KOMPETENSI PROFESIONAL, MOTIVASI DAN KINERJA GURU SDN DI KECAMATAN KEPENUHAN KABUPATEN ROKAN HULU, RIAU
MULTI SUKRAPI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kompetensi Profesional, Motivasi dan Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2014 Multi Sukrapi NIM I351110061
RINGKASAN MULTI SUKRAPI. Kompetensi Profesional, Motivasi dan Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Dibimbing oleh PUDJI MULJONO dan NINUK PURNANINGSIH. Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha dewasa manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara dan perbuatan mendidik (Departemen Pendidikan Nasional 2008). Guru sebagai salah satu unsur dalam pendidikan lapangan harus berperan aktif dan menempatkan posisinya sebagai profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Sebagai salah satu upaya untuk menciptakan guru yang profesional, pemerintah telah membuat aturan persyaratan untuk menjadi seorang guru. UU No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, Pasal 8 menyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Namun dalam kenyataannya masih sedikit guru yang memenuhi syarat. Selain meningkatkan kompetensi profesional guru, upaya untuk meningkatkan kinerja guru juga bisa melalui peningkatan motivasi kerja guru. Guru mengajar karena ada sesuatu yang memotivasi dia untuk bekerja. Motivasi kerja ini menyebabkan guru akan bersemangat dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik karena kebutuhan mereka telah terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini terkait dengan kepuasan kerja, di mana harapan guru terpenuhi oleh fakta yang diberikan organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan, (2) menganalisis hubungan antara kompetensi profesional guru dengan kinerja guru, (2) menganalisis hubungan antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru. Penelitian ini menggunakan metode survei. Populasi dalam penelitian ini adalah setiap guru sekolah dasar negeri yang berada di Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, dengan jumlah responden 71 orang. Hasil penelitian menunjukkan (1) Kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan sudah cukup baik, (2) terdapat hubungan positif yang signifikan antara kompetensi profesional dengan kinerja guru, (3) terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi dengan kinerja guru. Kata kunci : kompetensi profesional, motivasi, dan kinerja guru
SUMMARY MULTI SUKRAPI. Professional Competence, Motivation and Performance State Primary School Teachers in sub district Kepenuhan Rokan Hulu, Riau. Supervised by PUDJI MULJONO and NINUK PURNANINGSIH. Education is the process of changing attitudes and behavior of a person or group people in human mature effort through the efforts of teaching and training, processes, ways and deeds educate (Department of Education National 2008). The teacher is one element in the educational field should play an active role and put the his position as professional in accordance with the demands of increasingly a growing community. As one of the efforts to create a professional teacher, the government has made a rule requirements to become a teacher. Law No.14 of 2005 on teachers and lecturers, Article 8 states that the teacher must have academic qualifications, competence, teaching certificate, physical and spiritual health, as well as having the ability to achieve national education goals. But in reality still a few teachers who are qualified. In addition to enhancing the professional competence of teachers, efforts to improve teacher's performance can also be through increased work motivation of teachers. teachers teach because there is something that motivates him to work. The motivation of this work cause a teacher to be excited in performing their duties as educators because their needs have been met. The fulfillment of these needs related to job satisfaction, where between the teacher's expectations are met by the fact which given organization. This study aims to (1) analyze the performance of public elementary school teachers in the District of kepenuhan, (2) analyzing the relationship between the professional competence of teachers with teacher performance, (3) analyzing the relationship between work motivation of teachers with teacher performance. This research uses the survey method. The population of this study is any teacher who residing in the sub-districts Kepenuhan of Rokan Hulu districts. respondents are 71 people. Results showed (1) Performance of public elementary school teachers in the subDistrict kepenuhan already is good enough, (2) there is a significant positive relationship between the professional competence with of the teacher's performance, (3) there is a significant positive relationship between motivation with performance of teachers. Keywords : professional competence, motivation, and teacher performance
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KOMPETENSI PROFESIONAL, MOTIVASI DAN KINERJA GURU SDN DI KECAMATAN KEPENUHAN KABUPATEN ROKAN HULU, RIAU
MULTI SUKRAPI
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Dwi Sadono, MSi
Penguji Program Studi: Dr Ir Anna Fatchiya, MSi
Judul Tesis : Kompetensi Profesional, Motivasi dan Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, Riau Nama : Multi Sukrapi NIM : I351110061
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Ir Pudji Muljono, MSi Ketua
Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MSi Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof Dr Ir Sumardjo, MS
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 26 Juni 2014
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah (tesis) yang berjudul: Kompetensi Profesional, Motivasi dan Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Tesis ini disusun berdasarkan hasil penelitian pada bulan November 2013 sampai Pebruari 2014. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak Dr Ir Pudji Muljono, MSi dan Ibu Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MSi selaku pembimbing. 2. Dekan Fakultas Ekologi Manusia, Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN) IPB, para staf pengajar serta staf sekretariat (Ibu Desi) Program Studi PPN IPB yang telah memberikan ilmu, dukungan dan fasilitas selama penulis mengikuti pendidikan. 3. Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Riau yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengikuti pendidikan S2 PPN IPB. 4. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Rokan Hulu, Kepala UPTD (Unit Pengelola Tehnik Dinas) Pendidikan Kecamatan Kepenuhan, Kepala Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan, serta guru-guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan, yang telah memberikan ijin dan fasilitasi dalam melaksanakan penelitian. 5. Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana Ilmu Penyuluhan Pembangunan atas dukungan dan diskusi-diskusi selama ini. 6. Istri (Ismar Liza) atas dukungan dan doa yang diberikan selama ini. 7. Ibu Rosmaniar orang tua tercinta, atas doa tulus yang tiada henti. Kakak dan adik atas dukungan hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di IPB. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zulkifli Nasution atas dorongan yang diberikan hingga penulis jadi lebih bersemangat untuk melanjutkan pendidikan S2 di IPB. Demikian, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2014
Multi Sukrapi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kinerja Pengertian Kinerja Guru Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penilaian Kinerja Guru Manfaat Penilaian Kinerja Guru Kompetensi Guru Kompetensi Profesional Guru Pengertian Motivasi Kerja Teori Motivasi Kerja Pandangan tentang Motivasi Kerja Guru Tujuan Pemberian Motivasi Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Kerangka Berpikir dan Hipotesis 3 METODE Lokasi dan Waktu Rancangan Penelitian Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Teknik Pengumpulan Data Definisi Operasional Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Analisis Data 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Guru Gambaran Umum Lokasi Penelitian Karakteristik Guru di Kecamatan Kepenuhan Karakteristik Pendidikan Formal Guru Karakteristik Pengalaman Mengajar Guru Pemanfaatan Waktu untuk Kegiatan Pembelajaran Deskripsi Hasil Penelitian Kompetensi Profesional Guru Menguasai Substansi Keilmuan Menguasai Struktur dan Metode Keilmuan Motivasi Kerja Guru Dorongan (Motif) Harapan (Ekspektasi) Imbalan (Insentif)
vi vi vi 1 1 5 5 5 6 6 7 8 9 10 11 12 14 15 18 19 19 20 23 23 23 23 25 25 28 29 31 31 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 40 41 42
Kinerja Guru Perencanaan Pembelajaran Pelaksanaan Pembelajaran Evaluasi Pembelajaran Kinerja Guru Secara Total
43 43 44 45 46
Hubungan antara Kompetensi Profesional dan Motivasi dengan Kinerja Guru
47
Hubungan Penguasaan Substansi Keilmuan dengan Kinerja Guru Hubungan Menguasai Struktur dan Metode Keilmuan dengan Kinerja Guru
47
Hubungan Motif dengan Kinerja Guru Hubungan Ekspektasi dengan Kinerja Guru Hubungan Insentif dengan Kinerja Guru Jenis Perbaikan Kompetensi Profesional serta Motivasi yang dibutuhkan untuk Meningkatkan Kinerja Guru 5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
49 52 52
48
54 57 57 58 59 62 68
DAFTAR TABEL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Operasionalisasi variabel penelitian Kondisi jalan di Kecamatan Kepenuhan Jumlah penduduk Kecamatan Kepenuhan Karakteristik guru sekolah dasar negeri di Kecamatan Kepenuhan Karakteristik guru berdasarkan pendidikan formal Karakteristik guru berdasarkan pengalaman mengajar Jadwal kegiatan belajar mengajar Sekolah Dasar Negeri Deskripsi data umum variabel penelitian Distribusi frekuensi variabel penguasaan substansi keilmuan Distribusi frekuensi variabel menguasai struktur dan metode keilmuan Distribusi variabel motif atau dorongan Distribusi frekuensi variabel ekspektasi atau harapan Distribusi frekuensi variabel insentif atau imbalan Distribusi frekuensi variabel perencanaan pembelajaran Distribusi frekuensi variabel pelaksanaan pembelajaran Distribusi frekuensi variabel evaluasi pembelajaran Distribusi frekuensi variabel kinerja guru secara total Hubungan antara kompetensi profesional dan motivasi dengan kinerja guru
27 32 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 46
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka operasional penelitian 2 Peta lokasi penelitian
22 67
DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner 2 Kegiatan belajar mengajar Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan
62
65
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan pendidikan merupakan suatu usaha untuk mewujudkan visi masyarakat atau bangsa mengenai masa depannya, dalam rangka mewujudkan sekelompok masyarakat yang adil dan makmur. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses pemberdayaan untuk mengungkapkan potensi yang ada pada manusia sebagai individu, yang dapat memberikan sumbangan kepada masyarakat lokal sampai kepada masyarakat global. Fungsi pendidikan bukan hanya menggali potensi pendidikan yang ada di dalam diri manusia yang dapat mengontrol potensi yang telah dikembangkannya agar dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup manusia itu sendiri. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara dan perbuatan mendidik (Departemen Pendidikan Nasional 2008). Melalui tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam undangundang sistem pendidikan nasional, pemerintah berupaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mandiri, bertanggung jawab kepada masyarakat dan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut, banyak hal yang saling berkaitan selain komponen-komponen yang memang terdapat dalam sistem pendidikan itu sendiri. Guru merupakan salah satu unsur di dalam bidang kependidikan yang harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Kelengkapan dari jumlah tenaga pengajar dan kualitas dari guru tersebut akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar yang berujung pada peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu guru dituntut profesional dalam menjalankan tugasnya. Sebagai salah satu usaha untuk menciptakan guru yang profesional, pemerintah telah membuat aturan persyaratan untuk menjadi guru. Dalam pasal 8 Undang Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 28 Ayat 3 menjelaskan bahwa kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, serta pendidikan usia dini meliputi: 1. Kompetensi pedagogik 2. Kompetensi kepribadian
2 3. 4.
Kompetensi profesional Kompetensi sosial. Keempat kompetensi guru yang telah disebutkan sebelumnya tentunya memengaruhi kinerja guru. Namun, ada satu kompetensi yang sangat mempengaruhi kinerja guru yaitu kompetensi profesional. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Permadi dan Arifin (2010) bahwa kompetensi profesional sangat penting, karena langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan (Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005). Kompetensi profesional yang dimaksud merupakan kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, dalam hal ini termasuk penguasaan kemampuan akademik lainnya yang berperan sebagai pendukung profesionalisme guru. Kemampuan akademik tersebut antara lain, memiliki kemampuan dalam menguasai ilmu, jenjang dan jenis pendidikan yang sesuai. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan. Selanjutnya Mulyasa (2009) menyatakan kompetensi profesional secara lebih khusus yaitu sebagai berikut. 1. Memahami Standar Nasional Pendidikan. 2. Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 3. Menguasai materi standar. 4. Mengelola program pembelajaran. 5. Mengelola kelas. 6. Menggunakan media dan sumber pembelajaran. 7. Menguasai landasan-landasan kependidikan. 8. Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik. 9. Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah. 10. Memahami penelitian dalam pembelajaran. 11. Menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam pembelajaran. 12. Mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan. 13. Memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individual. Arikunto (1998) menjelaskan bahwa kompetensi profesional berarti “Guru harus memiliki pengetahuan yang luas serta dalam tentang bidang studi yang akan diajarkan, serta penguasaan metodologi dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat, serta mampu menggunakan dalam proses belajar mengajar”. Oleh karena itu dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kompetensi profesional yaitu kemampuan guru dalam penguasaan terhadap materi pelajaran dan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran yang dimaksud adalah perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
3 Guru berada pada titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan yang diarahkan pada perubahan-perubahan kualitas. Setiap usaha pendidikan seperti penggantian kurikulum, pengembangan metode mengajar, penyediaan sarana dan prasarana hanya akan berarti jika melibatkan guru. Selain itu guru diposisikan sebagai garda terdepan di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar karena guru memegang posisi yang sangat strategis dalam upaya menciptakan lulusan yang kompeten dan berkualitas untuk memenuhi kebutuhan SDM yang profesional. Oleh karena itu, maka kualitas dan kuantitas guru perlu ditingkatkan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sekarang dan yang akan datang. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Bab IV pasal 20 (a) tentang guru dan dosen menyatakan bahwa standar prestasi kerja guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar merupakan bentuk kinerja guru. Peningkatan kinerja guru akan berpengaruh pada peningkatan kualitas output SDM yang dihasilkan dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Kualitas pendidikan dan lulusan seringkali dipandang tergantung kepada peran guru dalam pengelolaan komponen-komponen pengajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang optimal tentunya guru harus memiliki dan menampilkan kinerja yang maksimal selama proses belajar mengajar dengan menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain dengan meningkatkan kompetensi profesional guru, usaha untuk meningkatkan kinerja guru juga dapat melalui peningkatan motivasi kerja para guru. Guru mengajar karena ada sesuatu yang memotivasi dirinya untuk bekerja. Motivasi kerja ini yang menyebabkan seorang guru untuk bersemangat dalam menjalankan tugas sebagai pendidik karena telah terpenuhi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan kepuasan kerja, dimana antara harapan guru terpenuhi oleh kenyataan yang diberikan organisasi. Istilah motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi agar bekerja mencapai tujuan yang ditentukan (Hasibuan 2006). Motivasi kerja merupakan motivasi yang terjadi pada situasi dan lingkungan kerja yang terdapat pada suatu organisasi atau lembaga. Keberhasilan dan kegagalan pendidikan memang sering dikaitkan dengan motivasi kerja guru. Fakta membuktikan, dari sekitar 2.8 juta guru dari berbagai jenjang pendidikan, banyak yang sebenarnya tidak layak jadi guru profesional. Ketidaklayakan ini antara lain karena tingkat pendidikan guru yang tidak memenuhi syarat dan belum memiliki syarat sertifikat pendidik (Permadi dan Arifin, 2010). Mulyasa (2009) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru adalah kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri. Dalam diri seorang guru yang diharapkan adalah perlunya mempunyai motivasi untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai pendidik yang dapat dijadikan panutan bagi peserta didiknya (Permadi dan Arifin, 2010). Jadi motivasi, terutama motivasi untuk bekerja dari guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
4 Guru yang profesional perlu memiliki kemampuan untuk menggali informasi kependidikan dan bidang studi dari berbagai sumber, termasuk dari sumber elektronik dan pertemuan ilmiah, serta melakukan kajian atau penelitian untuk menunjang pembelajaran yang mendidik. Jika mengacu pada empat kompetensi yang harus dikuasai guru menurut kebijakan pemerintah, maka salah satu kompetensi yang spesifik dan terkait langsung dengan tugas guru adalah kompetensi profesional. Program sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru dengan ditopang oleh tunjangan profesi yang diperoleh guru bersertifikasi. Dalam kenyataan peningkatan kinerja guru yang sudah lolos sertifikasi masih belum memuaskan. Motivasi kerja yang tinggi justru ditunjukkan oleh guru- guru yang belum mengikuti sertifikasi dengan harapan segera dapat disertifikasi. Fakta tersebut merupakan temuan sementara dari hasil survei yang dilakukan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengenai dampak sertifikasi profesi guru terhadap kinerja guru. Hasilnya sudah menunjukkan jika kinerja guru yang sudah disertifikasi belum meningkat secara signifikan. Berdasarkan hasil dari pembicaraan yang pernah kami lakukan dengan beberapa orang guru dan kepala sekolah, menyimpulkan bahwa kinerja dari para guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan diduga masih belum optimal. Hal ini muncul karena ada indikasi-indikasi yang bisa menurunkan kinerja guru, diantaranya masih ada guru yang belum merasa membutuhkan dalam menyusun program semester maupun program tahunan, sebagian besar masih sekadar menyusun program untuk memenuhi kewajiban administrasi dan birokrasi serta tidak sedikit yang cenderung kurang mengerti fungsi dari program yang dibuat. Apabila diperhatikan lebih jauh akan minimnya guru yang membuat persiapan pembelajaran, tentunya hal ini akan terkait juga dengan kelemahan guru dalam penguasaan peralatan IT, terutama dalam pemakaian laptop/komputer sebab dalam pembuatan persiapan pembelajaran minimal seorang guru harus bisa menggunakan Microsoft Word maupun Microsoft Excel. Selain itu masih minimnya guru yang dapat merealisasikan program tahunan maupun program semester pada kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan data pengawas untuk kelompok Sekolah Dasar pada UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Kepenuhan juga baru sebagian guru yang menyusun program dan terealisasi pada kegiatan belajar mengajar, sedangkan sisanya masih sekadar menyusun program dan belum sepenuhnya merealisasikannya dalam kegiatan belajar mengajar. Kemudian ditemukan adanya kecenderungan copy paste program tahunan dari guru lain yang tentunya kondisi dan situasi belajar dari masing-masing peserta didik yang diampu guru tersebut berbeda, sehingga perlu penyesuaian dalam penyusunan program semester maupun tahunan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Dalam pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar juga ditemukan bahwa kebanyakan guru belum kreatif dan masih konvensional dalam penyampaian sebuah materi pelajaran sehingga siswa merasa bosan dan kurang memperhatikan. Dalam kegiatan belajar mengajar hanya terpaku pada metode ceramah. Pembelajaran masih berorientasi pada guru (TLC). Masih belum optimalnya penggunaan multimedia dalam proses pembelajaran. Guru merupakan satusatunya sumber belajar dikarenakan belum berbasis Information Technology (IT)
5 untuk perluasan materi. Sehingga dirasa perlu untuk dilakukan penelitian ini guna untuk mengetahui bagaimana kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan dan sejauh mana hubungan antara kompetensi profesional dan motivasi kerja dengan kinerja guru di Kecamatan Kepenuhan serta perbaikan dalam hal apa saja yang sangat di perlukan untuk meningkatkan kinerja guru-guru tersebut.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan? 2. Bagaimana hubungan antara kompetensi profesional guru dengan kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan? 3. Bagaimana hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemaparan rumusan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan 2. Menganalisis hubungan antara kompetensi profesional guru dengan kinerja guru 3. Menganalisis hubungan antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru.
Manfaat Penelitian
1.
2.
3.
Memberikan informasi bagi pengembangan strategi peningkatan kinerja guru sejalan dengan semangat otonomi pendidikan dan manajemen berbasis sekolah yang menjadi landasan dalam pengelolaan pendidikan di tingkat satuan pendidikan. Secara praktis diharapkan menjadi masukan yang sangat berarti bagi pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan pihak sekolah dalam merumuskan strategi peningkatan kompetensi dan motivasi kerja guru dalam rangka peningkatan kinerja guru untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Sebagai informasi yang dapat digunakan untuk kegiatan lebih lanjut bagi para peneliti terhadap permasalahan yang sama di masa yang akan datang.
6
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kinerja
Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan (Sulistyorini 2001). Kinerja merupakan hasil dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu yang di dalamnya terdiri dari tiga aspek yaitu: kejelasan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya; kejelasan hasil yang diharapkan dari suatu pekerjaan atau fungsi; kejelasan waktu yang diperlukan untuk menyelesikan suatu pekerjaan agar hasil yang diharapkan dapat terwujud (Tempe 1992). Pendapat lainnya dikemukakan Fatah (1996), kinerja diartikan sebagai ungkapan kemajuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu pekerjaan. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Udiyono (2011) bahwa kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Kinerja merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang merupakan efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka kinerja sesungguhnya merupakan perilaku manusia dalam menjalankan perannya dalam suatu organisasi untuk memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan agar membuahkan tindakan serta hasil yang diinginkan. Menurut Prawirosentono (1999): "Performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral ataupun etika". Dessler (1997) menyatakan pengertian kinerja hampir sama dengan prestasi kerja ialah perbandingan antara hasil kerja aktual dengan standar kerja yang ditetapkan. Dalam hal ini kinerja lebih memfokuskan pada hasil kerja. Dari beberapa pengertian tentang kinerja tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah tingkat kemampuan kerja yang telah diraih oleh seseorang. Kinerja atau prestasi kerja merupakan hasil akhir dari suatu aktifitas yang telah dilakukan seseorang untuk meraih suatu tujuan. Pencapaian hasil kerja ini juga sebagai bentuk perbandingan hasil kerja seseorang dengan standar yang telah ditetapkan. Apabila hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang sesuai dengan standar kerja atau bahkan melebihi standar maka dapat dikatakan kinerja itu mencapai prestasi yang baik. Kinerja yang dimaksudkan diharapkan memiliki atau menghasilkan mutu yang baik dan tetap melihat jumlah yang akan diraihnya. Suatu pekerjaan harus dapat dilihat secara mutu terpenuhi maupun dari segi jumlah yang akan diraih dapat sesuai dengan yang direncanakan.
7 Pengertian Kinerja Guru
Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu sebab guru selain menjadi pengajar ia juga berperan sebagai pendidik serta sebagai pelaksana tugas administrasi sekolah oleh karena itu sering juga dikatakan guru sebagai programmer, administrator, fasilitator, dan evaluator dalam lingkungan sekolah. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Dalam dunia pendidikan, maka kinerja guru dapat dilihat dari berbagai tugas yang telah diamanahkan dalam Undang-undang. Pada hakikatnya, kinerja guru bukan hanya sebatas melaksanakan kurikulum sebagai beban kerja, tetapi justeru banyak tugas lain yang harus dilaksanakan dan itu terwujud dalam bentuk kinerja seorang guru. Inilah hakikatnya tuntutan profesionalitas yang telah disematkan kepada beban dan tanggung jawab mereka. Secara implisit, di dalam UndangUndang Nomor 20 tahun 2003 dan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 telah memberikan gambaran bahwa kinerja guru berada dalam rumusan melaksanakan tugas utama dan menunaikan beban kerja, serta mewujudkan kompetensi dalam mengemban amanah pendidikan yang ada di pundaknya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 39 ayat (2), menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Keterangan lain menjelaskan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 (a) tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa standar prestasi kerja guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar merupakan bentuk kinerja guru. Berdasarkan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dijabarkan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok: (1) merencanakan pembelajaran; (2) melaksanakan pembelajaran; (3) menilai hasil pembelajaran; (4) membimbing dan melatih peserta didik; dan (5) melaksanakan tugas tambahan. Proses belajar mengajar tidak sesederhana seperti yang terlihat pada saat guru menyampaikan materi pelajaran di kelas, tetapi dalam melaksanakan pembelajaran yang baik seorang guru harus mengadakan persiapan yang baik agar pada saat melaksanakan pembelajaran dapat terarah sesuai tujuan pembelajaran yang terdapat pada indikator keberhasilan pembelajaran. Proses pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru mulai dari persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai pada tahap akhir pembelajaran yaitu pelaksanaan evaluasi dan perbaikan untuk siswa yang belum berhasil pada saat dilakukan evaluasi.
8 Menurut Dellan et al. (2013), kinerja guru merupakan hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan waktu, sedangkan Udiyono (2011) mengatakan bahwa kinerja guru adalah hasil kerja guru dalam menjalankan tugas dan kewajiban dengan kemampuan yang dimilikinya. Karweti (2010) juga mengatakan bahwa kinerja guru dapat diartikan sebagai tampilan prestasi kerja guru yang ditunjukan atau hasil yang dicapai oleh guru atas pelaksanaan tugas profesional dan fungsionalnya dalam pembelajaran yang telah ditentukan pada kurun waktu tertentu. Dari berbagai pengertian di atas maka dapat didefinisikan konsep kinerja guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang dilakukan oleh seorang guru berdasarkan kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar, yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Kinerja guru akan baik jika guru telah melaksanakan unsur-unsur yang terdiri atas kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreatifitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua warga di sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, serta tanggung jawab terhadap tugasnya.
Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan dan dianggap sebagai orang yang berperanan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan yang merupakan percerminan mutu pendidikan. Keberadaan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tidak lepas dari pengaruh faktor internal maupun faktor eksternal yang membawa dampak pada perubahan kinerja guru. Mahmudi (2007) mengatakan bahwa kinerja merupakan suatu konstruk multidemensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya, yaitu : 1. Faktor personal/individual, meliputi pengetahuan, ketrampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu. 2. Faktor kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader 3. Faktor tim, meliputi : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim. 4. Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim. 5. Faktor konstektual (situasional), meliputi : tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal”.
9 Penjelasan lain mengenai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja dijelaskan oleh Mathis dan Jackson (2001) antara lain: (1) Kemampuan mereka, (2) Motivasi, (3) Dukungan yang diterima, (4) Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan (5) Hubungan mereka dengan organisasi Pendapat lain juga dikemukakan oleh Simanjuntak (2005) menyebutkan bahwa kinerja setiap orang dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya sebagai berikut: a) Kompetensi Individu. Kompetensi individu merupakan kompetensi kemampuan serta keterampilan individu untuk melakukan kerja. b) Dukungan organisasi Kinerja setiap orang juga tergantung pada dukungan organisasi dalam bentuk pengorganisasian seperti terciptanya budaya organisasi yang sehat, dan adanya iklim organisasi yang kondusif seperti penyediaan sarana dan prasarana kerja, pemilihan teknologi, kenyamanan lingkungan kerja, serta kondisi dan syarat kerja, dll. c) Dukungan manajemen. Kinerja setiap orang sangat tergantung pada kemampuan manajerial para manajemen atau pimpinan, baik dengan membangun sistem kerja dan hubungan industrial yang aman dan harmonis, maupun dengan mengembangkan kompetensi pekerja, demikian juga dengan menumbuhkan motivasi dan memobilisasi pegawai untuk bekerja secara optimal. Menurut Mulyasa (2007) sedikitnya terdapat sepuluh faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru, baik faktor internal maupun eksternal: "Kesepuluh faktor tersebut adalah: (1) dorongan untuk bekerja, (2) tanggung jawab terhadap tugas, (3) minat terhadap tugas, (4) penghargaan terhadap tugas, (5) peluang untuk berkembang, (6) perhatian dari kepala sekolah, (7) hubungan interpersonal dengan sesama guru, (8) MGMP dan KKG, (9) kelompok diskusi terbimbing serta (10) layanan perpustakaan".
Penilaian Kinerja Guru
Penilaian kinerja guru merupakan penilaian prestasi kerja profesi guru yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukkan ketika ia melaksankan tugasnya. Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 16 Tahun 2009, Penilaian Kinerja guru adalah dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seorang guru dalam penguasaan pengetahuan, penerapan
10 pengetahuan dan keterampilan, sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Handoko (1994) menjelaskan bahwa, "penilaian prestai kerja (performance appraisal) adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan" Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penguasaan kompetensi dan penerapan pengetahuan serta keterampilan guru, sangat menentukan tercapainya kualitas proses pembelajaran atau pembimbingan peserta didik, dan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan bagi sekolah/madrasah, khususnya bagi guru dengan tugas tambahan tersebut. Sistem PK Guru adalah sistem penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukkan dalam unjuk kerjanya. Dalam melaksanakan penilaian kinerja guru ada bermacam-macam cara yang bisa digunakan, namun demikian, ada dua model yang paling sesuai dan dapat digunakan sebagai instrumen utama, yaitu skala penilaian dan lembar observasi atau penilaian. Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain melalui pernyataan perilaku dalam suatu kontinum atau kategori yang memiliki makna atau nilai. Observasi merupakan cara mengumpulkan data yang biasa digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang alami sebenarnya maupun situasi buatan. Tingkah laku guru dalam mengajar, merupakan hal yang paling cocok dinilai dengan observasi. Menilai kinerja guru adalah suatu proses menentukan tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pokok mengajar dengan menggunakan patokan-patokan tertentu. Bagi para guru, penilaian kinerja berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan dan potensinya. Bagi sekolah hasil penilaian para guru sangat penting arti dan perannya dalam pengambilan keputusan.
Manfaat Penilaian Kinerja Guru
Penilaian kinerja guru memiliki banyak manfaat baik itu bagi sebuah sekolah karena dengan penilaian ini akan memberikan tingkat pencapaian dari standar, ukuran atau kriteria yang telah ditetapkan sekolah sedangkan bagi tenaga pendidik atau guru dapat dijadikan sebagai sarana untuk pengembangan karir, sehingga kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam seorang guru dapat diatasi serta akan memberikan umpan balik kepada guru tersebut. Menurut Mangkuprawira (2001), manfaat dari penilaian kinerja karyawan adalah: (1) perbaikan kinerja; (2) penyesuaian kompensasi; (3) keputusan penetapan; (4) kebutuhan pelatihan dan pengembangan; (5) perencanaan dan pengembangan karir; (6) efisiensi proses penempatan staf; (7) ketidakakuratan
11 informasi; (8) kesalahan rancangan pekerjaan; (9) kesempatan kerja yang sama; (10) tantangan-tantangan eksternal; (11) umpan balik pada SDM. Depdiknas (2000) menyebutkan beberapa manfaat dari adanya penilaian antara lain: a). Pengembangan staf melalui in-service training, b). Pengembangan karier melalui in-service training, c). Hubungan yang semakin baik antara staf dan pemimpin, d). Pengetahuan lebih mendalam tentang sekolah dan pribadi, e). Hubungan produktif antara penilaian dengan perencanaan dengan pengembangan sekolah, f). Kesempatan belajar yang lebih baik bagi siswa, g). Peningkatan moral dan efisiensi sekolah. Mulyasa (2007) menjelaskan tentang manfaat penilaian tenaga pendidikan: "Penilaian tenaga pendidikan biasanya difokuskan pada prestasi individu, dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya penting bagi sekolah, tetapi juga penting bagi tenaga kependidikan yang bersangkutan. Bagi para tenaga kependidikan, penilaian berguna sebagai umpan balik terhadap berbagai hal, kemampuan, ketelitian, kekurangan dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana, dan pengembangan karir. Bagi sekolah, hasil penilaian prestasi tenaga kependidikan sangat penting dalam mengambil keputusan berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan, pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan dan aspek lain dari keseluruhan proses pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan". Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan bahwa penilaian kinerja guru penting dilakukan oleh suatu sekolah untuk perbaikan kinerja guru itu sendiri maupun untuk sekolah dalam hal menyusun kembali rencana atau strategi baru untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Penilaian yang dilakukan dapat menjadi masukan bagi guru dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya. Selain itu penilaian kinerja guru membantu guru dalam mengenal tugas-tugasnya secara lebih baik sehingga guru dapat menjalankan pembelajaran seefektif mungkin untuk kemajuan peserta didik dan kemajuan guru sendiri menuju guru yang profesional. Penilaian kinerja guru tidak dimaksudkan untuk mengkritik dan mencari kesalahan, melainkan sebagai dorongan bagi guru dalam pengertian konstruktif guna mengembangkan diri menjadi lebih profesional dan pada akhirnya nanti akan meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik. Hal ini menuntut perubahan pola pikir serta perilaku dan kesediaan guru untuk merefleksikan diri secara berkelanjutan.
Kompetensi Guru
Isilah kompetensi menunjuk pada suatu kemampuan sebab "competence means fitness or ability" yang berarti kemampuan atau kecakapan. Oleh sebab itu adanya kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru tentunya mempunyai maksud dan tujuan tertentu yang berimbas pada berbagai aspek kependidikan. Pentingnya kompetensi guru bagi dunia pendidikan menurut Hamalik (2003)
12 antara lain: (1) kompetensi guru sebagai alat seleksi penerimaan guru, (2) kompetensi guru penting dalam rangka pembinaan guru, (3) kompetensi guru penting dalam rangka penyusunan kurikulum, (4) kompetensi guru penting dalam hubungannya dengan kegiatan dan hasil belajar siswa. Kunandar ( 2007 ) mengemukakan bahwa : Kompetensi guru bertolak dari analisis tugas-tugas guru baik sebagai pengajar, pembimbing, maupun administrator di dalam kelas. Kompetensi guru terdiri dari : (1) menguasai bahan pelajaran, (2) mengelola program belajar mengajar, (3) mengelola kelas, (4) menggunakan media atau sumber belajar, (5) menguasai landasan kependidikan, (6) mengelola interaksi belajar mengajar, (7) menilai prestasi belajar, (8) mengenal fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan, (9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan (10) memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran. Kompetensi merupakan kemampuan seseorang baik kualitatif maupun kuantitatif, Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, "kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan" , sedangkan Triyanto (2006) mengatakan kompetensi merupakan kemampuan, kecakapan, dan keterampilan yang dimiliki seseorang berkenaaan dengan tugas, jabatan maupun profesinya. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar dan akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Kompetensi guru adalah kecakapan, kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang yang bertugas mendidik peserta didiknya agar mempunyai kepribadian yang luhur dan keterampilan sebagaimana tujuan dari pendidikan. Oleh karena itu kompetensi guru menjadi tuntutan dasar bagi seorang guru. Menurut Malawi (2011) mengatakan bahwa unsur kompetensi berupa potensi, pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai belum dapat mewujudkan kompetensi tetapi masih perlu dilengkapi dengan kemampuan mengkoordinasikan unsur-unsur tersebut agar dapat diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja. Jabatan guru adalah suatu jabatan profesi, dimana harus bekerja secara profesional. Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi-kompetensi yang dituntut agar mampu melaksanakan tugasnya secara baik dalam melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah. Agar kualifikasi guru terpenuhi sebagai tenaga pendidik yang profesional maka pemerintah membuat peraturan terkait hal tersebut.
Kompetensi Profesional Guru
Menurut Syah (2000) kompetensi adalah kemampuan, kecakapan, keadaan berwenang, atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Selanjutnya dikemukakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggungjawab dan layak. Jadi kompetensi profesional guru dapar diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan
13 guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Guru yang kompeten dan profesional adalah guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik agar memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Pendapat yang sama juga dikatakan Wahyudi (2010) bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi kurikulum mata pelajaran disekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru. Dalam melaksanakan tugasnya guru dituntut untuk memiliki penguasaan kemampuan akademik dan keterampilan lainnya yang berperan sebagai pendukung profesionalisme guru. Kemampuan akademik tersebut antara lain, memiliki kemampuan dalam menguasai ilmu, memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian ilmiah yang dapat mendukung profesinya, menguasai wawasan dan landasan pendidikan. Kemampuan keterampilan adalah kemampuan untuk mengembangkan kompetensi untuk mendukung profesinya. Berdasarkan pengertian di atas tentang kompetensi profesional guru maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, sehingga memungkinkan guru untuk membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Ditjen PMTK (2008) menguraikan tentang kemampuan yang harus dimiliki guru untuk menunjang kompetensi profesional guru sehingga mampu membimbing peserta didiknya dalam proses pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. "Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses membimbing peserta didiknya yaitu: (a) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (b) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif melalui penelitian ilmiah dan membuat karya ilmiah; (c) mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif; (d) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan profesinya sebagai guru; (e) menguasai landasan pendidikan berupa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu". Depdiknas (2003) mengemukakan kompetensi profesional guru meliputi penguasaan bahan kajian akademik, melakukan penelitian dan menyusun karya ilmiah, pengembangan profesi, dan pemahaman wawasan pendidikan. "Penguasaan bahan kajian akademik meliputi: (1) memahami struktur pengetahuan, (2) menguasai substansi materi, (3) menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan siswa. Melakuan penelitian ilmiah dan penyusunan karya ilmiah meliputi: (1) melakukan penelitian ilmiah (action research), (2) menulis makalah, (3) menulis atau menyusun diktat pelajaran, Pengembangan profesi meliputi, (1) mengikuti
14 informasi perkembangan IPTEK yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, (2) mengembangkan berbagai model pembelajaran, (3) membuat alat peraga atau media, (4) mengikuti pelatihan terakreditasi. Pemahaman wawasan pendidikan meliputi: (1) memahami visi dan misi, (2) memahami hubungan pendidikan dengan pengajaran; (3) mengidentifikasi permasalahan umum pendidikan dalam hal proses dan hasil belajar, (4) membangun sistem yang menunjukkan keterkaitan pendidikan dan luar sekolah". Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007 dijelaskan tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru guna menunjang kompetensi profesional guru. "Kompetensi profesional meliputi: 1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang dampu. 3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan profesi". Dari berbagai pengertian di atas terkait kompetensi profesional guru dan aspek-aspek yang terkandung di dalamnya, maka definisi konsep kompetensi profesional guru merupakan kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi kemampuan guru dalam penguasaan bahan kajian akademik. Memungkinkan guru untuk membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.
Pengertian Motivasi Kerja
Salah satu aspek yang pening dalam dunia pendidikan dalam usahanya untuk meningkatkan meningkatkan atau menjaga etos kerja para guru agar tetap gigih dalam bekerja guna untuk meningkatkan atau menjaga produktivitas kerja yaitu dengan memberikan motivasi (daya perangsang) bagi para guru supaya kegairahan bekerja mereka tidak menurun. Kegairahan para guru tersebut sangat dibutuhkan karena dengan semangat yang tinggi para guru dapat bekerja dengan segala daya dan upaya yang mereka miliki (tidak setengah-setengah) sehingga produktifitasnya maksimal dan memungkinkan terwujutnya tujuan yang ingin dicapai. Istilah motivasi kerja berasal dari bahasa latin “movere” yang sama dengan “to move” dalam bahasa Inggris yang berarti mendorong atau menggerakkan. Agung. (2009) mendefinisikan bahwa " motivasi adalah dorongan psikologis yang timbul pada diri sendiri untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan" Motivasi merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan peningkatan prestasi kerja dirinya. Rahardja (2004), "Yang dimaksud dengan motivasi kerja guru adalah faktor-faktor yang mendorong seseorang guru untuk melakukan pekerjaannya,
15 secara lebih bersemangat sehingga akan memperoleh prestasi yang lebih baik. Adapun menurut Karweti (2010) bahwa motivasi adalah kekuatan atau dorongan seseorang untuk mencapai tujuan pekerjaan. Hasibuan (2007), "motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan" Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja dalam psikologi kerja disebut sebagai pendorong semangat kerja (Anoraga. 1992). Adapun Sejati (2012) mengatakan bahwa motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu atau berbagai kegiatan yang dilakukannya yaitu untuk mencapai suatu tujuan. Istilah motivasi dalam ilmu perilaku mengandung makna yang komplek karena di dalamnya termuat berbagai aspek yang mendorong manusia untuk bertingkah laku. Motivasi merupakan pemberian atau penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mau bekerja sama, bekerja secara efektif dan terintegrasi dengan segala daya dan upaya untuk mencapai kepuasan. Dari berbagai pengertian di atas tentang motivasi kerja yang dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa adapun yang dimaksud dengan motivasi adalah sebagai suatu kondisi di dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Jadi motivasi kerja merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang melakukan usaha menghasilkan sesuatu sehingga dapat tercapai suatu tujuan.
Teori Motivasi Kerja
Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan, perasaan, pikiran dan motivasi. Setiap manusia dalam melaksanakan suatu kegiatan pada dasarnya di dorong oleh motivasi. Orang mau bekerja keras dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan dari hasil pekerjaannya. Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbinya. Adapun motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen di luar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi. Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Teori-teori ini didasarkan pada hasilhasil penelitian yang dilakukan selama bertahun-tahun. Menurut Thoha (1993) terdapat teori-teori motivasi yang digunakan sebagai acuan dalam motivasi kerja, teori tersebut adalah Teori Hirarki Kebutuhan, Teori Dua Faktor, Teori ERG, Teori Tiga Motif Sosial. 1) Teori Hirarki Kebutuhan
16 Maslow mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Adapun kelima kebutuhan itu disebut dengan Hirarki kebutuhan Maslow yaitu terdiri dari: a) Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya) b) Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya) c) Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki) d) Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan) e) Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya) Teori hierarki kebutuhan ini menyatakan bahwa manusia dimotivasi untuk memuaskan sejumlah kebutuhan yang melekat dan cendrung untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan sebagai kebutuhan pokok kemudian kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman. 2) Teori Dua Faktor Herzberg menyimpulkan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan kepuasan dan ketidakpuasan yaitu: a) Faktor hygiene (ekstrinsik) meliputi balas jasa, kondisi kerja, kepastian pekerjaan, hubungan kerja, kehidupan pribadi. b) Faktor motivators (intrinsik) antara lain adalah kesempatan pencapaian prestasi, adanya penghargaan, adanya pekerjaan kreatif dan menantang, tanggung jawab serta kesempatan mengembangkan diri. Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik). 3) Teori ERG Aldefer's Teori ini merupakan penyempurnaan dari teori hirarki kebutuhan Maslow. Alderfer mengemukakan tiga kebutuhan yang melandasi perilaku manusia, yaitu: a. Existence, meliputi kebutuhan fisiologis sepeerti lapar, rasa haus, seks, kebutuhan materi, dan lingkungan kerja yang menyenangkan. b. Relatedness, menyangkut hubungan dengan orang-orang yang penting bagi kita, seperti anggota keluarga, sahabat, dan penyelia di tempat kerja.
17 c. Growth, meliputi keinginan kita untuk produktif dan kreatif dengan mengerahkan segenap kesanggupan kita. 4) Teori Tiga Motif Sosial Mc Clelland mengemukakan tiga jenis motif yang mempengaruhi tingkah laku manusia, yaitu: (a) Need for Achievement (kebutuhan akan prestasi) Kebutuhan akan prestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat bekerja seseorang untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses. Kebutuhan ini pada hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Ciri-ciri inidividu yang menunjukkan orientasi tinggi antara lain bersedia menerima resiko yang relatif tinggi, keinginan untuk mendapatkan umpan balik tentang hasil kerja mereka, keinginan mendapatkan tanggung jawab pemecahan masalah. (b) Need for Afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow) Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi. Kebutuhan akan afiliasi ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan ini mendorong gairah bekerja seseorang karena setiap orang menginginkan: i. Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan kerja. ii. Kebutuhan akan perasaan dihormati. iii. Kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal. iv. Kebutuhan akan perasaan ikut serta. (c) Need for Power (kebutuhan akan kekuasaan) Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini pada teori Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. McClelland menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu posisi kepemimpinan. Dalam proses pemenuhan kebutuhan, perilaku individu akan didominasi dan ditentukan oleh jenis kebutuhan yang belum terpenuhi. Perilaku pada dasarnya dimotivasi oleh suatu keinginan mencapai tujuan. Kebutuhan yang telah terpenuhi akan berkurang dalam kekuatannya dan biasanya tidak memotivasi individu tersebut untuk mencari tujuan guna memenuhinya. Berdasarkan pengertian di atas terkait motivasi kerja dan aspek- aspek yang terkandung di dalamnya maka dapat disimpulkan definisi konsep motivasi kerja dalam penelitian ini adalah dorongan dan upaya seseorang
18 untuk bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan berprestasi, untuk berafiliasi, untuk mendapat penghargaan dan dorongan akan aktualisasi diri.
Pandangan tentang Motivasi Kerja Guru
Menurut Hasibuan (2007) terdapat 2 (dua) metode motivasi, yaitu: 1. Metode Langsung (Direct Motivation) Motivasi langsung merupakan motivasi yang diberikan secara langsung pada pegawai baik dalam bentuk materiil maupun nonmateriil untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pegawai. 2. Metode Tidak Langsung (Indirect Motivation) Motivasi tidak langsung merupakan motivasi yang diberikan pada pegawai dalam bentuk fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja atau kelancaran tugas, sehingga pegawai menjadi betah dan semangat dalam bekerja. Untuk lebih dapat memahami motivasi maka diperlukan suatu pendekatan. Terdapat 3 (tiga) model pendekatan motivasi. Menurut Handoko (1994) ada beberapa model motivasi dengan urutan atas dasar kemunculannya, yaitu: a. Model Tradisional Model tradisional ini menyatakan bahwa pimpinan mengisyaratkan pekerjaan harus dilakukan dengan menggunakan sistem pengupahan insentif untuk memotivasi. Pandangan ini menganggap bahwa pekerja pada dasarnya hanya dapat dimotivasi dengan penghargaan berupa uang. b. Model Hubungan Manusiawi Menurut Elton Mayo dalam Handoko (1994) menemukan bahwa kontak sosial pekerja dengan pekerjaannya adalah sangat penting dan kebosanan pada tugas yang bersifat pengulangan adalah mengurangi motivasi kerja. Menurut Elton Mayo, pimpinan mampu memotivasi lewat hubungan sosial mereka. c. Model Sumber Daya Manusia Menurut Mc Gregor dan Maslow dalam Handoko (1994) menyatakan bahwa para pekerja dimotivasi oleh banyak faktor, tidak hanya uang atau keinginan mencapai kepuasan, tapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh pekerjaan, yang berarti karyawan lebih menyukai pemenuhan kepuasan dari suatu prestasi kerja yang lebih baik. Berdasarkan beberapa pandangan tentang motivasi kerja di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja guru dapat muncul karena adanya imbalan uang, kepuasan kerja yang ditunjukkan dengan prestasi kerja oleh guru, hubungan sosial yang baik, mendapat pengakuan dan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan.
19 Tujuan Pemberian Motivasi
Tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai oleh suatu perbuatan dan jika telah tercapai maka akan memuaskan kebutuhan individual. Adanya tujuan yang jelas dan disadari akan mempengaruhi kebutuhan, yang nantinya akan mendorong timbulnya motivasi dalam diri seseorang. Peranan motivasi ada tiga macam antara lain: (1) mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, (2) motivasi berfungsi sebagai pengarah, mengarahkan perbuatan pada pencapaian tujuan yang diinginkan, (3) motivasi berfungsi sebagai penggerak (Yamin 1996). Fungsi motivasi yaitu untuk mendorong timbulnya tingkah laku atau suatu perbuatan dan mempengaruhi serta mengubah tingkah laku. Tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan ataupun tindakan. Motivasi berfungsi sebagai pengarah artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan motivasi sebagai penggerak mempunyai pengertian dengan besar kecilnya motivasi maka akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. Berdasarkan pendapat Hasibuan (2007) pemberian motivasi mempunyai beberapa tujuan. "Tujuan pemberian motivasi antara lain adalah: (1) mendorong gairah dan semangat kerja karyawan; (2) meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan; (3) meningkatkan produktifitas kerja karyawan; (4) mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan; (5) meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan; (6) mengefektifkan pengadaan karyawan; (7) menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik; (8) meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan; (9) meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan; (10) mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugastugasnya". Berdasarkan penjelasan tersebut, motivasi kerja guru memiliki fungsi untuk mendorong, mengarahkan, meningkatkan, mempertahankan dan menggerakkan suatu perbuatan guru untuk mencapai tujuan.
Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
Winardi (2002) menjelaskan motivasi untuk bekerja merupakan sebuah istilah yang digunakan dalam bidang perilaku keorganisasian, guna menerangkan kekuatan-kekuatan yang terdapat pada diri seseorang individu, yang menjadi penyebab timbulnya tingkat, arah dan persistensi upaya yang dilakukan dalam hal bekerja. Menurut Cahyani (2003) motivasi orang bekerja secara umum diklasifikasikan dalam dua faktor, yaitu: 1) Faktor Internal, adalah faktor yang dibentuk oleh kebutuhan, keinginan dan harapan yang terdapat dalam diri individu. Misalnya perasaan berprestasi, pengakuan, perasaan kebebasan dan sikap terhadap pekerjaan.
20 2) Faktor Eksternal, adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri individu yang mudah dipengaruhi oleh pihak luar. Misalnya gaji, promosi, perlakuan rekan kerja, dan kondisi kerja. Berdasarkan keterangan diatas, faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru terdiri dari faktor internal dan eksternal,termasuk didalamnya adalah keinginan untuk berprestasi, kebebasan dalam melaksanakan tugas, pengakuan, tanggung jawab, gaji, promosi, sikap terhadap pekerjaan, hubungan dengan rekan kerja dan lingkungan kerja.
Kerangka Berpikir dan Hipotesis
Salah satu program yang dapat digunakan untuk merekayasa arah perkembangan masyarakat Indonesia di masa depan adalah pendidikan. Pendidikan dalam konsep community development merupakan dinamisasi dalam pengembangan manusia yang beradab yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial. Pendidikan tidak hanya terbatas berperan pada pengalihan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) saja, namun memiliki fungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Dalam konteks tersebut, pendidikan bermakna sebagai proses pembudayaan berbagai kemampuan, nilai dan sikap masyarakat sebagai warga negara yang merdeka, demokratis, dan berkeadilan sosial. Tenaga pendidik (guru) dalam proses pendidikan memegang peran yang sangat strategis sebagai agent of change dalam rangka membentuk watak bangsa melalui penanaman nilai-ilai dan kepribadian kepada peserta didik. Guru dalam era globalisasi harus mampu merancang dan memilih bahan pelajaran serta strategi pembelajaran yang sesuai dengan heterogenitas peserta didik, mengelola proses pembelajaran secara taktis dan menyenangkan, mampu memilih media belajar, dan merancang program evaluasi yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang berorientasi pada penguasaan kompetensi. Dalam proses pendidikan, guru memiliki peranan yang sangat penting dan strategis dalam membimbing peserta didik ke arah kedewasaan, kematangan, dan kemandirian. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru tidak hanya dituntut menguasai bahan ajar dan memiliki kemampuan teknik edukatif, tetapi juga harus memiliki kepribadian dan integritas sehingga dapat menjadi role model bagi peserta didik. Mutu pendidikan berhubungan dengan beberapa faktor, di antaranya adalah: kualitas guru dan tenaga kependidikan, kurikulum pengajaran, metode pembelajaran, bahan ajar, alat bantu pembelajaran, dan manajemen sekolah. Seluruh elemen tersebut saling berkait dalam upaya meningkatkan kualitas belajar-mengajar, yang berimplikasi pada meningkatnya mutu pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan, terdapat sejumlah faktor yang menjadi penentu kinerja sekolah, seperti kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, profesionalisme
21 guru, dukungan tim ahli, manajemen sekolah, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah, penggunaan secara optimal fasilitas belajar di kelas, laboratorium, perpustakaan, dan tempat belajar lainnya, serta ketersediaan anggaran yang mendukung penyelenggaraan program sekolah. Untuk melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran yang bermutu dibutuhkan guru-guru sebagai tenaga pendidik yang profesional dan berdedikasi tinggi. Pendidik yang profesional adalah pendidik yang memiliki kompetensi dalam bidang pengajaran (pedagogical content knowledge), penguasaan subtansi materi pelajaran, dan memiliki motivasi dan dorongan yang kuat sebagai satu bentuk tanggung jawab profesi. Tenaga-tenaga guru yang profesional tersebut diharapkan akan menunjukkan kinerja yang unggul dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab profesinya sebagai seorang pendidik. Kinerja merupakan suatu fungsi dari kemampuan dan motivasi. Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh seseorang sesuai dengan perannya dalam organisasi. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu: kemampuan, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan hubungan mereka dengan organisasi. Istilah kinerja berasal dari kata job performance yaitu prestasi kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja diartikan juga sebagai tingkat atau derajat pelaksanaan tugas seseorang atas dasar kompetensi yang dimilikinya. Istilah kinerja tidak dapat dipisahkan dengan bekerja karena kinerja merupakan hasil dari proses bekerja. Dalam konteks tersebut maka kinerja adalah hasil kerja dalam mencapai suatu tujuan atau persyaratan pekerjaan yang telah ditetapkan. Kinerja dapat dimaknai sebagai ekspresi potensi seseorang berupa perilaku atau cara seseorang dalam melaksanakan tugas, sehingga menghasilkan suatu produk (hasil kerja) yang merupakan wujud dari semua tugas serta tanggung jawab pekerjaan yang diberikan kepadanya. Kinerja guru diduga berhubungan dengan faktor kompetensi atau kemampuan yang ada pada diri seorang guru untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Untuk mencapai kinerja guru yang unggul, selain diperlukan kemampuan (kompetensi) yang mumpuni dalam diri seorang guru untuk bekerja secara unggul juga harus didukung oleh motivasi yang kuat dimiliki oleh guru. Kompetensi yang mutlak dimiliki oleh seorang guru sebagai modal dalam melaksanakan tugas sebagai seorang pendidik, berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah kompetensi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi guru yang telah disebutkan sebelumnya tentunya memengaruhi kinerja guru. Namun, ada satu kompetensi yang sangat memengaruhi kinerja guru yaitu kompetensi profesional. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Permadi dan Arifin (2010) bahwa kompetensi profesional sangat penting, karena langsung berhubungan dengan kinerja guru yang ditampilkan. Kompetensi profesional adalah kemampuan seorang guru dalam menguasai materi pelajaran dan konsep-konsep dasar keilmuannya. Kompetensi ini merupakan
22 kompetensi yang diperoleh dan dikembangkan melalui pendidikan formal, pelatihan dsb. Kompetensi guru dan motivasi guru diduga berhubungan dengan kinerja yang ditunjukkan oleh seorang guru dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik. Kompetensi profesional (menguasai substansi keilmuan dan menguasai struktur dan metode keilmuan) didukung dengan kapasitas dan motivasi yang dimiliki oleh seorang guru (dorongan, harapan, dan imbalan) diduga merupakan faktor determinan yang dapat meningkatkan kinerja guru (merencanakan pembelajaran, melaksanakan KBM dan penilaian hasil belajar) seorang guru. Atau dengan kata lain, kinerja guru merupakan akumulasi dari faktor usaha dan dukungan. Berdasarkan uraian di atas, maka hubungan antar peubah sebagai kerangka operasional penelitian disusun seperti dapat dilihat pada Gambar 1. Kompetensi Profesional Guru (X1) Menguasai substansi keilmuan Menguasai struktur dan metode keilmuan
Motivasi Kerja Guru (X2) Motif (dorongan) Ekspektasi (harapan) Insentif (imbalan)
Kinerja Guru (Y) Perencanaan Pembelajaran Pelaksanaan Pembelajaran Evaluasi Pembelajaran
Gambar 1. Kerangka Operasional Penelitian
Hipotesis Penelitian
1. Kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan belum sesuai dengan harapan pemerintah. 2. Terdapat hubungan nyata antara kompetensi guru dengan kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan. 3. Terdapat hubungan nyata antara motivasi guru dengan kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan.
23
3 METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu Propinsi Riau. Lokasi ini dipilih sebagai obyek penelitian karena di daerah ini masih banyak terdapat sekolah dasar yang kondisinya masih sangat minim, baik itu ditinjau dari segi kelayakan ruang belajar maupun kondisi tenaga pengajarnya sendiri. Terutama sekali sekolah-sekolah yang keberadaannya di daerah terpencil, seperti sekolah yang berada di lokasi perkebunan-perkebunan dan di kawasan eks transmigrasi maupun di daerah yang berbatasan langsung dengan kabupaten lain. Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari survei pendahuluan, penyusunan kerangka sampling, penyusunan kuesioner, uji coba kuesioner, pengumpulan data primer dan sekunder, pengolahan dan analisis data. Penelitian dilakukan selama 6 (enam) bulan mulai dari bulan November 2013 sampai Februari 2014.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan bentuk penelitian eksplanasi (Expalanatory Research), yaitu untuk menguji hubungan antara variabel yang dihipotesiskan atau untuk mengetahui apakah suatu variabel berasosiasi atau tidak dengan variabel lainnya, dan untuk memperkuat hipotesis tersebut, maka penulis menggunakan analisis kuantitatif dan metode survei lapangan untuk mengumpulkan data. Adapun untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin yang berguna untuk mendukung data kuantitatif dilakukan juga pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui observasi dan wawancara tidak terstruktur untuk menggali informasi lebih dalam mengenai masalah penyebab tidak maksimalnya kinerja guru.
Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh guru sekolah dasar negeri yang bertugas di Kecamatan Kepenuhan. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 239 orang.
24 Teknik Pengambilan Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang dikenai langsung suatu penelitian (Arikunto 1996). Singarimbun dan Effendi (1995) mengemukakan bahwa kunci dan teknik pengambilan sampel adalah keterwakilan populasi, yakni anggota atau elemen sampel dianggap dapat menggambarkan keadaan populasi. Sukardi (2004) mengemukakan bahwa “untuk penelitian sosial pendidikan, ekonomi dan politik yang berkaitan dengan masyarakat yang mempunyai karakteristik heterogen, pengambilan sampel disamping syarat tentang besarnya sampel harus memenuhi syarat representativeness (keterwakilan) atau mewakili semua komponen populasi”. Penentuan jumlah sampel (n), menggunakan rumus Slovin (Umar 1997) sebagai berikut : N n 1 N ( e) 2 Keterangan: n = unit sampel N = jumlah populasi e = toleransi kesalahan diambil 10 % (0,1) Populasi dalam penelitian ini yaitu guru Sekolah Dasar Negeri seKecamatan Kepenuhan sebanyak 18 sekolah dengan banyak guru 239 orang dengan tingkat kesalahan (error) yang ditolerir sebesar 10%, dengan demikian diperoleh jumlah sampel sebagai berikut: N n 2 N d 1 239 n 2 2390,1 1 239 n 2.39 1 239 n 3.39 n 70,50 dibulatkan menjadi 71 orang Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka ditetapkan besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 71 orang guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling atau sampel acak sederhana sehingga semua anggota populasi mendapat kesempatan menjadi anggota sampel. Alasan yang menjadikan guru menjadi populasi dalam penelitian ini adalah karena guru merupakan sumber daya manusia yang paling berperan besar dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar sedangkan peserta didik merupakan output dari proses pendidikan. Hal ini sesuai dengan Sanjaya (2006), peran guru dalam proses belajar mengajar adalah: 1. Guru sebagai Sumber Belajar 2. Guru sebagai Fasilitator 3. Guru sebagai Pengelola 4. Guru sebagai Demonstrator 5. Guru sebagai Pembimbing
25 6. Guru sebagai Motivator 7. Guru sebagai Evaluator
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada responden, dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Responden dalam penelitian ini adalah guru sekolah Sekolah Dasar sejumlah 71 orang, hasil dari penarikan sampel yang telah dilakukan sebelumnya. Pengumpulan data juga dilakukan dengan observasi langsung ke lokasi penelitian, melihat langsung kondisi sekolah serta kegiatan belajar mengajar disekolah tersebut dengan melakukan wawancara terhadap guru-guru di sekolah tersebut. Selain data primer, juga dikumpulkan data sekunder yang berkaitan dengan keadaan umum/potensi aktual mengenai kondisi geografis, demografis dan data mengenai perkembangan sekolah yang sesuai dengan tujuan penelitian. Data sekunder diperoleh dari Kantor Unit Pengelola Teknis Dinas Pendidikan Kecamatan Kepenuhan, Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Rokan Hulu serta dari instansi terkait lainnya. Pengumpulan data sekunder melalui bahan-bahan laporan instansi serta sumber-sumber yang telah dihimpun pihak lain.
Definisi Operasional
Definisi operasional variabel-variabel penelitian adalah sebagai berikut : X1 X1.1
X1.2 X2
X2.1
Kompetensi profesional guru, adalah kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Menguasai substansi keilmuan adalah pemahaman guru terhadap kurikulum dan bahan ajar, konsep, metode, dan struktur keilmuan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, serta kemampuannya memahami hubungan antar mata pelajaran terkait dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Menguasai struktur dan metode keilmuan adalah penguasaan guru terhadap langkah-langkah penelitian dan tahapan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan terkait materi bidang studi yang dikuasainya Motivasi kerja, Suatu kondisi di dalam pribadi seorang guru yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motif (Dorongan), adalah suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang. Setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai.
26 X2.2 Harapan (Expectancy), adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku untuk tercapainya tujuan. X2.3 Insentif (Incentive) yaitu memotivasi (merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah (imbalan) kepada mereka yang berprestasi di atas prestasi standar. Y Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya mulai dari perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran. Y1 Perencanaan pembelajaran adalah kegiatan memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu proses belajar mengajar yaitu dengan mengkoordinasikan komponen-komponen pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, cara penyampaian kegiatan (metode, model dan teknik), serta bagaimana mengukurnya menjadi jelas dan sistematis, sehingga nantinya proses belajar mengajar menjadi efektif dan efisien Y2 Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga tidak lepas dari perencanaan pengajaran / pembelajaran/ pembelajaran yang sudah dibuat Y3 Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secaras sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.
27 Tabel 1 Operasionalisasi variabel penelitian Variabel Kompetensi guru
Dimensi Kompetensi professional guru (X1)
Indikator Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan tugas mengajar Menguasai stuktur dan metode keilmuan.
Motivasi kerja guru (X2)
Dorongan
Upah yang adil dan layak. Kesempatan untuk maju. Pengakuan sebagai indifidu. Keamanan bekerja. Tempat kerja yang baik. Penerimaan oleh kelompok. Perlakuan yang wajar. Pengakuan atas prestasi
Tinggi : > 66.7 Sedang : 33.3-66.7 Rendah : <33.3
Harapan
Prestasi kerja yang baik, Perasaan ikut “terlibat”, Pendisiplinan yang bijaksana, Penghargaan penuh atas persoalan-persoalan pribadi. Loyalitas pimpinan terhadap guru. Pemahaman yang simpatik. Pembagian tugas yang adil
Tinggi : > 66.7 Sedang : 33.3-66.7 Rendah : <33.3
Insentif (imbalan)
Intrinsik 1)Penyelesaian. 2)Pencapaian/prestasi Ekstrinsik 1) Finansial a. Gaji dan upah b. Tunjangan 2) Antar pribadi. 3) Promosi Penyusunan silabus Penyusunan Rencana Program Pembelajaran
Tinggi : > 66.7 Sedang : 33.3-66.7 Rendah : <33.3
Pelaksanaan Pengelolaan kelas Kegiatan Penggunaan media dan Belajar sumber belajar Mengajar yang Penggunaan metode efektif pembelajaran
Tinggi : > 66.7 Sedang : 33.3-66.7 Rendah : <33.3
Kinerja guru (Y)
Pengukuran Tinggi : > 66.7 Sedang : 33.3-66.7 Rendah : <33.3
Perencanaan pembelajaran
Evaluasi pembelajaran
Penyusunan alat-alat evaluasi Pengolahan Penggunaan hasil evaluasi
Tinggi : > 66.7 Sedang : 33.3-66.7 Rendah : <33.3
Tinggi : > 66.7 Sedang : 33.3-66.7 Rendah : <33.3
28 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Sebelum kegiatan pengumpulan data yang sebenarnya dilakukan, angket yang digunakan terlebih dahulu diujicobakan. Pelaksanaan uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan pada item angket, redaksi, alternatif jawaban, maupun maksud yang terkandung dalam pernyataan. Adapun uji yang dimaksud adalah uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan uji realibilitas diperlukan agar instrumen layak digunakan. Uji validitas menggunakan Spearman correlation, sedangkan uji reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha dengan bantuan komputer program SPSS versi 20. Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan peubah-peubah yang dikaji dalam penelitian. Validitas instrumen menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur itu telah mengukur apa yang akan diukur (Kerlinger 2002). Uji validitas instrumen pada penelitian ini adalah pada validitas isi, yang dapat dilihat dari : 1. Apakah instrumen tersebut telah mampu mengukur apa yang akan diukur. 2. Apakah informasi yang dikumpulkan telah sesuai dengan konsep yang telah digunakan. Kuesioner yang mempunyai validitas yang tinggi, daftar pertanyaannya disusun dengan cara : a. Mempertimbangkan teori-teori dan kenyataan yang telah diungkapkan. b. Menyesuaikan isi pertanyaan dengan kondisi responden c. Memperhatikan masukan para ahli/komisi pembimbing. Butir-butir pertanyaan didalam kuesioner agar valid dianalisis menggunakan korelasi product moment (Arikunto 1998). Rumus tersebut adalah : 𝑟𝑥𝑦 =
𝑛( 𝑥𝑦) − ( 𝑥)( 𝑦) 𝑛
𝑥2 −
𝑥
2
𝑛
𝑦2 −
𝑦2
Dengan keterangan : rxy = koefisien korelasi product moment n = jumlah responden x = butir soal ke – x y = total butir soal dalam kuesioner. Nilai rxy yang diperoleh dibandingkan dengan nilai koefisien r – product moment dari tabel korelasi. Bila rxy > dari rtabel maka butir pertanyaan dinyatakan valid, sedangkan bila lebih kecil maka perlu ada perbaikan atau butir tersebut dikeluarkan dari daftar pertanyaan. Instrumen diuji dengan menggunakan upaya-upaya sebagai berikut : a. Mengungkapkan pertanyaan secara tepat dan tidak memiliki arti ganda. b. Menambah pertanyaan pendukung dengan satu butir macam dan kualitasnya sama (Kerlinger 2002). Uji coba instrumen dilakukan di Kecamatan Kepenuhan dengan mengambil 20 responden, dengan mengambil 10 orang responden dari guru yang bertugas di sekolah dasar negeri kelurahan kepenuhan tengah, 5 orang responden dari guru
29 sekolah dasar negeri di desa kepenuhan timur dan 5 orang responden dari guru sekolah dasar negeri di desa kepenuhan barat. Hasil kuesioner kemudian dianalisis dengan menggunakan korelasi product momen (Arikunto 2002). Berdasarkan hasil analisis nilai korelasi (r-hitung) dalam uji validitas item (butir) pada penelitian ini berkisar antara 0.503 sampai dengan 0.928. bila koefisien korelasi antara suatu indikator dengan skor total seluruh indikator positif dan lebih besar dari 0.3 (< 0.3), maka instrumen tersebut sudah valid (validitas kriteria). Dengan demikian instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sudah valid. Oleh karena alternatif jawaban pada kuesioner lebih dari dua, maka reliabilitas dari kuesioner akan diuji dengan menggunakan hitungan statistik yaitu menggunakan rumus Cronbach’s Alpha : 𝑟11 =
𝑘 𝜎 2 𝑖𝑡𝑒𝑚 1− 2 𝑘−1 𝜎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Keterangan : 𝑟11 = koefisien reliabilitas instrumen k = banyaknya pertanyaan 𝜎2item = varian dari pertanyaan σtotal = varian dari skor Nilai r11 yang diperoleh dibandingkan dengan nilai koefisien r dari tabel korelasi. Bila r11 > dari rtabel maka instrumen dinyatakan reliabel sedangkan lebih kecil maka perlu ada perbaikan atau dilakukan uji ulang terhadap pertanyaan tersebut. Alat ukur dinilai cukup reliabel apabila nilai koefisien cronbach alpha (α) lebih besar dari kisaran 0.5-1.0. hasil analisis menunjukkan nilai koefisien cronbach alpha (α) pada penelitian ini berkisar antara 0.703-0.980, hasil ini menunjukkan bahwa kuesioner pada penelitian ini sudah reliabel.
Analisis Data
Sebaran data karakteristik individu dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi dan nilai tengah. Untuk mengetahui hubungan antar peubah dilakukan analisis hubungan dengan uji korelasi rank Spearman, sebagai uji korelasi bagi data non-parametrik. Karena data diperoleh dari hasil kuesioner merupakan data berskala ordinal, maka dengan korelasi ini didapat hasil yang mendekati kenyataan (Arikunto 1998). Sebelum diolah dengan menggunakan SPSS 20 data dari masing-masing indikator terlebih dahulu di transformasi kenilai maksimum 100 dengan menggunakan microsoft excel untuk kesetaraan nilai dalam mencari kategori (rendah, sedang dan tinggi). Rumus korelasi adalah: 6 𝑛𝑖=1 𝑑 𝑖2
𝑟𝑠 = 1 𝑛
𝑛 2 −1
30 Keterangan : rs = koefisien korelasi rank Spearman n = banyaknya pasangan data di = jumlah selisih antara peringkat bagi xi dan yi Untuk menghitung nilai koefisien korelasi rank Spearman rs diperlukan ranking dari masing-masing peubah X dan Y yang menyatakan nilai keeratan hubungannya. Jika dijumpai dua responden atau lebih, yang menerima skor yang sama baik pada peubah X maupun Y, maka diberi rank rataan sehingga pengaruh dari nilai kembar/sama (ties scores) dapat diatasi. Untuk nilai kembar, rumus yang digunakan adalah : 𝑟𝑠 = 𝑌2 =
Dimana :
𝑋2 + 2
𝑁 3 −𝑁 2 12
𝑁3 − 𝑁2 𝑌 = − 12 2
−
𝑌2 −
𝑋2 +
𝑑𝑖2
𝑌2
𝑇𝑦 𝑇𝑥
𝑡2 − 𝑡 𝑇= 12 t = jumlah rank kembar dalam penelitian Pengujian signifikan rs pada taraf nyata tertentu adalah dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai ttabelyang ada pada tabel nilai kritis t (table of critical value of t) dengan rumus sebagai berikut :
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑟𝑠
1. 2. 3.
𝑁−2 1 − 𝑟𝑠2
Dengan interpretasi sebagai berikut : Jika thitung < t 0,05 db (N - 2), maka korelasi tidak nyata. Jika t0,05 db (N - 2) < thitung < t0,01, maka korelasi nyata. Jika thitung > t0,01 db (N - 2), maka korelasi sangat nyata.
31
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Guru
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Rokan Hulu dengan Ibu Kota Pasir Pengarayan merupakan salah satu dari 12 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Riau yang berbatasan langsung dengan dua provinsi lain yaitu Provinsi Sumatra Utara dan Provinsi Sumatra Barat. Secara geografis terletak antara 00 25o 20o LU – 010 25o 41o LU dan 1000 02o 56o – 1000 56o 59o BT. Luas wilayah Kabupaten Rokan Hulu sekitar 7.462.25 Km2 dengan jumlah penduduk 515.724 jiwa terdiri dari 266.677 laki-laki dan 249.047 perempuan menurut data BPS pada tahun 2012. Secara administratif Kabupaten Rokan Hulu memiliki 16 Kecamatan dan 153 Desa atau Kelurahan. Kecamatan Kepenuhan adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Rokan Hulu yang pada awalnya merupakan sebuah Wali Negeri yang pada awal berdirinya dipimpin oleh seorang Wali Negeri bernama Bapak Bahri. Pada tahun 1950 dirubahlah bentuk pemerintahannya menjadi Kecamatan dengan nama Kecamatan Kepenuhan dengan Ibu kota Kota Tengah, namun sejak keluarnya Undang-Undang Otonomi Daerah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang dijabarkan oleh Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 Junto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten dan Kota yang baru maka Kecamatan Kepenuhan tidak lagi di bawah Pemerintah Kabupaten Kampar akan tetapi termasuk salah satu Kecamatan di bawah Pemerintahan Kabupaten Rokan Hulu dengan Ibu kota Pasir Pengarayan. Luas wilayah Kecamatan Kepenuhan adalah 683.25 Km2 atau 68.325 ha yang mencakup 12 Desa dan 1 Kelurahan. Penggunaan lahannya di kecamatan tersebut adalah tanah persawahan (141 ha), kolam (50 ha), bangunan dan pekarangan (1.883 ha), tegal atau kebun (720 ha), ladang huma (750 ha), perkebunan (48.210 ha), padang rumput (80 ha), rawa tidak ditanami (80 ha), lahan sementara tidak digunakan (82 ha), dan tanah lain-lain (296 ha). Batas - batas Kecamatan Kepenuhan sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kunto Darussalam c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kunto Darussalam dan Rambah Samo d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Rambah Hilir, Tambusai dan Tambusai Utara. Jarak antara ibu kota Kecamatan Kepenuhan dengan ibu kota Kabupaten Rokan Hulu lebih kurang 70 km, sedangkan jarak ibu kota Kecamatan Kepenuhan dengan ibu kota Provinsi Riau sendiri kurang lebih 255 km. Waktu tempuh antara ibu kota kecamatan ke ibu kota kabupaten 1,5 sampai 2 jam, sedangkan waktu tempuh ke ibu kota provinsi 5 sampai dengan 6 jam dengan menggunakan angkutan umum ataupun kenderaan pribadi. Adapun kondisi jalan-jalan di Kecamatan Kepenuhan sebagian besar masih berupa jalan tanah dan baru lima
32 Desa atau Kelurahan yang sudah memiliki jalan beton/aspal. Kondisi jalan di Kecamatan Kepenuhan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Kondisi jalan di Kecamatan Kepenuhan No
Desa/Kelurahan
Aspal/Beton
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kepenuhan Tengah Kepenuhan Barat Kepenuhan Raya Kepenuhan Baru Kepenuhan Makmur Kepenuhan Timur Kepenuhan Hilir Kepenuhan Mulya Kepenuhan Sejati Ulak Patian Rantau Binuang Sakti Kepenuhan Barat Mulya Kepenuhan Barat Sungai Rokan Jaya Jumlah
√ √
√ √
Diperkeras (kerikil,batu dsb) √ √ √ √ √ √
Tanah
√ √
5
7
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13
Sumber data : Monografi Kecamatan Kepenuhan, 2012 dalam BPS. 2012
Penduduk Kecamatan Kepenuhan pada tahun 2012 berjumlah 5.399 kepala keluarga, dengan jumlah penduduk sebanyak 11.297 orang laki-laki dan sebanyak 10.572 orang perempuan dengan total jumlah penduduk sebanyak 21.869 orang. Jumlah penduduk Kecamatan Kepenuhan berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah penduduk kecamatan kepenuhan berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2012 No 1 2
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Jumlah 11.297 10.572 21.869
% 51.66 48.34 100.00
Sumber data : Monografi Kecamatan Kepenuhan, 2012 dalam BPS. 2012
Karakteristik Guru di Kecamatan Kepenuhan Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Kepenuhan pada bulan Februari tahun 2013 sebanyak 279 orang dengan rincian yang bertugas di Sekolah Dasar Negeri sebanyak 239 orang dan yang bertugas di sekolah swasta sebanyak 40 orang guru dengan Karakteristik guru yang sangat beragam. Pada penelitian ini seluruh guru Sekolah Dasar Negeri yang dijadikan populasi penelitian sehingga dapat diketahui
33 karakteristik guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari jumlah guru Sekolah Dasar Negeri yang ada sebanyak 53 orang (74.65%) telah menduduki jabatan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sedangkan sebanyak 18 orang (25.35%) merupakan tenaga honor komite dan GB Provinsi. Jumlah guru laki-laki sebanyak 20 orang (28.17%) dan guru perempuan sebanyak 51 orang (71.83%). Umur guru di Kecamatan Kepenuhan termuda berumur 24 tahun dan tertua 57 tahun, yang terdiri dari 24-30 tahun sebanyak 13 orang (18.31%); 31-40 tahun sebanyak 39 orang (54.93); 41-50 tahun sebanyak 15 orang (21.13%); dan 50 tahun ke atas sebanyak 4 orang (5.63%). Bidang keahlian guru Sekolah Dasar Negeri terdiri dari guru kelas, guru agama, guru Bahasa Inggris dan guru Penjaskes dengan pengalaman mengajar terendah 1 tahun dan tertinggi 33 tahun. Kondisi geografis desa di Kecamatan Kepenuhan sebagian besar masih cukup sulit dijangkau sebab dari 13 desa dan kelurahan baru 5 Desa yang sudah memiliki jalan beton/aspal, 7 Desa yang sudah masuk kepada tahap pengerasan/kerikil, dan selebihnya atau sebagian besar masih jalan tanah, sehingga untuk kelancaran kegiatan belajar mengajar di desa tersebut maka diangkatlah warga sekitar yang sudah lulus SMA menjadi guru honor komite. Untuk memperjelas data tentang karakteristik guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Karakteristik guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan tahun 2014 Karakteristik guru Umur ≤ 30 31-40 41-50 ≥ 50 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Status kepegawaian PNS Honorer
Jumlah
Persen
13 19 15 4
18.31 54.93 21.13 5.63
20 51
28.17 71.83
53 18
74.65 25.35
Sumber data : UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kepenuhan 2013
Karakteristik Pendidikan Formal Guru Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dengan demikian pendidikan formal di sini maksudnya adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang telah dicapai guru pada saat penelitian dilaksanakan. Adapun pengkategorian pendidikan formal pada penelitian ini adalah : 1) SMA; 2) SPG; 3) PGA; 4) Diploma II (D-II); 5) Diploma III (D-III); dan 6) Sarjana (S I). dari hasil penelitian tentang karakteristik
34 guru Sekolah Dasar Negeri berdasarkan pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Karakteristik guru berdasarkan pendidikan formal Pendidikan SMA SPG PGA D II D III SI Jumlah
Jumlah 13 4 1 15 2 36 71
Persen 18.31 5.63 1.41 21.13 2.82 50.70 100.00
Sumber data : UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kepenuhan 2013
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 71 orang guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan sebagian besar sudah berpendidikan Sarjana yaitu sebanyak 36 orang (50.7%) kemudian 15 orang (21.13) adalah Diploma II. Masih banyaknya guru yang belum berpendidikan D-IV atau sarjana tentu akan membawa pengaruh terhadap kualitas pendidikan anak didiknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Rohmat (2009), bahwa tingkat pendidikan dan motivasi kerja guru berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap prestasi belajar siswa, berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dan motivasi guru maka akan semakin baik prestasi belajar siswa. Setiap guru yang belum berpendidikan sarjana tersebut secara otomatis memiliki tugas dan beban pikiran yang lebih banyak dan terpecah antara tugas mengajarnya sebagai guru dan tugas untuk melanjutkan pendidikan sesuai dengan Perintah Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 dimana pada pasal 29 ayat 2 dijelaskan bahwa setiap guru SD/MI memiliki kualifikasi akademik minimum DIV atau SI. Nurhayati (2006) mengatakan bahwa kualifikasi akademik atau tingkat pendidikan guru mempengaruhi kinerja guru yang berarti semakin tinggi tingkat pendidikan guru maka semakin baik kinerja guru tersebut. Hal ini karena dengan seseorang memiliki pendidikan maka guru tersebut akan mengalami tranformasi diri, dari belum/tidak mampu menjadi mampu atau dari ketergantungan menjadi mandiri. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seorang guru merupakan satu hal yang sangat berperan penting dalam melakukan suatu kinerjanya sebagai pendidik, untuk selalu siap mengantisipasi setiap perubahan yang akan muncul, karena perubahan merupakan sesuatu yang abadi.
Karakteristik Pengalaman Mengajar Guru Pengalaman mengajar adalah lamanya guru menjadi tenaga pendidik dihitung sejak bertugas menjadi guru sampai pada saat penelitian dilakukan. Pengalaman mengajar dinyatakan dalam tahun. Dari hasil penelitian pengalaman mengajar guru yang paling sedikit adalah satu tahun dan yang paling banyak
35 adalah 33 tahun. Hasil penelitian tentang karakteristik guru Sekolah Dasar Negeri berdasarkan pengalaman mengajar dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Karakteristik guru berdasarkan pengalaman mengajar di Kecamatan Kepenuhan tahun 2014 Pengalaman mengajar Rendah ( 12) Sedang (13-24) Tinggi ( 25) Jumlah
Jumlah 43 22 6 71
Persen 60.56 30.99 8.45 100.00
Sumber data : UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kepenuhan 2013
Tabel 6 menunjukkan bahwa 43 orang (60.56 %) guru Sekolah dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan masih mamiliki pengalaman mengajar yang rendah, dan 22 orang (30.99 %) guru memiliki pengalaman mengajar yang sedang dan sebanyak 6 orang (8.45 %) guru sudah memiliki pengalaman yang tinggi. Guru Sekolah Dasar Negeri yang mempunyai pengalaman mengajar rendah adalah guru yang masih berstatus honorer, pada umumnya guru honor Komite yang di angkat dari warga tempatan dan berpendidikan SMA. Hal ini terjadi karena pengaruh dari kondisi jalan di Kecamatan Kepenuhan yang sebagian besar masih berbentuk jalan tanah yang akan berlumpur apabila musim hujan tiba, sehingga banyak guru yang berkeberatan atau tidak mau ditugaskan di sekolah-sekolah yang jauh dari ibu kota kecamatan yang mengakibatkan menumpuknya guru-guru di daerah ibu kota sementara di desa-desa banyak sekolah yang kekurangan guru. Menurut Nurhayati (2006) masa kerja dan pengalaman kerja mempengaruhi kinerja guru, yang berarti semakin lama masa kerja guru maka akan semakin baik kinerja guru tersebut. Dimensi waktu atau masa kerja sangat menentukan dalam pembentukan pengalaman kerja seseorang sehingga tentunya akan memperoleh kemampuan kerja yang tinggi. Sehingga pengalaman dapat meningkatkan kemampuan mengajar bagi guru. Semakin sering seseorang mengulang sesuatu, semakin bertambah kecakapan dan pengetahuannya terhadap hal-hal tersebut dan guru akan lebih menguasainya, sehingga dari pengalaman yang pernah diperoleh seseorang akan mendapatkan hasil yang lebih baik.
Pemanfaatan Waktu untuk Kegiatan Pembelajaran Pencapaian tujuan pendidikan formal yang diselenggarakan di sekolah sangat ditentukan oleh banyak faktor yang saling terkait, baik itu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) maupun yang berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal). Waktu belajar di sekolah merupakan faktor eksternal. Sekolah merupakan tempat utama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Besarnya pemanfaatan ini tergantung pada jenis kegiatan yang dilakukan oleh siswa tersebut. Ada kegiatan yang memberikan nilai tambah yang tinggi bagi pengembangan diri, sementara itu ada pula kegiatan yang sebaliknya yaitu kegiatan yang tidak memberikan manfaat apa-apa, bahkan merugikan bagi pengembangan diri siswa.
36 Siswa menggunakan waktu belajar di sekolah selama 7 jam pelajaran selama 4 hari (senin-kamis) dan 5 jam pelajaran 2 hari (jum`at dan sabtu) dengan rincian 1 jam pelajaran ± 35 menit. Jadi waktu belajar di sekolah memiliki peran penting dalam proses belajar siswa. Hasil penelitian tentang Pemanfaatan waktu untuk kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jadwal kegiatan belajar mengajar Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan tahun pelajaran 2013/2014 Senin 07.30-08.05 08.05-08.40 08.40-09.15 Istirahat 09.30-10.05 10.05-10.40 Istirahat 10.55-11.30 11.30-12.05
Selasa 07.30-08.05 08.05-08.40 08.40-09.15 Istirahat 09.30-10.05 10.05-10.40 Istirahat 10.55-11.30 11.30-12.05
Rabu 07.30-08.05 08.05-08.40 08.40-09.15 Istirahat 09.30-10.05 10.05-10.40 Istirahat 10.55-11.30 11.30-12.05
Kamis
Jum`at
07.30-08.05 08.05-08.40 08.40-09.15 Istirahat 09.30-10.05 10.05-10.40 Istirahat 10.55-11.30 11.30-12.05
07.30-08.05 08.05-08.40 08.40-09.15 Istirahat 09.30-10.05 10.05-10.40
Sabtu 07.30-08.05 08.05-08.40 08.40-09.15 Istirahat 09.30-10.05 10.05-10.40
Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung dari bagaimana guru mengisi waktu luang muridnya dengan jadwal belajar, baik itu belajar di sekolah maupun dirumah dalam bentuk pekerjaan rumah (PR). Namun kegiatan yang dilakukan oleh murid di waktu senggang ternyata tidak hanya untuk belajar, melainkan digunakan juga untuk kegiatan lain, seperti menonton televisi, bermain bersama teman dan lain-lain. Penggunaan waktu luang oleh murid baik yang berpengaruh positif maupun negatif. Sebagian besar dari murid Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan menghabiskan waktu dengan kebiasaan rutin mulai dari pagi belajar di sekolah sampai dengan sore belajar di PDTA (Pendidikan Diniyah Ta`miliyah Awaliyah) dan bahkan sampai malam hari juga mengerjakan tugas dengan mengisi LKS atau pekerjaan rumah (PR) dalam bentuk lain yang diberikan gurunya. Selama belajar di sekolah maupun PDTA murid melakukan berbagai macam aktivitas dalam kegiatan belajarnya, baik itu menulis, membaca, mendengarkan penjelasan guru maupun aktivitas belajar lainnya.
Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi hasil penelitian ini akan menguraikan tentang berbagai temuan yang diperoleh dari lapangan, yaitu dari olahan data dan temuan informasi melalui hasil observasi lapangan dan studi dokumentasi yang terkait dengan kinerja guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kompetensi profesional dan motivasi dengan kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebagian guru yang bertugas di Sekolah Dasar Negeri berjumlah 71 orang. Sebelum data diolah dengan menggunakan analisis korelasi, terlebih dahulu
37 penulis akan menjabarkan deskripsi data dari masing-masing variabel. Perhitungan dengan bantuan program komputer SPSS 20.00 for Windows data penelitian dapat dilihat dalam Tabel 8. Tabel 8 Deskripsi data umum variabel penelitian Variabel Menguasai substansi keilmuan (X1.1) Menguasai struktur dan metode keilmuan (X1.2) Motif (X2.1) Ekspektasi (X2.2) Insentif (X2.3) Perencanaan pembelajaran (Y1) Pelaksanaan pembelajaran (Y2) Evaluasi pembelajarn (Y3) Kinerja guru total
Min
Maks
Mean
Std. deviasi
14
20
17.01
1.86
9 17 24 19
16 30 40 30
12.27 23.30 31.35 23.24
1.53 2.39 2.79 3.53
11
20
15.62
1.83
39 11 66
56 17 88
46.76 14.35 73.31
4.41 1.38 6.63
Sumber data : survei
Kompetensi Profesional Guru
Kompetensi profesional guru adalah kemampuan yang harus dimiliki guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Adapun kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran dapat diamati dari aspek-aspek: a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. b. Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran/ bidang pengembangan yang diampu. c. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif. d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri Selanjutnya kelima aspek-aspek tersebut lalu dibagi menjadi dua indikator yaitu a. Menguasai substansi keilmuan b. Menguasai struktur dan metode keilmuan
38 Dalam mengolah data kompetensi profesional guru, kami membagi data menurut indikator, dimana dari masing-masing indikator tersebut mendapatkan hasil sebagai berikut:
Menguasai Substansi Keilmuan Menguasai substansi keilmuan adalah pemahaman guru terhadap kurikulum dan bahan ajar, konsep, metode, dan struktur keilmuan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, serta kemampuannya memahami hubungan antar mata pelajaran terkait dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian menguasai substansi keilmuan di sini maksudnya adalah penguasaan guru terhadap substansi yang berkaitan dengan kinerja seorang guru. Adapun pengkategorian menguasai substansi keilmuan pada penelitian ini adalah : rendah, sedang dan tinggi. Hasil analisis distribusi frekuensi untuk kompetensi profesional guru dalam hal menguasai substansi keilmuan dan berdasarkan hasil penelitian tersaji pada Tabel 9. Tabel 9 Distribusi frekuensi variabel menguasai substansi keilmuan Kategori Rendah Sedang Tinggi Keterangan kategori:
Mean 17.30
St.dev 1.91
n 0 39 32
% 0.0 54.9 45.1
kategori rendah (0-33.3), sedang (33.3-66.7), tinggi (66.7-100)
Tabel 9 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi data pada kompetensi profesional guru dalam penguasaan substansi keilmuan didapatkan nilai jawaban responden dalam dua kategori yaitu kategori sedang dan tinggi, sehingga kompetensi profesional guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan termasuk dalam kategori sedang dan tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden tentang kompetensi profesional guru dalam penguasaan substansi keilmuan dimana sebagian besar guru yaitu 39 orang dari 71 atau 54.9% masuk kedalam kategori sedang dan selebihnya yakni 32 atau 45.1 % masuk kedalam kategori tinggi serta tidak ada satu orang pun yang masuk dalam kategori rendah. Temuan ini bisa terjadi karena adanya kemampuan dan kemauan guru dalam pembuatan bahan-bahan persiapan pembelajaran seperti program semester, program tahunan, dan hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dimana semua guru yaitu 71 orang dari 71 (100%) mampu membuat bahan-bahan persiapan pembelajaran dengan baik dan benar. Serta kemauan guru mengkaji setiap bahan pelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dimana semua guru yaitu 71 orang dari 71 ( 100%) selalu mengkaji bahan pelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Apalagi dengan perubahan kurikulum yang memang belakangan ini cukup sering terjadi, tentunya membuat seorang guru mempelajari bahan ajar yang akan diajarkan dikelas demi keberhasilannya dalam kegiatan pembelajaran.
39 Menguasai Struktur dan Metode Keilmuan Menguasai struktur dan metode keilmuan adalah penguasaan guru terhadap langkah-langkah penelitian dan tahapan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan terkait materi bidang studi yang dikuasainya. Dengan demikian menguasai struktur dan metode keilmuan di sini maksudnya adalah penguasaan guru terhadap pengetahuan dan hal-hal yang berkaitan dengan peralatan teknologi dan informatika demi peningkatan pengetahuan. Adapun pengkategorian menguasai struktur dan metode keilmuan pada penelitian ini adalah : rendah, sedang dan tinggi. Hasil analisis distribusi frekuensi untuk kompetensi profesional guru dalam hal menguasai substansi keilmuan dan berdasarkan hasil penelitian tersaji pada Tabel 10. Tabel 10 Distribusi frekuensi variabel menguasai struktur dan metode keilmuan Kategori Rendah Sedang Tinggi
Mean 12.10
Keterangan kategori:
St.dev 1.61
n
% 3 62 6
4.2 87.3 8.5
kategori rendah (0-33.3), sedang (33.3-66.7), tinggi (66.7-100)
Tabel 10 distribusi frekuensi data Kompetensi Profesional Guru dalam menguasai struktur dan metode keilmuan bahwasanya dari jawaban responden didapatkan nilai yang termasuk dalam kategori sedang. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan kalau kompetensi profesional guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan termasuk dalam kategori rendah, sedang dan tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden tentang Kompetensi Profesional Guru dalam penguasaan struktur dan metode keilmuan dimana 3 orang dari 71 atau 4.2% masuk kedalam kategori rendah, sedangakan sebagian besar yaitu 62 orang dari 71 atau 87.3% masuk kedalam kategori sedang dan sisanya yakni 6 orang atau 8.5% masuk kedalam kategori tinggi. Temuan ini bisa terjadi karena adanya kemauan guru dalam mengkaji kesulitan-kesulitan yang didapat dalam pelaksanaan pembelajaran apakah itu dalam bentuk lambannya penerimaan murid terhadap penjelasan guru maupun terkait dengan kurangnya perhatian murid terhadap guru itu sendiri ketika memberikan penjelasan, dan hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dimana sebagian besar guru yaitu 68 orang dari 71 (95.77%) selalu mau mengkaji kesulitan-kesulitan yang ditemukannya dalam kegiatan belajar mengajar. Serta terdapat standar kompetensi minimal yang harus dicapai oleh guru tersebut yang menjadi penguat semangat kerja guru. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dimana sebagian besar guru yaitu 65 orang dari 71 ( 91.55%) selalu memperhatikan standar kompetensi minimal yang mesti dicapainya dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan di kelas, sebab seorang guru akan selalu berusaha sekuat tenaganya untuk mencapai standar kompetensi minimal yang telah dirumuskan secara bersama ketika awal tahun ajaran dimulai.
40 Motivasi Kerja Guru
Motivasi kerja adalah dorongan yang dimiliki individu yang merangsang dirinya untuk melakukan tindakan atau kegiatan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Aspek-aspek motivasi kerja guru dibagi menjadi tiga indikator yaitu a. Motif atau dorongan b. Ekspektasi atau harapan c. Insentif atau imbalan Dalam mengolah data motivasi kerja guru, kami membagi data menurut indikator, dimana dari masing-masing indikator tersebut mendapatkan hasil sebagai berikut:
Motif Motif adalah dorongan yang menggerakan seseorang bertingkah laku dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia demi mencapai tujuan. Dengan demikian motif disini maksudnya adalah dorongan yang diterima guru sebagai daya penggerak untuk melakukan aktivitasnya sebagai tenaga pendidik. Adapun pengkategorian motif pada penelitian ini adalah: rendah, sedang dan tinggi. Hasil penelitian tentang motivasi kerja guru Sekolah Dasar Negeri berdasarkan motif atau dorongan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Distribusi frekuensi variabel motif atau dorongan yang diterima guru dalam menjalankan tugasnya Kategori Rendah Sedang Tinggi Keterangan kategori:
Mean 23.31
St.dev 2.39
n 1 69 1
% 1.4 97.2 1.4
kategori rendah (0-33.3), sedang (33.3-66.7), tinggi (66.7-100)
Tabel 11 distribusi frekuensi data motif atau dorongan yang diperoleh guru didapatkan nilai jawaban responden yang termasuk dalam kategori sedang. Sehingga motivasi kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan termasuk dalam kategori sedang dan masih perlu ditingkatkan ke kategori tinggi. Hal ini terlihat dari jawaban responden tentang motivasi kerja guru dalam hal motif atau dorongan dimana 1 orang dari 71 atau 1.4% masuk dalam kategori rendah, sedangkan sebagian besar guru yaitu 69 orang dari 71 atau 97.2% masuk dalam kategori sedang dan sisanya yakni 1 orang atau 1.4% masuk dalam kategori tinggi. Motivasi kerja guru dalam hal motif atau dorongan yang tinggi tersebut karena adanya pemberian semangat bagi kalangan guru berupa izin untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dan dapat dilihat dari jawaban responden dimana sebagian besar guru yaitu 70 orang dari 71 (98.59%)
41 yang mendapat dorongan (motif) berupa tambahan semangat untuk bekerja dari adanya pemberian izin untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, terlebih dengan masih cukup banyaknya guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan yang masih belum memiliki ijazah S1 (Sarjana) yang merupakan syarat pendidikan minimal bagi seorang guru. Serta suasana lingkungan kerja yang mendukung dorongan kerja guru yaitu berupa penerimaan teman-teman sesama guru yang cukup baik ditempat kerjanya atau di sekolah. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dimana semua guru yaitu 71 orang dari 71 (100%) selalu dan saling menerima antar sesama guru dengan baik sehingga guru merasa betah dan bersemangat melaksanakan kerjanya di sekolah.
Ekspektasi Ekspektasi adalah harapan besar yang dibebankan pada sesuatu yang dianggap akan mampu membawa dampak yang baik atau lebih baik. Dengan demikian ekspektasi di sini maksudnya adalah harapan yang di anggap guru akan mampu membawa dampak yang lebih baik dimasa yang akan datang. Adapun pengkategorian ekspektasi pada penelitian ini adalah : rendah, sedang dan tinggi. Hasil penelitian tentang motivasi kerja guru Sekolah Dasar Negeri berdasarkan ekspektasi atau harapan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Distribusi frekuensi variabel ekspektasi atau harapan yang diterima guru dalam menjalankan tugasnya Kategori Rendah Sedang Tinggi
Mean 31.35
Keterangan kategori:
St.dev 2.79
n 0 69 2
% 0.0 97.2 2.8
kategori rendah (0-33.3), sedang (33.3-66.7), tinggi (66.7-100)
Tabel 12 distribusi frekuensi data motivasi kerja guru dalam hal ekspektasi atau harapan didapatkan nilai jawaban responden yang termasuk dalam kategori sedang. Sehingga motivasi kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan termasuk dalam kategori sedang dan masih perlu untuk ditingkatkan ke kategori tinggi. Hal ini terlihat dari jawaban responden tentang motivasi kerja guru dalam hal ekspektasi atau harapn dimana sebagian besar guru atau 69 orang dari 71 atau 97.2% masuk ke dalam kategori sedang dan sisanya yakni 2 orang atau 2.8% masuk ke dalam kategori tinggi serta tidak ada satu orang pun yang masuk ke dalam kategori rendah. Ekspektasi atau harapan yang masuk kategori sedang ini karena adanya perhatian dari kepala sekolah yang cukup memuaskan guru baik itu dalam bentuk pemahaman akan kekurangan guru dalam melaksanakan tugasnya maupun dalam permasalahan yang lain. hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dimana sebagian besar guru yaitu 68 orang dari 71 (95.77%) guru merasa memperoleh harapan akan kebahagiaan dari pekerjaannya sebagai seorang guru melalui perhatian yang diberikan oleh kepala sekolah. Disamping itu juga adanya kemampuan kepala sekolah membantu guru dalam pembagian tugas jam pelajaran
42 sehingga masing-masing guru mendapat tugas yang merata dan setiap guru tidak ada yang merasa keberatan baik itu ditugaskan di kelas tinggi maupun di kelas rendah. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dimana sebagian besar guru yaitu 67 orang dari 71 ( 94.37%) merasa puas dan menerima dengan baik terhadap penempatan yang diberikan oleh kepala sekolah.
Insentif Insentif adalah imbalan atau kompensasi khusus yang dirancang untuk memotivasi kinerja luar biasa (superior performance). Dengan demikian insentif disini maksudnya adalah imbalan atau kompensasi khusus yang diterima guru dan dianggap akan mampu membawa dampak yang lebih baik dalam memberi motivasi kerjanya. Adapun pengkategorian insentif pada penelitian ini adalah : rendah, sedang dan tinggi. Hasil penelitian tentang motivasi kerja guru Sekolah Dasar Negeri berdasarkan insentif atau imbalan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Distribusi frekuensi variabel insentif atau imbalan yang diterima guru dalam menjalankan tugasnya Kategori Rendah Sedang tinggi Keterangan kategori:
Mean 23.24
St.dev 3.53
n 14 50 7
% 19.7 70.4 9.9
kategori rendah (0-33.3), sedang (33.3-66.7), tinggi (66.7-100)
Tabel 13 distribusi frekuensi data insentif atau imbalan yang diperoleh guru didapatkan nilai jawaban responden yang termasuk dalam kategori rendah dan sedang. Sehingga insentif atau imbalan yang diterima oleh guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan masih termasuk dalam kategori rendah dan sedang serta harus ditingkatkan lagi ke kategori tinggi. Hal ini terlihat dari jawaban responden tentang motivasi kerja guru dalam hal insentif atau imbalan dimana 14 orang dari 71 atau 19.7% masuk kedalam kategori rendah, sedangkan yang paling banyak yakni 50 orang dari 71 atau 70.4% masuk kedalam kategori sedang dan sisanya yakni 7 orang atau 9.9% masuk ke dalam kategori tinggi. Hal ini mengartikan bahwasanya insentif atau imbalan yang diterima guru ini masih perlu untuk ditingkatkan, sesuai dengan pendapat Setyono dan Sudjadi (2011), mengatakan bahwa insentif atau imbalan mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja guru. Artinya jika insentif guru ditingkatkan, maka akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru. Motivasi kerja guru dalam hal insentif masuk ke dalam kategori sedang karena adanya rasa puas guru dengan imbalan yang diterimanya walaupun hanya termasuk ke dalam kategori sedang berupa penghargaan dari kepala sekolah maupun, dan hal ini terlihat dari cukup banyaknya guru yang merasa bersemangat bekerja karena adanya penghargaan yang diterima dari atasannya yaitu kepala sekolah. Demikian juga dengan perhatian kepada bawahan dalam bentuk mengajak guru memusyawarahkan setiap permasalahan yang dihadapi oleh sekolah tersebut serta adanya penghasilan tambahan yang diterima guru dalam
43 bentuk tunjangan daerah dan gaji ke 13. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dimana sebagian besar guru yaitu 65 orang dari 71 (92.1%) merasa semangat dalam bekerja walaupun dengan gaji yang dirasa belum cukup tapi merasa mendapat imbalan dalam bentuk lain yakni berupa penghargaan dari pimpinan dan perhatian dalam bentuk mengajak musyawarah dalam setiap menyelesaikan masalah yang dihadapi serta adanya tunjangan gaji ke-13 yang diterima guru sekali dalam setahun.
Kinerja Guru
Kinerja guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang dilakukan oleh seorang guru berdasarkan kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar, yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran. Guru sebagai tenaga pendidik profesional mempunyai beberapa tugas utama diantaranya : mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selanjutnya dari semua tugas utama guru tersebut lalu dibagi menjadi tiga indikator kinerja guru yaitu: a. Perencanaan pembelajaran b. Pelaksanaan pembelajaran c. Evaluasi pembelajaran Dalam proses mengolah data kinerja guru kami memperoleh hasil dari masing-masing indikator tersebut sebagai berikut:
Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran merupakan kegiatan memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu proses pembelajaran (PBM) yaitu dengan mengkoordinasikan (mengatur dan merespon) komponen-komponen pembelajaran, sehingga arah kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara penyampaian kegiatan (metode dan teknik), serta bagaimana mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dan sistematis”. Ini berarti perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah mengatur dan menetapkan komponen-komponen tujuan, bahan, metoda atau teknik, serta evaluasi atau penilaian. Adapun pengkategorian perencanaan pembelajaran pada penelitian ini adalah : rendah, sedang, dan tinggi. Hasil penelitian tentang kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan berdasarkan perencanaan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Distribusi frekuensi variabel perencanaan pembelajaran tahun 2014 Kategori Rendah Sedang Tinggi
Mean 15.62
St.dev 1.83
n 1 63 7
Keterangan kategori: kategori rendah (0-33.3), sedang (33.3-66.7), tinggi (66.7-100)
% 1.4 88.7 9.9
44 Tabel 14 distribusi frekuensi kinerja guru dalam hal perencanaan pembelajaran menunjukkan bahwasanya perencanaan pembelajaran guru masih termasuk ke dalam kategori sedang, sehingga kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan dalam hal perencanaan pembelajaran dapat digolongkan dalam kategori sedang dan tinggi. Hal ini terlihat dari jawaban responden tentang kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran dimana 1 orang dari 71 atau 1.4% masuk ke dalam kategori rendah, sedangkan sebagian besar yaitu 63 orang dari 71 atau 88.7% masuk ke dalam kategori sedang dan sisanya yakni 7 orang atau 9.9% masuk ke dalam kategori tinggi. Kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran masuk ke dalam kategori sedang karena adanya kemauan guru dalam pembuatan bahan-bahan persiapan untuk kegiatan pembelajaran seperti program semester, program tahunan, RPP, dan SILABUS. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dimana sebagian besar guru yaitu 69 orang dari 71 (97.18%) selalu membuat bahan-bahan yang dibutuhkan sebagai persiapan pembelajaran. Demikian juga dengan pembuatan alat bantu bahan ajar yang akan digunakan dalam setiap pembelajaran seperti alat bantu sederhana pelaran IPA atau KIT IPA dimana hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dimana semua guru yaitu 71 orang dari 71 ( 100%) mau membuat dan menggunakan alat bantu sederhana untuk pembelajaran, baik itu yang dibuat sendiri maupun yang memang sudah tersedia dalam bentuk bantuan dari pemerintah.
Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran disini maksudnya adalah proses pembelajaran yang berlangsung mulai dari kegiatan pendahuluan sampai dengan penutup pembelajaran. Adapun pengkategorian pelaksanaan pembelajaran pada penelitian ini adalah: rendah, sedang, dan tinggi. Hasil analisis distribusi frekuensi untuk kinerja guru dalam hal pelaksanaan pembelajaran dan berdasarkan hasil penelitian tersaji pada Tabel 15. Tabel 15 Distribusi frekuensi variabel pelaksanaan pembelajaran tahun 2014 Kategori Rendah Sedang Tinggi Keterangan kategori:
St.dev 4.41
n 0 67 4
% 0.0 94.4 5.6
kategori rendah (0-33.3), sedang (33.3-66.7), tinggi (66.7-100)
Berdasarkan tabel 15 distribusi frekuensi di atas didapatkan nilai jawaban responden yang termasuk dalam kategori sedang, sehingga kinerja guru Sekolah
45 Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan dalam hal pelaksanaan pembelajaran termasuk dalam kategori sedang dan masih harus ditingkatkan lagi ke dalam kategori tinggi. Hal ini terlihat dari jawaban responden tentang kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran dimana sebagian besar responden yakni 67 orang dari 71 atau 94.4% memberikan jawaban yang termasuk ke dalam kategori sedang dan sisanya yakni 4 orang atau 5.6% masuk ke dalam kategori tinggi serta tidak ada satu orang pun responden yang memberikan jawaban yang masuk kedalam kategori rendah. Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran masuk ke dalam kategori sedang karena adanya kemauan guru dalam menggunakan bahan ajar dalam setiap kegiatan pembelajaran, mulai dari pemakaian buku paket sebagai sumber pelajaran dimana sebagian besar guru masih menggunakan buku paket sebagai sumber utama pelajaran dan demikian juga dengan dengan penggunaan media pembelajaran, baik itu yang dibuat oleh guru maupun yang diperoleh dari pemerintah sampai dengan penggunaan lingkungan sekitar sebagai media. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dimana dari jawaban guru bahwa 68 orang dari 71 (95.77%) yang selalu menggunakan cara-cara tersebut dalam setiap kegiatan pembelajaran. Adapun terkait dengan penggunaan waktu mengajar, guru sudah menggunakan waktu yang tersedia secara secara efektif dan efisien, hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dimana semua guru yaitu 71 orang dari 71 ( 100%) selalu menggunakan waktu yang tersedia dan tertera dalam jadwal pelajaran dengan baik mulai dari pagi waktu jam pelajaran pertama dimulai sampai dengan siang hari diwaktu jam pelajaran selesai.
Evaluasi Pembelajaran Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secara sistematik untuk menentukan sejauhmana ketercapaian tujuan pembelajaran. Dengan demikian evaluasi pembelajaran disini maksudnya adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam mengevaluasi hasil belajar siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan pengkategorian rendah, sedang, dan tinggi. Hasil analisis distribusi frekuensi untuk kinerja guru dalam hal evaluasi pembelajaran berdasarkan hasil penelitian tersaji pada Tabel 16. Tabel 16 Distribusi frekuensi variabel evaluasi pembelajaran tahun 2014 Kategori Rendah Sedang Tinggi Keterangan kategori:
St.dev 11.69
n 1 70 0
% 1.4 98.6 0.0
kategori rendah (0-33.3), sedang (33.3-66.7), tinggi (66.7-100)
Berdasarkan tabel 16 distribusi frekuensi kinerja guru dalam evaluasi pembelajaran di atas didapatkan nilai jawaban responden termasuk dalam kategori sedang, sehingga kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan dalam evaluasi pembelajaran termasuk dalam kategori sedang dan masih perlu
46 ditingkatkan ke kategori tinggi. Hal ini terlihat dari jawaban responden tentang kinerja guru dalam evaluasi pembelajaran dimana sebagian besar guru yaitu yakni 70 orang atau 98.6% masuk ke dalam kategori sedang dan sisanya yakni 1 orang dari 71 atau 1.4% masuk ke dalam kategori rendah. Sementara yang memberikan jawaban yang masuk ke dalam kategori tinggi tidak ada sama sekali. Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran masuk ke dalam kategori sedang karena adanya kemauan guru dalam pembuatan dan menggunakan alat evaluasi dalam setiap pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dimana semua guru yaitu 71 orang dari 71 (100%) selalu membuat dan menggunakan sendiri soal-soal latihan sebagai alat evaluasi hasil belajar siswa. Demikian juga dengan pengolahan hasil evaluasi, juga dilakukan sendiri serta menggunakan hasil evaluasi tersebut untuk perbaikan pembelajaran yang selanjutnya. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden dimana sebagian besar guru yaitu 70 orang dari 71 ( 98.59%) selalu menjadikan hasil evaluasi sebagai rujukan perbaikan pada pembelajaran yang akan datang.
Kinerja Guru Secara Total Kinerja guru secara total merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang dilakukan oleh seorang guru berdasarkan kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan, yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran. Dengan demikian kinerja guru secara total disini maksudnya adalah hasil pekerjaan guru secara keseluruhan dalam bekerja di sekolah dengan pengkategorian rendah, sedang, dan tinggi. Hasil analisis distribusi frekuensi untuk kinerja guru secara total berdasarkan hasil penelitian tersaji pada Tabel 17. Tabel 17 Distribusi frekuensi variabel kinerja guru secara total tahun 2014 Kategori Rendah Sedang Tinggi Keterangan kategori:
St.dev 6.93
n 0 71 0
% 0.0 100.0 0.0
kategori rendah (0-33.3), sedang (33.3-66.7), tinggi (66.7-100)
Berdasarkan tabel 17 distribusi frekuensi kinerja guru secara total di atas didapatkan nilai jawaban responden yang termasuk dalam kategori sedang, sehingga kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan secara total termasuk dalam kategori sedang dan masih perlu ditingkatkan ke kategori tinggi. Hal ini terlihat dari jawaban responden tentang kinerja guru secara total atau secara keseluruhan dimana semua guru yaitu 71 orang atau 100% masuk ke dalam kategori sedang sementara baik itu kategori rendah maupun kategori tinggi dari jawaban responden sama-sama tidak ada. Temuan ini bisa terjadi karena adanya kemauan guru dalam pembuatan bahan-bahan persiapan untuk kegiatan pembelajaran dan menggunakan bahan ajar tersebut dalam setiap kegiatan pembelajaran. Demikian juga dengan dengan penggunaan media pembelajaran, baik itu yang dibuat oleh guru maupun yang
47 diperoleh dari pemerintah sampai dengan penggunaan lingkungan sekitar sebagai media. Diakhir kegiatan pembelajaran guru juga melaksanakan evaluasi untuk menguji kemampuan sisiwa dalam menyerap semua pelajaran yang telah diberikan untuk dijadikan sebagai alat evaluasi tersebut sebagai rujukan untuk perbaikan pembelajaran yang selanjutnya.
Hubungan antara Kompetensi Profesional dan Motivasi dengan Kinerja Guru
Pengujian hasil analisis data yang diperoleh dari hasil perhitungan teknik analisis korelasi dengan bantuan program komputer SPSS 20, hasilnya disajikan pada Tabel 18. Tabel 18
No 1 2 3 4 5
Nilai koefisien korelasi antara kompetensi profesional dan motivasi dengan kinerja guru Kinerja guru (Koefisien korelasi Variabel Spearman) Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Penguasaan substansi keilmuan 0.522** 0.557** 0.548** Menguasai struktur dan metode 0.318** 0.373** 0.472** keilmuan Motivasi (dorongan) 0.491** 0.584** 0.378** ** ** Ekspektasi (harapan) 0.472 0.611 0.557** Insentif (imbalan) 0.300* 0.301* 0.393**
* Korelasi signifikan pada taraf kepercayaan 95persen (α= 0.05) ** Korelasi sangat signifikan pada taraf kepercayaan 99 persen (α= 0.01)
Hubungan Penguasaan Substansi Keilmuan dengan Kinerja Guru Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru dalam hal penguasaan substansi keilmuan berhubungan nyata dan memiliki keeratan hubungan dengan kinerja guru mulai dari perencanaan pembelajaran dengan r=0.522 (cukup kuat atau sedang), pelaksanaan pembelajaran dengan r=0.557 (cukup kuat atau sedang) maupun evaluasi pembelajaran dengan r=0.548 (cukup kuat atau sedang). Hal ini dapat diartikan bahwa kompetensi profesional guru dalam hal penguasaan substansi keilmuan termasuk menjadi faktor yang menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan kinerjanya mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai dengan evaluasi pembelajaran. Temuan tersebut dapat disebabkan seringnya guru mendapat pelatihan dalam pembuatan perencanaan pembelajaran (program tahunan, program semester dll) yang dalam hal ini seiring dengan seringnya perubahan kurikulum yang terjadi belakangan ini. Guru yang baru mengikuti pelatihan pembuatan bahanbahan perencanaan pembelajaran pada umumnya memiliki pengetahuan serta kemauan yang kuat dalam pembuatan bahan-bahan perencanaan pembelajaran tersebut dan menggunakannya dalam pelaksanaan pembelajaran sampai evaluasi
48 pembelajaran sebab mereka ingin menerapkan ilmu yang baru saja mereka peroleh dalam pelatihan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Lubis (2008), bahwa pelatihan yang diterima karyawan ternyata mampu meningkatkan kinerjanya. Akan tetapi disamping keberhasilan guru dalam melengkapi bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar baik itu bahan perencanaan pembelajaran, yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar maupun alat untuk evaluasi pembelajaran yang berupa soal-soal latihan, masih ada kekurangan-kekurangan yang mesti diperbaiki dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya penggunaan metode dalam kegiatan belajar mengajar sebab baru sebagian kecil guru di Kecamatan Kepenuhan (19.71 %) atau 14 dari 71 orang guru yang masuk dalam kategori sangat baik dalam penggunaan berbagai metode dalam pembelajaran. Walaupun demikian, kekurangan guru dalam menggunakan berbagai metode dalam proses pembelajaran tidak mesti dibiarkan begitu saja. Adapun salah satu cara dalam meningkatkan kemampuan guru tersebut yaitu dengan membuat pelatihan bagi guru-guru tentang penggunaan metode dalam belajar mengajar baik itu di tingkat gugus maupun tingkat kecamatan yang di gerakkan langsung oleh kepala Unit Pengelola Teknik Dinas Pendidikan Kecamatan Kepenuhan. Kompetensi profesional guru merupakan kemampuan dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi semua standar kompetensi, seorang guru dalam melaksanakan tugas keguruannya harus dengan kemampuan yang tinggi, baik sebagai pengajar, pembimbing maupun administrator yang dilaksanakan secara bertanggung jawab dan layak (Wahyudi 2010).
Hubungan Menguasai Struktur dan Metode Keilmuan dengan Kinerja Guru Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru dalam hal menguasai struktur dan metode keilmuan berhubungan nyata dan memiliki keeratan hubungan dengan kinerja guru mulai dari perencanaan pembelajaran dengan r=0.318 (cukup kuat atau sedang), pelaksanaan pembelajaran dengan r=0.373 (cukup kuat atau sedang) maupun evaluasi pembelajaran dengan r=0.472 (cukup kuat atau sedang). Hal ini dapat diartikan bahwa kompetensi profesional guru termasuk menjadi faktor yang menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan kinerjanya mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanakan pembelajaran sampai dengan evaluasi pembelajaran. Temuan tersebut dapat disebabkan karena adanya target yang harus dicapai oleh guru berupa Standar Kompetensi Minimal (SKM) yang dibuat dan ditetapkan oleh guru itu sendiri, dimana dalam hal ini diketahui bahwasanya guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan sudah cukup baik dalam membuat standar kompetensi minimal dimana (40.85 %) atau 29 dari 71 orang guru sudah masuk ke dalam kategori sangat baik dalam hal pembuatan standar kompetensi minimal serta (50.70 %) atau 36 dari 71 orang guru masuk kedalam kategori baik.
49 Demikian juga halnya dengan keberhasilan guru dalam mengkaji kesulitankesulitan yang dialaminya selama proses belajar mengajar berlangsung yang tentunya akan sangat berpengaruh dengan kemauan untuk mencapai nilai standar kompetensi minimal. Dalam penelitian ini ditemukan kalau guru yang mengkaji kesulitan mengajar sudah mencapai (35.21 %) atau 25 dari 71 orang guru sudah masuk dalam kategori sangat baik dalam melaksanakan pengkajian terhadap hasil belajar siswa. Akan tetapi disamping keberhasilan guru dalam membuat dan mencapai standar kompetensi minimal serta mengkaji kesulitan yang dialami selama kegiatan belajar mengajar, masih ada kekurangan-kekurangan yang mesti diperbaiki dalam kegiatan pembelajaran diantaranya pemakaian peralatan IT (Informasi dan Teknologi) dalam kegiatan belajar mengajar sebab baru sebagian kecil guru di Kecamatan Kepenuhan (12.68 %) atau 9 dari 71 guru masuk dalam kategori sangat baik dalam pemakaian peralatan IT dalam pengembangan diri (mencari ilmu-ilmu yang baru dan bermanfaat lewat media internet) dan berkomunikasi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Demikian juga dalam pemakaian peralatan komputer atau laptop dalam pembuatan Rencana Program Pembelajaran (RPP), silabus, dan soal ujian yang digunakan dalam proses belajar mengajar hanya 6 dari 71 orang guru (8.45 %) guru masuk dalam kategori sangat baik. Walaupun demikian, kekurangan guru dalam pemakaian peralatan IT (Informasi dan Teknologi) dalam proses belajar mengajar tidak mesti dibiarkan begitu saja karena seiring dengan perkembangan jaman sudah barang tentu kebutuhan guru dalam pemakaian peralatan IT (Informasi dan Teknologi) yang dalam hal ini komputer atau laptop semakin bertambah. Adapun salah satu cara dalam meningkatkan kemampuan guru tersebut yaitu disamping pelatihanpelatihan tentang cara pembuatan persiapan pembelajaran yang baru guru hendaknya diberikan juga pelatihan khusus tentang cara pemakaian peralatan IT (Informasi dan Teknologi) yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Satriya (2011), bahwa guru dalam kapasitasnya sebagai pendidik perlu belajar mengenal komputer melalui pelatihan, berupa pelatihan dasar penggunaan komputer yang nantinya akan meningkatkan rasa percaya diri sang guru. Adapun jenis pelatihan yang paling diperlukan oleh seorang guru untuk kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran antara lain sebagai berikut: 1. Pelatihan komputer dasar perangkat lunak untuk bekerja, seperti pelatihan penggunaan program untuk mengetik, membuat tabel, diagram, presentasi dan lain-lain. 2. Pelatihan mengatasi masalah teknis dasar seperti paper jam dan scan disk virus.
Hubungan Motif dengan Kinerja Guru Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa motivasi kerja dalam indikator motiv atau dorongan berhubungan nyata dan memiliki keeratan hubungan dengan ketiga indikator kinerja guru mulai dari perencanaan pembelajaran dengan r=0.491 (cukup kuat atau sedang), pelaksanaan
50 pembelajaran dengan r=0.584 (cukup kuat atau sedang) maupun evaluasi pembelajaran dengan r=0.378 (rendah). Hal ini dapat diartikan bahwa motivasi kerja dalam indikator motiv atau dorongan guru termasuk menjadi faktor yang menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru baik itu mulai dari membuat perencanaan pembelajaran, pelaksanakan pembalajaran sampai pada kegiatan evaluasi pembelajaran. Temuan tersebut dapat disebabkan tersedianya lingkungan sekolah yang membuat guru tenang dalam melakukan aktifitasnya, dimana sebagian besar guru sangat setuju (53.52%) atau 38 dari 71 responden dengan kondisi lingkungan yang tersedia dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan sebagian besar berada pada kondisi lingkungan yang cukup mendukung untuk kegiatan belajar mengajar baik itu dari segi kebersihan lingkungan kerja yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi seseorang dalam bekerja, dimana untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah kepala sekolah selalu mengajak guru dan murid untuk gotongroyang membersihkan lingkungan setiap hari sabtu pagi sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung, adapun untuk kebersihan di dalam kelas siswa selalu membersihkannya dengan sistem piket bergilir. Demikian juga dengan penerangan di dalam ruangan kelas yang dalam hal penerangan bukan pada penerangan listrik saja tetapi lebih kepada penerangan sinar matahari juga, karena di dalam melaksanakan tugasnya guru membutuhkan penerangan yang cukup terutama sekali bagi guru yang sedang mengajar pada mata pelajaran yang banyak melakukan kegiatan membaca. Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan sebagian besar memperoleh penerangan yang cukup kecuali dalam situasi tertentu saja, seperti ketika mendung datang yang bisa mengakibatkan ruangan kelas menjadi gelap dan otomatis kelas yang belum mendapat aliran listrik tidak akan mendapat penerangan. Begitu pula dengan pertukaran udara yang cukup akan meningkatkan kesegaran fisik para guru maupun murid, karena apabila ventilasinya cukup maka kesehatan mereka akan terjamin. Selain ventilasi, konstrusi gedung dapat berpengaruh pula pada pertukaran udara. Misalnya gedung yang mempunyai plafond tinggi akan menimbulkan pertukaran udara yang banyak dari pada gedung yang mempunyai plafond rendah selain itu luas ruangan apabila dibandingkan dengan jumlah murid yang belajar akan mempengaruhi pula pertukan udara yang ada. Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan sampai pada penelitian ini di mulai sudah memiliki ruangan kelas dengan pertukaran udara sudah cukup baik, hanya satu sekolah saja (SDN 012) yang masih kekurangan ruang belajar dan itupun hanya tinggal menunggu pembangunan gedung yang baru selesai. Jaminan terhadap keamanan yang dirasakan guru dan murid Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan cukup terjamin, hal ini karena antara guru, murid dan masyarakat sekitar masih saling mengenal sehingga menimbulkan ketenangan. Begitu pula dengan keamanan akan keselamatan diri sendiri yang sering ditafsirkan terbatas pada keselamatan kerja, padahal lebih luas dari itu termasuk disini keamanan milik pribadi guru, murid dan juga konstruksi gedung tempat mereka bekerja. Sehingga akan menimbulkan ketenangan yang akan mendorong guru dan murid dalam dalam kegiatan pembelajaran. Demikian juga halnya dengan kebisingan, dalam hal ini merupakan suatu gangguan karena adanya suara yang membuat suasana menjadi bising sehingga
51 konsentrasi guru dan murid ketika kegiatan pembelajaran sedang berlangsung akan terganggu. Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan dirasa cukup aman daripada gangguan kebisingan yang diakibatkan suara, karena sebagian besar gedung sekolah berada pada daerah pinggiran perkampungan penduduk serta dilengkapi dengan pekarangan yang cukup luas sehingga kebisingan suara baik itu yang di sebabkan oleh suara kenderaan maupun aktivitas warga seharihari tidak sampai menggangu kegiatan pembelajaran. Hal ini jelas tentunya akan menimbulkan ketenangan dan kenyamanan dalam proses pembelajaran sehingga akan dapat mendukung kegiatan belajar dan siswa akan lebih mudah untuk mencapai prestasi yang maksimal. Lingkungan kerja yang baik akan dapat menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas guru meningkat. Temuan di atas sesuai dengan pendapat Setyono dan Sudjadi (2011), bahwa Lingkungan kerja fisik guru mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja guru. Artinya jika lingkungan kerja fisik ditingkatkan menjadi lebih baik, maka akan meningkatkan kinerja guru. Temuan tersebut juga sejalan dengan pendapat Bahri (2011), bahwa terdapat pengaruh yang signifikan persepsi tentang lingkungan kerja terhadap kinerja guru SD. Begitu juga dengan pendapat Carudin (2011) bahwa iklim kerja memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja guru, berarti semakin baik iklim kerja guru maka semakin baik kinerja guru. Pelaksanaan tugas dan pekerjaan seorang guru akan terlaksana dengan baik jika didukung dengan kondisi penerangan yang memadai, kondisi udara di ruang kerja yang sehat dan tingkat kebisingan yang rendah. Lingkungan kerja yang memadai diharapkan dapat mempengaruhi dan mengarahkan guru untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Arep et al. (2003) juga mengatakan bahwa terdapat manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat. Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam skala waktu yang ditentukan. Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi. Lingkungan kerja yang baik akan dapat menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas guru meningkat. Disamping itu juga terdapat manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat. Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam skala waktu yang ditentukan. Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi (Arep et al. 2003). Motif atau dorongan merupakan kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan tertentu dan berlangsung di luar kesadaran. Terbagi menjadi dua : Dorongan nafsu dan dorongan rohaniah. Kesemuanya berpangkal pada 3 macam dorongan asli yaitu: 1. Dorongan mempertahankan diri. 2. Dorongan mempertahankan jenis. 3. Dorongan mengembangkan diri.
52 Hubungan Ekspektasi dengan Kinerja Guru Hasil penelitian menunjukkan motivasi kerja dalam indikator ekspektasi atau harapan berhubungan nyata dan memiliki keeratan hubungan dengan ketiga indikator kinerja guru mulai dari perencanaan pembelajaran dengan r=0.472 (cukup kuat atau sedang), pelaksanaan pembelajaran dengan r=0.611 (kuat) maupun evaluasi pembelajaran dengan r=0.577 (cukup kuat atau sedang). Hal ini dapat diartikan bahwa motivasi kerja dalam indikator motiv atau dorongan guru termasuk menjadi faktor yang menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru baik itu mulai dari membuat perencanaan pembelajaran, pelaksanakan pembalajaran sampai pada kegiatan evaluasi pembelajaran. Temuan tersebut dapat disebabkan ketaatan dan kesetiaan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dimana sebagian besar guru setuju (53.52%) atau 38 dari 71 responden dengan cara kepemimpinan kepala sekolah hingga mereka taat dengan tugas yang diembannya. Sebagaimana ditemukan dilapangan guru-guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan benarbenar menjadikan kepala sekolahnya menjadi pimpinan yang disegani, dan hal ini membuktikan bahwasanya kepala sekolah telah terbukti memiliki standar kompetensi minimal yang telah ditetapkan oleh pemerintah, apalagi sebagian besar kepala sekolah yang diangkat tersebut berasal dari kalangan guru senior di sekolah tersebut juga. Carudin (2011), bahwa kepemimpinan Kepala sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja guru, berarti semakin baik kepemimpinan kepala sekolah maka semakin baik kinerja guru. Demikian pula temuan Rabiyah et al. (2013), bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru, berarti semakin baik kepemimpinan kepala sekolah maka semakin baik pula kinerja guru. Harapan (Expectancy), adalah suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi karena perilaku. Harapan akan berkisar antara nilai negatif (sangat tidak diinginkan sampai dengan nilai positif (sangat diinginkan). Harapan negatif menunjukkan tidak ada kemungkinan sesuatu hasil akan muncul sebagai akibat dari tindakan tertentu, bahkan hasilnya bisa lebih buruk. Sedangkan harapan positif menunjukkan kepastian bahwa hasil tertentu akan muncul sebagai konsekuensi dari suatu tindakan atau perilaku;
Hubungan Insentif dengan Kinerja Guru Hasil penelitian menunjukkan motivasi kerja dalam indikator insentif atau imbalan berhubungan nyata dan memiliki keeratan hubungan dengan ketiga indikator kinerja guru mulai dari perencanaan pembelajaran dengan r=0.300 (rendah), pelaksanaan pembelajaran dengan r=0.301 (rendah) maupun evaluasi pembelajaran dengan r=0.393 (rendah). Hal ini dapat diartikan bahwa motivasi kerja dalam indikator insentif atau imbalan guru termasuk menjadi faktor yang menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru baik itu mulai dari membuat perencanaan pembelajaran, pelaksanakan pembalajaran sampai pada kegiatan evaluasi pembelajaran.
53 Temuan tersebut dapat disebabkan adanya kerjasama yang baik diantara sesama guru dimana (56.34%) atau 40 dari 71 orang mengatakan sangat setuju jika setiap permasalahan di sekolah selalu dimusyawarahkan oleh sesama guru yang di atur oleh kepala sekolah dan itu merupakan imbalan yang amat besar manfaatnya bagi guru demi meningkatkan semangatnya dalam bekerja. Hal ini sesuai dengan isi kode etik guru dimana dalam ayat 7 disebutkan bahwa “Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.” Ini berarti bahwa: (1) Guru hendaknya menciptakan dan memlihara hubngan sesama guru dalam lingkungan kerjanya, dan (2) Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar lingkungan kerjanya. Hubungan antar sesama guru disekolah dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebab hubungan yang intim penuh kekeluargaan terlepas dari formalitas yang kaku, dan prosedural yang otokratis dan memiliki pengaruh positif terhadap moral kerja para guru. Sehingga suasana kehidupan disekolah harus dikondisikan sedemikian rupa, dan diharapkan adanya kerja sama yang baik antara sesama guru. Melalui kerja sama dan hubungan yang baik antara sesama guru akan dapat membantu meningkatkan mekanisme kerja yang optimal dan meningkatkan profesionalisme guru, disamping itu dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi yang optimal. Sebagaimana terlihat di lapangan bahwa di setiap sekolah terlihat kebersamaan yang kuat antara sesama guru, apalagi di antara guru yang satu dengan guru yang lain masih saling mengenal dengan baik serta sebagian malah dipererat oleh hubungan kekeluargaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rabiyah et al (2013), mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara iklim organisasi sekolah dengan kinerja guru, yang berarti bahwa semakin baik iklim organisasi disuatu sekolah maka akan semakin baik pula kinerja guru. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi baik itu organisasi PGRI maupun yang lainnya sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. PGRI sebagai organisasi profesi memerlukan pembinaan, agar lebih berdaya guna dan berhasil guna sebagai wadah usaha untuk membawakan misi dan memantapkan profesi guru. Keberhasilan usaha tersebut sangat tergantung kepada kesadaran para anggotanya, rasa tanggung jawab, dan kewajiban para anggotanya Organisasi PGRI merupakan suatu sistem, di mana unsur pembentukannya adalah guru-guru. Oleh karena itu, guru harus bertindak sesuai dengan tujuan sistem. Ada hubungan timbal balik antara anggota profesi dengan organisasi, baik dalam melaksanakan kewajiban maupun dalam mendapatkan hak. Setiap anggota harus memberikan sebagian waktunya untuk kepentingan pembinaan profesinya seperti mengikuti pelatihan, baik itu pelatihan tentang penyesuaian pembelajaran dengan kurikulum yang baru sebagaimana pada akhir tahuan ajaran 2013/1014 kemarin setiap guru di wajibkan mengikuti pelatihan, dan semua waktu dan tenaga yang diberikan oleh para anggota ini dikoordinasikan oleh para pejabat organisasi tersebut, sehingga pemanfaatnya menjadi efektif dan efisien. Dengan perkataan lain setiap anggota profesi, apakah ia sebagai pengurus atau anggota biasa, wajib berpartisipasi guna memelihara, membina, dan meningkatkan mutu organisasi profesi, dalam rangka mewujudkan cita-cita organisasi.
54 Pengertian insentif menurut Winardi (2002) adalah: “Dorongan untuk mencapai lebih banyak output kerja untuk mencapai pembayaran lebih banyak terutama dipengaruhi oleh pentingnya relatif banyak uang bagi pihak yang menerimanya dan evaluasi orang yang bersangkutan, tentang adilnya rencana berdasarkan apa yang diperoleh ekstra tersebut”.
Jenis Perbaikan Kompetensi Profesional serta Motivasi yang dibutuhkan untuk Meningkatkan Kinerja Guru
Kinerja guru yang ditunjukkan dapat diamati dari kemampuan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya yang tentunya sudah dapat mencerminkan suatu pola kerja yang dapat meningkatkan mutu pendidikan ke arah yang lebih baik. Seseorang akan bekerja secara profesional bilamana memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, seseorang tidak akan bekerja secara profesional bilamana hanya memenuhi salah satu diantara dua persyaratan di atas. Jadi betapapun tingginya kemampuan seseorang, ia tidak akan bekerja secara profesional apabila tidak memiliki kepribadian dan dedikasi dalam bekerja yang tinggi. Di dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen terdapat pernyataan yang mengatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru profesional harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV), menguasai kompetensi (pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga pendidik yang diharuskan memiliki keprofesionalan dalam menjalankan tugasnya, baik itu ia menjadi guru pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional tersebut dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Lebih lanjut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen tersebut mendefinisikan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Sebagai tenaga profesional, guru diharapkan dapat berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dan berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Keprofesionalan guru yang sangat dibutuhkan dalam melaksanakan tugasnya sekarang ini cenderung dikatakan sudah mengalami ketertinggalan oleh kemajuan zaman terutama sekali guru-guru yang bertugas didaerah. Padahal itu seharusnya tidak terjadi apabia pelatihan-pelatihan tidak hanya fokus pada
55 perubahan kurikulum yang memang belakangan ini sering mengalami perubahan dan cenderung membuat guru mengalami kesulitan dalam melaksanakannya dalam pembelajaran sehingga membutuhkan pelatihan dalam penerapannya. Alangkah akan lebih baik apabila disamping pelatihan-pelatihan tentang perubahan kurikulum tersebut juga diiringi dengan pelatihan tentang tatacara pemakaian peralatan IT (Informasi dan Teknologi) dalam pembelajaran, seperti penggunaan komputer, Hp, LCD proyektor. Guru mempunyai beberapa kewajiban dalam setiap pembelajaran diantaranya membuat persiapan pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), SILABUS, buku absensi siswa dan buku batas pelajaran. Selanjutnya dalam pelaksanaan pembelajaran guru mempunyai kewajiban memimpin kegiatan belajar mengajar serta yang terakhir adalah evaluasi pembelajaran dimana guru memiliki kewajiban melaksanakan evaluasi atau penilaian hasil belajar siswa baik itu melalui tes tertulis maupun tidak tertulis. Dari beberapa kegiatan diatas diketahui bahwa seorang guru terutama dalam membuat perencanaan pembelajaran (RPP dan SILABUS), serta dalam evaluasi pembelajaran (soal untuk melakukan tes tertulis) tentu mesti memakai peralatan komputer, sehingga dalam melakasanakan pekerjaan tersebut seorang guru minimal menguasai Microsoft Word dan Microsoft Excel apalagi sebagaimana diketahui sekolah dasar tidak memiliki tenaga bagian tata usaha seperti di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas yang akan bisa membantu guru dalam membuat semua tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru didapatkan bahwa adapun yang menjadi penyebab banyaknya guru yang belum bisa menggunakan peralatan IT dalam proses pembelajaran antara lain karena : a) banyaknya guru yang sudah berusia tua dan semenjak bertugas selesai dari pendidikan guru (SPG) tidak pernah mengikuti pelatihan atau mempelajari cara pemakaian peralatan IT. b) tidak adanya tuntutan bagi setiap guru untuk mempelajari peralatan IT sebagaimana adanya tuntutan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. c) masih banyaknya Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan yang belum memiliki jaringan listrik Faktor motif (dorongan), ekspektasi (harapan), dan insentif (imbalan) merupakan faktor yang berpengaruh positif dan nyata terhadap kinerja guru terutama dalam hal pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Untuk mencapai kinerja guru yang baik sebagaimana yang diharap seperti yang terdapat didalam undang-undang guru dan dosen, maka tentunya pemerintah dalam hal ini Kepala UPTD maupun Kepala Dinas tidak hanya mengharapkan kemauan guru saja untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, akan tetapi juga diikuti dengan dorongan baik itu dalam bentuk himbauan maupun dengan pemberian sanksi bagi guru yang tidak mau melanjutkan pendidikannya, sebab apabila hanya dengan mengharapkan imbalan sertifikasi masih banyak guru yang enggak karena sebagai syarat sertifikasi masih ada harapan melalui golongan, lama mengajar maupun usia. Melihat dari hasil penelitian di atas maka dapat dirumuskan beberapa langkah untuk meningkatkan kinerja guru, adapun upaya yang diperlukan untuk perbaikan dari segi kompetensi profesional guru dan motivasi kerja guru diantara langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan, yaitu :
56 1. Disamping pelatihan-pelatihan yang sudah biasa dilakukan seperti pelatihan pembuatan SILABUS, RPP mengikuti kurikulum yang baru, diperlukan juga melaksanakan pelatihan bagi guru-guru mengenai penggunaan peralatan IT dalam proses pembelajaran seperti pemakaian komputer, HP, LCD proyektor dsb 2. Selain memberi izin bagi guru yang mau melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi ada baiknya kepala sekolah maupun pemerintah memberikan dorongan bagi guru yang belum berminat 3. Memberikan penghargaan bagi guru yang berprestasi, baik itu berupa barang maupun promosi jabatan. 4. Menciptakan suasana yang menyenangkan bagi guru di sekolah 5. Guru dan kepala sekolah secara bersama-sama memusyawarahkan setiap permasalahan yang dihadapi.
57
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan antara kompetensi profesional dan motivasi dengan kinerja guru, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kompetensi profesional guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan masuk kedalam kategori sedang yang berarti bahwa kompetensi profesional guru sudah cukup baik. Hal ini berdasarkan hasil pengkategorian jawaban responden untuk kompetensi profesional guru, dapat diketahui bahwa total skor dengan persentase 92.96% dengan kategori sedang. Indikator yang memperoleh persentase tertinggi adalah dengan nilai sebesar 7,04% dengan kategori tinggi, dan tidak terdapat jawaban responden yang masuk kedalam kategori rendah. Berdasarkan pengklasifikasian ini, maka dapat diartikan bahwa kompetensi profesional guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan adalah cukup baik atau masuk kategori sedang. 2. Motivasi kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan sudah masuk kedalam kategori sedang yang berarti bahwa motivasi kerja guru sudah cukup baik. Hal ini berdasarkan hasil tabel pengkategorian jawaban responden untuk motivasi kerja, dapat diketahui bahwa total skor dengan persentase 100% dengan kategori sedang. Indikator yang memperoleh persentase tertinggi dengan kategori baik dan tidak terdapat jawaban dari responden yang masuk ke dalam kategori rendah. Berdasarkan pengklasifikasian ini, maka dapat diartikan bahwa tanggapan responden tentang motivasi kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan adalah cukup baik atau sedang. 3. Kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan sudah masuk kedalam kategori sedang yang berarti bahwa kinerja guru sudah cukup baik. Hal ini berdasarkan hasil tabel pengkategorian jawaban responden untuk kinerja guru, dapat diketahui bahwa total skor dengan persentase 97,18% dengan kategori sedang. Indikator yang memperoleh persentase tertinggi adalah nilai sebesar 2.82% dengan kategori tinggi, dan tidak terdapat jawaban responden yang masuk kedalam kategori rendah. Berdasarkan pengklasifikasian ini, maka dapat diartikan bahwa tanggapan responden tentang kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan adalah cukup baik atau sedang. 4. Kompetensi profesional guru yang meliputi penguasaan substansi keilmuan dan penguasaan struktur dan metode keilmuan berhubungan positif dan nyata dengan kinerja guru dalam hal perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. 5. Motivasi kerja guru yang meliputi motif (dorongan), ekspektasi (harapan) dan insentif (imbalan) berhubungan positif dan nyata dengan kinerja guru dalam hal perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.
58 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan dengan didukung dengan adanya kenyataan di lapangan maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut :
Bagi Guru Penelitian ini hendaknya dapat bermanfaat bagi guru terutama dalam hal disiplin kerja sehingga berpengaruh terhadap Kompetensi Profesional guru agar selalu terdorong untuk dapat bekerja secara maksimal dan lebih baik dari sebelumnya sehingga kegiatan belajar mengajar yang dihasilkan juga akan selalu meningkat, disamping itu guru yang bekerja harus pula mempunyai motivasi yang kuat agar hasil kinerja guru jadi lebih baik.
Bagi Kepala Sekolah Kepala sekolah hendaknya dapat memberikan motivasi kepada guru untuk meningkatkan kinerjanya melalui pemberian penghargaan kepada setiap guru yang berprestasi dan menjelaskan perlunya mengenal dan memahami cara pemakaian peralatan IT (Informasi dan Teknologi) dalam kegiatan pembelajaran.
Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dan landasan untuk mengadakan penelitian lanjutan tentang hubungan antara Kompetensi Profesional Guru dan Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru. Serta berbagai aspek lain yang belum terungkap hendaknya mampu dicari sehingga mampu meningkatkan Kinerja Guru dan dapat menghasilkan inovasi baru dalam dunia pendidikan.
59
DAFTAR PUSTAKA Agung TW. 2009. Motivasi Kerja Guru dalam Mengembangkan Kurikulum di sekolah. [Jurnal] Pendidikan Penabur. Vol. 8 No. 13 Desember 2009 Anoraga P. 1992. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta. Arep, Ishak, Hendri T, 2003, Manajemen Motivasi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Arikunto S. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Kecamatan Kepenuhan dalam Angka 2013. http://rohulkab.bps.go.id/?hal=publikasi_detil&id=14 Bahri S. 2011. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru SD di Dataran Tinggimoncong Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan. [Jurnal] Jurnal MEDTEK. Vol. 3. No. 2. Oktober 2011 Cahyani A. 2003. Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: PT Grasindo. Carudin. 2011. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Kerja Sekolah terhadap Kinerja Guru. [Jurnal] INVOTEC. Vol. 7. No. 2. Agustus 2011 Dellan HE, Tugiman, Kamaruddin. 2013. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 2 Kampar. [Jurnal] Ilmu Pendidikan. Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Dessler G. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Prenhallindo. Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2008. Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Depdiknas Fatah N. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hamalik O. 2003. Guru dalam Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara. Handoko TH. 1994. Manajemen (Edisi Kedua dan Ketiga).Yogyakarta: BPFE (Anggota IKAPI) Gadjah Mada Press. Hasibuan M. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Karweti E. 2010. Pengaruh Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru SLB di Kabupaten Subang. [Jurnal] Penelitian Pendidikan. Vol. 11 No. 2 oktober 2010. Kerlinger, FN. 2002. Foundations of Behavioral Research. 3rd ed. New York. Holt, Rinehart and Winston Publishing Co; Kunandar. 2007. Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Lubis KA. 2008. Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT.Perkebunan Nusantara IV (PERSERO) Medan. [Tesis] Medan: Sekolah Pascasarjana USU. Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
60 Malawi I. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru dalam Rangka Mewujudkan Guru yang Profesional. [Jurnal] Prodi PGSD online. Vol. 1 No. 160. Mangkuprawira S. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Jakarta: Ghalia Indonesia. Mathis RL, Jackson JH. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat. Mulyanto AS. 2009. Hubungan antara Kompetensi Profesional dan Konsep diri Guru dengan Konerja Guru Kelas V Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Grorol Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008/2009. [Tesis] Universitas Negeri Sebelas Maret Mulyasa E. 2012. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Nurhayati B. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profesionalisme dan Kinerja Guru Biologi di SMAN Kota Makassar Sulawesi Selatan. [Jurnal] Mimbar Pendidikan Vol. 25 No 2 Tahun 2006 Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 Tentang jabatan Fungsional guru dan angka kreditnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang Guru. Permadi D, Arifin D. 2010. The Smiling Teacher: Perubahan Motivasi dan Sikap dalam mengajar. Bandung: CV. Nuansa Aulia. Prawirosentono S. 1999. Manajemen Sumber Daya Manausia, Kebijakan Kinerja Karyawan. BPFE. Yogyakarta. Rabiyah, Sindju HB, Syukri M. 2013. Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru SMP. [Jurnal] Pendidikan dan Pembelajaran. Vol. 2 No. 3 Maret 2013 Rahardja AT. 2004. Hubungan Antara Komunikasi antar Pribadi Guru dan Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMUK BPK PENABUR Jakarta. [Jurnal] Pendidikan Penabur. Vol. 3 No.03 Desember 2004 Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta Rohmat Z. 2009. Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang. [Skripsi] Malang: Universitas Negeri Malang. Sanjaya W. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Satriya AI. 2011. Guru dan Pemanfaatan Komputer di Kelas. [Internet]. [di unduh 18 april 2014]. Tersedia pada: http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/29/guru-dan-pemanfaatankomputer-di-kelas-399494.html. Sejati P. 2012. Hubungan Motivasi Kerja Dengan Prestasi Kerja Guru dan Karyawan di SMK Muhammadiyah 1 Sleman. [Tesis] Universitas Negeri Yogyakarta.
61 Setyono H, Sudjadi A. 2011. Pengaruh Kompetensi Guru, Insentif dan Lingkungan Kerja Fisik terhadap Kinerja Guru SMA Negeri 1 Patimuan Kabupaten Cilacap. [Jurnal] SAINTEKS. Vol. 7 No. 2. 2011 Simanjuntak PJ. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: FE UI Singarimbun M, Effendi S . 1995 . Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta. Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Sinar Grafika Offset Sulistyorini. 2001. Hubungan antara Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru. [Jurnal] Ilmu Pendidikan. Vol. 28 No.1 Januari 2001. Syah M. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya Tempe AD. 1992. Kinerja. Jakarta: PT. Gramedia Asri Media. Thoha M. 1993. Perilaku Organisasi (Konsep Dasar dan Aplikasinya). Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Triyanto. 2006. Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualifkasi, Kompetensi, dan Kesejahteraan. Jakarta: Prestasi Pustaka. Udiyono. 2011. Pengaruh Kompetensi Profesional Dan Keikutsertaan Dalam Forum Ilmiah Serta Karya Pengembangan Profesi Terhadap Kinerja Guru. [Jurnal] Magistra. Vol. 23 No. 76 Juni 2011. Umar H. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Wahyudi. 2010. Standar Kompetensi Profesional Guru. [Jurnal] Pendidikan Sosiologi dan Humaniora. Vol. 1 No. 2 Oktober 2010. Winardi J. 2002. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Yamin M. 1996. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Bandung: Gaung Persada.
62
LAMPIRAN Lampiran 1 Validitas dan reliabilitas instrumen kompetensi profesional (X1)
Reliability Statistics
Case Processing Summary N Valid Cases
20
100.0
0
.0
20
100.0
a
Excluded Total
Cronbach's
%
N of Items
Alpha .841
9
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Item Statistics Mean
Std.
Item-Total Statistics N
Scale
Deviation
Scale
Mean if Variance
Corrected
Cronbach'
Item-Total
s Alpha if
Correlation
Item
NO_1
3.4366
.49950
20
Item
if Item
NO_2
3.3521
.50986
20
Deleted
Deleted
NO_3
3.6620
.47641
20
NO_1
26.85
6.134
,817
.797
NO_4
3.6056
.49219
20
NO_2
26.95
6.261
,780
.808
NO_5
2.9577
.66411
20
NO_3
26.70
6.011
,747
.878
NO_6
2.8732
.65312
20
NO_4
26.75
5.987
,823
.980
NO_7
2.7606
.64287
20
NO_5
27.10
6.095
,645
.806
NO_8
3.3239
.62734
20
NO_6
27.45
5.734
,564
.843
NO_9
3.3099
.55011
20
NO_7
27.60
6.674
,764
.898
NO_8
26.80
5.958
,487
.780
NO_9
27.00
6.211
.609
.822
Deleted
Scale Statistics Mean
3.253511
Variance 7.411
Std. Deviation
.56839
N of Items 9
Bila nilai Alpha > 0.7 dan rhitung > 0.5 maka instrumen dikatakan Reliable dan Valid. Hasil di atas memperlihatkan bahwa nilai alpha = 841 (> 0.7) dan semua butir pertanyaan memiliki rhitung > 0.5, dengan demikian instrumen kompetensi profesional adalah valid dan reliable
63 Lampiran 2 Validitas dan reliabilitas instrumen motivasi kerja guru (X2)
Case Processing Summary
Reliability Statistics
N % Valid 20 100.0 Cases Excludeda 0 .0 Total 20 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Cronbach's Alpha .875
NO_1 NO_2 NO_3 NO_4 NO_5 NO_6 NO_7 NO_8 NO_9 NO_10 NO_11 NO_12 NO_13 NO_14 NO_15 NO_16 NO_17 NO_18 NO_19 NO_20 NO_21 NO_22 NO_23 NO_24 NO_25 NO_26 NO_27 NO_28
2.4868 3.3421 2.4605 3.4605 3.0789 3.3289 2.1711 3.2105 3.2500 3.1053 2.8816 3.5000 3.3947 2.7500 3.1974 3.0263 3.0921 3.3289 3.5789 3.2237 1.5789 2.3553 1.3553 1.8816 3.1316 1.4605 3.1711 2.4868
Std. Deviation .85625 .50471 .73830 .64168 .62744 .52632 .95761 .49842 .43589 .55567 .69219 .50332 .49204 .73258 .51691 .51572 .46698 .57476 .49701 .50593 .73509 .70624 .55866 .83214 .59648 .57598 .64059 .85625
28
Item-Total Statistics
Item Statistics Mean
N of Items
Scale Mean if Item Deleted
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
NO_1 NO_2 NO_3 NO_4 NO_5 NO_6 NO_7 NO_8 NO_9 NO_10 NO_11 NO_12 NO_13 NO_14 NO_15 NO_16 NO_17 NO_18 NO_19 NO_20 NO_21 NO_22 NO_23 NO_24 NO_25 NO_26 NO_27 NO_28
77.65 77.20 77.95 77.00 77.50 77.05 77.75 77.45 77.00 77.20 78.00 76.85 76.90 77.95 77.25 77.35 77.35 77.10 76.80 77.30 78.75 77.95 79.20 78.40 77.75 79.15 77.35 78.35
Scale Correcte Cronbac Variance d Itemh's if Item Total Alpha if Deleted Correlati Item on Deleted 29.818 ,522 .803 33.432 ,630 .837 27.734 .615 .779 35.789 ,513 .964 34.053 .711 .866 36.261 ,619 .966 30.408 .552 .714 32.471 .601 .823 32.526 .559 .823 32.589 ,651 .923 32.842 ,517 .844 32.345 ,774 .820 31.253 ,689 .906 31.103 ,758 .722 31.987 ,755 .721 30.555 ,520 .803 33.397 .565 .837 33.463 ,618 .835 31.958 ,578 .815 31.589 .702 .811 30.934 ,603 .914 29.524 ,535 .703 33.958 ,784 .840 33.095 ,699 .842 34.408 ,742 .847 33.187 ,519 .834 33.713 ,637 .841 ,535 35.187 .963
Scale Statistics Mean
2.831761
Variance 34.474
Std. Deviation
.619327
N of Items 28
Bila nilai Alpha > 0.7 dan rhitung > 0.5 maka instrumen dikatakan Reliable dan Valid. Hasil di atas memperlihatkan bahwa nilai alpha = 875 (> 0.7) dan semua butir pertanyaan memiliki rhitung > 0.5, dengan demikian instrumen motivasi kerja guru adalah valid dan reliable
64 Lampiran 3 Validitas dan reliabilitas instrumen kinerja guru (Y) Case Processing Summary N Valid Cases
a
Excluded Total
Reliability Statistics
%
Cronbach's
20
100.0
0
.0
20
100.0
N of Items
Alpha .875
25
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Item Statistics Mean NO_1 NO_2 NO_3 NO_4 NO_5 NO_6 NO_7 NO_8 NO_9 NO_10 NO_11 NO_12 NO_13 NO_14 NO_15 NO_16 NO_17 NO_18 NO_19 NO_20 NO_21 NO_22 NO_23 NO_24 NO_25
3.2105 3.4737 3.4474 3.2763 2.2237 3.4737 3.1579 3.2632 3.3553 2.8026 3.2895 3.2500 3.2632 3.2500 2.6974 3.2368 3.2763 2.1184 3.2105 3.2368 3.5000 3.1447 1.2763 3.1974 3.3026
Std. Deviation .52449 .50262 .50053 .50593 .72293 .50262 .54290 .49982 .50870 .74868 .53705 .61373 .49982 .56862 .56615 .48630 .53163 .65253 .57308 .42797 .50332 .62618 .55615 .46245 .49043
Item-Total Statistics N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Scale Mean if Item Deleted NO_1 NO_2 NO_3 NO_4 NO_5 NO_6 NO_7 NO_8 NO_9 NO_10 NO_11 NO_12 NO_13 NO_14 NO_15 NO_16 NO_17 NO_18 NO_19 NO_20 NO_21 NO_22 NO_23 NO_24 NO_25
74.85 74.55 74.60 74.80 76.10 74.55 75.00 74.95 74.75 75.60 74.80 74.70 74.95 74.90 75.35 75.00 74.95 76.05 74.90 74.90 74.60 75.05 76.85 75.05 75.00
Scale Correcte Cronbach' Variance if d Item- s Alpha if Item Total Item Deleted Correlati Deleted on 42.239 ,582 .873 42.050 ,651 .870 42.358 ,536 .871 39.958 ,731 .864 42.095 ,622 .877 41.839 ,622 .869 40.421 ,567 .866 40.787 ,780 .866 42.408 .655 .872 41.516 .645 .873 40.379 ,764 .863 41.589 .781 .871 40.682 .565 .863 41.358 ,763 .866 44.661 .673 .877 42.000 ,720 .870 41.103 ,506 .870 43.418 ,678 .878 42.200 .551 .870 42.621 .503 .872 43.411 .646 .875 42.787 .928 .870 46.029 ,766 .885 40.576 .523 .866 41.263 ,745 .867
Scale Statistics Mean
3.077368
Variance 45.326
Std. Deviation
.546185
N of Items 25
Bila nilai Alpha > 0.7 dan rhitung > 0.5 maka instrumen dikatakan Reliable dan Valid. Hasil di atas memperlihatkan bahwa nilai alpha = 875 (> 0.7) dan semua butir pertanyaan memiliki rhitung >0.5, dengan demikian instrumen kinerja guru adalah valid dan reliable
65
LAMPIRAN
KBM di SDN 001 KEPENUHAN
GEDUNG LAMA SDN 012 KEPENUHAN
66
KBM di SDN 011 Kepenuhan
KBM di SDN 003 Kepenuhan
67
SKETSA KECAMATAN KEPENUHAN
68
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 03 Oktober 1978 sebagai anak keenam dari dua belas bersaudara pasangan Alm. Sukiman dan Rosmaniar, telah menikah dengan Ismarliza. Pendidikan Diploma S I ditempuh oleh penulis pada tahun 2007 di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Terbuka dan lulus pada tahun 2011. Penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan ke program magister pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana IPB tahun 2011. Beasiswa pendidikan melanjutkan dari Diploma II ke S I diperoleh penulis dari Universitas Terbuka dan beasiswa pendidikan melanjutkan ke Program Pascasarjana Ilmu Penyuluhan Pembangunan di Institut Pertanian Bogor penulis peroleh dari Dinas Pendidikan Provinsi Riau. Sejak tahun 2003 sampai sekarang penulis bekerja pada Dinas Pendidikan Kabupaten Rokan Hulu dan dipekerjakan pada Sekolah Dasar Negeri 009 Rambah.