KODE GENETIK (KODON) SEBAGAI BUKTI DARI KONSEP TAT TWAM ASI (SUATU KAJIAN LINTAS DOMAIN) Oleh Dewa Nyoman Redana1 Abstrak: Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mendeskripsikan definisi dari Tat Twam Asi menurut filosofi Hindu dan keterkaitan antara kode genetik (kodon) pada makhluk hidup dengan konsep Tat Twam Asi. Untuk mencapai tujuan ini, digunakan metode pengkajian pustaka di dalam penelusuran informasi-informasi yang relevan. Dari hasil kajian pustaka dapat disimpulkan bahwa Tat Twam Asi menurut filosofi Hindu berarti kamu adalah saya, dan saya adalah kamu, atau dalam skup yang lebih luas berarti semua makhluk hidup pada hakikatnya adalah sama, dan kode genetik (kodon) pada hakikatnya sangat berkaitan dengan konsep Tat Twam Asi. Dengan kata lain, kode genetik (kodon) merupakan bukti nyata dari konsep Tat Twam Asi. Kata kunci: Kodon, Tat Twam Asi, dan lintas domain. 1) Dewa Nyoman Redana adalah staf edukatif pada Universitas Panji Sakti Singaraja. Pendahuluan Manusia sebagai makhluk sosial pada hakikatnya sangat sehaluan dengan konsep filosofia civilis dalam kajian filsafat ilmu. Filosofia civilis pada hakikatnya menyatakan manusia dalam melakukan interaksi di alam ini, selalu memerlukan manusia yang lainnya sebagai teman untuk berkomunikasi, melakukan pertimbangan-pertimbangan logis, bergotong royong, dan aktivitas biologis lainnya. Bahkan Tirta (1998) menyatakan manusia sebagai makhluk sosial akan tunduk dengan adat istiadat, hukum, konvensi, dan aturan-aturan yang berlaku di masyarakat di mana manusia itu berpijak. Keharmonisan hubungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya merupakan ciri khas ketentraman masyarakat setempat. Lebih lanjut Sudirga et al. (2007) menyatakan agar hidup ini bisa baik dan tentram, maka perlu adanya hubungan yang harmonis antara seseorang dengan seseorang dan antara seseorang dengan alam sekitarnya. Orang benci-membenci tidak 112 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
mempunyai hubungan yang harmonis. Karena itu mereka tidak mempunyai ketentraman dalam hatinya. Hal ini akan banyak membawa kerugian. Hubungan ini adalah hubungan antara manusia, tetapi keharmonisan hubungan itu tidak hanya antara manusia dengan manusia, tetapi harus juga dengan makhluk-makhluk lain dan alam sekitarnya. Bila kita jatuh sakit menunjukkan adanya hubungan yang tidak harmonis dalam tubuh kita. Keseimbangan kerja alat-alat tubuh kita terganggu. Akibatnya terganggu pulalah ketentraman dalam diri kita. Maka perlu keseimbangan dan keharmonisan kerja tubuh kita dikembalikan. Akhirnya bila telah seimbang, maka akan kembali tentram hidup kita. Untuk mencapai ketentraman dalam hidup ini, perlu adanya aturan-aturan di dalam bertingkah laku. Tak seorang pun boleh berbuat sekehendak hatinya. Ia harus menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dan tunduk kepada aturan yang berlaku. Dengan demikian, orang hanya bebas berbuat dalam ikatan aturan tingkah laku yang baik. Menurut Raka Mas (2002), aturan untuk bertingkah laku yang baik disebut tata susila atau etika. Manusia harus berbuat baik kepada yang lain (termasuk makhluk lain). Agama mengajarkan kepada kita semua yang ada di alam semesta ini berasal dari satu sumber, yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Jadi, semua yang ada adalah saudara kita, karena sama-sama diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Jadi, yang menjadi dasar dari semua etika (susila) Hindu adalah Tat Twam Asi. Tat Twam Asi merupakan filsafat Hindu, yang pada hakikatnya mengandung makna kamu adalah saya, saya adalah kamu. Pada dasarnya semua makhluk adalah sama, yakni sama-sama diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam filsafat Hindu dijelaskan bahwa Tat Twam Asi adalah ajaran kesusilaan yang tanpa batas, yang identik dengan perikemanusiaan dan Pancasila. Konsepsi sila perikemanusiaan dalam Pancasila, bila kita cermati secara sungguh-sungguh merupakan realisasi ajaran Tat Twam Asi yang terdapat dalam kitab suci Weda. Dengan demikian, dapat dikatakan mengerti dan memahami serta mengamalkan atau melaksanakan Pancasila berarti telah melaksanakan ajaran Weda. Karena maksud yang terkandung di dalam ajaran Tat Twam Asi ini ‘kamu adalah saya, saya adalah kamu’, dan semua makhluk adalah sama, sehingga bila kita menolong orang lain berarti juga menolong diri kita sendiri. Konsep Tat Twam Asi ini sejalan dengan pernyataan Rindjin (2004), yang pada hakikatnya menyatakan kita sebagai makhluk sosial sudah seharusnya menjalankan konsep Homo sacra res homini, atau dalam pernyataan yang lebih luas menjalankan Mankind is one, under the skin we are the same. Hanya saja kita harus mengupas lebih dalam lagi, agar dapat memahami bagian yang ada di bawah kulit kita yang pada hakikatnya adalah sama.
113 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
Namun sampai saat ini, banyak orang yang tidak bisa membuktikan secara nyata bahwasannya ‘semua makhluk adalah sama’. Bukankah tumbuh-tumbuhan menempuh jalur evolusi yang berbeda dengan manusia, atau bukankah jenis kera menempuh jalur evolusi yang berbeda dengan manusia. Bukankah Nadia Hutagalung dilahirkan dari ibu yang berbeda dengan Thomas Huxley. Dengan mengesampingkan kepercayaan bahwa semua makhluk hidup diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, Apakah yang menjadi bukti nyata bahwasannya tumbuh-tumbuhan, hewan, protista, dan manusia pada hakikatnya sama? Sebetulnya jika kita membedah makhluk hidup menjadi bagian yang paling kecil, yaitu tingkat sel molekuler, pertanyaan di atas akan segera bisa terjawab. Hanya saja, tidak semua orang mau melakukan kajian sampai pada tingkat sel molekuler, yaitu pada tingkat gen (ADN). Melalui kajian tingkat sel molekuler, dikatakan bahwa walaupun pada setiap jenis (species) makhluk hidup terdapat diversitas, namun ada satu hal yang bersifat sama secara esensial, yaitu pada tingkat kode genetik (kodon). Sifat universalisme kodon sudah banyak dikaji oleh para ahli biologi molekuler, seperti Watson (1970), yang pada hakikatnya menyatakan kode genetik bersifat universal, artinya kodon yang sama berlaku untuk asam amino yang sama, baik untuk asam amino pada virus, bakteri, fungi, maupun untuk asam amino pada tumbuhan dan hewan yang derajatnya lebih tinggi. Dalam hal ini yang merupakan perkecualian adalah kodon pada beberapa siliata, mitokondria, dan kloroplast. Demikian juga halnya Suwirna (2001) menyatakan dalam keanekaragaman makhluk hidup yang telah mengalami perubahan sepanjang masa evolusinya, ternyata ada satu faktor kesamaan yang sangat esensial yang tetap dipertahankan, sama sekali tidak mengalami perubahan. Faktor tersebut berada pada tingkat molekuler di pusat kehidupan di dalam inti sel yang dikenal sebagai kodon. Kodon ini merupakan informasi tentang sintesis protein yang diturunkan kepada keturunannya. Terjemahan kodon dari waktu ke waktu tetap sama. Salah satu contoh kodon UUU, pada semua makhluk tingkat rendah maupun tingkat tinggi, terjemahannya sama, yaitu fenilalanin. Jadi, di antara kita dan di antara makhluk hidup lainnya memiliki satu kesamaan esensial yang bersifat universal. Berpijak dari kenyataan-kenyataan yang sudah dikemukakan, dalam artikel ini dikemukakan masalah sebagai berikut. 1) Apakah definisi dari Tat Twam Asi menurut filsafat Hindu? dan 2) Apakah ada keterkaitan antara kode genetik (kodon) pada makhluk hidup dengan konsep Tat Twam Asi?
114 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
Definisi Tat Twam Asi Susila adalah nama lain dari kata etika dan moral, merupakan dua buah kata dalam kehidupan yang dipergunakan silih berganti untuk maksud yang sama. Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti karakter kesusilaan atau adat. Sedangkan moral berasal dari bahasa Latin, yaitu mos yang dalam bentuk jamaknya mores yang berarti cara hidup atau adat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kata etika dan moral memiliki arti yang sama. Di dalam perkembangan selanjutnya, etika (ethics) merupakan sebuah bidang kajian tentang sistem nilai-nilai (moral) yang ada. Sedangkan moral adalah perilaku atau perbuatan manusia itu sendiri. Berdasarkan uraian di atas dapat kita pahami bahwa etika adalah ajaran perilaku atau perbuatan yang bersifat sistematis tentang perilaku (karma). Permasalahanpermasalahan utama dalam etika, menurut terminologi Hindu disebut susila. Menurut Sudirga et al. (2007), pengertian tentang susila dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Susila atau etika adalah upaya mencari kebenaran, dan sebagai filsafat ia mencari informasi yang sedalam-dalamnya secara sistematis tentang kebenaran yang bersifat absolut maupun relatif, 2) susila atau etika adalah upaya untuk mengadakan penyelidikan yang mengkaji kebaikan manusia, sebagai manusia bagaimana seharusnya hidup dan bertindak di dunia ini menjadi bermakna, dan 3) susila atau etika adalah upaya (karma) manusia mempergunakan keterampilan fisiknya (angga/ ranga) dan kecerdasan rohani (sukma sarira)-nya, yang terdiri dari pikiran (manas), kecerdasan (budhi), dan kesadaran murni (Atman) dapat berfungsi untuk memecahkan berbagai masalah tentang bagaimana ia harus hidup kalau mau menjadi baik sebagai manusia (suputra). Setiap orang harus berperilaku baik terhadap orang lain, karena pada hakikatnya menurut filosofi Hindu, manusia berasal dari satu sumber, yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan demikian dapat dikatakan segala yang ada di alam ini adalah saudara kita. Efek lanjutan dari pernyataan ini adalah kita wajib menjalin hubungan yang harmonis, saling menghormati, dan memupuk rasa perikemanusiaan yang tinggi di antara sesama manusia. Secara lebih mendalam dapat dikatakan bahwa dasar dari susila atau etika Hindu adalah Tat Twam Asi. Menurut Suastika (2006), Tat Twam Asi merupakan kata-kata dalam filsafat Hindu yang mengajarkan kesusilaan tanpa batas. Dilihat dari arti kata, Tat Twam Asi terdiri dari tiga kata, yaitu Tat berarti itu (dia), Twam berarti kamu, dan Asi berarti adalah. Jadi, Tat Twam Asi artinya itu/dia adalah kamu/engkau, dan juga saya adalah kamu. Pada dasarnya semua makhluk hidup adalah sama, sama-sama diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
115 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
Karena dia adalah kamu dan kamu adalah dia, dengan demikian, sekarang dia (salah satu roh) menerima sedekah dari kamu (yang juga merupakan sang roh), maka suatu hari dia mesti dan pasti akan memberi sedekah kepadamu. Itu merupakan hukum alam. Sama halnya sekarang kamu membunuh dia di dalam bentuk seekor binatang, karena sang roh diuraikan berpindah dari badan yang satu ke badan yang lain setelah meninggal di dalam proses reinkarnasi, ”dehino smin yatha dehe kaumaram yauvanam jara”, maka suatu hari nanti waktu akan mengatur di mana dia akan mendapat badan manusia dan kamu mendapat badan binatang. Saat itu, giliran dia yang akan membunuh kamu. Ini merupakan suatu keadilan Tuhan di dalam bentuk hukum alam. Dengan demikian, ajaran Tat Twam Asi juga bisa diambil dari segi sosial seperti contoh di atas. Karena dia adalah kamu dan kamu adalah dia, maka kita harus berusaha memperlakukan setiap jiwa dengan baik seperti kita memperlakukan diri kita sendiri. Kalimat Tat Twam Asi dalam arti ini sangat berhubungan erat dengan istilah Tri Hita Karana, yaitu bagaimana seharusnya kita, sebagai makhluk sosial, berhubungan dengan lingkungan di sekitar kita, yaitu alam beserta isinya dan menyadari bahwa semuanya adalah ciptaan Tuhan. Karena itu kita semestinya memelihara ciptaan Tuhan seperti kita memelihara diri kita sendiri (Dewata, 2010). Tat Twam Asi adalah ajaran moral yang bernapaskan ajaran Agama Hindu. Wujud nyata dari ajaran ini dapat kita cermati dalam kehidupan dan perilaku keseharian dari umat manusia yang bersangkutan. Manusia dalam hidupnya memiliki berbagai macam kebutuhan hidup yang dimotivasi oleh keinginan (karma) manusia yang bersangkutan. Sebutan manusia sebagai makhluk hidup banyak jenis, sifat, dan ragamnya, seperti sebutan manusia sebagai makhluk individu, sosial, religius, ekonomis, dan budaya. Semua itu harus dapat dipenuhi oleh manusia secara menyeluruh dan bersamaan tanpa memperhitungkan situasi dan kondisi serta keterbatasan yang dimilikinya. Betapa pun susah yang dirasakan oleh individu yang bersangkutan. Di sinilah manusia perlu mengenal dan melaksanakan rasa kebersamaan, sehingga seberapa berat masalah yang dihadapinya akan terasa ringan. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran Tat Twam Asi, manusia akan dapat merasakan berat dan ringan dalam hidup dan kehidupan ini. Kita tahu bahwa berat dan ringan (rwabhineda) itu ada dan selalu berdampingan serta sulit dipisahkan keberadaannya. Demikian adanya maka dalam hidup ini kita hendaknya selalu saling tolong-menolong, merasa senasib dan sepenanggungan. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang dapat mengimplementasikan konsep Tat Twam Asi dalam bentuk perilaku. Menurut Aryasa (2000), perilaku yang berbasiskan ajaran Tat Twam Asi di dalam hidup bermasyarakat adalah: 1. Memandang semua manusia sama. 116 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
Sebagaimana sudah diuraikan sebelumnya, di dalam diri manusia ada dua sifat yang antagonis, dan sangat kontradiktif, yakni sifat kedewataan yang disebut daiwi sampat, yaitu sifat-sifat yang baik, dan sifat-sifat keraksasaan, keangkaramurkaan yang disebut asuri sampat, yaitu sifat-sifat yang buruk. Jika dalam kehidupan ini manusia ingin mendapatkan kedamaian hidup (santhi), maka berusahalah untuk menumbuhkembangkan sifat-sifat kedewataan (daiwi sampat). Salah satunya adalah dengan mengimplementasikan ajaran Tat Twam Asi, yaitu memandang semua manusia sama. Seseorang yang menganggap seluruh umat manusia memiliki Atman yang sama dan dapat melihat semua manusia sebagai saudaranya, orang tersebut tidak terikat dalam ikatan dan bebas dari kesedihan. 2. Melaksanakan Tri Kaya Parisudha. Di dalam kitab Sarasamuscaya 73-76 disebut sepuluh hal untuk menjaga kesucian Tri Kaya agar menjadi suci, yang disebut Karma Patha. Tiga untuk menjaga kesucian pikiran, empat untuk menjaga kesucian kata-kata, dan tiga untuk menyucikan perbuatan. Komponen-komponen penyusun Tri Kaya Parisudha adalah: a. Manacika parisudha. Manacika parisudha merupakan pikiran suci yang mengatur segala indria manusia. Pikiran yang masih suci tanpa dicemari oleh hawa nafsu disebut citta, dan setelah dicemari oleh hawa nafsu disebut manah. Karena itu proses penyucian pikiran disebut manacika parisudha. Ada tiga cara melakukan manacika, yaitu: 1) tidak menginginkan milik orang lain, 2) tidak berpikir buruk terhadap orang lain, dan 3) tidak mengingkari hukum karmaphala. b. Wacika parisudha. Wacika parisudha adalah perkataan yang baik. Kata-kata ibarat pisau bermata dua, di satu pihak bisa mendatangkan kebahagiaan dan di lain pihak bisa mendatangkan penderitaan bahkan kematian. Ada empat cara untuk menyucikan perkataan, yaitu: 1) tidak berkata jahat (ujar ahala), 2) tidak berkata kasar (ujar aprgas), 3) tidak memfitnah (raja pisuna), dan 4) tidak mengeluarkan kata-kata yang mengandung kebohongan. c. Kayika parisudha. Kayika parisudha merupakan tindakan atau perbuatan jasmani yang baik. Tindakan seseorang dapat menyebabkan orang menjadi senang, bahagia, dan sebaliknya dapat menyakiti hati orang lain. Adapun tiga tindakan yang tidak menyimpang adalah: 1) tidak menyakiti atau membunuh (ahimsa), 2) tidak mencuri, dan 3) tidak berzinah. 3. Merasakan penderitaan orang lain.
117 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
Ukuran rasa kemanusiaan seseorang adalah apabila dia dapat merasakan penderitaan orang lain sebagai penderitaannya. Karena dirasakan sebagai penderitaannya maka ia sendiri akan ikut aktif menanggulangi penderitaan orang lain. Ikut serta menanggulangi penderitaan orang lain adalah sesuai dengan kemampuan swadharma masing-masing. Kode Genetik dan Keterkaitannya dengan Konsep Tat Twam Asi Ajaran Tat Twam Asi menyatakan bahwa kamu adalah saya, dan saya adalah kamu atau dalam skup yang lebih luas dikatakan semua makhluk hidup pada dasarnya sama. Persamaan yang dimaksud secara metafisika dijawab dengan semua makhluk hidup diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi. Bagi kalangan mahasiswa eksakta di Perguruan Tinggi, jawaban metafisika ini sangat sulit diterima. Mahasiswa pada hakikatnya menuntut bukti yang nyata. Berpijak dari hal inilah, maka penulis mengkaji konsep Tat Twam Asi melalui kajian lintas ranah, yaitu memasuki ranah biologi sel molekuler. Tepatnya pada kajian kode genetik (kodon). Sebelum mengkaji mengenai kodon, akan didahului dengan kajian ADN. 1. Asam Deoksiribo Nukleat (ADN) ADN biasanya hadir dalam inti sel. ADN jarang terjadi di luar inti. ADN barubaru ini telah ditemukan pada mitokondria dan kloroplast. Bahkan menurut Suryo (1989), bagian terbesar dari ADN terdapat di dalam kromosom. Sedikit ADN terdapat juga di dalam organela, seperti mitokondria dari tumbuhan dan hewan, dan dalam kloroplast dari ganggang, dan tumbuhan tingkat tinggi. Ada perbedaan antara ADN yang terdapat di dalam kromosom dan di dalam mitokondria maupun kloroplast. ADN di dalam mitokondria dan kloroplast tidak ada hubungannya dengan protein histon dan bentuk molekulnya bulat seperti yang terdapat pada bakteri dan ganggang biru. Sel tumbuhan dan hewan mengandung kira-kira 1.000 kali lebih banyak ADN daripada yang dimiliki sel bakteri. Struktur komplementer dari pasangan ADN sebagai sumber untuk membawa informasi genetik. Proses replikasi juga menjamin bahwa setiap sel yang diproduksi merupakan hasil dari pembelahan mitosis yang menerima secara tepat sama komplemen dari ADN, baik secara kualitatif dan kuantitatif sebagaimana yang ada pada sel induk. Ketetapan jumlah pada semua sel somatik yang sedang istirahat memberikan penegasan bukti suatu spesies. Dalam tidak hadirnya protein, ADN bertindak sebagai agen penular yang dapat membawa informasi genetik, yang juga menentukan stabilitas metabolismenya. Kebanyakan bukti yang meyakinkan diturunkan dari studi transformasi bakteri.
118 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
Pesan genetik dibawa dalam bentuk urut-urutan istimewa dalam empat basa atau nukleotida-nukleotida yang disusun sepanjang rantai nukleotida, sangat sama untuk beberapa pesan konvensional dalam tulisan di mana abjad disusun dalam uruturutan untuk membentuk kata yang berarti khusus. Terdapat banyak cara yang mungkin dari empat nukleotida yang dapat disusun panjang dalam asosiasi dengan yang lainnya. Suatu rantai yang pendek hanya 100 nukleotida yang dapat disusun dari 4100 cara yang berbeda. Beadle dan Tatum (1964) menemukan bahwa sel telur manusia mengandung kira-kira 100.000 gen yang berisi lima bilion basa ADN. Ini akan membuat 1.700.000.000 tiga huruf kata yang akan ekuivalen untuk 1.000 buku, yang berisi 600 halaman dengan 500 kata per halaman. Ini memberikan gambaran yang jelas bahwa terdapat lingkup yang luas dalam struktur ADN untuk melaporkan variasi dan juga banyak karakter atau sifat dalam suatu organisme. Menurut Varute dan Bhatia (1976), sebagai pembawa informasi genetik ini menyimpan dua fungsi penting, yaitu: 1) untuk membuat salinan yang tepat dari dirinya-sendiri dalam proses duplikasi atau replikasi, dan 2) untuk memberikan kode informasi untuk ARN-d dalam proses transkripsi, juga ARN-d pada gilirannya bisa menerjemahkan informasi dalam empat huruf bahasa asam nukleat ke dalam 20 huruf bahasa asam amino komplek atau protein. Yonofsky (1963, 64) dan lain-lainnya telah menunjukkan kolinieritas struktur gen dan struktur protein dari semua urut-urutan titik kemungkinan yang terikat melalui titik perbandingan dari peta genetik dengan urut-urutan asam amino dalam suatu bagian protein enzimatik. Beadle (1964) menunjukkan bahwa partikel-partikel sitoplasma berisi ADN (metagen) yang bisa juga mempunyai fungsi genetik, misalnya kloroplast tumbuh-tumbuhan dan faktor-faktor pembunuh pada Paramaecium atau partikel Kappa. Menurut Hole (1979), ADN merupakan makromolekul yang dibentuk atas tiga tipe pengulangan sub-unit, seperti: 1. Basa-basa nitrogen, yaitu purin (adenin dan guanin) dan pirimidin (sitosin dan timin). 2. Gula pentosa, yaitu deoksiribosa. 3. Posfat, dalam bentuk molekul PO4. ADN mempunyai berat molekul yang sangat tinggi dan struktur itu lebih kompleks daripada ARN. Baik ADN maupun ARN sama-sama berbentuk nukleotidanukleotida rantai panjang, tetapi dalam kasus ini, unit gula merupakan pentosa deoksiribosa dan basa pirimidin urasil diganti oleh timin. Rantai ADN tidak menjadi tunggal, tetapi berpasangan sesamanya oleh ikatan hidrogen lemah melalui basa-basa yang berseberangan ke bentuk-bentuk konstruksi seperti tangga. Basa-basa ini dapat 119 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
berikatan melalui cara yang khas; purin hanya dapat berikatan dengan pirimidin, bahkan lebih tepatnya karena konfigurasi molekulnya, adenin harus berikatan dengan timin, dan guanin berikatan dengan sitosin. Chargaff (dalam Suryo, 1986) menemukan bahwa pengandungan ADN dari nukleus timus anak sapi terdiri atas 4 basa dengan perbandingan: 28% adenin, 24% guanin, 20% sitosin, dan 28% timin. Sampel ADN yang didapatkannya dari berbagai macam organisme hidup memperlihatkan pengandungan basa yang berlainan. Namun bagaimanapun juga, hukum ekivalen Chargaff yang dikemukakan dalam tahun 1950 menyatakan bahwa: a. jumlah purin adalah sama dengan jumlah pirimidin (A+G = T+S), dan b. banyaknya adenin sama dengan banyaknya timin (A = T), demikian pula banyaknya guanin sama dengan banyaknya sitosin (G = S). Hukum ini ternyata berlaku universal (untuk berbagai macam organisme) seperti virus, bakteri, tumbuhan, dan hewan. Akan tetapi ia menambahkan, bahwa ADN yang diisolir dari tumbuh-tumbuhan serta hewan tingkat tinggi pada umumnya mengandung lebih banyak adenin dan timin, sedangkan guanin dan sitosin lebih sedikit. Misalnya perbandingan AT/GS dari ADN manusia = 1,40 : 1. Sebaliknya ADN yang diisolir dari berbagai mikroorganisme (virus, bakteri, dan tumbuh-tumbuhan atau hewan rendah) pada umumnya kaya akan guanin dan sitosin dan relatif miskin akan adenin dan timin. Misalnya perbandingan AT/GS dari ADN bakteri Mycobacterium tuberculosis adalah 0,60 : 1. Perbedaan dalam ratio AT/GS dari mikroorganisme dan makhluk hidup tingkat tinggi itu memberi petunjuk bahwa ada perbedaan informasi genetik yang dibawa oleh molekul herediter itu. Petunjuk tadi tentu mempunyai arti sangat penting untuk keperluan filogeni, evolusi, dan taksonomi. Molekul seperti tangga ADN berbelit-belit (berpilin) ke dalam bentuk heliks ganda (double-helix). Struktur tersebut menyerupai spiral anak tangga dengan pegangan anak tangga yang dibentuk secara bergantian rantai gula/posfat dan tahap pembentukan ikatan pasangan basa (ini merupakan struktur ADN model WatsonCrick). Memang pada model Watson-Crick, molekul ADN itu mempunyai dua rantai polinukleotida. Tulang punggung dari tiap-tiap rantai terdiri atas gugus posfat dan gugus gula secara berseling. Gugus posfat yang terikat pada atom karbon 5’ dari satu gula terikat secara kovalen pada atom karbon 3’ dari gula berikutnya. Dua rantai demikian itu sering terpilin seperti tangga spiral ganda. Inilah yang disebut heliks ganda. Harus dicatat bahwa arah kedua rantai dari heliks ganda itu berlawanan. Rantai ADN terbentuk dan sesuai pemufakatan dibaca ke arah 5’----->3’. Pada heliks 120 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
ganda ada satu rantai berlawanan dengan arah rantai yang lain. Rantai tersebut disebut anti-paralel (Kimball, 1983). Rantai ganda ADN merupakan spiral yang membentuk heliks ganda (double helix). Tiap-tiap komponen untaian merupakan bentuk sebuah rantai –S-P-S-P-S-Pdan kehadiran ikatan basa purin-pirimidin yang berseberangan berpegangan dengan pasangan sesamanya oleh ikatan hidrogen. Pasangan adenin-timin diikat oleh dua ikatan hidrogen, sedangkan pasangan guanin-sitosin diikat oleh tiga ikatan hidrogen. Terdapat 10 ikatan yang berseberangan pada setiap putaran heliks. Struktur molekul ADN yang berupa heliks ganda ditemukan pada tahun 1953. Molekul heliks ganda (lihat Gambar 1) berupa rantai ganda (dupleks) yang bersifat komplementer dan dapat mengadakan replikasi, yaitu membelah menjadi dua bagian yang sama. Menurut Bawa (1991), penemuan di atas dan penemuan-penemuan selanjutnya menunjukkan bahwa ADN mempunyai dua fungsi, yaitu: 1. sebagai pembawa informasi genetik untuk mengatur fenotipe sel; informasi genetik yang terdapat di dalam molekul ADN mula-mula ditranskripsikan ke dalam molekul ARN dan selanjutnya ARN menerjemahkan menjadi asam amino. Seperti telah diketahui asam amino adalah penyusun protein. Secara singkat dapat dirumuskan bahwa informasi genetik yang terdapat pada asam nukleat diubah menjadi protein, dan 2. melaksanakan replikasi sendiri. Karena setiap kromosom mengandung sebuah molekul ADN, maka dalam menggandakan fenotipe sel, ADN berfungsi untuk menyelenggarakan pembelahan kromosom, dari sebuah kromosom menjadi dua buah kromosom yang identik.
Gambar 1. Bagan segmen sebuah molekul ADN untuk menunjukkan rantai komplementer yang arahnya antiparalel. (Sumber: Campbell et al., 2000). 121 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
2. Kode Genetik Sebetulnya protein yang dibentuk merupakan komplementer dari pita ADN yang menyusun ARN-d (pita sens). Pernyatan ini sesuai dengan apa yang diungkap oleh Varute dan Bhatia (1976), yaitu ‘The sequence of nucleotide bases in the DNA molecule determines the structure of proteins. The relationship between the nucleotide sequence in DNA and the similar amino acid sequence in ptotein is called the ‘genetic code’. Fundamentally, information in the sequence of the DNA molecule is copied onto strands of messenger RNA. The messenger RNA passes into the cytoplasm, where it helps in synthesis of protein molecule. The t-RNA and ribosomal RNA also play valuable role in protein synthesis. The former selects particular amino acid from the cytoplasm and then transfers each amino acid to the site of synthesis. The actual site synthesis is the ribosome, where r-RNA comes into action. The whole process of protein synthesis involves two steps, the transcription and translation. During transcription m-RNA copies base coding sequence that present on DNA and the process of translation sets the coded sequence in the form of protein’. Empat basa ARN-d adalah adenin, sitosin, guanin, dan urasil secara umum disimbolkan oleh huruf pertama yang ditampilkan dalam huruf besar sebagai A, S, G, dan U. Sejak ARN-d tersebut hanya berisi empat basa, namun 20 asam amino, bila digabungkan tidak terdapat hubungan yang sederhana 1:1 di antara basa tersebut dan asam amino. Bila gabungan dua basa yang digunakan, terdapat 42 (=16) kombinasi, jika gabungan kode tiga basa untuk satu asam amino keadaannya cukup memungkinkan. Kombinasi triplet dapat menampilkan 43 (=64) cara. Crick, Barnett, Brenner, dan Watts Jobin (1961, 62, 63) telah menghasilkan bukti potongan yang jelas bahwasannya teori triplet adalah benar dan kombinasinya disebut sebagai kodon. Kode-kode tersebut menghasilkan eksperimen-eksperimen pada sistron A dan B dari lokus Y bakteriofage T 4, yang mana satu daerah khusus dari ADN menentukan kemungkinan atau tidak mungkin fage dapat menyerang strain E. colli. Mereka menemukan bahwa perlakuan proflavin, membawa penyisipan suatu basa tambahan, menghasilkan perubahan, atau mutan, bentuk dari virus. Jika penambahan dari suatu basa ke dalam ADN telah diikuti oleh suatu penghapusan yang tidak jauh, virus normal dihasilkan. Ini menyatakan bahwa urut-urutan basa yang normal pada molekul ADN telah dipulihkan oleh perubahan yang kedua (lihat Gambar 2).
122 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
1. /ABC/ABC/ABC/ABC 2. ABC/AX*B/CAB/CAB/ 3. ABC/AXB/CBC/ABC/ 4. ABC/AX0B/CAY0/BZ0C/ABC Gambar 2. Variasi pengaruh penambahan dan pengurangan basa pada kode genetik: 1) kode triplet yang normal; 2) penambahan basa X * mengubah kode triplet menjadi CAB; 3) selanjutnya pengurangan basa A mengembalikan kode untuk ABC; 4) tiga penambahan penutup dari basa X0, Y0, dan Z0 berarti bahwa urut-urutan normal dikembalikan. Seperti diketahui ADN mengandung informasi untuk mengatur dan membangun tubuh manusia yang komplek, akan tetapi bagaimanakah hasil ini dapat diselesaikan? Misalnya bagaimanakah sebuah sel tunggal dapat membuat bermacammacam protein yang penting untuk kehidupan? Protein sangat diperlukan, karena berbagai macam protein struktural dan fungsional ikut mengambil bagian di hampir semua proses dalam sel. Protein struktural terdapat dalam membran, serabut kontraktil, dan filamen intraseluler. Protein fungsional seperti enzim sangat dibutuhkan untuk menjadi katalisator pada sintesis berbagai macam persenyawaan kimia yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan. Harus diingat pula bahwa ADN terdapat dalam kromosom di dalam inti sel, sedangkan sintesis protein berlangsung di tempat yang cukup jauh dari inti sel, yaitu dalam ribosoma di dalam sitoplasma. Salah satu bagian dari protein struktural adalah dikenal protein konyugated. Protein konyugated merupakan protein yang berisi penyusun bukan-protein atau kelompok prostetik. Kelompok prostetik diasosiasikan secara permanen dengan molekul, biasanya melalui ikatan kovalen dan/atau nonkovalen dengan sisi rantai asam amino tertentu. Protein konyugated dapat dibagi ke dalam empat kelas utama, yaitu: 1) kromoprotein, 2) glikoprotein, 3) lipoprotein, dan 4) nukleoprotein (Sheeler dan Bianchi, 1987). a. Kromoprotein. Kromoprotein merupakan kelompok protein konyugated heterogenus yang dihubungkan ke masing-masing lainnya hanya dalam hal mereka semua mengandung warna. Hemoglobin, myoglobin, dan yang lainnya protein-protein yang berisi-heme, seperti sitokrom dan hemeritrins masuk dalam kelompok ini. Kelompok prostetik kromoprotein, seperti kelompok heme hemoglobin dan sitokrom, merupakan ikatan ke bagian polipeptida melalui suatu kombinasi ikatan kovalen dan nonkovalen. b. Glikoprotein. Glikoprotein merupakan protein yang berisi beragam jumlah karbohidrat. Sejumlah protein yang sangat penting masuk dalam kelas ini, termasuk kebanyakan protein plasma darah dan sebagian besar enzim dan hormon. Permukaan (misalnya 123 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
membran plasma) kebanyakan sel juga berisi glikoprotein, dan molekul-molekul tersebut berperan sebagai faktor antigenik yang menentukan dan sebagai tempat reseptor. Sesungguhnya semua karbohidrat yang hadir pada sel-sel darah merah berperan sebagai glikoprotein membran. Walaupun lebih dari 100 gula yang berbeda (atau monosakarida) diketahui, kira-kira hanya sembilan berperan sebagai penyusun glikoprotein. Jumlah karbohidrat yang hadir dalam glikoprotein bervariasi mulai kurang dari 1% dari total molekul berat molekuler sampai lebih dari 85%. Sebagai contoh, pada ovalbumin putih telur (berat molekuler 45.000), di sini hanya satu monosakarida per molekul protein, sedangkan pada mucin (suatu sekresi kelenjar air ludah mempunyai berat molekuler kira-kira 1 juta), mengandung kira-kira 800 monosakarida. Karbohidrat moieties glikoprotein biasanya berikatan ke protein melalui ikatan kovalen dengan salah satunya asparagin, treonin, hidroksilisin, serin, atau hidroksiprolin. Karbohidrat diikatkan ke masing-masing tempat protein bisa berisi unit monosakarida tunggal, rantai linier, atau rantai bercabang dari beberapa monosakarida (disebut oligosakarida). Karbohidrat yang berperan sebagai penyusun tetap dari glikoprotein adalah glukosa, galaktosa, manosa, fukosa, asetilglukosamin, asetil galaktosamin, asam asetilneuranimik, arabinosa, dan silosa (Dickerson dan Geis, 1978). c. Lipoprotein. Protein yang mengandung-lipid disebut dengan lipoprotein. Kelas ini termasuk beberapa protein plasma darah dan juga sebagian besar protein membran. Kandungan lipid lipoprotein sering sangat tinggi, terhitung sebanyak 40-90% dari berat molekuler total yang kompleks. Pada lipoprotein, sejumlah lipid hadir yang menandai pengaruh kepadatan molekul, dan sifat ini sering digunakan sebagai dasar untuk klasifikasi lipoprotein. Sedangkan protein yang tidak-kompleks mempunyai kepadatan dalam air kira-kira 1,35, lipoprotein bervariasi dalam kepadatan yaitu di bawah sampai 0,9 (misalnya, suatu lipoprotein mungkin kurang padat dari air). Interaksi di antara bagian lipid dan protein dari lipoprotein biasanya melibatkan kelompok-kelompok yang berfungsi sama. Sebagai contoh, bagian hidrofobik dari asam lemak, gliserida, sterol, dan yang menyukai bentuk van der Waals berinteraksi dengan hidrofobik sisi rantai asam amino non-polar. Ikatan kovalen dipercayai terjadi di antara moieties posfat dari posfolipid tertentu dan sisi yang mengandung-hidroksil rantai asam amino, seperti serin. Contoh klasik dari lipoprotein di dalam tubuh makhluk hidup adalah model mosaik cair membran sel oleh Singer dan Nicolson. Puger (2008) menyatakan membran sel menurut model mosaik cair tersusun atas dua lapis lipid (lipid bilayer). 124 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
Kepala lipid bersifat hidrofilik, sehingga terendam dalam air; sedangkan ekor lipid bersifat hidrofobik, sehingga menjauhi air. Protein yang menyusun membran sel dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu protein yang masuk seluruhnya atau sebagian pada lipid bilayer, dikenal dengan protein integral, dan protein yang hanya menempel pada permukaan lipid bilayer, dikenal dengan protein perifer. Oleh karena protein yang tertanam atau menempel pada lipid bilayer tidak-beraturan (mozaic) dan kondisi lipid bilayer selalu dalam keadaan lunak (fluid), maka model ini dikenal sebagai ‘fluid mozaic model’. d. Nukleoprotein. Pada sel-sel eukariotik, protein spesifik yang disebut nukleoprotein ditemukan bervariasi secara intim dengan ADN-inti. Juga, pada prokariotik sebagaimana juga eukariotik, ribonukleoprotein kompleks (misalnya, protein kompleks dengan ARN) terjadi. Protein tersebut tidak biasanya diklasifikasikan sebagai protein konyugated, karena asam nukleat tidak dapat dipandang terlibat sebagai kelompok prostetik (Sheeler dan Bianchi, 1987). Namun demikian, Schulz dan Schirmer (1979) menyatakan semua bentuk protein yang berisi pecahan bukan protein, baik pecahan bukan protein tersebut berfungsi sebagai kelompok prostetik ataupun tidak, tetap termasuk dalam golongan protein konyugated. Berpijak dari pendapat Schulz dan Schirmer inilah, penulis memasukkan nukleoprotein ke dalam kelompok protein konyugated. Dua tipe protein telah diidentifikasi dalam nukleoprotein adalah histon dan nonhiston. Histon mempunyai agak terbatas komposisi asam amino (mengandung kirakira 25% arginin dan lisin) dan benar-benar sama pada semua sel tumbuhan dan hewan. Penghitungan sifat dasar mereka yang tinggi untuk menutup asosiasi bentuk mereka dengan asam nukleat dan meminjam kepercayaan sebagai catatan bahwa mereka terlibat dalam pengepakan yang ketat dari molekul asam amino selama kondensasi kromatin (misalnya, kromosom-kromosom) sebelum mitosis. Non-histon sangat heterogen dalam komposisi asam amino dan mempunyai sifat-sifat asam. Terdapat banyak bukti untuk usulan bahwa melalui kombinasi yang sangat selektif dengan bagian tertentu dari ADN-inti, non-histon terlibat dalam pengaturan ekspresi gen. Histon dan non-histon dipertimbangkan lebih lanjut dalam hubungan dengan diskusi organisasi dan fungsi inti. Apakah sebenarnya protein itu? Protein dibuat dari suatu seri asam amino. Gabungan dari dua asam amino disebut dipeptida, sedangkan gabungan dari banyak asam amino disebut polipeptida. Polipeptida yang mempunyai berat molekul kira-kira 10.000 merupakan protein. Suatu dipeptida (demikian pula polipeptida) adalah seri
125 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
residu asam amino yang dihubungkan oleh suatu peptida serta mempunyai ujung amino (NH2) dan karboksil (COOH). Walaupun hanya dikenal 20 macam asam amino saja, lagipula ADN hanya terdiri dari empat basa, tetapi kemungkinan terbentuknya varietas protein tidak terbatas. Bagaimana ini mungkin terjadi? Dalam tahun 1968 Nirenberg, Khorana, dan Holley (dalam Suryo, 1989) menerima hadiah Nobel untuk pekerjaan mereka dalam menciptakan kode genetik, yaitu menerangkan bagaimana sebuah gen mengontrol pengaturan asam amino dalam protein tertentu. Jadi, kode genetik ialah suatu cara untuk menetapkan jumlah serta urutan nukleotida yang berperan dalam menentukan posisi yang tepat dari tiap asam amino dalam rantai peptida yang bertambah panjang. Sekarang yang menjadi soal, berapa nukleotida yang diperlukan untuk mengkode penempatan asam amino dalam protein. Nirenberg et al. melakukan percobaan dengan membuat ARN-d buatan (artificial m-RNA) dan memperoleh hasil seperti berikut. a. Jika sebuah kodon (yaitu suatu set nukleotida yang spesifik untuk suatu asam amino tertentu) hanya terdiri dari satu nukleotida saja, maka akan didapatkan 41 = 4 kodon, yaitu A, G, S, dan U (lihat Tabel 2). Kode genetika yang menggunakan kodon terdiri dari satu nukleotida disebut kode singlet. Berhubung jumlah asam amino 20, maka kode singlet ini tidak memenuhi syarat, sebab baru dapat mengkode empat asam amino saja. b. Jika sebuah kodon terdiri dari dua nukleotida akan didapatkan 4 2 = 16 kodon. Kode dublet inipun belum memenuhi syarat, karena baru 16 asam amino saja yang dapat diberi kode. c. Jika sebuah kodon terdiri dari tiga nukleotida akan didapatkan 43 = 64 kodon. Kode genetik ini disebut kode triplet. Walaupun dengan kode triplet didapatkan kelebihan 64-20 = 44 kodon tidak menjadi soal, karena beberapa macam asam amino dapat diberi kode oleh beberapa kodon (Lihat Tabel 1). Tabel 1. Kemungkinan kode singlet, dublet, dan triplet dari ARN-d. Kode Singlet Kode dublet Kode triplet (4 kodon) (16 kodon) (64 kodon) A AA AG AS AU AAA AAG AAS G GA GG GS GU AGA AGG AGS S SA SG SS SU ASA ASG ASS U UA UG US UU AUA AUG AUS GAA GAG GAS GGA GGG GGS GSA GSG GSS GUA GUG GUS
AAU AGU ASU AUU GAU GGU GSU GUU 126
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
SAA SGA SSA SUA UAA UGA USA UUA
SAG SGG SSG SUG UAG UGG USG UUG
SAS SGS SSS SUS UAS UGS USS UUS
SAU SGU SSU SUU UAU UGU USU UUU
(Sumber: Suryo, 1989). Beberapa kodon dinamakan kodon nonsens (tidak berarti), karena tidak merupakan kode untuk salah satu asam amino pun, misalnya UAA, UAG, dan UGA. Sedangkan kodon UAG (kodon untuk terjemahan metionin) disebut sebagai kodon permulaan (starting codon), karena proses penerjemahan kodon-kodon pada ARN-d di ribosom selalu dimulai dengan kodon AUG, dan diakhiri dengan salah satu kodon nonsens (stop codon) di atas (Stanley dan Andrykovitch, 1984). Menurut Bawa (1991), kode genetik mempunyai sifat-sifat sebagai berikut. a. kode genetik adalah kode triplet; masing-masing kodon dari 64 kodon yang ada bersifat unik, terdiri atas kombinasi tiga jenis nukleotida yang terdapat pada molekul ARN-d sebagai hasil salinan dari kode genetik yang terdapat dalam molekul ADN, b. dari kodon-kodon yang memerinci 120 asam amino, terdapat 18 kodon yang sinonim, artinya beberapa kodon memerinci sebuah asam amino. Dengan demikian, kodon-kodon tersebut mengalami degenerasi. Jika tidak mengalami degenerasi, maka dari 64 kodon yang ada, terdapat 44 kodon yang tidak berguna. Asam amino yang dirinci oleh sebuah kodon hanyalah metionin dan triptofan. Pada asam amino yang dirinci oleh kodon-kodon yang sinonim, dua huruf yang pertama tetap, sedangkan huruf yang ketiga dapat berubah. Misalnya, alanin dirinci oleh kodon GSU, GSS, GSA, dan GSG; semua kodon yang mulai dengan huruf AS (ASU, ASS, ASA, ASG) memerinci treonin, c. di antara 64 kodon tersebut ada tiga buah kodon yang tidak ikut memerinci asam amino, yaitu: UAA, UAG, dan UGA. Ketiga kodon ini dinamai kodon nonsense (tidak mempunyai arti) atau kodon terminal (stop codon), karena jika kodon tersebut dibaca di ribosom, maka penyusunan satu rantai polipeptida harus diakhiri. Jadi, yang benarbenar merupakan kodon yang memerinci asam amino hanya 61 buah, itupun banyak yang sinonim, d. kodon pada ARN-d harus dibaca dari suatu titik permulaan tertentu dan dengan arah yang tertentu pula sehingga penerjemahan kode genetik tidak salah. Pembacaan kode genetik dimulai dari ujung 5’ ke arah ujung 3’, sedangkan kodon permulaan 127 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
(starting codon) untuk mulai membaca adalah AUG, yaitu kode untuk asam amino metionin. Walaupun proses penerjemahan kode selalu dimulai dari kodon AUG, tidaklah berarti bahwa pada setiap rantai polipeptida yang telah selesai dibentuk, asam amino yang pertama harus metionin sebab metionin permulaan sering dibuang dari suatu rantai polipeptida, dan e. kode genetik bersifat universal, artinya kodon yang sama berlaku untuk asam amino yang sama, baik untuk asam amino pada virus, bakteri, fungi, maupun untuk asam amino pada tumbuhan dan hewan yang derajatnya lebih tinggi. Dalam hal ini yang merupakan perkecualian adalah kodon pada beberapa siliata, mitokondria, dan kloroplast. Tabel 2. Kode genetik untuk ARN-d. Basa Basa ke dua pertama A G AAA Lis AGA Arg AAG Lis AGG Arg A AAS AspN AGS Ser AAU AspN AGU Ser GAA Glu GGA Gli GAG Glu GGG Gli G GAS Asp GGS Gli GAU Asp GGU Gli SAA GluN SGA Arg SAG GluN SGG Arg S SAS His SGS Arg SAU His SGU Arg UAA Non UGA non UAG Non UGG Tri U UAS Tir UGS Sis UAU Tir UGU Sis Keterangan: Lis = Lisin AspN = Asparagin Glu = Asam glutamat Asp = Asam aspartat Glun = Glutamin His = Histidin non = Kodon nonsens (Sumber: Suryo, 1989)
Basa ke tiga S ASA ASG ASS ASU GSA GSG GSS GSU SSA SSG SSS SSU USA USG USS USU
Tir = Tirosin Arg = Arginin Ser = Serin Gli = Glisin Sis = Sistein Thr = Treonin Ala = Alanin
Thr Thr Thr Thr Ala Ala Ala Ala Pro Pro Pro Pro Ser Ser Ser Ser
U AUA AUG AUS AUU GUA GUG GUS GUU SUA SUG SUS SUU UUA UUG UUS UUU
Ileu Ileu Ileu Ileu Val Val Val Val Leu Leu Leu Leu Leu Leu Phe Phe
A G S U A G S U A G S U A G S U
Pro = Prolin Ileu = Isoleusin Val = Valin Leu = Leusin Phe = Phenylalanin Tri = Tiptofan Met = Metionin 128
WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
Kodon asam amino yang bersifat universal merupakan salah satu bukti bahwa semua organisme yang hidup di bumi berasal dari satu “nenek moyang”. Karena kelompok-kelompok organisme tersebut mempunyai sejarah evolusi yang berbeda-beda selama jutaan tahun, agaknya kode genetik tersebut telah berkembang sejak adanya kehidupan yang pertama dan sejak itu hampir tidak pernah berubah. Kodon untuk asam amino yang bersifat universal ini, pada hakikatnya merupakan bukti yang nyata dari ajaran Tat Twam Asi, yang dalam skup luas menyatakan pada hakikatnya semua makhluk hidup adalah sama. Lalu apanya yang sama pada semua makhluk hidup? Kode genetik (kodon) untuk asam amino di dalam penyusunan suatu protein bersifat universal. Jadi, dapat dikatakan bahwa kodon inilah yang sama pada makhluk hidup, baik makhluk hidup tingkat rendah maupun tingkat tinggi. Simpulan dan Saran Berdasarkan atas hasil pembahasan yang sudah dikemukakan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 1. Tat Twam Asi menurut filosofi Hindu berarti kamu adalah saya, dan saya adalah kamu, atau dalam skup yang lebih luas berarti semua makhluk hidup pada hakikatnya adalah sama. 2. Kode genetik (kodon) pada hakikatnya sangat berkaitan dengan konsep Tat Twam Asi. Atau dengan kata lain, kode genetik (kodon) merupakan bukti nyata dari konsep Tat Twam Asi. Berpijak atas simpulan yang sudah dikemukakan, dapat diajukan saran sebagai berikut. 1. Oleh karena semua makhluk hidup pada prinsipnya adalah sama, maka disarankan kepada semua umat manusia untuk selalu hidup damai di dalam melakukan aktivitas biologis di masyarakat. 2. Kode genetik (kodon) pada setiap makhluk hidup bersifat universal, sehingga semua makhluk hidup pada hakikatnya adalah sama. Berdasarkan atas pernyataan ini disarankan kepada seluruh umat manusia untuk cinta dan kasih sayang terhadap makhluk hidup yang lainnya. Daftar Pustaka Aryasa, Wayan. 2000. Tat Twam Asi dalam Kehidupan Sehari-Hari. Makalah yang Disampaikan dalam Seminar Sehari di SMA Laboratorium STKIP Negeri Singaraja, Tanggal 23 April 2000. Bawa, Wayan. 1991. Dasar-Dasar Biologi Sel. Cetakan Pertama. Denpasar: IKAYANA.
129 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
Campbell, Neil A et al. 2000. Biologi. Diterjemahkan oleh Rahayu Lestasi et al. Jakarta: Erlangga. Dewata, ST. Putra. 2010. Tat Tvam Asi. Dalam http://pt-br.facebook.com/notes/stputra-dewata/tat-tvam-asi-dia-adalah-kamu/144949463729. Diakses Tanggal 29 April 2010. Dickerson, R.E. and I. Geis. 1978. The Structure and Action of Proteins. Second Edition. New York: Harper & Row. Hole, C.B. 1979. An Introduction to Cell Biology. Low Price Edition. London: English Language Book Society and Macmillan Education. Puger, I Gusti Ngurah. 2008. “Fluid Mozaic Model untuk Membran Sel”. Dalam Widyatech Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 8 No. 1 Agustus 2008, Halaman 1-14, ISSN 1412-1409. Raka Mas, A.A.G. 2002. Tuntunan Tata Susila untuk Meraih Hidup Bahagia. Denpasar: Bali Post Offset. Rindjin, Ketut. 2004. Di Mana Bumi Dipijak, di Sana Langit Dijunjung. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja. Schulz, G.E. dan R.H. Schirmer. 1979. Principles of Protein Structure. Second Edition. New York: Springer-Verlag. Sheeler, Phillip and Donald E. Bianchi. 1987. Cell and Molecular Biology. Third Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc. Stanley, Melissa and George Andrykovitch. 1984. Living: An Introduction to Biology. Second Edition. Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company. Suastika, Nyoman. 2006. Implementasi Konsep Tat Twam Asi dalam Kehidupan Keluarga. Makalah yang Disampaikan pada Siswa SMP Negeri 2 Seririt, Tanggal 12 Mei 2006. Sudirga, Ida Bagus et al. 2007. Widya Dharma Agama Hindu: Pelajaran Agama Hindu untuk Kelas XI SMA. Bandung: Ganeca Exact. Suryo. 1986. Genetika Strata 1. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. -------. 1989. Genetika Manusia. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Suwirna, Wayan. 2001. “Universalisme Kehidupan (Suatu Kajian Biomolekuler)”. Dalam Bunga Rampai Biologi. Singaraja: Jurusan Pendidikan Biologi STKIP Negeri Singaraja.
130 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011
Tirta, Nyoman. 1989. Filsafat Sains. Singaraja: Bioma. Varute, A.T. and K.S. Bhatia. 1976. Cell Structure and Function. New Delhi: Vikas Publishing House PVT Ltd. Watson, D. James. 1970. Molecular Biology of the Gen. Second Edition. California: W.A. Benjamin, Inc.
131 WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 10 No. 3 April 2011