KOMPETENSI PETANI TERHADAP USAHATANI RUMPUT LAUT COMPETENCE OF FARMERS SEAWEED FARMING Oleh: Sukmawati Abdullah1) ABSTRACT Competence is a combination of knowledge, skills, values, and attitudes are reflected in the habit of thinking and acting. Competent farmer is the farmer who is able to take advantage of the factors that could potentially support the success of farming and avoiding the factors that could potentially harm the farm. This study aims to determine the relationship between internal factors and external factors seaweed farmers with competency seaweed farmers on the farm that was conducted in September-October 2009 in the village of Bajo Lemo Northern District Lasolo Konawe purporsive way. The data used in this study is primary data and secondary data. Primary data is data collected by (1) Conducting interviews, indepth intervieu and FGD, and (2) observations on-site cultivation of seaweed. Secondary data obtained from the relevant authorities and literature. This study was designed using a combination of the type of research or design sequantial explanatory models, the research design that combines or combine quantitative and qualitative research methods in sequence. The results showed that (1) the competence of farmers to farm seaweed farming in the village of Bajo Lemo Lasolo Konawe North District is high in the aspect of knowledge, attitudes and skills, (2) factors - internal factors seaweed farmers (age, formal education, education nonformal, farming experience and motivation) significantly associated with seaweed farmers competence, and (3) external factors seaweed farmers (that cosmopolitan, media consumption, frequency of follow counseling, and farm capital) significantly associated with competence seaweed farmers . Keywords: competence, seaweed farmers, and internal and external factors seaweed farming
PENDAHULUAN Rumput laut (seaweed) merupakan salah satu komoditi yang relatif mudah dibudidayakan dengan biaya yang relatif murah serta memiliki nilai ekonomis. Salah satu jenis rumput laut yang saat ini bernilai ekonomis penting yang dikembangkan di perairan Sulawesi Tenggara yaitu Eucheuma cottonii (Weber van Bosse) yang merupakan komoditi laut yang potensial untuk dikembangkan. Budidaya rumput laut ini mempunyai persyaratan lingkungan tertentu antara lain perairan yang tenang (Soenardjo, 2011). Budidaya rumput laut telah berkembang pada setiap kabupaten/kota se Provinsi Sulawesi Tenggara. Luasan areal budidaya rumput Provinsi Sulawesi Tenggara yang dikelola ± 9.825,9 ha dengan volume produksi rumput laut kering 73.247,1 ton. Pemanfaatan rumput laut di Indonesia juga telah banyak dilakukan, 1
mulai dari pemanfaatan secara tradisional unutk makanan/sayuran, pembuatan pudding sampai pada pengobatan (Sulistijo, 2002). Pengembangan rumput laut sangat prospektif karena didukung perairan dengan garis pantai sekitar 1.740 Km. Wilayah pesisir laut/pantai yang didominasi oleh selat dan teluk, merupakan potensi untuk pengembangan budidaya rumput laut. Hal ini didasari oleh fakta fisik bahwa Sulawesi Tenggara yang merupakan propinsi kepulauan yang memiliki luas wilayah laut sekitar 110.000 km² atau 11.000.000 ha dan salah satu potensi yang dimiliki adalah budidaya tanaman rumput laut (Badan Pusat Statistik, 2008). Potensi areal budidaya yang belum dikelola 36.428,2 ha yang diperkirakan dapat memproduksi rumput laut 262.073,5 ton/tahun (Badan Pusat Statistik, 2008). Produksi rumput laut di Sulawesi Tenggara telah mencapai sekitar
)Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Universitas Halu Oleo, ISSN Kendari0854-0128 AGRIPLUS, VolumePertanian 23 Nomor : 02 Mei 2013,
163
164
300 ton per bulan, sementara permintaan mencapai 800 -1000 ton per bulan. Jika melihat hal tersebut, maka produksi rumput laut masih sangat rendah (La nafelo, 2009). Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi rumput laut yaitu melalui adopsi inovasi dan teknologi baru. Agar petani rumput laut bisa mengadopsi inovasi dan teknologi baru yang diberikan maka perlu memperhatikan beberapa aspek misalnya dengan melihat masalah-masalah yang mereka hadapi. Menjaga daerah yang ditanami bersih dan jauh dari penyakit memungkinkan rumput laut tumbuh dengan cepat, dan dengan demikian meningkatkan produksinya. (Ma’ruf Kasim, 2010). Oleh karena itu teknologi yang disampaikan kepada petani hendaknya merupakan teknologi tepat guna dengan mempertimbangkan kondisi agrosistem dan teknologi yang spesifik lokasi, dimana nantinya teknologi tersebut akan dapat memberikan dampak positif bagi petani pemakainya. Desa Lemo Bajo Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara merupakan salah satu daerah yang terletak di pesisir pantai yang mengembangkan rumput laut sebagai salah satu komuditas perairan yang memiliki nilai jual yang relatif tinggi dengan luas lahan sekitar 80 hektar dengan produksi 1,5 ton/hektar sehingga dapat mendorong petani untuk melakukan usaha budidaya rumput laut untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup mereka ( Kantor Desa Lemo Bajo, 2008 ). Keberhasilan petani dalam mengelola usahataninya khususnya tanaman rumput laut sangat ditentukan oleh kompetensi petani dalam melakukan usaha budidaya rumput laut, karena kompetensi merupakan suatu sifat dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan secara efektif dan efisien, serta perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Menurut Sudrajat (2002) menyatakan bahwa petani (tani-nelayan) adalah agen pembangunan yang berhubungan langsung dengan perairan laut.
Persoalan yang dihadapi petani adalah persoalan kemiskinan. Petani yang miskin umumnya belum tersentuh teknologi, kualitas sumberdaya manusia rendah dan tingkat produktivitas yang masih rendah. Dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan petani dalam berusahatani rumput laut diperlukan kompetensi petani sebagai pelaku usahatani. Kompetensi yang ada pada diri petani mempunyai peranan yang sangat penting dan besar dalam kegiatan-kegiatan yang merupakan latar belakang tindakan-tindakannya. Oleh karena itu upaya petani untuk meningkatkan pendapatan usahatani rumput laut sangat ditentukan oleh kompetensi petani itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal petani rumput laut dengan komptensi petani terhadap usahatani rumput laut. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2009 di Desa Lemo Bajo Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara. Penetapan lokasi secara purporsive dengan dasar pertimbangan bahwa Desa Lemo Bajo memiliki potensi untuk dijadikan sebagai daerah pengembangan tanaman rumput laut dan sebagian besar masyarakatnya sudah memiliki kompetensi dalam membudidayakan tanaman rumput laut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang dikumpulkan dengan cara (1) Melakukan wawancara, indepth intervieu dan FGD, dan (2) Observasi di lokasi budidaya rumput laut. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan kepustakaan. Penelitian ini didesain dengan menggunakan jenis penelitian kombinasi model atau desain sequantial explanatory, yakni desain penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara berurutan.
AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 02 Mei 2013, ISSN 0854-0128
165
HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor Internal Petani Rumput Laut Faktor-faktor internal petani rumput laut yang diamati dalam penelitian ini adalah: umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusahatani, dan motivasi. Hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik, bekerja dan berfikir. Petani yang berumur muda dan sehat memiliki kemampuan fisik yang lebih besar dan waktu yang lebih lama. Hasil penelitian secara statistik dan secara kualitatif memberikan dukungan terhadap teori yang dikemukakan oleh Ngongu (2000) bahwa kemampuan seseorang akan bertambah sampai pada tingkat umur tertentu, kemudian ia akan mulai menurun. Tingkat pendidikan formal petani responden di desa Lemo bajo masih berada pada tingkat pendidikan dasar yakni SD dan SMP. Rendahnya tingkat pendidikan disebabkan oleh beberapa hal yaitu; mereka
lebih memilih untuk bekerja membantu orang tua dalam mencari nafkah, biaya pendidikan yang cukup mahal, bangunan gedung sekolah jauh dari tempat tinggal mereka, adanya pemahaman bahwa setinggi apapun pendidikannya pasti akan kembali bekerja sebagai petani. Hal ini memberikan implikasi bahwa pendidikan yang tinggi tanpa disertai dengan pemahaman terhadap adopsi inovasi dan teknologi baru, tidak ada memberikan dampak yang nyata terhadap kompetensi petani dalam melakukan usahatani. Karena pendidikan akan memberikan kontribusi terhadap cara berfikir ilmiah sehingga mampu membuat keputusan yang logis untuk kelanjutan usahatani. Hal ini sejalan dengan pendapat Soekartawi (2008) bahwa tingkat pendidikan seseorang ternyata berkontribusi terhadap sikap dan tingkat adopsi inovasi. Petani yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi, begitu pula sebaliknya petani yang berpendidikan rendah, agak sulit untuk menerima inovasi dengan cepat.
Gambar 1. Faktor-faktor Internal Petani Rumput Laut
Keterangan Rendah Sedang Tinggi
Produktif Kurang produktif
AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 02 Mei 2013, ISSN 0854-0128
166
Sebesar 46,67% responden tidak pernah mengikuti kursus/pelatihan tentang usahatani budidaya rumput laut. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan non formal responden tergolong dalam kategori rendah, hanya 23,33% responden yang pernah mengikuti kursus/pelatihan yang berhubungan dengan peningkatan usahatani rumput laut mereka. Tabel diatas menunjukkan bahwa pengalaman berusahatani yang dimiliki petani rumput laut yakni rata-rata 7,5 tahun, dengan pengalaman yang dimiliki dan didukung oleh penggunaan teknologi akan memberikan hasil yang optimal. Hasil penelitian ini memberikan dukungan terhadap pernyataan yang dikemukakan oleh Hernanto (2000) bahwa pengalaman usahatani terjadi karena kontribusi faktor waktu yang telah dialami petani. Petani yang berpengalaman dalam mengatasi hambatan-hambatan usahataninya akan tahu cara mengatasinya, lain halnya dengan petani yang kurang berpengalaman, dimana akan kesulitan menghadapi hambatan-
hambatan yang dihadapi. Semakin banyak pengalaman yang diperoleh petani, maka diharapkan semakin tinggi produktivitas dalam mengusahakan kegiatan usahatani. Responden yang mempunyai motivasi berusahatani rendah sebesar 50,00%, hal ini disebabkan karena rata-rata responden menjalankan usahataninya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (kebutuhan fisiologis) dan hanya 16,67% responden yang berkategori tinggi. Responden ini adalah rata-rata yang tamat perguruan tinggi tinggi dan pernah mengikuti kursus/pelatihan juga memiliki kompetensi tinggi terhadap usahatani budidaya rumput laut. Faktor Eksternal Petani Rumput Laut Faktor-faktor eksternal petani rumput laut yang diamati dalam penelitian ini, adalah: kekosmopolitan, konsumsi media, frekuensi mengikuti penyuluhan, dan modal usahatani. Hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Faktor-faktor Eksternal Petani Rumput Laut
Keterangan Rendah Sedang Tinggi
Kurang Cukup Sering
Kosmopolitan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Kosmopolitan dalam penelitian ini adalah seringnya petani menjalin kerjasama dengan orang lain atau lembaga penelitian lainnya diluar dari sistem sosial dan lingkungannya serta perilaku petani dalam memanfaatkan media. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 76,67% memiliki kekosmopolitan rendah,
hal ini mengindikasikan bahwa petani tidak memiliki keterbukaan dan keinginan untuk menjalin hubungan atau kerja sama dengan dunia luar dari sistem sosialnya, karena mereka beranggapan bahwa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang mereka miliki telah cukup untuk mengetahui cara mengelola usahatani rumput laut mereka dengan baik, ini diperkuat dengan tidak adanya dukungan dari keluarga serta materi
AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 02 Mei 2013, ISSN 0854-0128
167
yang kurang menunjang dalam mencari informasi keluar kota. Media yang yang digunakan baik itu media cetak maupun elektronik, ini menunjukkan bahwa petani mempunyai keinginan yang rendah dalam memperoleh informasi dari media cetak maupun elektronik karena sulit untuk didapatkan. Meskipun media cetak dan elektronik disediakan untuk memenuhi bahan kebutuhan para petani yang membutuhkan dan mengambil manfaat dari adanya informasi, tetapi media yang ada belum bisa mewakili keinginan petani dalam penambahan informasi sehingga pengetahuan menjadi tidak bertambah, baik itu melalui televisi, radio, ataupun koran dan majalah, ditambah lagi dengan waktu tayang yang tidak teratur, sehingga dalam pengambilan sikap tentang keputusan yang harus diambil sangat lambat karena informasi yang didapatkan sangat sedikit yang akibatnya berpengaruh pada keterampilan petani. Kegiatan penyuluhan pertanian yang diikuti oeh responden, sebesar 50% kategori rendah, disebakan karena tidak termotivasinya petani untuk mengikuti kegiatan penyuluhan ditambah dengan kurang atau tidak sampainya informasi yang disampaikan penyuluh pertanian ke petani, juga sebagian besar petani memiliki pekerjaan sampingan selain berusahatani rumput laut petani juga berprofesi sebagai nelayan dan juga tukang ojek serta pekerjaan sampingan lainnya. Semakin sering petani mengikuti penyuluhan, maka pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki juga semakin tinggi, lebih mudah menerima inovasi dan perubahan yang mengarah ke peningkatan produksi dan peningkatan kualitas komoditi sehingga meningkatkan pendapatan. Hasil penelitian ini memberikan dukungan terhadap pernyataan yang dikemukakan oleh Mardikanto, dkk (2005) bahwa kegiatan penyuluhan merupakan salah satu upaya yang cukup efektif dalam meningkatkan pengetahuan, mengajarkan keterampilan, dan menyadarkan masyarakat memanfaatkan sumberdaya alam melalui pendidikan non formal oleh para penyuluh. Diantara variabel-varibael di atas, maka
kontribusi terbesar secara total berasal dari variabel modal yang didukung oleh peningkatan variabel yang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Sujarmoko,dkk (2008) bahwa potensi terbesar untuk meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan produksi adalah dengan mengoptimalkan fungsi investasi dan fungsi permodalan. Kompetensi Petani Terhadap Usahatani Budidaya Rumput Laut Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang petani rumput laut dalam melakukan usahatani budidaya rumput laut yang merupakan gabungan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya, sehingga dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif, dan efisien. Hasil penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Kompetensi Petani Terhadap Usahatani Budidaya Rumput Laut
Keterangan Sedang Tinggi Kompetensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seberapa besar kemampuan setiap individu dalam berusahatni rumput laut yang mencakup aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan petani. Kompetensi petani rumput laut dalam hal pengetahuan yakni sebesar 86,67% berkategori tinggi. Dengan pengetahuan yang dimiliki akan memperlancar kompetensi dalam proses penanganan usahatani rumput laut yang berdampak pada waktu dan tenaga yang digunakan menjadi lebih efisien sehingga
AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 02 Mei 2013, ISSN 0854-0128
168
hasil produksi rumput laut menjadi meningkat. Oleh karena itu, petani yang berpengetahuan tinggi harus lebih banyak belajar lagi melalui pelatihan dan penyuluhan yang diadakan oleh penyuluh pertanian lapangan. Kompetensi petani dalam usahatani budidaya rumput sudah memadai, petani cukup aktif dalam menambah kompetensi yang mereka miliki meliputi aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan petani karena pengetahuan merupakan suatu keyakinan yang dimiliki oleh seorang petani yang hadir dalam syarat-syarat tertentu dan terwujud karena adanya hubungan yang terbentuk khusus antara subjek (yang mengetahui) dan objek (yang diketahui) dimana hubungan ini sama sekali tidak diragukan sehingga pengetahuan yang dimiliki petani sangat membantu dalam menunjang sikap dan keterampilan sehingga kemampuannya untuk mengadopsi teknologi dalam usahataninya mejadi tinggi. Kompetensi yang tinggi ini banyak dipengaruhi oleh beberapa hal seperti tingkat pendidikan petani dan pengalaman beruhasatani yang memadai serta informasi yang diperoleh dari lur sistem sosialnya mencukupi. Hubungan antara Faktor Internal Dengan Kompetensi Petani Rumput Laut Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor internal petani rumput laut berhubungan secara nyata dengan kompetensi petani rumput laut pada aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan (Tabel 1). Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan faktor umur, pendidikan formal, pengalaman berusahatani, dan motivasi yang dimiliki petani memiliki korelasi yang positif terhadap tingkat kompetensi petani rumput laut dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hubungan ini memiliki arti bahwa makin produktif umur seorang petani maka makin tinggi pula tingkat kompetensi petani rumput laut dalam hal usahatani budidaya rumpt laut, sebaliknya semakin kurang produktif umur seorang petani maka semakin rendah pula tingkat kompetensi petani rumput laut. Pendidikan bagi seorang petani dapat mempengaruhi pola pikir serta sikap dalam bertindak. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pola pikir serta pengetahuan yang dimilikinya cenderung lebih baik yang diwujudkannya dalam bentuk sikap dan tindakkan didalam mengelola usahataninya dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Pengalaman berusahatani juga amat menentukan dalam meningkatkan tingkat kompetensi (kemampuan) petani, karena pengalaman merupakan suatu kepemilikan pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan. Selain itu petani yang berpengalaman umumnya lebih cakap dan berhati-hati dalam mengerjakan pekerjaan usahataninya didasarkan trauma atas kegagalan pada masa lalu dibandingkan dengan petani yang belum berpengalaman.
Tabel 1. Hubungan Antara Faktor-Faktor Internal Dengan Kompetensi Petani Rumput Laut. Kompetensi Petani Rumput Laut Faktor-Faktor Internal Pengetahuan P Sikap P Keterampilan P Umur 0,666** 0,001 0,755** 0,001 0,761** 0,001 Pendidikan Formal 0,569** 0,001 0,573** 0,001 0,615** 0,001 Pendidikan Non 0,210 0,193 0,411** 0,008 0,268 0,095 Formal Pengalaman 0,736** 0,001 0,934** 0,001 0,870** 0,001 Berusahatani Motivasi 0,478** 0,002 0,318* 0,045 0,357* 0,024 Keterangan: n = 30; P = Peluang Kesalahan (galat) ** Berhubungan sangat nyata pada α = 0,01 * Berhubungan sangat nyata pada α = 0,05
AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 02 Mei 2013, ISSN 0854-0128
169
melakukan perjalanan keluar kota atau diluar dari lingkungan sistem sosialnya dalam rangka mencari informasi yang berkaitan dengan usahatani rumput laut. Begitu pula dengan konsumsi media, hubungan ini dinyatakan dalam bentuk korelasi yang positif. Oleh karena itu, semakin sedikit petani dalam mengakses informasi maka semakin rendah pula tingkat kompetensi petani rumput laut dan sebaliknya, semakin tinggi petani dalam mengakses informasi maka semakin tinggi pula tingkat kompetensinya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa petani memiliki konsumsi media yang rendah dalam mengakses informasi disebabkan petani masih terbatas informasi yang diperoleh baik melalui media cetak maupun elektronik dan belum sesuai dengan kebutuhan petani rumput laut.
Hubungan antara Faktor Eksternal dengan Kompetensi Petani Rumput Laut Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor eksternal petani rumput laut berhubungan secara nyata dengan kompetensi petani rumput laut (Tabel 2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kosmopolitan dan konsumsi media memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan kompetensi petani rumput laut. Hubungan ini dinyatakan dalam bentuk korelasi yang positif artinya semakin rendah kosmopolitan petani maka hubungannya tidak akan berarti terhadap rendahnya tingkat kompetensi petani rumput laut dan sebaliknya, semakin tinggi kosmopolitan petani maka hubungannya sangat berarti terhadap kenaikan tingkat kompetensinya, karena kosmopolitan merupakan jumlah atau frekuensi petani Tabel 2.
Hubungan Antara Faktor-Faktor Eksternal Dengan Kompetensi Petani Rumput Laut.
Faktor-Faktor Eksternal
Kompetensi Petani Rumput Laut Pengetahuan
P
Sikap
P
Keterampilan
P
Kekosmopolitan
0,061
0,708
0,183
0,258
0,163
0,314
Konsumsi Media Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Modal Usahatani
0,285
0,074
0,074
0,651
0,057
0,727
0,165
0,308
0,331*
0,037
0,443**
0,004
0,791**
0,001
0,743**
0,001
0,705**
0,001
Keterangan: n = 30; P = Peluang Kesalahan (galat) ** Berhubungan sangat nyata pada α = 0,01 * Berhubungan sangat nyata pada α = 0,05 Frekuensi mengikuti penyuluhan terhadap kompetensi petani rumput laut, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa petani jarang bahkan sama sekali tidak pernah mengikuti kegiatan penyuluhan disebabkan informasi yang tidak sampai kepada petani tentang akan diadakannya kegiatan penyuluhan juga faktor kendala yang terdapat pada petani rumput laut itu sendiri seperti kesibukan petani mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, sehingga dengan tidak pernahnya petani responden mengikuti kegiatan penyuluhan maka
berpengaruh pada pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam kegiatan usahatani mereka. Modal merupakan salah satu faktor pelancar bagi petani dalam menjalankan usahataninya. Petani akan termotivasi dalam menjalankan usahatani jika modal tersedia baik dari segi finansial maupun dari segi non finansial yakni peralatan yang digunakan responden khususnya alat yang digunakan untuk budidaya rumput laut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal tersedia dengan alasan bahwa meskipun responden tidak memiliki modal untuk
AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 02 Mei 2013, ISSN 0854-0128
170
berusahatani rumput laut, responden bisa meminjam kepada pemilik modal dengan ketentuan apabila ada hasil produksi maka harus dijual kepada pemberi modal sehingga dengan tersedianya modal akan membantu petani didalam proses kelanjutan usahataninya dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan keluarga. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Kompetensi petani terhadap usahatani budidaya rumput laut di Desa Lemo Bajo Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara tergolong tinggi dalam aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. 2. Faktor – faktor internal petani rumput laut ( umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusahatani dan motivasi ) berhubungan secara nyata dengan kompetensi petani rumput laut. 3. Faktor- faktor eksternal petani rumput laut (kekosmopolitan, konsumsi media, frekuensi mengikuti penyuluhan, dan modal usahatani ) berhubungan secara nyata dengan kompetensi petani rumput laut. Rekomendasi 1. Kepada para petani diharapkan dapat lebih aktif mencari informasi yang berkaitan dengan penanganan usahatani rumput laut baik itu melalui media cetak dan elektronik ataupun melalui lembaga penelitian lainnya atau melalui kegiatan penyuluhan pertanian yang diadakan oleh dinas pertanian sehingga produksi dan pendapatan yang dihasilkan dapat meningkat. 2. Kepada para penyuluh agar lebih aktif meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada para petani karena penyuluhan yang dilakukan di Desa Lemo Bajo Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara belum cukup memadai. 3. Perlu adanya pembinaan kompetensi petani rumput laut ( pengetahuan,
sikap, dan keterampilan petani) melalui peningkatan kompetensi teknis budidaya guna peningkatan mutu produk, pengembangan pengolahan pasca panen, pemberdayaan kelompok tani dan peningkatan peran serta pemerintah dalam mendorong terciptanya kebijakan yang berkaitan dengan perencanaan dan pengembangan budidaya rumput laut. DAFTAR PUSTAKA BPS, 2008. Sulawesi Tenggara dalam Angka 2008. Badan Pusat Statistik. Kendari. Hernanto, F. 2000. Petani Kecil, Potensi dan Tantangan Pembangunan. Ganesa. Bandung. Jalil Silea L.M. dan Lita Masitha, 2006. Penggunaan Pupuk Bionik Pada Tanaman Rumput Laut (Eucheuma Sp). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-Unidayan, Kota Bau-Bau Propinsi Sulawesi Tenggara. www.unidayan,ac.id. Kantor Desa Lemo Bajo. 2008. Administrasi Desa. Desa Lemo Bajo Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara. Kasim M., 2010. Modal Sosial dan Sumber Daya Kelautan Dalam Masyarakat Pesisir di Kawasan Timur Indonesia. Australia Indonesia Governance Research Partnership Crawford School of Economics and Government ANU College of Asia and the Pacific The Australian National University. www.aigrp.anu.edu.au/docs/project/ 103B/maruf Kasim brief in.pdf La Nafelo. 2009. Pelatihan Budidaya Rumput Laut. http://www.ciputra.org/node/pelatih an-budidaya-rumput-laut-nominasi. htm diakses kamis 23 April 2009. Mardikanto,T dan Sutarni, S. 2005. Petunjuk Penyuluhan Pertanian. Usaha Nasional Surabaya Indonesia, Surabaya.
AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 02 Mei 2013, ISSN 0854-0128