KOMPUTERISASI PENGECEKAN BED AVAILABILITY STATUS DI RUMAH SAKIT MEDIKA BSD TAHUN 2013 Sugiarto Sugani1, Suprijanto Rijadi2 1
Mahasiswa Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
2
Staff Pengajar Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
ABSTRAK Skripsi ini membahas tentang komputerisasi dalam pengecekan Bed Availability Status di RS Medika BSD pada tahun 2013. Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitan menunjukkan bahwa proses pengecekan Bed Availability Status di RS Medika BSD masih dilakukan dengan cara manual sehingga kurang optimal. Dikembangkanlah prototipe Bed Availability Status Information System (BASIS) untuk komputerisasi pengecekan Bed Availability Status di RS Medika BSD. BASIS memiliki 3 (tiga) fungsi utama yaitu fungsi tampil, edit, dan input. Sedangkan implementasi prototipe BASIS dilakukan dalam 4 tahap yaitu input, sosialisasi, pemanfaatan, dan monitoring evaluasi. Kata Kunci : komputerisasi, prototipe, Bed Availability Status ABSTRACT This thesis discusses about Bed Availability Status checking computerization at Medika BSD Hospital in 2013. This study uses descriptive qualitative design through in depth interview and observation. The result shows that Bed Availability Status checking process at Medika BSD Hospital is still being done manually therefore it is unoptimal. Bed Availability Status Information System (BASIS) was developed for Bed Availability Status checking computerization. BASIS has 3 (three) main function; show, edit, and input functions. Meanwhile the BASIS prototype implementation is done by four stages that are input, socialization, utilization, and monitoring-evaluation.
Key Words: computerization, prototype, Bed Availability Status
Komputerisasi pengecekan..., Sugiarto Sugani, FKM UI, 2013.
PENDAHULUAN Siapa yang lambat bergerak akan tertinggal. Demikianlah prinsip yang berlaku di era persaingan bebas ini. Berbagai perusahaan berlomba-lomba untuk terus bergerak meningkatkan kualitas mereka serta mempercepat waktu pelayanan mereka dengan tetap mempertahankan kualitasnya, termasuk rumah sakit (RS). Pertambahan jumlah RS yang berkisar 100 unit per tahunnya membuktikan tingginya tingkat persaingan di industri ini. Dengan ketatnya persaingan tersebut, rumah sakit dituntut agar mampu melayani setiap pasiennya dengan baik, salah satunya melalui waktu tunggu pelayanan yang secepat mungkin. Waktu tunggu yang terlalu lama tentu akhirnya akan berpengaruh kepada mutu pelayanan RS secara keseluruhan dan menimbulkan ketidakpuasan dari pihak pasien. Berbagai cara dilakukan oleh pihak RS untuk dapat memangkas waktu tunggu pelayanan, salah satunya adalah dengan pemanfaatan teknologi informasi. Teknologi yang dirancang dengan baik untuk memperluas kemampuan manusia dapat meningkatkan kemampuan bersaing sebuah organisasi (Goetsch & Davis, 2002). Dalam organisasi rumah sakit, penerapan teknologi yang dapat meningkatkan kemampuan bersaing dikenal dengan nama Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS). Di zaman dengan teknologi tinggi, tidak ada organisasi yang kebal terhadap persaingan global termasuk rumah sakit. RS Medika BSD sebagai salah satu rumah sakit dengan jaringan internasional (Malaysia, Indonesia, dan Australia), berupaya untuk dapat bersaing di tingkat global dengan memanfaatkan teknologi dalam proses manajemen RS yakni melalui aplikasi SIM RS yang dinamakan HITS. Beragam informasi dapat ditampilkan dan diolah melalui sistem HITS ini akan tetapi peneliti menemukan suatu masalah dalam penampilan informasi mengenai ketersediaan tempat tidur (Bed Availability Status). Informasi mengenai Bed Availability Status (BAS) yang ditampilkan oleh sistem HITS seringkali tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu dalam melakukan pengecekan BAS, pihak RS tidak dapat mengandalkan informasi yang ditampilkan oleh sistem HITS ini dan harus melakukan pengecekan BAS secara manual. Berdasarkan hasil observasi selama periode magang, proses pengecekan tempat tidur yang tersedia (Bed Availability Status) di RS Medika BSD belum berjalan secara optimal. Hal ini terlihat dari tingginya persentase pasien rawat inap memiliki waktu tunggu setidaknya 30 menit di bagian Admision Rawat Inap, yaitu sebesar 30,95-50% berdasarkan data RS Medika BSD pada bulan Juni-Agustus 2012. Untuk mengecek ketersediaan tempat tidur, petugas
Komputerisasi pengecekan..., Sugiarto Sugani, FKM UI, 2013.
admision rawat inap terlebih dahulu harus menelepon perawat di bagian rawat inap untuk mengetahui BAS. Setelah itu perawat baru akan mengecek BAS dengan melihat catatan keperawatan atau mengecek langsung ke ruang perawatan. Waktu tunggu dapat menjadi semakin lama apabila perawat di bagian rawat inap tidak kunjung mengangkat telepon dari pihak admision rawat inap. Hal ini dikarenakan line telepon di pos jaga perawat unit rawat inap sedang sibuk atau perawat di bagian rawat inap sedang bertugas menangani pasien. Jika hal tersebut terjadi, maka bagian admision akan mengecek BAS secara langsung dengan mendatangi ruang perawatan. Hal ini tentu merupakan tindakan yang kurang efektif. Apalagi jumlah pasien rawat inap RS Medika meningkat dari waktu ke waktu seperti yang nampak pada Tabel 1. Tabel 1 Data Kunjungan Pasien Rawat Inap RS Medika BSD
Jumlah Kunjungan Persentase Kenaikan
Juli 2010
Juli 2011
Juli 2012
291
690
1.803
-
237,11%
261,30%
Jika hal ini terus terjadi, maka dapat menimbulkan ketidakpuasan pasien akibat lama mengantri di bagian pendaftaran rawat inap. Mengingat ketatnya persaingan global dan belum optimalnya pengecekan BAS di RS Medika BSD yang dapat mempengaruhi waktu tunggu pelayanan, membuat penelitian ini sangat penting untuk dilakukan untuk dapat melihat bagaimana mengembangkan bentuk sistem informasi manajemen RS yang dapat mempercepat proses pengecekan BAS di RS Medika BSD. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan bahwa rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Belum optimalnya proses perolehan informasi mengenai Bed Availability Status di RS Medika BSD”. Selanjutnya dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran proses perolehan informasi mengenai Bed Availability Status di RS Medika BSD ? 2. Apa saja kendala yang dihadapi oleh petugas admision rawat inap RS Medika BSD dalam memperoleh informasi mengenai Bed Availability Status ? 3. Bagaimana bentuk pengembangan SIM RS untuk pengecekan Bed Availability Status di RS Medika BSD ?
Komputerisasi pengecekan..., Sugiarto Sugani, FKM UI, 2013.
Adapun tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengembangkan suatu suatu prototipe SIM RS untuk pengecekan Bed Availability Status di RS Medika BSD. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan proses perolehan informasi mengenai Bed Availability Status di RS Medika BSD. 2. Mengetahui kendala yang dihadapi oleh petugas admision rawat inap RS Medika BSD dalam memperoleh informasi mengenai Bed Availability Status. 3. Menghasilkan bentuk prototipe SIM RS yang sesuai untuk pengecekan Bed Availability Status di RS Medika BSD. TINJAUAN TEORITIS Untuk membuat prototipe, pengembangan sistem dapat menggunakan perangkatperangkat pengembangan seperti Visual Basic dan Power Builder ataupun DBMS (Database Management System) seperti Microsoft Access sehingga pembuatan program dapat dilakukan dengan cepat (Kadir, 2002). Ada 2 jenis prototipe. Prototipe jenis I sesungguhnya akan menjadi sistem operasional. Prototipe jenis II merupakan suatu model yang dapat dibuang yang berfungsi sebagai cetak biru bagi sistem operasional (McLeod, 1996). Dalam penelitian ini digunakan prototipe jenis I yang akan menjadi sistem pengecekan Bed Availability Status. Pengembangan prototipe jenis I dapat diperlihatkan pada gambar berikut ini: Mengidentifikasi kebutuhan pemakai
Mengembangkan prototipe
Tidak Prototipe dapat diterima ?
Ya Menggunakan prototipe
Gambar 1 Mekanisme Pengembangan Prototipe Jenis I Sumber: McLeod, 1996
Komputerisasi pengecekan..., Sugiarto Sugani, FKM UI, 2013.
Langkah-langkah ini dibahas sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi kebutuhan pemakai Analis sistem mewawancarai pemakai untuk mendapatkan gagasan dari apa yang diinginkan pemakai terhadap sistem. 2. Mengembangkan prototipe Analis sistem, mungkin bekerja sama dengan spesialis informasi lain, menggunakan satu atau lebih peralatan prototyping untuk mengembangkan sebuah prototipe. 3. Menentukan apakah prototipe dapat diterima Analis mendidik pemakai dalam menggunakan prototipe dan memberikan kesempatan kepada pemakai untuk membiasakan diri dengan sistem. Pemakai memberikan masukan bagi analis apakah prototipe memuaskan. Jika ya, langkah 4 akan diambil dan jika tidak, prototipe direvisi dengan mengulangi langkah 1, 2, dan 3 dengan pengertian yang lebih baik mengenai kebutuhan pemakai. 4. Menggunakan prototipe Prototipe ini menjadi sistem operasional. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan pada penelitian kali ini adalah metode penelitian operasional. Penelitian operasional/operational research (OR) adalah penelitian yang bertujuan memberikan solusi terhadap masalah-masalah operasional dalam pelaksanaan program atau kegiatan yang hasilnya dipergunakan untuk membantu pemecahan masalah tersebut dengan tetap menggunakan metode ilmiah. OR didasarkan kepada permasalahan yang ditemukan di lapangan yang memang memerlukan penelitian untuk memecahkannya (Duarsa, 2012). Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Medika BSD pada bulan Juni 2013. Berdasarkan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequacy), maka informan dalam penelitian ini adalah 2 orang petugas admision rawat inap, 3 orang perawat rawat inap, dan 1 orang staf IT. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data primer yaitu panduan wawancara mendalam, recorder, dan alat tulis. Sedangkan untuk pengembangan prototipe menggunakan program XAMPP dan Macromedia Dreamweaver, serta tidak lupa instrumen terpenting dalam pengumpulan data adalah peneliti itu sendiri. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara mendalam sedangkan pengumpulan data sekunder penelitian ini yaitu dengan cara telaah dokumen. Sedangkan untuk menetapkan validitas data, peneliti melakukan triangulasi sumber, metode, dan data.
Komputerisasi pengecekan..., Sugiarto Sugani, FKM UI, 2013.
Analisis data pertama-tama dilakukan dengan cara pengumpulan data primer dan sekunder terlebih dahulu. Dilakukan observasi dan wawancara mendalam kepada informan penelitian yang telah disebutkan pada subbab 4.3. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan informasi serta mengidentifikasi masalah yang ada dan mengidentifikasi kebutuhan dari pemakai sistem. Justifikasi masalah yang didapat dari hasil observasi dan wawancara mendalam selanjutnya diperkuat oleh telaah data sekunder yang meliputi laporan bulanan customer service, data kunjungan RS, maupun tampilan sistem informasi RS Medika BSD. Setelah identifikasi kebutuhan dilakukan, maka langkah selanjutnya peneliti merancang bentuk prototipe SIM RS yang yang sesuai untuk pengecekan Bed Availability Status di RS Medika BSD. Proses pembuatan prototipe ini melalui tiga tahap yaitu pembuatan database, pengintegrasian database dengan sistem, dan pembuatan tampilan sistem. Pembuatan database menggunakan program XAMPP dengan memasukkan data-data di rumah sakit ke dalam program. Sedangkan pengintegrasian database dengan sistem menggunakan fungsi MySQL Connection untuk menghubungkan database pada XAMPP dengan Macromedia Dreamweaver. Selanjutnya dimulailah pembuatan tampilan prototipe dengan menggunakan Macromedia Dreamweaver. Proses pembuatan tampilan juga disertai perancangan kode-kode perintah javascript sehingga prototipe yang dihasilkan dapat melakukan eksekusi perintah sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemakai prototipe. Selanjutnya, akan dihasilkan sebuah tampilan prototipe untuk melakukan pengecekan Bed Availability Status di RS Medika BSD. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam mendapatkan informasi mengenai Bed Availability Status (BAS), bagian admision rawat inap RS Medika BSD melalui beberapa tahapan. Pertama-tama setelah pasien datang dan menanyakan ketersediaan tempat tidur, petugas admision rawat inap menelepon perawat rawat inap untuk mengecek ketersediaan kamar/tempat tidur. Jika kamar/tempat tidur yang diinginkan pasien tersedia, maka petugas admision rawat inap akan melakukan booking kamar melalui perawat rawat inap dan selanjutnya perawat akan mempersiapkan kamar yang telah dipesan tersebut agar siap huni. Akan tetapi jika ruangan yang diinginkan pasien tidak tersedia, maka petugas admision rawat inap akan menanyakan ketersediaan kamar lain kepada perawat rawat inap, untuk kemudian ditawarkan kembali kepada pihak pasien. Jika pasien setuju atas kamar yang ditawarkan,
Komputerisasi pengecekan..., Sugiarto Sugani, FKM UI, 2013.
maka pihak admision rawat inap akan segera melakukan booking kamar dan melakukan proses pendaftaran rawat inap. Namun apabila perawat rawat inap tidak kunjung mengangkat telepon dari petugas admision rawat inap, maka petugas rawat inap akan mengecek ketersediaan tempat tidur secara langsung dengan mendatangi ruang perawatan yang berada di lantai tiga. Secara keseluruhan, berdasarkan hasil wawancara dengan petugas admision rawat inap, proses pengecekan ketersediaan tempat tidur ini berlangsung selama 5-15 menit (tergantung kecepatan perawat merespon telepon dari petugas admision rawat inap). Dalam memperoleh informasi mengenai BAS, petugas admision rawat inap menghadapi beberapa kendala yaitu informasi BAS oleh sistem HITS yang tidak sesuai, perawat yang tidak mengangkat telepon, dan perawat yang tidak mengkonfirmasi saat memindahkan pasien ke ruang perawatan lain. Bed Availability Status Information System (BASIS) Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dirancang prototipe Bed Availability Status Information System (BASIS) guna melakukan komputerisasi dalam pengecekan BAS. BASIS merupakan prototipe sistem yang dibuat terpisah sama sekali dari sistem yang sudah ada (sistem HITS) sehingga bersifat berdiri sendiri (stand alone) serta memiliki database dan pengolahan data tersendiri. Secara umum fungsi utama dalam BASIS ada tiga, yaitu fungsi tampil, fungsi edit/update, dan fungsi input, sedangkan user BASIS ada 2 (dua) yaitu admision rawat inap dan perawat rawat inap. Admision rawat inap hanya dapat mengakses fungsi tampil, sedangkan perawat rawat inap dapat mengakses fungsi tampil, edit, dan input. Fokus utama BASIS adalah menghasilkan informasi mengenai status hunian dari sebuah tempat tidur. Oleh karena itu, peneliti membuat 4 (empat) kategori status tempat tidur yang akan digunakan oleh BASIS yaitu status kosong, terisi, on progress, dan rusak. Status kosong merupakan status untuk tempat tidur kosong dan siap huni, status terisi merupakan status yang untuk tempat tidur yang sedang dihuni, status on progress merupakan status untuk tempat tidur yang kosong namun belum siap huni. Kondisi belum siap huni tersebut dapat disebabkan karena tempat tidur sedang dibersihkan atau sedang dihuni oleh pasien day care, sedangkan status rusak merupakan status untuk tempat tidur yang sedang diperbaiki atau direnovasi sehingga tidak dapat dihuni.
Komputerisasi pengecekan..., Sugiarto Sugani, FKM UI, 2013.
Alur Jaringan BASIS
Komputer Perawat Rawat Inap
Update Data DATABASE
LAN (Local Area Network)
Komputer Admision RWI
TAMPILAN INFORMASI BAS
Gambar 2 Alur Jaringan BASIS
Kendali
mengenai
informasi
BAS
ada di perawat rawat inap. Perawatlah yang mampu mengakses dan melakukan perubahan terhadap database BAS. Perawat dapat secara langsung mengakses database atau melakukan update data untuk kemudian perubahan data tersebut disimpan ke dalam database. Database tersebut kemudian dihubungkan dengan komputer di bagian admision rawat inap melalui LAN (Local Area Network), sehingga petugas admision rawat inap dapat mengakses database BAS dan memperoleh tampilan informasi BAS.
Komputerisasi pengecekan..., Sugiarto Sugani, FKM UI, 2013.
Setelah melalui tahap desain, dihasilkanlah prototipe BASIS dengan tampilan sebagai berikut.
1
2 3
6
4
5
Gambar 3 Halaman Index.php BASIS Keterangan : 1. Header. 2. Link menuju fungsi edit BASIS. 3. Fungsi untuk menampilkan informasi BAS secara keseluruhan. 4. Fungsi untuk menampilkan informasi BAS berdasarkan kelas atau jenis tempat tidur (kelas 1, kelas 2, kelas 3, VIP, SVIP, ICU, VK, Isolasi). 5. Fungsi untuk menampilkan informasi BAS berdasarkan status hunian tempat tidur (kosong, terisi, on progress, atau rusak). 6. Ruang untuk menampilkan tabel informasi BAS. Fungsi untuk menampilkan informasi BAS dapat diakses melalui menu nomor 3, 4, dan 5 yang memiliki fungsi tampilan yang berbeda-beda. Pembagian menu-menu tampilan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan dan mempercepat pengguna BASIS dalam memperoleh informasi mengenai BAS. Menu nomor 3 merupakan fungsi untuk menampilkan informasi BAS secara keseluruhan dan
menu nomor 4 merupakan fungsi untuk menampilkan informasi BAS
berdasarkan kelas atau jenis tempat tidur (kelas 1, kelas 2, kelas 3, VIP, SVIP, ICU, VK, Isolasi).
Komputerisasi pengecekan..., Sugiarto Sugani, FKM UI, 2013.
Sedangkan menu nomor 5 merupakan fungsi untuk menampilkan informasi BAS berdasarkan status hunian tempat tidur (kosong, terisi, on progress, atau rusak). Jika menu nomor 5 diklik maka akan muncul pilihan status hunian tempat tidur yang hendak ditampilkan pada kolom nomor 6 seperti pada gambar 4.
Gambar 4 Pilihan Status Hunian Tempat Tidur Yang Hendak Ditampilkan Selanjutnya, pengguna dapat menampilkan informasi BAS dengan meng-klik status hunian tempat tidur yang diinginkan. Informasi BAS berdasarkan status hunian tempat tidur yang dipilih akan segera ditampilkan seperti pada gambar 5.
Gambar 5 Tampilan Informasi BAS Berdasarkan Status Hunian Tempat Tidur (On Progress)
Komputerisasi pengecekan..., Sugiarto Sugani, FKM UI, 2013.
Jika link
“LOGIN” diklik oleh pengguna, maka akan
segera muncul halaman
login.php seperti tampak pada gambar 6.
Gambar 6 Halaman login.php BASIS Jika username dan password yang dimasukkan sesuai, maka pengguna akan segera diarahkan ke halaman yang memiliki fungsi edit yaitu tampil_bas_new.php. Tampilan halaman tampil_bas_new.php ada pada gambar 7. 1
2
Gambar 7 Halaman tampil_bas_new.php BASIS Keterangan : 1. Link untuk keluar dari halaman/log out. 2. Fungsi edit BASIS. Pada halaman
tampil_bas_new.php terdapat tampilan informasi BAS secara
keseluruhan dan dilengkapi dengan fungsi edit yang dapat digunakan untuk meng-update informasi mengenai BAS. Sehingga perawat rawat inap dapat mengetahui informasi mengenai BAS serta dapat melakukan update data BAS apabila terjadi perubahan status hunian tempat tidur. Jika perawat hendak memperbarui informasi BAS, maka perawat dapat melakukannya dengan mengklik fungsi edit yang berada disebelah kanan tabel. Perlu diperhatikan bahwa
Komputerisasi pengecekan..., Sugiarto Sugani, FKM UI, 2013.
fungsi edit yang diklik harus berada pada lajur yang sama dengan nomor tempat tidur yang hendak dituju. Setelah fungsi edit diklik, maka akan muncul halaman form_edit_bas2.php yang berisi form untuk meng-update informasi BAS seperti yang nampak pada gambar 8.
Gambar 8 Halaman form_edit_bas2.php BASIS Jika update data telah selesai dilakukan, maka perawat dapat meng-klik tombol update record dan perubahan data pun akan segera disimpan kedalam database. Perawat juga dapat meng-klik tombol “BACK” pada bagian bawah form jika perubahan tidak jadi dilakukan dan akan segera dibawa kembali menuju halaman tampil_bas_new.php. Selain fungsi edit, peneliti juga menyisipkan fungsi input pada halaman tampil_bas_new.php. Hal ini dibuat dengan tujuan apabila dikemudian hari RS Medika BSD melakukan penambahan tidur sehingga database mengenai tempat tidur perlu ditambah. Fungsi ini teletak pada bagian bawah halaman tampil_bas_new.php seperti yang nampak pada gambar 9.
Gambar 9 Fungsi Input Pada Halaman tampil_bas_new.php
Komputerisasi pengecekan..., Sugiarto Sugani, FKM UI, 2013.
Jika
fungsi
input
database
diklik,
maka
akan
muncul
halaman
input_database_bed.php yang berisi form untuk meng-input informasi tempat tidur baru seperti yang nampak pada gambar 10.
Gambar 10 Halaman input_database_bed.php Rencana Implementasi BASIS Setelah prototipe BASIS selesai dibuat, maka langkah selanjutnya adalah membuat rencana penerapan dari prototipe tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pihak-pihak yang terkait dalam penerapan prototipe ini ada 3 yaitu bagian admision rawat inap, perawat rawat inap, serta bagian IT rumah sakit. Langkah pertama, peneliti mengidentifikasi kendala, harapan, dan juga kesediaan pihak-pihak terkait dalam menjalankan sistem BASIS ini. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa telepon dari petugas admision cukup mengganggu perawat rawat inap. Perawat merasa bahwa seharusnya petugas admision sudah dapat mengetahui mengenai ketersediaan kamar sehingga tidak perlu menelepon perawat untuk menanyakan ketersediaan kamar. “Seharusnya bagian admision sudah tau kamar mana saja yang kosong sehingga tidak perlu bertanya ke perawat lagi mengenai ketersediaan kamar.” (UH) “Agak menganggu kita. Soalnya ditanya, ‘Ada yang kosong ngak mba kelas 1 ?’ , lalu kita harus lihat lagi, ‘Duh mana lagi ya kelas 1 yang kosong ?’ Harusnya kan admision sudah tau.” (RO)
Komputerisasi pengecekan..., Sugiarto Sugani, FKM UI, 2013.
Selanjutnya, peneliti juga menanyakan kesediaan perawat rawat inap dalam menjalankan BASIS. Sebagai user yang berperan penting dalam menghadirkan informasi BAS pada BASIS, kesediaan perawat dalam menjalankan sistem ini sangatlah diperlukan. Berdasarkan hasil wawancara, perawat rawat inap menyatakan bersedia jika seandainya ada sistem baru yang lebih baik untuk pengecekan BAS. Dalam hal ini, peneliti merujuk kepada prototipe BASIS. Berikut beberapa kutipan wawancara dengan perawat rawat inap. "Jika seandainya ada sistem baru dalam pengecekan BAS Penanya
dengan : menggunakan komputer, apakah Anda bersedia untuk menjalankannya ?"
Informan
"Tidak : apa-apa, lebih praktis seperti itu." (RO) "Jika seandainya ada sistem baru dalam pengecekan BAS
Penanya
: dengan menggunakan komputer, apakah Anda bersedia untuk menjalankannya ?" "Mungkin itu lebih baik, asalkan komputernya juga saling
Informan
terhubung dengan admision. Jadi kita tidak repot lagi. : Mengurangi kerepotan.” (AP)
Penanya
: "Menurut Anda apakah itu membantu ?"
Informan
: "Sangat membantu" (AP)
Hal yang diungkapkan perawat senada dengan apa yang diharapkan oleh admision rawat inap, YS. Informan mengharapkan agar pihak perawat rawat inap juga turut aktif dalam penyediaan informasi BAS sehingga bagian admision tidak perlu naik ke ruang perawatan lagi sebab informasi BAS sudah tersedia melalui sistem yang telah terhubung. “Saya harap dibagian rawat inap ada semacam admisionnya atau administrasinya juga. Jadi ketika saya membutuhkan informasi, saya tidak perlu lagi naik ke atas. Saya maunya lihat di sistem, karena mereka mengontrolnya dari atas. Sudah ter-link kan ke bagian-bagian terkait.” (YS) Di lain pihak, bagian IT RS Medika BSD juga mengkonfirmasikan kemungkinan bahwa prototipe BASIS dapat diterapkan di RS Medika BSD. Pada kesempatan yang sama, bagian IT juga menyatakan kesediaannya untuk membantu penerapan prototipe BASIS di rumah sakit.
Komputerisasi pengecekan..., Sugiarto Sugani, FKM UI, 2013.
Penanya
Apakah komputer perawat rawat inap di lantai 3 dan : admision rawat inap di lantai 1 sudah terkoneksi LAN ? "Ya, tentu. Sudah pasti terkoneksi sebab jika tidak maka
Informan
mereka : tidak dapat mengakses sistem HITS. Jadi pasti terhubung." (DS)
Penanya
"Jadi, jika seandainya saya membuat sistem baru dengan : menggunakan akses terhadap localhost apakah bisa ?"
Informan
“Bisa. Nanti kalau sudah jadi, tinggal saya setting saja. : Gampang.” (DS)
Setelah pihak-pihak terkait menyatakan kesediaannya dalam menerapkan prototipe BASIS, maka selanjutnya peneliti membuat rancangan tahap-tahap yang akan dilalui dalam melakukan implementasi prototipe BASIS. Tahap-tahap implementasi prototipe BASIS dapat dilihat pada gambar 11.
Input Prototipe
Sosialisasi Prototipe
Pemanfaatan Prototipe
Monitoring dan Evaluasi Gambar 11 Tahapan Implementasi Prototipe BASIS
Pertama-tama, prototipe BASIS akan dimasukkan ke dalam komputer bagian admision rawat inap dan bagian perawat rawat inap. Pada tahap ini juga akan dilakukan sinkronisasi data terbaru yang ada di rumah sakit. Setelah itu, akan dilakukan sosialisasi kepada pengguna prototipe tentang bagaimana cara menggunakan prototipe BASIS tersebut. Jika user BASIS telah mengerti cara menggunakan BASIS, maka dimulailah tahapan pemanfaatan prototipe BASIS. Selanjutnya, harus dilakukan proses monitoring dan evaluasi guna meninjau dan memperbaiki sistem secara berkesinambungan.
Komputerisasi pengecekan..., Sugiarto Sugani, FKM UI, 2013.
KESIMPULAN 1. Proses perolehan informasi BAS di RS Medika BSD masih menggunakan cara manual sehingga kurang optimal. 2. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dikembangkanlah prototipe Bed Availability Status Information System (BASIS) untuk komputerisasi pengecekan BAS di RS Medika BSD. 3. BASIS memiliki 3 (tiga) fungsi utama yaitu fungsi tampil, edit, dan input. Sedangkan implementasi prototipe BASIS dilakukan dalam 4 tahap yaitu input prototipe, sosialisasi prototipe, pemanfaatan prototipe, dan monitoring evaluasi. SARAN 1. Bagi Rumah Sakit a. Pihak RS Medika BSD melakukan uji coba prototipe BASIS guna mengidentifikasi jika seandainya terjadi permasalahan dalam penerapan prototipe BASIS. b. Pihak RS Medika BSD berkomitmen untuk menerapkan prototipe BASIS guna mengoptimalkan proses pengecekan BAS. c. Bagian IT RS Medika BSD meng-instal, memelihara, serta mengembangkan prototipe BASIS. d. Bagian admision rawat inap dan perawat rawat inap sebagai user BASIS secara aktif memberikan masukan guna memperbaiki dan mengembangkan BASIS. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Melakukan identifikasi masalah di bidang lain, yang dimungkinkan untuk dilakukan komputerisasi guna mengoptimalkan pelayanan RS. b. Mengembangkan sistem komputerisasi yang semakin berorientasi kepada kebutuhan pengguna (user friendly). KEPUSTAKAAN McLeod, Raymond. 1996. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Prehalindo. Duarsa, A.B. Susila, dkk. 2012. Panduan Penelitian Operasional Tahun 2012. Jakarta: Universitas Yarsi. Goetsch, David L. dan Stanley B. Davis. 2002. Manajemen Mutu Total. Jakarta: PT Prehalindo.
Komputerisasi pengecekan..., Sugiarto Sugani, FKM UI, 2013.