Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Volume 1, Nomor 1, Oktober 2016, hal. 129-130
KOMUNITAS MADURA DI DESA PANTAN DAMAR KECAMATAN ATU LINTANG KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 1984-2015 Tria Isnainik, Mawardi, Nurasiah Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala
[email protected] ABSTRAK Madura merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia. Di Aceh sendiri suku Madura menyebar di berbagai daerah. Salah satu daerah di Aceh yaitu Kabupaten Aceh Tengah memiliki komunitas Madura. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan komunitas Madura dari segi latar belakang kedatangan Komunitas Madura dan perkembangan komunitas Madura dalam bidang kependudukan, mata pencaharian, budaya serta perkembangan interaksi etnis Madura dengan etnis lainya di Desa Pantan Damar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode sejarah kritis (Historis). Tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan caraheuristik (pengumpulan sumber) berupa sumber primer dan sekunder, sedangkan analisa data dengan cara verifikasi (kritik sumber), interprestasi (penafsiran sumber/penarikan sumber), serta tehnik penulisan menggunakan sistematika historiografi (penulisan sejarah). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang kedatangan etnis madura ke Desa Pantan Damar Kecamatan Atu Lintang Kabupaten Aceh Tengah selain disebabkan oleh adanya program transmigrasi juga disebabkan oleh adanya kemauan etnis Madura itu sendiri guna untuk memperbaiki ekonomi mereka. Jumlah penduduk etnis Madura juga semakin bertambah tiap tahunya.Mata pencaharian mereka pun dari awal kedatangan pada tahun 1984 beragam mulai dari manjadi petani jagung, umbian, petani minyak nilam dan saat ini menjadi petani Kopi. Budaya yang berkembang di Desa Pantan Damar merupakan budaya Madura walaupun etnis Madura hanya minoritas di Desa Pantan Damar bahkan etnis lainnya seperti Etnis Jawa dan Gayo cenderung mengikuti tradisi tersebut. Interaksi antar etnis Madura, Gayo dan Jawa juga terjalin baik. Bentuk hubungan tersebut seperti hubungan melalui perkawinan, pendidikan, dan bidang keagamaan. Semuanya berjalan dengan baik hingga mengakibatkan terjadinya keselarasan antara etnis Madura, Jawa dan Gayo di Desa Pantan Damar Kecamatan Atu Lntang Kabupaten Aceh Tengah. Kata Kunci: Komunitas, Madura.
menyebutkan daerah asal kediaman mereka dengan istilah Tanoh Gayo yang berarti tanah Gayo (Khasiludin, 2012: 12). Sedangkan Etnis Jawa dan Madura merupakan Etnis pendatang yang tiba di Kecamatan Atu Lintang tahun 1984 bertepatan dengan trasmigrasi yang dicanangkan pemerintah saat itu melalui
PENDAHULUAN Penduduk Kecamatan Atu Lintang didominasi oleh Etnis Gayo, Jawa, dan Madura. Etnis Gayo atau Urang Gayo merupakan Etnis asli di daerah ini yang mendiami kawasan Dataran Tinggi Gayo yang berada diantara bentangan bukit barisan. Urang Gayo lebih sering 129
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Volume 1, Nomor 1, Oktober 2016, hal. 129-130
Program Pelita IV tahun 1984-1989. Pemerintah memindahkan 750.000 kepala keluarga dari Pulau Jawa ke seluruh wilayah Indonesia termasuk Sumatera (Levang Partice,2003:13). Kebanyakan dari Etnis Madura yang ada di kecamatan Atu Lintang di tempatkan di desa Pantan Damar. Implikasi dari program transmigrasi tersebut adalah dikomposisi penduduk.Desa Pantan Damar saat ini suku Jawa menjadi suku terbesar di daerah ini dengan jumlah penduduk 58 kepala keluarga disusul oleh suku Gayo dengan jumlah penduduk 42 kepala keluarga. Sedangkan suku Madura dengan jumlah penduduk 39 kepala keluarga dengan demikian, seharusnya budaya serta tradisi yang berkembang di desa Pantan Damar adalah tradisi Gayo atau Jawa yang mana kedua Etnis ini merupakan penduduk mayoritas di Desa Pantan Damar. Tetapi pada kenyataannya yang lebih menonjol adalah tradisi Madura.Hal ini dapat dilihat dari masyarakat Jawa dan Gayo yang mengikuti tradisi yang biasa dilakukan oleh orang Madura seperti penggunaan bahasa yang mana orang Jawa dan Gayo yang tinggal di desa Pantan Damar menggunakan bahasa Madura untuk berkomunikasi serta mereka mengikuti tradisi yang di lakukan oleh orang Madura seperti tradisi Ter Ater. Adapun kehidupan bermasyarakat yang terjadi di lapangan saat ini adalah Komunitas Madura dalam berinteraksi dengan masyarakat etnik lain di sekitarnya sangatlah harmonis. Hal ini dapat dilihat dari hubungan diantara ketiga Rtnis
tersebut yang mana banyak orang-orang yang beretnis Madura menikah dengan orang dari Etnis Gayo dan Jawa, banyak anak-anak dari suku Madura ini yang bersekolah dengan guru yang beretnis Jawa dan Gayo maka rasa saling menghormati satu sama lain pun semakin tampak jelas. Selain itu hubungan yang tampak harmonis ditunjukkan dengan cara kehidupan berkerja sama mereka dimana setiap seminggu sekali mereka mengadakan gotong royong, pengajian yang dilaksanakan rutin setiap hari jum’at bahkan apabila ada salah seorang masyarakat yang mengadakan pesta maka masyarakat desa Pantan Damar akan datang untuk membantu acara tersebut. Hal ini bertujuan untuk menambah rasa keakraban dari masyarakat desa ini.Pertanyaanya adalah mengapa Masyarakat Gayo dan Jawa mau menerima bahkan mengikuti tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Madura, sedangkan masyarakat Gayo dan Jawa juga mempunyai kebudayaan mereka sendiri. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang telah di tentukan serta dilihat dari jenis data yang didapat.Sedangkan penelitian menggunakan metode historis, dengan alasan data yang digali adalah sejarah dan perkembangan suatu masyarakat atau komunitas selama beberapa priode. Adapun prosedur atau langkah kerja yang akan digunakan mengacu pada pendapat 130
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Volume 1, Nomor 1, Oktober 2016, hal. 129-130
Kuntowijoyo (2005:90) yang mengemukakan bahwa penelitian sejarah mempunyai lima tahap yaitu: (1) pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber), (4) interprestasi: analisis data, (5) penulisan.
Latar Belakang Kedatangan Masyarakat Madura di Desa Pantan Damar Salah satu wilayah di Aceh yang terkena dampak transmigrasi ialah Desa Pantan Damar Kecamatan Atu Lintang Kabupaten Aceh Tengah.Desa Pantan Damar sebagian penduduknya merupakan warga transmigran yang berasal dari Pulau Madura. Masyarakat Madura datang ke Desa Pantan Damar yaitu antara tahun 1983-1984 tepatnya tanggal 3 Maret sampai April dengan jenis UPT 3 SP 2. Masyarakat Madura merupakan transmigran gelombang ke tiga setelah gelombang satu dan dua yaitu masyarakat Jawa yang berasal dari daerah Boyolali, Pasuruan, dan Jombang . (Wawancara : Sutrisno tanggal 7 April 2016) Apabila dilihat dari tahunnya, kedatangan etnis Madura ke Desa Pantan Damar bersamaan dengan program Pelita IV. Pelita IV merupakan suatu program pemerintah untuk meningkatkan kehidupan masyarakat Indonesia lebih baik yang mana salah satunya adalah menempatkan atau memindahkan masyarakat yang berpenduduk padat ke wilayah yang masih luas wilayahnya. Setelah semua syarat sebagai calon transmigran sudah dipenuhi masyarakat Madura diberangkatkan ke Aceh menggunakan pesawat.Setelah sampai di daerah yang dituju para transmigran diberikan fasilitas lengkap oleh pemerintah. Fasilitas itu meliputi pemukiman (rumah), lahan pertanian, serta perlengkapan hidup.Tiap kepala keluarga akan mendapatkan 0,25 ha untuk lahan perkarangan dan 1,75 ha untuk lahan
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di Desa Pantan Damar Kecamatan Atu Lintang Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh.Kecamatan Atu Lintang adalah Kecamatan yang sebelumnya merupakan gabungan dari Kecamatan Linge, yang pada tahun 2005 terpisah menjadi kecamatan sendiri. Kecamatan Atu Lintang terdiri dari 11 Desa yaitu Desa Atu Lintang, Meurah Muyang, Gayo Murni, Kepala Akal, Damar Mulyo, Meurah Jernang, Tanah Abu, Bintang Kekelip, Meurah Pupuk, Meurah Mege, dan Pantan DamarKampung Pantan Damar.Desa Pantan Damarsecara Geografis terletak diantara 4’33’504’54’50 LU. 96’40’75-97’17’50 BT, sedangkan batas wilayah Kampung Pantan Damarsebelah utara berbatasan dengan kampung Pantan Musara, sebelah timur berbatasan dengan desa Meurah Pupuk, sebelah barat dengan Hutan Pantan Musara dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Atu Lintang. Luas desa Pantan Damar adalah 14000 m2 dengan jumlah penduduk sekitar 464 jiwa (Sumber: Kantor Desa Pantan Damar).
131
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Volume 1, Nomor 1, Oktober 2016, hal. 129-130
pertanian. Selain itu mereka juga mendapatkan bantuan pangan selama 1,5 tahun hingga lahan yang digarap menghasilkan produksinya. Bantuan tersebut berupa beras, minyak, selimut, alat perlengkapan memasak, alat perlengkapan pertanian dan sebagainya.Pemberian bantuan kepada masyarakat transmigran disesuikan dengan jumlah anggota keluarga tiap-tiap kepala keluarga (Wawancara: Sakur 07 April 2016).
wilayah ini adalah karena mereka menjalankan tradisi Toron. Tradisi Toron mempunyai makna yang artinya “turun kebawah” atau pulang kampung atau mudik. Namun makna Toron pada dasarnya mempunyai makna lebih luas lagi, yaitu membangun kembali solidaritas yang mengarah jalinan tali silaturahmi antar keluarga dan kerabat orang Madura. Jadi, dapat dikatakan bahwa masyarakat Madura yang menyusul datang ke Desa Panta Damar adalah ingin menjalin silaturahmi kepada masyarakat sesama Madura sebagai bentuk caramenjaga hubungan keluarga dengan suku Madura walaupun pada dasarnya faktor ekonomi yang paling mempengaruhi pindahnya masyarakat Madura ke Desa Pantan Damar (Wawancara Buna dan Ali 08 April 2016).
Sebab Kedatangan Masyarakat Madura Selain melalui program trasmigrasi, sebagian besar etnis Madura yang ada di Desa Pantan Damar datang ke desa ini dikarenakan atas dasar kemauan sendiri.Hal ini terbukti dengan bertambahnya jumlah penduduk di desa Pantan Damar dari tahun ke tahun.Kebanyakan kedatangan etnis Madura disebabkan karena beberapa hal: pertama, karena melihat keberhasilan masyarakat yang sebelumnya lebih dulu datang ke wilayah ini. Keberhasilan tersebut meliputi keberhasilan dalam segi mata pencaharian yang mana dinilai oleh etnis Madura dapat meningkatkan taraf hidupnya. Kedua, dikarenakan masyarakat Madura yang datang ke desa ini karena transmigrasi ketika sudah sukses mereka menjemput sanak saudaranya untuk ikut serta pindah ke wilayah ini dengan harapan mendapat penghidupan yang lebih baik dan pekerjaan yang layak karena mengingat penduduk di pulau Jawa sangat padat yang pasti akan mempersempit kesempatan kerja. Ketiga, yang menjadi alasan masyarakat Madura datang ke
Perkembangan Penduduk Komunitas Madura di Desa Pantan Damar Perkembangan penduduk etnis Madura di Desa Pantan Damar Mengalami peningkatan jumlah transmigran.Hal ini terbukti dari tahun 1984 yang awal penduduknya berjumlah 20 KK bertambah 2 KK pada tahun 1988. Enam tahun kemudian (1988-1993) jumlah transmigran bertambah 3 KK sehingga jumlah penduduk etnis madura menjadi 25 KK.Perkembangan peduduk etnis Madura di Desa Pantan Damar tidak juga berkurang walaupun ketika masa konflik melanda Aceh. Tahun 1998 jumlah penduduk Pantan Damar yang beretnis Madura bertambah menjadi 26 KK dari yang sebelumnya pada tahun 1997 hanya 24 KK hingga sampai pada awal tahun 2003 jumlah penduduk Etnis Madura juga 132
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Volume 1, Nomor 1, Oktober 2016, hal. 129-130
bertambah menjadi 30 KK, walaupun terdapat rumor bahwa konflik Aceh pada saat itu akan megakibatkan pengusiran bagi orang pendatang khususnya yang berasal Pulau Jawa, akan tetapi hal itu tidak membuat etnis Madura takut untuk pindah ke Desa ini atau pindah mencari tempat baru walaupun sebagian dari mereka ada yang mengungsi ke tempat lain untuk sementara waktu sambil menunggu situasi aman kembali hingga pada akhirnya pada tahun 2015 jumlah penduduk etnis Madura menjadi 39 KK.
Madura banyak memperkenalkan tradisi mereka ke masyarakat non Madura lain yang juga tinggal di desa ini, dan hal ini sangat disambut baik oleh orang non Madura. Alasan mengapa masyarakat non Madura (masyarakat Gayo dan Jawa) mau menerima kebudayaan masyarakat Madura bahkan cenderung mengikutinya adalah dikarenakan menurut masyarakat Gayo dan Jawa kebudayaan etnis Madura itu mudah untuk diikuti, serta tidak menyimpang dengan apa yang sudah berlaku dimasyarakat pada umunya. Kebudayaan masyarakat Madura yang cenderung religi dapat membuat kebudayaan Madura sangat mudah diterima di tengah masyarakat desa pantan Damar. Kebudayaan yang berlaku di desa Pantan Damar pada perkembanganya tidak hanya menggunakan kebudayaan Madura saja, tetapi juga menggunakan kebudayaan dari masyarakat Gayo dan Jawa walaupun tidak terlalu kental seperti kebudayaan Madura. Hal ini dapat dilihat dari ketika masyarakat desa Pantan Damar mengadakan acara pernikahan mereka cenderung menggunakan tradisi Gayo atau Jawa walaupun masyarakat Madura juga masih menggunkan tradisi Madura sendiri. Dalam acara tertentu masyarakat Madura juga terbuka dengan kebudayaan lain yang ada disekitarnya, masyarakat Madura sering mengundang Kuda Lumping Jawa untuk acara Sunat Rasul, mengundang Kesenian Didong Gayo untuk acara pernikahan dan Turun Mandi (syukuran kelahiran bayi). Jadi dapat dikatakan bahwa telah terjadi akulturasi budaya antara budaya Madura, Gayo, dan Jawa di Desa Pantan Damar.
Perkembangan Mata Pencaharian Mata pencaharian etnis Madura di Desa Pantan Damar kebanyakan di dapat dari sektor pertanian. Terutama kopi akan tetapi etnis Madura ketika pertama kali di tempatkan di daerah ini bukan petani kopi,melainkan Petani Jagung, umbiumbian, serta pembuat miyak nilam, lalu pada perkembangan selanjutnya beralih menjadi petani kopi. Perkembangan Kebudayaan Etnis Madura yang ada di Desa Pantan Damar walaupun berada di wilayah dan lingkungan yang didominasi oleh suku Gayo dan Jawa, tapi masyarakat Madura masih mempergunakan kebudayaan Madura dan mempertahankanya sampai saat ini. Menurut salah seorang masyarakat Madura, mereka masih melaksanakan tradisi yang dulunya mereka lakukan di pulau Madura dan etnis lain seperti Jawa dan Gayo cenderung mengikuti tradisi etnis Madura. Menurut salah seorang warga yang tinggal di desa Pantan Damar, masyarakat 133
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Volume 1, Nomor 1, Oktober 2016, hal. 129-130
dari itu masyarakat Madura tidak pernah merasa rugi. Intinya hubungan sosial dalam mata pencaharian antara masyarakat Madura dengan masyarakat Jawa berlangsung dengan baik (Wawancara: Sakur 10 April 2016), sedangkan hubungan sosial dalam mata pencaharian masyarakat Madura dengan Masyarakat Gayo adalah etnis Madura banyak yang belajar dengan orang Gayo bagaimana cara bertanam kopi yang baik. Menurut masyarakat Madura masyarakat Gayo dipandang lebih berpengalaman tentang tanaman kopi karena masyarakat Gayo sudah lebih lama tinggal di derah ini dan bertani Kopi. hubungan sosial dalam mata pencaharian masyarakat Madura dengan Masyarakat Gayo juga terlihat dalam aktivitas jual beli. Umumya masyarakat Gayo di Desa Pantan Damar merupakan pedagang dimana pekerjaan sebagai pedagang mereka jadikan sebagai mata pencaharian sampingan setelah pulang dari bertani. Masyarakat Gayo menjadi penjual atau pedagang dikarenakan mereka mempunyai jaluran hubungan dagang yang lebih luas dibandingkan dengan masyarakat jawa maupun Madura. Para pedagang ini ada yang berfungsi sebagai penjual yang berkedai tetap, yang memprenjual-belikan sebagian besar kebututuhan sehari-hari. Ada juga yang membeli barang hasil bumi masyarakat desa Pantan Damar untuk dijual kembali di kota kabupaten.
Interaksi komunitas Madura dengan Etnis Lain di Desa Pantan Damar Interakasi antara masyarakat Madura dengan masyarakat etnis lainya yaitu etnis Jawa dan Gayo dapat dikatakan baik.Mereka dapat hidup berdampingan meskipun dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda. Masing masing dari mereka dapat menerima perbedaan tanpa mencela satu sama lain. Masyarakat Madura sangat menghormati masyarakat Gayo, dikarenakan bagi masyarakat Madura masyarakat Gayo adalah saudara mereka. Masyarakat Madura banyak belajar dari masyarakat Gayo. Sama halnya seperti masyarakat Gayo, hubungan yang terjalin antara Masyarakat Madura dengan Etnis Jawa juga dapat dikatakan sangat baik. Hal ini dikarenakan adanya perasaan bahwa masyarakat Jawa adalah saudara dekat mereka di tanah perantauan, terlebih jika dilihat dari segi daerah asalnya, masyarakat Madura masih termasuk dalam wilayah kabupaten Jawa Timur sehingga hal ini dapat mendekatkan hubungan diantara keduanya. Hubungan Sosial dalam Mata pencaharian Hubungan yang dapat dilhat dari kerja sama antara ke tiga etnis (Gayo, Jawa dan madura adalah apabila musim panen tiba, biasanya masyarakat Madura meminta bantuan pada masyarakat Jawa untuk membantu memanen kopi mereka, untuk masalah membantu pekerjaan masyarakat Madura cenderung lebih sering meminta bantuan pada masyarakat Jawa, kerena masyarakat jawa terkenal cepat dan telaten dalam mengejakan sesuatu, maka
Hubungan Sosial Dalam Perkawinan Campuran Masyarakat Madura terlihat kecenderungan untuk melangsungkan 134
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Volume 1, Nomor 1, Oktober 2016, hal. 129-130
perkawinan dengan angggota kelompok etnis mereka sendiri, serta hampir 50 persen etnis Madura lebih senang jika melangsungkan perkawinan dengan suku Jawa.hal ini dikarenakan tradisi Madura yang hampir sama dengan orang Jawa, jadi apabila masyarakat Madura menikah dengan orang jawa maka tidak susah dalam menyesuaikan tradisi satu sama lain. Disamping itu, laki-laki jawa yang terkenal telaten dan rajin bekerja serta perempuan jawa yang terkenal lembut serta pandai mengurus masalah rumah tangga membuat masyarakat Madura lebih senang apabila melangsungkan pernikahan dengan orang Jawa. Presentase pernikahan antara etnis Madura dengan etnis Gayo tidak lah banyak, hal ini dikarenakan perbedaan adat istiadat yang terlalu mencolok membuat etnis Madura terkesan enggan untuk melangsungkan pernikahan dengan etnis Gayo (Wawancara : Buna 8 April 2016). Perkawinan campuran yang ada di Desa Pantan Damar malah lebih banyak dilakukan antara masyarakat Gayo dan Jawa.Masyarakat Gayo terutama yang mempunyai anak laki-laki cenderung menginginkan mempunyai menantu perempuan dari suku jawa karena selain alasan mahir dalam mengurus rumah tangga juga karena alasan maskawin (mahar) yang tidak terlalu tinggi serta tidak banyak permintaan membuat masyarakat Gayo menginginkan perempuan Jawa menjadi menantu mereka. Begitu juga dengan masyarakat jawa yang cenderung menginginkan melangsungkan pernikahan campuran dengan suku Gayo dikarenakan menurut pandangan masyarakat jawa laki-laki Gayo terlihat
taat beragama, laki-laki Gayo di desa Pantan Damar banyak yang menngenyam pendidikan di Pesantren sehingga membuat masyarakat Jawa ingin melangsungkan perkawinan campuran dengan orang Gayo. Hubungan Sosial dalam Kesatuan Hidup Setempat Hubungan sosial dalam kesatuan hidup setempat dapat terlihat dari berbagai kegiatan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup berkelompok, seperti dalam pembicaraan sehari-hari, dalam pemerintahan kampung dan pemukiman, atau organisasi politik yang mereka ikuti. Di desa Pantan Damar dimana terdapat kehidupan bersama antara Orang Madura dan penduduk setempat (Jawa dan Gayo) dalam berkomunikasi sehari-hari mereka menggunakan bahasa Madura walaupun terkadang sesekali mereka menggunakan bahasa Indonesia. Meskipun begitu, sebagian besar dari mereka terutama mereka yang telah lama hidup bersama di desa Pantan Damar telah saling memahami dan dapat menggunakan dengan baik, baik bahasa Madura, Jawa maupun Gayo. Struktur sosial yang berlaku di Desa Pantan Damar ialah Pemimpin atau kepala desa berasal dari etnis Madura, serta perangkatnya yang cenderung didominasi oleh etnis Madura walaupun terdapat juga etnis Gayo dan Jawa walaupun hanya dalam jumlah sedikit. Hubungan Sosial dalam Bidang Pendidikan dan Keagamaan Kesempatan lain untuk melihat hubungan sosial antara masyarakat Madura 135
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Volume 1, Nomor 1, Oktober 2016, hal. 129-130
dengan penduduk setempat (Gayo dan Jawa) adalah melalui kegiatan pendidikan dan keagamaan. Dalam hal pendidikan baik masyarakat Madura, Jawa, maupun Gayo memiliki kesempatan yang sama dalam mengenyam pendidikan. Anak-anak mereka juga berinteraksi dengan baik disekolah tidak ada kecenderungan untuk membuat kelompok berdasarkan suku masing-masing hal ini juga tetap mereka lakukan meskipun diluar jam sekolah. Biasanya kelompok bermain disekolah juga sama dengan kelompok bermain di tempat pengajian. Hubungan sosial melalui bidang pendidikan dapat dilihat dari guru dari anak-anak Masyarakat Madura merupakan mayoritas orang Gayo, terkadang ketika anak-anak dari masyarakat Madura pulang sekolah mereka menceritakan kepada orang tua mereka tentang gurunya hal ini dapat membuat masyarakat Madura lebih menghargai dan menghormati masyarakat Gayo. Hubungan sosial lainya dapat dilihat dari kekompakan seluruh masyarakat Pantan Damar dalam melakukan kegiatan keagamaan dan kegiatan lainya . Dimana mereka mempunyai suatu kegiatan yang dinamakan BPGRM (Bulan bakti gotong royong masyarakat) serta BKMT (Badan Kontak Majelis Taklim) tingkat desa yang mana dengan adanya kedua organisasi ini akan lebih mempererat tali silaturahmi antar warga di desa Pantan Damar.
diprogramkan pemerintah tahun 1984 bertepatan dengan program Pelita IV. Etnis Madura di Desa Pantan Damar berasal dari Pulau Madura dan sebagian dari Kabupaten Jember Jawa Timur Perkembangan penduduk etnis Madura di Desa Pantan Damar semakin bertambah, selain karena trasmigrasi, ada hal lain yang melatarbelakangi etnis Madura datang ke daerah ini, yaitu: pertama, adanya keinginan untuk merubah nasib agar lebih baik; kedua, adanya ajakan dari sanak saudara etnis Madura yang lebih dulu tinggal di desa Pantan Damar karena mereka menganggap bahwa di desa Pantan Damar akan lebih mudah mencari pekerjaan dibanding di Pulau Jawa; dan ketiga, karena terikat oleh tradisi toron, yang merupakan tradisi yang mengharuskan masyarakat Madura agar terus saling menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat dengan cara saling mengunjungi. Awalnya etnis Madura hanya berniat utuk berkunjung ke sanak saudara yang ada di Desa Pantan Damar tapi pada perkembangannya banyak etnis Madura yang akhirnya menetap di desa ini. Walaupun etnis Madura merupakan etnis minoritas di desa Pantan Damar, setelah etnis Gayo dan Jawa, tetapi tradisi Madura dapat diterima bahkan cenderung diikuti oleh etnis lainya dikarenakan mereka menganggap bahwa kebudayaan Madura bersifat kompleks dan tidak menentang ajaran agama Islam. Adapun tradisi Madura yang masih bertahan adalah salah satunya tradisi Ter-ater, yaitu suatu kegiatan saling mengantarkan makanan sebagai simbol silaturahmi dan upaya untuk menyenangkan hati orang lain.
KESIMPULAN Kedatangan etnis Madura ke Desa Pantan Damar Kecamatan Atu Lintang Kabupaten Aceh Tengah tidak lepas dari adanya pengaruh transmigrasi yang 136
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Volume 1, Nomor 1, Oktober 2016, hal. 129-130
Tradisi lainya ialah bahasa, bahasa yang digunakan di desa Pantan Damar adalah bahasa Madura, tidak hanya etnis madura saja yang mempergunakan bahasa ini sebagai alat komunikasi tetapi etnis lain pun ikut menggunakan bahasa Madura sebagai alat berkomunikasi sehari-hari. Interaksi antara masyarakat Madura dengan masyarakat etnis lainya terjalin dengan baik.Bentuk interaksi mereka seperti dalam bidang keagamaan, pendidikan,dan perkawinan. Dalam bidang keagamaan masyarakat Madura mempunyai suatu Organisasi yang dinamakan BKMT (Badan Kontak Majelis Taklim) dan BPGRM (Bulan bakti gotong royong masyarakat) dengan adanya organisasi ini dapat mempererat tali silaturahmi antar warga di desa Pantan Damar. Dalam bidang pendidikan baik etnis Madura, Jawa serta Gayo memiliki kesempatan yang sama dalam hal mengenyam pendidikan, anak-anak berinteraksi dengan baik di sekolah tanpa adanya kecenderungan untuk membuat kelompok berdasarkan etnis. Dalam bidang perkawinan, telah terjadi amalgamasi atau perkawinan campuran baik antara etnis Madura dengan Jawa serta etnis madura dengan Gayo semua hal
tersebut berjalan dengan baik hingga menjadikan masyarakat desa Pantan Damar menjadi suatu kesatuan yang sulit untuk dipisahkan. DAFTAR PUSTAKA Hidayah, Zulyani. 1996. Ensiklopedia Suku Bangsa Indonesia.Jakarta : LP3ES. Islami, Titik. 2015. Ubi Kayu Tinjauan dan Aspek Eksfisologi Serta Upaya Peningkatan dan Berkelanjutan Hasil Tanaman.Yogyakarta: Graha Ilmu. Khasiluddin. 2012. Kopi dan Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Gayo. Banda Aceh: BNPB Banda Aceh. Kuntowijiyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka. Levang Partice. 2003. Ayo ke Tanah Sebrang (Transmigrasi di Indonesia). Jakarta Kepustakaan Populer Gramedia. Liliweri Alo. 2005. Prasangka dan Konflik (Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultural). Yogyakarta. PT LKIS Yogyakarta.
137