Komasti, Varietas Komposit Kopi Arabika Tahan Penyakit Karat Daun Retno Hulupi1) 1)
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118
Serangan penyakit karat daun masih menjadi kendala utama dalam pengembangan kopi Arabika di Indonesia. Guna mengatasi masalah tersebut, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia telah merilis varietas baru kopi Arabika tahan penyakit karat daun yang diberi nama Komasti (Komposit Arabika Andung Sari Tiga). Varietas tersebut campuran enam genotipe terpilih yang memiliki reaksi ketahanan serupa sehingga seolah menyerupai sistem ketahanan horisontal dan diharapkan tidak mudah terpatahkan oleh munculnya ras baru.
Kopi Arabika Komasti
P
enyakit karat daun yang disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix B et Br. hingga kini masih menjadi masalah utama dalam pengembangan kopi Arabika di Indonesia. Pemuliaan ketahanan kopi Arabika untuk mendapatkan varietas tahan karat daun yang bersifat awet (durable resistant) dengan sistem ketahanan horisontal (diatur oleh banyak gen) memerlukan waktu puluhan tahun. Proses perakitan varietas tahan memerlukan waktu lama sebab persilangan balik harus dilakukan berulangulang serta pengujian pada setiap generasi 25 | 2 | Juni 2013
1 <<
segregasi. Sementara itu perubahan iklim yang ekstrem dapat memacu terbentuknya ras fisiologi baru lebih cepat, berdampak terpatahkannya sistem ketahanan varietas-varietas anjuran. Oleh sebab itu diperlukan teknik pemuliaan yang dapat memotong lamanya siklus seleksi ketahanan penyakit karat daun. Salah satu upaya percepatan proses pemuliaan ketahanan kopi Arabika terhadap penyakit karat daun ditempuh melalui cara pemuliaan aras populasi. Dalam hal ini varietas tahan penyakit karat daun disusun oleh beberapa genotipe terpilih, yang memiliki sumber gen
Warta
PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA
ketahanan berbeda, memiliki sifat keunggulan mutu seduhan, produktivitas tinggi, dan memiliki keseragaman sifat morfologi, keseragaman ukuran biji, bentuk biji, sedemikian rupa sehingga secara morfologi antargenotipe penyusunnya sulit dibedakan. Perakitan varietas kopi Arabika dalam satuan populasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan varietas tahan penyakit karat daun dengan sistem ketahanan yang menyerupai ketahanan horisontal, tersusun oleh beberapa sumber gen ketahanan sehingga akan bersifat awet (durable) dan tidak mudah terpatahkan oleh ras fisiologi baru. Melalui pendekatan pemuliaan tersebut telah ditemukan varietas Komasti (Komposit Andung Sari Tiga) yang bersifat tahan penyakit karat daun sebagai varietas anjuran kopi Arabika.
Proses Seleksi Varietas Komasti dirakit secara bertahap. Diawali dengan pemilihan genotipe-genotipe tahan dan memiliki produktivitas tinggi sebagai sumber gen (gene-pool) dasar yang kemudian ditingkatkan menjadi gene-pool potensial. Kegiatan seleksi ini dilakukan di Kebun Percobaan (KP) Sumber Asin, Malang dan KP Kopi Gayo, Aceh Tengah dalam kurun waktu tahun 1992-1996. Hasil pengujian terpilih 136 genotipe kopi Arabika tipe katai sebagai gene-pool potensial yang terdiri dari beberapa nomor seleksi keturunan Catimor dari Columbia, Costarica, dan Queensland, serta bastar F2 hasil persilangan Catimor dengan S 1934 serta persilangan tiga lintas (three way cross) antara varietas Caturra red, Lini S 795, dan Catimor. Sumber gen ketahanan penyakit karat daun terdiri dari Gen SH5 (varietas Caturra), gen SH 3 (S 795 dan S 1934), dan SH6, SH7, SH8, dan SH9 (Catimor, Hybrido de Timor). Seleksi dan pengujian untuk memilih beberapa genotipe calon penyusun populasi komposit tahan penyakit karat daun dilakukan di KP Andungsari yang merupakan daerah endemik penyakit karat daun. Uji saring ketahanan penyakit karat daun juga dilakukan dengan cara inokulasi buatan di laboratorium, dengan metode cakram daun, menggunakan isolat yang paling virulen, diambil dari varietas Kartika dicampur dengan varietas Typica. Penilaian ketahanan dilakukan menggunakan metode Eskes
Warta
PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA
& Toma Braghini (1981), sedangkan interpretasi ketahanan menggunakan metode Dakwa (1987) yang disempurnakan Mawardi (1996). Berdasarkan hasil analisis gerombol terpilih 13 genotipe dengan nomor seleksi Com 1, Com 8, Com 10, Com 13, Com 29, Com 34, Com 35, Com 68, Com 71, Com 79, Com 82, Com 99, dan Com 130 yang digunakan sebagai calon penyusun varietas komposit. Untuk mengetahui kemantapan sifat ketahanannya dalam satuan populasi lebih besar, ke-13 genotipe tersebut diuji dalam bentuk populasi klonal dalam satuan petak lebih luas dengan dua blok sebagai ulangan. Pengamatan dilakukan selama dua musim pembuahan berturutturut. Hasil pengujian terpilih enam genotipe yang dinilai tahan penyakit karat daun, produksi tinggi serta memiliki karakter morfologi serupa, yaitu nomor seleksi Com 8, Com 29, Com 34, Com 79, Com 99, dan Com 130. Selanjutnya ke-enam keturunan genotipe tersebut diuji stabilitas dayahasilnya di lokasi yang sama, serta adaptabilitasnya pada kondisi lingkungan berbeda di KP Andungsari (1.200 m dpl.) dan Kebun Kali Bendo (700 m dpl.). Sebagai pembanding adalah klon Andung Sari 2K yang tahan penyakit karat daun namun sistem ketahanannya diatur oleh gen minor (gen tunggal atau monogenik) yang lebih mudah patah jika muncul ras baru.
Hasil Pengujian Dayahasil dan Organoleptik Hasil pengujian stabilitas dayahasil terhadap enam genotipe penyusun komposit selama empat tahun berturut-turut di lahan tinggi (1200 m dpl.) dengan tipe iklim C (menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson) menunjukkan bahwa potensi produksi rata-rata ke-enam genotipe penyusun komposit adalah sebesar 1,8 ton kg kopi biji/ha/tahun, untuk populasi 2.000 pohon/ha, sedangkan potensi produksi dapat mencapai 2,1 ton kopi biji/ha, atau sedikit lebih rendah dibanding klon anjuran Andung Sari 2K, sebesar 2,4 ton kopi biji/ha. Sementara itu, hasil pengujian adaptabilitas di dua lokasi pengujian dengan tinggi tempat berbeda menunjukkan bahwa Com 8 dan Com 99 tidak adaptif jika ditanam di lahan ketinggian 700 m dpl., bahkan bersama Com 34 ke-tiga genotipe tersebut menjadi lebih rentan penyakit karat daun, sehingga varietas ini hanya disarankan ditanam di lahan tinggi,
25 | 2 | Juni 2013
>> 2
dengan enam nomor seleksi penyusunnya yaitu Com 8, Com 29, Com 34, Com 79, Com 99, dan Com 130. Berdasarkan hasil uji organoleptik, ke-enam genotipe yang diuji menunjukkan citarasa baik dengan keistimewaan nilai preferensi terbaik pada Com 34. Bahkan berdasarkan keseragaman ukuran biji maupun mutu fisik biji lainnya, ke-enam genotipe penyusun varietas tersebut memiliki berat biji dan normalitas biji serupa dan tidak beda nyata dengan varietas pembanding. Pengujian segregasi terhadap sifat utama keunggulan varietas dilakukan terhadap sifat ketahanan penyakit karat daun serta dayahasil, antara populasi genotipe tetua dengan keturunannya. Dengan aras kepercayaan 5% menunjukkan bahwa ke-enam genotipe penyusun komposit tidak mengalami segregasi secara nyata, kecuali segregasi positif menjadi lebih baik, yaitu untuk Com 99. Mengingat citarasanya yang baik, prospek ke depan dapat digunakan sebagai salah satu produk kopi spesialti di beberapa daerah penghasil kopi Arabika di Indonesia. Untuk memenuhi penyediaan bahan tanaman, telah dibuat kebun benih di KP Andungsari, dengan kemampuan menyediakan benih sebanyak 2,8 ton atau setara 8,4 juta benih/tahun. Bahan tanam penjenis dipertahankan dalam bentuk koleksi plasma nutfah di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
Rekomendasi Penanaman -
-
-
Anjuran penanaman varietas Komasti adalah daerah yang terletak pada ketinggian lebih dari 1.000 m dpl. dengan tipe iklim B, C, atau D (menurut klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson), dengan menerapkan budidaya kopi Arabika baku (menggunakan penaung tetap serta pemupukan berimbang). Varietas Komasti dapat diperbanyak secara generatif (dengan benih), yang langsung berasal dari kebun benih penjenis (breeder seed), terdiri dari campuran enam genotipe penyusun populasi. Pengembangan dengan benih dilakukan pada areal yang bebas nematoda. Apabila dikembangkan secara klonal maka terdapat beberapa pilihan cara perbanyakan, antara lain: (1) teknik somatic embryogenesis (SE), (2) setek
A
B
25 | 2 | Juni 2013
3 <<
Rehabilitasi kebun dengan cara sambung pucuk pada tanaman tidak produktif dengan batang atas varietas Komasti (A) dan pembuahan I hasil sambung rehabilitasi (tahun II) pada batang bawah varietas Kartika 1 yang rusak karena terserang penyakit karat daun (B)
Warta
PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA
Bentuk helai dan warna pupus daun varietas Komasti
-
-
berakar, dan (3) sambung batang bawah kopi Robusta tahan nematoda (BP 308). Perbanyakan varietas Komasti tanpa menggunakan batang bawah tahan nematoda hanya disarankan untuk areal penanaman bebas nematoda parasit. Varietas Komasti dapat digunakan untuk rehabilitasi kebun pada pertanaman kopi Arabika yang sudah tidak produktif namun perakarannya masih cukup baik, yaitu dengan sambung pucuk, dengan entres campuran enam genotipe penyusun populasi.
Deskripsi Varietas Komasti Tipe pertumbuhan: Tipe pertumbuhan katai (dwarf), tajuk kompak dengan percabangan agak melebar, mendatar, dan kokoh, diameter tajuk terpanjang mencapai 210 cm. Sifat percabangan: Panjang cabang primer rata-rata mencapai 114 cm, ruas cabang agak lebar dengan ruas antardompolan agak longgar, berukuran ratarata 4,3 cm. Percabangan sekunder tidak terlalu aktif. Warna daun: Daun tua berwarna hijau tua, daun muda berwarna hijau kecokelatan, sedangkan tunas daun (flush) berwarna cokelat kehijauan. Helaian daun: Berbentuk oval membulat dengan ujung daun meruncing, helaian daun agak mendatar, tidak rata, tebal, dan kaku seperti belulang.
Warta
PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA
Bunga: Bunga normal, seperti bunga kopi Arabika pada umumnya, berukuran sedang. Buah: Buah muda berwarna hijau agak kusam, sedangkan buah masak berwarna merah tua dan masak serempak, bentuk buah oval membulat dengan diskus kecil, dompolan buah tidak terlalu rapat, ukuran buah seragam, dan berat 100 buah masak merah rata-rata 230 g. Biji: Biji berbentuk membulat (panjang 0,9 cm, lebar 0,8 cm), biji berukuran besar (L) 9,71%, berukuran sedang (M) 78,37% dan berukuran kecil (S) 11,39%, berat 100 butir biji 18,4 g, rendemen 15,6-17,9%, dan persentase biji normal 78,4-89,1%. Potensi produksi: Rata-rata 1.816 kg kopi biji/ha dengan potensi tertinggi 2,1 ton kopi biji/ha, untuk penanaman dengan populasi 2.000 pohon/ha dan sistem pangkas batang tunggal. Ketahanan terhadap hama dan penyakit utama: Tahan penyakit karat daun (H. vastatrix), rentan terhadap serangan nematoda Radopholus similis maupun Pratylenchus coffeae. Umur ekonomis harapan: 25 tahun (dengan pangkasan sistem batang tunggal). Daerah adaptasi: Kondisi lingkungan dengan ketinggian tempat penanaman di atas 1.000 m dpl, tipe iklim B, C, atau D (menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson).
25 | 2 | Juni 2013
>> 4
Citarasa: Baik (good) dengan kisaran nilai kesukaan: 6 (suka)-7,6 (suka sekali).
Lain-lain: Untuk penanaman di daerah yang endemik serangan nematoda parasit perlu menggunakan batang bawah tahan.
Tanaman kopi varietas komposit Komasti di KP Andungsari (1.200 m dpl.)
Penutup Berdasarkan hasil pengujian ketahanan penyakit karat daun, dayahasil, mutu fisik biji, dan mutu seduhan kopi, populasi varietas kopi Arabika yang terdiri enam genotipe (Com 8, Com 29, Com 34, Com 79, Com 99, dan Com 130) dapat disusun menjadi varietas komposit kopi Arabika tahan penyakit karat daun dengan potensi produksi 2,1 ton kopi biji /tahun. Varietas komposit kopi Arabika tipe katai telah dirilis sebagai varietas anjuran tahan penyakit karat daun dengan nama Komasti.
Bagian Pemasaran Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Telp. 0331-757130, 757132 Fax. 0331-757131 Contact Person : Ir. Nurkholis (HP. 085236931705)
25 | 2 | Juni 2013
5 <<
Warta
PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA