KOMPARASI USAHATANI TUMPANGSARI UBI KAYU VARIETAS JALAKTOWO DAN VARIETAS LAIN DENGAN JAGUNG DI DESA WONOREJO KECAMATAN JATIYOSO KABUPATEN KARANGANYAR Restie Novitaningrum, Suwarto, Susi Wuri Ani Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax.(0271) 637457 E-mail:
[email protected] Telp. 085728844304 Abstract : This study was conducted to determine and analyze farm income of Jalaktowo cassava variety intercropping with maize and others cassava variety intercropping with maize and also investigate the effects of production factors on farm income. The basically method was Explanatory method. Retrieval of study area was in Wonorejo by purposive, that Wonorejo is the largest village with the largest upland, cassava production center and the only village which cultivates Jalaktowo cassava variety. Proportional random sampling method was used to select 60 farmers. Analytical methods used were income analysis with explicit cost concept, comparative test with t-test and Cobb-Douglass production function regression model. Comparative test with t-test showed that Jalaktowo cassava variety intercropping with maize farm income was higher than others cassava variety intercropping with maize farm income. Regression model of production factors on farm income with F-test showed that farm size, farm labour, maize seed, manure, urea fertilizer, SP-36 fertilizer, phonska fertilizer and cassava variety variabels were together significant affecting of farm income. Result of t-test showed that farm size, farm labour, maize seed and cassava variety were individually significant affecting of intercropping Jalaktowo cassava variety and others cassava variety with maize farm income in Wonorejo, Jatiyoso, Karanganyar Regency. Keywords : Farm Comparison, Intercropping Cassava with Maize, Jalaktowo Cassava Variety, Others Cassava Variety Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis pendapatan usahatani tumpangsari ubi kayu varietas Jalaktowo dengan jagung dan ubi kayu varietas lain dengan jagung serta mengkaji pengaruh faktor-faktor produksi terhadap pendapatan usahatani. Metode dasar menggunakan metode Eksplanatory. Pengambilan lokasi penelitian secara purposive di Desa Wonorejo, dengan pertimbangan Desa Wonorejo memiliki wilayah terluas, lahan kering terluas, sentra produksi ubi kayu dan satu-satunya desa yang mengembangkan ubi kayu varietas Jalaktowo. Teknik pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling dengan jumlah responden 60 petani. Metode analisis data menggunakan analisis pendapatan dengan konsep biaya eksplisit, uji komparatif dengan t-test dan analisis regresi fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil uji komparatif dengan t-test menunjukkan pendapatan usahatani tumpangsari ubi kayu varietas Jalaktowo dengan jagung lebih besar daripada pendapatan usahatani tumpangsari ubi kayu varietas lain dengan jagung. Hasil regresi berdasarkan uji F variabel luas lahan, tenaga kerja luar, benih jagung, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk phonska dan varietas ubi kayu secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani. Uji t menunjukkan variabel luas lahan, tenaga kerja luar, benih jagung dan varietas ubi kayu secara individu berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani tumpangsari ubi kayu varietas Jalaktowo dan varietas lain dengan jagung di Desa Wonorejo, Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar. Kata Kunci: Komparasi Usahatani, Tumpangsari ubi kayu dengan jagung, Ubi kayu Varietas Jalaktowo, Ubi Kayu Vareitas Lain
PENDAHULUAN Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup petani. Pemerintah melakukan empat program pokok untuk mencapai arah pembangunan pertanian yaitu intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi. Apabila upaya ekstensifikasi atau perluasan lahan tidak mungkin lagi dapat dilakukan maka upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan adalah dengan intensifikasi (Bappenas, 1995). Intensifikasi pertanian merupakan usaha mengoptimalkan lahan pertanian yang ada. Intensifikasi dapat diwujudkan dalam bentuk sistem tanam tumpangsari. Tumpangsari merupakan usaha sistem tanam dua atau lebih jenis tanaman yang ditanam secara bersamaan secara berselang-seling dengan jarak tanam teratur pada sebidang tanah yang sama. Musa et al., (2011) menjelaskan bahwa tumpangsari adalah sistem tanam yang disukai kalangan petani skala kecil di daerah tropis. Tumpangsari memungkinkan efisiensi penggunaan ruang dan waktu untuk mengoptimalkan hasil produksi. Di Indonesia, ubi kayu merupakan komoditas strategis sebagai sumber pendapatan bagi petani yang memiliki arti dan peran dalam peningkatan kesejahteraan petani. Ubi kayu merupakan sumber pangan utama karbohidrat setelah padi dan jagung. (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2012). Menurut Hilman et al., (2004), ubi kayu dalam perekonomian nasional terus menurun karena dianggap bukan komoditas prioritas sehingga luas
areal panen ubi kayu terus berkurang dan produktivitas ubi kayu tidak meningkat secara nyata. Menurut Wargiono (2007), untuk meningkatkan produktivitas dapat dilakukan dengan penambahan areal panen, yaitu dengan cara tumpangsari dengan tanaman pangan lain seperti jagung. Menurut Subandi et al., (1998), tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan utama setelah padi. Nilai jagung semakin penting karena sebagai bahan baku industri dan bahan pakan, hal ini menyebabkan kebutuhan akan jagung terus meningkat. Petani di Desa Wonorejo melakukan tumpangsari tanaman ubi kayu dengan jagung. Ubi kayu merupakan tanaman pangan yang baru bisa dipanen pada umur 8-12 bulan setelah tanam. Jagung merupakan tanaman pangan semusim yang dapat dipanen pada umur 3-4 bulan setelah tanam, penanaman jagung dapat dilakukan selama 2 musim tanam dan ubi kayu selama satu musim tanam. Petani tumpangsari ubi kayu dengan jagung di Desa Wonorejo, diketahui tidak hanya menanam satu jenis varietas ubi kayu. Petani menanam berbagai jenis varietas ubi kayu diantaranya varietas Jalaktowo yang merupakan varietas lokal dan varietas lain yang merupakan varietas unggul. Ubi kayu varietas unggul memiliki produksi yang lebih besar daripada ubi kayu varietas Jalaktowo. Namun, harga jual ubi kayu varietas Jalaktowo lebih tinggi daripada ubi kayu varietas unggul. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengkaji besarnya pendapatan usahatani tumpangsari ubi kayu
varietas Jalaktowo dengan jagung dan ubi kayu varietas lainnya dengan jagung di Desa Wonorejo, Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar. (2) Menganalisis pendapatan usahatani tumpangsari ubi kayu varietas Jalaktowo dengan jagung dan ubi kayu varietas lainnya dengan jagung di Desa Wonorejo, Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar. (3) Mengkaji faktorfaktor produksi yang mempengaruhi pendapatan usahatani tumpangsari ubi kayu varietas Jalaktowo dan varietas lainnya dengan jagung di Desa Wonorejo, Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplanatory (penjelasan). Teknik penelitian yang digunakan adalah teknik survei. Pengambilan lokasi ini dilakukan secara purposive, yaitu Desa Wonorejo, Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu 1) sebagai desa yang memiliki luas wilayah terluas di Kecamatan Jatiyoso, 2) sebagai desa yang memiliki luas lahan kering terluas di Kecamatan Jatiyoso, 3) sebagai desa yang menjadi sentra produksi ubi kayu di Kecamatan Jatiyoso dan 4) satu-satunya desa yang mengembangkan ubi kayu varietas Jalaktowo. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 60 orang petani dengan rincian jumlah responden pada usahatani tumpangsari ubi kayu varietas Jalaktowo dengan jagung sebanyak 30 orang petani dan jumlah responden pada usahatani
tumpangsari ubi kayu varietas lain dengan jagung sebanyak 30 orang petani. Penarikan sampel responden dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik proportional random sampling. Besarnya pendapatan usahatani diperhitungkan dengan cara mengurangkan penerimaan dengan biaya eksplisit. Uji statistik menggunakan uji komparatif t-test untuk membandingkan pendapatan antara usahatani tumpangsari ubi kayu varietas Jalaktowo dengan jagung dan pendapatan usahatani tumpangsari varietas lain dengan jagung. Pengaruh faktor luas lahan, tenaga kerja luar, benih jagung, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk phonska dan varietas ubi kayu pada pendapatan usahatani adalah I = b0 X1β1 X2β2 X3β3 X4 β4 X5β5 X6 β6 X7 β7 D1α1 µ…………………(1) Keterangan: I adalah pendapatan usahatani (Rp/ha), b0 adalah intersep, β1 – β7 adalah koefisien regresi, α1 adalah koefisien variabel dummy, X1 adalah luas lahan (ha), X2 adalah tenaga kerja luar (HKP/ha), X3 adalah benih jagung (Rp/ha), X4 adalah pupuk kandang (Rp/ha), X5 adalah pupuk urea (Rp/ha), X6 adalah pupuk SP-36 (Rp/ha), X7 adalah pupuk phonska (Rp/ha), D1= 1 jika varietas Jalaktowo, D1=0 jika varietas lainnya dan µ adalah error term. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani diperoleh dengan mengurangkan penerimaan dengan biaya eksplisit usahatani
yaitu biaya tenaga kerja, biaya sarana produksi dan biaya lain-lain. Upah tenaga kerja terhitung dalam satuan HKP (Hari Kerja Pria), yaitu jumlah hari kerja yang dikorbankan dalam satu kali proses produksi untuk setiap musim tanam, yang setara dengan 7 jam kerja pria, dengan nilai 1 HKP sama dengan Rp 50.000,00. Nilai HKW (Hari Kerja Wanita) adalah 0,8 HKP. Biaya tenaga kerja luar dapat disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui pengeluaran untuk tenaga kerja luar tumpangsari ubi kayu Jalaktowo dengan jagung per hektar sebesar Rp 6.293.060,00 dan untuk tumpangsari ubi kayu varietas lain dengan jagung per hektar sebesar Rp 5.263.894,00. Pada usahatani tumpangsari ubi kayu varietas Jalaktowo dengan jagung, penggunaan tenaga kerja luar yang paling sedikit adalah kegiatan pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan ini tidak membutuhkan biaya atau sebesar Rp 0,00 per usahatani maupun per hektarnya. Pada usahatani ini petani sama sekali tidak melakukan pengendalian hama dan penyakit karena serangan hama/penyakit tidak besar atau dianggap tidak merugikan petani. Begitu pula pada usahatani tumpangsari ubi kayu varietas lain dengan jagung kegiatan yang mengeluarkan biaya paling kecil adalah pengendalian hama dan penyakit. Besarnya pengeluaran adalah Rp 13.333,00 per usahatani dan sebesar Rp 45.835,00. Pada kedua usahatani ini memerlukan perawatan yang baik. Pada kegiatan pengendalian hama, untuk mengurangi pengeluaran pada tenaga kerja luar, kegiatan ini banyak dikerjakan tenaga kerja dalam.
Pengurangan penggunaan tenaga kerja luar dapat menekan pengeluaran petani. Pengeluaran terbesar untuk tenaga kerja luar usahatani tumpangsari ubi kayu varietas Jalaktowo dengan jagung pada kegiatan persiapan lahan yaitu sebesar Rp 799.333,00 per usahatani dan sebesar Rp 2.408.356,00 per hektar. Sama halnya pada tumpangsari ubi kayu varietas lain dengan jagung, kegiatan yang mengeluarkan biaya terbesar adalah pada kegiatan persiapan lahan yaitu Rp 664.333,00 per usahatani dan Rp 2.283.717,00 per hektar. Kegiatan persiapan lahan ini meliputi mencangkul dan membuat larikan. Sebagian besar wilayah Desa Wonorejo merupakan lahan kering yang berupa pekarangan, kebun tegalan dan hanya mengandalkan pengairan dari air hujan sehingga dibutuhkan tenaga yang banyak dalam menyelesaikannya. Pencangkulan pada usahatani tumpangsari ubi kayu varietas Jalaktowo dengan jagung maupun tumpangsari ubi kayu varietas lain dengan jagung cenderung membutuhkan tenaga yang banyak. Pada lokasi penelitian, kegiatan usahatani banyak menggunakan tenaga kerja dalam dibandingkan penggunaan tenaga kerja luar. Penggunaan tenaga kerja keluarga dapat menekan biaya usahatani sebab tenaga kerja dalam tidak dibayar. Semakin banyak anggota keluarga yang digunakan akan semakin semakin menekan penggunaan tenaga kerja luar sehingga menekan pengeluaran biaya usahatani yang ada.
Tabel 1.
Perbandingan Total Biaya Tenaga Kerja Luar (TKL) pada Usahatani Tumpangsari Ubi Kayu dengan Jagung di Desa Wonorejo Tahun 2014
No
Keterangan
1 2 3 4 5 6
Persiapan lahan Memupuk Dasar Menanam Penyiangan Pemupukan Pemberantasan Hama dan Penyakit Panen dan Pasca Panen
7 Jumlah
Tenaga Kerja Luar Per UT/Tahun Per Ha/Tahun Ubi kayu Ubi kayu Ubi kayu Ubi kayu Jalaktowo lain dengan Jalaktowo lain dengan dengan jagung dengan jagung (Rp) Jagung (Rp) (Rp) Jagung (Rp) 799.333 664.333 2.408.356 2.283.717 153.333 108.333 461.987 372.407 287.333 179.667 865.723 617.623 130.667 48.000 393.693 165.005 315.333 28.667 950.085 98.545 0 13.333 0 45.835 402.667 2.088.667
Sumber : Analisis Data Primer, 2014 Biaya sarana produksi usahatani meliputi biaya pembelian benih, pupuk, dan pestisida. Pestisida yang digunakan petani terdiri dari beberapa jenis seperti Record, Fusida dan Score. Biaya sarana produksi dapat disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 2 diuraikan total pengeluaran sarana produksi per hektar sebesar Rp 4.708.265,54 untuk tumpangsari ubi kayu varietas Jalaktowo dengan jagung dan tumpangsari ubi kayu varietas lain dengan jagung per
488.933 1.531.267
1.213.217 6.293.060
1.680.761 5.263.894
hektar sebesar Rp 3.876.876,36. Biaya terendah pada kedua usahatani ini adalah pengeluaran pestisida, Hama yang biasanya menyerang pada tanaman jagung yaitu belalang dan tikus kecil. Serangan hama tidak merugikan petani sehingga etani hanya akan mengaplikasikan pestisida ketika dianggap akan merugikan. Selebihnya, ketika serangannya kecil petani lebih memilih menggunakan pengendalian hama teknis berupa umpan.
Tabel 2. Perbandingan Total Biaya Sarana Produksi pada Usahatani Tumpangsari Ubi Kayu dengan Jagung di Desa Wonorejo Tahun 2014
No
Keterangan
1 2
Benih Pupuk a.Kandang b.Urea c. SP-36 d.Phonska Pestisida
3 Jumlah
Sarana Produksi Per UT/Tahun Per Ha/Tahun Ubi kayu Ubi kayu lain Ubi kayu Ubi kayu lain Jalaktowo dengan dengan jagung Jalaktowo dengan Jagung (Rp) (Rp) dengan Jagung jagung (Rp) (Rp) 369.933,33 274.900,00 1.114.592,75 944.998,28 121.866,67 488.260,00 323.800,00 258.813,33 0 1.562.673,33
Sumber : Analisis Data Primer, 2014
22.933,33 368.783,33 145.066,67 289.200,00 26.900,00 1.127.783,33
367.178,87 1.471.105,76 975.595,06 779.793,11 0 4.708.265,54
78.835,80 1.267.732,33 498.682,25 994.156,07 92.471,64 3.876.876,36
Tabel 3. Perbandingan Biaya Lain-Lain pada Usahatani Tumpangsari Ubi Kayu dengan Jagung di Desa Wonorejo Tahun 2014
No
1 2
Keterangan
Pajak tanah Biaya Transportasi
Biaya Lain-lain Per UT/Tahun Per Ha/Tahun Ubi kayu Ubi kayu lain Ubi kayu Ubi kayu Jalaktowo dengan Jalaktowo lain dengan dengan Jagung jagung (Rp) dengan jagung (Rp) Jagung (Rp) (Rp) 16.833,75 16.118,33 50.719,34 55.408,50 59.666,67 32.333,33 179.773,02 111.149,33 76.500,42 48.451,67 230.492,37 166.557,81
Jumlah Sumber : Analisis Data Primer, 2014 Biaya lain-lain merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh petani diluar biaya faktor-faktor produksi. Biaya lain-lain dapat disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 3 diketahui bahwa jumlah ratarata biaya lain-lain terdiri dari jumlah biaya pajak tanah dan biaya transportasi. Total pengeluaran biaya lain-lain per hektar untuk usahatani tumpangsari ubi kayu Jalaktowo dengan jagung sebesar Rp 230.492,36 dan untuk tumpangsari ubi kayu lain dengan jagung sebesar Rp166.557,81. Petani mengeluarkan biaya pajak tanah karena status
kepemilikan lahan adalah milik sendiri. Biaya transportasi dikeluarkan petani untuk mengangkut hasil panenan dari lahan ke rumah. Hasil panen jagung selalu dibawa pulang untuk dipipil dan dijemur. Jagung dijual dalam bentuk pipilan kering. Panen ubi kayu dilakukan dengan 2 cara yaitu ditebaskan dan dipanen sendiri. Ubi kayu yang ditebaskan berarti biaya transportasi ditanggung sepenuhnya oleh penebas. Petani biasanya mengangkut hasil panenan secara dipikul sehingga menghemat biaya transportasi.
Tabel 4. Perbandingan Rata-rata Biaya, Penerimaan, Pendapatan, dan Produktivitas Usahatani Tumpangsari Ubi Kayu dengan Jagung di Desa Wonorejo Tahun 2014
No
Uraian
1
Biaya usahatani Penerimaan Usahatani Pendapatan Usahatani Produktivitas Usahatani
2 3 4
Per UT/Tahun Ubi kayu Ubi kayu lain Jalaktowo dengan dengan jagung (Rp) Jagung (Rp) 3.744.674,17 2.723.620,00
Per Ha/Tahun Ubi kayu Ubi kayu lain Jalaktowo dengan jagung dengan (Rp) Jagung (Rp) 11.282.537,41 9.362.736,34
7.073.740,00
4.018.250,00
21.312.865,32
13.813.166,04
3.329.065,83
1.294.630,00
10.030.327,91
4.450.429,70
7.073.740,00
4.018.250,00
21.312.865,32
13.813.166,04
Sumber : Analisis Data Primer, 2014
Pendapatan usahatani dapat diperoleh dengan cara mengurangkan penerimaan dengan biaya eksplisit usahatani yang terdiri dari biaya tenaga kerja luar, biaya input atau sarana produksi dan biaya lain yang benar-benar dikeluarkan petani, untuk selengkapnya dapat disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 dijelaskan per hektarnya pendapatan usahatani tumpangsari ubi kayu Jalaktowo dengan jagung sebesar Rp 10.030.327,91 dan untuk tumpangsari ubi kayu varietas lain dengan jagung sebesar Rp 4.450.429,70. Hal ini menunjukkan dari hasil penghitungan akhir pendapatan bahwa pendapatan usahatani tumpangsari ubi kayu Jalaktowo dengan jagung lebih tinggi dibandingkan pendapatan usahatani tumpangsari ubi kayu varietas lain dengan jagung. Analisis Komparatif Pendapatan Usahatani Analisis komparatif pendapatan usahatani dilakukan dengan menggunakan pengujian statistik dengan menggunakan uji-t (t-test). Tabel 5. Analisis Komparatif Uraian
Pendapatan (Rp/Ha) - t-hitung - t-tabel (t 0,05) df= 29
Ubi kayu Jalaktowo dengan Jagung (Rp) 10.030.327,91
Ubi kayu lain dengan jagung (Rp) 4.450.429,70
4,460 1,699
Sumber : Analisis Data Primer, 2014 Hasil dari uji statistik (t-test) diperoleh nilai t-hitung 4,460 yang berarti lebih besar dari t-tabel yaitu 1,699, berarti pendapatan usahatani tumpangsari ubi kayu varietas
Jalaktowo dengan jagung lebih besar daripada pendapatan usahatani tumpangsari ubi kayu varietas lain dengan jagung. Pengujian Asumsi Klasik Pengaruh Faktor Produksi pada Pendapatan Berdasarkan hasil analisis yang didapat, nilai VIF tertinggi pada variabel luas lahan adalah 2,859 yang masih lebih kecil dari nilai 10 artinya dalam model tidak terjadi multikolinearitas. Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan dengan diagram scatterplot. Berdasarkan diagram scatterplot hasil analisis pengaruh faktor produksi pada pendapatan dapat diketahui bahwa titik-titik yang ada dalam diagram menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu, ini berarti bahwa dalam model tidak terjadi heterokedastisitas. Analisis Pengaruh Faktor Produksi pada Pendapatan Usahatani Analisis faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap pendapatan usahatani menggunakan model regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan program SPSS diperoleh persamaan regresi (2). I = 1,027 X10,346 X2-0,027 X3-0,713 X40,008 X5-0,012 X6-0,015 X7-0,005 D10,757……………………….(2)
Hasil analisis variasi pendapatan pendapatan usahatani. Nilai koefisien usahatani didapatkan nilai F-hitung regresi luas lahan positif sebesar lebih besar daripada nilai F-tabel 0,346 sehingga apabila terjadi yaitu 11,436 (F-tabel α = 0,05 = penambahan luas lahan sebesar 10% 2,10). Hal ini menunjukkan bahwa maka pendapatan usahatani akan variabel bebas, yaitu luas lahan, meningkat sebesar 3,46%. Menurut tenaga kerja luar, benih jagung, Poon dan Weersink (2011), semakin pupuk kandang, pupuk urea, pupuk meningkat luas lahan maka akan SP-36, pupuk phonska dan varietas meningkatkan pendapatan karena ubi kayu secara bersama-sama semakin meningkatnya produksi dan berpengaruh nyata terhadap skala usaha. Petani dengan skala pendapatan usahatani. usaha yang besar lebih memiliki Nilai koefisien determinasi (R2) kemampuan untuk mengantisipasi sebesar 0,642. Hal ini menunjukkan resiko. bahwa variasi variabel pendapatan Nilai t-hitung tenaga kerja lebih usahatani dapat dijelaskan 64,2% besar dari t-tabel (2,348>1,960), oleh variasi variabel bebas dalam artinya terdapat pengaruh nyata model (luas lahan, tenaga kerja luar, antara tenaga kerja luar terhadap benih jagung, pupuk kandang, pupuk pendapatan usahatani. Nilai koefisien urea, pupuk SP-36, pupuk phonska regresi menunjukkan nilai sebesar dan varietas ubi kayu), sedangkan 0,027 dan bertanda negatif sehingga sisanya sebesar 35,8% dijelaskan jika terjadi penambahan tenaga kerja oleh variasi variabel bebas lain yang luar keluarga 10% akan menurunkan berada diluar model. pendapatan usahatani sebesar 0,27%. Berdasarkan hasil analisis uji t Hal ini dikarenakan semakin tinggi pada Tabel 6 menunjukkan t-hitung penggunaan tenaga kerja luar luas lahan lebih besar dari t-tabel semakin tinggi biaya yang (2,028>1,960), yang artinya luas dikeluarkan. lahan berpengaruh nyata terhadap Tabel 6. Analisis Keberartian Koefisien Regresi dengan Uji t pada Pendapatan Usahatani Tahun 2014 No Variabel Koef. t-hitung t-tabel Regresi 1 Ln Luas Lahan (ha) (X1) 0,346* 2,028 1,960 2 Ln Tenaga Kerja Luar (HKP/ha) (X2) -0,027* -2,348 1,960 3 Ln Benih Jagung (Rp/ha) (X3) 0,713* 3,077 1,960 4 Ln Pupuk Kandang (Rp/ha) (X4) -0,008 ns -0,653 1,960 5 Ln Pupuk Urea (Rp/ha) (X5) -0,012 ns -0,433 1,960 6 Ln Pupuk SP-36 (Rp/ha) (X6) -0,015 ns -1,264 1,960 7 Ln Pupuk Phonska (Rp/ha) (X7) -0,005 ns -0,340 1,960 8 Varietas Ubi kayu (D) 0,757* 3,896 1,960 Sumber : Analisis Data Primer, 2014 Keterangan: * : Berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% ns : Tidak Berpengaruh Nyata
Nilai t-hitung benih jagung (3,077>1,960), artinya benih jagung berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani. Nilai koefisien regresi positif sebesar 0,713 sehingga apabila terjadi penambahan benih jagung sebesar 10% maka pendapatan usahatani akan meningkat sebesar 7,13%. Semakin banyak penggunaan benih jagung maka pendapatan petani semakin baik, karena dalam sistem tumpangsari ubi kayu dengan jagung, komoditas jagunglah yang memberi kontribusi besar dalam pendapatan usahatani. Menurut Mohammed et. al., (2012), hasil produksi jagung dapat ditingkatkan dengan mengoptimalkan penggunaan input, salah satunya dengan mengoptimalkan penggunaan benih. Semakin banyak benih yang digunakan maka produksi jagung semakin baik. Produksi jagung yang baik dapat meningkatkan pendapatan petani Nilai t-hitung variabel pupuk kandang (0,653≤1,960), Nilai thitung pupuk urea (0,433≤1,960), nilai t-hitung pupuk SP-36 (1,264≤1,960), nilai t-hitung pupuk phonska (0,340≤1,960), berarti variabel pupuk kandang, pupuk urea, pupuk SP-36 dan pupuk phonska tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani. Hal ini dikarenakan kondisi tanah di Desa Wonorejo masih subur. Terlihat dari kenampakan visual, tanah di Desa Wonorejo memiliki tekstur gembur, sehingga ada atau tidaknya penambahan pupuk kandang, pupuk urea, pupuk SP-36 dan pupuk phonska tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani.
Variabel dummy merupakan varietas ubi kayu, memiliki nilai thitung (3,896>1,960). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan pendapatan usahatani antara ubi kayu varietas jalaktowo dan varietas lain. Nilai koefisien regresi positif, hal ini menunjukkan pendapatan usahatani ubi kayu varietas Jalaktowo dengan jagung lebih tinggi daripada pendapatan usahatani ubi kayu varietas lain dengan jagung. SIMPULAN Kesimpulan penelitian yaitu (1) Hasil analisis pendapatan usahatani dan uji komparatif didapatkan bahwa pendapatan usahatani tumpangsari ubi kayu Jalaktowo dengan jagung lebih besar daripada pendapatan usahatani tumpangsari ubi kayu varietas lain dengan jagung. (2) Hasil analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan usahatani menunjukkan bahwa luas lahan, tenaga kerja luar, benih jagung dan perbedaan varietas ubi kayu secara individu berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani, serta variabel dummy perbedaan varietas ubi kayu menunjukkan bahwa ubi kayu Varietas Jalaktowo dapat memberikan pendapatan yang lebih tinggi daripada ubi kayu varietas lain. Saran yang dapat diberikan adalah (1) Petani di Desa Wonorejo dapat meningkatkan pendapatan dengan menanam ubi kayu varietas Jalaktowo dengan jagung, dengan tetap memperhatikan faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk melakukan usahatani. (2) Petani dapat meningkatkan produksi jagung dengan meningkatkan kerapatan antar tanaman sampai batas
agronomis agar memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Bappenas 1995. Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam (Repelita VI). www.bappenas.go.id diakses pada 11 Februari 2014. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2012. Road Map Peningkatan Produksi Ubi Kayu Tahun 2010-2014. Jakarta : Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Hilman Y, Kasno A, Saleh N 2004. Kacang-kacangan dan Umbiumbian: Kontribusi terhadap Ketahanan pangan dan Perkembangan Teknologinya. Dalam: Makrim, dkk (penyunting). Inovasi Pertanian Tanaman Pangan. Bogor : Puslitbangtan. Mohammed AB, Ayanlere AF, Ibrahim U, Lawal AM 2012. Evonomic Analysis of Maize Production in Ogori Magongo Local Government Area of Kogi State, Nigeria. International Journal of Agricultural Science, Research and Technology. 2(3): 111-115. Musa EM, Elsheikh EAE, Ahmed IAM, Babiker EE 2011. Intercropping Sorghum (Sorghum bicolor L.) and Cowpea (Vigna unguiculata L.) : Effect of Bradyrhizobium Inoculation and Fertilization on Minerals Composition of Cowpea Seeds. International
Journal of Agriculture : Research and Review. 1(3) : 138-146. Poon K, Weersink A 2011. Factors Affecting Variability In Farm and Off Farm Income. Agricultural Finance Review. 71(3):379-397. Subandi S, Mahyudin, Adi W 1998. Jagung. BLPP Bogor. Wargiono J 2007. Skenario Pengembangan Ubikayu Mendukung Program Penyediaan Bahan Baku Biofuel. Risalah Seminar 2006 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor : Puslitbangtan.