KODE KEHORMATAN DAN PERATURAN UNTUK MAHASISWA
LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN KESEJAHTERAAN MAHASISWA (LPKM) INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
.
PEMBUKAAN
Bahwa sesungguhnya misi pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Institut Teknologi Indonesia, sebagai lembaga pendidikan tinggi teknik, merupakan salah satu pusat kebudayaan bangsa yang mengemban misi menyelenggarakan pendidikan tinggi, mengembangkan dan menyebarluaskan serta mengabdikan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk kepentingan dan kesejahteraan umat manusia serta kemajuan Bangsa Indonesia. Institut Teknologi Indonesia menjunjung tinggi martabat manusia dan nilai-nilai kemanusiaan, menganut kebebasan akademik berdasarkan integritas keilmuan, mengandalkan kepakaran serta sadar akan posisi, peran dari keterkaitannya dengan pihak lain. Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia, sebagai civitas akademika Institut Teknologi Indonesia merupakan insan akademik tunas bangsa yang penuh kesadaran dan tanggung jawab sebagai manusia dewasa, menjunjung tinggi kehormatan dan norma pendidikan serta berupaya dengan bersungguh-sungguh untuk mencapai prestasi yang tinggi guna mewujudkan misi pendidikan nasional dan misi Institut Teknologi Indonesia. Di dalam kerangka pikir inilah disusun Kode Kehormatan dan Peraturan untuk Mahasiswa untuk dipelajari, dipahami dan diamalkan di dalam kehidupan Kemahasiswaan Institut Teknologi Indonesia.
- -
i
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA Nomor: 69 /Kept-ITI / 2007 Tentang PENETAPAN BERLAKUNYA KODE KEHORMATAN DAN PERATURAN UNTUK MAHASISWA INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA. REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA Menimbang :
1. Bahwa Institut Teknologi Indonesia adalah lembaga pendidikan tinggi dan pusat kebudayaan yang mengemban misi dan tujuan dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Seni serta ilmuilmu kemanusiaan untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia serta kemajuan umat dan bangsa; 2. bahwa Institut Teknologi Indonesia sebagai lembaga pendidikan tinggi menjunjung tinggi norma dan peraturan yang berlaku dalam masyarakat ilmiah, sebagai tumpuan dan harapan akan keteladanannya; 3. bahwa Institut Teknologi Indonesia sebagai lembaga pendidikan tinggi bertekad secara konsisten menegakkan disiplin, memberikan penghargaan kepada mahasiswa yang berprestasi, dan menerapkan sanksi kepada mereka yang melanggar norma dan peraturan yang berlaku di Institut Teknologi Indonesia; 4. bahwa mahasiswa Institut Teknologi Indonesia mempunyai kewajiban untuk mematuhi semua peraturan yang berlaku, memelihara sarana dan prasarana, ketertiban, menghargai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, menjaga kewibawaan, citra, dan nama baik Institut Teknologi Indonesia serta menjunjung tinggi budaya bangsa; 5. bahwa pelanggaran terhadap norma dan peraturan oleh mahasiswa baik yang bersifat pelanggaran akademik maupun etika perlu dicegah dan ditanggulangi; 6. bahwa sehubungan dengan butir 1 s/d 5 di atas perlu dimasyarakatkan peraturan dan kebijakan Institut Teknologi Indonesia mengenai kehidupan kemahasiswaan dan oleh karenanya perlu diterbitkan surat keputusan Rektor ITI.
- - ii
Mengingat
: 1. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003; Sistem Pendidikan Nasional 2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 1999; Tentang Pendididkan Tinggi 3. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0457/0/1990; Tentang Pedoman umum Organisasi Kemahasiswaan Di Perguruan Tinggi 4. Statuta Institut Teknologi Indonesia;
Memperhatikan :
Keputusan Rapat Senat Institut Teknologi Indonesia tanggal 01 Agustus 2007;
MEMUTUSKAN Menetapkan Pertama
: :
Kedua
:
Ketiga
:
Keempat :
Kode Kehormatan dan Peraturan Untuk Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia sebagai acuan dan pedoman bagi mahasiswa ITI; Kode Kehormatan dan Peraturan Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia berlaku dan mengikat bagi seluruh mahasiswa ITI; Segala ketentuan dan peraturan yang bertentangan dengan Kode Kehormatan dan Peraturan Untuk Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia dinyatakan tidak berlaku lagi; Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan bahwa bilamana dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini, akan ditinjau dan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Pada tanggal
: Tangerang : Juli 2007 Rektor
Dr. Ir. ISNUWARDIANTO.
- - iii
DAFTAR ISI PEMBUKAAN…….……………………………………………………………………...i SURAT KEPUTUSAN PENETAPAN…………….…………………………………….ii DAFTAR ISI………………………………….………………………………………….iv BAGIAN KESATU PERATURAN AKADEMIK BAGI MAHASISWAITI..............1 BAB I PENERIMAAN MAHASISWA.............................................................................2 Mahasiswa Baru.....................................................................................................2 Keabsahan Sebagai Mahasiswa..............................................................................2 Pendaftaran Ulang...................................................................................................4 Orientasi Mahasiswa Baru......................................................................................5 BAB II PERKULIAHAN & UJIAN..................................................................................5 Perkuliahan..............................................................................................................5 Satuan Kredit Semester...........................................................................................5 Perwalian.................................................................................................................6 Perubahan Rencana Studi........................................................................................6 Ujian........................................................................................................................7 BAB III PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA..........................................................10 Umum....................................................................................................................10 Derajat Keberhasilan.............................................................................................10 Kesempatan Mengambil Mata Kuliah dengan Beban SKS Maksimal..................11 Penentuan Keberhasilan Menyelesaikan Tahap Pendidikan.................................12 Yudisium Kelulusan Program Sarjana...................................................................12 BAB IV BATAS WAKTU STUDI..................................................................................13 Umum....................................................................................................................13 Berhenti Studi Sementara (Cuti Akademik)..........................................................14 BAB V MAHASISWA KHUSUS....................................................................................15 Mahasiswa Pindahan.............................................................................................15 Pindah Jurusan.......................................................................................................15 Mahasiswa Warga Negara Asing...........................................................................16 Mahasiswa Titipan.................................................................................................16 BAB VI KECURANGAN AKADEMIK..........................................................................18 BAB VII LAIN-LAIN.......................................................................................................19 Pembuatan Surat Keterangan Sebagai Pengganti Ijazah yang Hilang...................19 Pembuatan Surat Keterangan Sebagai Pengganti KTM & KSM yang Hilang......19 Keberadaan Mahasiswa di Kampus.......................................................................20
BAGIAN KEDUA PENGGUNAAN NAMA,LAMBANG & FASILITAS ITI.........21 BAB VIII PENGGUNAAN NAMA & LAMBANG ITI................................................22 BAB IX PENGGUNAAN FASILITAS ITI....................................................................23 Prosedur Perijinan................................................................................................23 BAGIAN KETIGA PERATURAN KEGIATAN KEMAHASISWAAN ITI............25 BAB X ORGANISASI KEMAHASISWAAN DI ITI....................................................26 BAB XI TATA CARA PERIZINAN KEGIATAN KEMAHASISWAAN DI ITI…….29 BAB XII PROSEDUR MENDIRIKAN UKM & UKK..................................................32 BAB XIII KONDUITE & NORMA KEMAHASISWAAN............................................33 BAGIAN KEEMPAT PERATURAN TATA TERTIB DI KAMPUS ITI.................36 BAB XIV KETENTUAN UMUM...................................................................................37 BAB XV MINUMAN KERAS,NARKOTIK,JUDI,SENJATA&OBAT TERLARANG39 Minuman Keras.....................................................................................................39 Narkotik................................................................................................................39 Obat Terlarang.......................................................................................................39 Judi........................................................................................................................40 Senjata...................................................................................................................40 Bahan Peledak.......................................................................................................41 BAB XVI PELECEHAN & PELANGGARAN SEKSUAL............................................42 BAB XVII PERKELAHIAN & PENGANIAYAAN.......................................................44 BAGIAN KELIMA KOMISI DISIPLIN & TIM BIMBINGAN KONSELING ITI45 BAB XVIII ORGANISASI KOMISI DISIPLIN ITI .......................................................46 Struktur Organisasi Komisi Disiplin......................................................................46 BAB XIX TUGAS POKOK KOMISI DISIPLIN ITI.......................................................46 BAB XX ORGANISASI TIM BIMBINGAN & KONSELING ITI.................................47 BAB XXI TUJUAN TIM BIMBINGAN & KONSELING ITI........................................48 BAB XXII TUGAS POKOK TIM BIMBINGAN & KONSELING ITI..........................48 Jenis Pelayanan......................................................................................................49
BAGIAN KEENAM PENGHARGAAN & SANKSI...................................................50 BAB XXIII PENGHARGAAN …………………………………………………………51 Jenis Penghargaan………………………………………………………………..51 BAB XXIV PEMILIHAN MAHASISWA TERBAIK………………………………….52 Penghargaan Mahasiswa Terbaik………………………………………………..52 BAB XXV PEMILIHAN MAHASISWA TELADAN/BERPRESTASI UTAMA…….53 BAB XXVI MAHASISWA KARYA WIDYA UTAMA………………………………54 BAB XXVII PRESTASI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER………………………..54 BAB XXVIII BEASISWA………………………………………………………………55 Umum……………………………………………………………………………55 Penerima Beasiswa………………………………………………………………56 Pengambilan & Penghentian Beasiswa………………………………………….56 Beasiswa Kerja…………………………………………………………………..57 BAB XXIX ASRAMA………………………………………………………………….58 Ketentuan Umum………………………………………………………………..58 BAB XXX PEMBINAAN PENGHUNI ASRAMA…………………………………….60 BAB XXXI SANKSI…………………………………………………………………….61 BAB XXXII PENUTUP…………………………………………………………………63 PROSEDUR JATUHNYA SANKSI BERDASARKAN JENIS PELANGGARAN…...64 PROSEDUR PEMERIKSAAN KOMISI DISIPLIN……………………………………65
BAGIAN KESATU PERATURAN AKADEMIK BAGI MAHASISWA ITI
-1-
BAGIAN KESATU PERATURAN AKADEMIK BAGI MAHASISWA ITI BAB I PENERIMAAN MAHASISWA Pasal 1 Mahasiswa Baru 1. Penerimaan mahasiswa baru program Sarjana dan diploma di Institut Teknologi Indonesia (ITI) didasarkan atas hasil Ujian Masuk (UM) atau seleksi bentuk lain yang dikoordinasikan oleh Koordinator Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB). 2. Calon mahasiswa baru harus memenuhi persyaratan akademik dan administratif serta kesehatan termasuk bebas narkoba. 3. ITI dapat pula menerima calon mahasiswa yang berprestasi tinggi/langka di bidang non akademik (olah raga, seni budaya dll) baik di tingkat internasional, nasional, propinsi dan lain sebagainya yang dapat dipertimbangkan, dengan ketentuan: a. Tidak perlu mengikuti ujian masuk b. Melampirkan fotokopi Laporan Pendidikan kelas 1, 2, 3 di SLTA yang telah dilegalisasi sebagai persyaratan administrasi. c. Melampirkan fotokopi dokumen pendukung. d. Wawancara kepada calon yang bersangkutan sebagai tambahan informasi. 4. ITI tidak menerima calon mahasiswa baru melalui pola seleksi dan ujian masuk yang berlaku di ITI, bila ternyata bahwa yang bersangkutan : a. Masih/sedang mengikuti pendidikan di ITI. b. Pernah menjadi mahasiswa ITI dan pernah dikeluarkan dari ITI karena alasan non akademik seperti antara lain kriminal dan narkoba. Pasal 2 Keabsahan Sebagai Mahasiswa 1. Semua calon mahasiswa yang diterima di ITI, diwajibkan mendaftarkan diri ke Direktorat Penunjang Akademik dengan menyerahkan kelengkapan pendaftaran rangkap dua, sebagai berikut : a. fotokopi STTB/Ijazah SLTA yang sudah dilegalisisasi; b. Fotokopi nilai ujian/evaluasi akhir yang sudah dilegalisasi c. fotokopi Akte Kelahiran/Surat Kenal Lahir yang sudah dilegalisasi; d. fotokopi Surat Kewarganegaraan dan Ganti Nama bagi WNI keturunan asing yang sudah dilegalisasi;
-2-
e. fotokopi Surat Izin Belajar dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bagimahasiswa Warga Negara Asing; f. Surat Perjanjian yang diketahui oleh orang tua/wali mahasiswa mengenai pernyataan akan menaati segala peraturan/ ketentuan yang berlaku di ITI. 2. a. Bagi mahasiswa yang tidak menyerahkan salah satu atau lebih dari kelengkapan yang tercantum pada ayat (1) pasal ini, maka statusnya sebagai mahasiswa ITI tidak sah. b. Bagi mahasiswa yang memberikan keterangan-keterangan yang tidak benar atau yang tidak sesuai dengan keterangan pada waktu mendaftarkan diri, dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Jika ITI tidak menagih kekurangan salah satu atau lebih dari kelengkapan pendaftaran pada batas waktu yang ditetapkan, mahasiswa yang bersangkutan tetap harus menyerahkan pada waktunya. Kelalaian terhadap hal ini, mengakibatkan status yang bersangkutan sebagai mahasiswa ITI menjadi tidak sah, sesuai dengan ayat 2 (a) pasal ini. 4. Calon mahasiswa yang sudah mendaftarkan diri ke Direktorat Penunjang Akademik secara resmi diterima menjadi mahasiswa ITI.
-3-
Pasal 3 Pendaftaran Ulang 1. Setiap mahasiswa ITI diwajibkan melakukan pendaftaran ulang ke Direktorat Penunjang Akademik pada setiap awal semester. 2. Setelah ujian akhir semester berlangsung, setiap mahasiswa wajib mendaftar ulang untuk mengikuti kegiatan akademik yang diselenggarakan pada semester berikutnya sesuai dengan kalender akademik yang berlaku. 3. Mahasiswa yang diizinkan melakukan pendaftaran ulang adalah mereka yang terdaftar pada semester sebelumnya, yaitu yang memiliki: a. Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) yang sah; b. Kartu Rencana Studi (KRS) c. Kartu Tanda Bukti Perwalian; d. Kwitansi Tanda Lunas SPP dan iuran sah lainnya. e. Kartu Perpustakaan yang telah dicap bebas pinjaman (untuk tahun akademik baru); f. Serta mengisi Kartu Rencana Studi (KRS) yang telah disetujul oleh Penasehat Akademik (PA) dan disahkan oleh Ketua Jurusan untuk semester yang akan dihadapi. 4. Bagi mahasiswa yang karena sesuatu hal berhalangan melakukan pendaftaran pada waktunya dapat menguasakan kepada orang dengan surat kuasa disertai kelengkapan tersebut ayat (3) pasal 3. Kesalahan pengambilan mata kuliah karena dikuasakan kepada orang lain, menjadi tanggung jawab mahasiswa yang bersangkutan. 5. Mahasiswa berhak untuk mengikuti kegiatan akademik setelah memperoleh: a. KTM yang sah; b. KSM/KRS c. tanda bukti pembayaran uang kuliah (UPP dan USKS) untuk semester yang bersangkutan. 6. Mahasiswa yang tidak melakukan pendaftaran ulang selama 1 (satu) semester, kemudian akan melakukan pendaftaran ulang untuk semester berikutnya, harus mendapat izin tertulis dari Wakil Rektor Akademik - ITI. Hal ini tidak mengubah batas waktu studi. 7. Bagi mahasiswa yang tidak melakukan pendaftaran ulang selama 2 semester berturut-turut dinyatakan mengundurkan diri dari ITI.
-4-
Pasal 4 Orientasi Mahasiswa Baru Setiap mahasiswa baru berhak dan wajib mengikuti kegiatan orientasi akademik yang diselenggarakan oleh institut. BAB II PERKULIAHAN DAN UJIAN Pasal 5 Perkuliahan 1. Semua mahasiswa berhak mendapat pelayanan akademik secara penuh dari ITI, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Mahasiswa terikat untuk melaksanakan kewajiban akademik dan mengikuti semua ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Pasal 6 Satuan Kredit Semester Penyusunan, perencanaan dan pelaksanaan program pendidikan menggunakan Satuan Kredit Semester (SKS) sebagai tolok ukur beban akademik mahasiswa. Pasal 7 1. Satu SKS beban akademik dalam bentuk perkuliahan setara dengan upaya mahasiswa sebanyak 3 jam seminggu selama satu semester. Upaya itu meliputi satu jam interaksi akademik terjadwal dengan staf pengajar, satu jam kegiatan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri. Kegiatan terstruktur dilakukan dalam rangka kegiatan kuliah, seperti tugas menyelesaikan soal, membuat makalah, menelusuri pustaka, dan sebagainya. Kegiatan mandiri merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara mandiri untuk mendalami dan mempersiapkan tugas-tugas akademik misalnya membaca buku referensi dan mempersiapkan tugas akademik.
2. Satu SKS beban akademik dalam bentuk praktikum, tugas akhir, skripsi, kerja lapangan, seminar, kolokium dan bentuk sejenisnya, setara dengan kerja akademik mahasiswa sebesar tiga sampai lima jam seminggu selama satu semester. 3. Kuliah yang dilengkapi dengan praktikum, ketentuannya diatur oleh Jurusan masing-masing.
-5-
Pasal 8 Program pendidikan sarjana minimal 144 SKS yang terbagi dalam 8 semester. Beban kurikulum setiap semester maksimal 21 SKS. Banyaknya mata kuliah untuk tiap semester tidak lebih dari 8 mata kuliah.
Pasal 9 Perwalian 1. Penasehat Akademik (PA) adalah staf pengajar ITI yang berkewajiban untuk memberikan bimbingan pada mahasiswa mengenai berbagai masalah yang dihadapi selama masa pendidikannya, menumbuhkan kebiasaan dan cara belajar yang efektif serta membantu mahasiswa dalam menyusun rencana studi. 2. Perwalian akademik adalah tatap muka antara PA dengan mahasiswa dalam mengatur strategi pengambilan mata kuliah, berdasarkan kurikulum yang berlaku dan prestasi akademik, dengan pertimbangan-pertimbangan antara lain: a. prasyarat setiap mata kuliah; b. keterkaitan antara satu mata kuliah dengan mata kuliah yang lain, meskipun tidak merupakan prasyarat; c. Kemampuan mahasiswa, ditinjau dari prestasi akademik yang dicapai mahasiswa pada semester sebelumnya. 3. Setiap mahasiswa program sarjana dapat mengambil mata kuliah dengan beban sesuai dengan Indeks Prestasi Semester (IPS) dengan persetujuan PA. 4. Penasehat akademik memberikan peringatan kepada mahasiswa yang berdasarkan perkiraan mempunyai masalah dengan batas waktu studi setiap tahap pendidikan.
Pasal 10 Perubahan Rencana Studi 1. Dua minggu setelah perkuliahan berjalan, mahasiswa diberi kesempatan untuk menambah, mengurangi atau mengganti mata kuliah, dalam rencana studi yang tercantum pada KRS. 2. Pelaksanaan perubahan rencana studi tidak dapat diwakilkan.Perubahan rencana studi harus mendapat persetujuan penasehat akademik, Formulir Perubahan Rencana Studi yang disetujui PA akademik harus disesuaikan kepada Direktorat Penunjang Akademik.
-6-
Pasal 11 Ujian Jurusan berkewajiban dan mempunyai wewenang penuh untuk menegakkan tata laksana penyelenggaraan ujian, kuliah dan praktikum yang menjadi tugas Jurusan. Pasal 12 Penyelenggaraan ujian sesuai dengan jadwal dan tempat yang telah ditetapkan oleh Direktorat Penunjang Akademik atau Jurusan penyelenggara.
Pasal 13 1. Perubahan jadwal dan tempat ujian harus diumumkan secara tertulis oleh Jurusan penyelenggara melalui Direktorat Penunjang Akademik. 2. Perubahan tempat ujian dapat dilaksanakan pada saat ujian, diatur oleh staf pengajar yang bersangkutan. Pasal 14 1. Peserta ujian dinyatakan sah untuk mengikuti ujian suatu mata kuliah, bila: a. membawa KTM dan Kartu Tanda Ujian (KTU) yang telah disahkan oleh Direktorat Penunjang Akademik. b. kode dan nama mata kuliah tercantum dalam KTU; c. mahasiswa yang bersangkutan tidak dikenakan sanksi berupa larangan tertulis untuk mengikuti kegiatan akademik pada saat ujian tersebut berlangsung; d. memenuhi semua persyaratan untuk menempuh ujian tersebut. 2. Lembar jawaban ujian yang dibuat oleh seseorang yang bukan peserta ujian yang sah, tidak berlaku.
-7-
Pasal 15 1. Selama ujian berlangsung, tiap peserta ujian diwajibkan: a. menaati semua peraturan dan ketentuan ujian yang berlaku, b. menaati petunjuk-petunjuk teknis tentang penyelenggaraan ujian yang diberikan oleh pengawas kepadanya; c. tidak berperilaku yang mengganggu tata tertib penyelenggaraan ujian; d. Meminta persetujuan pengawas terlebih dahulu, sebelum meninggalkan tempat duduk atau ruangan ujian; e. Tidak berkomunikasi dalam bentuk apapun dengan siapapun tanpa izin dari pengawas. 2. Selama ujian berlangsung tiap peserta ujian tidak dibenarkan untuk: a. Bekerja sama, berusaha untuk bekerja sama, atau mendukung kerja sama dengan peserta lain dalam menyelesaikan ujian; b. Mengutip atau berusaha mengutip jawaban ujian peserta lain, atau memberi kesempatan kepada peserta lain untuk mengutip jawaban ujiannya; c. Mempergunakan catatan, buku, atau sumber informasi lainnya selama ujian berlangsung, kecuali bila hal itu diperbolehkan oleh Dosen Penguji; d. Tidak menyerahkan lembar jawaban ujian kepada pengawas yang bertugas sebelum meninggalkan ruang ujian. 3. Mahasiswa yang melanggar ketentuan pada ayat 2 pasal ini, dapat dikenakan sanksi setinggi-tingginya nilai E untuk mata kuliah yang diujikan.
Pasal 16 1. Mahasiswa yang menggantikan kedudukan atau melakukan kegiatan untuk kepentingan orang lain dalam kegiatan akademik baik di ITI maupun di perguruan tinggi lain, atas permintaan orang lain atau kehendak sendiri, seperti ujian, kegiatan atau tugas akademik lainnya dapat dikenakan sanksi seberat-beratnya dicabut statusnya sebagai mahasiswa ITI. 2. Mahasiswa yang digantikan kedudukannya, tugas atau kegiatannya oleh orang lain dalam kegiatan akademik di ITI atas kehendak sendiri ataupun permintaan orang lain, seperti ujian, kegiatan atau tugas akademik lainnya dapat dikenakan sanksi seberat-beratnya dicabut statusnya sebagai mahasiswa ITI. 3. Mahasiswa yang menerima atau memberi; jasa seperti pada ayat (1) dan (2) pasal ini dapat dikenakan sanksi seberat-beratnya dicabut statusnya sebagai mahasiswa ITI.
-8-
Pasal 17 1. Setiap pengawas yang ditugaskan untuk melaksanakan pengawasan di suatu ruang ujian, mempunyai wewenang untuk: a. mengatur dan menentukan tempat duduk setiap peserta ujian; b. Menetapkan benda-benda atau barang yang dapat dibawa oleh peserta ujian ke tempat duduk; c. menolak kehadiran seseorang yang tidak bertugas sebagai pengawas atau yang tidak berkepentingan sebagai peserta ujian, dalam ruang ujian; d. melaporkan tindak kecurangan peserta ujian dalam Berita Acara Pelaksanaan. 2. Penolakan kesertaan yang dimaksud dalam ayat 1 (c) pasal ini dilakukan oleh pengawas, dengan menginstruksikan kepada yang bersangkutan untuk meninggalkan ruang ujian.
-9-
BAB III PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA Pasal 18 Umum 1. Keberhasilan mahasiswa menempuh suatu mata kuliah harus ditentukan atas dasar sekurang-kurangnya dua kali evaluasi, yaitu satu kali pada saat semester sedang berjalan dan satu kali lagi pada akhir semester. 2. Jenis evaluasi dan cara melakukannya disesuaikan dengan sifat mata kuliah. Dalam hal digunakan lebih dari satu jenis evaluasi, bobot tiap jenis evaluasi pada data evaluasi keseluruhan diwujudkan dalam bentuk pembobotan, yang harus mencerminkan karakteristik mata kuliah yang bersangkutan.
Pasal 19 Derajat Keberhasilan Atas dasar data evaluasi keseluruhan tersebut dalam pasal 18 ayat (2), maka ditentukan derajat keberhasilan mahasiswa, yang diberikan dalam nilai huruf bobot dan angka, yaitu: NILAI HURUF BOBOT A 4.00
ANGKA 80-100
A-
3.75
77 - 79.99
B+ B
3.50
74-76,99
3.00
68-73.99
B-
2.75
65-67.99
C+
2,50
62-64,99
C
2.00
56-61.99
D
1.00 0
46-55,99
E
≤ 45
- 10 -
Keterangan: - Nilai huruf dipergunakan untuk nilai akhir - Bobot nilai dengan skala 0-4 menyatakan bobot untuk setiap nilai huruf. - Nilai angka penyetaraan skala 0-100 dipergunakan dalam penilaian dari tiap kegiatan - Matakuliah dengan nilai E wajib diulang - Matakuliah dengan nilai D dapat diulang untuk memperbaiki IPK dan diprogramkan dalam KRS yang diambil mahasiswa.
Pasal 20 1. Derajat keberhasilan mahasiswa pendidikan Diploma/Sarjana dalam setiap semester dinyatakan dengan Indeks Prestasi Semester(IPS), dan Indeks Prestasi Kumulatif(IPK) untuk derajat keberhasilan keseluruhan yang telah dicapai. 2. Setiap mata kuliah hanya diperhitungkan satu kali dalam perhitungan IP, dan digunakan nilai keberhasilan tertinggi. 3. Perhitungan IPS dan IPK menggunakan aturan sebagai berikut: N
∑ (bobot IP =
x SKS )
1 N
∑ SKS 1
IP= Indeks Prestasi Bobot = bobot nilai huruf matakuliah SKS= beban kredit matakuliah N = banyak matakuliah yang telah diambil
Pasal 21 Kesempatan Mengambil Mata Kuliah Dengan Beban SKS Maksimal 1. Ketentuan jumlah SKS yang diijinkan adalah sebagai berikut: Perolehan IP
Jumlah Beban Studi
≥ 3.00
22-24 sks
2,50 - 2,99
19-21 sks
2,00 - 2,49
16-18 sks
1,50-1,99
13-15 sks
<1,50
12 sks
- 11 -
2. Mahasiswa dapat diberi kesempatan mengambil mata kuliah dengan beban lebih dari yang diijinkan pada ayat 1 , dengan ketentuan sebagai berikut: a. adanya alasan khusus. b. surat pengantar dari Ketua Jurusan atau Program Studi yang mencantumkan alasan mahasiswa mengambil mata kuliah dengan beban lebih dari yang diijinkan.
Pasal 22 Penentuan Keberhasilan Menyelesaikan Tahap Pendidikan Penyelesaian program pendidikan Diploma dan Sarjana dinyatakan dengan kelulusan, dan IP pendidikan Diploma dan Sarjana ≥2.00 dan tidak memiliki nilai E.
Pasal 23 Yudisium Kelulusan Program Sarjana 1. Kelulusan pendidikan program Diploma dan Sarjana dinyatakan dalam yudisium kelulusan yang didasarkan pada suatu penilaian akhir yang mencerminkan kinerja akademik yang bersangkutan selama menjalani pendidikan di ITI. 2. Yudisium kelulusan diberikan dalam tiga jenjang, yaitu jenjang tertinggi dengan predikat cum laude atau terpuji, jenjang menengah dengan predikat sangat memuaskan, dan jenjang di bawahnya dengan predikat memuaskan. 3. Penilaian akhir seperti yang dimaksudkan dalam ayat (1) dan (2) pasal ini didasarkan atas IP Sarjana, di samping syarat-syarat lainnya.
Pasal 24 Pemberian yudisium kelulusan mengikuti ketentuan tersebut di bawah ini: 1. Yudisium cum laude atau terpuji diberikan kepada lulusan yang memenuhi persyaratan berikut: a. Menunjukkan penghayatan yang baik tentang hakekat dan norma-norma masyarakat akademik; b. menunjukkan derajat kemandirian akademik yang tinggi; c. menyelesaikan pendidikannya dalam waktu tidak lebih dari 10 semester; d. berhasil secara konsisten memelihara prestasi akademiknya pada atau mendekati nilai tertinggi dengan skala penilaian yang berlaku. yaitu IP Sarjana ≥ 3.50 tanpa ada nilai D. 2. Yudisium sangat memuaskan diberikan kepada lulusan yang memenuhi persyaratan berikut:
- 12 -
a. Menunjukkan penghayatan yang cukup tentang hakekat dan norma-norma masyarakat akademik; b. menyelesaikan pendidikannya dalam waktu tidak lebih dari 12 emester; c. berhasil mencapai prestasi akademik yang baik dengan memiliki IP ≥ 2,75. 3. Yudisium memuaskan diberikan kepada lulusan yang menyelesaikan pendidikan dengan memiliki IP selama menempuh studi di ITI ≥ 2,00.
Pasal 25 Pengusulan yudisium kelulusan serta penetapannya mengikuti tata cara tersebut di bawah ini: 1. Pengusulan yudisium kelulusan bagi peserta pendidikan program diploma dan sarjana dilakukan oleh panitia ujian diploma dan sarjana di Jurusan kepada Ketua Jurusan. Ketua Jurusan menetapkan dan melanjutkan usul yudisium tersebut ke Direktorat Penunjang Akademik, sesuai dengan jenjang yudisium yang diusulkan. 2. Sidang yudisium dilakukan oleh Direktur Penunjang Akademik bersama Ketua Divisi Mutu Akademik dan Ketua Jurusan. 3. Kewenangan menetapkan Yudisium cum laude ditetapkan pada tingkat Institut oleh Rektor bersama anggota senat ITI;
BAB IV BATAS WAKTU STUDI
Pasal 26 Umum Pada dasarnya mahasiswa hanya berhak mengikuti program pendidikan sesuai dengan kurikulum yang diprogramkan sesuai dengan jenjang pendidikannya. 1. Untuk program pendidikan jenjang sarjana S1 Institut Teknologi Indonesia batas maksimal masa studinya 14 semester yang terdiri dari : 1. Tahap I : Dalam 4 semester telah selesai minimal 20 SKS dengan IPK ≥ 2,00 2. Tahap II : Dalam 8 semester telah selesai minimal 80 SKS dengan IPK ≥ 2,00
- 13 -
3. Tahap III : Dalam 14 semester telah selesai minimal 144 SKS dengan IPK ≥ 2,00 2. Untuk program pendidikan jenjang diploma Institut Teknologi Indonesia batas maksimal 10 semester yang terdiri dari : 1. Tahap I : Dalam 4 semester telah selesai minimal 20 sks dengan IPK ≥ 2.00 2. Tahap II : Dalam 6 semester telah selesai minimal 50 sks dengan IPK ≥ 2.00 3. Tahap III: Dalam 10 semester telah selesai minimal 110 sks dengan IPK≥2.00
Pasal 27 Berhenti Studi Sementara (Cuti Akademik) 1. Mahasiswa yang ingin menghentikan studi sementara waktu (Cuti Akademik) karena mendapat halangan yang tidak dapat dihindarkan harus mendapat izin tertulis dari Rektor melalui Wakil Rektor bidang akademik 2. Cuti Akademik tidak diperkenankan lebih dari dua semester berturut-turut dan sebanyak-banyaknya empat semester selama masa periode masa studi. 3. Masa Cuti Akademik tidak diperhitungkan sebagai masa studi. 4. Setiap mahasiswa yang akan mengambil cuti akademik diwajibkan mengajukan permohonan kepada Jurusan untuk mendapatkan persetujuan dari rektor melalui Wakil Rektor bidang Akademik. 5. Sebelum periode Cuti Akademik berakhir, mahasiswa yang bersangkutan diwajibkan mendaftar ulang sesuai dengan prosedur yang berlaku dan selanjutnya dicatat sebagai mahasiswa aktif.
- 14 -
BAB V MAHASISWA KHUSUS
Pasal 28 Mahasiswa Pindahan 1. Institut Teknologi Indonesia dapat menerima mahasiswa pindahan dari perguruan tinggi di dalam maupun di luar negeri serta dari instansi/lembaga lain untuk melanjutkan studinya di ITI sesuai dengan peraturan yang berlaku. 2. Mahasiswa pindahan harus mengikuti proses penyesuaian Program Studi/penyetaraan mata kuliah yang diatur oleh Jurusan yang dituju. 3. Perguruan tinggi asal mahasiswa pindahan minimal status akreditasinya sama dengan status akreditasi Institut Teknologi Indonesia.
Pasal 29 Pindah Jurusan 1. Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia dapat melakukan pindah Jurusan/Program Studi di lingkungan ITI dengan persyaratan antara lain : a. Merupakan permintaan / kehendak mahasiswa yang bersangkutan yang merupakan haknya. b. Mendapat persetujuan Ketua Jurusan/Program Studi yang akan ditinggalkan dan pengesahan Direktur Penunjang Akademik serta mendapat persetujuan pula dari Ketua Jurusan yang dituju. c. Mengikuti aturan yang berlaku di Jurusan baru baik secara akademik maupun administratif. 2. Prosedur pindah Jurusan/Program Studi: a. Mahasiswa yang bersangkutan mengajukan surat permohonan pindah Jurusan yang ditujukan kepada Ketua Jurusan yang akan ditinggalkan ditembuskan kepada Ketua Jurusan yang akan dituju dengan melampirkan data akademik. b. Dengan melihat kapasitas Jurusan/Program Studi serta data akademik yang disampaikan, Ketua Jurusan yang dituju akan berkonsultasi dengan Ketua Jurusan yang ditinggalkan akan mempertimbangkan lamaran dari mahasiswa yang bersangkutan. c. Hasil rekomendasi Ketua Jurusan/program yang dituju akan disampaikan oleh Ketua Jurusan yang ditinggalkan kepada Direktur Penunjang Akademik melalui Kepala Divisi Mutu Akademik & Perkuliahan untuk kemudian diteruskan kepada Rektor melalui Wakil Rektor Akademik.
- 15 -
d. Hasil penetapan pindah Jurusan dituangkan melalui surat keputusan rektor untuk disampaikan kepada mahasiswa yang bersangkutan dengan ditembuskan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 3. Segala hal yang berkaitan dengan mahasiswa pindahan termasuk di dalamnya administrasi pembiayaan dan aturan lain yang mengikutinya menjadi tanggungan mahasiswa yang bersangkutan. 4. Batas masa studi mahasiswa yang pindah Jurusan tidak mengalami perubahan, tergantung dari hasil penyetaraan mata kuliah yang dilakukan oleh Jurusan yang baru.
Pasal 30 Mahasiswa Warga Negara Asing
1. Warga Negara Asing yang ingin mengikuti pendidikan di Institut Teknologi Indonesia harus mendapat izin dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. 2. Penerimaan mahasiswa dari warga negara asing harus melalui pola seleksi dan ujian masuk yang berlaku di Institut Teknologi Indonesia.
Pasal 31 Mahasiswa Titipan ITI dapat menerima mahasiswa titipan dari Universitas atau Institut lain yang mempunyai program kerja sama dengan ITI, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Syarat Penerimaan. a. Ada permohonan tertulis dari pimpinan Universitas atau Institut yang mengirimkan; b. Universitas atau institut yang bersangkutan belum mempunyai fasilitas pendidikan program sarjana yang lengkap di bidang studi yang akan diikuti oleh mahasiswa yang akan dititipkan tersebut; c. Diutamakan calon yang merupakan kader dosen dari universitas atau Institut pengirim; d. Mengikuti ketentuan yang berlaku di ITI.
- 16 -
2. Prosedur Pencalonan. a. Rektor Universitas atau Institut pengirim mengajukan permohonan kepada Rektor ITI dengan tembusan kepada Direktur Penunjang Akademik dan Ketua Jurusan dari program yang diinginkan, dengan melampirkan: • Daftar mahasiswa yang akan dititipkan beserta Nomor Induk Mahasiswa; • Data kemajuan akademik dari masing-masing calon selama menempuh studi di Universitas atau Institut pengirim b. Surat permohonan serta lampirannya hendaknya sudah diterima oleh pimpinan ITI sebelum bulan Juli tahun yang berjalan. c. Setelah memperhatikan tempat yang tersedia di Jurusan/Program Studi serta pendapat dari Direktur Penunjang Akademik dan Ketua Jurusan yang bersangkutan Rektor menetapkan penerimaan para calon yang bersangkutan. 3. Pembiayaan program pendidikan mahasiswa titipan ini akan ditetapkan oleh Pimpinan ITI. 4. Mahasiswa titipan tidak memiliki status sebagai mahasiswa reguler. Ketentuanketentuan yang diberlakukan terhadap mereka adalah: a. Mereka diberi Nomor Induk Mahasiswa khusus oleh Direktorat Penunjang Akademik. b. Jumlah serta jenis mata kuliah yang harus diambil, ditentukan oleh Ketua Jurusan/Program Studi masing-masing dengan memperhatikan usul dari Rektor atau Direktur Penunjang Akademik atau Ketua Program Studi Universitas atau Institut pengirim; c. Selama mengikuti pendidikan di ITI, kemajuan akademiknya dievaluasi oleh Ketua Jurusan/Program Studi masing-masing. Ketua Jurusan menentukan apakah yang bersangkutan mampu untuk mengikuti pendidikan di ITI dari hasil evaluasi tersebut; d. Setelah mereka selesai mengikuti program pendidikan di ITI, Direktur Penunjang Akademik yang bertanggung jawab melaporkan kepada Rektor Universitas atau Institut pengirim, tentang kemajuan akademik yang telah dicapai di ITI. e. Penentuan mengenai kelulusan kesarjanaannya ditetapkan oleh Universitas atau Institut pengirim, demikian juga dengan Ijazah.
- 17 -
BAB VI KECURANGAN AKADEMIK
Pasal 32 Mahasiswa dilarang melakukan perbuatan sebagai berikut: 1. Menggunakan atau mencoba menggunakan bahan-bahan, informasi atau alat bantu studi lainnya pada waktu ujian tanpa izin dari dosen yang berkepentingan; 2. Mengganti, mengubah, memalsukan nilai atau transkrip akademik, KTM, tugastugas dalam rangka perkuliahan, keterangan, laporan atau tanda tangan dalam lingkup kegiatan akademik; 3. Menyediakan sarana atau prasarana yang dapat menyebabkan terjadinya hal yang tidak diperbolehkan dalam kegiatan akademik; 4. Menggunakan kata-kata atau karya orang lain sebagai kata-kata atau karya sendiri dalam suatu kegiatan akademik; 5. Mempengaruhi atau mencoba mempengaruhi orang lain dengan cara membujuk, memberi hadiah atau mengancam dengan maksud mempengaruhi penilaian terhadap prestasi akademik; menggantikan kedudukan atau melakukan tugas/kegiatan untuk kepentingan orang lain dalam kegiatan akademik, atas permintaan orang lain atau kehendak sendiri, seperti; ujian, kegiatan atau tugas akademik lainnya; 6. Menyuruh orang lain baik sivitas akademik ITI maupun luar ITI untuk menggantikan kedudukan atau melakukan tugas-tugas atau kegiatan baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan orang lain dalam kegiatan akademik, seperti ujian, kegiatan atau tugas akademik lainnya; 7. Melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma kepatutan dalam kehidupan masyarakat akademik.
Pasal 33 Kepada pelaku perbuatan tersebut pada pasal 32, dapat dikenakan sanksi seberat beratnya dicabut status kemahasiswaannya secara tetap.
- 18 -
BAB VII LAIN-LAIN
Pasal 34 Pembuatan Surat Keterangan Sebagai Pengganti Ijazah yang Hilang Prosedur pembuatan Surat Keterangan sebagai Pengganti Ijazah: 1. Alumni yang kehilangan ijazah melapor kepada Kepolisian. 2. Alumni tersebut mengajukan permohonan kepada Rektor dengan tembusan kepada Direktur Penunjang Akademik untuk memperoleh Surat Keterangan Pengganti Ijazah yang hilang, dengan melampirkan fotokopi tanda bukti lapor kehilangan ijazah dari Kepolisian. 3. Wakil Rektor Akademik atas nama Rektor atau Pejabat yang ditunjuk menerbitkan Surat Keputusan yang berisi pernyataan bahwa alumni tersebut benar-benar lulusan ITI dan menugaskan kepada Direktur Penunjang Akademik untuk menerbitkan Surat Keterangan Pengganti Ijazah. 4. Direktur Penunjang Akademik menerbitkan Surat Keterangan yang dimaksud dalam ayat (3) di atas.
Pasal 35 Pembuatan Surat Keterangan Sebagai Pengganti Kartu Tanda Mahasiswa dan Kartu Studi Mahasiswa yang Hilang 1. Prosedur pembuatan Surat Keterangan sebagai pengganti KTM: 2. Mahasiswa yang kehilangan KTM melapor kepada Kepolisian. 3. Dengan melampirkan fotokopi laporan dari kepolisian, mahasiswa yang bersangkutan melapor kepada Ketua Jurusan bahwa ia telah kehilangan KTM. 4. Ketua Jurusan membuat surat pengantar kepada Direktur Penunjang Akademik, agar mahasiswa yang bersangkutan dapat diberi Surat Keterangan Pengganti KTM. 5. Mahasiswa tersebut mengisi formulir yang disediakan oleh Direktorat Penunjang Akademik dengan melampirkan : a. fotokopi tanda bukti laporan kehilangan KTM dari Kepolisian; b. fotokopi tanda lunas pembayaran UPP semester yang bersangkutan; c. fotokopi KRS semester yang bersangkutan; d. dua buah pas foto baru yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku ukuran 3x4 cm. e. Membayar biaya pengganti KTM dan dikenakan denda. 6. Setelah meneliti kebenarannya, Direktur Penunjang Akademik menerbitkan Surat Keterangan Pengganti KTM. Hanya Direktur Penunjang Akademik yang berhak menerbitkan Surat Keterangan Pengganti KTM.
- 19 -
Pasal 36 Prosedur permohonan kembali KRS yang hilang, adalah sebagai berikut: 1. Mahasiswa yang kehilangan KRS melapor kepada Ketua Jurusan bahwa ia telah kehilangan KRS. 2. Ketua Jurusan membuat surat pengantar kepada Direktur Penunjang Akademik, agar kepada mahasiswa yang bersangkutan dapat diberikan lagi KRS yang baru. 3. Mahasiswa tersebut mengisi formulir yang telah disediakan oleh Direktorat Penunjang Akademik dengan melampirkan : a. fotokopi KTM semester yang bersangkutan; b. fotokopi tanda lunas UPP semester yang bersangkutan. 4. Setelah meneliti kebenarannya Direktur Penunjang Akademik menerbitkan KSM baru. 5. Mahasiswa yang bersangkutan mengesahkan KRS baru sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 37 Keberadaan Mahasiswa di Kampus 1. Kampus ITI yang terdiri dari sarana fisik dan non fisik, pada dasarnya digunakan untuk melaksanakan program pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat bagi sivitas akademika. 2. Fasilitas pendidikan hanya disediakan bagi mahasiswa ITI yang terdaftar. 3. Bagi mahasiswa yang sudah tidak diperkenankan mengikuti kegiatan akademik karena melanggar peraturan ITI, berlaku ketentuan sebagai berikut : a. Mereka tidak dibenarkan untuk dilayani dalam kegiatan kurikuler maupun non kurikuler b. Keberadaan mereka di kampus ITI dikenakan peraturan berlaku bagi non sivitas akademika ITI khususnya dan peraturan perundang – undangan yang berlaku di Indonesia pada umumnya.
- 20 -
BAGIAN KEDUA PENGGUNAAN NAMA, LAMBANG DAN FASILITAS INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
- - 21
BAGIAN KEDUA PENGGUNAAN NAMA. LAMBANG DAN FASILITAS INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA BAB VIII PENGGUNAAN NAMA DAN LAMBANG INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA Pasal 38 Penggunaan nama dan lambang Institut Teknologi Indonesia harus sesuai dengan misi dan tujuan Institut Teknologi Indonesia dalam pelaksanaan fungsi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pasal 39 1. Unit atau lembaga yang diijinkan menggunakan nama dan atau lambang Institut Teknologi Indonesia sebagai bagian dari nama organisasi atau lembaga tersebut adalah Unit atau lembaga yang termasuk dalam lingkup Institut Teknologi Indonesia. 2. Termasuk dalam pengertian unit atau lembaga pada ayat 1 diatas adalah: a. Perangkat kelengkapan organisasi Institut Teknologi Indonesia seperti tersebut dalam Statuta Institut Teknologi Indonesia; b. Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Unit Kegiatan Kerohanian (UKK), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) seperti yang dimaksud pada pasal 48, pasal 49 dan pasal 50; c. Panitia atau lembaga lain yang dibentuk atau diberi ijin oleh Rektor Institut Teknolog Indonesia. Pasal 40 1. Yang berwenang memberikan ijin penggunaan fasilitas dan lambang Institut Teknologi Indonesia adalah Rektor Institut Teknologi Indonesia; 2. Rektor Institut Teknologi Indonesia dapat melimpahkan wewenang pemberian izin tersebut pada ayat 1 pasal ini kepada pejabat Institut Teknologi Indonesia yang ditugaskan.
- - 22
BAB IX PENGGUNAAN FASILITAS INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
Pasal 41 Fasilitas Institut Teknologi Indonesia adalah semua sarana yang berada dalam wewenang dan tanggungjawab Institut Teknologi Indonesia.
Prosedur Perijinan Pasal 42 Untuk mendapatkan ijin penggunaan fasilitas Institut Teknologi Indonesia dalam rangka kegiatan akademik (kurikuler) dan kegiatan non akademik (ekstra kurikuler) mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sebagai berikut: 1. Pemberian ijin menggunakan sarana dan prasarana di lingkungan Institut Teknologi Indonesia, Rektor Institut Teknologi Indonesia memberikan wewenang kepada Kepala Badan Pengelola Kampus yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh Unit kerja terkait. 2. Koordinasi kegiatan akademik (kurikuler) dilakukan melalui Wakil Rektor Akademik untuk kelancarannya dibantu oleh Direktur Penunjang Akademik. Koordinasi kegiatan non akademik (Ekstrakurikuler) dilakukan melalui Direktur Lembaga Pengembangan & Kesejahteraan Mahasiswa untuk kelancarannya dibantu oleh Kepala Divisi Kesejahteraan & Organisasi Kemahasiswaan dan Pembina Unit Kegiatan (PUK) UKM, UKK dan HMJ. 3. Perijinan penggunaan fasilitas Institut Teknologi Indonesia sebagaimana diatur dalam ayat (1) dan (2) tersebut di atas, dapat diberikan setelah kegiatan mahasiswa Institut Teknologi Indonesia mendapat persetujuan dari Kepala Divisi Kesejahteraan & Organisasi Kemahasiswaan bagi kegiatan mahasiswa di Jurusan/Program Studi dan kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) serta Kepala Bidang Beasiswa, Asrama & Konseling Institut Teknologi Indonesia bagi kegiatan kemahasiswaan di lingkungan Asrama Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia sesuai dengan bunyi pasal (40) Pasal 43 1. Penggunaan fasilitas Institut Teknologi Indonesia harus sesuai dengan misi dan tujuan Institut Teknologi Indonesia dalam pelaksanaan fungsi Tri Dharma Perguruan Tinggi. 2. Rektor Institut Teknologi Indonesia dapat melimpahkan wewenang pemberian izin kepada pejabat Institut Teknologi Indonesia yang ditugaskan sesuai dengan kewenangannya.
- - 23
Pasal 44 Bila terdapat individu, kelompok organisasi atau lembaga yang menyalahi ketentuanketentuan di atas, maka kepada individu atau pengurus atau penanggung jawab unit atau lembaga tersebut dapat dikenakan sanksi administratif dan/atau sanksi akademis dan/atau dituntut berdasarkan peraturan yang berlaku di ITI dan hukum negara yang berlaku.
- - 24
BAGIAN KETIGA PERATURAN KEGIATAN KEMAHASISWAAN INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
- - 25
BAGIAN KETIGA PERATURAN KEGIATAN KEMAHASISWAAN INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA BAB X ORGANISASI KEMAHASISWAAN DI INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA Pasal 45 1. Organisasi Kemahasiswaan di Institut Teknologi Indonesia adalah wadah kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan sarana pengembangan diri mahasiswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan di Institut Teknologi Indonesia. 2. Organisasi Kemahasiswaan di Institut Teknologi Indonesia adalah wadah kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan bagian terpadu dari sarana, pengembangan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. 3. Sesuai dengan tujuan keberadaan organisasi Kemahasiswaan di Institut Teknologi Indonesia maka dalam menjalankan fungsinya setiap organisasi Kemahasiswaan berkewajiban untuk: a) Mentaati peraturan-peraturan yang berlaku di ITI b) Menjaga dan meningkatkan kelancaran pelaksanaan proses pendidikan di Institut Teknologi Indonesia; c) Menciptakan suasana belajar dan mengajar yang menunjang keberhasilan proses pendidikan sebaik-baiknya; d) Menegakkan nama baik dan wibawa Institut Teknologi Indonesia. Pasal 46 1. Direktur Lembaga Pengembangan & Kesejahteraan Mahasiswa dalam melaksanakan pembinaan kegiatan Kemahasiswaan dibantu oleh Kepala Divisi Kesejahteraan & Organisasi Kemahasiswaan , Pendamping Unit Kegiatan Mahasiswa, Pendamping HMJ, Pendamping UKK, Tim Bimbingan dan Konseling, Komisi Disiplin Senat ITI. 2. Kepala Divisi Kesejahteraan & Organisasi Kemahasiswaan, Ketua Jurusan/Program Studi adalah jabatan-jabatan struktural di dalam perguruan tinggi. 3. Pendamping Unit Kegiatan Mahasiswa, Unit Kegiatan Kerohanian, Himpunan Mahasiswa Jurusan adalah jabatan kelengkapan non struktural di Institut Teknologi Indonesia dalam membina kegiatan penalaran, minat, kegemaran, kesejahteraan dan kerohanian mahasiswa yang kegiatannya diwadahi dalam unit-unit kegiatan mahasiswa.
- - 26
4. Tim Bimbingan dan Konseling adalah kelengkapan non struktural di Institut Teknologi Indonesia yang bertugas memberikan pelayanan kepada mahasiswa yang berkaitan dengan pembinaan berupa bimbingan dan konsultasi. 5. Komisi Dispilin Senat ITI adalah kelengkapan non struktural di Institut Teknologi Indonesia yang bertugas membantu Pimpinan Institut Teknologi Indonesia dalam memasyarakatkan peraturan/ ketentuan yang berlaku dan melakukan penelitian serta penilaian atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh mahasiswa. 6. Career Development Center – ITI (CDC – ITI) adalah kelengkapan non struktural di Institut Teknologi Indonesia yang bertugas memberikan pelayanan berupa Informasi tentang lowongan pekerjaan pada instansi pemerintah/swasta bagi alumni ITI yang memerlukan atau sebaliknya dan memberikan pelatihan soft skill kepada mahasiswa/lulusan/masyarakat umum. 7. Badan Pengelola Kampus adalah suatu Unit Pelaksana Teknis yang berfungsi untuk menjaga ketertiban dan keamanan kampus beserta fasilitasnya.
Pasal 47 1. Organisasi Kemahasiswaan dipimpin oleh seorang Ketua dengan status terdaftar sebagai mahasiswa; 2. Organisasi Kemahasiswaan berpedoman pada aturan-aturan dasar organisasi yang tertuang pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi (AD/ART); 3. AD/ART organisasi disusun oleh, dari, dan untuk anggota organisasi Kemahasiswaan tersebut serta tidak bertentangan dengan Statuta dan peraturan Institut Teknologi Indonesia yang disetujui oleh Ketua Program Studi, Kepala Divisi Kesejahteraan & Organisasi Kemahasiswaan dan Rektor. 4. Masa kerja kepengurusan Organisasi Kemahasiswaan adalah 1 (satu) tahun dan Ketua organisasi Kemahasiswaan tidak dapat dipilih kembali untuk masa kerja berikutnya.
Pasal 48 1. Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) berkedudukan di tingkat Jurusan/Program Studi dan merupakan kelengkapan non struktural Jurusan; 2. Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) mempunyai tugas pokok menyelenggarakan serta berfungsi sebagai wadah pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di bidang penalaran keilmuan dan teknologi serta pengembangan profesi sesuai dengan Program Studi di Jurusan yang bersangkutan; 3. Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) diselenggarakan dari, oleh dan untuk mahasiswa Jurusan yang bersangkutan;
- - 27
4. Keanggotaan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) terdiri dari mahasiswa yang terdaftar dan aktif mengikuti kegiatan pendidikan di Jurusan yang bersangkutan; 5. Kepengurusan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Bendahara yang dipilih dari dan oleh mahasiswa karena keteladanan dan prestasinya. Kepengurusan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) disahkan oleh Ketua Jurusan/Program Studi. 6. Persyaratan utama untuk bisa dicalonkan dan dipilih menjadi Ketua, Sekretaris dan Bendahara HMJ memiliki IPK sekurang-kurangnya 2,50. 7. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, pengurus HMJ bertanggungjawab kepada Ketua Jurusan/Program Studi yang bersangkutan dan pada akhir masa baktinya Ketua HMJ berkewajiban membuat Laporan Pertanggungjawaban kepada Anggota HMJ.
Pasal 49 1. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) berkedudukan di tingkat perguruan tinggi dan merupakan kelengkapan non struktural perguruan tinggi. 2. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) mempunyai tugas pokok menyelenggarakan serta berfungsi sebagai wadah pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di bidang minat, bakat dan kegemaran tertentu sesuai dengan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) nya; 3. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) diselenggarakan dari, oleh, dan untuk mahasiswa; menganut asas terbuka, tidak diskriminatif, dan nirlaba. 4. Keanggotaan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) terdiri dari mahasiswa yang terdaftar dan aktif mengikuti kegiatan pendidikan di Institut Teknologi Indonesia dan secara sukarela menjadi anggota unit yang bersangkutan; 5. Kepengurusan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sekurang- kurangnya terdiri dari Ketua, sekretaris, dan bendahara yang dipilih dari dan oleh mahasiswa karena keteladanan dan prestasinya. 6. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) bertanggung jawab kepada pimpinan Institut Teknologi Indonesia melalui Kepala Divisi Kesejahteraan & Organisasi Kemahasiswaan. 7. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) wajib melakukan pendaftaran ulang melalui Kepala Divisi Kesejahteraan & Organisasi Kemahasiswaan pada setiap awal tahun akademik atau selambat-lambatnya pada bulan Oktober .
- - 28
Pasal 50 1. Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia (BEM-ITI) berkedudukan di tingkat Perguruan Tinggi dan merupakan kelengkapan non struktural Perguruan Tinggi. 2. Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia (BEM-ITI) adalah Organisasi Kemahasiswaan tingkat Pusat yang mempunyai tujuan pokok menjalankan fungsi representatif, koordinatif dan normatif serta membentuk kepanitiaan-kepanitiaan di tingkat pusat. 3. Badan Eksekutuif Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia (BEM-ITI) diselenggarakan dari, oleh dan untuk mahasiswa Institut Teknologi Indonesia. 4. Keanggotaan Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia (BEM-ITI) terdiri dari para Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan atau para wakil Himpunan mahasiswa Jurusan yang khusus dipilih untuk itu serta para Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan atau perwakilan Unit Kegiatan Mahasiswa yang khusus dipilih untuk itu. 5. Jumlah keanggotaan dan kelengkapan Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa ITI (BEM-ITI) ditentukan sesuai dengan kebutuhan dan akan diatur kemudian. 6. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia (BEM-ITI) bertanggung jawab kepada pimpinan Institut Teknologi Indonesia c.q. Kepala Divisi Kesejahteraan & Organisasi Kemahasiswaan.
Pasal 51 Hal-hal yang belum diatur dalam pasal-pasal pada bab di atas, akan diatur dalam ketentuan yang merujuk pada Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nomor: 0457/0/90, mengenai Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.
- - 29
BAB XI TATA CARA PERIZINAN KEGIATAN KEMAHASISWAAN DI INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA Pasal 52 1. Kegiatan ekstrakurikuler di Institut Teknologi Indonesia merupakan kegiatan yang terpadu dan mendukung kegiatan kurikuler di Institut Teknologi Indonesia; 2. Sarana dan prasarana di kampus Institut Teknologi Indonesia adalah perangkatperangkat pendidikan yang pemanfaatannya diatur oleh pejabat Institut Teknologi Indonesia yang berwenang; 3. Setiap individu atau lembaga atau organisasi dalam lingkungan Institut Teknologi Indonesia tidak dibenarkan melakukan kegiatan atau perbuatan yang mengganggu pelaksanaan fungsi-fungsi Institut Teknologi Indonesia. Pasal 53 Kegiatan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Unit Kegiatan Kerohanian (UKK) di dalam dan di luar kampus Institut Teknologi Indonesia harus mendapat izin dari pejabat Institut Teknologi Indonesia yang ditunjuk untuk itu. Kegiatan Himpunan Mahasiswa Jurusan harus memperoleh izin dari Ketua Jurusan/Program Studi yang bersangkutan, sedangkan UKM dan UKK harus mendapat izin dari Pendamping Unit Kegiatan yang bersangkutan dan/atau Kepala Divisi Kesejahteraan & Organisasi Kemahasiswaan dan kegiatan mahasiswa Asrama Institut Teknologi Indonesia harus memperoleh izin dari Koordinator Asrama Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia.. Kegiatan terpusat oleh BEM Institut Teknologi Indonesia dan atau panitia-panitia tingkat pusat lainnya harus mendapat izin dari Kepala Divisi Kesejahteraan & Organisasi Kemahasiswaan. Pasal 54 1. Penyelenggara kegiatan Himpunan Mahasiswa Jurusan atau Unit Kegiatan Mahasiswa dan Unit Kegiatan Kerohanian mengajukan proposal kegiatan yang telah disetujui oleh Ketua Jurusan, melalui Dosen Pendamping HMJ kepada Kepala Divisi Kesejahteraan & Organisasi Kemahasiswaan atau Pendamping Unit kegiatan. Proposal penyelenggara kegiatan tingkat pusat diajukan kepada Kepala Divisi Kesejahteraan & Organisasi Kemahasiswaan. 2. Sesuai dengan pasal 54, maka surat persetujuan kegiatan dikeluarkan oleh Kepala Divisi Kesejahteraan & Organisasi Kemahasiswaan, Pendamping Unit Kegiatan Mahasiswa, Unit Kegiatan Kerohanian dan Koordinator Asrama Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia, serta Kepala Divisi Kesejahteraan & Organisasi Kemahasiswaan bagi kegiatan terpusat.
- - 30
3. Kegiatan yang melibatkan pihak luar Institut Teknologi Indonesia atau diselenggarakan di luar kampus Institut Teknologi Indonesia harus mengikuti prosedur perizinan yang berlaku; 4. Kegiatan hanya dapat dilaksanakan setelah semua perizinan diselesaikan. Pasal 55 1. Sarana dan prasarana kegiatan milik Institut Teknologi Indonesia dapat dimanfaatkan untuk kegiatan Kemahasiswaan sesuai dengan misi dan fungsi, serta tujuan Institut Teknologi Indonesia secara bertanggungjawab . 2. Permohonan peminjaman sarana dan prasarana milik Institut Teknologi Indonesia hanya dapat diajukan setelah kegiatan disetujui, seperti yang diatur pada pasal 53,54 dan 55 diatas. 3. Permohonan diajukan kepada pejabat Institut Teknologi Indonesia yang ditunjuk untuk mengelola sarana dan prasarana milik Institut Teknologi Indonesia tersebut sesuai dengan prosedur yang berlaku; 4. Pelaksana kegiatan wajib memelihara sarana dan prasarana milik Institut Teknologi Indonesia yang digunakan untuk kegiatan tersebut.
- - 31
BAB XII PROSEDUR MENDIRIKAN UNIT KEGIATAN KEMAHASISWAAN DAN UNIT KEGIATAN KEROHANIAN Pasal 56 Bagi mahasiswa yang akan mendirikan Unit Kegiatan Mahasiswa harus mendapat izin Rektor c.q. Direktur Lembaga Pengembangan & Kesejahteraan Mahasiswa dengan mengikuti prosedur mengajukan permohonan tertulis dari Calon Ketua Unit kegiatan dengan dilampiri berkas sebagai berikut: a. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Unit kegiatan; b. daftar anggota Unit; c. pernyataan kesediaan tertulis dari Calon Dosen Pembina d. rekomendasi dari Induk Organisasi Olahraga, jika yang akan didirikan merupakan unit keolahragaan. Pasal 57 1. Calon unit kegiatan mahasiswa yang dianggap sesuai dengan misi pendidikan mendapat persetujuan tertulis dengan masa percobaan selama 2 (dua) tahun; 2. Unit kegiatan mahasiswa dikukuhkan dengan Keputusan Rektor Jika dalam masa percobaan 2 (dua) tahun Unit kegiatan tersebut betul-betul mendukung misi pendidikan di Institut Teknologi Indonesia sesuai dengan peraturan yang berlaku.
- - 32
BAB XIII KONDUITE DAN NORMA KEMAHASISWAAN Pasal 58 Tindakan mahasiswa atau Organisasi Kemahasiswaan yang tidak diizinkan atau tidak dibenarkan di Institut Teknologi Indonesia, adalah hal-hal sebagai berikut: 1. Menggunakan paksaan atau kekerasan baik secara langsung maupun tidak langsung, yang bertentangan dengan, berlawanan dengan, menghalangi ataupun mengganggu: a) aktivitas masyarakat kampus dan tamu dalam wilayah Institut Teknologi Indonesia atau fasilitas-fasilitas yang dikelola oleh Institut Teknologi Indonesia; b) penggunaan fasilitas yang dikelola oleh Institut Teknologi Indonesia.; c) jalan masuk atau jalan keluar ke atau dari daerah yang dikelola oleh Institut Teknologi Indonesia; d) kewibawaan petugas yang sedang melakukan tugas-tugas institusional. 2. Setiap tindakan yang mengancam atau mengganggu secara substansial usaha-usaha untuk menjaga pelaksanaan tata tertib dan disiplin di dalam fungsi dan tugas Institut Teknologi Indonesia., atau setiap tindakan dalam wilayah Institut Teknologi Indonesia. atau yang berhubungan dengan suatu aktivitas Institut Teknologi Indonesia yang melanggar hak orang lain, sebagai contoh termasuk berteriak, membuat suara gaduh, mengganggu, dan aktivitas-aktivitas lainnya yang mengganggu yang direncanakan atau dimaksudkan untuk mengacaukan atau menghalangi jalannya pertemuan, rapat, kelas, atau setiap kegiatan atau aktivitas Institut Teknologi Indonesia yang telah direncanakan atau aktivitas-aktivitas rutin lainnya. 3. Penganiayaan terhadap individu yang berada pada fasilitas yang dikelola oleh Institut Teknologi Indonesia ataupun terhadap mereka yang sedang melaksanakan tugas Institut Teknologi Indonesia. 4. Tindakan yang membahayakan atau mengancam kesehatan atau keamanan individu atau tingkah laku yang menimbulkan rasa takut dan meresahkan, seolah-olah pada individu akan ada ancaman atau gangguan yang sebenarnya. 5. Menghasut, menggertak ataupun membantu orang lain untuk ikut dalam suatu kegiatan yang mengganggu atau merusak fungsi dan tugas Institut Teknologi Indonesia. 6. Dengan paksaan atau kekerasan tetap menggunakan ataupun diam di dalam fasilitas yang dikelola atau dikendalikan oleh Institut Teknologi Indonesia., setelah menerima pemberitahuan untuk meninggalkan tempat atau fasilitas tersebut. 7. Menggunakan atau masuk ke dalam fasilitas yang dikelola oleh Institut Teknologi Indonesia tanpa izin.
- - 33
8. Mencuri, merusak, atau merubah menjadi jelek setiap fasilitas yang dikelola atau dikendalikan oleh Institut Teknologi Indonesia, misalnya merobek halaman buku atau majalah milik perpustakaan di Institut Teknologi Indonesia. 9. Berpartisipasi dalam suatu demonstrasi, atau aksi kegiatan, atau kegiatan yang sangat mengganggu pelaksanaan fungsi dan tugas Institut Teknologi Indonesia, secara substansial menginjak-injak hak orang lain, atau mengambil tempat atau waktu dalam hal mana mahasiswa tidak diizinkan berada. Dalam hal ini tidak ada prasyarat bahwa pimpinan Institut Teknologi Indonesia harus telah memerintahkan mahasiswa membatalkan demontrasi atau kegiatan tersebut. 10. Tidak melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh pejabat Institut Teknologi Indonesia. yang melaksanakan tugasnya dalam hubungan suatu keadaan yang menjurus akan adanya pelanggaran. 11. Melanggar peraturan atau ketentuan yang telah dikeluarkan Institut Teknologi Indonesia. 12. Mengotori fasilitas Institut Teknologi Indonesia dalam bentuk coret-coret, gambar dan sejenisnya. 13. Menebang pohon, merusak tanaman, atau menembak burung di dalam kampus Institut Teknologi Indonesia. Pasal 59 Terhadap mahasiswa atau organisasi Kemahasiswaan yang melakukan tindakan yang tidak diizinkan atau tidak dibenarkan seperti tersebut dalam pasal 58, dapat dikenakan sanksi berupa: 1. Dilarang menggunakan fasilitas yang dikelola oleh Institut Teknologi Indonesia. 2. Dikenakan ganti rugi. 3. Dikeluarkan dari kegiatan kelas (kuliah). 4. Dikenakan skorsing (dicabut status sebagai mahasiswa untuk sementara) dari Institut Teknologi Indonesia. 5. Dikeluarkan (dicabut statusnya secara permanen sebagai mahasiswa) dari Institut Teknologi Indonesia. 6. Pembekuan kegiatan organisasi Kemahasiswaan.
- - 34
Pasal 60 Tindakan yang tidak diizinkan atau tidak dibenarkan sebagaimana tercantum dalam pasal 58 dan Sanksi yang tercantum dalam pasal 59 tersebut di atas berlaku bagi: 1. Mahasiswa yang terdaftar di Institut Teknologi Indonesia. 2. Organisasi Kemahasiswaan yang diizinkan keberadaannya di Institut Teknologi Indonesia. 3. Perorangan yang ingin mendaftar untuk diterima sebagai mahasiswa Institut Teknologi Indonesia dan mahasiswa yang akan mendaftar ulang.
- - 35
BAGIAN KEEMPAT PERATURAN TATA TERTIB DI KAMPUS INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
- - 36
BAGIAN KEEMPAT PERATURAN TATA TERTIB DI KAMPUS INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA BAB XIV KETENTUAN UMUM Pasal 61 1. Semua kegiatan di kampus Institut Teknologi Indonesia hanya dapat berlangsung antara pukul 06.00 BBWI sampai dengan pukul 23.00 BBWI; 2. Kegiatan di kampus Institut Teknologi Indonesia di luar waktu yang telah ditentukan pada ayat 1 pasal ini atau pada hari libur dan hari besar harus seizin Pimpinan Institut Teknologi Indonesia cq Kepala Badan Pengelola Kampus. 3. Mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir pendidikan atau tugas-tugas lainnya sehingga untuk menyelesaikan tugas akhir di Laboratorium atau tugas lainnya memerlukan waktu di atas pukul 23.00 BBWI harus menunjukkan rekomendasi dari Wakil Rektor Akademik melalui Ketua Jurusan untuk tugas-tugas akhir akademik, Wakil Rektor Sumber Daya melalui Kepala Divisi terkait untuk urusan umum dan Direktur Lembaga Pengembangan & Kesejahteraan Mahasiswa melalui Kepala Divisi Kesejahteraan & Organisasi Kemahasiswaan, Pendamping Unit Kegiatan untuk kegiatan-kegiatan kemahasiswaan. Pasal 62 1. Untuk menjamin kelancaran, ketertiban dan ketenangan kegiatan belajar mengajar di dalam kampus Institut Teknologi Indonesia diperlukan tertib lalu lintas kampus. 2. Yang dimaksud dengan tertib lalu lintas kampus adalah mematuhi dan menjalankan semua ketentuan yang telah ditetapkan yang berkaitan dengan lalu lintas kendaraan di dalam kampus yang diatur dengan Surat Keputusan Rektor Pasal 63 1. Kampus Institut Teknologi Indonesia merupakan wilayah terbatas untuk kendaraan bermotor. 2. Ketentuan teknis mengenai wilayah terbatas seperti yang dimaksud pada ayat 1 pasal ini diatur pada peraturan lalu lintas kampus Institut Teknologi Indonesia sesuai dengan pasal 62 ayat 2
- - 37
Pasal 64 1. Stiker kampus Institut Teknologi Indonesia dibuat untuk mendata kendaraan bermotor roda empat atau kendaraan bermotor roda dua milik pegawai Institut Teknologi Indonesia baik dosen atau non dosen yang menggunakan fasilitas parkir di lingkungan kampus. 2. Pengaturan stiker kampus ayat 1 (satu) di atas diharapkan dapat menciptakan ketertiban akan data dan administrasi lalu lintas karena terbatasnya lahan parkir di kampus, serta diharapkan dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan. 3. Seluruh anggota sivitas akademika dan pegawai Institut Teknologi Indonesia yang terbukti telah memalsukan. menggandakan atau menyalahgunakan stiker kampus dapat dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pasal 65 1. Pemasangan poster, spanduk, umbul-umbul dan sejenisnya serta penyebaran pamflet, selebaran, brosur, leaflet dan sejenisnya yang menggunakan fasilitas Institut Teknologi Indonesia harus seizin Rektor Institut Teknologi Indonesia c.q. Kepala Badan Pengelola Kampus. 2. Pemasangan poster, spanduk, umbul-umbul dan sejenisnya hanya boleh dilakukan pada tempat-tempat yang telah ditentukan. Pasal 66 Pelanggaran terhadap semua ketentuan yang telah ditetapkan di atas dapat dikenakan sanksi administratif, sanksi akademis ataupun dituntut berdasarkan hukum yang berlaku.
- - 38
BAB XV MINUMAN KERAS, NARKOTIK, JUDI, SENJATA, DAN OBAT TERLARANG
Minuman Keras Pasal 67 1. Yang diartikan minuman keras adalah segala jenis minuman yang mengandung alkohol seperti diatur dalam keputusan Menteri Kesehatan RI. 2. Setiap mahasiswa di dalam kampus dilarang memiliki atau membawa, menyimpan, memperdagangkan atau menyebarkan minuman keras untuk tujuan diminum. 3. Setiap mahasiswa di dalam kampus dilarang minum minuman keras. 4. Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia yang diketahui dan terbukti memiliki atau membawa, menyimpan, memperdagangkan, menyebarkan minuman keras apalagi sampai mabuk dan menimbulkan gangguan di dalam kampus ITI dapat dikenakan sanksi dicabut secara permanen statusnya sebagai mahasiswa ITI. Narkotik Pasal 68 Yang diartikan dengan narkotik adalah bahan yang didefinisikan sebagai narkotik dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1976 tentang narkotika antara lain morfin dan kokain beserta garam dan turunannya, opium mentah, candu, atau bahan lain baik alamiah, sintetis maupun semi sintetis apabila disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan seperti morfin atau kokain termasuk di dalamnya ganja atau mariyuana. Yang diartikan dengan ganja atau mariyuana adalah semua bagian dari semua tanaman genus Canabis. Yang diartikan dengan damar ganja atau hasisch adalah damar yang diambil dari tanaman ganja termasuk hasil pengolahannya yang menggunakan damar tersebut sebagai bahan dasarnya. 1. Setiap mahasiswa di dalam kampus dilarang memiliki, membawa, menyimpan, memperdagangkan, menyebarkan, membuat obat- obatan, narkotik dan mariyuana untuk tujuan dikonsumsi. 2. Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia yang diketahui dan terbukti membawa, menyimpan, memperdagangkan, menyebarkan, membuat, menggunakan atau merokok mariyuana dapat dikenakan sanksi.
Obat Terlarang Pasal 69 1. Yang diartikan dengan obat terlarang adalah bahan obat-obatan yang seharusnya hanya dapat diperoleh dengan resep dari dokter dan disalahgunakan penggunaannya
- - 39
dengan tujuan lain seperti mabuk, halusinasi dan efek gangguan kejiwaan lain terutama obat- obat golongan penenang, psikotrofik dan lain-lain. 2. Mahasiswa dilarang memiliki, membawa, menyimpan, memperdagangkan, menyebarkan atau membuat obat terlarang di luar tujuan pengobatan yang sah. 3. Mahasiswa dilarang menggunakan obat terlarang untuk dirinya sendiri atau orang lain di luar tujuan pengobatan yang sah. 4. Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia yang diketahui dan terbukti membawa, menyimpan, memperdagangkan, menyebarluaskan, membuat atau menggunakan obat terlarang di dalam kampus dapat dikenakan sanksi akademik. Judi Pasal 70 1. Yang dimaksud dengan judi adalah permainan yang menggunakan alat bantu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk digunakan sebagai media taruhan dengan uang atau barang lainnya yang mempunyai nilai atau harga dan mengakibatkan kerugian atau keuntungan salah satu pihak. 2. Permainan judi di lingkungan Kampus Institut Teknologi Indonesia merupakan kegiatan yang melanggar norma dan aturan yang bertentangan dengan misi dan tujuan pendidikan di Institut Teknologi Indonesia. 3. Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia yang diketahui dan terbukti melakukan perjudian di lingkungan kampus, baik langsung maupun tidak langsung yang secara moral tidak mendukung misi pendidikan di Institut Teknologi Indonesia dapat dikenakan sanksi akademik dari statusnya sebagai mahasiswa ITI. Senjata Pasal 71 1. Yang diartikan dengan senjata adalah segala jenis alat yang dapat membahayakan atau menewaskan jika digunakan seperti diatur dalam undang-undang. Jenis-jenis senjata antara lain: pistol, revolver, bedil, alat tembak lain, pisau, clurit, krakling, bom, granat, botol lempar yang berisi bahan bakar atau bahan eksplosif, atau alat lain yang bersifat membahayakan. 2. Mahasiswa dilarang membawa, menyimpan, memperdagangkan, menyebarluaskan senjata. 3. Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia yang diketahui dan terbukti membawa, menyimpan, memperdagangkan, menyebarluaskan, membuat atau menggunakan senjata tanpa izin dapat dikenakan sanksi akademik.
- - 40
Bahan Peledak Pasal 72 Yang dimaksud dengan bahan peledak adalah bahan atau zat 1. yang berbentuk padat, cair, gas atau campurannya yang apabila dikenai atau terkena suatu aksi berupa panas, benturan atau gesekan akan berubah secara kimiawi dalam waktu yang sangat singkat disertai dengan efek panas dan tekanan yang sangat tinggi termasuk ke dalamnya bahan peledak yang digunakan untuk keperluan industri maupun militer. 2. Mahasiswa tanpa izin yang berwenang dilarang memiliki, membawa, menyimpan, memperdagangkan, membuat atau mengolah bahan peledak. 3. Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia yang diketahui dan terbukti membawa, menyimpan, memperdagangkan, membuat, mengolah bahan peledak di dalam kampus tanpa izin yang berwenang dapat dikenakan sanksi seperti sanksi yang ditetapkan dalam buku pedoman ini dan sanksi secara hukum.
- - 41
BAB XVI PELECEHAN DAN PELANGGARAN SEKSUAL Pasal 73 Yang dikatagorikan dan dimaksud dengan tindakan dan perbuatan pelecehan dan pelanggaran seksual adalah sebagai berikut: 1. Berperilaku dan mengucapkan kata-kata tidak senonoh; 2. Pelecehan seksual; 3. Memperkosa, melakukan perbuatan a-susila, yang dapat menimbulkan perasaan tidak senang, sakit (fisik dan mental) serta terganggunya perasaan dan kehormatan bagi mereka yang terkena perbuatan dan tindakan tersebut, atau selanjutnya disebut korban. Pasal 74 1. Tindakan dan perbuatan pelecehan dan pelanggaran seksual tersebut dianggap terjadi apabila ada : a) Laporan dari pihak yang langsung terkena atau korban; b) Laporan dari pihak yang mempunyai hubungan langsung dengan korban (orangtua atau wali atau keluarga); c) Laporan dari saksi yang melihat terjadinya perbuatan pelecehan dan pelanggaran seksual tersebut. 2. Dalam hal korban adalah mahasiswa Institut Teknologi Indonesia, yang bersangkutan atau korban dihimbau untuk melaporkan secara tertulis kejadian yang dialaminya kepada salah satu pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap masalah kemahasiswaan Institut Teknologi Indonesia, yaitu pimpinan Jurusan atau Dosen PA, Tim Bimbingan dan Konseling, Kepala Divisi Kesejahteraan & Organisasi Kemahasiswaan atau Direktur Lembaga Pengembangan & Kesejahteraan Mahasiswa. 3. Laporan tersebut dapat disampaikan oleh pihak lain yang mempunyai hubungan langsung dengan korban (orang tua atau wali atau keluarga). Dalam hal korban adalah bukan mahasiswa Institut Teknologi Indonesia, yang bersangkutan atau korban dapat melaporkan secara tertulis kejadian yang dialaminya kepada pejabat Institut Teknologi Indonesia, dalam hal ini Direktur Lembaga Pengembangan & Kesejahteraan Mahasiswa.
- - 42
Pasal 75 1. Setelah laporan diterima Direktur Lembaga Pengembangan & Kesejahteraan Mahasiswa atau pejabat yang ditunjuk akan memproses kasus seperti yang dimaksud melalui Komisi Disiplin Senat ITI, kepada pihak yang terbukti bersalah dikenakan sanksi akademik berupa pencabutan sementara dari statusnya atau tidak menutup kemungkinan dicabut statusnya secara permanen dari kemahasiswaannya di Institut Teknologi Indonesia 2. Institut Teknologi Indonesia tidak akan melarang pihak korban yang ingin memproses dan menyelesaikan kasus tersebut secara hukum.
- - 43
BAB XVII PERKELAHIAN DAN PENGANIAYAAN Pasal 76 1. Yang dimaksud dengan perkelahian adalah terjadinya saling memukul atau sekurang-kurangnya ada kontak fisik yang tidak diinginkan antara dua orang atau lebih. 2. Yang dimaksud penganiayaan adalah tindakan atau perbuatan paksaan atau kekerasan atas siapapun, baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat mencederai. 3. Yang dimaksud ancaman adalah tindakan yang membahayakan atau mengancam kesehatan atau keamanan seseorang atau tingkah laku yang menimbulkan rasa takut dan meresahkan, sehingga orang tersebut merasa terganggu untuk melakukan aktivitas di dalam kampus.
- - 44
BAGIAN KELIMA KOMISI DISIPLIN DAN TIM BIMBINGAN KONSELING INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
- - 45
BAGIAN KELIMA KOMISI DISIPLIN DAN TIM BIMBINGAN KONSELING INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA BAB XVIII ORGANISASI KOMISI DISIPLIN INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA Pasal 77 Komisi Disiplin adalah suatu badan non struktural di dalam senat ITI yang berfungsi untuk menegakkan norma dan peraturan kemahasiswaan serta bertindak sebagai penilai dalam kasus pelanggaran yang dilakukan oleh mahasiswa Institut Teknologi Indonesia, baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler. Struktur Organisasi Komisi Disiplin Pasal 78 Organisasi Komisi Disiplin berada di tingkat Pusat yang keanggotaannya terdiri dari: a. Ketua, b. Sekretaris, c. Anggota dari masing-masing Program Studi Pasal 79 Komisi Disiplin Senat ITI dapat dilengkapi dengan nara sumber yang mempunyai keahlian dan wawasan luas mengenai masalah-masalah hukum dan masalah-masalah lain yang berkaitan dengan kasus-kasus pelanggaran. BAB XIX TUGAS POKOK KOMISI DISIPLIN INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA Pasal 80 Komisi Disiplin mempunyai tugas: 1. 2. 3. 4. 5.
Memasyarakatkan norma dan peraturan kemahasiswaan yang berlaku; Mengumpulkan data yang berkaitan dengan laporan pelanggaran; Meneliti kasus pelanggaran; Mengevaluasi fakta-fakta yang diperoleh; Menyampaikan usulan cara penyelesaian masalah atau sanksi kepada Pimpinan Institut Teknologi Indonesia.
- - 46
BAB XX ORGANISASI TIM BIMBINGAN DAN KONSELING INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA Pasal 81 1. Bimbingan dan Konseling adalah lembaga atau badan non struktural yang berfungsi sebagai badan konsultasi resmi yang berorientasi kepada pembinaan kesejahteraan dalam masalah-masalah psikologis untuk mendukung dan meningkatkan prestasi akademik mahasiswa ITI. 2. Bimbingan dan Konseling dikelola oleh sebuah Tim Bimbingan Konseling yang diangkat dan bertanggungjawab kepada Rektor c.q Direktur Lembaga Pengembangan & Kesejahteraan Mahasiswa. 3. Tim Bimbingan dan Konseling dipimpin oleh seorang Ketua Tim. Pasal 82 Tim Bimbingan dan Konseling Institut Teknologi Indonesia dalam menjalankan tugasnya dapat dibantu oleh Dosen PA , Dosen Konselor yang telah mendapatkan sertifikat khusus dari Penataran Nasional Petugas Bimbingan dan Konseling untuk Perguruan Tinggi, Psikolog, Psikiater, Dokter dan tokoh agama sesuai dengan keperluan. Pasal 83 Unsur Bimbingan Konseling terdiri dari : 1. Badan Pembina Bimbingan Konseling Institut Teknologi Indonesia. 2. Badan Pelaksana Bimbingan Konseling Institut Teknologi Indonesia. Pasal 84 Badan Pembina Bimbingan dan Konseling terdiri dari: 1. Direktur Lembaga Pengembangan & Kesejahteraan Mahasiswa selaku Ketua (Ex Offisio) 2. Ketua Bimbingan dan Konseling Selaku Sekretaris (Ex Offisio) 3. Kepala Divisi Kesejahteraan & Organisasi Kemahasiswaan selaku Anggota (Ex offisio) 4. Ketua Progam Studi. Pasal 85 Badan Pelaksana Bimbingan dan Konseling terdiri dari: 1. Ketua; 2. Sekretaris; 3. Anggota;
- - 47
BAB XXI TUJUAN TIM BIMBINGAN DAN KONSELING INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA Pasal 86 Tujuan Tim Bimbingan dan Konseling ITI adalah sebagai berikut: 1. Membantu mahasiswa menambah wawasan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengenal dirinya dan mengenal lingkungan, khususnya kehidupan kampus. 2. Membantu mahasiswa menambah wawasan dan cara-cara mengelola waktu secara efektif dan efisien untuk kelancaran studinya. 3. Membantu mahasiswa menambah wawasan akan bimbingan dan perencanaan karier masa depan. 4. Membantu pengenalan dan pemecahan masalah.
BAB XXII TUGAS POKOK TIM BIMBINGAN DAN KONSELING INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA Pasal 87 Tugas Tim Bimbingan dan Konseling Institut Teknologi Indonesia adalah: 1. Memberikan pelayanan berupa bimbingan dan pembinaan kepada para mahasiswa dalam mengatasi permasalahan baik pribadi maupun kelompok, khususnya masalah yang bersifat non akademis (psikologis) yang tidak dapat diatasi oleh mahasiswa itu sendiri. 2. Melaksanakan pemeriksaan / Test Psikologi bagi mahasiswa baru atau mahasiswa yang memerlukannya baik secara individu maupun kelompok, dan menyimpan serta memelihara data psikologi yang dimiliki Institut Teknologi Indonesia. 3. Memberikan rekomendasi / referensi bagi mahasiswa untuk membantu memperoleh pemecahan masalah yang dihadapi mahasiswa. 4. Merencanakan dan mengevaluasi kegiatan kemahasiswaan sebagai bahan pertimbangan terhadap kebijakan pimpinan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan. 5. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan kemahasiswaan yang menarik minat mahasiswa dalam kaitannya dengan pembinaan dan Bimbingan Konseling.
- - 48
6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan bimbingan dan konsultasi mahasiswa baik dalam bidang akademik (kurikuler) maupun bidang non akademik (ekstra kurikuler) lainnya
Jenis Pelayanan Pasal 88 Pelayanan yang diberikan oleh Tim Bimbingan dan Konseling Institut Teknologi Indonesia dapat berupa : 1. Tes kepribadian untuk mengetahui struktur kepribadian mahasiswa (individu), 2. Konsultasi yang jika diperlukan dapat melibatkan orang tua mahasiswa, Profesi terkait (Ulama, Dokter atau tokoh masyarakat yang dianggap perlu).
- - 49
BAGIAN KEENAM PENGHARGAAN DAN SANKSI
- - 50
BAGIAN KEENAM PENGHARGAAN DAN SANKSI BAB XXIII PENGHARGAAN Pasal 89 1. Yang dimaksud dengan penghargaan ialah suatu bentuk tindakan atau kepedulian ITI kepada mahasiswa yang dinilai telah menunjukkan suatu prestasi akademik (kurikuler) maupun non akademik (ekstrakurikuler) yang dapat meningkatkan citra ITI dimasyarakat. 2. Penghargaan ITI diberikan kepada mahasiswa baik perorangan maupun kelompok/ organisasi kemahasiswaan yang telah dinilai mempunyai prestasi di bidang tertentu baik akademik (kurikuler) maupun non akademik (ekstrakurikuler) atau secara terus menerus dan konsisten telah mendukung dan membantu kegiatan pendidikan yang dapat dijadikan teladan bagi mahasiswa ITI. Jenis Penghargaan Pasal 90 1. Penghargaan yang diberikan oleh ITI kepada mahasiswa baik perorangan/ kelompok/ organisasi dapat berupa materi maupun nonmateri. 2. Jenis penghargaan yang diberikan ITI kepada mahasiswa antara lain sebagai berikut: a. Penghargaan Mahasiswa Terbaik; b. Penghargaan Mahasiswa Berprestasi Teladan atau Berprestasi Utama; c. Penghargaan Mahasiswa Karya Widya Utama; d. Jenis-jenis penghargaan yang lainnya diberikan oleh ITI atau pihak-pihak lain yang bekerjasama dengan ITI 3. Penghargaan yang diberikan kepada mahasiswa baik perorangan maupun kelompok/ organisasi yang berprestasi dapat diberikan berupa: a. Piagam penghargaan; b. Plakat; c. Beasiswa; d. Pembebasan biaya UPP sebesar 50% - 100% ; e. Asrama mahasiswa; f. Menjadi peserta kehormatan dalam suatau acara baik tingkat ITI maupun Nasional; g. Penghargaan dalam bentuk lain yang diberikan oleh ITI;
- - 51
BAB XXIV PEMILIHAN MAHASISWA TERBAIK
Penghargaan Mahasiswa Terbaik Pasal 91 Penghargaan mahasiswa terbaik diberikan kepada mahasiswa Jurusan /Program Studi yang memiliki Indeks Prestasi Akademik secara kumulatif tertinggi di Jurusan/Program Studi. 1. Penghargaan mahasiswa terbaik diberikan kepada mahasiswa dengan mekanisme penilaian yang telah ditentukan oleh Pimpinan ITI. 2. Mahasiswa Terbaik adalah mahasiswa yang meraih Indeks Prestasi (IP) tertinggi serta tidak pernah melanggar aturan yang berlaku di Institut Teknologi Indonesia. Mahasiswa terbaik dipilih dari setiap Jurusan/Program Studi.
Pasal 92 Sebagai Mahasiswa Terbaik diberikan penghargaan khusus pada acara Sidang Senat Terbuka ITI dalam rangka Upacara Penerimaan Mahasiswa Baru.
- - 52
BAB XXV PEMILIHAN MAHASISWA TELADAN/BERPRESTASI UTAMA Penghargaan Mahasiswa Teladan/Berprestasi Utama Pasal 93 1. Penghargaan mahasiswa teladan/berprestasi utama diberikan kepada mahasiswa yang dinilai telah menunjukkan prestasi di bidang non akademik (ekstrakurikuler). 2. Sebagai mahasiswa teladan/berprestasi utama harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Menyelesaikan tugas akademik enam semester; b. Usia pada saat penilaian tidak lebih 24 tahun; c. Memiliki Indeks Prestasi tertinggi. Pasal 94 1. Mahasiswa Teladan/Berprestasi Utama dipilih untuk memberikan contoh atau teladan bagi mahasiswa ITI. 2. Mahasiswa Teladan/Berprestasi Utama adalah mahasiswa yang meraih Indeks Prestasi (IP) tertinggi dan aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, serta tidak pernah melanggar peraturan yang berlaku. Pasal 95 Mahasiswa Teladan/Berprestasi Utama dipilih dari setiap Jurusan/Program Studi dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Mahasiswa Teladan/Berprestasi Utama tingkat Jurusan/Program Studi dipilih dari setiap juara di tingkat Jurusan kemudian diseleksi untuk menentukan Juara I, II, dan III tingkat Institut.
Pasal 96 Pemilihan Mahasiswa Teladan/Berprestasi Utama dilakukan setiap tahun akademik oleh Pimpinan Institut Teknologi Indonesia sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh Direktorat Kemahasiswaan, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Pasal 97 Sebagai Mahasiswa Teladan/Berprestasi Utama diberikan penghargaan khusus pada acara Sidang Senat ITI dalam rangka Upacara Penerimaan Mahasiswa Baru.
- - 53
BAB XXVI MAHASISWA KARYA WIDYA UTAMA Pasal 98 Mahasiswa Karya Widya Utama adalah Mahasiswa terbaik yang aktif melakukan kegiatan penelitian, aktif menulis karya ilmiah, dipilih dari setiap Jurusan/Program Studi di lingkungan Institut Teknologi Indonesia. Pasal 99 Pemilihan mahasiswa Karya Widya Utama dilakukan setiap tahun akademik oleh Pimpinan Institut Teknologi Indonesia sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh Direktorat Kemahasiswaan, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
BAB XXVII PRESTASI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER Pasal 100 Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan non akademik yang penyelenggaraannya dimaksudkan untuk mendukung kegiatan akademik bagi mahasiswa Institut Teknologi Indonesia yang berkaitan dengan minat dan bakat mahasiswa di bidang ilmiah, olahraga, kesenian, agama, Sosial Kemasyarakatan, ketahanan dan kejuangan. Pasal 101 Kegiatan kemahasiswaan Institut Teknologi Indonesia wajib dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan diupayakan agar memperoleh manfaat serta daya guna yang tinggi bagi mahasiswa baik prorangan maupun kelompok/organisasi serta bermanfaat bagi kegiatan akademik di ITI.
- - 54
BAB XXVIII BEASISWA Umum Pasal 102 Beasiswa adalah bantuan pendidikan yang diberikan kepada mahasiswa yang memiliki potensi dan prestasi akademik baik. 1. Beasiswa diberikan kepada mahasiswa dapat bersifat: a. Mengikat (ikatan dinas); b. Tidak mengikat. Pasal 103 Maksud dan tujuan pemberian beasiswa adalah: a. Mendorong prestasi studi mahasiswa baik dalam bidang kurikuler (akademik) maupun ekstrakurikuler (non akademik); b. Menumbuhkan kepedulian terhadap almamater; c. Membantu biaya studi mahasiswa. Pasal 104 Beasiswa dapat diberikan kepada mahasiswa untuk kategori: a. Berprestasi akademik tinggi; b. Berprestasi akademik tinggi dan aktif dalam kegiatan kemahasiswaan; c. Berpotensi tetapi tidak ditunjang oleh kemampuan ekonomi yang memadai; Beasiswa hanya dapat diberikan kepada mahasiswa yang terdaftar dalam semester yang sedang berjalan. Pasal 105 Pemberi beasiswa adalah Instansi Pemerintah, Swasta, Yayasan, atau Perorangan. Pasal 106 1. Jangka waktu pemberian beasiswa adalah 6 (enam) bulan sampai dengan 12 (dua belas) bulan atau sesuai dengan ketetapan instansi/lembaga pemberi beasiswa. 2. Setelah berakhirnya periode pemberian beasiswa pada kesempatan berikutnya penerima beasiswa dapat mengajukan permohonan perpanjangan beasiswa untuk periode berikutnya selama memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh pemberi beasiswa.
- - 55
Pasal 107 Permohonan untuk mendapatkan beasiswa wajib dilakukan melalui prosedur yang telah ditetapkan oleh Institut Teknologi Indonesia. Penerima Beasiswa Pasal 108 1. Mahasiswa yang berhak mengajukan permohonan beasiswa adalah: a. terdaftar pada semester yang sedang berjalan dengan menunjukkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) yang berlaku; b. tidak sedang atau akan mengambil cuti akademik; c. tidak terkena sanksi administratif maupun sanksi akademik lainnya; d. tidak sedang menerima ikatan dinas atau beasiswa lainnya pada periode yang sama; e. mengikuti prosedur yang berlaku. 2. Pemilihan calon penerima beasiswa didasarkan atas sistem nilai (skor) yang ditentukan dengan mempertimbangkan unsur Indeks Prestasi (IP) akademik, kondisi sosial ekonomi orang tua atau wali. Pasal 109 Penerima beasiswa berkewajiban untuk: 1. Menunjukkan perilaku yang baik menurut Tata Tertib yang berlaku di ITI; 2. Belajar dan berusaha meningkatkan prestasi akademik; 3. Menyampaikan laporan kemajuan studi pada akhir semester kepada Rektor c.q. Direktur Lembaga Pengembangan & Kesejahteraan Mahasiswa dan pemberi beasiswa (penyandang dana). Pengambilan dan Penghentian Beasiswa Pasal 110 Pengambilan beasiswa dilaksanakan tiap-tiap bulan atau sesuai dengan ketetapan lain sampai dengan akhir periode beasiswa pada tempat yang telah ditentukan. Pasal 111 Beasiswa dapat dihentikan pemberiannya sebelum jangka waktunya berakhir apabila : 1. Penerima beasiswa terbukti melanggar ketentuan atau peraturan/tata tertib yang berlaku di Institut Teknologi Indonesia; 2. Penerima beasiswa telah menyelesaikan studi di Institut Teknologi Indonesia; 3. Tidak terdaftar lagi sebagai mahasiswa Institut Teknologi Indonesia; 4. Terbukti menerima beasiswa. ikatan dinas, atau tunjangan belajar lainnya yang dikelola Institut Teknologi Indonesia; 5. Terbukti permohonan beasiswa dibuat/diisi tidak benar dengan pemalsuan data.
- - 56
Pasal 112 Beasiswa bagi mahasiswa diatur oleh Kepala Divisi Kesejahteraan & Organisasi Kemahasiswaan yang berkoordinasi dengan Ketua Jurusan/Program Studi.
Beasiswa Kerja Pasal 113 1. Beasiswa kerja merupakan bantuan ITI dan/atau Instansi lain kepada mahasiswa yang benar-benar membutuhkan. 2. Penerima beasiswa kerja sesuai dengan ayat l(satu) di atas wajib melaksanakan tugas-tugas pekerjaan sesuai dengan ketentuan beasiswa kerja yang ditetapkan oleh ITI dan Instansi pemberi beasiswa
- - 57
BAB XXIX ASRAMA KETENTUAN UMUM Pasal 114
1. Asrama merupakan sarana dan bagian terpadu dari sistem pendidikan di ITI ; 2. Sebagai sarana pendidikan, Asrama mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Tempat pelatihan disiplin dan etos kerja yang dibutuhkan dalam proses belajar; b. Tempat pembentukan rasa kebersamaan bagi mahasiswa yang berasal dari lingkungan sosial, kebudayaan, dan ekonomi yang berbeda. Pasal 115 1. Asrama Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia terdiri dari gedung-gedung untuk tempat tinggal mahasiswa putra dan untuk tinggal mahasiswa putri. 2. Gedung Asrama putra berdiri terpisah dengan Gedung Asrama putri.
Pasal 116 1. Kebijaksanaan pengelolaan Asrama Mahasiswa ditentukan oleh Dewan Pembina Asrama yang terdiri dari: a. Direktur Lembaga Pengembangan & Kesejahteraan Mahasiswa, selaku Ketua; b. Direktur Penunjang Akademik selaku Sekretaris c. Kepala Divisi Kesejahteraan & Organisasi Kemahasiswaan selaku Anggota; d. Kepala Bidang Beasiswa, Asrama & Konseling selaku Anggota. e. Para Dosen Pendamping UKM,UKK dan HMJ selaku Anggota; f. Penata Usaha Asrama selaku Anggota; g. Beberapa tokoh masyarakat yang dianggap perlu, sebagai Anggota. 2. Kepala Bidang Beasiswa, Asrama & Konseling adalah penanggung jawab keseluruhan pengelolaan Asrama Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia. 3. Dalam menjalankan tugasnya Kepala Bidang Beasiswa, Asrama & Konseling dibantu oleh Penata Usaha Asrama. 4. Koordinator Asrama Mahasiswa diangkat dan bertanggung jawab kepada Rektor c.q. Kepala Divisi Kesejahteraan & Organisasi Kemahasiswaan.
- - 58
Pasal 117 1. Mahasiswa yang dapat menjadi penghuni Asrama adalah mahasiswa yang memenuhi syarat sebagai berikut: a. Belum menikah; b. Terdaftar pada tahun akademik yang sedang berjalan; c. Tidak dalam status cuti akademik; d. Tidak terkena sanksi administratif, maupun sanksi akademik. 2. Penentuan/penerimaan mahasiswa sebagai penghuni Asrama dilakukan oleh Tim yang ditetapkan oleh Direktur Lembaga Pengembangan & Kesejahteraan Mahasiswa atau pejabat yang ditunjuk dengan menggunakan prosedur penilaian yang telah ditentukan berdasarkan aturan dan kriteria yang berlaku. 3. Izin tinggal di Asrama pada dasarnya hanya berlaku untuk 1 (satu) tahun berdasarkan Surat Keputusan Rektor. 4. Izin tinggal dapat dipertimbangkan untuk diperpanjang sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku.
Pasal 118 Setiap penghuni asrama berhak mendapatkan fasilitas berupa : 1. Perlengkapan : a. Tempat tidur; b. Meja dan kursi belajar; c. Lemari pakaian; 2. Pelayanan: a. Administrasi ketatausahaan; b. Pembersihan ruangan umum, halaman dan gedung. 3. Sarana olahraga bersama yang tersedia
Pasal 119 1. Setiap penghuni asrama wajib membayar uang iuran asrama sesuai dengan peraturan. 2. Setiap penghuni asrama wajib mentaati peraturan dan tata tertib Asrama dan tata tertib yang berlaku di ITI. Pasal 120 1. Wakil penghuni arsrama adalah seorang yang mewakili penghuni dari masingmasing gedung atau asrama. 2. Pengajuan rencana kegiatan yang mengatasnamakan Asrama atau penghuni dilakukan oleh wakil penghuni. - - 59
3. Setiap rencana kegiatan harus mendapat persetujuan atau izin dari Kepala Bidang Beasiswa, Asrama & Konseling. 4. Kegiatan penghuni asrama yang mengikutsertakan mahasiswa PTN/PTS di luar ITI hanya dilakukan atas undangan yang dilakukan oleh Direktur Lembaga Pengembangan & Kesejahteraan Mahasiswa.
Pasal 121 1. Seorang penghuni asrama harus meninggalkan asrama apabila yang bersangkutan: a. Tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana tercantum dalam pasal 117 di atas; b. Menunggak pembayaran iuran asrama lebih dari 3 (tiga) bulan berturutturut c. Meninggalkan asrama lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus menerus tanpa alasan yang kuat; d. Dianggap telah melakukan pelanggaran terhadap peraturan dan tata tertib yang berlaku di ITI; e. Telah lulus dari ITI; 2. Seorang penghuni asrama yang dinyatakan keluar sebagai penghuni wajib mengembalikan semua barang inventaris asrama.
BAB XXX PEMBINAAN PENGHUNI ASRAMA Pasal 122 Pembinaan penghuni Asrama dikoordinir oleh Kepala Bidang Beasiswa, Asrama & Konseling. Pasal 123 Penghuni asrama Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia tidak dibenarkan melakukan tindakan-tindakan yang bertujuan untuk menghalang-halangi, merintangi, mencegah petugas asrama memasuki ruangan huniannya di saat petugas Asrama Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia tersebut sedang menjalankan tugas, kewajiban atau tanggung jawabnya. Pasal 124 Hal-hal lain yang belum diatur dalam peraturan ini akan ditetapkan dalam surat Keputusan Rektor.
- - 60
BAB XXXI SANKSI Pasal 125 1. Sanksi adalah suatu tindakan yang diberikan kepada mahasiswa karena terbukti melakukan pelanggaran terhadap aturan yang berlaku.Tujuan dikenakan sanksi terhadap suatu pelanggaran adalah untuk memberikan pengertian mengenai adanya aturan yang harus diikuti, memberi peringatan terhadap tindakan yang salah serta sanksi tersebut menjadi peringatan tidak hanya pada mahasiswa yang melanggar tetapi juga bagi mahasiswa lain, supaya tidak melakukan pelanggaran aturan yang ada. 2. Sanksi dapat diberikan kepada perorangan, organisasi, penanggung jawab organisasi/kepanitiaan. Pasal 126 1. Sanksi diberikan kepada perorangan atau Organisasi atas tindakan atau perbuatan yang terbukti melanggar peraturan institusi, sehingga diharapkan tidak terjadi lagi pelanggaran yang dilakukan oleh yang bersangkutan atau mahasiswa lain. 2. Jenis sanksi yang dijatuhkan tergantung dari jenis kesalahan/pelanggaran yang dilakukan
Pasal 127 1. Jenis-jenis sanksi, berdasarkan urutan dari yang paling ringan sampai yang paling berat: a. Sanksi-sanksi administratif terdiri dari: 1. Teguran (lisan): 2. Peringatan (tertulis); 3. Penghentian sementara kegiatan organisasi;pencabutan izin kegiatan; 4. Pencabutan fasilitas kegiatan dan pelayanan administratif; 5. Ganti rugi; 6. Pembubaran organisasi. b. Sanksi-sanksi akademik terdiri dari: 1. Peringatan (tertulis); 2. Dikeluarkan dari kegiatan perkuliahaan; 3. Pengurangan nilai; 4. Pembatalan nilai dan dinyatakan tidak lulus; 5. Dikenakan status sebagai mahasiswa percobaan; 6. Penghentian sementara status sebagai mahasiswa; 7. Pencabutan status mahasiswa secara permanen. 2. Pengulangan pelanggaran baik yang telah dilakukan sendiri maupun yang telah dilakukan oleh orang lain dapat dikenai sanksi yang lebih berat. Jenis pelanggaran ini diancam dengan sanksi dikeluarkan dari ITI - - 61
Pasal 128 Institut Teknologi Indonesia dapat memberikan sanksi yang setinggi-tingginya berupa pencabutan status kepada mahasiswa secara permanen jika: 1. Terbukti melakukan pemalsuan. 2. Terbukti melakukan pelanggaran terhadap kegiatan akademik terutama Joki baik di Institut Teknologi Indonesia maupun di luar Institut Teknologi Indonesia. 3. Terbukti melakukan pelanggaran terhadap kode kehormatan mahasiswa ITI berupa: a. Memaksa / menakut-nakuti / melawan / mengancam /mengintimidasi; b. Mengganggu secara langsungjalannya kegiatan ITI dengan cara kekerasan; c. Menghasut atau mengadu domba; d. Melakukan pencurian; e. Merusak barang/perlengkapan/gedung milik ITI; f. Melakukan pembunuhan; g. Menggunakan/mengedarkan obat-obat terlarang (Narkotika dan sejenisnya); h. Menyalahgunakan senjata tajam yang mengakibatkan kecelakaan orang lain; i. Membawa atau menggunakan senjata api tanpa izin dari instansi terkait; j. Melakukan tindakan a-susila; k. Melakukan perjudian; l. Melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku di ITI Secara sistematis atau sengaja. m. Melakukan pelanggaran terhadap hukum yang berlaku di Negara Republik Indonesia. n. Melakukan perkelahian, penganiayaan dengan tangan kosong atau dengan menggunakan senjata ataupun menyuruh orang lain untuk memukul, menganiaya orang lain. o. Merusak nama baik ITI akibat tindakannya di dalam atau di luar kampus.
Pasal 129 Dalam menjatuhkan sanksi terhadap mahasiswa atau organisasi mahasiswa yang melakukan tindakan/perbuatan pelanggaran terhadap ketentuan/peraturan/norma yang berlaku di Institut Teknologi Indonesia ditempuh prosedur sebagai berikut: 1. Komisi Disiplin menerima laporan dari pejabat atau petugas yang berwenang atau anggota sivitas akademika lainnya mengenai terjadinya pelanggaran terhadap peraturan, tata tertib atau norma yang berlaku baik secara lisan maupun tertulis. 2. Pemeriksaan. penelitian dan evaluasi terhadap laporan tersebut pada ayat 1, dilakukan Komisi Disiplin untuk membuktikan apakah laporan tersebut perlu diproses lebih lanjut atau tidak. 3. Komisi Disiplin setelah melakukan pemeriksaan, penelitian dan evaluasi adanya pelanggaran oleh mahasiswa yang bersangkutan dan yang terkait, dapat dipanggil
- - 62
4.
5. 6.
7.
8.
untuk memberikan data dan informasi mengenai pelanggaran yang dilengkapi dengan Berita Acara Pemeriksaan. Komisi Disiplin dapat memberikan rekomendasi mengenai sanksi bagi pelaku pelanggaran yang disampaikan kepada Rapat Pimpinan Institut Teknologi Indonesia. Pengambilan keputusan oleh Rapat Pimpinan Institut Teknologi Indonesia setelah mempertimbangkan rekomendasi dari Komisi Disiplin. Untuk pelanggaran di tingkat Jurusan, dilakukan prosedur seperti pada ayat 1 s.d. 5 di atas di Jurusan yang bersangkutan (lihat gambar terlampir mengenai prosedur jatuhnya sanksi) Jika kasus pelanggaran yang dilakukan oleh mahasiswa ITI baik di dalam maupun di luar kampus dan telah terbukti secara nyata serta telah diproses oleh lembaga peradilan atau kepolisian sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, sanksi kepada mahasiswa baik perorangan, kelompok atau organisasi dapat diputuskan melalui Rapat Pimpinan tanpa lebih dahulu dilakukan pemeriksaan, penelitian dan evaluasi oleh Komisi Disiplin. Untuk pelanggaran yang berkaitan dengan perkuliahaan/ujian sanksi dapat dijatuhkan oleh dosen yang bertanggung jawab secara langsung sesuai dengan norma pendidikan yang berlaku di ITI. (Prosedur Pemeriksaan dan prosedur jatuhnya sanksi berdasarkan jenis pelanggaran dapat dilihat pada bagan terlampir) BAB XXX1I PENUTUP Pasal 130 1. Hal-hal yang belum jelas dan belum diatur dalam buku ini akan ditetapkan dalam suatu ketentuan tersendiri. 2. Perubahan kode kehormatan mahasiswa ITI ini dilakukan bilamana dipandang perlu dan dilakukan atas usul sivitas akademika melalui Rektor setelah mendapat pertimbangan Senat Institut. 3. Segala peraturan dan ketentuan Institut Teknologi Indonesia yang mengatur halhal yang sama dan bertentangan dengan peraturan ini dinyatakan tidak berlaku lagi.
- - 63
- - 64
PROSEDUR JATUHNYA SANKSI BERDASARKAN JENIS PELANGGARAN
START
JENIS
PELANGGARAN DALAM KEGIATAN AKADEMIK YANG SECARA LANGSUNG DIKETAHUI OLEH DOSEN YANG BERTANGGUNG JAWAB
PELANGGARAN YANG TELAH TERBUKTI OLEH PROSES PENGADILAN
EKSEKUSI SANKSI OLEH DOSEN YANG BERSANGKUTAN / YANG BERWEWENANG
LAPORAN KOMISI DISIPLIN KE RAPIM ITI
STOP
PELANGGARAN YANG DIKETAHUI KARENA ADANYA PELAPORAN
TINGKAT PUSAT
JURUSAN
PEMBAHASAN TINGKAT JURUSAN
PEMBAHASAN TINGKAT PUSAT (ITI)
ANALISA DAN EVALUASI
ANALISA DAN EVALUASI
LAPORAN KHUSUS KE KOMDIS
LAPORAN KHUSUS KE KOMDIS
PROSEDUR PEMERIKSAAN OLEH KOMDIS
PROSEDUR PEMERIKSAAN OLEH KOMDIS
DISTRIBUSI KEPUTUSAN/ SK/ SANKSI
DISTRIBUSI KEPUTUSAN/ SK/ SANKSI
PEMBAHASAN DAN SKSEKUSI / SK SANKSI OLEH RAPIM ITI
STOP
STOP STOP
- - 64
PROSEDUR PEMERIKSAAN KOMISI DISPLIN
LAPORAN KHUSUS STOP
PELAKSANA
Sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan
SALAH
STOP
ANALISA DAN EVALUASI BENAR
KOMDIS + Tim Khusus
PEMANGGILAN TERHADAP PELANGGARAN DAN YANG BERKAITAN
Mahasiswa, Dosen, Orangtua, Karyawan, dll
PEMERIKAAN
KOMDIS + Tim Khusus
DATA PEMERIKAAN
KOMDIS + Tim Khusus
ANALISA DAN EVALUASI TERBUKTI
KOMDIS + Tim Khusus
TIDAK
PEMBERITAHUAN PELANGGARAN
KOMDIS + Tim Khusus
REKOMENDASI SANKSI
KOMDIS + Tim Khusus
RAPIMITI / RAPIM JURUSAN / RAPIM FAKULTAS
-
Pimpinan ITI Pimpinan Fakultas Pimpinan Jurusan
PEMBERITAHUAN SANKSI ADA DATA TAMBAHAN
PEMBELAAN TIDAK ADA DATA BARU
KEPUTUSAN / SK / SANKSI
STOP
Mahasiswa Kena Sanksi
Pimpinan ITI Dekan dan Rektor
- - 65