي َُّ أَ ْ طَُّرُ إِ َ َع َ ِ انَّ ِر ْ َ َ )126 :اْ َ ِ ُ ) اب ة 16
Al-Qur’an dan Terjemahnya. Op. cit., h. 550
22
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali.(Q.S Al-Baqarah: 126)17 Perwujudan cinta tanah air dicontohkan pula oleh Rasulullah saw ketika beliau hendak meninggalkan kota Mekkah dan menuju kota Madinah. Beliau seraya berdoa untuk tanah airnya. Sebagaimana sabda Nabi saw:
َ َع ئِ َش َ َمل ِين َ ِّد َ ُا
ِِ ِ ِ َ لس ُ َُا َّثَنَ ُُمَ َّ ُ ْ ُ ي ْ ف َا َّثَنَ ُس ْ َ ُا َع ْ َش ْ ِ عُ ْ َ َة َع ْ أَ َع ِ ِ َب إِاَْ ن ْ « الَّ ُ َّ َابِّد:َ َّ َ َ انَِّ ُّر َ لَّى اُ َعلَْ َ َسل: ْ ََر َ الَّ ُ َعْن َ َ ا ِ ََش َّ َ ْ ُ ُُحَّ َ إِ َ جلُ ْح َ ِ الَّ ُ َّ َ ِرْك اَن َ َا َ َابَّْب َ إِاَْ نَ َا َّ َ أَْ أ ْ » ََ َ ِعن
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Hisyam bin 'Urwah dari Ayahnya dari Aisyah r.a dia berkata; Nabi Shallallahu 'alahi wasallam bersabda: "Ya Allah, berilah kecintaan kami terhadap Madinah sebagaimana kecintaan kami terhadap Mekkah atau lebih cinta lagi, dan pindahkanlah demamnya ke daerah Juhfah, ya Allah berkahilah kami di mud dan sha' kami. (H. R Shahih Bukhari)18 Cinta tanah air merupakan sebuah sikap yang harus dimiliki oleh setiap orang yang tinggal di suatu tempat dimana ia dilahirkan. Sebuah paham untuk mengajarkan akan kecintaan terhadap tanah air, bangsa atau Negara sendiri disebut nasionalisme, hal ini dilihat dari sebuah pengertian nasionalisme pada kamus besar bahasa Indonesia kontemporer.19 Arti dari cinta tanah air adalah cinta kepada Negara tempat kita dilahirkan, dibesarkan dan memperoleh kehidupan di dalamnya. Karena 17
Al-Qur’an dan Terjemahnya. Op. cit., h. 19 Bukhari, Shahih Bukhari, (Kairo: Dar at-Taqwa li at-Turats, 2001), J.8, h. 80 19 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 2002), h. 1026 18
23
dari Negara kita tersebut semua yang kita butuhkan akan kita dapatkan. Cinta tanah air sama halnya dengan rela berkorban demi kepentingan Negara, memajukan kehidupan bangsa, mencerdaskan diri demi ikut berpartisipasi dalam rangka proses pembangunan tanah air atau negaranya dari Negara yang kecil, berkembang menjadi Negara yang maju. Dari definisi cinta dan tanah air di atas, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwasannya pengertian dari cinta tanah air adalah suatu perasaan yang timbul dalam diri seseorang yang meliputi unsur kasih dan sayang terhadap tempat kelahirannya, serta pengakuan sebagai warga Negara yang selalu bersedia berkorban dan mengabdikan diri untuk negaranya. Ketika rasa cinta tanah air telah tumbuh pada diri seseorang maka
akan timbul suatu perasaan bangga, memiliki, menghargai,
menghormati, mengabdi, memelihara, membela serta melindungi tanah airnya dari berbagai ancaman dan gangguan. Karena pada hakikatnya sikap cinta tanah air merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap orang yang mana tanah air merupakan tempat kita lahir dan besar serta telah memberikan kehidupan pada kita. Kenyataan hidup berbangsa dan bernegara bagi kita bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan sejarah bagaimana Indonesia bisa mencapai kemerdekaan seperti sekarang ini. Bermula dari perjuangan rakyat melawan penjajah yang kemudian diakhiri dengan kemerdekaan Indonesia serta termasuk di dalamnya penetapan Pancasila sebagai dasar Negara. Pengetahuan mengenai sejarah Indonesia saat zaman kemerdekaan tanpa dilandasi rasa peduli ataupun sebuah penghargaan, maka hal tersebut menjadi tidak begitu bermakna. Pantas saja pengamalan Pancasila pun tidak terealisasi. Padahal ketika kita berkaca pada masa tersebut, kita dapat mengambil pelajaran yang sangat berharga bahwa ternyata selama ini kita belum menghayati perjuangan yang telah dilakukan para pahlawan. Menghayati arti dari cinta tanah air bukanlah suatu perkara yang mudah, untuk menjalankan hal tersebut dibutuhkan sebuah kesabaran dan
24
kerendahan hati. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya ancaman dan tantangan yang datang dari mana saja baik dalam diri ataupu dari luar diri kita. Akan tetapi, jika kita mempunyai tekad yang kuat untuk mencintai tanah air dengan sepenuh hati, pasti semuanya akan dimudahkan. Dan perlu kita ketahui bahwa mencintai tanah air dengan sepenuh hati merupakan sebagian dari iman. Cinta tanah air merupakan salah satu aspek dari jati diri manusia yang sehat akal dan jiwanya yang erat kaitannya dengan nilai-nilai kebangsaan. Nilai-nilai kebangsaan tersebut dapat ditegakkan dan dikukuhkan melalui pendidikan agama. Karena hal tersebut menjadi tolak ukur keimanan seseorang.20 Oleh karena itu sikap cinta tanah air menjadi kewajiban untuk dilakukan oleh semua warga Negara dengan tulus dan ikhlas. Biasanya orang yang memiliki sikap cinta tanah air merupakan orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan, mendalami dan mengikuti kegiatan keagamaan yang sangat mempengaruhi jika orang hidup dalam lingkungan yang baik, maka perilaku kita pun akan baik dan sebaliknya. Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia juga sebagai jati diri bangsa. Pancasila adalah pilihan sejak dulu hingga kini, dan masih tetap dinilai baik dan benar, walaupun dalam kehidupan kesehariannya sering terabaikan. Di dalam Pancasila terdapat lima sila, yaitu: 1) Ketuhanan Yang Maha Esa Di dalam sila ini dijelaskan bahwa Negara kita merupakan Negara yang beragama, tidak menganut paham komunis. Selain itu, sila ini juga dijelaskan bahwa Negara kita telah mengatur sebagaimana rupanya menjadi Negara yang bersahaja dan percaya akan semua yang ada di dunia ini ada penciptanya dan kita sebagai warga negaranya harus bersyukur mengenai hal tersebut. 2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
20
M. Quraish Shihab, Opcit., h. 356
25
Di dalam sila ini dijelaskan bahwa warga Negara Indonesia harus menjunjung tinggi sikap keadilan dan berkeadaban. Dimana antar warga Negara yang satu dan yang lainnya dapat saling mengasihi, tolong menolong, membantu dan saling mendukung. Tidak ada kesewenang-wenangan dengan mengunggulkan yang satu. Karena warga Negara Indonesia ini memiliki hak keadilan yang sama. 3) Persatuan Indonesia Di dalam sila ini dijelaskan bahwa selaku warga Negara Indonesia harus menjunjung tinggi rasa kesatuan dan persatuan. Karena dengannya Indonesia akan selalu kokoh dan terciptanya Negara yang aman dan tentram. 4) Kemanusiaan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan. Di dalam sila ini dijelaskan bahwa pemerintahan Indonesia menjunjung tinggi permusyawaratan dalam masyarakat. Oleh karena itu, Indonesia disebut dengan Negara demokrasi. Sebagaimana slogan dari demokrasi sendiri “Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Hal ini dilakukan untuk memenuhi keinginan rakyat dalam turut serta membangun bangsa. 5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Di dalam sila ini dijelaskan bahwa seluruh rakyat Indonesia memiliki hak untuk mendapatkan keadilan. Sila ini disebut sebagai cerminan hukum untuk Indonesia yang diikuti oleh Undang-undang. Kelima sila di atas merupakan pedoman hidup seluruh rakyat Indonesia yang harus dijalani dalam kehidupannya. Oleh karena itu, kita sebagai warga Negara Indonesia harus memiliki rasa cinta terhadap tanah air. Walaupun dengan keadaan kita yang multikultural, kita harus tetap bersatu demi memajukan Negara.
26
B. Sistem Pendidikan di Indonesia 1. Pengertian Pendidikan Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan. Tarbiyah atau pendidikan secara harfiah atau ahli kebahasaan mengandung arti mengembangkan, menumbuhkan, memelihara dan merawatnya dengan penuh kasih sayang.21 Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.22 Pendidikan merupakan proses tanpa akhir yang diupayakan oleh siapapun, terutama sebagai tanggung jawab negara. Sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan kesadaran dan ilmu pengetahuan, pendidikan telah ada seiring dengan lahirnya peradaban manusia. Dalam hal inilah, letak pendidikan dalam masyarakat sebenarnya mengikuti perkembangan corak sejarah manusia.23 Dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal I, menyebutkan bahwa, “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya ntuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
21
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h, 19 22 Rama Yulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), h.13 23 Nurani Soyomukti, Teori-teori Pendidikan Tradisional, (Neo) Liberal, Marxis-Sosialis, Postmodern, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 29
27
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.24 Ahmad D. Rimba memberikan definisi “pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.25 M.J Lengeveld menyatakan bahwa pendidikan atau pedagogi adalah kegiatan membimbing anak manusia menuju pada kedewasaan dan kemandirian.26 Berdasarkan definisi pendidikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwasannya pendidikan adalah suatu proses perkembangan sikap, potensi, karakter, maupun psikologi seorang atau sekelompok orang dengan adanya interaksi antara peserta didik, pendidik dan sumber pendidikan melalui upaya pengajaran maupun pelatihan. 2. Tujuan Pendidikan Pendidikan merupakan bagian dari sebuah proses untuk mencapai suatu tujuan. Menurut ath-Thahthawi pendidikan secara umum adalah
ُ َِ ْ ْْلُ ُل ُ َعلَى ََْت ِ ْ ِ َع َل ئِ ِ جلَ ْ َِّ ِ اَّ ِ ِ َّ ِ َ َا ِ ابِ َي ِد َ َاِ َ َِ ْن ِ َ ِ ا َّغِ ِْ َ َ ً َ ُر ًا
ِ َ َّلا ِ إِ َّا اَّ ِ َ ا ُُ َ ْ ِ ِ آد َ ِ ِ آد ِبَ ع ْل ً َ َع َ ًي َ اَّ ُّرَد َ .ِ َأَ ْ َي ً َِ ْ ِر َ ِلَِِّ ِ ْسِ ْ َ ِد
Sesungguhnya pendidikan secara umum adalah untuk memperbaiki adat istiadat masyarakat dan mengetahui tingkah laku masyarakat baik ilmunya maupun perbuatannya dan mempunyai sikap kebangsaan. Hal itu diperuntukkan untuk pertumbuhan anak baik jasadnya ruhnya dan akhlaknya sesuai dengan kemampuannya. 24
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahin 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan Republik Indonesia tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan serta Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara Bandung, 2010), h.2 25 Ahmad D. Rimba, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al- Ma’arif, 1980), cet. Ke 4, h. 19 26 Kartini Kartono, Pengantar Mendidik: Apakah Pendidikan masih Diperlukan?, (Bandung: CV. Mandar maju, 1992), h. 22 27 Muhammad Imarah, Al-A’mal Al-Kamilah Li Rifa’ah Rafi’ Ath-Thahthawi, (Riyadh: Silsilah at-Turats, 2010), j. 1, h. 287
28
Tujuan pendidikan merupakan suatu komponen yang penting dalam dunia pendidikan, karena hal tersebut berkaitan dengan sesuatu yang harus dituju demi tercapainya segala sesuatu yang diharapkan. “Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakikatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia yang diinginkan. Tujuan-tujuan diperintahkan oleh tujuan-tujuan akhir yang pada esensinya ditentukan oleh masyarakat dan dirumuskan secara singkat dan padat, seperti kematangan dan integritas atau kesempurnaan pribadi dan terbentuknya kepribadian muslim. Hal ini merupakan cita-cita paedagogis atau dunia cita-cita yang ditemukan sepanjang sejarah hampir di semua negara”.28 Adapun tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana terdapat dalam Undang-undang RI nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional Bab II pasal 4, menyebutkan: “pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepata Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.29 Adapun tujuan pendidikan nasional Indonesia menurut UU no. 4 Tahun 1950 adalah “membentuk manusia susila yang cakap, warga negara yang demokratis dan manusia bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air”.30 Dan tujuan pendidikan menurut UU no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu sebagai berikut, “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
28
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 59 29 Lembaga Penelitian IAIN Jakarta, Islam dan Pendidikan Nasional, (Jakarta: Lembaga Penelitian IAIN Jakarta, 1983), h. 90 30 Muhammad Rifai, Politik Pendidikan Nasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 45
29
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.31 Di dalam buku Islam dan Pendidikan Nasional yang ditulis oleh lembaga penelitian IAIN Jakarta menyebutkan, “Pendidikan bertujuan mewujudkan kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat berdasarkan keimanan kepada Allah swt. Untuk itu perlu dibina dan dikembangkan kepribadian beradab dan berbudaya yang dilandasi iman kepada Allah swt”.32 Menurut Abuddin Nata, “Ketika pendidikan dihubungkan dengan Tuhan, maka tujuan pendidikan yang utama adalah membentuk manusia agar beriman kepada Allah swt, yang dilanjutkan dengan berbuat amal saleh, yakni amal yang sesuai dengan kehendak Allah swt”.33 Dan beliau menegaskan kembali, “Ketika pendidikan dihubungkan dengan filsafat manusia, maka tujuan pendidikan dapat dirumuskan sebagai usaha untuk mewujudkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang tergali, terbina dan terlatih potensi intelektual, spiritual, emosional, sosial dan fisiknya, sehinga dapat menolong dirinya, masyarakat, bangsa dan negaranya”.34 John Dewey merumuskan, “tujuan pendidikan untuk diarahkan pada upaya melahirkan manusia yang terbina seluruh potensi dirinya, terutama potensi intelektual dan keterampilannya, sehingga ia dapat melaksanakan tugas-tugas di masyarakat, dan menjadi orang yang dapat menolong dirinya, masyarakat, bangsa dan negaranya”.35 Menurut Hasan Langgulung tujuan pendidikan menurut Islam adalah sama dengan tujuan hidup manusia dalam Islam yaitu memikul amanah Allah swt. Adapun secara terperrinci menjadi:
31
Ibid., h. 48 Lembaga Penelitian IAIN Jakarta. Op. cit., h. 109 33 Nata. Op. cit., h. 51 34 Ibid.,. 89 35 Ibid., h.218 32
30
1. Membina generasi muda agar menyembah Allah swt dengan menjalankan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. 2. Mendidik generasi muda agar dapat hidup bersosialisasi dengan masyarakat dengan mengakui adanya prinsip kerja sama, persaudaraan serta persamaan. 3. Mendidik generasi muda agar dapat menggunakan akal pikirannya dengan cermat dan produktif. 4. Membentuk pribadi yang terbuka dan bergaul dengan orang lain serta menghindari sikap menyendiri dan menonjolkan dirinya. 5. Mendidik generasi muda agar dapat menggunakan pemikiran ilmiah.36 Tujuan yang dirumuskan oleh Hasan Langgulung tersebut, “diarahkan pada pembentukan lisan yang saleh, yaitu mendekati kesempurnaan yang ditandai dengan memiliki sifat-sifat terpuji seperti menghargai diri, perikemanusiaan, jujur, adil dan sebagainya. Selain itu tujuan pendidikan tersebut diarahkan pada pengembangan masyarakat yang saleh, yaitu masyarakat yang percaya bahwa ia memiliki jiwa sebagai pengemban misi kebenaran dan kebaikan”.37 Adapun tujuan pendidikan menurut Rifa’ah Ath-Thahthawi berdasarkan kutipan dari Buku Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan karya Harun nasution adalah “mengajarkan ilmu pengetahuan,
untuk membentuk rasa kepribadian dan untuk menanamkan rasa Patriotisme (
”)اب ال.38
Adapun dalam al-A’mal al-Kamilah disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah
ٍ ِ ً َ اْغَ ض ِا اَّ َِّ ِ اَْن ِ ُ ا َّغِ ِ ً ر ا أَ َي آا َ ِا ٍ يَ ْ ِِن ْ َ ً َُ َ َ ْ َ ْ َ ُ ْ .ِ اَ ْن ِ َّ ُ ِا ِ َّ اِِ َ َا ْنَ ِليَّاِِ َِ ْ ِر َ ِلَِِّ ِ ْسِ ْ َ ِد Tujuan dari pada pendidikan adalah mengembangkan potensi anak baik dari segi jasmani, rohani dan akhlak pada masa tertentu yaitu
36
Ibid., h. 342 Ibid., h. 342 38 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), h. 48 39 Imarah. Op. cit., h. 297 37
31
mengembangkan perasaannya dan moralnya berdasarkan kemampuan dan kesiapannya. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwasannya tujuan pendidikan adalah untuk membentuk kepribadian peserta didik yang berakhlakul karimah, berbudi pekerti, berwawasan luas, mandiri, serta dapat member manfaat bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. 3. Kurikulum Pendidikan Istilah kurikulum berasal dari bahasa Prancis, yaitu courier yang berarti to run, maksudnya adalah berlari. Sedangkan dalam bahasa Yunani kuno berasal dari kata curir yang artinya pelari dan curere artinya tempat berpacu atau tempat berlari. Sedangkan curriculum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh pelari.
40
Dari pengertian tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwasannya kurikulum dalam pendidikan adalah sejumlah pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan oleh anak didik. Namun dalam perkembangannya, kurikulum mencakup berbagai kegiatan yang diharapkan mampu mencapai tujuan dari pendidikan. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab 1 pasal 1 butir 19 dijelaskan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu yang di dalamnya terdapat tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakannya.41 Dari pengertian tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa kurikulum merupakan sebuah rancangan program pendidikan yang harus dijalani dan dikembangkan untuk mencapai tujuan dari pendidikan. Untuk mencapai tujuan dari pendidikan tersebut, kurikulum mempunyai beberapa komponen yang saling berhubungan dan saling berkaitan. Nasution membagi komponen tersebut menjadi empat bagian 40
Syaifuddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet. 1, h. 33 41 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Depdiknas RI., 2003), h. 5
32
yaitu tujuan, bahan pelajaran, proses belajar mengajar dan penilaian.42 Dan A. Malik MTT membagi komponen kurikulum menjadi 5 yaitupertama komponen tujuan sebagaimana bahwa kurikulum merupakan program untuk mencapai tujuan dari pendidikan, kedua komponen isi/ materi yang berupa bahan pembelajaran yang terdiri dari bahan kajian, ketiga komponen media yang merupakan sarana untuk kegiatan pembelajaran, keempat komponen strategi yang merupakan cara atau metode yang digunakan guru dalam mengajarkan nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran, dan kelima komponen proses belajar mengajar.43
42
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti), cet. 5, h. 3 A. Malik MTT, Inovasi Kurikulum Berbasis Lokal di Pondok Pesantren, (Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2008), h. 27-30 43
BAB III Metodologi Penelitian Penelitian
pada
dasarnya
merupakan
suatu
pencarian
(inquiry),
menghimpun data, mengadakan pengukuran, analisis, sintesis, membandingkan, mencari hubungan, menafsirkan hal-hal yang bersifat teka-teki. Suatu metode penelitian mempunyai rancangan penelitian (research design) tertentu. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan kondisi pada data yang telah dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah. Adapun proses yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu: A. Tempat dan waktu penelitian Pada penelitian ini, skripsi yang berjudul “Konsep Cinta Tanah Air perspektif Ath-Thahthawi dan Relevansinya dengan Pendidikan di Indonesia” Ini dilaksanakan dari bulan Februari 2014 sampai bulan Maret 2015 digunakan untuk pengumpulan data mengenai sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari koleksi, buku-buku yang ada di perpustakaan, internet serta sumber lain yang mendukung penelitian. Kemudian selebihnya digunakan untuk melakukan kualifikasi data, menganalisis, menyimpulkan hasil penelitian serta menyusunnya dalam bentuk hasil penelitian atau laporan. Selanjutnya tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini bertempat di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Iman Jama’ Jakarta, dan Perpustakaan Darussunnah International Institute for Hadith Science. B. Metode penelitian Adapun jenis penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kualitatif artinya penelitian yang menggunakan data informasi berbagai macam teori yang diperoleh dari kepustakaan dengan jenis penelitian sejarah (historical research) dengan klasifikasi pada penelitian biografi. Selain itu, langkah metodis dalam penyusunan penelitian karya ilmiah ini menggunakan pendekatan yang bersifat deskriptif-analisis.
33
34
Menurut Whitney sebagaimana dikutip oleh Nazir, yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandanganpandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruhpengaruh dari suatu fenomena.1 Dalam
penelitian
ini,
metode
deskriptif
digunakan
untuk
memaparkan konsep para cendekiawan, tokoh dan ahli di bidang pendidikan yang nantinya dapat mempermudah memahami dan menghubungkan jalan pikiran maupun makna yang terkandung di dalamnya secara runut dan komprehensif. Sedangkan yang dimaksud analisis di sini ialah menelaah secara kritis tentang istilah, pengertian yang dikemukakan oleh para tokoh atau pemikir sehingga dapat diketahui kekurangan dan kelebihannya. Kemudian menemukan pengertian baru untuk melengkapinya. Adapun
sumber
data
yang
digunakan
dalam
skripsi
ini
dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. 1. Sumber primer Yang dimaksud dengan sumber primer dalam penelitian ini adalah karya-karya yang ditulis oleh Rifa’ah Badhawi Ath-Thahthawi, maka peneliti melakukan survei kepustakaan tentang pemikiran Rifa’ah Badhawi Al-Thahthawi. Dari hasil survei tersebut, maka peneliti memilih sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini yakni kitab yang berjudul Al-Mursyid al-Amin li al-Banat wa al-Banin. Kairo: alHaiat al-Mishriyyah al-‘Ammah li al-Kitab. 2010. Dan kitab Al-‘Amal al-kamilah Li Rifa’ah Ath-Thahthawi. Kitab ini merupakan kompilasi dari karangan Ath-Thahthawi yang telah disunting (tahqiq) oleh Muhammad Imarah.
1
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), Cet. IV, h. 63-64.
35
2. Sumber sekunder Yang dimaksud dengan sumber sekunder adalah karya-karya atau buku yang memiliki kesamaan pemikiran tentang Konsep Cinta Tanah Air perspektif Ath-Thahthawi untuk mempermudah dan memperkuat isi tulisan dalam skripsi ini. Di antara buku-buku yang menunjang pemikiran beliau adalah sebagai berikut: buku Pelopor Pendidikan Islam Paling Berpengaruh karya Said Ismail Ali, buku Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan karya Harun Nasution, buku Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam karya Ris’an Rusli, buku Rifa’ah Ath-Thahthawi karya Husain Fauzi al-Bukhari, buku Pemikiran para Lokomotif Pembaharuan di Dunia Islam karya A.Fattah Wibisono serta buku-buku lain yang ada keterkaitannya mengenai Ath-Thahthawi ataupun cinta tanah airnya. C. Prosedur pengumpulan dan pengolahan data Sesuai dengan metode yang digunakan, maka pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi. Dokumen berasal dari bahasa latin yang berarti mengajar. Namun, para ahli mengartikan kata dokumen sebagai sumber tertulis dan informasi sejarah sebagai kebalikan daripada kesaksian lisan, artefak, peninggalan-peninggalan terlukis, dan petilasan-petilasan arkeologis. Selain itu, dokumen diperuntukkan pula bagi surat-surat resmi dan surat-surat negara, seperti surat perjanjian, undang-undang, hibah, konsesi dan lainnya.2 Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Dengan mengumpulkan dan menelaah sumber referensi berupa buku-buku, jurnal, internet dan literatur ilmiah lainnya dari karya para pakar, intelektual, praktisi, maupun para pengambil kebijakan yang berkompeten, yang mana karya-karya tersebut mempunyai keterkaitan dengan kajian yang akan diteliti. 2
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h.175
36
Setelah data-data terkumpul lengkap, berikutnya yang penulis lakukan
adalah
membaca,
mempelajari,
meneliti,
menyeleksi
dan
mengklasifikasikan data-data yang relevan dan yang mendukung pokok bahasan, untuk kemudian penulis analisis, dan menyimpulkannya dalam satu pembahasan yang utuh. D. Pengecekan keabsahan data Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif. Karena itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting. Melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat tercapai. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan pengamatan yang terus menerus (ketekunan pengamatan). Hal ini dilakukan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. E. Teknik Analisis data Teknik Analisis data adalah pencarian atau pelacakan pola-pola. Analisis data kualitatif adalah pengujian sistematik dari sesuatu untuk menetapkan bagian-bagiannya, hubungan antar kajian, dan hubungannya terhadap keseluruhannya.3 Sesuai dengan jenis serta sifat data yang diperoleh dalam penelitian ini, Maka teknik analisis data atau pengolahan data yang digunakan adalah content analysis atau analisis isi dengan tahapan penelitian meliputi: Heuristik (pengumpulan data), Verifikasi (kritik data), Interpretasi (penyimpulan data), serta Historiografi (penulisan data). Menurut Soejono dan Abdurrahman, mengutip dari Hadari Nawawi, bahwa analisis isi dalam penelitian dilakukan untuk mengungkapkan isi buku yang menggambarkan situasi penulis dan masyarakat pada waktu buku itu ditulis. Di samping itu, dengan cara ini dapat dibandingkan antara satu buku dengan buku yang lain dalam bidang yang sama, baik berdasarkan perbedaan waktu, penulisannya 3
Ibid., h. 210
37
maupun mengenai standar kualitas buku-buku tersebut dalam mencapai sasarannya sebagai bahan yang disajikan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat tertentu.4 F. Teknik penulisan Teknik yang penulis pakai pada penelitian ini merujuk pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. G. Prosedur penelitian Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan prosedur penelitian sebagai berikut: 1. Tahap persiapan Dalam tahap persiapan ini, penulis membuat dan mengajukan proposal penelitian. Di samping itu, penulis juga melakukan kunjungan ke perpustakaan untuk mencari bahan-bahan yang digunakan dalam proses penelitian. 2. Tahap pelaksanaan Tahap penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai sumber, kemudian mengolah data dengan cara mengklasifikasikan data-data dan kemudian menyusunnya. 3. Tahap penyelesaian Pada tahap ini, penulis menyimpulkan data yang telah dianalisis dan kemudian menafsirkan data dalam bentuk hasil penelitian (laporan) selanjutnya melakukan rekomendasi dengan cara mencari temuan baru dari hasil analisis tersebut.
4
Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h.14
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi data 1. Riwayat hidup Ath-Thahthawi Rifa‟ah Ath-Thahthawi adalah salah seorang pembaharu pemikiran di Mesir pada masa pemerintahan Muhammad Ali Pasya.
Selain
penduduk asli Mesir, masih sedikit sekali orang yang mengetahui ataupun mengenal beliau. Padahal beliau mempunyai julukan pioner pembaharu pendidikan di Mesir. Beliau mempunyai nama lengkap Rifa‟ah Badhawi Rafi‟ Ath-Thahthawi atau yang lebih dikenal dengan sebutan AthThahthawi yang nama panggilannya tersebut diambil dari kota kelahirannya. Beliau lahir di Thahtha suatu kota yang terletak di Mesir bahagian selatan pada tahun 1801 H, dan meninggal di Kairo pada tanggal 27 Mei pada tahun 1873.1
ِ ٍ ِ الص ِاد ِق َّ ُص ْو ُُلَا اِ ََل َج ْع َف ِر ْ م ْن أ،1801 فَ َق ْد ُول َد ِِف طَ ْهطَا َسنَة ُ ُسَرةٍ ُمنَ َّسبَة تَْنتَ ِهي أ ِ ِ ِ ِ ِ َضعة الطَّا ِىرة ف الزْىَراء َّ اط َمة َ ْ ِابن ُُمَ َّمد البَاقر بن َعلى َزيْن الْ َعابِديْن بِن ا ْْلُ َس ْْي بِن (الْب َ .بِْنت َر ُس ْوِل اهلل َسيِّ ِدنّا الْ ُم ْصطََفى ُُمَ َّم ٍد َصلَّى اهلل َعلَْيو َو َسلَّم Telah dilahirkan di Thahtha pada tahun 1801 dari keluarga yang nasabnya sampai ke Ja‟far Shadiq ibn Muhammad al-Baqir ibn Ali Zainal „Abidin ibn al-Husain ibn Fathimah az-Zahra Binti Rasulullah Muhammad saw. Dari beberapa literatur yang penulis temukan, tidak ada satu pun literatur yang meyebutkan identitas diri beliau, siapa nama kedua orang tuanya ataupun beliau merupakan anak ke berapa dari berapa anak. Akan tetapi, Husen Fauzi al-Bukhari menyebutkan, “Ath-Thahthawi merupakan
1
Ris‟an Rusli, Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 66 2 Husain Fauzi al-Bukhari, Rifa‟ah ath-Thahthawi, (Kairo: Maktabah Mesir, t.t), 56
38
39
keturunan dari Ja‟far As-Shadiq Ibn Muhammad al-Baqir Ibn Ali Zain al„Abidin ibn al Husain (putra dari Fatimah az-Zahra bin Muhammad saw)”. Ketika Muhammad Ali mengambil alih seluruh kekayaan di Mesir, harta orang tua Ath-Thahthawi termasuk kekayaan yang diambi alih dan dikuasai itu. Ia terpaksa belajar di masa kecilnya dengan bantuan dari keluarga ibunya. Ketika umur 16 tahun ia pergi ke Kairo untuk belajar di al-Azhar. Ia adalah murid kesayangan dari gurunya Al-Syaikh Hasan Al„Attar yang banyak mempunyai hubungan dengan ahli-ahli ilmu pengetahuan Perancis yang datang dengan Napoleon ke Mesir. Ia selalu mengadakan kunjungan kepada ahli-ahli itu untuk mengetahui kemajuan ilmu pengetahuan mereka. Kunjungan-kunjungan itu mereka terima dengan senang hati, karena mereka dapat memperdalam pengetahuan mereka tentang bahasa Arab dari pergaulan dengan beliau sebagai ulama besar Al-Azhar. Selama beliau menjadi mahasiswa di Al-Azhar dan menjadi salah satu murid dari Syeikh Al-„Attar, Syeikh al-„Attar melihat bahwa AthThahthawi merupakan seorang pelajar yang sungguh-sungguh dan tajam pikirannya. Penilaian terhadap Ath-Thahthawi tersebut dilihat dari bagaimana cara belajar Ath-Thahthawi dalam kesehariannya. Oleh karenanya, Syeikh al-„Attar selalu memberi dorongan kepadanya untuk senantiasa menambah ilmu pengetahuan, agar pengetahuan yang ia punya tak hanya terfokus pada satu bidang saja akan tetapi dapat menguasai bidang yang lain juga. Ath-Thahthawi menuntut ilmu di Al-Azhar selama lima tahun dan menyelesaikan studinya pada tahun 1822, kemudian beliau mengabdikan dirinya dengan mengajar di sana selama 2 tahun sampai tahun 1824.3 Setelah menjabat sebagai imam tentara selama 2 tahun, beliau diangkat menjadi imam mahasiswa-mahasiswa yang dikirim ke Paris oleh Muhammad Ali Pasya. Dan akhirnya menetap di sana selama 5 tahun. Selama di sana, beliau belajar bahasa Perancis yang dalam waktu singkat 3
Nasution. Op. cit., h. 42
40
dapat ia kuasai dengan baik. Jadi, selain dari mempergunakan waktunya untuk bekerja sebagai imam, beliau turut pula belajar. Sedangkan imamimam yang lain tidak memanfaatkan waktunya untuk mengikuti pelajaran. Untuk mengadaptasikan dirinya selama berada di Perancis, AthThahthawi berusaha keras mempelajari bahasa mereka dan pada akhirnya beliau pun menguasai bahasa Perancis tersebut. Karena beliau telah menguasai bahasa Perancis, beliau berhasil menerjemahkan berbagai risalah bahasa Perancis ke dalam bahasa Arab. Selain itu, dengan kemampuan tersebut, beliau dapat membaca dan mempelajari buku-buku sejarah, filsafat Yunani, ilmu hitung, logika, dan bahkan pemikiran para pemikir bangsa Perancis abad ke-19, seperti Voltaire, Condillac, Roeseau dan Montesque dalam bahasa Perancis. Hal ini menyebabkan beliau mempunyai pengetahuan yang luas dalam berbagai bidang keilmuan.4 Di antara orang yang dikirim Muhammad Ali, Ath-Thahthawi tercatat sebagai satu-satunya orang yang mengkhususkan dirinya dalam bidang penterjemahan. Kegiatan yang demikian merupakan salah satu yang diperlukan pada waktu itu. Ketika Muhammad Ali memerintah Mesir, Ath-Thahthawi memang dimanfaatkan, bukan hanya untuk kepentingan pemerintah bahkan juga untuk kemajuan rakyat kecil. Setelah lima tahun lamanya beliau tinggal di Perancis, akhirnya beliau kembali ke Mesir. Dan sekembalinya beliau di Mesir, beliau langsung diberikan jabatan sebagai guru bahasa Perancis dan berbagai jabatan Kepala Sekolah, serta pimpinan Badan Penterjemah Undangundang Perancis. Berangkat dari latar belakang pendidikan dan pengalaman tersebut, hal itu turut membentuk wawasan kependidikan beliau. Beliau merupakan seorang sosok yang mempunyai intelektual tinggi, kecerdasan, serta membawa pemikiran-pemikiran yang baru. Berbagai ilmu telah banyak ia kuasai, sikap kepeduliannya terhadap perkembangan zaman, serta bahasa yang dikuasai selain bahasa Arab 4
Nasution. Op. cit., h. 43
41
menjadi nilai tambah untuknya. Pantas saja ia dikenal sebagai pioner pembaharu pendidikan di Mesir dan dikenal pula sebagai tokoh pembaharu. 2. Latar Belakang Pendidikan Ath-Thahthawi masuk ke dalam dunia pendidikan sejak masih kecil. Sejak masa itu ia sudah mulai belajar Al-Qur‟an dan kemudian menghapalnya di bawah bimbingan ayahnya sendiri. Selain Al-Qur‟an, pendidikan agama pun ia dapatkan dari saudara-saudara ibunya berdasarkan tradisi yang ada di lingkungannya.5 Kemudian saat ia berumur 16 tahun, ia melanjutkan pendidikannya di Al-Azhar Kairo selama 5 tahun dengan menggunakan sistem belajar dan kurikulum yang masih tradisional. Diantara salah seorang gurunya adalah al-Syeikh Hasan al„Attar. Ath-Thahthawi merupakan salah satu murid yang pintar dan menyenangi beberapa ilmu pengetahuan modern yang pada masa itu tidak ada pada kurikulum Al-Azharsendiri. Tapi ilmu tersebut tetap ia dapatkan dari gurunya yang bernama Al-„Attar. Karena melihat ketekunan, keuletan dan ketajaman dalam berpikir tersebut, Al-Attar selalu memberikan ia dorongan dan motivasi terhadap dirinya untuk senantiasa menambah ilmu pengetahuannya. Kecintaan beliau akan ilmu, ketekunan beliau dalam melakukan sesuatu pekerjaan, dan ketajaman berpikir beliau, beliau selalu belajar setiap waktu bahkan ketika beliau dikirim ke Perancis oleh Muhammad Ali Pasya untuk membimbing mahasiswa-mahasiswanya, dalam sela-sela mengajar pun ia turut belajar. Sampai-sampai beliau memberikan gaji untuk guru yang mengajarinya belajar bahasa Perancis.
5
Rusli. Loc. Cit.
42
3. Guru-guru Ath-Thahthawi
ِ فَلَ َّما ع ِ ِ ِِ ص ِحْي َح الْبُ َخا ِري ََ َ س َ اد اَل األ َْزَى ِر ِف الْ َعام التَّاَل انْ َك َ فَ َد َر،ب َعلَى ُد ُرْوسو ُمثَابًرا ِ وَجْع اجلو ِامع ِِف األُصول وم َشا ِر َق األَنْوا ِر ِِف اْل ِدي ِ َ َعلَى الشَّْيخ ال َف َََل ث ْ َ ََ ُْ َ ََ َ َ ،ضاَل ِ ِ ِ ْالشَّْيخ َح َسن ال َق ِوي ،العطَّار َ َوُى َو الَّذي تَ َوََّل َمشْي َخةَ األ َْزَى ِر بَ ْع َد الشَّْيخ َح َسن،سِن ِ َْحد الدَّمه ِ وقَد آلَت اِلَي ِو م ِشيخةَ األ َْزىر ب ع َد وفاَة،وجي ْ ضَر َ َو َح َ َ ْ ُ ْ َ ْ األْشُ ِوِن َعلَى الشَّْيخ أ َ َْ َ َ ، َواْلِكم ِالبْ ِن َعطَ ِاء اهلل ا ِإل ْس َكْن َد ِري َعلَى الشَّْيخ النَّجاّ ِري،الع ُرْو ِسي َ الشَّْيخ ُُمَ َّمد ِ ِ َكما تَلَقَّى تَ ْف ِسري اجلَالَلَْي،ص ِرهِ َوبََرَكةُ َوقْتِ ِو ْ صاحل ََْمدي بِأَنَّو َكا َن " َعالََمةُ َع َ َويَص َفو ِ ِ علَى الشَّيخ عبد الغَِن الد ضا الشَّْيخ اِبْ َر ِاىيم البَ ْي ُج ْوِري ً ْحضَر َعلَْي ِهم أَي َ َوِمَّن.ِّميَاطي َ ْ َ ُ َْ َِ وكانُوا. والشَّيخ الدَّمْن هوِري،السادة الْمالِ ِكية َج ًيعا ِمن َُ َ َ َّ والشَّيخ ُُمَ َّمد ُحبَ ْيش شيخ َ .ْأعالَِم َع ْص ِرِىم Sekembalinya dia ke al-Azhar pada tahun selanjutnya dia menekuni pelajaarannya. Dia belajar shahih al-Bukhari kepada gurunya yang bernama al-Fadhali, jam‟u al-jawami‟ fi al-ushul dan masyariq alanwar fi al-hadits kepada gurunya yang bernama Hasan al-Qawisini, dan beliau merupakan guru besar al-Azhar setelah Hasan al-„Attar, dan mengdadirkan al-Asymuni kepada gurunya yang bernama Ahmad AdDamhuji, beliau merupakan guru besar al-Azhar setelah wafatnya Muhammad al-„Arusi, dan belajar hikam li ibn „Atha Illah al-Iskandari kepada gurunya yang bernama An-Najjari, dan yang menyifatinya Shalih Majdi karena barakah waktunya sebagaimana dia belajar tafsir jalalain kepada Abdul Ghina Ad-Dimyati. Selain itu, Ath-Thahthawi belajar kepada Ibrahim al-Bajuri, Muhammad Hubaisy, Ad-Damanhuri. Mereka merupakan ulama pada masanya. Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwasannya Ath-Thahthawi telah belajar kepada banyak guru. Diantara guru-guru yang mengajari AthThahthawi adalah sebagai berikut: a. Syeikh al-Fadhali 6
Husain. Op. cit., h. 61
43
b. Syeikh Hasan al-Qawisini c. Syeikh ad-Damhuji d. Ibnu‟Athailah al-Iskandari e. Syeikh Muhammad al-„Attar f. Syeikh Ibrahim al-Baijuri g. Syeikh Abdul Ghina Ad-Dimyati h. Syeikh Muhammad Hubaisy i. Syeikh Ad-Damanhuri 4. Karya-karya Diantara karya ilmiah Ath-Thahthawi antara lain: a. Takhlis al Ibriz fi Talkhisi Bariz (Intisari dari Kesimpulan tentang Paris). b. Manahijul- albaab al-Mishriyyah fii Manahijil-adab al-„Ashriyyah (Metode bagi Orang Mesir untuk mengetahui Literatur Modern). c. Al- Mursyidul Amiin li alBanati wa alBanin (Petunjuk bagi pendidikan putri dan putra). d. Anwaru Taufiq al-jalil fii Akhbari Misra wa Tausiqi Bani Ismail (Cahaya Taufik yang agung pada Berita-berita Mesir dan pengukuhan anak keturunan Khedewi Ismail).7 e. Al-Qaul Al-Sadid fi Al-Ijtihad wa Al-Taqlid Selain dari karya-karya ilmiah yang beliau tulis sendiri. Adapula buku-buku dan risalah yang beliau terjemahkan dari bahasa Perancis, diantara buku-buku dan risalahnya yaitu: 1) Risalah tentang sejarah Alexander Macedonia 2) Buku mengenai pertambangan 3) Buku mengenai akhlak dan adat istiadat berbagai bangsa 4) Buku mengenai ilmu bumi 5) Risalah mengenai ilmu teknik 6) Risalah mengenai hak-hak manusia 7) Risalah tentang kesehatan jasmani dan sebagainya8 Menurut Abdul Fattah Wibisono, Ath-Thahthawi mengarang bukubuku dan karangan-karangannya tersebut dimaksudkan untuk memberi pengertian tentang kehidupan dan kemajuan Eropa dan mengenalkan ide-ide baru yang membuat umat Islam mengubah
7 8
Wibisono. Loc. cit Nasution. Op. cit., 43
44
kehidupannya menjadi lebih maju dan kuat dan meninggalkan tradisitradisi yang menyebabkan mereka kembali mundur dan lemah.9 Hasil dari proses belajar yang ia lakukan dengan membaca dan melakukan pengamatan langsung membuahkan pemikiran baru dengan melahirkan ide-ide baru yang berguna untuk tanah airnya yaitu Mesir. Perjalanan hidup dalam mengarungi kehidupannya, Ath-Thahthawi selalu menampakkan bahwa dirinya selalu haus akan ilmu. Ilmu yang bermanfaat untuk dirinya sendiri bahkan bermanfaat untuk semua orang. Sekembalinya Ath-Thahthawi ke Kairo tepatnya pada tahun 1831 setelah melakukan perjalanannya dalam menuntut ilmu di Perancis, beliau diangkat sebagai guru bahasa Perancis dan penerjemah di sekolah kedokteran Abi Za‟bal dan memimpin sekolah persiapan kedokteran oleh Muhammad Ali Pasya. Setelah menjadi guru bahasa dan penerjemah, dua tahun kemudian (1833) beliau dipindahkan ke sekolah Altireli dan menerjemahkan buku-buku tentang ilmu teknik dan kemiliteran.10 Pada tahun 1835, usaha yang dilakukan oleh beliau adalah mendirikan Sekolah Penerjemah dengan tujuan untuk mencetak tenagatenaga ahli penerjemah yang profesional yang dibutuhkan oleh negara, jumlah siswa di dalamnya hanya terbatas untuk 150 orang pendaftar yang mewakili setiap daerah yang berada di Mesir.11 Pada tahun 1836 sekolah ini diubah menjadi Sekolah Bahasabahasa Asing. Sebagai mata pelajaran pokoknya yaitu penerjemahan Arab-Perancis, kemudian sebagai mata pelajaran tambahannya yaitu bahasa- Turki, Itali, Persia dan Inggris dan ditambah pula dengan pelajaran ilmu teknik, al-jabar, sejarah dan geografi. Dan semenjak tahun 1844, sekolah ini berkembang menyerupai Universitas dengan berbagai jurusan, Fakultas-fakultas Adab, Hukum dan Dagang. Selama berdirinya sekolah ini buku yang berhasil diterjemahkan hampir mencapai 2.000 buah buku dengan dibantu oleh tenaga-tenaga guru yang berasal dari Mesir sendiri dan tenaga guru asing yang sengaja didatangkan oleh Ath-Thahthawi.12 9
Rusli. Op. cit., h.70 Nasution. Op. cit., h. 44 11 Rusli. op. cit., h. 69 12 Rusli. loc. cit 10
45
Namun, pada tahun 1848 setelah wafatnya Muhammad Ali Pasya dan kemudian digantikan oleh cucunya yang bernama Abbas, sekolah ini ditutup dikarenakan ketidaksenangannya Abbas terhadap Ath-Thahthawi dan dengan alasannya yang tidak begitu jelas. Akhirnya, Abbas memindahkan Ath-Thahthawi ke Sudan untuk mengepalai sebuah sekolah dasar yang ada di sana. Setelah wafatnya Abbas pada tahun 1854, beliau dipanggil kembali ke Mesir oleh Pasya baru yang bernama Said sebagai pengganti Abbas, dan kemudian diangkat menjadi Kepala Sekolah Militer. Di sekolah tersebut, beliau menerapkan kurikulum yang sama ketika ia mendirikan sekolahnya yang dulu yaitu pelajaran bahasa asing dan penerjemahan. Dan pada tahun 1863, beliau ditunjuk sebagai pimpinan Badan Penerjemahan Undang-Undang Perancis yang diadakan oleh Khedewi Ismail.13 Selain itu, Ath-Thahthawi pernah menjadi pimpinan surat kabar resmi bernama “Al-Waqa‟i Al-Misriyyah” yang telah diterbitkan oleh Muhammad Ali. Pada masa kepemimpinannya, surat kabar tersebut tidak hanya memuat berita-berita resmi, tetapi pengetahuan-pengetahuan tentang kemajuan barat juga termasuk di dalamnya. Dan pada tahun 1870, kegiatan yang beliau lakukan adalah mendirikan majallah “Raudhat al Madaris” dengan bertujuan untuk memajukan bahasa Arab dan menyebarkan ilmu-ilmu pengetahuan modern pada khalayak ramai. Majallah ini mengandung tulisan-tulisan tentang sastra Arab, ilmu falak, ilmu bumi, ilmu akhlak, ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu pasti dan lain-lain.14 Demikianlah kegiatan-kegiatan yang beliau lakukan selama beberapa tahun dalam mengabdikan dirinya terhadap tanah airnya, yang mana kegiatan tersebut menjadi sebuah karir dan prestasi beliau yang didapatkan atas hasil usaha yang telah dilakukannya selama ini.
13 14
Nasution. loc. cit. Nasution. op. cit. h. 45
46
B. Pembahasan 1. Konsep Cinta Tanah Air sebagai Tujuan Pendidikan Islam perspektif Ath-Thahthawi Demikianlah pada bab dua penulis menjelaskan beberapa penjelasan tentang tujuan pendidikan baik secara pendidikan secara umum ataupun pendidikan Islam menurut beberapa ahli, menurut kajian teori pada bab dua penulis menguraikan tentang tujuan dari pada pendidikan dan pendidikan Islam. Secara garis besar, tujuan dari pada pendidikan adalah untuk membentuk pribadi, moral, karakter dan akhlak anak didik agar mereka dapat menjalani kehidupan dengan berdasar pada tata nilai yang ada. Selain itu, tujuan dari pada pendidikan yaitu untuk menanamkan sikap cinta terhadap tanah airnya berdasar pada agama dan ajaran-ajaran yang dibawanya karena hal tersebut dapat mengajarkan manusia kepada nilai-nilai dan akhlak yang mulia. Dalam penelitian terhadap pemikiran Ath-Thahthawi ini, penulis menemukan beberapa hal yang terkait dengan pemikiran beliau mengenai “cinta tanah air” diantaranya: landasan yang menopang pemikiran cinta tanah airnya, karakteristik seseorang yang memiliki sikap cinta tanah air dan sikap yang harus dimiliki seseorang yang mencintai tanah airnya. Berikut pemaparan penulis mengenai hal-hal yang terkait dengan pemikiran cinta tanah air Ath-Thahthawi. Sebagaimana diketahui bahwasannya Setiap bangsa mengharapkan bangsanya menjadi suatu bangsa yang berperadaban, bukan menjadi bangsa yang biadab. Menurut Ath-Thahthawi sebuah peradaban dapat terwujud apabila bangsa itu memiliki semangat cinta tanah air. Sebagaimana disebutkan Imarah:
ِ وِرادةُ التَّمد ُّدن لِ َلوطَ ِن َال تَْن َشأُ َِّال َع ْن ُحبِّ ِو َ َََ Dan keinginan terjadinya sebuah peradaban pada negara tidak akan berkembang kecuali dengan kecintaannya. 15
Muhammad Imarah, Al-A‟mal Al-Kamilah Li Rifa‟ah Rafi‟ Ath-Thahthawi, (Riyadh: Silsilah at-Turats, 2010), j. 1, h. 311
47
Pemikiran tersebut tidak semata-mata tercipta dengan begitu saja, tanpa adanya sebuah dasar pemikiran yang menjadi awal mula bagaimana pemikiran tersebut dapat muncul dan kemudian dapat direalisasikan. Sebuah pemikiran pun tidak akan kokoh jika tidak adanya sebuah landasan yang dapat menopangnya. Dengan demikian sebuah pemikiran yang tidak mempunyai landasan yang kuat, akan menjadikan pemikiran tersebut rapuh. Ketika buah dari pemikiran itu tergapai dan kemudian teraplikasikan di dalam menjalani kehidupan, maka orang yang mempunyai pemikiran pun akan dikenal di mata publik karena hasil dari pemikirannya dapat membawa kehidupan menjadi lebih baik. Dan berkaitan dengan pemikiran tersebut, beliau mempunyai pemikiran dengan landasan-landasan yang jelas. Untuk pemikiran cinta tanah air ini, menurut Ath-Thahthawi hal ini berlandaskan pada: 1. Perkataan Umar bin Khathab yang berbunyi:
ِِ ِ َ َق ب األَوطَا َن َع َّمَر اهللُ البِ َال َد ُِ ُّد:ْي عُ َمر بِن اخلَطَاب َ ْ ال أَمريُ الْ ُم ْؤمن Umar bin Al-Khathab berkata, “Allah memakmurkan suatu negara dengan kecintaan penduduknya pada tanah airnya”. 2. Perkataan Ali bin Abi Thalib yang berbunyi:
ِ سعادةُ الْمرِء أَن ي ُكو َن ِرْزقُو ِِف ب لَ ِده:ال علِى َ ُ َ ْ َ َ َ َ َ َ ََوق Ali bin Abi Thalib berkata, “Kebahagiaan seseorang adalah mendapatkan rezeki di negerinya sendiri”. 3. Perkataan al-„Asma‟i
ِِ ِ َخ َالقِ ِو َ ََوق َّ َف َوفَاء َ ت أَ ْن تَ ْع ِر ْ الر ُج ِل َو ُح ْس َن َع ْهده َوَم َكا ِرَم أ َ ِذَا اََرْد:األص َمعي ْ ال .َوطَ َه َارَة َم ْولِ ِدهِ فَانْ ُْر ِ ََل َحنِْينِ ِو ِأل َْوطَانِِو َو َش ْوقِ ِو ِ ََل ِ ْخ َوانِِو 16
Imarah, Opcit., h. 311 Imarah, Opcit., h. 311 18 Imarah, Opcit., h. 311 17
48
Al- Ashma‟i (740-831 M) berkata, “Jika engkau ingin mengetahui kepercayaan seorang laki-laki, kemuliaan akhlaknya, keturunan yang baik, maka lihatlah kecintaannya terhadap tanah airnya dan kerinduannya kepada saudara-saudaranya”. Dari keempat poin di atas mengenai landasan cinta tanah air tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa memiliki sikap cinta terhadap tanah air merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah swt yang ditujukan untuk bangsanya, sehingga Allah swt pun akan memakmurkan negeri yang apabila penduduknya mencintai negerinya. Merupakan sebuah kebanggaan dan penghargaan tersendiri bagi sebuah negara apabila penduduknya dapat memenuhi kehidupannya atas rizki yang mereka dapatkan dari dirinya (negara). Selain itu, orang yang memiliki cinta tanah air dianggap bahwa ia merupakan orang yang dapat dipercaya, berakhlak mulia, bersih keturunannya. Karena dengan memiliki sikap cinta tanah air, seseorang akan rela berkorban dengan seluruh jiwa dan raganya untuk mempertahankan negaranya dan membangun negaranya dengan segenap jiwanya. Sebenarnya, tidak menjamin ketika seseorang telah mempunyai sikap cinta tanah air akan mempunyai sifat seperti yang telah dijelaskan di atas. Namun, mungkin hal tersebut menunjukkan bahwasannya memiliki sikap cinta tanah air itu memang penting. Landasan-landasan tersebut menjadi pondasi pemikiran Ath-Thahthawi mengenai cinta tanah air yang ditujukan untuk tanah air yang memiliki kesamaan akidah dan keyakinan dengan tanah airnya. Sebagai
seorang
yang
berkependudukan
di
Mesir,
beliau
menspesifikkan tanah airnya menjadi tanah air yang mana tanah air tersebut merupakan tempat dimana ia dilahirkan bukan tanah air yang memiliki kesamaan akidah dan keyakinan dengan tanah airnya. Oleh karena itu, beliau memperkuat pondasi pemikiran mengenai cinta tanah air yang mana tanah air di sini dimaksudkan untuk negerinya yaitu Mesir. Ath-Thahthawi selalu menekankan penduduk Mesir untuk senantiasa mencintai tanah airnya. Karena berdasarkan bukti rasional yang logis yang dapat mengantarkan mereka agar mencintai tanah airnya, selain itu, Ath-
49
Thahthawi juga mempunyai landasan-landasan dasar Islam dan tradisi Islam, yang mana hal itu dapat menguatkan argument Ath-Thahthawi yang menekankan bahwa memiliki rasa cinta tanah air itu wajib bagi seluruh penduduk Mesir. Di antara landasan pemikiran mengenai cinta tanah air untuk penduduk Mesir, Ath-Thahthawi menyebutkan keunggulan-kunggulan dari pada Mesir agar tumbuhnya rasa bangga dalam diri mereka terhadap tanah airnya. Berikut alasan yang dijadikan sebagai landasan penguat bagi pemikiran AthThahthawi mengenai cinta tanah air yang ditujukan untuk Mesir. a. Perkataan Abdullah bin Umar yang berbunyi:
ِ بد اهلل بن عمر أَىل ِمصر أَ ْكرم األَع ،صًرا َ َوق ْ َوأ،اجم ُ ال َع َ ْ َوأَف،َْسَ ُح ُهم يَ ًدا َ َُ ْ ُ ْ َُ ُ ضلُ ُهم عُْن ِ وأَقْ رب هم ر ْْحًا بِالْعر ٍ ْ َوبِ ُقَري،ًب َع َامة .ًاصة َ ش َخ َ ُ َُ َ ََ Abdullah bin Umar berkata, “Penduduk Mesir adalah orang-orang a‟jam paling mulia, paling dermawan (murah hati),
yang terbaik
keturunannya, dan paling dekat kerabatnya dengan orang Arab secara umum dan orang Quraisy secara khusus”. b. Berdasarkan Hadits Nabi saw yang berbunyi:
ٍِ ِ ٍ َح َّد َنَا،ب بْ ُن َج ِري ٍر ُ َح َّد َنَا َوْى: قَ َاال، َوعُبَ ْي ُد اهلل بْ ُن َسعيد،َح َّد َِِن ُزَىْي ُر بْ ُن َح ْرب ِ ِ ِ َع ْن،صَرَة َّ ص ِر َّ ِّث َع ْن َعْب ِد ُ َُد،ي ُ َْس ْع،أَِِب ْ َ َع ْن أَِِب ب،َاسة ْ ت َح ْرَملَةَ الْم َ َالر ْْحَ ِن بْ ِن ْش ِ ِ ِ ُ ال رس صَر َوِى َي َ َ ق،أَِِب ذَ ٍّرر ْ «ِنَّ ُك ْم َستَ ْفتَ ُحو َن م:صلَّى اهللُ َعلَْيو َو َسلَّ َم َ ول اهلل ُ َ َ َ ق:ال ِ ِ فَِإ َّن َُلُ ْم ِذ َّمةً َوَرِْحًا» أ َْو،َح ِسنُوا ِ ََل أ َْىلِ َها ٌ أ َْر َ فَِإ َذا فَتَ ْحتُ ُم،ض يُ َس َّمى ف َيها الْق َريا ُط ْ وىا فَأ ِ ِ ِ ِ َ فَِإ َذا رأَيت رجل،ال « ِذ َّمةً و ِصهرا ٍ ِ »اخ ُر ْج ِمْن َها َ َق ْ َ ف،ْي ََيْتَص َمان ف َيها ِِف َم ْوض ِع لَبِنَة ْ َُ َ َْ ًْ َ ِ ِ صم ِ ان ِِف َم ْو ِض ِع لَبِنَ ٍة َ َق َّ ت َعْب َد ُ ْ فَ َرأَي:ال َ َوأ،َيل بْ ِن َح َسنَة َ ََخاهُ َربِ َيعةَ ََيْت َ الر ْْحَ ِن بْ َن ُشَر ْحب ت ِمْن َها ُ فَ َخَر ْج “Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb dan 'Ubaidullah bin Sa'id keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami Wahb bin 19 20
Ibid., h, 318 Muslim, Shahih Muslim, (Beirut: Dar al-Ihya at-Turats al-„Arabi, t.t), j. 4, h. 1497
50
Jarir; Telah menceritakan kepada kami Bapakku; Aku mendengar Harmalah Al Mishri bercerita dari 'Abdur Rahman bin Syimamah dari Abu Bashrah dari Abu Dzar dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Sesungguhnya kamu sekalian (kaum Muslimin) pasti akan dapat menaklukkan negeri Mesir, yaitu suatu wilayah yang terkadang dinamakan Al Qirath. Apabila kalian telah dapat menguasai negeri Mesir, maka berbuat baiklah kepada para penduduknya! Karena, bagaimanapun, mereka memiliki hak untuk dilindungi, sebagaimana kaum kafir dzimmi ataupun karena hubungan tali saudara (atau sebagai dzimmi dan hubungan keluarga dari jalur pernikahan). Apabila kalian melihat dua orang yang sedang bertikai di Mesir pada lokasi batu bata, maka keluarlah dari tempat itu!' Abu Dzar berkata; 'Ternyata saya melihat Abdurrahman bin Syurahbil bin Hasanah dan saudaranya yang laki-laki, yaitu Rabi'ah sedang bertengkar di tempat batu bata, maka saya pun keluar dan tempat itu.'” (H.R Muslim) c. Firman Allah swt yang berbunyi:
ِ اج َع ْل ِِن َعلَى َخَزآئِ ِن ْاأل َْر )55 :ظ َعلِْي ٌم (يوسف ٌ ض ِ ِِّن َح ِفي َ َق ْ ال “Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan". (Q.S. Yusuf: 55)
d. Pernyataan tentang Mesir yang berbunyi:
ِ ِِ ِ ِ ِ َّن ِم ِ ِِ ِ ِ ْ صَر ى َي بَلَ ُد الع ْل ِم َوا ْْل ْك َمة من قَد ِْْي الد ْ ُ َومْن َها َخَر َج العُلَ َماء،َّى ِر َو َحديْثو ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َوََلْ تَ َزل،صنَائع ِهم َ َواْلُ َك َماءُ الذيْ َن َع َّم ُروا ِمََال َ ك الدُّدنْيَا بِتَ ْدبِِْريىم َوح ْك َمت ِهم َوفُنُ ْوِنم َو ِ اَِل اآلن ي ِسي ر لَي ها طَلَبةُ العِْل ِم وأَصحاب ال َفه ِم ِمن سائِِر األَقْطَا ِر لِتَح صْي ِل َد َر َج ِة ْ ُ َْ َ ْ َ َ ْ ُْ َ َ َ ِ .ال َك َمال Sesungguhnya Mesir merupakan negeri ilmu dan pengetahuan dari masa yang lalu sampai masa sekarang. Dan dari Mesir banyak para ahli ilmu dan ahli hikmah yang muncul yang memakmurkan penguasa dunia dengan aturan mereka, hikmah, seni dan karya mereka. Dan tidak berhenti sampai
21
Imarah. op. cit., h. 319
51
sekarang mempermudah para penuntut ilmu dan ahli ilmu dari berbagai dunia untuk menghasilkan derajat kesempurnaan. Dari empat poin yang telah dijelaskan di atas menunjukkan bahwasannya landasan pemikiran yang beliau kemukakan berawal dari sebuah rasa bangga yang amat terdalam akan keunggulan-keunggulan Mesir dalam sejarahnya, sehingga beliau berkeinginan untuk mempertahankan keunggulan itu dengan sumbangsih yang diberikan oleh penduduk Mesir sebagai rasa cinta untuk negerinya. Dengan disebutkannya keunggulan-keunggulan atau keistimewaankeistimewaan dari pada yang dimiliki oleh Mesir. Diharapkan kepada seluruh penduduk Mesir agar memiliki rasa bangga terhadap tanah airnya sehingga sikap cinta dan tanah air pun dapat tumbuh dengan sendirinya. Karena dengan sikap cinta tanah air tersebut keunggulan dari pada Mesir tidak akan pudar dan dapat terjaga hingga akhir masa. Memiliki rasa cinta terhadap tanah air tidak hanya diperlukan saat menghadapi penjajah saja. Bangga menjadi anak bangsa pun sudah merupakan cermin dari cinta tanah air. Karena dari kebanggaan itulah dapat menumbuhkan rasa dimana kita harus mengaharumkan nama baik tanah air di mata dunia. Setelah menyebutkan landasan-landasan yang menopang pemikiran dari cinta tanah air menurut Ath-Thahthawi. Penulis ingin menyebutkan bagaimana karakteristik dari pada orang yang memiliki sikap cinta tanah air. Berikut karakteristik dalam kitab Takhlis al-Ibriz fi Talhkisi Bariz.
ِ ك ُ الر َج ِّ ب أ َْوطَانَ ُهم َ اب ُىنَال َ َب ق َض ُ َاىا الشَّب َ ال ِلَْي ِهم َم ِر َ ََّو َحب ِِ ِ َّ ِ َذا ذَ َكرت أَوطَانَهم ذّ ّكرت َُلم عهود ك َ الصبَا ف َيها فَ ُحنُّدوا ل َذل َ ُُْ ُ ُ ُ ْ ُ ِ ِّ وَِل مو ِطن آلَيت أ َّىَر َما لِ ًكا ْ َوأَ ْن الَ أ ََرى َغ ِْريى لَوُ الد َ ْ ُ َْ َ َُِن أَعُّدزه Dan para pemuda mencintai tanah air mereka Karena di sana semua kebutuhan mereka terpenuhi 22
Imarah. op. cit., h.311
52
Ketika aku mengingat tanah air mereka maka aku mengingat mereka Saat masa kecil di sana aku ditimbang⁄disayang mereka Dan aku pun mempunyai tanah air yang aku agungkan Dan tidak ada yang menjadikanku raja selain di tanah air itu Dari beberapa syair di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang mencintai tanah air, sejauh mana pun ia melangkah, seberapa lama pun ia pergi meninggalkan tanah airnya, sebahagianya pun berada di negeri orang lain, tetap saja hati dan pikiran ia hanya teringat pada tanah airnya sendiri, tempat dimana ia dilahirkan. Karena di tanah air itulah segala kebutuhan ia terpenuhi dan tidak ada kebahagiaan selain tinggal di negeri sendiri.
ِ ٍ ادا ً ََوبُْل َدةٌ قَ ْد َرَمْت َِن بِ ُك ِّل َداء عن ت ِأل َْىلِى َكانَت بِالَ ِدى بِالَ ًدا ُ َولَ ْو َر َج ْع Dan banyak negara yang telah membuangku Dengan segala kesakitan Walaupun aku kembali ke keluargaku dan keluargaku ada di negara lain Tetap saja aku teringat negaraku yang lalu Pada sya‟ir tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa seberapa pun banyaknya negara yang dikunjungi, tetap saja tanah air selalu teringat di dalam hati. Seberapa pun banyaknya negara yang telah membuang kita, tetap saja teringat negara tempat dimana kita dilahirkan.
ِ ما اْل ُّد ِ لحبِْي ب األ َّّوِل َ ب ِالَّ ل ُ َ
ت ِم َن اُلََوى َ استَطَ ْع ْ نَ ْق ُل فُ َؤ َاد َك َما
Sebisa mungkin jagalah hati kamu dari hawa nafsu Tidak ada cinta kecuali cinta yang pertama
23 24
Imarah. op. cit., h. 315 Imarah. op. cit., h. 316
53
Pada sya‟ir ini dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada cinta yang abadi kecuali cinta pertama. Maksud dari pada cinta di sini adalah cinta terhadap tanah airnya. Seberapa pun banyaknya tempat yang pernah disinggahi, hati hanya tertuju pada tanah air tercinta. Dari beberapa sya‟ir yang penulis paparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari seseorang yang memiliki cinta tanah air adalah dimana pun ia berada, bagaimana pun keadaan ia, apa pun yang ia pikirkan, semuanya hanya tertuju pada tanah airnya. Karena begitu besarnya rasa cinta yang ditanamkan untuk tanah airnya, sehingga seluruh jiwa raganya hanya ditujukan untuk tanah airnya. Selanjutnya penulis akan memaparkan sikap yang harus dimiliki oleh orang yang memilki sikap cinta terhadap tanah airnya. Dalam kitabnya alMursyid al-Amin li al-Banat wa al-Banin, Ath-Thahthawi menjelaskan sikap yang seperti apa saja yang harus dimiliki oleh orang yang cinta terhadap tanah airnya.
ِ الوطَ ِن يُ ْف ِدي َوطَنَوُ ِِبَ ِمْي ِع َمنَافِ ِع نَ ْف ِس ِو َوَُيْ ِد ُموُ بِبَ ْذ ِل ِّ ص ِِف ُح ُ الوطَِِن الْ ُم ْخل َ ب َ َف َِجي ِع ما َيَْلِك وي ْف ِدي ِو بِرو ِح ِو وي ْدفَع عْنو ُك َّل من تَعَّرض لَو بِضرٍر َكما ي ْدفَع الوالِ ُد عن ولَ ِده ِ َ ْ َ َ ُ َ َ ُ َ ُ َ َ َ ُ َ ُ َ َ ُْ ْ ُ َ ُ َ ْ َ
.الشر ّ
Penduduk yang ikhlas dalam mencintai tanah air akan membela negaranya
dengan
seluruh
manfaat
dirinya,
melayaninya
dengan
mengorbankan seluruh apa yang dimiliki, mempertaruhkan nyawanya, melindunginya dari segala sesuatu yang membahayakan sebagaimana perlindungan seorang ayah terhadap anaknya. Dari pernyataan tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa sikap yang harus dimiliki oleh seorang warga negara sebagai bentuk rasa cinta terhadap tanah air yang dikemukakan Ath-Thahthawi adalah: a. Membela negaranya dengan seluruh manfaat dirinya. b. Melayaninya dengan mengorbankan seluruh apa yang dimiliki. 25
Ath-Thahthawi, al-Mursyid al-Amin li al-Banat wa al-Banin, (Kairo: alHaiat al-Mishriyyah al-„Ammah li al-Kitab, 2010), h.94
54
c. Mempertaruhkan nyawanya. d. Melindunginya
dari
segala
sesuatu
yang
membahayakan
sebagaimana perlindungan seorang ayah terhadap anaknya. Setelah mengetahui sikap apa saja yang harus dimiliki oleh seorang yang cinta terhadap tanah airnya. Selanjutnya penulis akan memaparkan penjelasan dari setiap poinnya. 1. Membela negaranya dengan seluruh manfaat dirinya Sebagai warga negara yang taat dan cinta terhadap tanah airnya, patutlah mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakan salah satunya yaitu dengan bela negara. Adapun arti dari bela negara itu adalah upaya setiap warga negara untuk mempertahankan negerinya dari berbagai ancaman, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam. Membela negara merupakan sebuah usaha warga negara untuk mewujudkan ketahanan nasional. Mengerahkan seluruh jiwa raganya untuk membela negaranya atau tanah airnya selain hal tersebut merupakan kewajiban yang patut dilaksanakan oleh seorang warga negara, hal tersebut juga merupakan suatu perbuatan yang terpuji. Dengan membela negara, kewajiban sebagai warga negara pun telah gugur. Hal tersebut dilakukan bukan hanya untuk kepentingan negara itu sendiri, akan tetapi untuk kepentingan masyarakat juga untuk kepentingan diri. 2. Melayaninya dengan mengorbankan seluruh apa yang dimiliki Selain kewajiban membela negara, sebagai warga negara yang baik harus ikut serta pula dalam melayani apa yang dibutuhkan oleh negara. Segala sesuatu yang dimiliki hendaknya dikorbankan untuk kepentingan negara. Dengan memiliki sikap rela berkorban, seorang warga negara akan mengorbankan segala sesuatu apapun termasuk dirinya hanya untuk kepentingan bangsanya.
55
3. Mempertaruhkan nyawanya Pada saat tanah airnya mengalami gencatan dari berbagai pihak, sebagai seorang warga hendaknya sigap untuk menghadapinya. Permasalahan yang muncul dari faktor intern ataupun ekstern yang mengancam situasi dan kondisi tanah air hendaklah siap sedia untuk mengamankannya serta turut serta membantu menyelesaikan permasalahnannya. Saat semua itu terjadi, ia tidak mementingkan keselamatan ia sendiri akan tetapi mementingkan keselamatan dari tanah airnya. Bahkan orang yang telah tertanam di dalam dirinya rasa cinta terhadap tanah airnya, ia rela untuk mempertaruhkan nyawanya. 4. Melindunginya dari segala sesuatu yang membahayakan sebagaimana perlindungan seorang ayah terhadap anaknya Betapapun banyaknya bahaya yang menimpa tanah airnya, seseorang yang memiliki cinta tanah air akan tetap setia melindunginya. Ath-Thahthawi membuat sebuah perumpamaan bahwasannya sebuah perlindungan yang dilakukan oleh seorang warga negara untuk tanah airnya sama halnya dengan perlindungan seorang ayah terhadap anaknya. Seorang warga negara melakukan hal apapun untuk melindungi tanah airnya, begitu juga dengan seorang ayah yang akan melakukan apapun untuk melindungi anaknya. Begitulah perumpamaan Ath-Thahthawi
terkait kewajiban
seorang warga negara untuk melindungi tanah airnya. Selanjutnya, penulis akan memaparkan mengapa cinta tanah air ini dijadikan sebagai tujuan pendidikan Islam. Di awal pembahasan telah penulis paparkan bahwasannya suatu peradaban terjadi karena adanya rasa cinta tanah air. Oleh karena itu, menanamkan rasa cinta terhadap tanah air harus dijadikan sebagai tujuan pendidikan karena hal tersebut merupakan dasar yang kuat untuk mendorong orang dalam mendirikan suatu masyarakat yang mempunyai peradaban.
56
Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk sebuah kepribadian ataupun karakter diri seseorang,sehingga nantinya diharapkan semua tujuan yang hendak dicapai dapat terwujud. Dengan melalui pendidikan tersebut, Ath-Thahthawi berharap bahwasannya seluruh masyarakat Mesir mempunyai rasa cinta terhadap tanah airnya sehingga peradaban Mesir akan terbentuk kembali dan dapat dipertahankan sepanjang masanya. Melalui pemikiran mengenai konsep cinta tanah air inilah AthThahthawi dikenal sebagai pembaharu. Maksud dari pembaharu di sini adalah beliau lebih menekankan pengertian dari tanah airnya. Karena pada masa itu pemahaman masyarakat terhadap tanah air masih global yaitu masih mengatasnamakan atau berdasarkan pada kesamaan akidah. Persaudaraan yang dikenal pada masa Ath-Thahthawi adalah persaudaraan keIslaman dan tanah air adalah seluruh wilayah Islam dan sejarah adalah sejarah Islam. Jadi yang dimaksud dari tanah air menurut masyarakat Mesir masa itu adalah tanah air yang memiliki kesamaan akidah dengan mereka yaitu seluruh umat Islam yang ada di dunia. Kemudian, Ath-Thahthawi mengerucutkan pemahaman mengenai tanah air tersebut menjadi tanah air dimana seseorang dilahirkan. Hal itulah yang menjadi salah satu faktor Ath-Thahthawi dikenal sebagai pembaharu. Namun, sampai saat Ath-Thahthawi mengemukakan ide cinta tanah airnya tersebut, kaum muslim dalam bernegara dan bertanah air masih berlandaskan sentimen-sentimen keagamaan yang kuat dan tidak berlandaskan perasaan kebangsaan. 2. Relevansi pemikiran Cinta Tanah Air perspektif Ath-Thahthawi dengan Pendidikan di Indonesia Setelah dilakukan eklsplorasi dan telaah terhadap konsep cinta tanah air perspektif Ath-Thahthawi. Selanjutnya akan dikaji tentang relevansi dengan pendidikan di Indonesia. a. Relevansinya dengan tujuan pendidikan Menurut hemat penulis konsep dari cinta tanah air perspektif AthThahthawi ini menekankan adanya sebuah penghargaan untuk tanah air,
57
pertahanan terhadap negara dan pembelaan terhadap negara. Karena memiliki rasa cinta terhadap tanah air tidak hanya diwujudkan pada saat menghadapi penjajahan. Pada masa sekarang jua pun memiliki rasa cinta terhadap tanah air masih harus diwujudkan karena setelah merebut kemerdekaan dari penjajah maka sebagai anak bangsa harus turut pula mempertahankan kemerdekaan tersebut dan membela tanah air yang sewaktu-waktu dapat diserang kembali. Selain itu, sikap cinta terhadap tanah air tidak hanya mempertahankan dan membela negara saja, akan tetapi dengan mengharumkan nama tanah air pun merupakan sebuah sikap cinta terhadap tanah air. Jadi konsep cinta tanah air perspektif Ath-Thahthawi memiliki relevansi dengan tujuan pendidikan di Indonesia yang mana terkandung dalam tujuan dari materi Pancasila. Sebagaimana telah dijelaskan oleh penulis pada pembahasan sebelumnya, bahwasannya dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan nasional dan juga yang termuat dalam SK Dirjen Dikti No. 43/DIKTI/KEP/2006, dijelaskan mengenai tujuan materi Pancasila dalam rambu-rambu Pendidikan Kepribadian mengarahkan pada moral yang diharapkan terwujud dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai golongan
agama,
kebudayaan
dan
beranekaragam
kepentingan,
memantapkan kepribadian agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai,
menerapkan
dan
mengembangkan
teknologi dan seni dengan penuh rasa tanggungjawab.
ilmu
pengetahuan,
26
b. Relevansinya dengan kurikulum pendidikan di Indonesia Istilah kurikulum sebagaimana terdapat dalam undang-undang sintem pendidikan nasional adalah merupakan seperangkat rencana dan 26
Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi DepDikNas RI No. 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Pasal 2
58
pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan. Pada kurikulum 2013 terdapat bahan ajar mengenai cinta tanah air yang mana materi dari bahan ajar tentang cinta tanah air tersebut menjelaskan mengenai pentingnya menanamkan sikap cinta terhadap tanah air dan terdapat pula materi mengenai bela negara. Oleh karenanya, konsep cinta tanah air perspektif Ath-Thahthawi ini relevan dengan kurikulum pendidikan di Indonesia.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Dari analisa yang telah penulis paparkan pada bab-bab terdahulu mengenai konsep cinta tanah air menurut Ath-Thahthawi, maka penulis dapat mengambil kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap rumusan masalah yang diajukan sebagai berikut: 1. Konsep dari cinta tanah air perspektif Ath-Thahthawi adalah sebagai penduduk atau bangsa yang baik yaitu akan membela negaranya dengan seluruh manfaat dirinya, melayaninya dengan mengorbankan seluruh apa yang dimiliki, mempertaruhkan nyawanya, melindunginya dari segala sesuatu yang membahayakan sebagaimana perlindungan seorang ayah terhadap anaknya. 2. Terdapat 2 aspek relevansi konsep cinta tanah air perspektif AthThahthawi dengan pendidikan di Indonesia yaitu terletak pada tujuan dari pada pendidikan dan kurikulum pendidikan. Tujuan dan kurikulum pendidikan ini merupakan komponen yang terpenting dalam pendidikan. B. Implikasi Dari eksplorasi penelitian berikut, implikasi yang dapat penulis paparkan: 1. Pendidikan yang dilakukan Indonesia untuk menanamkan cinta tanah air diwujudkan dengan cara pembelajaran PKn, yang mana pembelajaran tersebut harus memusatkan perhatian pada pemberian bekal
terhadap
siswa
berupa
pengetahuan
tentang
struktur
pemerintahan dan kehidupan politik. Selain itu, siswa juga dituntut harus terlibat secara aktif dalam belajar dan bekerja serta pengalaman partisipasi di sekolah maupun masyarakat. Karena dengan hal tersebut dapat membentuk dan mengembangkan kompetensi siswa agar
59
60
berpartisipasi secara aktif dan memiliki kesadaran atas peran dan tanggungjawabnya di dalam masyarakat. 2. Dalam pembelajaran PKn ini, guru harus menyusun perencanaan yang benar-benar memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran PKn. C. Saran-saran Dalam penulisan skripsi ini, perlu kiranya penulis memberikan saran kepada berbagai pihak, utamanya pemerintah, praktisi, pemerhati masalah pendidikan di Indonesia. Diantara saran-saran penulis adalah sebagai berikut: 1. Kepada pemerintah khususnya, dalam merespon arus globalisasi ini, kekuatan cinta tanah air pada diri bangsa Indonesia makin hari makin rapuh. Kiranya kepada pemerintah agar bisa mengatur kembali kebijakan-kebijakan pada pendidikan yang di dalamnya terdapat kurikulum pendidikan yang mengarahkan para peserta didik agar menumbuhkan kembali rasa cinta terhadap tanah airnya. 2. Kepada praktisi pendidikan (guru, staf pengajar, ustadz dan lainlain), agar hendaknya mengajarkan para peserta didik agar dapat menumbuhkan prilaku yang mencerminkan cinta terhadap tanah air dan kemudian mereka bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka. 3. Kepada pengamat dan pemerhati masalah pendidikan, agar terus berusaha membumikan konsep cinta tanah air melalui berbagai media, baik media massa maupun media elektronik, atau mediamesia lain yang lebih efektif dan efisien. 4. Kepada lembaga-lembaga pendidikan baik formal, informal maupun
nonformal
hendaknya
diajarkan
nilai-nilai
yang
mencerminkan sikap cinta terhadap tanah airnya dimulai dari hal yang terkecil. 5. Kepada generasi muda bangsa Indonesia yang menjadi harapan besar majunya bangsa Indonesia, hendaknya tunjukkan gelora
61
kepemudaan yang mencerminkan cinta terhadap tanah air dimulai dengan bangga dan menghargai budaya, bahasa, adat serta keragaman yang ada di Indonesia. Kemudian tunjukkan jiwa semangat yang menggelora dalam membela, memperjuangkan dan mempertahankan tanah air Indonesia ini agar tidak kembali dikuasai oleh Negara lain yang ingin menguasai Negara kita yang kaya akan hasil buminya dan keindahan alamnya.
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: PT Syamil Cipta Media. 2005. Al-Bukhari, Husain Fauzi. Rifa’ah ath-Thahthawi. Kairo: Maktabah Mesir. t.t. Al-Buthy. Al-Qur’an Kitab Cinta. Bandung: Mizan Media Utama. 2010. Ali, Said Ismail. Pelopor Pendidikan Islam Paling Berpengaruh. Jakarta: Pustaka AlKautsar. 2010. Aryani, Ine Kusuma dan Susatim, Markum. Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010. Ath-Thahthawi. al-Mursyid al-Amin li al-Banat wa al-Banin. Kairo: al-Haiat alMishriyyah al-‘Ammah li al-Kitab. 2010. Azizy, A. Qodri. Membangun Integritas Bangsa. Jakarta: Renaisan. 2004. Azzel, Akhmad Muhaimin. Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2011. Bakhri, Syaiful. Ilmu Negara. Jakarta: Total Semesta Press. 2004. Bukhari. Shahih Bukhari. Kairo: Dar at-Taqwa li at-Turats. 2001. Depdikbud. Tokoh-tokoh pemikir paham kebangsaan Ir. H. Soekarno dan KH. Ahmad Dahlan. Jakarta: CV Ilham Bangun Karya. 1999. Erwin, Muhamad. Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama. 2010. Gulen, M. Fethullah. Cinta dan Toleransi. Tangerang: Bukindo Erakarya Publishing. 2011. Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik,. Jakarta: Bumi Aksara. 2013. Hamka. Pandangan Hidup Muslim. Jakarta: Bulan Bintang. 1961. Hasan, M. Iqbal. Pokok-pokok Materi Pendidikan Pancasila. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2002. Ihsan, Hamdani dan Ihsan, Fuad. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. 2001. Imarah, Muhammad. Perang Terminologi Islam versus Barat. Jakarta: Rabbani Press. 1998. Al-A’mal Al-Kamilah Li Rifa’ah Rafi’ Ath-Thahthawi. Riyadh: Silsilah at-Turats. 2010
62
63
Kartono, Kartini. Pengantar Mendidik: Apakah Pendidikan masih Diperlukan?. Bandung: CV. Mandar maju. 1992. Khaeruman, Badri, dkk. Islam dan Demokrasi Mengungkap Fenomena Golput sebagai Alternatif Partisipasi Politik Umat. Jakarta: Nimas Multima. 2004. Koesoema, Doni. Pendidikan Karakter Strategi mendidik anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo. 2010. Lembaga Penelitian IAIN Jakarta. Islam dan Pendidikan Nasional. Jakarta: Lembaga Penelitian IAIN Jakarta. 1983. M. S, Kaelan. Pendidikan Pancasila Pendidikan untuk Mewujudkan Nilai-Nilai Pancasila, Rasa Kebangsaan dan cinta tanah air sesuai dengan SK DIRJEN DIKTI NO. 43/DIKTI/KEP/2006. Yogyakarta: Paradigma. 2008. Manan, M. Azzam dan Lan, Thung Ju. Nasionalisme dan Ketahanan Budaya Indonesia: Sebuah Pengantar. Jakarta: LIPI, 2011. Mu’jam al-Wasith. Mesir: Maktabah asy-Syuruq Ad-Dauliyah. 2011. MTT, A. Malik. Inovasi Kurikulum Berbasis Lokal di Pondok Pesantren. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta. 2008. Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang. 1982. Nasution, S. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Nata, Abuddin. Pemikiran Pendidikan Islam & Barat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012. Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1999. Nurdin, Syaifuddin dan Usman, Basyiruddin. Guru Profesional & Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Press. 2002. Putra, Dalizar. HAM Hak Asasi Manusia menurut Al-Qur’an. Jakarta: Al- Husna Zikra. 1995. Rifai, Muhammad. Politik Pendidikan Nasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2011. Rimba, Ahmad D. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al- Ma’arif. 1980. Rusli, Ris’an. Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2013. Salim, Peter dan Salim, Yenny. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press. 2002. Samani, Muchlas dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011.
64
Shihab, M. Quraish. Menabur Pesan Ilahi. Jakarta: Lentera Hati. 2006. Soejono dan Abdurrahman. Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta: Rineka Cipta. 1999. Soyomukti, Nurani. Teori-teori Pendidikan Tradisional, (Neo) Liberal, MarxisSosialis, Postmodern. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2013. Ubaedillah, A. dan Rozak, Abdul. Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Jakarta. 2013. Uhbiyati,Nur. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia. 1999. Wibisono, A.Fattah. Pemikiran para Lokomotif Pembaharuan di Dunia Islam. Jakarta: Rabbani Press. 2009. Yasin, A. Fatah. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN- Malang Press. 2008. Yulis, Rama. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2010.
UJI REFERENSI NAMA NIM
: : :
BAHIYYAH SOLIHAH 1110011000138
KONSEP CINTA TANAH AIR SEBAGAI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF ATH-THAHTHAWI JUDLJL SKRIPSI
l4s
Neqe A. Qodri Azizy. Membangun Integritas Bangsa. Jakarta: Renaisan.2004. Badri Khaeruman. dkk.Islam dan Demokrasi Mengungkap Fenomena Golput sebagai Alternatif Partisipasi Politik Umat. .lzrkarta: Nimas Multima. 2004. M. Azzam Manan dan Thung Ju Lan. Nasionalisme dan Ketohanan Budaya Indonesia: Sebuah Pengantar. Jakarta: LIPI, 201 1.
Doni Koesoema A. Pendidikan Karakter Strategi mendidik anak
:!i Z, o,"o" Clob"t.l Dalizar Putra. HAM Hak Asasi Manusia menurut Al-Qur'an. .lakarta: Al- Husna Z1kra.1995. Depdikbud. Tokoh-tokoh pemikit' paham kebangsaan Ir. H. Sockarno dan KH. Ahmad Dahlan. Jakarta: CV Ilham Bangun Karya, 1999. Irre l(usuma Aryani dan Markum Susatim. Pendidikan Kav,arganegaraan Berbasis l,lilai. Bogor: Ghalia Indonesia, t01 0. Mr-rchlas Samani dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan fq,r'rftlu". Bund""g Alilrmad Muhaimin Azzel. Urgensi Pendidikan Karakter di
J lll! "" t i t. J " gl ^k"ft^, At -Fr"rt M"d*, m Mr-rhamad Erwin. P endidikan Kew ar gane gar qan Republik Inclonesia. Bandung: PT Refika Aditama, 2010. Al-Bnthy. Al-Qur'an Kitab Cinta. Bandung: MrzanMedia Utama,2010 Said Ismail Ah. Pelopor Pendidikan Islam Paling Berpengaruh. JuLut1u' Ptttuku Al-K M. Quraish Shihab. Menabur Pesan llahi. Jakarta: Lentera Hati, 2006. M. Fethullah Gulen. Cinta dan Toleransi.Tangerang: Bukindo Eralrarva Publishins . 201 I. M u'.j a m al - Wcts ith. Me sir : Maktabah asy- S yuruq Ad-Dauliyah, 2011.
Bulan Bintans.1961 llamka. Pandancun Hidup Muslim. Islam versus Barat. MLrhammad Imarah. Perang Terminologi .lakarta: Rabbani Press, 1998.
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak. Pancasila, Demokrasi, HAM clun Masvarakat Madani. Jakall;a: ICCE UIN Jakar1a.2013. Kaelan M. S. Pendidikan Pancasila Pendidikan untuk l,[cv,tiudkan ]Vilai-Nilai Pancasila, Rasa Kebangsaan dan cinta tuntth air se,suai dengan SK DIRJEN DIKTI NO. I 3 i D I KTI/ KE P / 2 0 0 6 " Y ogy akarta: Paradi 20. s 11. M. Iqbal Hasan. Pokok-pokok Materi Pendidikan Pancasila. .lal<arta: PT Raia Grafindo Persada, 2002. tl Bulrhari. Shahih Bukhari. Kairo: Dar at-Taqwa li at-Turats, 2001. tl Pcter Salim dan Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia \plt, *p "r rr. I "lr*t^. Vra rJ Mnhammad Imarah. Al-A'mal Al-Kamilah Li Rifa'ah Rafi'Ath7'h u h thaw i. Riyadh: Silsilah at-Turats, 20I 0. Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan. Filsafat Pendidikan Islam. Ilordung, Prttuku S"tiu, 2 I-enrbaga Penelitian IAIN Jakarta. Islam dan Pendidikan l,lusional. Jakarta: Lembasa Penelitian IAIN Jakarta, 1983. Muhammad Rifai. Politik Pendidikan Nasional. Jogiakarta: Arl{uzz Media.20II. Abtrddin Nata. Pemikiran Pendidikan Islam & Barat. Jakarta: PT Raia Grafi ndo Persada. 2012. IJartrn Nasution. Pembaharuan dalam Islam Seiarah Pemikiran 1982. dun Gerakan. Jakarlra: Bulan Bin r0. A. Fatalr Yasin. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Malang: I ilN- Malans Press. 2008. r1 NLrr Uhbiyati. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia" 1999. I\4olr. Nazir . Metode Penelitian. Jakarla: Ghalia Indonesia, 1999. -; inram Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. .lalrarta: Bumi Aksara. 2013. at -)+. Soejono dan Abdurrahman. Metode Penelitian Suatu Pemikiran .Takarta: Rineka Cipta, 1999. dan Pener 35. Ilis'an Rusli. Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam. Jaliauta: PT Raia Grafindo Persada,2013. Htr sain F auzi al- Bukhari . Rifa' a h ath-Thahthaw i. Karr o'. 36 Maktabah Mesir. 37. A.Fattah Wibisono. Pemikiran para Lokomotif Pembaharuan di Dtmia Islam. Jakarta: Rabbani Press, 2009. 38. Mrrslim. Shahih Muslim. Beirut: Dar al-Ihva at-Turats al-'Arabi. -Amin li al-Banat wa al-Banin. 39. Arh-Thahrha*i. o Kairo: al-Haiat al-Mishriyyah al-'Ammah li al-Kitab. 2010.
27,49,50,52, 53.54
30,4r,42.45, 46.47
40.43,45,46