KOEKSISTENSI KONSEP MAKNA SIMBOLIK RUMAH TRADISIONAL BUTON (RUMAH KAUM MARADIKA) DENGAN KANTOR BKDD DI KOTA BAUBAU

Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol. 5 No. 1, April 2016 ISSN 2089-6697

KOEKSISTENSI KONSEP MAKNA SIMBOLIK RUMAH TRADISIONAL BUTON (RUMAH KAUM MARADIKA) DENGAN KANTOR BKDD DI KOTA BAUBAU Muhammad Zakaria Umar email: [email protected] Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Haluoleo Kendari

ABSTRAK Napas dan jiwa arsitektur tradisional perlu ditangkap dan diejawantahkan kembali ke dalam wadah yang baru. Tetapi kita perlu harus hati-hati. Penelitian ini bertujuan mengkaji dan mengidentifikasi koeksistensi rumah kaum Maradika dengan Kantor BKDD. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Baubau Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan kausal komparatif terhadap rumah kaum Maradika dengan kantor BKDD. Penelitian ini disimpulkan bahwa koeksistensi konsep makna simbolik antara rumah kaum Maradika dengan kantor BKDD ada dan sudah dimodifikasi. Kata kunci: Jatidiri, koeksistensi, makna simbolik, rumah kaum Maradika, Kantor BKDD.

tersebut.

PENDAHULUAN Wacana

tentang

wujud

Komponen

fisik

dan

wajah

jatidiri

visualnya dipakai, tetapi falsafah, tatanilai,

arsitektur Indonesia sejak dulu menjadi

lambang-lambang, dan pemaknaan sosial

polemik. Menurut Pebriano (Tanpa Tahun),

dari benda-benda, terabaikan. Menurut

semangat otonomi daerah yang cenderung

Budihardjo

mengeksploitasi potensi daerahnya untuk

arsitektur tradisional perlu ditangkap dan

pembangunan tentu

berpengaruh pada

diejawantahkan kembali ke dalam wadah

perkembangan arsitektur daerah tersebut.

yang baru. Tetapi kita perlu harus hati-hati.

Segala potensi arsitekur lokal pun tentu

Menurut

akan pula dieksplorasi guna pencapaian

kepekaan seorang arsitek dalam menangkap

eksistensi daerah. Arsitektur daerah pun

simbol-simbol budaya lokal menjadi hal

seperti mendapat ruang dan waktu untuk

penting

lebih berkembang dalam konteks daerah

Masyarakat Buton Lama terdiri dari empat

(2004),

Pebriano

guna

napas

dan

(Tanpa

keberhasilan

jiwa

Tahun),

desain.

17


lapisan sosial yaitu kaum Kaomu, kaum

eksternal

Walaka,

dan kaum Maradika. Menurut

adalah ada di dalam diri manusia, makna

Umar (2012), kaum Kaomu bertugas

dapat berubah, dan makna membutuhkan

sebagai

acuan (Sobur, 2006). Simbolik yaitu

pelaksana

pemerintahan

(Safanayong,

lambang,

2006).

(eksekutif), kaum Walaka bertugas sebagai

sebagai

pengawas pemerintahan (legislatif), dan

mengetahui

kaum Maradika bertugas sebagai rakyat

Indonesia). Thomas Aquinas (1225-1274)

umum pendukung pemerintahan kesultanan

menyatakan

bahwa

Buton. Penelitian ini bertujuan untuk

menunjukkan

suatu

mengkaji dan mengidentifikasi koeksistensi

Menurut Kant (1724-1804) simbol adalah

rumah kaum Maradika dengan kantor

hasil dari daya penilaian. Menurut Cassirer

BKDD di Kota Baubau.

(1874-1945) simbol adalah tanda yang mengartikan

menjadi

Makna

lambang

(Bakker,

(kamus

simbol isi

lambang, bahasa

selalu

tersembunyi.

1995).

Menurut

KAJIAN PUSTAKA

Mangunwijaya (2009), menyatakan bahwa

Jatidiri dalam Arsitektur

bagi manusia simbol merupakan hal yang

Budaya

dengan

otentisitasnya

menampilkan watak suatu masyarakat.

sangat penting dalam penghayatan religius. Arsitektur Tradisional Buton

Watak khas inilah yang menentukan jatidiri

Kaum Kaomu adalah kelompok

sebuah masyarakat yang juga membedakan

yang memperkenalkan kebudayaan tinggi.

mereka dari masyarakat lain (Widyarta,

Mereka mencanangkan diri sebagai pendiri

2007). Budihardjo (2005) mengemukakan

kerajaan (monarki), karena kebudayaan

bahwa jatidiri arsitektur Indonesia akan

tinggi tersebut sangat erat berasosiasi

muncul dengan sendirinya bila si perancang

dengan kebudayaan Istana (Rudiansjah,

tidak terpasung pada persepsi visual saja,

2008). Kebudayaan tinggi istana sangat

melainkan juga memasukkan pertimbangan

cocok dengan permukiman mereka di atas

budaya, perilaku masyarakat, iklim, dan

bukit karena Wakaka mitos yang berada di

seni kriya setempat yang khas.

langit, bukan muncul dari dalam bumi (Ahmadi, 2009). Sistem pelapisan sosial

Makna Simbolik Makna adalah respon internal yang diperoleh

untuk

menstimulir

respon

masyarakat yaitu kaum Kaomu, kaum Walaka, kaum Papara, dan kaum Batua (Rudiansjah, 2008). Ada tiga macam rumah

18


tradisional etnis Buton yaitu (1) Banua

karena itu saling memperlengkapi dan

Tada Kambero yaitu dengan menambahkan

memperkaya (Mangunwijaya, 2009).

tiang

BAHAN DAN METODE

penyangga

bangunan.

di

Banua

setiap Tada

sisi-sisi Kambero

Penelitian ini dilakukan di Kota

diperuntukkan bagi para pejabat kesultanan

Baubau

dan

Sulawesi Tenggara. Jenis penelitian yang

Sultan;

(2)

Banua

Tada

untuk

Kabupaten

digunakan

jabatan dan masyarakat biasa; dan (3)

pendekatan kausal komparatif terhadap

Kamali yaitu rumah untuk Sultan (Kadir,


2000).

BKDD lalu dikaji dengan konsep makna

Koeksistensi dalam Arsitektur

yang

kualitatif

Provinsi

masyarakat bangsawan yang tidak memiliki

simbolik

adalah

Buton

bernilai

dengan

politis.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara

Koeksistensi dalam arsitektur adalah proses kerjasama antar dua atau lebih gaya yang berbeda tanpa saling mendominasi (Azsahrah, 2011). Keindahan arsitektur antara lain karena menampilkan situasi

studi literatur, diskusi mendalam, dan observasi.

Data

dianalisis

dengan

menggunakan teknik analisis triangulasi, teknik analisis interpretasi, dan teknik analisis isi.

alam setempat dari setiap lingkungan yang selalu unik. Dikarenakan kedua kutub tersebut

setiap

Tabel (1) di bawah menjelaskan

perbedaan adalah bagian dari rahmat Ilahi

sebagai berikut: 1) Fungsi bangunan antara

maka

keduanya

rumah kaum Maradika dengan fungsi

merupakan cara yang dapat dilakukan

bangunan kantor BKDD di Kota Baubau

secara bersamaan (Pratikno, 2011). Ada

adalah sama; 2) Konsep filosofi, makna,

perbedaan penghayatan Bali dan Jawa

simbol, fungsi, dan kegiatan antara rumah

Tengah, perbedaan antara Srikandi dan

kaum Maradika dengan kantor BKDD pada

Sumbadra, sekali lagi keduanya punya

denah, tampak, dan potongan adalah yang

kekuatan serta kelemahan masing-masing,

bernilai politis; 3) Koeksistensi antara

keduanya

rumah kaum Maradika dengan Kantor

sendiri,

berbeda

kodrat

dan

HASIL

menggabungkan

membawa kedua-duanya

hikmah

sendiri-

manusiawi

dan

BKDD yang bernilai politis pada denah,

19


tampak, dan potongan ada, kecuali sebagai

overstek di kantor BKDD terhadap

berikut:

konsep fungsi dan kegiatan; dan (4)

a. Di denah yaitu (1) Bamba (ruang depan)

Tangga depan di rumah kaum Maradika

di rumah kaum Maradika dengan ruang

dengan tangga depan dan samping di

depan di kantor BKDD terhadap konsep

kantor BKDD terhadap konsep filosofi

kegiatan; (2) Tanga (ruang tengah) di

dan makna.

rumah kaum Maradika dengan ruang tengah di kantor BKDD terhadap konsep kegiatan. b. Di potongan yaitu (1) Bentuk jendela besar-besar dan luas-luas di rumah kaum Maradika dengan di kantor BKDD terhadap konsep filosofi, makna, dan simbol;

(2)

Tutumbu

(ander)

dan

kasolaki (kaki kuda-kuda) di rumah kaum Maradika dengan tutumbu sangat tinggi dan bentuk kasolaki dimodifikasi di

kantor

BKDD

terhadap

konsep

filosofi dan makna. c. Di tampak yaitu (1) Fasad dan tampak samping

simetris

di

rumah

kaum

Maradika dengan fasad dan tampak samping asimetris di kantor BKDD terhadap konsep simbol; (2) Atap rumah tidak bersusun di rumah kaum Maradika dengan bentuk atap di entrans rumah bersusun dan bentuk atap di induk bangunan rumah bersusun di kantor BKDD terhadap konsep fungsi, simbol, dan kegiatan; (3) Bentuk Pabate segitiga di rumah kaum Maradika dengan konsol

20


Tabel 1. Koeksistensi jatidiri nilai politis rumah kaum Maradika dengan Kantor BKDD Kota Baubau

No. A. 1.

Elemen Arsitektur Denah Sasambiri (ruang tambahan)

Konsep

Filosofi Makna Simbol Fungsi

2.

Bamba (ruang depan)

Kegiatan Filosofi Makna Simbol

B. 4.

Tanga (ruang tengah)

Potongan Jendela (balobalo) kecil-kecil

Tangan kiri pada manusia Tidak suci Sasambiri (ruang tambahan) Ruang sirkulasi

Koeksistensi

Tangan kiri pada manusia Tidak suci Ruang kerja di sebelah kiri Ruang sirkulasi dan ruang kerja Sirkulasi penghuni Kaki pada manusia Tidak suci Ruang depan.

Ada

Ruang publik Ruang kerja.

Ada Tidak ada

Badan pada manusia Suci Ruang tengah

Ada

Ruang semi publik Ruang kerja.

Ada Tidak ada

Ada Ada Ada

Fungsi Kegiatan

Sirkulasi penghuni Kaki pada manusia Tidak suci Bamba (ruang depan) Ruang publik Ruang tidur kepala keluarga dan menerima tamu. Badan pada manusia Suci Tanga (ruang tengah) Ruang semi publik Ruang tidur anak.

Filosofi

Masyarakat biasa

Melayani

Ada

Makna

Masyarakat biasa dan ekonomi lemah. Jendela (balobalo) kecil-kecil.

Mendukung pemerintahan

Ada

Bentuk jendela besar-besar dan luas-luas.

Tidak ada

Fungsi Kegiatan

3.

Perbedaan Kantor BKDD Rumah Maradika Kota Baubau

Filosofi Makna Simbol

Simbol

Ada Ada Ada Ada

Ada Ada

21


Fungsi

Ruang sirkulasi udara dan cahaya Duduk-duduk dan memandang ke luar Orang iman saling menguatkan.

Ruang sirkulasi udara dan cahaya Memandang ke luar Kokoh dan netral.

Ada

Makna Simbol

Tanggung jawab Tutumbu (ander) dan kasolaki (kaki kuda-kuda)

Ada Ada

Fungsi

Tutumbu berfungsi penahan lentur. Kasolaki berfungsi pembentuk kemiringan atap.

Patuh dan taat Tutumbu sangat tinggi dan bentuk kasolaki di modifikasi Tutumbu berfungsi penahan lentur. Kasolaki berfungsi pembentuk kemiringan atap.

Filosofi

Keseimbangan hubungan manusia kepada sesuatu Yang Agung. Sikap solemnitas Fasad dan tampak samping simetris. Pendukung Kesultanan Buton. Patuh dan taat kepada Pemerintah

Sederhana tegas

Ada

Kedisiplinan Fasad dan tampak samping asimetris. Penunjang otonomi daerah Sederhana tegas

Ada Tidak ada

Masyarakat biasa dan ekonomi lemah Atap rumah tidak bersusun.

Pengayom masyarakat. Bentuk atap di entrans rumah bersusun. Bentuk atap di induk bangunan rumah bersusun dimodifikasi.

Ada

Kegiatan 5.

C. 6.

Tutumbu (ander) dan kasolaki (kaki kudakuda)

Tampak Fasad dan tampak samping simetris

Filosofi

Makna Simbol Fungsi 7.

Atap rumah tidak bersusun

Filosofi

Makna Simbol

Ada Ada

Ada

Ada Ada

Tidak ada

22


8.

Bentuk Pabate segitiga

Fungsi

Gudang.

Kegiatan

Filosofi

Menyimpan barang-barang yang tidak dibutuhkan dan hasil panen dari kebun. Patuh dan taat kepada pemerintah Masyarakat biasa dan ekonomi lemah Bentuk pabate segitiga Ruang servis. Tempat menyimpan baju, piring, gelas, dan tikar. Banyak rezeki.

Makna Simbol

Filosofi

Makna Simbol Fungsi Kegiatan

9.

Tangga depan

Fungsi Kegiatan

Ruang instalasi listrik. Tidak ada kegiatan.

Tidak ada

Melayani

Ada

Pengayom masyarakat Konsol overstek

Ada

Konsol di overstek. Tidak ada kegiatan.

Tidak ada Tidak ada

Melayani

Tidak ada

Memuliakan tamu

Memuliakan tamu

Ada

Tangga depan

Tangga depan dan samping Ruang sirkulasi Tangga depan untuk tamu dan tangga samping untuk karyawan

Ada

Ruang sirkulasi Tangga depan untuk keluarga dan tamu. Tangga di ruang tengah untuk naik-turun ke loteng (Sumber: hasil analisis, 2012).

Tidak ada

Ada

Ada Ada

23


PEMBAHASAN

manusia (tangan kiri). Konsep makna

Stratifikasi, Fungsi Bangunan, dan Nilai

terhadap

Politis

Maradika dengan ruang kerja di bagian kiri

sasambiri

di

rumah

kaum

Filosofi “Pandang yang banyak

bangunan pada kantor BKDD yaitu tidak

kepada yang satu, pandang yang satu

suci ada koeksistensi dengan tidak suci.

kepada

ini

Konsep simbol terhadap sasambiri di

bermakna stratifikasi di masyarakat Buton

rumah kaum Maradika dengan ruang kerja

bukan

cenderung

di bagian kiri bangunan pada kantor BKDD

kepembagian tugas kerja. Kaum Maradika

yaitu ada koeksistensi. Konsep fungsi

bertugas sebagai rakyat umum pendukung

terhadap

pemerintahan. Fungsi Kantor BKDD adalah


penunjang kewenangan otonomi daerah di

bangunan pada kantor BKDD yaitu ruang

Baubau. Oleh karena itu, fungsi kantor

sirkulasi ada koeksistensi dengan ruang

BKDD sama dengan fungsi kaum Maradika

sirkulasi dan ruang kerja. Konsep kegiatan

di periode kesultanan Buton. Kantor BKDD

terhadap

Kota Baubau terletak di Jalan Dayanu


Ikhsanuddin.

makna,

bangunan pada kantor BKDD yaitu ruang

simbol, fungsi, dan kegiatan antara rumah

sirkulasi penghuni ada koeksistensi dengan

kaum Maradika dengan kantor BKDD pada

ruang sirkulasi penghuni.

yang

kasta

banyak.”

tetapi

Konsep

Filosofi

lebih

filosofi,

sasambiri

sasambiri

di

di

rumah

rumah

kaum

kaum

denah, tampak, dan potongan adalah yang

Konsep filosofi terhadap bamba di

bernilai politis, karena politis sesungguhnya

rumah kaum Maradika dengan ruang depan

merupakan

di Kantor BKDD yaitu analogi tubuh

hal-hal

yang

berhubungan

dengan kepentingan orang banyak.

manusia (kaki) ada koeksistensi dengan

Ada Koeksistensi Antara Rumah Kaum

analogi tubuh manusia (kaki). Konsep

Maradika dengan Kantor BKDD

makna terhadap bamba di rumah kaum

Denah

Maradika dengan ruang depan di Kantor Konsep filosofi terhadap sasambiri

BKDD yaitu tidak suci ada koeksistensi

di rumah kaum Maradika dengan ruang

dengan tidak suci. Konsep simbol terhadap

kerja di bagian kiri bangunan pada kantor

bamba di rumah kaum Maradika dengan

BKDD yaitu analogi tubuh manusia (tangan

ruang depan di Kantor BKDD yaitu ada

kiri) ada koeksistensi dengan analogi tubuh

koeksistensi.

Konsep

fungsi

terhadap 24


bamba di rumah kaum Maradika dengan

mendukung pemerintahan. Konsep fungsi

ruang depan di Kantor BKDD yaitu ruang

terhadap bentuk jendela (balobalo) kecil-

publik ada koeksistensi dengan ruang

kecil di rumah kaum Maradika dengan

publik.

bentuk jendela besar-besar dan luas-luas di Konsep filosofi terhadap tanga di

Kantor BKDD yaitu sebagai ruang sirkulasi

rumah kaum Maradika dengan ruang tengah

udara dan cahaya ada koeksistensi dengan

di Kantor BKDD yaitu analogi tubuh

ruang sirkulasi udara dan cahaya. Konsep

manusia (badan) ada koeksistensi dengan

kegiatan terhadap bentuk jendela (balobalo)

analogi tubuh manusia (badan). Konsep

kecil-kecil

makna terhadap tanga di rumah kaum

dengan bentuk jendela besar-besar dan luas-

Maradika dengan ruang tengah di Kantor

luas di Kantor BKDD yaitu sebagai ruang

BKDD yaitu suci ada koeksistensi dengan

untuk memandang ke luar ada koeksistensi

suci. Konsep simbol terhadap tanga di

dengan ruang untuk memandang ke luar.


Kasolaki

di

rumah

kaum

Maradika

di Kantor BKDD yaitu ada koeksistensi. Konsep fungsi terhadap tanga di rumah Tutumbu Tutumbu (b) (a) kaum Maradika dengan ruang tengah di Gambar 1. (a) tutumbu (ander) dan kasolaki Kantor BKDD yaitu ruang semi publik ada koeksistensi dengan ruang semi publik.

(kaki kuda-kuda) di rumah Maradika dan (b) tutumbu dan kasolaki di Kantor BKDD

Potongan Konsep filosofi terhadap bentuk

(Sumber: Hasil dokumentasi pribadi, 2012).

jendela (balobalo) kecil-kecil di rumah kaum Maradika dengan bentuk jendela

Di gambar (1) di atas, menjelaskan

besar-besar dan luas-luas di Kantor BKDD

sebagai berikut: Konsep filosofi terhadap

yaitu masyarakat biasa ada koeksistensi

tutumbu dan kasolaki di rumah kaum

dengan membantu pemerintahan. Konsep

Maradika dengan jarak tutumbu sangat

makna terhadap bentuk jendela (balobalo)

tinggi dan bentuk kasolaki dimodifikasi di

kecil-kecil

Maradika

Kantor BKDD yaitu orang iman yang saling

dengan bentuk jendela besar-besar dan luas-

menguatkan ada koeksistensi dengan kokoh

luas di Kantor BKDD yaitu masyarakat

dan netral. Konsep makna terhadap tutumbu

biasa dan ekonomi lemah ada koeksistensi

dan kasolaki di rumah kaum Maradika

di

rumah

kaum

25


dengan jarak tutumbu sangat tinggi dan

fasad dan tampak samping asimetris di

bentuk kasolaki dimodifikasi di Kantor

kantor BKDD yaitu pendukung Kesultanan

BKDD

Buton ada koeksistensi dengan penunjang

yaitu

tanggung

jawab

ada

koeksistensi dengan patuh dan taat. Konsep simbol terhadap tutumbu dan kasolaki di rumah

kaum

Maradika

Konsep filosofi terhadap atap rumah

jarak

tidak bersusun di rumah kaum Maradika

tutumbu sangat tinggi dan bentuk kasolaki

dengan bentuk atap rumah bersusun di

dimodifikasi di Kantor BKDD yaitu ada

entrans dan di induk bangunan yang sudah

koeksistensi.

dimodifikasi yaitu patuh dan taat kepada

Konsep

dengan

otonomi daerah.

fungsi

terhadap

tutumbu dan kasolaki di rumah kaum

pemerintah

Maradika dengan jarak tutumbu sangat

pendukung pemerintahan. Konsep makna

tinggi dan bentuk kasolaki dimodifikasi di

terhadap atap rumah tidak bersusun di

Kantor BKDD yaitu penahan lentur dan

rumah kaum Maradika dengan bentuk atap

pembentuk

ada

rumah bersusun di entrans dan di induk

koeksistensi dengan penahan lentur dan

bangunan yang sudah dimodifikasi yaitu

pembentuk kemiringan atap.

masyarakat biasa dan ekonomi lemah ada

Tampak

koeksistensi dengan patuh dan taat.

kemiringan

atap

ada

koeksistensi

dengan

Konsep filosofi terhadap fasad dan tampak samping simetris di rumah kaum Maradika

dengan

fasad

dan

tampak

samping asimetris di kantor BKDD yaitu keseimbangan hubungan manusia kepada sesuatu

yang

agung

ada

koeksistensi

(a)

(b)

Gambar 2. (a) bentuk pabate segitiga di

dengan sederhana tegas. Konsep makna

rumah Maradika dan (b) konsol overstek di

terhadap

Kantor BKDD (Sumber: Hasil dokumentasi

fasad

dan

tampak

samping

simetris di rumah kaum Maradika dengan

pribadi, 2012).

fasad dan tampak samping asimetris di kantor BKDD yaitu sikap solemnitas ada koeksistensi

dengan

simetris.

Konsep

Di gambar (2) menjelaskan sebagai berikut:

Konsep filosofi terhadap bentuk

fungsi terhadap fasad dan tampak samping

pabate segitiga di rumah kaum Maradika

simetris di rumah kaum Maradika dengan

dengan konsol overstek di kantor BKDD 26


yaitu patuh dan taat kepada pemerintah ada koeksistensi

dengan

Denah

pendukung

Konsep kegiatan terhadap tanga di

pemerintahan. Konsep makna terhadap


bentuk pabate segitiga di rumah kaum

di Kantor BKDD yaitu ruang tidur anak

Maradika dengan konsol overstek di kantor

tidak ada koeksistensi dengan ruang kerja.

BKDD yaitu merupakan masyarakat biasa

Konsep kegiatan terhadap bamba di rumah

dan

kaum Maradika dengan ruang depan di

ekonomi

lemah

ada

koeksistensi

dengan patuh dan taat.

Kantor BKDD yaitu ruang tidur kepala

Konsep makna terhadap tangga

keluarga dan menerima tamu tidak ada

(oda) yang terletak di fasad rumah kaum

koeksistensi dengan ruang kerja.

Maradika dengan bentuk tangga entrans di

Potongan

fasad Kantor BKDD yaitu memuliakan

Konsep simbol terhadap bentuk

tamu ada koeksistensi dengan memuliakan

jendela (balobalo) kecil-kecil di rumah

tamu. Konsep simbol terhadap tangga (oda)

kaum Maradika dengan bentuk jendela

yang

besar-besar dan luas-luas di Kantor BKDD

terletak

di

fasad

rumah

kaum


yaitu tidak ada koeksistensi.

fasad Kantor BKDD yaitu ada koeksistensi.

Tampak

Konsep fungsi terhadap tangga (oda) yang

Konsep simbol terhadap fasad dan

terletak di fasad rumah kaum Maradika

tampak samping simetris di rumah kaum

dengan bentuk tangga entrans di fasad

Maradika

Kantor BKDD yaitu ruang sirkulasi ada

samping asimetris di Kantor BKDD yaitu

koeksistensi

sirkulasi.

tidak ada koeksistensi. Konsep simbol

Konsep kegiatan terhadap tangga (oda)

terhadap atap rumah tidak bersusun di

yang

kaum

rumah kaum Maradika dengan atap rumah


bersusun yang sudah dimodifikasi di Kantor

fasad Kantor BKDD yaitu untuk jalur

BKDD yaitu tidak ada koeksistensi. Konsep

sirkulasi

ada

fungsi terhadap atap rumah tidak bersusun

koeksistensi dengan untuk jalur sirkulasi

di rumah kaum Maradika dengan atap

tamu dan karyawan.

rumah bersusun yang sudah dimodifikasi di

Tidak Ada Koeksistensi Antara Rumah

Kantor BKDD yaitu ruang untuk gudang

Kaum Maradika dengan Kantor BKDD

tidak

dengan

terletak

di

keluarga

ruang

fasad

dan

rumah

tamu

ada

dengan

fasad

koeksistensi

dan

dengan

tampak

ruang 27


instalasi listrik. Konsep kegiatan terhadap

KESIMPULAN DAN SARAN

atap rumah tidak bersusun di rumah kaum

Penelitian ini disimpulkan bahwa

Maradika dengan atap rumah bersusun yang

koeksistensi konsep makna simbolik antara

sudah dimodifikasi di Kantor BKDD yaitu


menyimpan

BKDD

barang-barang

yang

tidak

ada

dan

sudah

dimodifikasi.

dibutuhkan dan hasil panen dari kebun tidak

Pemerintah daerah Buton perlu mengetahui

ada koeksistensi dengan ruang yang tidak

fungsi bangunan dan makna simbolik yang

ada kegiatannya.

bernilai

politis

dari

elemen-elemen

Konsep simbol terhadap bentuk

arsitektural rumah tradisional Buton untuk

pabate segitiga di rumah kaum Maradika

diterapkan ke kantor pemerintahan yang

dengan dengan konsol overstek di Kantor

akan dibangun, sehingga jatidiri arsitektur

BKDD yaitu tidak ada koeksistensi. Konsep

Buton tidak pudar. Penelitian ini dapat

fungsi terhadap bentuk pabate segitiga di

dilanjutkan untuk meneliti koeksistensi

rumah kaum Maradika dengan dengan

antara Masjid Kraton Buton dengan Masjid

konsol overstek di Kantor BKDD yaitu

Raya di Kota Baubau.

sebagai ruang servis tidak ada koeksistensi dengan penahan atap tritisan. Konsep

DAFTAR PUSTAKA

kegiatan terhadap bentuk pabate segitiga di

1.

Ahmadi, L. O. A. 2009. Makna

rumah kaum Maradika dengan dengan

Simbolis pada Istana Malige. Staf

konsol overstek di Kantor BKDD yaitu

Arkeologi

tempat menyimpan baju, piring, gelas, dan

Pariwisata

tikar tidak ada koeksistensi dengan ruang

Tenggara,(Online),

yang tidak ada kegiatannya.

(http://orangbuton.wordpress.com,

Konsep filosofi terhadap tangga (oda) yang terletak di fasad rumah kaum

Dinas

Kebudayaan

Provinsi

dan

Sulawesi

akses tanggal 21 Pebruari 2011). 2.

Azsahrah, A. F. 2011. Koeksistensi


Arsitektur Bugis Makassar dengan

fasad Kantor BKDD yaitu banyak rezeki

Arsitektur Moderen Pada Bangunan

tidak ada koeksistensi dengan melayani

Kantor Pemerintahan di Makassar.

masyarakat.

Tesis

tidak

diterbitkan.

Makassar:

Program Pascasarjana Arsitektur – Unhas. 28


3.

Bakker, A. 1995. Kosmologi dan Ekologi

4.

Filsafat

Rumahtangga

Manusia.

Cetakan

Pertama.

Kanisius:

Cara-cara Berarsitektur dengan Bijak. Andi: Yogyakarta. 10. Rudyansjah, T. 2008. Kaomu, Papara, dan Walaka Suatu Kajian mengenai

Budihardjo, E. (Ed). 2004. Menuju

Struktur Sosial dan Ideologi kekuasaan

Arsitektur Indonesia. Arsitektur dan

di Kesultanan Wolio. Menyibak Kabut

Kota di Indonesia. Cetakan ke-5. PT.

di Keraton Buton. Respect: Kota Bau-

Alumni: Bandung.

Bau.

.

2005.

Jati

Diri

11. Safanayong,

Y.

2006.

Desain

Arsitektur Indonesia. Cetakan ke-4.

Komunikasi Visual Terpadu. Cetakan

P.T. Alumni: Bandung.

kedua. Arte Intermedia: Jakarta Barat.

Kadir,

I.

2000.

Perubahan

dan

12. Sobur,

A.

2006.

Semiotika

Kesinambungan pada perkembangan

Komunikasi.

Rumah Tradisional Buton di Kawasan

Remaja Rosdakarya: Bandung.

Keraton

Tenggara.

Tesis

Yogyakarta:

Buton tidak

Program

Sulawesi diterbitkan.

Pascasarjana

13. Umar,

M.

Konsep

Cetakan

Z.

2012.

Makna

Tradisional

Ketiga.

Koeksistensi

Simbolik

Buton

PT.

dan

Rumah

Bangunan

Arsitektur – UGM.

Modern di Kota Baubau. Tesis tidak

Mangunwijaya, Y. B. 2009. Wastu

diterbitkan.

Citra, Pengantar ke Ilmu Budaya

Pascasarjana Arsitektur – Unhas.

Bentuk

Arsitektur

Sendi-sendi

14. Widyarta,

Beserta

Contoh-contoh

Arsitektur

Filsafatnya

8.

Pratikno, P. 2011. Etika & Estetika

Yogyakarta.

Benteng

7.

Kosmos

Sebagai

5.

6.

Tentang

9.

Makassar:

M.

N.

Sebuah

Program

2007.

Mencari

Bangsa

Sebuah

Praktis. PT. Gramedia Pustaka Utama:

Kisah Indonesia. Wastu lanas grafika:

Jakarta.

Surabaya.

Pebriano, V. Tanpa Tahun. Otonomi daerah

dan

Arsitektur

Indonesia,

15. http://kamusbahasaindonesia.org, akses tanggal 6 Pebruari 2011.

((online), http://iaikalbar.multiply.com, akses tanggal 27 April 2012).

29

KOEKSISTENSI KONSEP MAKNA SIMBOLIK RUMAH TRADISIONAL BUTON (RUMAH KAUM MARADIKA) DENGAN KANTOR BKDD DI KOTA BAUBAU

Recommend Documents