BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dewan
Mahasiswa
dan
Majelis
Mahasiswa
merupakan
lembaga
kemahasiswaan tingkat universitas pertama kali dikenalkan sekitar 1952 pada jamannya Kusnadi Hardjosoemantri dan Emil Salim. Dewan Mahasiswa ini sangat independen, dan merupakan kekuatan yang cukup diperhitungkan sejak awal kemerdekaan hingga masa Orde Baru berkuasa. Ketua Dewan Mahasiswa selalu menjadi kader pemimpin nasional yang diperhitungkan pada jamannya.
Dewan Mahasiswa berfungsi sebagai lembaga eksekutif, sedangkan yang menjalankan fungsi legislatifnya adalah Majelis Mahasiswa. Di fakultas-fakultas dibentuklah Komisariat Dewan Mahasiswa (KODEMA), atau di beberapa perguruan tinggi disebut Senat Mahasiswa. Para Ketua Umum KODEMA atau Ketua Umum Senat Mahasiswa ini secara otomatis Mewakili Fakultas dalam Majelis Mahasiswa. Keduanya dipilih secara langsung dalam pemilu badan keluarga mahasiswa untuk masa jabatan tertentu. Sedangkan Ketua Umum Dewan Mahasiswa dipilih dalam Sidang Umum Majelis Mahasiswa.
Begitu juga halnya di Universitas Sumatera Utara, setelah diresmikan sebagai Perguruan Tinggi Negeri tahun 1957 oleh Presiden Soekarno, secara resmi penggunaan Dewan Mahasiswa sebagai organisasi kemahasiswaan tingkatan universitas. DEMA memerankan sebagai pusat gerakan mahasiswa di tingkatan
13 Universitas Sumatera Utara
universitas untuk memobilisasi gerakan Mahasiswa USU. Sebagai gerakan internal kampus, DEMA juga melakukan gerakan politiknya mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak populis. Peranan
Dewan
Mahasiswa
sedikit
banyak
mempengaruhi
proses
pengambilan kebijakan baik di kampus maupun di tingkatan Provinsi Sumatera Utara. Dilibatkannya DEMA USU dalam kancah gerakan mahasiswa nasional dalam menyikapi isu-isu nasional adalah sebagai bentuk apresiasi DEMA universitas lain terhadap DEMA USU untuk memperkuat isu gerakan yang dibangun sebagai representasi wilayah Sumatera Utara. Gerakan Malari 1974 adalah salah satu isu nasional. DEMA USU ikut menyuarakan penolakan mahasiswa terhadap kedatangan PM Jepang ke Indonesia dalam rangka membicarakan proyek investasi Jepang dibidang industry otomotif. Masa Dewan Mahasiswa dan juga Majelis Mahasiswa di Indonesia berakhir pada tahun 1978-an ketika pemerintah memberangus aksi kritis para mahasiswa dan Dewan Mahasiswa dibekukan. Kegiatan politik di dalam kampus juga secara resmi dilarang. Kebijakan itu dikenal dengan nama kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dan pengganti lembaga tersebut adalah Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) buntut dari diberlakukannya kebijakan NKK/BKK adalah pembubaran Dewan Mahasiswa, sehingga beberapa fungsionaris Dewan Mahasiswa
14 Universitas Sumatera Utara
USU dijerat di pengadilan dengan dalih melakukan tindakan makar sebab terlibat dalam gerakan Malari. 1
Pemerintah dalam hal ini melalui Pangkopkamtib Soedomo melalui SK bernomor SKEP/02/KOPKAMTIB/I/1978 melakukan pembekuan atas lembaga Dewan Mahasiswa, dan selanjutnya tindakan pemerintah terhadap kampus diserahkan kepada menteri P&K Dooed Yusuf yang dilantik 29 Maret 1978 dalam kesempatan itu pula mengeluarkan Kebijakan No.0156/U/1978 mengenai NKK yang resmi diberlakukan 19 April 1978. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai secara nyata dapat membahayakan posisi rezim. sebagai gantinya pemerintah membentuk struktur keorganisasian baru yang disebut BKK. Berdasarkan SK menteri P&K No.037/U/1979 kebijakan ini membahas tentang Bentuk Susunan Lembaga Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi, dan dimantapkan dengan penjelasan teknis melalui Instruksi Dirjen Pendidikan Tinggi tahun 1978 tentang pokok-pokok pelaksanaan penataan kembali lembaga kemahasiswaan di Perguruan Tinggi. 2
Kebijakan BKK itu secara implisif sebenarnya melarang dihidupkannya kembali Dewan Mahasiswa, dan hanya mengijinkan pembentukan organisasi mahasiswa tingkat fakultas (Senat Mahasiswa Fakultas-SMF) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF). Namun hal yang terpenting dari SK ini terutama 1
Tempo, 10 Februari 1979. Hariyadhie, Perspektif Gerakan Mahasiswa 1978 dalam Percaturan Politik Nasional, Jakarta: PT. Golden Terrayon Press, 1994, hlm. 151. 2
15 Universitas Sumatera Utara
pemberian wewenang kekuasaan kepada rektor dan pembantu rektor untuk menentukan kegiatan mahasiswa, yang menurutnya sebagai wujud tanggung jawab pembentukan, pengarahan, dan pengembangan lembaga kemahasiswaan. 3 Melihat hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai latar belakang terjadinya perubahan sistem pemerintahan mahasiswa di USU sebagai obyek penelitian sejarah ilmiah. Penelitian ini dapat dilakukan karena terdapatnya sumber-sumber yang bisa dijadikan data penunjang dalam melakukan penelitian. Sumber-sumber yang dimaksud berupa informasi tentang sistem pemerintahan mahasiswa yang terdapat dalam buku, skripsi ataupun artikel –artikel dalam media masa baik lokal ataupun nasional. Selain itu sumber lisan juga masih memungkinkan dicari. Atas dasar pemikiran diatas maka penelitian ini diberi judul DARI DEWAN MAHASISWA HINGGA KE PEMERINTAHAN MAHASISWA Perubahan Organisasi Kemahasiswaan Universitas Sumatera Utara (1958-1999). Alasan Pembatasan periodesasi penelitian dari tahun 1958-1999 dikarenakan tahun 1958 adalah awal lahirnya organisasi kemahasiswaan Universitas Sumatera Utara. 1.2 Rumusan Masalah Keobyektifan suatu penelitian tidak terlepas dari pemilihan topik tertentu sebagai acuan pembahasan. Pemilihan topik tersebut harus dibatasi dan dikonsep dalam rumusan masalah yang nantinya menjadi alur dalam penulisan. Adapun
3
Ibid.,hlm. 152
16 Universitas Sumatera Utara
rumusan masalah dari penelitian “DARI DEWAN MAHASISWA HINGGA KE PEMERINTAHAN MAHASISWA Perubahan Organisasi Kemahasiswaan Universitas Sumatera Utara (1958-1999)” adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana bentuk organisasi kemahasiswaan Universitas Sumatera Utara sebelum terbentuknya Dewan Mahasiswa tahun 1958? 2. Bagaimana perkembangan Dewan Mahasiswa sejak terbentuknya tahun 1958 hingga beralih menjadi Senat Mahasiswa Fakultas 1981? 3. Bagaimana perkembangan organisasi kemahasiswaan Universitas Sumatera Utara sejak Senat Mahasiswa Fakultas tahun 1981 hingga terbentuknya Pemerintahan Mahasiswa 1999? 1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian Setelah merumuskan masalah yang menjadi landasan pembahasan oleh penulis. Maka selanjutnya yang harus dilakukan adalah mentukan tujuan dan manfaat dari penelitian. Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bentuk organisasi kemahasiswaan Universitas Sumatera Utara sebelum terbentunya Dewan Mahasiswa 1958. 2. Untuk mengetahui perkembangan Dewan Mahasiswa sejak terbentuknya tahun 1958 hingga beralih menjadi Senat Mahasiswa Fakultas 1981.
17 Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui perkembangan organisasi kemahasiswaan Universitas Sumatera Utara sejak Senat Mahasiswa Fakultas tahun 1981 hingga terbentuknya Pemerintahan Mahasiswa 1999. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Diharapkan penelitian ini dapat menambah perbendarahan khazanah sejarah khususnya sejarah oraganisasi mahasiswa. 2. Sebagai bahan acuan perbandingan antar sistem lembaga pemerintahan mahasiswa di USU demi tercapainya kemajuan oraganisasi mahasiswa. 3. Diharapkan melalui penulisan ini dapat menjadi sebuah acuan pengembagan organisasi mahasiswa.
1.4 Tinjauan Pustaka Sebuah penelitian ilmiah tentu tidak terlepas dari tinjauan pustaka yang berguna sebagai informasi dalam menentukan sumber-sumber yang relevan dengan obyek penelitian. Sumber-sumber ini bisa berupa karya ilmiah ,buku-buku, ataupun dokumen-dokumen terkait. Adapun buku yang digunakan serta yang penulis anggap membantu adalah sebagai berikut: yang pertama buku yang berjudul Patah Tumbuh Hilang Berganti: Sketsa Gerakan Mahasiswa dalam Politik dan Sejarah Indonesia (1908-1998 ) karya Adi Suryadi Culla. Buku ini merupakan kajian mengenai sejarah gerakan mahasiswa di Indonesia. Didalam buku ini juga banyak penjelasan tentang kondisi sosial politk gerakan mahasiswa mulai dari awal mula organisasi modern
18 Universitas Sumatera Utara
pertama di Indonesia, juga membicarakan peristiwa yang terjadi dalam gerakan mahasiswa, juga banyak terdapat analisis mengenai kondisi gerakan mahasiswa yang tentunya membantu penulis untuk memahami kajian organisasi terutama organisasi mahasiswa. Buku yang kedua buku karangan Francois Railon yang berjudul Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia: Pembentukan dan Konsolidasi Orde Baru 1966-1974 yang memberikan banyak analisa mengenai kondisi gerakan mahasiswa pasca Orde Lama (masa Soekarno) hingga sampai pada masa Orde Baru (masa Soeharto), buku ini juga menyajikan penjelasan suasana dinamika dunia kampus sepanjang masa tansisi kekuasaan.
Tentunya buku ini akan sangat membantu penulis untuk
memahami kondisi organisasi mahasiswa pada awal kejatuhan Sukarno yang digagas oleh mahasiswa serta perlawan organisasi mahasiswa pengusung paham Soekarnois. Buku ketiga adalah karangan Hariyadhie yang berjudul Perspektif Gerakan Mahasiswa 1978 dalam Percaturan Politik Nasional, dalam buku tersebut gambaran kondisi gerakan mahasiswa setelah pecahnya gerakan Malari 1974, juga menuliskan hubungan gerakan mahasiswa dengan pemerintah hingga menjelaskan reaksi mahasiswa setelah diberlakukannya kebijakan NKK/BKK. Tentunya buku ini sangat akan membantu penulis dalam memahami kondisi gerakan mahasiswa khususnya gerakan mahasiswa intra kampus dalam hal ini dewan mahasiswa.
19 Universitas Sumatera Utara
1.5 Metode Penelitian Dalam setiap penelitian ilmiah memiliki metodologi, demikian juga dengan penelitian sejarah. Dimana metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kitis rekaman peninggalan masa lampau. 4 Adapun Tahaptahap yang dilakukan dalam penelitian sejarah sebagai berikut: 1. Heuristik, yaitu tahap awal untuk mencari data-data melalui berbagai sumber dan relevan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam tahap heuristik sumber data dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu : • Studi lapangan (field research). Data-data dapat diperoleh melalui wawancara. Wawancara dilakukan secara terbuka dengan berbagai informan baik itu secara perorangan maupun lembaga.
Melalui
pertanyaan-pertanyaan
yang
diajukan
diharapkan penelitian ini akan lebih mendalam dan objektif. Maka dalam melakukan wawancara penulis akan mendaftar informan-informan yang penulis anggap berkompeten, seperti M. Yusuf Hanafiah (MSU), Daniel Ismet Nasution (aktivis DEMA USU), drg. Syaiful Anwar(Aktivis SMF), Yosrizal (aktivis SMF), Rasyid Assyaf Dongoran (aktivis SMF), Ridwan Hanafiah (aktivis SMF),Elvi Sumanti (aktivis SMPT), Hamdan (aktivis SMPT), Khairul Munadi (Aktivis SMPT),
4
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985, hlm. 32.
20 Universitas Sumatera Utara
Eko Maulijar (aktivis PEMA), Syafrizal Helmi Nasution (aktivis PEMA) dan lain-lain lagi, yang penulis harapkan melalui informan-informan di atas dapat menuntun penulis kepada informan-informan baru nantinya. • Studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan informasi diperoleh dengan membaca berbagai buku, dokumen, arsip, dan
lain sebagainya yang mendukung
penulisan ini. Buku-buku yang digunakan berasal dari Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan Perpustakaan Daerah Sumatera Utara sedangkan arsip ataupun dokumen diperoleh melalui Biro Rektor itu sendiri. 2. Verifikasi, merupakan proses yang dilakukan peneliti untuk mencari nilai kebenaran data sehingga dapat menjadi penelitian yang objektif (fakta), verifikasi terdiri dari intern (kredibilitas) serta ekstern (autensitas dan originalitas). 3.
Interpretasi,
yaitu
tahap
dimana
peneliti
berusaha
untuk
menghubungkan fakta-fakta sehingga menimbulkan pemahaman dan penafsiran. Melaui pemahaman dan penafsiran inilah melahirkan suatu karya dalam bentuk penulisan sejarah. 4.
Historiografi, yaitu tahap akhir dalam metode sejarah. Dimana peneliti menuliskan fakta-fakta sejarah yang telah ditemukan serta telah melewati tahap selanjutnya lalu disusun dan ditempatkan dalam suatu urutan kronologis dalam merekontruksi peristiwa. 21 Universitas Sumatera Utara