42
KONDISI KUALITAS UDARA KOTA CILEGON SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN HUTAN KOTA
CINDEWIYANI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
43
ABSTRAK
Cindewiyani. Kondisi Kualitas Udara Kota Cilegon Sebagai Bahan Pertimbangan Pembangunan Hutan Kota. Dibimbing oleh Ir. Endes Nurfilmarasa Dahlan, MS dan Ir. Siti Badriyah Rushayati, MSi. Kota Cilegon sebagai kota industri memiliki pabrik dan perusahaan yang berperan penting baik secara nasional maupun internasional. Proses produksi yang terjadi, kondisi transportasi dan permukiman di Kota Cilegon berpotensial akan menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan, khususnya penurunan kualitas udara. Kegiatan pemantauan kualitas udara dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencemaran udara yang telah berlangsung sehingga dapat diambil tindakan untuk mengantisipasi dampak negatif yang ditimbulkan dari pencemaran udara dan sebagai dasar untuk penetapan kebijakan pengendalian pencemaran udara. Informasi mengenai kualitas udara dapat digunakan untuk membangun hutan kota terutama di lokasi yang memiliki konsentrasi polutan di atas baku mutu udara dan atau hampir mendekati baku mutu udara yang berlaku. Pengukuran konsentrasi polutan dilakukan di enam lokasi di Kota Cilegon yang mewakili peruntukan padat transportasi (2 lokasi), permukiman (2 lokasi) dan industri (2 lokasi). Parameter - parameter yang diukur adalah debu, HC, CO, NO2, SO2, Pb dan kebisingan. Konsentrasi polutan hasil pengukuran kemudian dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No. 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil pengukuran, parameter debu, HC dan kebisingan mempunyai nilai konsentrasi polutan dan kebisingan di atas baku mutu, sementara CO hampir mendekati baku mutu. Lokasi yang mempunyai nilai konsentrasi polutan di atas baku mutu udara yaitu Nirmala Optik, Polres Cilegon, Gerem Raya, Arga Baja Pura dan Semang Raya, sedangkan parameter NO2, SO2 dan Pb mempunyai nilai konsentrasi di bawah baku mutu udara.
44 Berdasarkan evaluasi konsentrasi polutan dan kebisingan dari tahun 2004 2006, seluruh lokasi mengalami peningkatan konsentrasi polutan dan kebisingan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah kendaraan bermotor, kenaikan jumlah kepala keluarga dan peningkatan produksi, untuk itu diperlukan tindakan penanggulangan dengan membangun hutan kota. Pembangunan hutan kota di Kota Cilegon diusulkan dilakukan di seluruh lokasi tetapi dengan tetap memperhatikan ketersediaan lahan yang ada di masing - masing lokasi.
45
KONDISI KUALITAS UDARA KOTA CILEGON SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN HUTAN KOTA
CINDEWIYANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
46 Judul Skripsi Nama NIM
: Kondisi Kualitas Udara Kota Cilegon sebagai Bahan Pertimbangan Pembangunan Hutan Kota : Cindewiyani : E34102040
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Ir. Endes Nurfilmarasa Dahlan, MS Ketua
Ir. Siti Badriyah Rushayati, MSi Anggota
Mengetahui
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS Dekan
Tanggal Lulus:
47
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 November 1983 dari ayah Drs. H. Iyos Rostaman, MSi dan ibu Hj. Suharti. Penulis merupakan putri kelima dari enam bersaudara. Pendidikan formal penulis dimulai di TK Bina Athfal Merak dan lulus tahun 1990. Kemudian penulis melanjutkan ke SD IV Yayasan Pendidikan Warga Krakatau Steel (YPWKS) sampai dengan kelas II, kemudian pindah ke SDN Kedaleman I Cilegon (kelas III sampai dengan kelas VI) dan lulus tahun 1996. Penulis melanjutkan ke SLTPN 1 Cilegon dan lulus tahun 1999. Pendidikan selanjutnya ditempuh di SMUN 1 Ciamis dan lulus tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Fakultas Kehutanan Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan yang saat ini telah menjadi Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Penulis pernah tergabung dalam IFSA (International Forest Student Association) tahun 2002 - 2003. Penulis juga pernah mengikuti magang di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) pada tahun 2003 dan di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) pada tahun 2004. Pada tahun 2005 penulis mengikuti Praktek Pengenalan Hutan di Cilacap - Baturaden dan Praktek Pengelolaan Hutan di KPH Banyumas Timur. Pada tahun 2006 penulis melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi di Taman Nasional Baluran. Selain kegiatan praktek lapang, penulis telah mengikuti berbagai kegiatan dan organisasi baik di dalam maupun di luar perguruan tinggi. Organisasi yang pernah diikuti penulis antara lain Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan (HIMAKOVA) dan pernah menjabat sebagai Sekretaris 1 HIMAKOVA masa jabatan tahun 2003 - 2004. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana kehutanan penulis melakukan penelitian dengan judul ”Kondisi Kualitas Udara Kota Cilegon Sebagai Bahan Pertimbangan Pembangunan Hutan Kota” dibawah bimbingan Ir. Endes N Dahlan, MS dan Ir. Siti Badriyah Rushayati, MSi.
48
KATA PENGANTAR
Berkat Rahmat dan Karunia dari Allah SWT serta doa yang tulus dari kedua orang tua selama menempuh pendidikan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Kondisi Kualitas Udara Kota Cilegon Sebagai Bahan Pertimbangan Pembangunan Hutan Kota”. Skripsi ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, namun penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2006
Penulis
49
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan penuh hormat, penulis menyampaikan ucapkan terima kasih dan rasa syukur kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada: 1. Allah SWT, yang tiada henti - hentinya memberikan anugrah kepada hambanya. 2. Ayahanda Drs. H. Iyos Rostaman, MSi dan Ibunda tercinta Hj. Suharti atas kasih sayang, pengorbanan, kesabaran dan dukungan tiada akhir yang telah diberikan. 3. Ir. Endes Nurfilmarasa Dahlan, MS dan Ir. Siti Badriyah Rushayati, MSi atas bimbingan, arahan dan kesabarannya. 4. Dr. Ir. Yusram Massijaya, MS selaku dosen penguji dari Departemen Teknologi Hasil Hutan dan Ir. Endang Ahmad Husaeni selaku dosen penguji dari Departemen Silvikultur. 5. Dinas Lingkungan Hidup dan Pertambangan Kota Cilegon atas semua sarana dan prasarana. 6. Bapak Bramasto dan Bapak Andi serta teman - teman dari PT. Unilab Perdana atas semua bantuan selama pengambilan data di lokasi penelitian. 7. Kakak dan adikku serta Mas Shofyan Hadi atas kesabaran, dukungan dan kasih sayang tiada henti. 8. Arina, Ulfah, Rivo, Annisa dan KSH’39 atas persahabatan dan semoga terjalin selamanya. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian karya ini.
50
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ..................................................................................................... i DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... v I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang .................................................................................. 1 1. 2. Tujuan ............................................................................................... 2 1. 3. Manfaat Penelitian ............................................................................ 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pencemaran Udara ............................................................................. 3 2. 2. Kualitas Udara dan Konsentrasi Polutan ........................................... 6 2. 3. Manfaat Hutan Kota .......................................................................... 9 2. 4. Tipe Hutan Kota ................................................................................ 12 2. 5. Bentuk - bentuk Hutan Kota ............................................................. 14 III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3. 1. Letak dan Luas .................................................................................. 16 3. 2. Ketinggian Tempat dan Kemiringan Lahan ...................................... 16 3. 3. Hidrogeologi ...................................................................................... 17 3. 4. Kondisi Iklim ..................................................................................... 17 3. 5. Jenis Batuan ....................................................................................... 18 3. 6. Jenis Tanah ........................................................................................ 18 IV. METODE PENELITIAN 4. 1. Lokasi dan Waktu ............................................................................. 19 4. 2. Bahan dan Alat ................................................................................. 19 4. 3. Jenis dan Cara Pengambilan Data ..................................................... 19 4. 4. Tahapan Penelitian ............................................................................ 21 4. 5. Analisis Data ..................................................................................... 22 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1. Karakteristik Lokasi Pengukuran ..................................................... 5. 2. Konsentrasi Polutan di tiap Lokasi ..............…................................. 5. 3. Manfaat Hutan Kota ......................................................................... 5. 4. Evaluasi Konsentrasi Polutan dan Kebisingan ................................. 5. 5. Pembangunan Hutan Kota ………………........................................
23 25 32 32 34
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 38
51 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 39 LAMPIRAN ...................................................................................................... 41
52
DAFTAR TABEL
Halaman 1.
Peralatan yang digunakan ......................................................................... 19
2.
Lokasi pengukuran kualitas udara ambien Kota Cilegon ......................... 21
3.
Metode analisis ......................................................................................... 22
4.
Konsentrasi Polutan Hasil Pengukuran .................................................... 26
5.
Kondisi Meteorologis pada saat Pengukuran ........................................... 27
6.
Jarak antar Lokasi Pengukuran dengan hutan kota .................................. 32
53
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1.
Peta Lokasi Pengukuran ........................................................................... 20
2.
Lokasi Pengukuran Nirmala Optik .......................................................... 23
3.
Lokasi Pengukuran Palm Hills ................................................................ 24
4.
Lokasi Pengukuran Gerem Raya ............................................................. 25
5.
Lokasi Pengukuran Semang Raya ........................................................... 25
54
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1.
Keputusan Pemerintah Tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional ........ 42
2.
Evaluasi Konsentrasi Polutan Kota Cilegon Tahun 2004 – 2006 ............... 43
3.
Data Sosial Ekonomi Kota Cilegon ............................................................ 47
4.
Jumlah Produksi PT. Krakatau Steel Tahun 2004 – 2005 .......................... 48
5.
Penggunaan Lahan untuk Permukiman ...................................................... 49
6.
Daftar Tanaman Hias .................................................................................. 50
7.
Daftar Tanaman Sebagai Peneduh Jalan ..................................................... 52
8.
Daftar Tanaman Taman Hutan .................................................................... 53
9.
Daftar Tanaman Kebun dan Halaman ......................................................... 54
55
I. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Pembangunan di segala bidang telah berkembang dengan pesat, hal ini selain berdampak positif juga memiliki dampak negatif terutama terhadap lingkungan hidup. Dalam rangka mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan
sesuai
dengan
kebijaksanaan
pemerintah,
diperlukan
upaya
penanganan dampak dari suatu kegiatan agar dapat dicapai pembangunan yang berkelanjutan dan terciptanya kelestarian lingkungan hidup. Disadari atau tidak pembangunan tersebut telah menimbulkan dampak terhadap kualitas lingkungan hidup khususnya di perkotaan yang semakin lama cenderung semakin menurun. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkannya adalah penurunan kualitas udara. Kota Cilegon merupakan salah satu kota industri besar yang berperan penting dalam pembangunan perindustrian, perekonomian dan perdagangan di Propinsi Banten. Secara umum pabrik dan perusahaan yang terdapat di Kota Cilegon berperan penting baik secara nasional maupun internasional. Salah satu contohnya adalah PT. Krakatau Steel yang memiliki luas 2.815 hektar atau 15,94% dari luas Kota Cilegon. Intensitas kegiatan industri PT. Krakatau Steel sangat tinggi, hal ini berkaitan dengan produk utama yang dihasilkan yaitu bahan baja dan komponen dasar dari baja yang merupakan produk orientasi ekspor dan substitusi impor serta produk bahan kimia. Proses produksi yang terjadi, kegiatan transportasi dan permukiman berpotensial akan menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan, khususnya penurunan kualitas udara. Kegiatan pemantauan kualitas udara Kota Cilegon secara kontinyu dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan dan Energi Kota Cilegon setiap enam bulan. Pemantauan terhadap kualitas udara ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencemaran udara yang telah berlangsung, sehingga dapat diambil tindakan untuk mengantisipasi dampak negatif yang ditimbulkan dari pencemaran udara dan sebagai dasar untuk penetapan kebijakan pengendalian pencemaran udara.
56 Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional menjelaskan beberapa pengertian yang berkaitan dengan kegiatan pemantauan kualitas udara, diantaranya adalah mengenai batas - batas ambien maksimal yang berada di udara. Batas maksimal yang telah ditentukan adalah batas dimana suatu polutan akan berdampak negatif bagi lingkungan, sehingga suatu kota akan dapat dikatakan tercemar oleh suatu senyawa polutan apabila telah melewati batas tersebut. Informasi mengenai kualitas udara dapat digunakan untuk membangun hutan kota terutama di lokasi yang memiliki konsentrasi polutan di atas baku mutu udara dan atau hampir mendekati baku mutu udara yang berlaku. Hutan kota memiliki beberapa manfaat penting, diantaranya menyerap dan menjerap gas - gas berbahaya, menahan dan menyaring partikel padat (debu) dari udara dan dapat meredam kebisingan (Dahlan, 2004). 1. 2. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kondisi kualitas udara Kota Cilegon sebagai bahan pertimbangan pembangunan hutan kota. 1. 3. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau masukan bagi Pemerintah Kota Cilegon dalam perencanaan pembangunan hutan kota masa mendatang.
57
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Pencemaran Udara Menurut Neiburger (1995) pencemaran udara yaitu terdapatnya zat dalam atmosfer yang bersifat racun, mengganggu dan berbahaya bagi manusia atau bersifat merusak terhadap tumbuhan, hewan atau tanah. Bahan pencemaran udara secara umum digolongkan dalam dua golongan dasar, yaitu partikel dan gas. Bahan pencemar gas terdiri dari SO2, NO2, CO, oksidan dan hidrokarbon. Menurut Kozak dan Sudarmo (1993) dalam Sukarsono (1998) ada 2 bentuk emisi dari unsur dan senyawa pencemar udara, yaitu : 1. Pencemar udara primer (Primary air pollution) Merupakan emisi unsur - unsur pencemar udara langsung ke atmosfer dari sumber - sumber diam maupun bergerak. Pencemar udara primer ini mempunyai waktu paruh di atmosfer yang tinggi. Contoh pencemar udara primer adalah CO, CO2, SO2, CFC, Cl2, debu. 2. Pencemar udara sekunder (Secondary air pollution) Merupakan emisi pencemar udara dari hasil proses fisik dan kimia di atmosfer dalam bentuk foto kimia (Photo Cemistry) yang umumnya bersifat reaktif dan mengalami proses transformasi fisik kimia menjadi unsur atau senyawa. Perubahan bentuk senyawa polutan terjadi saat mulai diemisikan hingga setelah ada di atmosfer. Contoh pencemar udara sekunder adalah ozon (O3), aldehida, PAN, hujan asam. Budirahardjo dalam Pusparini (2002) menjelaskan bahwa konsentrasi udara ambien merupakan polutan dari sumber pencemar yang terdiri dari partikel partikel dan gas - gas kemudian di atmosfer mendapat pengaruh dari antara lain faktor meteorologis seperti curah hujan, arah dan kecepatan angin, kelembaban udara dan temperatur serta secara bersamaan mengalami reaksi kimia. Senyawa yang diketahui sebagai pencemar udara primer terhitung lebih dari 90 % dari total pencemar. Senyawa tersebut adalah Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NOx), Hidrokarbon (HC), Sulfur Oksida (SOx) dan partikulat. Sifat dan proses pembentukan gas - gas pencemar menurut Fardiaz (1992) adalah sebagai berikut:
58 1. Sulfur dioksida (SO2) Sulfur dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak terbakar. Berasal dari pembakaran bahan bakar fosil (batu bara dan minyak bumi). Sulfur dioksida termasuk gas polutan primer karena diemisikan langsung dari sumbernya. Pada konsentrasi 0,3 - 1,0 ppm di udara dapat menimbulkan gangguan bau. Dalam kelembaban tinggi dapat membentuk asam sulfat (H2SO4) yang sifatnya sangat korosif pada berbagai material logam, disamping itu SO2 juga dapat menimbulkan fotokimia yang dapat menimbulkan terjadinya smog, dan menurunkan daya penglihatan (visibilitas). Pada konsentrasi 0,9 ppm selama 24 jam di udara bebas (terbuka) sudah membahayakan manusia. Gas ini menimbulkan gangguan pada sistem pernapasan, diantaranya penyakit kanker dan bronkitis yang sangat akut, bahkan sering mengakibatkan kematian. 2. Nitrogen dioksida (NO2) Banyak bentuk oksida nitrogen yang ada di atmosfir, antara lain NO, NO2 dan N2O. Sedangkan yang penting ditinjau dari segi pencemaran udara adalah NO dan NO2. NO2 merupakan bahan pencemar udara sebagai hasil pembakaran minyak bumi. Bersama - sama dengan hidrokarbon dan reaktan lainnya dapat membentuk smog. Sebagian besar NO2 di daerah perkotaan berasal dari hasil buangan gas kendaraan bermotor sebagai hasil proses mekanis dengan temperatur tinggi. Pada suhu tinggi pembakaran berlangsung sempurna, hasil buangan CO dan hidrokarbon menurun tetapi justru konsentrasi NO2 meningkat dengan cepat. NO2 adalah gas yang berwarna kecoklatan, di udara terbuka dapat terjadi proses terbaliknya NHO2 yang berwarna kekuningan. NHO2 dapat mengurangi daya penglihatan (visibilitas), walaupun udara tidak mengandung partikel dalam konsentrasi tinggi. NO2 dalam konsentrasi 0,063 - 0,083 ppm dapat menimbulkan gangguan sistem pernapasan manusia. 3. Karbon monoksida (CO) Karbon monoksida adalah gas yang sangat berbahaya, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa, terbentuk dari pembakaran bahan - bahan bakar Carbonaceous. CO bersifat sangat stabil dan mempunyai waktu tinggal di atmosfer sekitar 2 - 4 bulan. CO paling luas tersebar dan paling umum dijumpai
59 sebagai polutan udara. CO dihasilkan oleh buangan gas kendaraan bermotor akibat kurang sempurnanya proses pembakaran. Pada proses pembakaran yang sempurna bahan buangan gas CO minimal, akan tetapi karena temperatur tinggi maka buangan pada gas CO meningkat. Sumber emisi gas CO di alam antara lain adalah akibat dari pembakaran bahan bakar fosil yang tidak sempurna, kebakaran hutan dan penguraian bahan organik. Dampak yang ditimbulkan dari gas CO adalah terganggunya saluran pernapasan, fungsi ginjal serta mata perih dan pusing - pusing. Akibat terparah dari gas CO adalah dapat menimbulkan kematian pada manusia karena CO bereaksi dengan hemoglobin (Hb) darah membentuk Carboxy Hemoglobin (CO Hb) dimana afinitas CO dengan Hb adalah 240 kali lebih cepat dari afinitas oksigen. 4. Hidrokarbon (HC) Hidrokarbon adalah suatu senyawa organik yang tersusun dari hidrogen dan karbon. Komponen - komponen utama dari campuran hidrokarbon adalah metana, etana, propana dan turunan - turunan lainnya dari senyawa alifatik dan emisi gas hidrokarbon yang berasal dari aktivitas manusia dan alam. Gas buangan kendaraan bermotor memberi sumbangan yang diemisikan ke atmosfir, sementara sisanya berasal dari sumber - sumber alami seperti tumbuh - tumbuhan dan vegetasi hutan. Hidrokarbon dipertimbangkan sebagai polutan, karena dapat bereaksi dengan oksida - oksida nitrogen membentuk oksidan fotokimia (smog). 5. Debu Material pencemar memiliki ukuran diameter antara 10-3 sampai 10 µm, konsentrasi partikel yang berukuran lebih kecil dari 10 mikron (µm) disebut debu. Kira - kira 90% semua partikel di atmosfer dihasilkan oleh sumber dari alam. Sumber emisi lainnya adalah aktivitas manusia seperti proses pembakaran batubara, pembakaran minyak oleh automobile, dan kegiatan industri. Semua kegiatan tersebut akan menghasilkan emisi partikulat. Pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh debu adalah : 1. Penurunan visiabilitas (jarak pandang), hal ini disebabkan terserapnya partikel padat atau bahan pencemar lain yang berbentuk cair oleh cahaya.
60 Penurunan
visiabilitas
memberikan
efek
psikologis
dan
dapat
membahayakan aktivitas transportasi. 2. Pengaruh terhadap kesehatan manusia, alergi yang ditimbulkan pada saluran pernapasan serta akibatnya pada paru - paru akan mempengaruhi kemampuan penyerapan oksigen. 3. Terhadap tanaman, hewan dan materi lainnya. Debu yang berkombinasi dengan zat pencemar lain memberikan pengaruh terhadap tanaman, penghancuran cat dan tekstil serta kerusakan material. 6. Timbal (Pb) Timbal merupakan salah satu bahan aditif yang sering digunakan untuk meningkatkan mutu bensin. Partikel Pb yang ada di udara berupa senyawa anorganik yang berukuran kecil. Tsalev dan Zaprianov (1985) dalam Hasneni (2004) menyebutkan 52 % pencemaran Pb sebagai salah satu bahan aditif dari bensin sedangkan 48 % ditemukan dalam bahan pembungkus kabel, zat pewarna pada cat, kristal, keramik dan sebagai bahan stabilitator pada bahan plastik dan karet. Timbal salah satu pencemar logam berat yang memiliki sifat akumulatif sehingga dapat menyebabkan gangguan terhadap manusia (Widriani, 1998 dalam Rachmawati, 2005). 2. 2. Kualitas Udara dan Konsentrasi Polutan Kualitas udara dapat dikatakan baik jika konsentrasi polutan udara lebih kecil dari baku mutu udara ambien yang berlaku. Soedomo (2001) menyebutkan bahwa kegiatan - kegiatan yang dapat mempengaruhi kualitas udara di suatu daerah dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Alam, misalnya aktivitas gunung berapi dan rawa. b. Antropogenik (kegiatan manusia), misalnya industri, transportasi dan permukiman.
Kedua kelompok utama kegiatan tersebut akan memberikan pengaruh yang berbeda - beda terhadap kualitas atmosfer. Kegiatan antropogenik akan mengemisikan unsur dan senyawa pencemar tertentu ke udara sesuai dengan jenis kegiatan yang ada. Menurut Soedomo (2001), daerah perkotaan akan
61 menghasilkan emisi unsur pencemar yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan pedesaan. Kegiatan umum yang dapat diperhitungkan sebagai sumber pencemar antara lain : 1) transportasi, 2) permukiman, 3) industri dan 4) pengelolaan limbah padat (sampah). Kelompok kegiatan perkotaan ini umumnya ditandai dengan pelepasan senyawa utama seperti SOx, NOx, CO, hidrokarbon, partikulat padat tersuspensi dan partikel timah hitam (Pb) yang merupakan produk pembakaran bahan bakar minyak dan fosil. Menurut Soedomo (2001), faktor - faktor yang mempengaruhi kadar polutan di atmosfir adalah (1) jumlah total cemaran yang dikeluarkan atau dipancarkan; (2) kondisi meteorologi di suatu lokasi pencemar dan sekitarnya; (3) keadaan topografi di suatu lokasi pencemar dan sekitarnya; dan (4) sifat serta karakteristik zat pencemar. Faktor meteorologi mempunyai peranan yang penting dalam menentukan kualitas udara di suatu daerah. Atmosfer sangat ditentukan oleh berbagai faktor meteorologi seperti : (1) kecepatan dan arah angin, (2) kelembaban, (3) temperatur, (4) tekanan udara, dan (5) aspek permukaan (topografi, dsb). Kadar polutan yang dimiliki suatu lokasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : (1) jarak sumber polutan dengan lokasi, (2) faktor penurun kadar polutan (vegetasi), dan (3) kondisi meteorologi dan topografi lokasi. Faktor meteorologis akan menentukan penyebaran pencemar di udara ambien, baik yang berasal dari emisi sumber tidak bergerak maupun dari sumber bergerak. Kondisi meteorologi akan menentukan luasan penyebaran pencemar, pola
penyebarannya
dan
jangkauan
penyebaran
serta
jangka
waktu
penyebarannya. Suhu udara secara langsung mempengaruhi kondisi kestabilan atmosfer. Dalam kondisi stabil, yaitu pada suhu udara yang lebih rendah dari lingkungan, maka massa udara polutan tidak dapat naik tetapi tetap berada di atmosfer dan terakumulasi, sehingga akan menaikkan konsentrasi polutan. Sebaliknya pada saat suhu udara lebih tinggi daripada suhu lingkungan, maka massa udara polutan akan naik dan menyebar sehingga tidak terjadi pengendapan di permukaan dan akan meminimalkan konsentrasi polutan. Tingginya rata - rata suhu harian akan menyebabkan terjadinya reaksi antara karbon dioksida (CO2) dan atom karbon (C) yang menghasilkan gas CO dengan reaksi sebagai berikut: CO2 + C
2 CO
62 Konsentrasi polutan di suatu tempat sangat dipengaruhi oleh arah dan kecepatan angin. Angin akan mempengaruhi kecepatan penyebaran polutan dengan udara disekitarnya. Semakin tinggi kecepatan angin maka pencampuran dan penyebaran polutan dari sumber emisi di atmosfer akan semakin besar sehingga konsentrasi zat pencemar menjadi encer, begitu juga sebaliknya, hal ini akan menurunkan konsentrasi zat polutan di udara (Hasneni, 2004). Arah angin berperan dalam penyebaran polutan yang akan membawa polutan tersebut dari satu sumber tertentu ke area lain searah dengan arah angin. Sedangkan kecepatan angin memegang peranan sampai sejauh mana polutan tersebut diangkut dan disebarkan. Hujan mempunyai pengaruh yang penting terhadap
kualitas
udara
sebab
hujan
merupakan
faktor
utama
dalam
membersihkan atmosfer dari polutan. Musim hujan di Indonesia umumnya pada bulan November sampai April. Pada musim hujan ini masalah pencemaran udara tidak terlalu mengkhawatirkan karena hujan akan mencuci atau menghilangkan polutan di udara, sebaliknya pada musim kemarau, pada siang hari dimana intensitas radiasi matahari tinggi dan pada malam hari langit cerah, maka kemungkinan timbulnya inversi dekat permukaan akan lebih besar sehingga konsentrasi polutan akan lebih besar juga. Menurut Sastrawijaya (1991), kecepatan angin mempengaruhi distribusi pencemar, konsentrasi pencemar akan berkurang jika angin berkecepatan tinggi dan membagikan kecepatan tersebut secara mendatar atau vertikal. Selain menurunkan intensitas cahaya langsung dan suhu, pohon (serta vegetasi lainnya) dapat pula meningkatkan kelembaban udara dan mengurangi kecepatan angin. Stabilitas atmosfer akan turut mendukung penetrasi (penetralisir) polusi udara ke lapisan yang lebih tinggi dan juga mempunyai peranan penting dalam proses dispersi serta pengenceran polusi di udara. Pada malam hari, tanaman berperan sebagai penahan panas sehingga suhu udara di bawah tajuk akan lebih hangat dibandingkan suhu udara di atas area terbuka (tanpa vegetasi). Tajuk tanaman akan menyerap dan menahan sebagian energi yang dipancarkan oleh permukaan tanah dan akan mengurangi fluktuasi suhu siang dan malam hari (Lakitan, 1994). Penyerapan energi radiasi matahari oleh sistem tajuk tanaman akan memacu tumbuhan untuk meningkatkan laju transpirasinya (terutama menjaga stabilitas suhunya). Setiap gram air yang
63 diuapkan menggunakan energi sebesar 580 kalori. Karena besarnya energi yang digunakan untuk menguapkan air dalam transpirasi ini, maka hanya sedikit panas yang tersisa yang dipancarkan udara sekitarnya. Hal ini yang menyebabkan suhu udara sekitar tanaman tidak meningkat secara drastis pada siang hari. Pada kondisi kecukupan air, kehadiran pohon diperkirakan dapat menurunkan suhu udara dibawahnya kira - kira 3,5oC pada siang hari yang terik (Lakitan, 1994). 2. 3. Manfaat Hutan Kota Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon - pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang (Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2002). Menurut Grey & Deneke (1978), hutan kota dapat diartikan sebagai tempat yang ditumbuhi oleh pepohonan dan berasosiasi dengan vegetasi atau bentuk - bentuk lahan lainnya, sehingga dapat memberikan sumbangan lingkungan hidup yang baik kepada manusia. Dari berbagai pengamatan yang dirangkum oleh Bianpoen (1977) dalam Suharsono (1992), diketahui bahwa kumpulan pohon yang terdapat di sebidang tanah seluas 300 x 400 m2 mampu menurunkan konsentrasi debu di udara dari 7.000 partikel/liter menjadi 4.000 partikel/liter. Selain itu diketahui pula bahwa antara ujung satu dengan ujung yang lain dari suatu jalur hijau yang memiliki panjang 5 km dengan lebar 2 km, terjadi penurunan konsentrasi debu dengan perbandingan 50 : 3 dan dengan tajuknya yang lebat, barisan pohon mampu mengurangi kecepatan angin. Menurut Kitredge (1948) dalam Suharsono (1992), jalur hijau (shelterbelts) mampu mereduksi 20% dari kecepatan angin di tempat terbuka. Ini berarti dapat mengurangi kadar debu yang beterbangan. Hutan kota mampu mereduksi beberapa zat pencemar udara. Selain CO2, peristiwa pembakaran (terutama yang berbahan bakar minyak) juga menghasilkan limbah asap yang mengandung sulfur dioksida (SO2). Di udara, SO2 ini akan bereaksi dengan uap air membentuk asam sulfat (H2SO4). Bila bercampur air hujan akan menghasilkan hujan asam yang membahayakan kesehatan kulit serta menimbulkan korosi. Dalam hal ini tajuk pohon berfungsi menahan air hujan tersebut, yang kemudian pada beberapa pohon yang mengeluarkan air gutasi, kandungan asamnya dinetralkan. Pepohonan yang terdapat di hutan kota juga
64 mampu menyaring kotoran (debu jalanan), dengan struktur tajuk dan kerimbunan dedaunan, debu dan abu dapat menempel pada daun, yang di saat hujan akan tercuci oleh air hujan. Hutan kota berperan dalam meredam kebisingan yaitu dedaunan berair dapat meredam suara, cabang - cabang tanaman yang bergerak dan bergetar dapat menyerap dan menyelubungi suara, demikian pula daun yang tebal dapat menghalangi suara dan daun yang tipis dapat mengurangi suara. Selain itu hutan kota juga mampu meningkatkan kenyamanan lingkungan. Pepohonan mampu membentuk mikroklimat yang sejuk, mengurangi kebisingan, mencegah silaunya sinar matahari, mengurangi bau busuk serta menyekat pemandangan yang kurang layak. Kegiatan metabolisme evapotranspirasi tumbuhan akan menyebabkan suhu di sekitar tajuk menjadi lebih rendah dan kadar kelembabannya meningkat (Zoer'aini, 1988) dalam Suharsono (1992). Sudharnoto (1994) juga menyatakan bahwa hutan kota terdiri dari berbagai macam vegetasi yang pada umumnya adalah vegetasi budidaya dengan semak belukar (scrub) dan tanaman bawah (bush) mempunyai fungsi yang lebih luas lagi dalam ekosistem suatu perkotaan, salah satunya adalah hutan kota yang terdiri dari berbagai macam vegetasi mempunyai keunggulan dalam hal merekayasa lingkungan. Secara substansial, pohon yang terdiri dari akar, batang dan daun mempunyai potensi sebagai berikut: a. Dedaunan yang berair dapat meredam (absorbent) suara. b. Daun - daun yang berbulu dapat memakan butir - butir debu. c. Pertukaran gas melalui mulut daun (stomata). d. Pembungaan serta pembentukan daun yang dapat mengeluarkan bau harum akan dapat menyelubungi atau mengurangi bau busuk (reodorized air). e. Dedaunan dan cabang pohon dapat menghambat lajunya angin dan air hujan. f. Cabang - cabang pohon yang bergerak dan bergetar dapat menyerap serta menyelubungi suara (noise). g. Penyebaran akar dapat mengikat tanah dalam kaitannya dengan erosi. Tanaman merupakan bagian dari ekosistem kota yang keanekaragaman jenisnya tinggi. Tanaman di dalam hutan kota mempunyai berbagai manfaat: 1. Fungsi ekologi, secara sudut pandang ekologi, keberadaan pohon ini dapat berfungsi, di antaranya:
65 (a). Sebagai penyerap gas/partikel beracun. Tanaman dapat menyerap bermacam gas/partikel beracun yang mencemari udara. Gas tersebut antara lain adalah: 1). Gas CO2 (karbon dioksida), di mana berbagai jenis tanaman mempunyai kemampuan untuk menyerap gas CO2 melalui proses fotosintesis; 2). Gas NO2 (nitrogen dioksida), di mana gas ini termasuk paling toksik karena gas ini dapat menimbulkan iritasi pada paru - paru sehingga dapat merusak lapisan sel paru - paru, dan sumber pencemarnya adalah gas dari kendaraan bermotor terutama pagi hari antara pukul 6 sampai 9 pada saat terjadi reaksi fotokimia serta ruangan dapur yang menggunakan bahan bakar gas; 3). Gas SO2 (sulfur dioksida), di mana gas ini berasal dari industri pengecoran logam, pembangkit listrik batu bara, dan penggunaan bahan bakar fosil; 4). Partikel Pb, di mana kendaraan bermotor merupakan sumber utama Pb yang mencemari udara di perkotaan dan setiap jenis tanaman mempunyai kemampuan yang berbeda - beda dalam menurunkan kandungan Pb dari udara. (b). Sebagai paru - paru kota. Selain tanaman mempunyai peranan di dalam menyerap gas beracun, tanaman juga menghasilkan gas oksigen pada waktu proses fotosintesis. Gas oksigen ini dibutuhkan oleh semua makhluk hidup untuk
kelangsungan
hidupnya.
Karena
tumbuhan
berperan
dalam
menghasilkan gas oksigen maka tumbuhan dapat dianggap sebagai paru - paru suatu kota. (c). Sebagai pelestarian plasma nutfah. Plasma nutfah yang merupakan bahan baku penting untuk pembangunan di masa depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat - obatan dan industri, maka perlu sekali untuk dikembangkan
dan
dilestarikan
bersama
dengan
mempertahankan
keanekaragaman biologinya. Kawasan hutan kota dapat dipandang sebagai areal pelestarian di luar kawasan konservasi karena pada areal ini dapat dilestarikan flora dan fauna secara eksitu. (d). Sebagai peredam kebisingan. Keberadaan tanaman di pinggir jalan ternyata dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang, dan ranting. Jenis tanaman yang paling efektif untuk meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang.
66 (e). Sebagai habitat burung. Masyarakat modern kini cenderung kembali ke alam (back to nature). Desiran angin, kicauan burung, dan atraksi satwa lainnya di kota diharapkan dapat menghalau kejenuhan dan stres yang banyak dialami oleh penduduk perkotaan. Salah satu satwa liar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung. Beberapa jenis burung sangat membutuhkan tanaman sebagai tempat mencari makan maupun sebagai tempat bersarang dan bertelur. 2. Fungsi ekonomi. Dari sudut ekonomi, tanaman secara langsung dapat digunakan sebagai bahan penghasil pangan terutama sebagai sumber buah buahan dan sayuran. Selain itu, tanaman di kota berfungsi untuk memberi keindahan terutama golongan tanaman hias. Tanaman hias dapat memberikan lapangan usaha kepada masyarakat seperti tanaman bonsai dan tanaman anggrek. 3. Fungsi kesehatan dan lingkungan. Selain mempunyai peran dalam menyerap gas beracun, ternyata tanaman juga menghasilkan gas oksigen pada waktu fotosintesis. Keberadaan gas oksigen ini sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup untuk kelangsungan hidupnya. Beberapa jenis tanaman yang dapat langsung dipakai untuk bahan obat yaitu kumis kucing (Orthosiphon stamineus), jarak pagar (Jatropa curcas), dan jombang (Sonchus arvensis). 4. Fungsi psikologi. Secara psikologis, keberadaan tanaman mempunyai peran untuk menghilangkan ketegangan - ketegangan mental (stress) yang banyak diderita oleh penduduk kota. Kanopi tanaman yang bentuknya bulat, kerucut, pagoda, atau serupa jantung, bulat telur, bentuk ginjal adalah bentuk - bentuk yang menarik. Termasuk dengan bermacam warna bunga merah, kuning, ungu, biru dan warna daun yang hijau akan mempengaruhi kejiwaan. 5. Fungsi pendidikan dan pengajaran. Keberadaan tanaman sebenarnya dapat juga dijadikan sebagai objek pendidikan, pengajaran dan penelitian.
2. 4. Tipe Hutan Kota
67 Hutan kota dibedakan menjadi beberapa tipe Dahlan (1992), diantaranya: a. Tipe Permukiman Hutan kota di daerah permukiman dapat berupa taman dengan komposisi tanaman pepohonan yang tinggi dikombinasikan dengan semak dan rerumputan. Taman adalah sebidang tanah terbuka dengan luasan tertentu didalamnya di tanam pepohonan, perdu, semak dan rerumputan yang dapat dikombinasikan dengan kreasi dari bahan lainnya. Umumnya dipergunakan untuk olah raga, bersantai, bermain dan sebagainya. b. Tipe Kawasan Industri Suatu wilayah perkotaan pada umumnya mempunyai satu atau beberapa kawasan industri. Limbah dari industri dapat berupa partikel, aerosol, gas dan cairan dapat mengganggu kesehatan manusia. Di samping itu juga dapat menimbulkan masalah kebisingan dan bau yang dapat mengganggu kenyamanan. c. Tipe Rekreasi dan Keindahan Rekreasi pada kawasan hutan kota bertujuan untuk menyegarkan kembali kondisi badan yang sudah penat dan jenuh dengan kegiatan rutin, supaya siap menghadapi tugas yang baru. Untuk mendapatkan kesegaran diperlukan masa istirahat yang terbebas dari proses berpikir yang rutin sambil menikmati sajian alam yang indah, segar dan penuh ketenangan. d. Tipe Pelestarian Plasma Nutfah Hutan
konservasi
memiliki
tujuan
untuk
mencegah
kerusakan,
perlindungan dan pelestarian terhadap sumberdaya alam. Bentuk hutan kota yang memenuhi kriteria ini antara lain : kebun raya, hutan raya dan kebun binatang. Ada 2 sasaran pembangunan hutan kota untuk pelestarian plasma nutfah yaitu sebagai tempat koleksi plasma nutfah, khususnya vegetasi secara ex-situ dan sebagai habitat, khususnya untuk satwa yang akan dilindungi atau dikembangkan e. Tipe Perlindungan Selain dari tipe yang telah disebutkan di atas, areal kota dengan mintakat ke lima yaitu daerah dengan kemiringan yang cukup tinggi yang ditandai dengan
68 tebing - tebing yang curam ataupun daerah tepian sungai perlu dijaga dengan membangun hutan kota agar terhindar dari bahaya erosi dan longsoran. f. Tipe Pengamanan Hutan kota dengan tipe pengamanan adalah jalur hijau di sepanjang tepi jalan bebas hambatan. Dengan menanam perdu yang liat dan dilengkapi dengan jalur pohon pisang dan tanaman yang merambat dari legum secara berlapis - lapis, akan dapat menahan kendaraan yang keluar dari jalur jalan. Sehingga bahaya kecelakaan karena pecah ban, patah setir ataupun karena pengendara mengantuk dapat dikurangi. 2. 5. Bentuk-bentuk Hutan Kota Menurut Dahlan (2004), hutan kota memiliki beberapa bentuk, yaitu: a. Jalur Hijau Jalur hijau di tepi jalan bebas hambatan yang terdiri dari jalur tanaman pisang dan jalur tanaman yang merambat serta tanaman perdu yang liat yang di tanam secara berlapis - lapis diharapkan dapat berfungsi sebagai penyelamat bagi kendaraan yang keluar dari badan jalan. Sedangkan pada bagian yang lebih luar lagi dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor. b. Taman Kota Taman dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah. c. Kebun dan Halaman Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis yang dapat menghasilkan buah dan beberapa jenis lainnya. Halaman rumah dapat memberikan suatu kebanggaan tertentu bagi pemiliknya, oleh sebab itu halaman rumah ditata apik sedemikian rupa untuk mendapatkan citra, kebanggaan dan keindahan tertentu bagi pemilik rumah maupun orang lain yang memandang dan menikmatinya.
69 d. Kebun Raya, Hutan Raya dan Kebun Binatang Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota. Tanaman dapat berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah lain, baik dari daerah lain di dalam negeri maupun di luar negeri. e. Hutan Lindung Mintakat kota ke lima yaitu daerah dengan lereng yang curam harus dijadikan kawasan hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang rawan akan abrasi air laut, hendaknya dijadikan hutan lindung. f. Kuburan dan Taman Makam Pahlawan Pada tempat pemakaman banyak ditanam pepohonan, nampaknya sebagai manifestasi kecintaan orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah meninggal tak akan pernah berhenti, selama pohon tersebut masih tegak berdiri.
70
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
3. 1. Letak dan Luas Kota Cilegon dengan luas 17.550 Ha merupakan bagian dari Propinsi Banten dan berada di bagian ujung barat dari Pulau Jawa, terbagi kedalam 8 kecamatan dan 41 desa. Secara geografis, Kota Cilegon terletak pada 5o52'24" 6o04'07" LS dan 105o54'05" - 106o05'11" BT, sedangkan secara administratif Kota Cilegon memiliki batas - batas sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bojonegara (Kabupaten Serang), Sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda, Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Anyar dan Kecamatan Mancak (Kabupaten Serang), dan Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kramatwatu (Kabupaten Serang). 3. 2. Ketinggian Tempat dan Kemiringan Lereng Kota Cilegon berada pada ketinggian antara 0 - 553 meter di atas permukaan laut. Wilayah tertinggi pada Gunung Gede (Kecamatan Pulomerak), sedangkan wilayah terendah berada di bagian barat yang merupakan hamparan pantai. Kemiringan lereng Kota Cilegon cukup bervariasi. Bagian barat, tengah hingga timur kota Cilegon memiliki kelerengan antara 0 - 8 %. Wilayah utara di dominasi oleh lahan yang mempunyai kemiringan lereng cukup besar karena merupakan wilayah pegunungan dengan kemiringan > 45 %. Aji (2006) menyatakan bahwa Kota Cilegon didominasi oleh lahan dengan kemiringan 0 - 8 % dengan luas wilayah 5708,79 Ha. Daerah dengan kemiringan 0 - 8 % menyebar di seluruh kota yang umumnya digunakan sebagai perumahan, bangunan dan pusat kegiatan manusia.
71 3. 3. Hidrogeologi Hidrogeologi Kota Cilegon memperlihatkan ciri - ciri sebagai berikut : • Akuifer tidak produktif dengan penyebaran luas, alirannya melalui ruang antar butir, pada akuifer ini tidak terdapat mata air. • Akuifer produktif dengan penyebaran luas, alirannya melalui ruang antar butir, pada akuifer ini tidak terdapat mata air. • Akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas, alirannya melalui ruang antar butir, pada akuifer ini tidak terdapat mata air. 3. 4. Kondisi Iklim Menurut sistem klasifikasi Schmidt - Ferguson, Kota Cilegon mempunyai tipe iklim B dengan bulan basah sepanjang tahun (Aji, 2006). Rata - rata jumlah bulan basah sebesar 9,8 bulan dan bulan kering sebesar 1,6 bulan. Nilai Q yang diperoleh sebesar 16,3 %. Menurut sistem klasifikasi Oldeman, Kota Cilegon mempunyai tipe iklim B1. Menurut sistem klasifikasi Oldeman, panjang periode bulan basah adalah 9 bulan yaitu mulai bulan Oktober sampai dengan bulan Mei dan tanpa bulan kering. Berdasarkan hasil penelitian Aji (2006), curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan rataan curah hujan bulanan sebesar 326 mm. Bulan September merupakan awal musim penghujan dan mencapai puncaknya pada bulan Januari. Bulan Juni curah hujan mulai rendah (di bawah 200 mm) dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus dengan rataan bulanan sebesar 154 mm. Besarnya curah hujan tahunan berkisar antara 1.374 - 5.716 mm/tahun. Suhu rata - rata Kota Cilegon berkisar antara 26,2 - 27,3oC. Suhu terendah pada bulan Januari yaitu 26,2 oC dan tertinggi pada bulan Oktober yaitu 27,3oC. Suhu mengalami penurunan pada musim hujan yaitu pada bulan November. Suhu mengalami kenaikan kembali pada bulan Mei yang merupakan bulan peralihan musim. Awal musim kemarau yaitu pada bulan Juni dan berakhir pada bulan Agustus. Kota Cilegon mempunyai panjang periode bulan basah 9 bulan yaitu mulai bulan Oktober sampai dengan bulan Mei tanpa bulan kering dengan kisaran curah hujan 145 mm - 326 mm.
72 3. 5. Jenis Batuan Jenis bantuan yang terdapat di Kota Cilegon terdiri dari batuan vulkanik dan aluvium. Jenis batuan tersebut mempunyai sebaran sebagai berikut: •
Lava dan Breksi Gunung Gede tersebar di bagian utara,
•
Breksi dan tuva Gunung Gede tersebar di bagian wilayah tengah sampai barat,
•
Endapan sungai berada di antara sebaran lava/breksi Gunung Gede dan Breksi/tuva Gunung Gede,
•
Breksi dan tuva danau tersebar di bagian tengah, barat dan selatan,
•
Tuva dan breksi Gunung Tukang berada di bagian barat daya, dan
•
Tuva Gunung Danau berada di bagian timur.
3. 6. Jenis Tanah Keadaan tanah Kota Cilegon merupakan hasil pelapukan batuan vulkanik Gunung Gede. Jenis tanah yang dijumpai berwarna coklat muda, coklat tua dengan tekstur halus - kasar, termasuk jenis tanah lempung, lempung pasiran dan pasir. Jenis tanah pasir atau yang bersifat pasiran meresapkan air cukup baik. Tanah aluvium dijumpai di wilayah utara Kota Cilegon dicirikan dengan warna abu-abu muda kecoklatan dan bersifat agak lepas, ukuran butir dari lempung hingga pasir, teksur halus - kasar. Jenis - jenis tanah yang ditemui di Kota Cilegon adalah aluvial, latosol, regosol.
73
IV. METODE PENELITIAN
4. 1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kota Cilegon selama dua bulan yaitu pada bulan Juni - Juli 2006.
Pengukuran kualitas udara dilakukan di enam lokasi yang
mewakili peruntukan padat transportasi (2 lokasi), permukiman (2 lokasi) dan industri (2 lokasi). Analisis udara ambien dilakukan di Laboratorium PT. Unilab Perdana Jakarta. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. 4. 2. Bahan dan Alat Peralatan yang digunakan untuk pengukuran kualitas udara di Kota Cilegon dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Peralatan yang Digunakan Alat
Air Sampler CO meter High Volume Sampler Sound Level Meter Stopwatch Thermometer Hygrometer Anemometer jenis baling-baling GPS Kamera
Pengukuran NO2, SO2 CO Debu, HC, Pb Kebisingan Lama waktu pengukuran Suhu udara Kelembaban udara Kecepatan dan arah angin Titik koordinat Dokumentasi
4. 3. Jenis dan Cara Pengambilan Data Data yang diperlukan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer yaitu konsentrasi debu, HC, CO, SO2, NO2, Pb dan kebisingan serta kondisi meteorologi pada saat pengukuran. Data sekunder terdiri dari: 1. Konsentrasi udara ambien di lokasi yang sama tahun 2004 - 2005. 2. Jumlah kendaraan bermotor Kota Cilegon dan data produksi PT. Krakatau Steel sebagai data penunjang.
42
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian.
42 4. 4. Tahapan Penelitian 4. 4. 1. Pemilihan Lokasi Pengukuran di Lapangan Pemilihan lokasi pengukuran di lapangan disebabkan keenam lokasi terletak di pusat kota dan mewakili berbagai peruntukan lahan (padat transportasi, permukiman dan industri). Parameter - parameter yang diukur adalah debu, HC, CO, NO2, SO2, Pb dan kebisingan. Selain parameter - parameter di atas parameter meteorologi pada saat pengukuran juga diukur yaitu waktu pengukuran, suhu udara, arah dan kecepatan angin, kelembaban udara dan kondisi cuaca. Pengelompokan lokasi pengukuran dan parameter yang diukur disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. No. 1.
Lokasi Pengukuran Kualitas Udara Ambien Kota Cilegon Peruntukan
2.
Padat transportasi Permukiman
3.
Industri
Lokasi Nirmala Optik Polres Cilegon Arga Baja Pura Palm Hills Gerem Raya Semang Raya
Parameter Debu, HC, CO, NO2, SO2, Pb, dan kebisingan.
Kondisi meteorologis Waktu, suhu udara, arah dan kecepatan angin, kelembaban udara dan kondisi cuaca.
4. 4. 2. Pengukuran 1). Konsentrasi debu, HC, CO, NO2, SO2 dan Pb Pengambilan contoh udara untuk analisis NO2 dan SO2 dilakukan dengan metode tidak langsung melalui penangkapan udara di lapangan dengan bantuan pereaksi kimia. Pereaksi kimia tersebut ditempatkan di dalam tabung impinger, kemudian udara dialirkan melalui tabung tersebut dengan bantuan pompa udara dengan kecepatan alir tertentu. Kandungan gas - gas di udara akan bereaksi dan terikat dengan pereaksi (absorben) yang terdapat pada tabung impinger, kemudian setelah pengukuran berakhir dilakukan analisis di laboratorium. Pengambilan contoh udara untuk pengukuran kadar debu, HC dan Pb menggunakan filter debu dan pompa hisap. Pompa udara yang digunakan untuk debu adalah jenis High Volume Sampler (HVS). Pengukuran CO dan kebisingan dengan metode langsung yaitu menggunakan alat CO meter dan Sound Level Meter sehingga konsentrasinya dapat diperoleh secara langsung di lapangan.
43 2). Analisis debu, HC, NO2, SO2 dan Pb Seluruh contoh udara dianalisis di Laboratorium PT. Unilab Perdana Jakarta, metoda dan alat analisis yang digunakan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. No. 1. 2. 3. 4. 5.
Metode Analisis Parameter Debu HC NO2 SO2 Pb
Metode analisis Gravimetri Kromatograp Saltzman Pararosanilin Dekstruksi basah
Alat analisis Analitical Balance Spectrofotometer Spectrofotometer Spectrofotometer Spectrofotometer
Alat sampling HVS HVS Gas Sampler Gas Sampler HVS
4. 5. Analisis Data Konsentrasi udara ambien hasil pengukuran kemudian dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No. 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional, kemudian dievaluasi dengan data konsentrasi udara ambien di lokasi yang sama dari tahun 2004 - 2005. Data disajikan dalam bentuk tabel dan diagram untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
44
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5. 1. Karakteristik Lokasi Pengukuran Pengukuran dilakukan di enam lokasi yaitu Nirmala Optik, Polres Cilegon, Arga Baja Pura, Palm Hills, Gerem Raya dan Semang Raya, karakteristik dari keenam lokasi pengukuran sebagai berikut: 1. Nirmala Optik Lokasi pengukuran merupakan perwakilan dari peruntukan padat transportasi. Nirmala Optik berada di pusat kota serta merupakan pusat pertokoan, pemerintahan dan perbelanjaan. Selain itu lokasi terletak di pinggir jalan utama Kota Cilegon dan dekat (20 meter) dari pasar tradisional. Kondisi di sekitar Nirmala Optik juga padat bangunan, dari ruko, gedung, pasar sampai kios - kios dan warung.
Gambar 2. Lokasi pengukuran Nirmala Optik. 2. Polres Cilegon Polres Cilegon merupakan perwakilan dari peruntukan padat transportasi, terletak di jalan utama Kota Cilegon dan berdampingan dengan komplek perkantoran Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon, selain itu lokasi juga berjarak 100 meter dengan pusat perbelanjaan terbesar di Kota Cilegon.
45 3. Arga Baja Pura Lokasi pengukuran merupakan perwakilan dari peruntukan permukiman, titik pengukuran terletak di lapangan sepakbola komplek Arga Baja Pura. Perumahan ini hanya berjarak 1 km dari komplek industri Krakatau atau Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC). 4. Palm Hills Lokasi pengukuran merupakan perwakilan dari peruntukan permukiman, lokasi terletak di atas bukit komplek Palm Hills. Palm Hills merupakan komplek perumahan kelas atas di Kota Cilegon dengan rumah - rumah yang mewah.
Gambar 3. Lokasi pengukuran Palm Hills. 5. Gerem Raya Gerem Raya merupakan perwakilan dari peruntukan industri (kawasan industri), di sekitar lokasi terdapat beberapa pabrik diantaranya PT. Amoco Mitsui PTA Indonesia dan PT. Peni.
Gambar 4. Lokasi pengukuran Gerem Raya.
46 6. Semang Raya Lokasi pengukuran merupakan perwakilan dari peruntukan industri. Lokasi pengukuran berada di ketinggian yang sejajar dengan cerobong pabrik PT. Krakatau Steel sehingga dari lokasi pengukuran dapat terlihat dengan jelas cerobong pabrik PT. Krakatau Steel.
Gambar 5. Lokasi pengukuran Semang Raya. 5. 2. Konsentrasi Polutan di tiap Lokasi Berdasarkan hasil pengukuran, masing - masing lokasi memiliki konsentrasi polutan yang berbeda. Konsentrasi polutan hasil pengukuran disajikan pada Tabel 4, sedangkan kondisi meteorologis pada saat pengukuran di tiap lokasi disajikan pada Tabel 5.
42
Tabel 4. Konsentrasi Polutan Hasil Pengukuran No Peruntukan 1.
2.
Lokasi
Padat
Nirmala Optik
Debu (µg/m3) 686*
transportasi
Polres Cilegon
382*
523*
4.571
27,30
13,97
0,26
75,7*
Permukiman Arga Baja Pura
120
137
1.029
9,57
5,14
0,07
55,2*
90
124
800
6,59
5,42
0,05
51,5
Gerem Raya
432*
719*
7.771
20,28
15,38
0,37
70,9*
Semang Raya
102
170*
1.371
11,17
11,46
0,09
59,9
Palm Hills 3.
Industri
HC (µg/m3) 686*
CO (µg/m3) 5.600
NO2 (µg/m3) 37,81
SO2 (µg/m3) 17,70
Pb (µg/m3) 0,39
Kebisingan (Desibel) 81,2*
Keterangan: * = Melebihi baku mutu. Baku mutu debu = 230 µg/m3, HC = 160 µg/m3, CO = 10.000 µg/m3, NO2 = 150 µg/m3, SO2 = 365 µg/m3, Pb = 2 µg/m3. Baku mutu kebisingan; padat transportasi = 70 dB, permukiman = 55 dB, industri = 70 dB.
42 Tabel 5. Lokasi
Kondisi Meteorologis saat Pengukuran Waktu
Jam
Suhu
(WIB)
(0C)
Kelembaban (%RH)
Nirmala Optik
Arah angin dominan dari
Kec angin rata-rata (km/jam)
Cuaca
3 - 4 Juli 2006
11.00 - 23.00
26 - 34
57 - 81
Barat
2,6
Cerah
23.00 - 11.00
24 - 30
70 - 84
Timur
1,8
Cerah
3 - 4 Juli 2006
10.30 - 22.30
25 - 35
55 - 84
Selatan
4,7
Cerah
22.30 - 10.30
24 - 34
56 - 88
Utara
2,4
Cerah
Arga Baja Pura
7 Juli 2006
12.30 - 15.30
32 - 35
56 - 64
Barat
3,4
Cerah
Palm Hills
7 Juli 2006
13.15 - 16.15
30 - 33
62 - 68
Utara
10,9
Cerah
Gerem Raya
7 Juli 2006
08.50 - 11.50
32 - 34
58 - 64
Timur
3,6
Cerah
Semang Raya
5 - 6 Juli 2006
10.00 - 22.00
23 - 33
60 - 92
Utara
4,6
Berawan
22.00 - 10.00
23 - 32
64 - 94
Selatan
2,0
Cerah
Polres Cilegon
5. 2. 1. Padat Transportasi Nirmala Optik dan Polres Cilegon merupakan daerah pertokoan dan pusat kegiatan manusia. Lokasi pengukuran berada tepat di pinggir jalan raya Kota Cilegon, jalan raya Kota Cilegon merupakan jalur utama keluar dan masuk Pulau Jawa bagian barat. Nirmala Optik dan Polres Cilegon dengan sumber polutan yang sama (transportasi) memiliki konsentrasi debu yang berbeda (Tabel 4). Nirmala Optik memiliki konsentrasi debu sebesar 686 µg/m3, sedangkan Polres Cilegon memiliki konsentrasi debu sebesar 382 µg/m3. Meskipun konsentrasi debu di Polres Cilegon lebih rendah dibandingkan Nirmala Optik, tetapi kedua lokasi telah melebihi baku mutu yang berlaku (230 µg/m3), hal ini disebabkan kedua lokasi berada di tepi jalan utama Kota Cilegon, sering terjadi kemacetan, serta terdapat aktivitas perdagangan dan perkantoran yang menghasilkan emisi debu ke udara. Selain itu juga disebabkan oleh kondisi jalan yang bergelombang dan banyak lubang serta terdapat pasir pada aspal jalan sehingga jika kendaraan melintas, pasir tersebut terkena putaran ban (bergesekan) dan menyebabkan pasir beterbangan. Konsentrasi hidrokarbon (HC) pada kedua lokasi juga berbeda, Nirmala Optik memiliki konsentrasi HC sebesar 686 µg/m3, sedangkan Polres Cilegon sebesar 523 µg/m3. Konsentrasi CO, NO2, SO2 dan Pb juga berbeda di kedua lokasi, Nirmala Optik memiliki konsentrasi CO, NO2, SO2 dan Pb yang lebih tinggi dibandingkan dengan Polres Cilegon.
43 Kebisingan di Nirmala Optik sebesar 81,2 dB dan Polres Cilegon sebesar 75,7 dB. Berdasarkan baku tingkat kebisingan Nirmala Optik dan Polres Cilegon termasuk pada peruntukan perdagangan dan jasa dengan baku tingkat kebisingan sebesar 70 dB. Kebisingan di kedua lokasi ditimbulkan dari kendaraan bermotor dan aktivitas manusia serta pertokoan dan pusat perbelanjaan. Konsentrasi debu, HC, serta kebisingan (melebihi baku mutu) dan CO (hampir mendekati baku mutu) di kedua lokasi dikarenakan tidak terdapat penghijauan yang dapat menahan dan menyaring debu, menyerap polutan, dan meredam kebisingan. Selain tidak terdapat penghijauan, kondisi meterologis kedua lokasi saat pengukuran juga mempengaruhi tingginya konsentrasi polutan. Kedua lokasi berada pada kelerengan 0 - 8% (datar), pada kelerengan yang datar angin akan menyebarkan polutan dengan merata karena sedikitnya halangan. Pengukuran di Nirmala Optik dan Polres Cilegon dilakukan pada hari yang sama (3 - 4 Juli 2006) selama 24 jam dengan perbedaan waktu pengukuran hanya 30 menit (Polres Cilegon memulai pengukuran lebih awal). Nirmala Optik memiliki kisaran suhu udara 260C - 340C pada siang hari dan 240C - 300C pada malam hari, sedangkan Polres Cilegon memiliki kisaran suhu udara 250C - 350C pada siang hari dan 240C - 340C pada malam hari. Tjasjono (1999) menyatakan bahwa kelembaban udara (RH) yang rendah akan menyebabkan konsentrasi polutan meningkat. Berdasarkan hasil pengukuran Nirmala Optik memiliki kelembaban udara (% RH) sebesar 57 - 81% pada siang hari dan 70 - 84% pada malam hari, sedangkan Polres Cilegon memiliki kelembaban udara (% RH) 55 - 84% pada siang hari dan 56 - 88% pada malam hari. Arah angin dominan Nirmala Optik berasal dari barat menuju ke timur (Kecamatan Jombang dan Citangkil) yang merupakan pusat aktivitas dan permukiman. Hal ini sangat berbahaya terutama berkaitan dengan penyebaran dan kemungkinan akumulasi polutan. Angin dapat membawa polutan ke kawasan permukiman dan terjadi akumulasi sehingga dapat membahayakan bagi kesehatan manusia. Arah angin dominan Polres Cilegon berasal dari timur menuju barat (Kecamatan Jombang) yang merupakan pusat aktivitas dan permukiman. Hal ini juga sangat membahayakan bagi kesehatan manusia.
44 Nirmala Optik memiliki kecepatan angin rata - rata 2,6 km/jam pada siang hari dan 1,8 km/jam pada malam hari, sedangkan Polres Cilegon memiliki kecepatan angin rata - rata 4,7 km/jam pada siang hari dan 2,4 km/jam pada malam hari. Angin akan mempengaruhi kecepatan penyebaran polutan dengan udara disekitarnya. Semakin tinggi kecepatan angin maka pencampuran dan penyebaran polutan dari sumber emisi di atmosfer akan semakin besar sehingga konsentrasi zat pencemar menjadi encer, begitu juga sebaliknya. Hal ini akan menurunkan konsentrasi zat polutan di udara.
5. 2. 2. Permukiman Pada peruntukan permukiman, yang diwakili oleh Arga Baja Pura dan Palm Hills dengan sumber polutan yang sama yaitu aktivitas rumah tangga seharihari seperti membakar sampah, menyapu halaman, memasak dan lain - lain memiliki konsentrasi polutan yang berbeda. Arga Baja Pura memiliki konsentrasi debu, HC, CO, NO2, SO2 dan kebisingan lebih tinggi dibandingkan dengan Palm Hills, sedangkan untuk konsentrasi Pb kedua lokasi memiliki konsentrasi yang sama. Tingginya konsentrasi polutan di Arga Baja Pura dibandingkan dengan Palm Hills dikarenakan jarak dengan sumber pencemar, letak topografi, kondisi sekitar perumahan dan kondisi meteorologis kedua lokasi. Sumber pencemar digolongkan berdasarkan mobilitas sumber pencemar, yaitu sumber diam (stationary) dan sumber bergerak (kendaraan). Cerobong pabrik dan PLTU merupakan contoh sumber pencemar diam dan kendaraan bermotor adalah sumber pencemar bergerak. Arga Baja Pura terletak dipinggir jalan utama yang menghubungkan Cilegon dengan Merak, lokasi juga merupakan perumahan yang terdekat (berjarak 1 km) dengan Kawasan Industri Krakatau atau Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC), lain halnya dengan Palm Hills yang kondisinya jauh (berjarak 2 km) dari jalan utama Kota Cilegon. Arga Baja Pura berada pada kelerengan 0 - 8% (datar) sedangkan Palm Hills berada pada kelerengan 15 - 25% (agak curam). Pada kelerengan yang datar (Arga Baja Pura), angin akan menyebarkan polutan dengan merata karena
45 sedikitnya halangan, sedangkan Palm Hills yang terletak di atas bukit sulit dijangkau oleh polutan. Menurut Sastrawijaya (1991), kecepatan angin akan mempengaruhi distribusi pencemar. Konsentrasi pencemar akan berkurang jika angin berkecepatan tinggi dan membagikan kecepatan tersebut secara mendatar atau vertikal. Angin dapat berperan sebagai pengencer polutan, kecepatan angin akan mengalami peningkatan seiring dengan ketinggian tempat. Semakin tinggi letak suatu tempat maka konsentrasi polutan semakin rendah karena dalam perjalanannya telah terjadi pengenceran. Perbedaan kondisi meteorologi pada saat pengukuran juga berpengaruh, diantaranya suhu udara, kelembaban udara, arah angin dan kecepatan angin. Pengukuran di kedua lokasi dilakukan pada hari yang sama dan hanya berbeda 45 menit (Arga Baja Pura memulai pengukuran lebih awal) dan didapatkan hasil bahwa suhu udara di Arga Baja Pura lebih tinggi yaitu sebesar 320C - 350C sedangkan Palm Hils sebesar 300C - 330C. Untuk kelembaban udara, Arga Baja Pura memiliki %RH lebih rendah sebesar 56 - 64% dibandingkan dengan Palm Hills sebesar 62 - 68%. Kecepatan angin rata - rata Arga Baja Pura lebih rendah dibandingkan dengan Palm Hills, Arga Baja Pura sebesar 3,4 km/jam sedangkan Palm Hills 10,9 km/jam, dengan arah angin dominan berasal dari barat menuju timur (Arga Baja Pura) dan dari utara menuju selatan (Palm Hills). Kecepatan angin di Palm Hills yang tinggi akan mempengaruhi kecepatan penyebaran polutan dan pencampuran polutan dengan udara di sekitarnya. Semakin tinggi kecepatan angin maka pencampuran dan penyebaran polutan dari sumber emisi di atmosfer akan semakin besar sehingga konsentrasi zat pencemar menjadi encer, hal ini akan menurunkan konsentrasi zat polutan di udara. 5. 2. 3. Industri Pada peruntukan industri, yang diwakili oleh Gerem Raya dan Semang Raya dengan sumber polutan yang sama yaitu cerobong pembuangan, aktivitas produksi, aktivitas kendaraan berat yang keluar masuk industri memiliki konsentrasi debu, HC, CO, NO2, SO2 dan Pb yang berbeda. Gerem Raya memiliki konsentrasi debu, HC, CO, NO2, SO2 dan Pb lebih tinggi dibandingkan dengan Semang Raya.
46 Tingginya konsentrasi polutan di Gerem Raya dibandingkan dengan Semang Raya dikarenakan jarak dengan sumber pencemar, kondisi sekitar dan kondisi meteorologis kedua lokasi. Sumber pencemar digolongkan menjadi sumber titik, sumber garis dan sumber area. Gerem Raya berdekatan dengan Pelabuhan Merak (berjarak 5 km) dibandingkan dengan Semang Raya (berjarak 15 km). Pelabuhan Merak merupakan sumber pencemar titik sedangkan kawasan industri Merak merupakan sumber pencemar area. Selain itu Gerem Raya terletak dipinggir jalan utama yang menghubungkan Cilegon dan Merak. Gerem Raya berada pada kelerengan 0 - 8% (datar) sedangkan Semang Raya berada pada kelerengan 15 - 25% (agak curam). Pada kelerengan yang datar (Gerem Raya), angin akan menyebarkan polutan dengan merata karena sedikitnya halangan. Perbedaan kondisi meteorologi pada saat pengukuran juga berpengaruh, diantaranya suhu udara, kelembaban udara, arah angin dan kecepatan angin. Pengukuran di kedua lokasi didapatkan hasil bahwa suhu udara di Gerem Raya (pengukuran selama 3 jam) lebih tinggi yaitu sebesar 320C - 340C sedangkan Semang Raya (pengukuran selama 24 jam) sebesar 230C - 330C pada siang hari dan 230C - 320C pada malam hari. Untuk kelembaban udara, Gerem Raya memiliki %RH lebih rendah sebesar 58 - 64% dibandingkan dengan Semang Raya sebesar 60 - 92% pada siang hari dan 64 - 94% pada malam hari. Kecepatan angin rata - rata Gerem Raya lebih rendah dibandingkan dengan Semang Raya, Gerem Raya sebesar 3,6 km/jam sedangkan Semang Raya 4,6 km/jam pada siang hari dan 2,0 km/jam pada malam hari, dengan arah angin dominan berasal dari utara menuju selatan (Gerem Raya) dan dari selatan menuju utara (Semang Raya). Kecepatan angin di Semang Raya yang tinggi akan mempengaruhi kecepatan penyebaran polutan dan pencampuran polutan dengan udara di sekitarnya.
47 5. 3. Manfaat Hutan Kota Manfaat hutan kota dapat dilihat dari jarak lokasi dengan hutan kota dan konsentrasi polutan di lokasi tersebut. Jarak antar lokasi pengukuran dengan hutan kota (Pusdiklat PT. KS) dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. No 1.
Jarak antar Lokasi Pengukuran dengan hutan kota Peruntukan
2.
Padat transportasi Permukiman
3.
Industri
Lokasi Nirmala Optik Polres Cilegon Arga Baja Pura Palm Hills Gerem Raya Semang Raya
Jarak hutan kota 2,73 km 1,69 km 0,78 km 1,56 km 3,9 km 4,29 km
Pada peruntukan padat transportasi, Nirmala Optik yang berjarak 2,73 km dari hutan kota memiliki konsentrasi debu, HC, CO, NO2, SO2, Pb dan kebisingan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Polres Cilegon yang berjarak 1,69 km dari hutan kota. Sebaliknya pada peruntukan permukiman dan industri, lokasi yang lebih dekat dengan hutan kota memiliki konsentrasi lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi yang jauh dengan hutan kota. Hal ini dikarenakan jarak dengan sumber pencemar, kondisi meteorologis dan kondisi topografi lokasi pengukuran. 5. 4. Evaluasi Konsentrasi Polutan dan Kebisingan Berdasarkan evaluasi konsentrasi polutan dan kebisingan dari tahun 2004 2006, pada peruntukan padat transportasi Nirmala Optik dan Polres Cilegon mengalami peningkatan konsentrasi debu, HC, CO, NO2, SO2, Pb dan kebisingan. Tabel dan diagram konsentrasi polutan dan kebisingan dapat dilihat pada Lampiran 2. Peningkatan tersebut disebabkan semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di Kota Cilegon, hal ini terlihat dari tabel jumlah kendaraan bermotor dari tahun 2001 - 2005 (Lampiran 3). Dari jumlah kendaraan bermotor 4.014 pada tahun 2001 meningkat menjadi 10.975 kendaraan pada tahun 2005. Kota Cilegon merupakan kota industri besar, kemajuan bidang industri senantiasa diikuti dengan kenaikan jumlah penduduk, hal ini berdampak terhadap kebutuhan akan transportasi, baik transportasi umum maupun transportasi pribadi, selain itu Kota Cilegon juga merupakan pintu keluar masuk Pulau Jawa bagian
48 barat yang menjadi lintasan kendaraan bermotor baik yang menuju dan keluar Kota Cilegon. Hal ini diperkirakan menjadi faktor terhadap peningkatan konsentrasi polutan akibat emisi (pelepasan) dari kendaraan bermotor. Pada peruntukan permukiman dan industri, konsentrasi debu, HC, CO, NO2, SO2, Pb dan kebisingan juga mengalami peningkatan. Hal tersebut diakibatkan dari penambahan luas lahan untuk perumahan dan jumlah kepala keluarga pada peruntukan permukiman, sedangkan pada peruntukan industri disebabkan oleh peningkatan produksi dan penambahan luas lahan untuk industri. Dampak dari kenaikan jumlah penduduk di Kota Cilegon menyebabkan kebutuhan lahan untuk permukiman meningkat, dari luas lahan 4.160,31 Ha pada tahun 2002 meningkat menjadi 4.815,82 Ha pada tahun 2004 (Bapeda Kota Cilegon). Untuk jumlah rumah, peningkatan dilihat dari jumlah RT Kota Cilegon dari tahun 2000 - 2005 serta jumlah kepala keluarga (KK) Kota Cilegon tahun 2000 - 2005 (Lampiran 3). Peningkatan jumlah produksi (PT. Krakatau Steel) merupakan salah satu penyebab meningkatnya konsentrasi polutan di Kota Cilegon. PT. Krakatau Steel yang memproduksi besi spons, slab baja, baja lembaran panas, baja lembaran dingin, billet baja dan batang kawat mengalami peningkatan produksi dari tahun 2004 sampai tahun 2005 (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Cilegon), disajikan pada Lampiran 4. Selain itu luas lahan untuk industri juga meningkat dari 2.238,67 Ha pada tahun 2002 menjadi 2.955,51 Ha pada tahun 2004. Kondisi tersebut bisa menjadi ancaman serius bila tidak dilakukan tindakan. Bukan saja bagi lingkungan, tapi lebih jauh bisa mengakibatkan menurunnya derajat kesehatan masyarakat Kota Cilegon dengan berjangkitnya penyakit saluran pernapasan akibat polusi udara. Upaya penanggulangan yang bisa dilakukan yaitu dengan membangun hutan kota sepanjang jalur jalan pada peruntukan padat transportasi dan taman, arboretum serta tegakan campuran pada peruntukan permukiman dan industri.
49 5. 5. Pembangunan Hutan Kota Pembangunan hutan kota di Kota Cilegon diusulkan dilakukan di seluruh lokasi tetapi dengan tetap memperhatikan ketersediaan lahan yang ada di masing masing lokasi. Dahlan (1992) mengatakan untuk mendapatkan hasil pertumbuhan tanaman serta manfaat hutan kota yang maksimal, beberapa informasi yang perlu diperhatikan dan dikumpulkan antara lain: 1. Persyaratan edaphis: pH, jenis tanah, tekstur, altitude, salinitas dan lain-lain, 2. Persyaratan meteorologis: suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, radiasi matahari, 3. Persyaratan silvikultur: kemudahan dalam hal penyediaan benih dan bibit dan kemudahan dalam tingkat pemeliharaan, 4. Persyaratan umum tanaman: Tahan terhadap hama dan penyakit, cepat tumbuh, kelengkapan jenis dan penyebaran jenis, mempunyai umur yang panjang, mempunyai bentuk yang indah, ketika dewasa sesuai dengan ruang yang ada, kompatibel dengan tanaman lain, serbuk sarinya tidak bersifat alergis, 5. Persyaratan untuk pohon peneduh jalan: Mudah tumbuh pada tanah yang padat, tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah, tahan terhadap hembusan angin yang kuat, dahan dan ranting tidak mudah patah, pohon tidak mudah tumbang, buah tidak terlalu besar, serasah yang dihasilkan sedikit, tahan terhadap pencemar dari kendaraan bermotor dan industri, luka akibat benturan mobil mudah sembuh, cukup teduh tetapi tidak terlalu gelap, kompatibel dengan tanaman lain, daun, bunga, buah, batang dan percabangannya secara keseluruhan indah, pada saat dewasa cocok dengan ruang yang tersedia, berumur panjang, pertumbuhan cepat, tahan terhadap hama dan penyakit, dan 6. Persyaratan estetika: Mempunyai tajuk dan bentuk percabangan yang indah, bunga dan buahnya memiliki warna dan bentuk yang indah.
50 5. 5. 1. Peruntukan Padat Transportasi Hutan kota yang dibangun pada peruntukan padat transportasi yaitu berupa jalur hijau terutama di sepanjang jalan utama Kota Cilegon. Tanaman yang terdapat di jalur hijau digolongkan sebagai berikut (Harsana, 2004): 1). Pohon yang berfungsi sebagai peneduh, pengarah, penghalang terik matahari, pengatur iklim mikro, memberikan keseimbangan lingkungan dan memberikan pengaruh psikologis bagi pengguna jalan, memberikan perasaan nyaman serta memberikan perasaan senang dengan keindahan yang dimiliki, 2). Semak atau perdu yang berfungsi sebagai pembatas jalur jalan, pembatas visual, pengarah, mengurangi silau cahaya lampu kendaraan dan pemberi nilai estetis. Kota Cilegon memiliki jalan utama yang memanjang dan lurus sehingga untuk menghindari kejenuhan dan cahaya silau serta mempercantik kota perlu ditanam pohon sepanjang jalan (Green belt). Jenis - jenis pohon yang dapat ditanam pada jalur hijau diantaranya Mimusops elengi (tanjung), Swietenia macrophylla (mahoni), Lagerstroemia speciosa (bungur), Oreodoxa regia (palm raja), Pterocarpus indicus (angsana) dan Filicium decipiens (krey payung). Hutan kota dengan fungsi peneduh jalan, penanamannya dilakukan dengan berselang - seling dengan berganti - ganti jenis, atau satu jalur jalan hanya ditanami dengan jenis tertentu sedangkan bagian jalan lainnya dengan jenis tanaman yang berbeda dengan ruas jalan sebelumnya. Kemampuan tanaman untuk beberapa jenis tanaman pelindung yang biasanya ditemukan dalam hutan kota dengan berbagai ukuran daun akan menghasilkan besaran luas area teduh yang berbeda. Daftar tanaman peneduh jalan dapat dilihat pada Lampiran 7. 5. 5. 2. Peruntukan Permukiman Menurut Fakuara (1986), bentuk hutan kota permukiman yang dapat dikembangkan antara lain : 1. Taman bermain untuk anak - anak, tanaman yang di tanam di dalamnya adalah dari kombinasi yang ketinggiannya berbeda, disusun sedemikian rupa untuk memenuhi fungsi keindahan, meredam suara, produksi oksigen dan meningkatkan kenyamanan.
51 2. Tanaman tepi jalan/trotoar, dibuat untuk tujuan meredam suara, menguapkan air genangan, meningkatkan kenyamanan serta menahan silau sinar kendaraan di malam hari. Jenis pohon yang dipakai untuk tujuan ini adalah jenis pohon yang tidak terlalu tinggi, tajuknya rimbun serta tingkat transpirasinya relatif tinggi. 3. Tanaman pekarangan. 4. Hutan kota. Taman berisikan jenis vegetasi yang cukup beragam (multi jenis). Jumlah vegetasi pengisi berkisar antara lima hingga dua puluh jenis vegetasi yang terdiri atas vegetasi pohon dan non pohon, tetapi lebih didominasi oleh pohon. Adapun jenis - jenis pohon yang dominan di taman diantaranya yaitu Samanea saman (trembesi), Ficus benjamina (beringin), Delonix regia (flamboyan) dan Caesalpinia pulcherrima (bunga merak). Daftar tanaman taman hutan dapat dilihat pada Lampiran 8. Hutan kota yang berbentuk pekarangan atau halaman rumah memiliki keanekaragaman jenis yang lebih tinggi, sesuai dengan beragamnya pula minat tiap pemilik rumah. Pada umumnya, tanaman - tanaman yang ditanam di halaman rumah berupa jenis tanaman hias yang ukurannya relatif tidak begitu besar. Jenis jenis pohon besar yang ditanam di halaman rumah antara lain Mangifera indica (mangga), Nephelium lapacceum (rambutan), Durio zibethinus (durian) dan Averrhoa carambola (belimbing). Daftar tanaman kebun dan halaman dapat dilihat pada Lampiran 9. Sedangkan jenis tanaman hias yang ditanam di halaman rumah antara lain Chlorophytum comosum (lili alang putih), kaktus kodok dan Rosa hybrida Hart. (bunga mawar). Daftar tanaman hias dapat dilihat pada Lampiran 6. 5. 5. 3. Peruntukan Industri Menurut Fakuara (1986), bentuk hutan kota kawasan industri yang dapat dikembangkan antara lain: 1. Taman kawasan industri, 2. Hutan kota, 3. Taman parkir, dan
52 4. Jalur hijau sepanjang jalan di dalam kawasan industri. Taman kawasan industri dibuat dengan tujuan untuk istirahat para pekerja, sebagai tempat yang terlindungi secara alami dari kebisingan, debu dan gas buangan industri. Untuk dapat meredam debu udara, maka dipilih tanaman yang mempunyai tajuk yang rimbun dan rapat serta berdaya tahan tinggi. Untuk menyerap gas, maka dipilih tanaman yang mempunyai stomata yang banyak serta mempunyai ketahanan yang baik terhadap gas tertentu, mempunyai tingkat pertumbuhan yang cepat, dan tahan terhadap serangan angin. Jika digunakan untuk meredam kebisingan maka dipilih tanaman yang rimbun daunnya, sedangkan untuk penghasil oksigen adalah yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang cepat. Pada kawasan industri bentuk dan struktur hutan kota dibuat mengelompok (terkonsentrasi) dengan multi strata dan jenis yang sedikit (tegakan yang kompak). Pohon yang dipilih memiliki tajuk yang rapat dan jumlah daun yang banyak, memiliki sistem perakaran yang sangat kuat dan dalam, serasah yang dihasilkan cukup banyak karena lantai hutan juga mampu menyerap gas - gas berbahaya dari industri.
53
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6. 1. Kesimpulan 1. Parameter debu, HC dan kebisingan mempunyai nilai konsentrasi polutan dan kebisingan di atas baku mutu, sementara CO hampir mendekati baku mutu. Lokasi yang mempunyai nilai konsentrasi polutan di atas baku mutu udara yaitu Nirmala Optik, Polres Cilegon, Gerem Raya, Arga Baja Pura dan Semang Raya, sedangkan parameter NO2, SO2 dan Pb mempunyai nilai konsentrasi di bawah baku mutu udara. 2. Berdasarkan evaluasi konsentrasi polutan dan kebisingan dari tahun 2004 2006, seluruh lokasi mengalami peningkatan konsentrasi polutan dan kebisingan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah kendaraan bermotor, kenaikan jumlah kepala keluarga dan peningkatan produksi di Kota Cilegon, untuk itu diperlukan tindakan penanggulangan dengan membangun hutan kota. 3. Pembangunan hutan kota di Kota Cilegon diusulkan dilakukan di seluruh lokasi tetapi dengan tetap memperhatikan ketersediaan lahan yang ada di masing - masing lokasi. 6. 2. Saran 1. Pembangunan hutan kota diharapkan menjadi prioritas utama Pemerintah Kota Cilegon untuk meningkatkan kualitas udara. 2. Peningkatan kerjasama antara Pemerintah Kota Cilegon, industri dan masyarakat dalam hal menjaga lingkungan terutama kualitas udara.
54
DAFTAR PUSTAKA
Aji, B. S. 2006. Pemetaan Penyebaran Polutan sebagai bahan Pertimbangan Pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Cilegon (Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis) [Skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Dahlan, E. N. 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan. APHI. Jakarta. ----------------. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) Bernuansa Hutan Kota. IPB PRESS. Bogor. Fakuara, Y. 1986. Hutan Kota: Peranan dan Permasalahannya [Skripsi]. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Cetakan pertama. Kanisius. Jakarta. Grey, G. W. & F. J. Deneke. 1978. Urban Forestry. John Wiley and Sons. New York. Harsana, B. 2004. Fungsi Pengaman dan Estetika Jalur Hijau Jalan (Studi kasus di Jalan Pajajaran – Bogor) [Skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hasneni. 2004. Evaluasi Tingkat Pencemaran Udara Berdasarkan Konsentrasi Udara Ambien di Kota Bandung [Skripsi]. Departemen Geofisika dan Meteorologi Fakultas Matematika dan IPA. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lakitan, B. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Neiburger, J; G. E. William & D. Bonner. 1995. Memahami Lingkungan Atmosfer kita. Penerbit ITB. Bandung. Pusparini, M. 2002. Evaluasi Tingkat Pencemaran Udara Berdasarkan Konsentrasi Udara Ambien di DKI Jakarta [Skripsi]. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. Fakultas Matematika dan IPA. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rachmawati, D. S. 2005. Peranan Hutan Kota Dalam Menjerap dan Menyerap Timbal (Pb) di Udara Ambien [Skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
55 Sastrawijaya, T. 1991. Pencemaran Lingkungan. PT Rineka Cipta. Jakarta. Soedomo, M. 2001. Kumpulan Karya Ilmiah Pencemaran Udara. Penerbit ITB. Bandung. Sudharnoto, D. 1994. Peran/Fungsi Hutan Kota dalam Meningkatkan Kualitas Lingkungan (Tinjauan Aspek Kebisingan). Magister Ilmu Lingkungan. Program Pascasarjana. Universitas Indonesia. Jakarta. Suharsono, H. 1992. Dampak terhadap Kualitas Udara dan Kebisingan. Kumpulan Kuliah Kursus AMDAL 3. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sukarsono. 1998. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Tumbuhan Di Kebun Raya Bogor. Tesis. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor. Tjasjono, B. 1999. Klimatologi Umum. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
56
57 Lampiran 1. Baku Tingkat Kebisingan berdasarkan KEPMENLH No. 48/MENLH/11/1996 Peruntukan kawasan/ Tingkat lingkungan kegiatan kebisingan (dBA) Peruntukan Kawasan 1. Perumahan dan permukiman 55 2. Perdagangan dan jasa 70 3. Perkantoran dan perdagangan 65 4. Ruang terbuka hijau 50 5. Industri 70 6. Pemerintahan dan fasilitas umum 60 7. Rekreasi 70 8. Khusus • Bandar udara* • Stasiun KA* 70 • Pelabuhan laut 60 • Cagar budaya Lingkungan kegiatan 1. Rumah sakit atau sejenisnya 55 2. Sekolah atau sejenisnya 55 3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55 Keterangan : *) Disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan.
58 Lampiran 2. Evaluasi Konsentrasi Polutan Kota Cilegon Tahun 2004 – 2006 No
Peruntukan
Lokasi
Semester/ Tahun
Debu µg/m3
HC µg/m3
CO µg/m3
NO2 µg/m3
SO2 µg/
Pb µg/m3
1
Padat transportasi
Nirmala Optik
II/2004 I/2005 II/2005 I/2006 II/2004 I/2005 II/2005 I/2006 II/2004 I/2005 II/2005 I/2006 II/2004 I/2005 II/2005 I/2006 II/2004 I/2005 II/2005 I/2006 II/2004 I/2005 II/2005 I/2006
339 522 629 686 204 238 263 382 67 79 92 120 32 52 60 90 306 342 360 432 82 91 95 102
523 621 654 686 170 469 506 523 91 93 104 137 59 65 78 124 550 617 650 719 144 157 163 170
4.229 4.686 5.143 5.600 1.371 4.357 4.400 4.571 686 829 929 1.029 457 457 571 1.486 5.914 6.571 6.685 7.771 814 843 929 1.371
15,86 16,82 18,51 37,81 8,95 16,72 22,08 27,30 7,45 8,05 8,60 9,57 4,78 5,31 6,01 6,59 18,36 19,18 19,22 20,28 9,68 10,08 10,36 11,17
6,26 10,51 14,46 17,70 3,52 9,62 9,76 13,97 3,50 3,91 4,35 5,14 2,44 2,41 4,51 7,40 11,37 12,12 13,55 15,38 5,82 7,28 5,35 11,46
0,21 0,24 0,30 0,39 0,12 0,17 0,24 0,26 <0,03 <0,03 0,04 0,07 <0,03 <0,03 <0,03 0,05 0,12 0,29 0,34 0,37 0,04 0,04 0,05 0,09
Polres Cilegon
2
Permukiman
Arga Baja Pura
Palm Hills
3
Industri
Gerem Raya
Semang Raya
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan dan Energi Kota Cilegon.
1. Diagram konsentrasi Debu dari Tahun 2004 – 2006 di tiap Lokasi Pengukuran Debu 700 600 500 400 µg/m3 300 200 100 0 Nirmala Optik
Polres Cilegon
Arga Baja Palm Hills Gerem Raya Semang Pura Raya Lokasi pengukuran
Smtr II Thn 2004
Smtr I Thn 2005
Smtr II Thn 2005
Smtr I thn 2006
Kebis ingan (dB) 68,5 73,0 73,9 81,2 63,3 64,3 65,5 75,7 44,6 45,6 47,4 55,2 49,1 49,8 50,5 51,5 68,3 69,1 69,6 70,9 45,3 46,3 49,1 59,9
59 Lampiran 2 (lanjutan). 2. Diagram konsentrasi HC dari Tahun 2004 – 2006 di tiap Lokasi Pengukuran HC 800 700 600 500 µg/m3 400 300 200 100 0 Nirmala Optik
Polres Cilegon
Arga Baja Pura
Palm Hills Gerem Raya
Semang Raya
Lokasi pengukuran Smtr II Thn 2004
Smtr I Thn 2005
Smtr II Thn 2005
Smtr I thn 2006
3. Diagram konsentrasi CO dari Tahun 2004 – 2006 di tiap Lokasi Pengukuran CO 8000 7000 6000 5000 µg/m3 4000 3000 2000 1000 0 Nirmala Optik
Polres Cilegon
Arga Baja Pura
Palm Hills Gerem Raya Semang Raya
Lokasi pengukuran Smtr II Thn 2004
Smtr I Thn 2005
Smtr II Thn 2005
Smtr I thn 2006
60 Lampiran 2 (lanjutan). 4. Diagram konsentrasi NO2 dari Tahun 2004 – 2006 di tiap Lokasi Pengukuran NO2 40 35 30 25 µg/m3 20 15 10 5 0 Nirmala Optik
Polres Cilegon
Arga Baja Pura
Palm Hills Gerem Raya
Semang Raya
Lokasi pengukuran Smtr II Thn 2004
Smtr I Thn 2005
Smtr II Thn 2005
Smtr I thn 2006
5. Diagram konsentrasi SO2 dari Tahun 2004 – 2006 di tiap Lokasi Pengukuran SO2 18 16 14 12 µg/m3
10 8 6 4 2 0 Nirmala Optik
Polres Cilegon
Arga Baja Pura
Palm Hills Gerem Raya
Semang Raya
Lokasi pengukuran Smtr II Thn 2004
Smtr I Thn 2005
Smtr II Thn 2005
Smtr I thn 2006
61 Lampiran 2 (lanjutan). 6. Diagram konsentrasi Pb dari Tahun 2004 – 2006 di tiap Lokasi Pengukuran Pb 0.4 0.35 0.3 0.25 µg/m3
0.2 0.15 0.1 0.05 0 Nirmala Optik
Polres Cilegon
Arga Baja Pura
Palm Hills Gerem Raya
Semang Raya
Lokasi pengukuran Smtr II Thn 2004
Smtr I Thn 2005
Smtr II Thn 2005
Smtr I thn 2006
3-D Column 5
7. Diagram Tingkat Kebisingan dari Tahun 2004 – 2006 Kebisingan 90 80 70 60 Desibel
50 40 30 20 10 0 Nirm ala Optik
Polres Cilegon
Arga Baja Palm Hills Pura
Gerem Raya
Sem ang Raya
Lokasi pengukuran Sm tr II Thn 2004
Sm tr I Thn 2005
Sm tr II Thn 2005
Sm tr I thn 2006
62 Lampiran 3. Data Sosial Ekonomi Kota Cilegon 1. Jumlah Kendaraan Bermotor Kota Cilegon Tahun 2001 – 2005 Tahun Jumlah Kendaraan bermotor
2001
2002
2003
2004
2005
4.014
7.631
9.103
10.121
10.975
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Cilegon.
2. Jumlah Kepala Keluarga Kota Cilegon Tahun 2000 – 2004 Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
Jumlah Kepala Keluarga (KK)
62.571
61.646
63.417
66.967
69.513
Sumber: Badan Perencana Daerah Kota Cilegon.
3. Jumlah RT Kota Cilegon 2000 – 2005 Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Jumlah RT
833
860
867
890
910
920
2003
2004
Sumber Data : BKKBN Kota Cilegon.
4. Jumlah Penduduk Kota Cilegon Tahun 2000-2004 Tahun
2000
Jumlah penduduk (jiwa)
294.936
Sumber Data : BPS Kota Cilegon.
2001
2002
301.225 309.097 331.024 334.185
63 Lampiran 4. Jumlah Produksi PT. Krakatau Steel Tahun 2004 – 2005 No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Produksi 2004 Komoditi Jumlah Besi spons 694.179 Slab baja 538.752 Baja lembaran 721.474 panas Baja lembaran 275.032 dingin Billet baja 195.737 Batang kawat 154.758
Satuan ton ton ton ton ton ton
Produksi 2005 Komoditi Jumlah Besi spons 717.845 Slab baja 719.862 Baja lembaran 747.390 panas Baja lembaran 354.600 dingin Billet baja 234.250 Batang kawat 177.283
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Cilegon.
Satuan ton ton ton ton ton ton
64 Lampiran 5. 1. Penggunaan Lahan untuk Permukiman Tahun 2002 dan 2004 Tahun
2002
2004
Luas lahan permukiman
4.160,31 Ha
4.815,82 Ha
Sumber: Bapeda Kota Cilegon.
2. Penggunaan Lahan untuk Industri Tahun 2002 dan 2004 Tahun Luas lahan industri Sumber: Bapeda Kota Cilegon.
2002
2004
2.238,67 Ha
2.955,51 Ha
65 Lampiran 6. Daftar Tanaman Hias No.
Nama Daerah
Nama Latin
No.
Nama Daerah
Nama Latin
1
Air mancur
Jakobinia cornea
63
Landep
Barleria crisfota
2
Air mata pengantin
Antigonon leptosus
64
Lidah mertua
Sanseviera trifasciata
3
Alamanda
Allamanda cathartica
65
Lili paris
Chlorophytum sp.
4
Alokasia
Alocasia sp.
66
Mawar
Rosa hybrida
5
Anyelir
Dianthus caryophyllus
67
Melati
Jasminum sambac
6
Arairut
Marantha arundinacea
68
Miyana mangkuk
Iresina herbstii
7
Bambu kuning
Bambusa vulgaris
69
Monstera
Monstera deliciosa
8
Bakung
Cainum asiaticum
70
Nona makan sirih
Clerodendrum sp.
9
Begonia rambut
Ciscus bicolor
71
Nusa indah
Musaena ahphillippica
10
Begonia rex
Bigonia sp.
72
Ohna
Ochna kirkii
11
Bintang buni
Crytanthus sp.
73
Oleander
Nerium olender
12
Bunga angsa
Aristolochia sp.
74
Pacar
Impatiens balsamina
13
Bunga harumsari
Buddleja asiatica
75
Pacar cina
Agloia odorata
14
Bunga bokor
Hydrangea hortensis
76
Pacing
Costus sp.
15
Bunga kana
Canna indica
77
Palem australia
Normanbya normanbyi
16
Bunga kupu-kupu
Bauhinia purpurea
78
Palem bambu
Chamaedorea erumpius
17
Bunga kancing
Gomphrena globosa
79
Palem bambu
Mascarena sp.
18
Bunga kuku macan
Mucuna bennetii
80
Palem botol
Revaogehaganii
19
Bunga matahari
Helianthus annus
81
Palem ekor ikan
Caryota mitis
20
Bunga mentega
Taberna emontana coronaria
82
Palem pilifina
Veitchia philippinensis
21
Bunga pukul empat
Mirabilis jalapa
83
Palem jari
Rhapis excelsa
22
Bunga tiga hari
Brunfelsia ansericana
84
Palem kipas
Livistona rotundifolia
23
Bugenvil
Bougainvillea spectabilis
85
Palem kuning
Chrysalidocarpus lutescens
24
Bungur
Lagerstroemia indica
86
Palem kol
Licuala grandis
25
Cempaka
Michelia champaka
87
Palem merah
Cyatostachys lakka
26
Cente
Lantana camara
88
Palem raja
Roystonea regia
27
Cocor bebek
Kalanchoe pinnuta
89
Paku pelanduk
Pteris ensiformis
28
Daun beludru
Gynura aurantiaca
90
Pandan hias
Pandanus dubius
29
Daun panah
Syngonium albolineatum
91
Pinang irisan
Ptychosperma macorthurii
30
Daun saputangan
Maniltoa grandiflora
92
Pinang monyet
Areca vestiara
31
Daun zebra
Zebrina pendula
93
Pinang tutul
Pinanga densiflora
32
Dilem
Coleus sp.
94
Pisang hias
Heliconia Collinsiana
33
Drasena
Dracaena sp.
95
Pohon bahagia
Dieffenbachia sp.
34
Duranta
Duranta erecta
96
Pohon saputangan
Browned sp.
35
Duri cangkang
Opuntia schumanii
97
Portulaka
Portulaca grandiflora
36
Ekor cendrawasih
Phylanthus alternifolia
98
Primula
Primula denticulata
37
Ekor keledai
Sedum morgalianum
99
Pucuk emas
Galphinia gracilis
38
Ekor musang
Lycopodium carinatum
100 Pulkra
Kaemferia pluchra
66 39
Kere payung
Filicium decipiens
101 Puring
Codeaum variegatum
40
Flamboyan
Delonix regia
102 Rane
Selaginella plana
41
Gladiol
Gladiolus hortulanus
103 Sambang
Lapsia spinosa
42
Gloxinia
Gloxinia speciosa
104 Sambang colok
Aerva sp.
43
Handeleum
Graptohylum pictum
105 Selandang darah
Hemigraphis alternata
44
Hanjuang
Cordylin sp.
106 Selandang putih
Spathiphylum cannaefalium
45
Herbras
Gerbera jamesonii
107 Senduduk
Melastoma malabathricum
46
Homalomena
Homalomena rubra
108 Seruni
Wedelia montana
47
Jarak
Jatropha multifida
109 Sirih belanda
Scindapsus aureus
48
Kalatea
Calathea sp.
110 Sirih Gading
Rhaphidophora aurea
49
Kastuba
Euphorbia pulcherrima
111 Sirih hias
Peperomia sanderii
50
Kecubung
Dafura metel
112 Suji
Pleomele angustifolia
51
Keladi hias
Caladium sp.
113 Tanaman lurik
Geogenanthus undatus
52
Kembang bulan
Tethonia diversifolia
114 Tanaman mosaik
Fittonia sp.
53
Kembang emas
Stephanotis floribunda
115 Tanaman perak
Pilea cadierei
54
Kembang merak
Caesalpinia pulcherrima
116 Tapak darah
Catharanthus rosea
55
Kembang pita
Storophanthus grandiflora
117 Tatarompetan
Ipomoea tripida
56
Kamboja putih
Plumeria alba
118 Teratai kecil
Nymphaea lotus
57
Kembang sepatu
Hibiscus rosasinensis
119 Terompet gading
Randia maculata
58
Kembang soka
Ixora coccinea
120 Verbena
Verbena laciniata
59
Kembang sungsang
Gloriosa superba
121
Violces
Saintpaulia ionantha
60
Kemuning
Muraya paniculata
122
Wanga
Pigafetta filaris.
61
Kol banda
Pisonia alba
62
Koreopsis
Coreopsis sp.
Sumber: Departemen Kehutanan (2000).
67 Lampiran 7. Daftar Tanaman Sebagai Peneduh Jalan No.
Nama Daerah
Nama Latin
No.
Nama Daerah
Nama Latin
1
Flamboyan
Delonix regia
14
Jakaranda
Jacaranda filicifolia
2
Angsana
Pterocarpus indicus
15
Liang liu
Salix babilinica
3
Ketapang
Terminalia catappa
16
Kismis
Muehlenbeckia sp.
4
Kupu-kupu
Bauhinia purpurea
17
Ganitri
Elaeocarpus spahaericus
5
Kere payung
Filicium decipiens
18
Saga
Adenanthera povoniana
6
Johar
Cassia multiyoga
19
Anting-anting
Elaeocarpus grandiflorus
7
Tanjung
Mimusops elengi
20
Asam kranji
Pithecelobium dulce
8
Mahoni
Swientenia mahagoni
21
Johar
Cassia siamea
9
Akasia
Acacia auriculiformis
22
Cemara
Cupresus papuana
10
Bungur
Lagerstroemia loudonii
23
Pinus
Pinus merkusii
11
Kenari
Canarium commune
24
Beringin
Ficus benjamina
12
Damar
Agathis alba
13
Nyamplung
Calophyllum inophyllum
Sumber: Departemen Kehutanan (2000).
68 Lampiran 8. Daftar Tanaman Taman Hutan No. 1 2 3 4 5 6 7
Nama Daerah Bungur Jening Khaya Pingku Lamtorogung Puspa Kenanga
Nama Latin Lagerstromia speciosa Pithecolobium lobatum Khaya anthotheca Dysoxylum excelsum Leucaena lecocephala Schima wallichii Canangium adoratum
No. 32 33 34 35 36 37 38
Nama Daerah Kepuh Dadap Salam Sungkai Matoa/kasai Locust
Nama Latin Sterculia foetida Erythrina cristagalli Eugenia polyantha Pheronema canescens Pometia pinnata Hymenaea courbaril
8 9
Kisireum Manglid
Eugenia cymosa Michelia velutina
39 40
Ebony/kayuhitam Kempas Sawo kecik
Dyospiros celebica Kompasia excelsa Manilkara kauki
10
Flamboyan
Delonix regia
41
Asam
Tamarindus indica
11 12 13 14 15 16 17 18
Tanjung Trembesi Beringin Kepuh Angsret Nyamplung Leda Tengkawanglayar
Mimusops elengi Samanea saman Ficus benjamina Sterculia foetida Spathodea campanulata Callophylum inophyllum Eucalyptus deglupta Shorea mecistopteryx
42 43 44 45 46 47 48 49
Pingku Johar Angsana Tengkawang layar Kecapi Palem Raja Kalak Saputangan
Dysoxyllum exelsum Cassia grandis Pterocarpus indicus Shorea mecistopteryx Shandoricum koetjape Oerodoxa regia Poliantha lateriflora Maniltoa brawneodes
19 20 21 22 23 24 25 26
Johar Merbau pantai Tengkawangmajau Hoe Merawan Blabag Pala hutan Cemara sumatra
Cassia siamea Intsia bijuga Shorea palembanica Eucaliyptus platyphylla Hopea mangarawan Terminalia citrina Myristica fatua Casuarina sumatrana
50 51 52 53 54 55 56
Bacang Kayu manis Kawista Kenanga Khaya Khaya Khaya
Manejitera foetida Cinnamomun burmanni Feronia limonia Canangium odoratum K. sinegalensis K. grandiflora K. anthotheca
27
Palur raja
Oreodoxa regia
28
Kibeusi leutik
Lindera srtichchytolia
29
Kaliandra
Calliandra marginata
30
Balam sudu
Palaguium sumatranum
31
Sawo duren
Crysophyllum cainito
Sumber: Departemen Kehutanan (2000).
69 Lampiran 9. Daftar Tanaman Kebun dan Halaman No.
Nama Daerah
Nama Latin
No.
Nama Daerah
Nama Latin
1
Nangka
Artocarpus integra
15
Durian
Durio zibethinus
2 3 4 5 6
Kenanga Sirsak Srikaya Pala Alpokat
Canangium odoratum Annona muricata A. squamosa Myristica fragrans Persea americana
16 17 18 19 20
Manggis Coklat Duwet Cengkeh Jambu bol
Garcinia mangostana Theobroma cacao Eugenia cuminii E. aromatica E. malaccensis
7
Belimbing
Averrhoa carambola
21
Jambu air
E. aquea
8 9
Jeruk Mangga
Citrus sp. Mangifera indica
22 23
Sawo manila Sawo kecik
Achras zapota Manilkara kauki
10
Rambutan
Nephelium lappaceum
24
Kopi
Coffea robusta
11
Kedondong
Spondias rarak
25
Kopi
C. Arabica
12
Kemiri
Aleurites moluccana
26
Randu
Ceiba pentandra
13
Wuni
Antidesma bunius
27
Petai
Parkia speciosa
14
Jambu monyet
Anacardium occidentale
Sumber: Departemen Kehutanan (2000).