KONSELING TEMAN SEBAYA (PEER COUNSELING) UNTUK MEREDUKSI KECANDUAN GAME ONLINE Hardi Prasetiawan *)
[email protected]
Abstrak Salah satu fungsi terpenting dari kelompok teman sebaya adalah untuk memberikan sumber informasi dan komparasi tentang dunia di luar keluarga, melalui konseling teman sebaya (peer counseling) para remaja dapat saling menerima masukan/umpan balik dari setiap teman-temannya tentang kemampuannya dalam menilai apa saja yang dilakukannya dengan apa yang remaja lain kerjakan. Melalui konseling teman sebaya capaiannya adalah para remaja yang kecandan game online dapat mengurangi waktu bermainnya yang berlebihan atau bahkan tidak memiliki batasan waktunya. Kata kunci : Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling), Remaja, Kecanduan Game Online.
Abstract One of the most important functions of the peer group is to provide resources and comparative about the world outside the family, through counseling peers (peer counseling ) teenagers are able to receive input / feedback from any of her friends about her ability to assess what do what other teens do. Through peer counseling achievements are teenagers who kecandan online games can reduce excessive play time or even do not have a time limit . Keywords : Peer Counseling, Adolescents , Online Game Addiction
* Hardi Prasetiawan adalah Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
1
dibandingkan dengan orang tua
PENDAHULUAN Teman salah
sebaya
satu
merupakan
figur
dan guru pembimbing.
penting
Hubungan yang baik di antara
(significant others) yang sangat
teman sebaya dapat membantu
berperan memberi warna pada
perkembangan
berbagai
aspek
perkembangan
remaja secara normal. Remaja
individu.
Pada
masa
yang
remaja,
kurang
aspek
aktif
sosial
bergabung
ketertarikan dan ikatan terhadap
dengan teman-temannya sering
teman sebaya menjadi sangat
ditolak oleh teman sebayanya dan
kuat. Hal ini terbukti karena
dapat berisiko kesepian sehingga
banyak remaja merasa bahwa
menderita
orang
perkembangannya
dewasa
memahaminya.
tidak
dapat
Keadaan
depresi.
Pada sejumlah
ini
masalah seperti kenakalan dan
sering menjadikan remaja sebagai
kecanduan game online. Gladding
suatu kelompok yang eksklusif
(2012) mengungkapkan bahwa
karena memiliki anggapan bahwa
dalam interaksi teman sebaya
hanya sesama remaja-lah yang
memungkinkan terjadinya proses
dapat saling memahami.
identifikasi, kerjasama dan proses
Jenjang pendidikan formal
kolaborasi. Proses-proses tersebut
terdapat siswa menengah pertama
akan
hingga menengah atas dan sesuai
pembentukan tingkah laku yang
dengan
khas pada remaja.
masa remaja.
usia itu
perkembangannya
berada Pada
pada
masa
masa remaja,
mewarnai
proses
Bagi sebagian besar remaja teman
merupakan
”kekayaan”
ketertarikan dan komitmen serta
yang sangat besar maknanya.
ikatan terhadap teman sebaya
Dalam
menjadi sangat kuat. Sebagian
interaksi dan pengaruh diantara
(besar) siswa (remaja) lebih sering
remaja sangat intensif. Berbagai
membicarakan
masalah-masalah
sikap dan tingkah laku (positif
seriusnya dengan teman sebaya,
maupun negatif) akan dengan
kehidupan
sehari-hari,
mudah menyebar dari satu remaja Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
2
ke remaja lainnya. Hal yang
remaja-remaja
demikian merupakan peluang dan
menerapkannya dalam kehidupan
tantangan bagi konselor untuk
sehari-hari. Sementara itu, Tindall
memberikan
intervensi
secara
dan Gray, 1985 (dalam Suwarjo,
tepat,
satu
diantaranya
2008) mendefinisikan konseling
membangun
teman sebaya sebagai suatu ragam
salah
adalah
dengan
konseling teman sebaya. Pada
lain,
serta
tingkah laku membantu secara
awalnya
konseling
interpersonal yang dilakukan oleh
teman sebaya muncul dengan
individu
konsep peer support yang dimulai
berusaha membantu orang lain.
pada tahun 1939 untuk membantu
Menurut
para penderita alkoholik (Carter,
konseling
2005). Dalam konsep tersebut
mencakup hubungan membantu
diyakini bahwa individu yang
yang dilakukan secara individual
pernah kecanduan alkohol dan
(one-to-one helping relationship),
memiliki
pengalaman
berhasil
kepemimpinan
mengatasi
kecanduan
tersebut
kepemimpinan diskusi, pemberian
dalam
pertimbangan, tutorial dan semua
membantu individu lain yang
aktivitas interpersonal manusia
sedang
untuk membantu atau menolong.
dapat
lebih
efektif
mencoba
mengatasi
kecanduan alkohol. Dari tahun ke
non-profesional
Tindall
Definisi
teman
&
yang
Gray, sebaya
kelompok,
lain
menekankan
tahun konsep teman sebaya terus
konseling teman sebaya sebagai
merambah ke sejumlah setting
suatu
dan issue baik di dalam ranah
dikemukakan Kan (1996) “Peer
akademik maupun non-akademik
counseling is the use problem
metode,
seperti
Menurut Carr, 1981 (dalam
solving skills and active listening,
Suwarjo, 2008) pada dasarnya
to support people who are our
konseling
peers”. Meskipun demikian, Kan
teman
sebaya
merupakan suatu cara bagi para
mengakui
siswa (remaja) belajar bagaimana
konseling
memperhatikan dan membantu
merupakan kombinasi dari dua
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
bahwa teman
keberadaan sebaya
3
aspek
yaitu
pendekatan. Tindall
teknik Berbeda
dan
membedakan
dan
keputusan. Dengan cara yang
dengan
demikian, konseling teman sebaya
Gray, antara
Kan
memberikan
kontribusi
pada
konseling
dimilikinya pengalaman yang kuat
teman sebaya dengan dukungan
yang dibutuhkan oleh para remaja
teman sebaya (peer support).
yaitu respect.
Menurut Kan peer support lebih
Menurut Carr, 1981 (dalam
bersifat umum (bantuan informal;
Suwarjo, 2008) konseling teman
saran
sebaya dipandang penting karena
umum
dan
nasehat
diberikan oleh dan untuk teman
sebagian besar
sebaya);
sementara
peer
sering membicarakan masalah-
counseling
merupakan
suatu
masalahnya dengan teman sebaya
metode yang terstruktur. Konseling
teman
merupakan
suatu
pendidikan
psikologis
disengaja
dan
Konseling
memiliki
sebaya
pembimbing,
bentuk
sekolah. Untuk masalah yang
yang
dianggap sangat seriuspun para
dengan
teman
(sahabat).
Kalaupun
remaja
yang
untuk
keterampilan
guna
mengimplementasikan kemandirian
di
membicarakan sebayanya terdapat akhirnya
menceritakan masalah serius yang dialami
dan
senang
guru
sebaya
keterampilan-
pengalaman
atau
remaja
siswa
lebih
dibandingkan dengan orang tua,
sistematik.
teman
memungkinkan
remaja
kepada
pembimbing
orang
atau
tua,
gurunya,
kemampuan mengontrol diri yang
biasanya karena sudah terpaksa
sangat bermakna bagi remaja.
(pembicaraan
Secara khusus konseling teman
pemecahan
sebaya tidak memfokuskan pada
teman sebaya mengalami jalan
evaluasi
buntu). Hal tersebut dapat terjadi
isi,
memfokuskan
namun pada
lebih proses
berfikir, proses-proses perasaan dan
proses
karena
dan
upaya
masalah
bersama
remaja
memiliki
ketertarikan dan komitmen serta
pengambilan
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
4
ikatan terhadap teman sebaya
sebaya adalah para siswa (remaja
yang sangat kuat.
asuh) yang memberikan bantuan
PEMBAHASAN
kepada siswa lain di bawah
1. Konseling Teman Sebaya Tindall (dalam
dan
Gray,
1985
Suwarjo,
2008
:
5)
mendefinisikan konseling teman sebaya
sebagai
suatu
ragam
tingkah laku membantu secara interpersonal yang dilakukan oleh individu
nonprofesional
yang
berusaha membantu orang lain. Menurut
Tindall
konseling
&
teman
Gray, sebaya
mencakup hubungan membantu yang dilakukan secara individual (one-to-one helping relationship), kepemimpinan
kelompok,
kepemimpinan diskusi, pemberian pertimbangan, tutorial, dan semua aktivitas interpersonal manusia untuk membantu atau menolong. Pada hakikatnya konseling teman sebaya adalah konseling antara
konselor
konseli
dengan
ahli
dengan
menggunakan
perantara teman sebaya dari para konseli
(counseling
through
peers).
“Konselor”
sebaya
bukanlah
konselor
profesional
terapi.
“Konselor”
atau
ahli
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
bimbingan
konselor
ahli.
Kehadiran
“konselor”
sebaya
tidak
dimaksudkan
untuk
menggantikan peran dan fungsi konselor ahli. Dalam konseling teman sebaya, “konselor” sebaya adalah
sahabat
kemampuan
karena
dan
kelebihan
kelebihanpersonal-nya,
“konselor”
teman
memperoleh
pelatihan
sebaya untuk
secara bersama-sama membantu dan mendampingi proses belajar serta
perkembangan
rekan-rekannya.
diri
Pada
dan
tataran
tertentu, dimana para “konselor” teman
sebaya
menjumpai
dan
keterbatasan
hambatan kemampuan
dalam
membantu
temannya, para “konselor” teman sebaya dapat berkonsultasi kepada konselor ahli untuk memperoleh bimbingan.
“Konselor”
sebaya
juga diharapkan dapat mengajak atau menyarankan teman yang membutuhkan berkonsultasi
bantuan
untuk
langsung
kepada
konselor ahli. Dengan kata lain,
5
”konselor” teman sebaya adalah
prinsip-prinsip
jembatan penghubung (bridge)
1996 (dalam Suwarjo, 2008 : 11)
antara konselor dengan remaja-
yaitu sebagai berikut :
remaja asuh (konseli).
a. Informasi (termasuk masalah)
Fungsi bridging ”konselor”
konseling
arti
adalah
layanannya,
menjembatani yaitu
layanan
Kan,
yang dibahas dalam sesi-sesi
teman sebaya berlaku dalam dua yaitu
menurut
teman
sebaya
rahasia.
Dengan
demikian, apa yang dibahas
konselor ahli kepada konseli, dan
dalam
atau menjembatani konseli untuk
menjadi rahasia kelompok,
bersedia datang guna memperoleh
dan apa yang dibahas oleh
layanan
sepasang
dari
konselor
ahli.
kelompok
haruslah
teman,
menjadi
“Konselor” sebaya terlatih yang
rahasia bersama yang tidak
direkrut dari jaringan kerja sosial
boleh dibagikan kepada orang
memungkinkan
lain.
terjadinya
sejumlah kontak yang spontan dan informal.
Kontak-kontak
demikian memiliki
yang
multiplying
impact pada berbagai aspek dari
b. Harapan, hak-hak, nilai-nilai dan
keyakinan-keyakinan
“konseli” dihormati. c. Tidak
ada
penilaian
remaja asuh lainnya. Kontak-
(judgment)
kontak
konseling teman sebaya.
tersebut
juga
dapat
dalam
sesi
memperbaiki atau meningkatkan
d. Pemberian informasi dapat
iklim sosial dan dapat menjadi
menjadi bagian dari konseling
jembatan
teman
penghubung
antara
konselor profesional dengan para siswa (remaja asuh) yang tidak sempat
atau
tidak
bersedia
berjumpa dengan konselor. Kontak-kontak yang terjadi
sebaya,
sedangkan
pemberian nasihat tidak. e. Teman (“konseli”)
yang bebas
dibantu untuk
membuat pilihan, dan kapan akan mengakhiri sesi.
dalam konseling teman sebaya dilakukan
dengan
memegang
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
6
f. Konseling
teman
sebaya
membutuhkan kontak fisik yang
dilakukan
atas
dasar
penuh rasa hormat. Remaja juga
kesetaraan (equality). g. Setiap
saat
membutuhkan
membutuhkan perhatian dan rasa
“konseli”
nyaman
dukungan
masalah, butuh orang yang mau
ketika
menghadapi
yang tidak dapat dipenuhi
mendengarkan
melalui
simpati, serius, dan memberikan
konseling
teman
dengan
sebaya, dia dialihtangankan
kesempatan
kepada
ahli,
kesulitan dan perasaan seperti
lembaga, atau organisasi yang
rasa marah, takut, cemas, dan
lebih tepat.
keraguan. Semua hal tersebut
konselor
h. Kapanpun
membutuhkan,
“konseli”
memperoleh
dapat
untuk
penuh
difasilitasi
berbagi
melalui
konseling teman sebaya. Adapun
informasi yang jelas tentang
konseling
konseling
memiliki tujuan tertentu, dalam
teman
sebaya,
tujuan, proses, dan teknik
hal
yang
dalam
mereduksi
sebaya
online seperti :
digunakan
konseling
teman
sebelum
memanfaatkan
layanan tersebut.
konseling
teman
sebaya juga berlaku prinsip bahwa segala keputusan akhir yang
diambil
berada
pada
”konseli” tangan
dan
tanggung jawab “konseli”. 2. Tujuan Konseling Teman Sebaya Remaja
membantu kecanduan
afeksi dari remaja lainnya dan
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
remaja game
saling
memperhatikan dan saling berbagi
pengalaman
diantara sahabat yang baik. b. Mengembangkan sikap
positif
sikapyang
diperlukan sebagai seorang sahabat yang baik. c. Mengembangkan keterampilan
membutuhkan
sebaya
a. Mengembangkan kemampuan
i. Selain prinsip-prinsip di atas, dalam
ini
teman
berkomunikasi interpersonal
dasar secara yang
7
diperlukan dalam membantu
menyajikan sebagai: hilangnya
orang lain.
kontrol,
d. Memaknai
dan
peningkatan
konflik,
dengan
game,
keasyikan
memanfaatkan secara positif
pemanfaatan permainan untuk
kehadiran
sebaya
tujuan mengatasi suasana-hati
sebagai salah satu sumber
modifikasi, dan gejala penarikan
kecanduan game online-nya.
jika
teman
e. Mengembangkan
gamer
dipaksa
untuk
berhenti
keterampilan
dalam
Menurut Griffiths dan Kuss
menghadapi
situasi-situasi
(2012 : 3) seseorang dikatakan
sulit
tidak
kecanduan apabila memenuhi
yang
dapat
dihindarkan.
minimal tiga dari enam kriteria,
f. Membangun
komitmen
pribadi terhadap berbagai keputusan
yang
ditetapkan menyongsong
untuk
game
kehidupan
Menurut Van Rooij (2011 : 66) video game addiction as an addiction-like behavioral problem which presents as: a loss of control, an increase in conflict, preoccupation with gaming, the utilization of games for purposes of coping/mood modification, and withdrawal symptoms if the gamer is forced to quit. Dari pengertian kecanduan
dijelaskan
di
bahwa
atas
menunjukan
dominasi aktivitas bermain
3. Kecanduan Game Online
online
a. Salience:
telah
yang lebih baik.
game
yaitu sebagai berikut :
dapat
kecanduan
video game sebagai kecanduan seperti masalah perilaku yang
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
dalam pikiran dan
tingkah laku. 1) Cognitive
salience:
dominasi
aktivitas
bermain game pada level pikiran. 2) Behavioral
salience:
dominasi
aktivitas
bermain game pada level tingkah laku. b. Euphoria:
mendapatkan
kesenangan dalam aktivitas bermain game. c. Conflict: pertentangan yang muncul antara orang yang kecanduan
dengan
orang-
8
orang yang ada di sekitarnya
f. Relapse and Reinstatement:
(external conflict) dan juga
kecenderungan
dengan
dirinya
sendiri
melakukan
(internal
conflict)
tentang
terhadap
untuk pengulangan
pola-pola
awal
tingkat dari tingkah laku yang
tingkah laku addictive atau
berlebihan.
bahkan menjadi lebih parah
1) Interpersonal
conflict
walaupun setelah bertahun-
(eksternal): konflik yang
tahun hilang dan dikontrol.
terjadi dengan orang-orang
Kecenderungan
untuk
yang ada di sekitarnya.
mengulang
game
2) Intrapersonal
conflict
bermain
online
menunjukan
(internal): konflik yang
ketidakmampuan
terjadi
berhenti
dalam
dirinya
sendiri.
aktivitas
d. Tolerance : aktivitas tersebut mengalami secara
secara
peningkatan
untuk utuh dari
bermain
game
online. Sehingga, kecanduan game
progresif
selama
online adalah suatu aktivitas atau
periode
untuk
substansi terhadap suatu jenis
rentang
mendapatkan efek kepuasan. e. Withdrawal
: menarik diri
permainan
komputer
berupa
game online yang dilakukan
atau menghentikan aktivitas
berulang-ulang
bermain game online. Dengan
menimbulkan dampak negatif.
menghentikan
aktivitas
Khusus remaja yang masih di
tersebut, gejala yang akan
bangku sekolah, perlu menjadi
ditimbulkan
bahan
adalah
dan
perhatian
dapat
akibat
munculnya perasaan cemas,
kecanduan game online. Sesuatu
gelisah
yang
atau
menyenangkan tidak
tidak pada
melakukan
dilakukan
secara
saat
berlebihan tidak akan pernah
aktivitas
berujung dengan baik. Remaja
bermain game online.
yang sudah kecanduan game online perlu diatasi melalui peer
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
9
counseling agar remaja dapat
bersangkutan akan memperoleh
saling
dan
kesenangan, kenyamanan serta
mengatur waktu belajar dan
keasyikan tersendiri sehingga
bermainnya
baik
frekuensi
dan
bermain game onliine akan terus
efisien. Peer counseling dapat
meningkat dari waktu ke waktu,
membantu
bahkan akan membuat semuanya
memperhatikan
sehingga
dengan lebih
efektif
remaja
memperhatikan
saling
dan
bertukar
tidak
dan
durasi
dalam
terkontrol, yang salah
pengalaman agar terorganisasi
satunya berdampak pada situasi
dengan baik sehingga dapat
antisosial.
membentuk remaja yang disiplin dan lebih bertanggung jawab.
Ciri-ciri
seorang
remaja
yang sudah kecanduan game online umumnya antara lain: marah apabila dibatasi waktunya
4. Konseling Teman Sebaya Untuk Mereduksi
Kecanduan
Game
Online
untuk
menggunakan
game online, cenderung enggan berkomunikasi
Kecanduan
dengan
orang
online
lain, bersifat tertutup atau hanya
atau
mau berteman dengan orang
kondisi terikat yang sangat kuat
tertentu saja dan tidak mau
secara
melakukan aktivitas lain selain
adalah
game
bermain
ketergantungan
fisik
terhadap
dan
psikologis
permainan
game
bermain game online. Selain itu,
online, dan jika hasrat untuk
ada
memainkan game online tidak
komponen
terpenuhi
akan
mengidentifikasi remaja yang
perasaan
kecanduan game online adalah
terhukum atau perasaan tidak
salience, conflict dan euphoria.
menyenangkan
Sebagai
maka
menimbulkan
yang
bagi remaja
bersangkutan.
beberapa inti
komponenyang
tambahannya
bisa
adalah
Dengan
tolerance, withdrawal, relapse
ketergantungan terhadap game
dan reinstatement, komponen-
onliine,
komponen
remaja
yang
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
ini
merupakan
10
komponen umum dalam sebuah
Menurut
kecanduan.
Tolerance
pengembangan konseling teman
berkembang sebagai kebutuhan
sebaya dilakukan melalui tahap-
pada seseorang yang kecanduan
tahap yaitu:
untuk
1. Pemilihan calon “konselor”
meningkatkan
ketergantungannya pada tingkah laku bermain game online untuk
(2008)
sebaya 2. Pelatihan calon “konselor”
mendapatkan pengalaman yang sama dibandingkan pada saat
Suwarjo
sebaya 3. Pengorganisasian
bagian awal kecanduan. Efek
pelaksanaan konseling teman
withdrawal merupakan reaksi
sebaya
tidak menyenangkan pada saat menghentikan
aktivitas
kecanduannya.
Sementara
relapse
dan
PENUTUP Memperhatikan
pentingnya
peran teman sebaya, pengembangan
reinstatement
lingkungan
pengembalian
positif merupakan cara efektif yang
kepada keadaan semula dari
dapat ditempuh untuk mendukung
kecanduan,
perkembangan
merupakan
walaupun
setelah
periode penahanan aktivitasnya. Konseling secara
teman
kuat
teman
sebaya
remaja.
yang
Dalam
kaitannya dengan keuntungan remaja
sebaya
memiliki kelompok teman sebaya
menempatkan
yang positif, kelompok teman sebaya
keterampilan-keterampilan
yang positif memungkinkan remaja
komunikasi untuk memfasilitasi
merasa
eksplorasi diri dan pembuatan
remaja melakukan katarsis, serta
keputusan. “Konselor” sebaya
memungkinkan
remaja
bukanlah konselor profesional
nilai-nilai
dan
atau
pandangan baru. Penegasan bahwa
sebaya
ahli
terapi.“Konselor”
adalah
para
siswa
diterima,
baru
memungkinkan
menguji pandangan-
kelompok teman sebaya yang positif
(remaja asuh) yang memberikan
dapat
bantuan kepada siswa lain di
kepada
bawah bimbingan konselor ahli.
membantu orang lain dan mendorong
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
memberikan remaja
kesempatan untuk
saling
11
remaja
untuk
jaringan
mengembangkan
kerja
untuk
saling
memberikan dorongan positif. Konseling
teman
sebaya
merupakan konseling yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa yang lainnya.
Siswa
yang
menjadi
pembimbing sebelumnya diberikan latihan
atau
konselor.
pembinaan
Siswa
pembimbing
lain
yang
menjadi
berfungsi
sebagai
dalam
memecahkan
masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik. Di samping itu dia juga berfungsi sebagai mediator yang membantu konselor dengan cara memberikan informasi
tentang
kondisi,
perkembangan, atau masalah siswa yang
perlu
mendapat
Corey, G. 2005. Theory And Practice Of Counseling And Psychotherapy. (7’th Eds.). Canada: Brooks/Cole. Gladding, S. 2012. Konseling Profesi Yang Menyeluruh. Cetakan I. Edisi Ke Enam. Jakarta: Indeks.
oleh
mentor atau tutor yang membantu siswa
http://www.peercounseling.co m. Akses 11 Januari 2016.
layanan
bantuan bimbingan atau konseling.
Griffiths, M. D. & Kuss, D. J. 2012. Online gaming addiction in children and adolescents: A review of empirical research. Journal of Behavioral Addictions, 1(1), 3–22. doi:10.1556/JBA.1.2012.1.1 Kan, P.V. 1996. Peer Counseling in Explanation. [Online]. Tersedia: http://www.peercounseling.co m. Akses 22 Agustus 2006. Suwarjo. 2008. Pedoman Konseling Teman Sebaya Untuk Pengembangan Resiliensi. Makalah disajikan Seminar Pengembangan Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
DAFTAR PUSTAKA Carr,
R.A. 1981. Theory And Practice Of Peer Counseling. Ottawa: Canada Employment And Immigration Commission.
Carter, T. D. 2005. Peer Counseling: Roles, Functions, Boundaries. ILRU Program. [Online]. Tersedia:
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Yusuf, Syamsu. 2012. Psikolog perkembangan Remaja& Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Santrock, J.W. 2004. Life-Span Development. Ninth Edition. Boston : McGraw-Hill Companies.
12
Suranata, Kadek. 2013.“Pengembangan Model Tutor Bimbingan Konseling Sebaya (Peer Counseling) Untuk Mengatasi Masalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha”. Jurnal Pendidikan Indonesia Vol. 2, No. 2, Oktober 2013
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Steinberg, Laurance. 1993. Adolescence. New York : Mc. Graw-Hill, Inc. Van Rooij, A. J. 2011. Online Video Game Addiction. Exploring a new phenomenon [PhD Thesis]. Rotterdam, The Netherlands: Erasmus University Rotterdam.
13