Penggunaan Media Lagu dan Puisi dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia pada Siswa BIPA Tingkat Pemula di Universitas Multimedia Nusantara (Sebuah Model Pembelajaran pada Siswa BIPA Tingkat Pemula di Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang) Olo Tahe Sinaga, SMA Negeri 36 Jakarta (BIPA Independent)
1.
Pengenalan BIPA di Universitas Multimedia Nusantara Program BIPA di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) berawal dari kedatangan seorang
mahasiswa asing pertama dari Jepang bernama Taichi Hasegawa dari Tokyo Denki University. Ia merupakan mahasiswa yang mendapat kesempatan kuliah di UMN selama setahun dan belajar bahasa Indonesia selama empat bulan dengan saya. Setelah itu, datang tiga mahasiswa Korea dari Youngsan University dari Ulsan, Korea Selatan. Mereka belajar selama setahun atau dua semester dengan semester pertama belajar bahasa Indonesia dalam tiga tingkatan, yaitu tingkat pemula, madya, dan mahir. Setiap tingkat terbagi atas dua bagian, misalnya pemula satu dan pemula dua. Kedatangan mereka membuat manajemen UMN tertarik untuk mengembangkan program BIPA lebih jauh lagi. Akhirnya manajemen UMN membuat program BIPA secara khusus denga menerima peserta kursus bukan hanya dari kalangan mahasiswa melainkan juga dari kalangan umum. Peserta umum pertama yang belajar berasal dari Bangladesh dan diberikan kursus seminggu satu kali pada Sabtu selama dua sesi dengan rentang satu sesi dua setengah jam. Program BIPA di UMN berkembang baik. Di awal kursus pertama yang dimulai 2 September 2013, BIPA UMN menerima siswa sekitar 33 orang yang terdirikelas Pemula A, Pemula B, Pemula C (kelas Karyawan) yang pelaksanaannya sore hari serta kelas Madya. Hampir seluruhnya siswa BIPA di UMN berasal dari Korea Selatan. Ada dua orang yang berasal dari Taiwan. Program kursus periode kedua (Januari-April 2014) jumlah siswa yang belajar semakin bertambah dan UMN menerima secara khusus, sekitar 30 orang dari Sila University. Selain itu, UMN menerima kembali tiga orang mahasiswa Youngsan University. Di pertengahan Februari 2014, UMN menerima kunjungan sepuluh mahasiswa Tokyo Denki University selama dua minggu. Saya beruntung dipercaya untuk menangani tiga mahasiswa Youngsan Unversity dan sepuluh mahasiswa Tokyo Denki University. Saat ini, kursus BIPA di UMN memasuki periode ketiga dan akan berakhir pada Agustus 2014.
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
1
2.
Permasalahan Keterampilan Berbicara Siswa BIPA Tingkat Pemula di Universitas Multimedia Nusantara Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa Indonesia ini terkait pada tiga
komponen yang berhubungan dengan keterampilan berbicara. Dalam melihat permasalahan yang terjadi di kelas, dilakukan tes penempatan sebagai gambaran kondisi awal siswa. Berikut bahasan tiga kemampuan permasalahan
tersebut yang terdiri atas siswa BIPA, guru BIPA, dan proses
pembelajaran. Guru cenderung menggunakan metode konvensional. Seringkali siswa merasa bosan karena belum ada variasi. Saat dilakukan pengamatan pada proses pembelajaran, siswa terlihat jenuh dengan pembelajaran tanpa ada variasi di dalamnya. Sangat disayangkan karena motivasi belajar bahasa Indonesia mereka cukup tinggi. Hal itu dapat ditandai dari sering munculnya pertanyaan mereka tentang struktur bahasa Indonesia yang benar. Lebih lanjut, bila proses belajar mereka tidak maksimal. Artinya, harus ada perubahan dalam teknik ajar maupun media ajar agar suasana belajar tidak monoton. Pengamatan dilakukan dengan mencari tahu tentang kemampuan awal pembelajar dalam berbahasa Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan kemampuan awal tersebut, ditemukan beberapa masalah yang terkait dalam keterampilan berbicara, seperti pelafalan, tata bahasa, kosakata, kelancaran, dan pemahaman. Hasil pengamatan siswa BIPA dapat dilakukan dengan melihat hasil tes penempatan dan hasil diskusi dengan pengajar lain berkait kondisi awal kebahasaan siswa terutama keterampilan berbicaranya. Permasalahan yang paling kentara terletak pada pelafalan yang kurang jelas saat mengucapkan bunyi dalam kata dan merangkai kata tersebut menjadi kalimat. Mereka yang berasal dari Jepang memiliki kecenderungan kesalahan dalam melafalkan bunyi /r/ dengan /l/ yang sering tertukar, bunyi /e/ dengan /a/, menyebutkan kata kuning dengan kunying. Selain itu, mereka mengalami kesulitan untuk bunyi-bunyi yang mengandung nasal seperti /ng/, /ny/, /kh/ yang terletak pada posisi awal, karena pada dasarnya kosa kata bahasa Jepang hampir tidak ada bunyi nasal. Berbeda halnya dengan pembelajar berbahasa ibu bahasa Korea. Mereka cenderung memberikan tambahan bunyi seperti kata ‘sebelas’ dilafalkan /sebelase/, kata ‘tujuh’ dilafalkan /tuju/; kata ‘beda’ yang sering dilafalkan /bedha/ ; kata ‘cari’ dilafalkan /chari/, Kesalahan yang mendominasi pada pelafalan terletak pada bunyi /c/ pada posisi awal seperti kata ‘cantik’ dilafalkan /chantik/; kata ‘cukup’ dilafalkan /ciukup/; kata ‘celup’ dilafalkan /chelup/, /a/ pada posisi akhir dan pada saat merangkai katakata tersebut menjadi kalimat, pelafalan mereka menjadi tidak jelas. Pada permasalahan yang terkait dengan kelancaran, seringkali siswa BIPA tersendat-sendat dalam mengujarkan kalimat, tetapi hal ini dapat dimaklumi karena mereka pembelajar tingkat pemula
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
2
sehingga guru harus sering melatih bunyi-bunyi yang sulit diucapkan oleh mereka. Guru harus melakukan tubian (drilling) kata-kta yang dianggap sulit untuk diucapkan kepada pembelajar, terutama untuk tingkat pemula agar mereka tidak bosan dalam belajar. Guru harus pandai memilih media dan metode belajar yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan.
3.
Keterampilan Berbicara Hughes (2002: 6-7) menyatakan bahwa dalam mengajar berbicara tidak dapat terpisahkan
dari aktivitas lainnya di samping linguistik. (Faktor yang sangat kompleks adalah ketika berbicara merupakan focus aktivitas di kelas yang bertujuan: membantu siswa untuk memperoleh kesadaran atau mempraktikkan beberapa aspek pengetahuan llinguistik (apabila aturan tata bahasa atau aplikasi dari peraturan fonemik yang telah dikenalkan) atau untuk membangun keterampilan produktif (contohnya seperti ritme, intonasi, atau kenyaringan antarvokal), atau untuk meningkatkan kesadaran dari beberapa poin sosiolinguistik atau pragmatik (khususnya petunjuk untuk menginterupsi secara halus, merespon tanggapan segera, atau salah satunya).
Berikut ini adalah tingkat dan keluasan aspek penelitian berbicara. Hughes menambahkan bahwa ada tiga bagian penting dalam menunjang penelitian berbicara. Ketiga bagian tersebut adalah pengorganisasian, tata bahasa, dan bunyi. Pengorganisasian dan sikap berbahasa terdiri atas psikolinguistik dan sosiolinguistik, pragmatik, kinestetik, analisis wacana dan percakapan. Sementara itu, struktur bahasa terdiri atas sintaksis, tata bahasa, leksikal atau pelajaran kosa kata, dan fonologi. Terakhir, bunyi bahasa terdiri atas fonetik, fonemik, dan prosodi atau pelajaran intonasi. Ketiga bagian di atas adalah faktor terpenting dalam penelitian berbicara. Hughes juga menyatakan bahwa kegiatan berbicara tidak luput dari aspek-aspek sosial. Berikut gambaran dari aspek sosial berbicara, seperti (locus of change),interpersonal (interpersonal), informal (informal), terstigma (stigmatized), retoris (rhetorical), dan primer (primary). Pada pernyataan Hughes ini, aspek sosial memang sangat mendasari keterampilan berbicara seseorang, yang dalam hal ini adalah siswa BIPA tingkat pemula. Dalam praktiknya, siswa BIPA tingkat pemula berbaur dan berkomunikasi dengan komponen realita sosial dan juga budaya di sekelilingnya. Oleh sebab itu, materi ajar yang menggunakan materi otentik sangatlah diperlukan. Proses pengajaran keterampilan berbicara, khususnya model pembelajaran ini media lagu dan puisi memang tidak luput dari suatu diskusi antara pengajar dan pembelajar. Pendekatan yang digunakan dalam strategi diskusi ini adalah pendekatan kooperatif.
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
3
Penny (2002:2) menyatakan bahwa diskusi merupakan aktivitas berbahasa yang berlangsung alami. Diskusi merupakan aktivitas berbahasa yang berlangsung alami dan pembelajaran berbicara yang efektif karena siswa mempraktikkan kemampuan berbicara secara bebas dan mereka dapat memecahkan berbagai permasalahan atau situasi secara bersama-sama dalam mengungkapkan ide.
Dikatakan lebih lanjut, bahwa dalam mempelajari diskusi, peserta secara langsung dapat berpartisipasi dalam menuangkan gagasannya. Selain itu pula, peserta diskusi akan belajar untuk berpikir logis seperti memiliki kemampuan mengeneralisasi, beranalogi, dan sebagainya. Kemampuan untuk berdebat oleh Penny dimaksudkan untuk menyimak pembicaraan seseorang, tidak menginterupsi, dan berbicara yang relevan serta jelas. John W Oller (1979: 320-321) mengategorikan penilaian kompetensi bahasa lisan merujuk pada skala FSI (The Foreign Service Institute). Berikut adalah deskripsi beserta kriteria penilaian kompetensi berbahasa lisan berdasarkan FSI. 1. Mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari serta keperluan sopan-santun sekadarnya: bertanya dan menjawab pertanyaan tentang hal-hal sederhana yang diketahui dengan kemampuan berbahasanya yang terbatas. 2. Mampu memenuhi kebutuhan sosial dan pekerjaan sehari-hari: berkomunikasi secara mantap, meskipun dengan kesulitan, dalam kegiatan sosial sehari-hari, seperti memperkenalkan diri, berbicara tentang kejadian aktual, pekerjaan, keluarga, dan sebagainya. 3. Mampu menggunakan bahasa dengan tatabahasa dan kosakata yang lumayan untuk mengambil bagian secara efektif dalam pembicaraan formal maupun informal tentang halhal yang praktis, dan berhubungan dengan masalah sosial atau profesional: mendiskusikan hal-hal khusus dengan mudah atas dasar pemahaman mengenai hal yang dibicarakan, dengan perbendaharaan kata dan tatabahasa yang cukup, kesalahankesalahan yang kecil yang tidak sampai mengganggu pemahaman, meskipun dengan logat yang terdengar asing. 4. Mampu menggunakan bahasa sesuai dengan kebutuhan dalam bidang pekerjaannya, secara tepat dan lancar: memahami dan berpartisipasi dalam berbagai pembicaraan dalam bidangnya dengan lancar dan pilihan kata yang tepat; meskipun tidak sampai seperti penutur asli, namun mampu memberi tanggapan bahkan dalam hal dan keadaan yang asing, dan dengan kesalahan lafal dan tatabahasa tidak banyak.
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
4
5. Mampu menggunakan bahasa sebagaimana layaknya seorang penutur asli: bahasa yang digunakan sedemikian baik dan lancar pada berbagai aspeknya, baik pemilihan kata, ungkapan, maupun nuansa kulturalnya, sehingga sepenuhnya dapat diterima oleh penutur asli.
Keterampilan berbicara yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kegiatan yang bertujuan untuk berkomunikasi dengan kawan bicara secara logis dan wajar dengan menggunakan pelafalan yang tepat, bertata bahasa yang benar, penggunaan kosakata yang tepat, kelancaran pengucapan yang baik, dan terdapat pemahaman antarkawan bicara.
4.
Penggunaan Media Lagu dan Puisi Menurut Gerlach and Ely dalam Azhar Arsyad (2002:2) jika dipahami secara garis besar media
adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Selain itu, AECT (Association of Education and Communication Technology) memberikan batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk penyampaian pesan atau informasi. Di samping sebagai penyampai atau pengantar, media sering diganti dengan kata mediator yang menurut Fleming adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak. Dengan istilah mediator, media menunjukkan fungsi dan perannya yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran. Media pembelajaran berdasarkan pengertian di atas mencakup keseluruhan alat-alat dan fasilitas yang membantu proses belajar mengajar dan dapat menunjukkan hasil belajar siswa. Dipilihnya lagu dan puisi sebagai media pembelajaran yang merupakan media audio visual menurut Walkins (1982: 263) dapat mengurangi kejenuhan dalam pembelajaran karena di dalam media tersebut terdapat manfaat yang begitu besar khususnya untuk melatih daya ingat dan siswa memiliki perhatian penuh yang tertuju pada gambar bergerak dan hal ini mempengaruhi situasi belajar siswa. Melalui lagu dan puisi siswa akan mengekspresikan segala perasaan, menjiwai ungkapan/katakata yang dipilih penulis lagu ataupun penyairnya berdasarkan pemahaman yang diperolehnya. Salah satu materi ajar keterampilan berbahasa bahasa Indonesia adalah berbicara. Keterampilan berbicara ini penting untuk diajarkan karena dengan keterampilan berbicara itu seorang siswa akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak. Selain itu, melalui lagu
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
5
juga dapat mengembangkan pemahaman struktur dan aspek budaya. Melalui lagu dan puisi berbagai aspek budaya suatu negara dapat diperkenalkan. Dalam belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing, penggunaan lagu dan puisi memungkinkan pembelajar untuk mencapai tujuan akhir dalam proses belajar mengajar, yakni kemampuan memahami bahasa asing tersebut baik dari segi struktur maupun kosakatanya. Latihan-latihan struktur dengan menggunakan lagu dan puisi dapat membiasakan pembelajar menggunakan kata-kata atau ungkapan-ungkapan dalam bahasa asing. Dengan demikian, kemampuan mengorganisasi, mengonsep, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan akan terlatih. Belajar
melalui lagu dan puisi membuat suasana belajar di kelas lebih santai dan
menyenangkan, sehingga dapat mengurangi ketegangan
dan perasaan takut pembelajar untuk
berbicara dan mengerjakan latihan-latihan. Pembelajar lebih termotivasi untuk belajar, materi yang diajarkan pun mudah diserap dan dihafal karena tanpa sadar mereka akan terus mengulanginya. Dipilihnya tingkat pemula didasarkan pada pemahaman bahwa tingkat pemula belum banyak memahami/menguasai bahasa target, sehingga guru harus pandai memilih media yang digunakan agar siswa lebih termotivasi belajar bahasa Indonesia. Dalam
proses
pembelajaran
dengan
media
lagu
dan
puisi,
guru
hendaknya
mempertimbangkan jenis nyanyian atau lagu dan puisi apa yang sesuai dengan pembelajar. Hal ini penting diperhatikan agar pembelajar memiliki motivasi, minat serta bersikap positif terhadap materi yang diajarkan. Lagu dan puisi yang dipilih sebaiknya tidak memengaruhi atau mendominasi pembelajar, karena hal ini dapat mengurangi pemahaman pembelajar terhadap lagu tersebut. Misalnya, lagu yang musiknya terlalu keras sehingga menutupi suara si penyanyi, tempo lagu terlalu cepat sehingga pembelajar akan mengalami kesulitan, dan teks lagu tidak terlalu sulit dipahami. Adapun langkah yang saya lakukan dalam proses pembelajaran menggunakan media lagu dan puisi menggunakan dua cara yang berbeda, yaitu: Cara pertama, memberikan teks lagu atau puisi secara tidak utuh, lalu memperdengarkan lagu/video pembacaan puisi tersebut sebanyak dua kali. Siswa mencoba mengisi teks lagu/puisi yang rumpang tersebut. Setelah teks lagu/puisi tersebut lengkap, barulah siswa diminta menyanyikan lagu/membacakan puisi bersama-sama. Setelah itu, pembelajar mendiskusikan isi dari lagu tersebut serta menjawab pertanyaan tentang diksi, ungkapan, struktur, dan kalimat yang berhubungan dengan lagu. Cara kedua, memberi guntingan teks lagu atau puisi dalam beberapa bagian/kalimat. Guntingan tersebut dimasukkan ke dalam amplop sebelum lagu diperdengarkan/pembacaan puisi
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
6
ditayangkan. Kemudian memperdengarkan lagu/menayangkan video pembacaan puisi sebamuak dua kali. Mereka mencoba menyusun lagu atau syair puisi tersebut sesuai dengan apa yang mereka dengar. Setelah lagu atau puisi tersusun, pembelajar menyanyikan lagu/membacakan puisi secara bersama-sama. Kedua teknik itu efektif dalam penerapan pendidikan berkarakter positif dalam konteks menjawab pertanyaan dan mengendalikan emosi. Guru memang harus mempertimbangkan lagu yang dipilih sebagai media pembelajarannya. Berikut adalah teks lagu dan puisi yang dipilih sebagai media pembelajaran karena pilihan kata penulis lagu dan penyair sangat sederhana, mudah dipahami, tetapi maknanya sangat dalam. Penuh pesan moral yang ingin disampaikan penulisnya.
MENGENANGMU Keris Patih Takkan pernah habis air mataku Bila ku ingat tentang dirimu Mungkin hanya kau yang tahu Mengapa sampai saat ini ku masih sendiri Adakah di sana kau rindu padaku Meski kita kini ada di dunia berbeda Bila masih mungkin waktu berputar Kan kutunggu dirimu Reff: Biarlah ku simpan sampai nanti aku kan ada di sana Tenanglah diriku dalam kedamaian Ingatlah cintaku kau tak terlihat lagi Namun cintamu abadi
Januari, 1949 Taufik Ismail Butiran logam membunuh saudaraku Dirabanya pinggangnya Ketika dia rubuh . Sejemput dendam meluluh hatiku Di mana kuburnya Semakin jauh . Luka-lukamu Luka bumi kita Luka langit yang rapuh Rumpun-rumpun bambu Dan lereng akasia Tempatmu berteduh Matanya trembesi Ngembara di padang lalang Direnggutkan ke bumi Dengan tujuh letusan. 1956
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
7
5.
Proses Penggunaan Media Lagu dan Puisi dalam Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa BIPA Tingkat Pemula Memilih lagu dan puisi sebagai media pembelajaran memang merupakan sesuatu yang
terlihatnya seperti mudah dan sederhana. Padahal dalam pelaksanaannya dibutuh sentuhan rasa dari guru BIPA untuk melaksanakannya. Apabila kita sebagai guru BIPA tidak memiliki kemampuan untuk bernyanyi layaknya sebagai seorang penyanyi atau membacakan puisi layaknya seorang pembaca puisi handal atau deklamator akan mengalami sedikit kesulitan. Pada dasarnya siswa akan merasa lebih tertarik dan termotivasi dalam belajar apabila guru dapat memberikan contoh secara langsung. Atas dasar kecintaan pada dunia tarik suara dan puisi itulah, saya selalu menggunakan media ini dalam proses pembelajaran BIPA. Saya memilih lagu yang pilihan katanya mudah dipahami dan jelas. Selain itu lagu yang dinyanyikan harus memliki musik dan irama yang menarik dan yang terpenting adalah saya harus mampu menyanyikannya karena apabila hanya menggunakan contoh dari media sosial youtube hasilnya akan berbeda. Demikian halnya dengan pemilihan puisi sebagai media pembelajaran. Beruntung saya sangat menyenangi keduanya sehingga tidak mengalami kesulitan saat memberikan contoh membawakan lagu ataupun membacakan puisi yang menjadi bahan ajar. Tahap awal penggunaan media lagu dalam pembelajaran pada siswa BIPA tingkat pemula yang berasal dari Youngsan University saya menggunakan cara yang pertama, yaitu memberikan teks lagu yang tidak lengkap seperti di bawah ini Takkan pernah habis ……… Bila ku ……….tentang ………….. Mungkin ………… kau yang ………… Mengapa …………………..ku masih sendiri Adakah …………… kau rindu padaku Meski ……. kini ada di …………… Bila masih mungkin …………….. Kan ……………. dirimu Reff: Biarlah ku ………. sampai nanti … kan ada di sana ……………. diriku dalam …………… Ingatlah …………. kau …………….. lagi Namun cintamu ……………..
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
8
Setelah itu mereka diminta untuk melihat dan memperhatikan dengan saksama penanyangan video lagu Mengenangmu oleh Keris Patih melelui media sosial youtube sambil mengisi bagian yang rumpang dari lagu tersebut. Penayangan video dilakukan sebanyak dua kali. Hasilnya sungguh diluar perkiraan saya. Mereka mampu mengisi bagian yang rumpang tersebut dengan baik. Kemudian, mereka diminta untuk mencari makna kata/ungkapan yang mereka isi ke dalam bagian yang rumpang tersebut dengan bantuan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring. Harapannya adalah mereka mampu memahami pesan moral yang ingin disampaikan penulis lagu yang didengarnya sehingga ketika mereka dapat mengahayati lagu saat mereka menyanyikan. Langkah berikutnya adalah mengajarkan mereka menyanyikan lagu tersebut secara terpenggal-penggal per bait berulang-ulang, tidak secara utuh satu lagu. Cara ini diyakini hasilnya akan lebih baik dibandingkan mengajarkan satu lagu secara utuh. Seperti pepatah kuno dalam bahasa Indonesia “ Satu kali sepuluh lebih baik daripada sepuluh kali satu”. Akan halnya dengan penggunaan puisi sebagai media, saya melakukan hal yang sama seperti pada media lagu, yaitu memberikan teks puisi yang tidak lengkap, lalu mereka diminta untuk memperhatikan dengan saksama penayangan contoh video pembelajaran pembacaan puisi sebanyak dua kali sambil mengisi kalimat yang sengaja dirumpangkan seperti contoh berikut. Butiran logam ………saudaraku Di………nya pinggangnya Ketika …… rubuh ………. dendam …… hatiku Di mana ……nya Semakin ………… Luka-lukamu Luka ……….. kita Luka ……………………….. Rumpun-rumpun …… Dan ……… akasia Tempatmu berteduh Matanya trembesi ..…… di padang lalang Direnggutkan ……. Dengan …… letusan Berikut langkah saat berdiskusi dengan lagu dan puisi sebagai proses pembelajaran berbicara yang didasarkan pada kelima aspek berbicara dalam FSI. Pelafalan
Melakukan pendahuluan/apersepsi
Menayakan suasan hati pada siswa apakah serius, menjengkelkan, menarik minat, suka ria, netral.
Memperlihatkan tayangan awal kemudian berhenti sebentar. Menanyakan pertanyaan berikut. - Apa yang Anda rasakan setelah melihat tayangan tadi? - Apakah Anda tertarik, bosan, menjengkelkan, menakutkan, menggelikan? - Apa yang dikatakannya? - Apakah banyak informasi atau pokok yang menarik?
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
9
- Apakah ada kosakata baru yang penting? Coba cek artinya! Tata Bahasa
Memperlihatkan satu bagian lagi dan meminta siswa untuk menyebutkan berapa banyak inti cerita.
Menayangkan kembali lagu seputar ujaran yang memperlihatkan konjungtor intrakalimat dan antarkalimat
Menayangkan kembali lagu seputar ujaran yang berhubungan dengan kata ganti (pronomina)
Meminta siswa untuk membuat kalimat yang lain dengan konjungtor intrakalimat dan antarkalimat
Kosakata
Menayangkan bagian lagu seputar ujaran klitika dan enklitik seperti pada kata aku menjadi ku; kamu menjadi mu
Menayangkan lagu yang berisi penggunaan kata (istilah bidang tertentu atau istilah budaya) sesuai konteks.
Meminta siswa untuk membuat kalimat yang tidak sesuai konteks.
Kelancaran
Meminta siswa untuk mengucapkan kata-kata yang sulit yang sesuai dengan teks lagu/puisi.
Meminta siswa menyanyikan lagu/membacakan puisi untuk mengukur kelancaran
Pemahaman
Menayangkan bagian tengah/reff (klimaks).
Menayakan siswa apakah menyukai lirik lagu, irama, dan musik
yang dibawakan serta
kemukakan alasannya mengapa ya/mengapa tidak.
Meminta siswa untuk melihat mimik penyanyi/pembaca puisi saat tampil.
Memberikan pertanyaan tentang klimaks dari lagu/puisi, apa yang terjadi dengan tokoh pada lagu/puisi? Bagaimana suasana hati tokoh yang digambarkan melalui lagu/puisi. Hal ini dimaksudkan untuk membangun pemahaman ataas sebuah lagu/puisi
6.
Mendiskusikan penyelesaian masalah yang terjadi
Hasil Evaluasi Siswa Berikut hasil analisis evaluasi keterampilan berbicara siswa menggunakan media lagu dan puisi
yang video pembelajarannya dapat dilihat di media sosial youtube dengan nama TRIO YOUNGSAN UNIVERSITY MENYANYI LAGU MENGENANGMU. Penilaiannya menggunakan Penskoran Keterampilan Berbicara yang mengacu pada Skala Penilaian FSI seperti table berikut. Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
10
Penskoran Untuk Keterampilan Berbicara Dapat Mengacu Pada Skala Penilaian FSI Rincian
Skor 1 2
Kriteria
Bobot
Ucapan umumnya tidak dapat dimengerti Banyak kesalahan mencolok, ucapan sulit dimengerti, harus banyak mengulang Gaya bicara dan ucapan yang asing, banyak kesalahan lafal,
3
pemilihan kata, dan tatabahasa, sering menimbulkan salah pengertian
Logat Bicara
Gaya bicara dan ucapan yang masih terdengar asing, 4
15
dengan beberapa kesalahan lafal, tetapi masih dapat dimengerti
5
6 1 2
Tidak ada kesalahan ucapan yang mencolok, tetapi gaya bicara tetap saja belum seperti penutur asli Gaya bicara dan ucapan seperti penutur asli, tanpa menampakkan gaya asing Hampir seluruhnya salah, kecuali ungkapan baku Kesalahan terus-menerus karena penguasaan tatabahasa yang amat terbatas sehingga mengganggu komunikasi Banyak kesalahan karena penguasaan kurang memadai
Tatabahasa
3
kekesalan dan salah pengertian 4
pola tatabahasa, tanpa menimbulkan salah pengertian Sedikit kesalahan
6
Tidak lebih dari dua kesalahan selama interview
2
Tidak mencukupi, bahkan untuk berbicara yang paling sederhana Terbatas pada urusan pribadi untuk sekedar ‘jalan’ Pilihan kata sering tidak tepat, keterbatasan kosakata yang
3
20
Beberapa kesalahan karena kurang penguasaan beberapa
5
1
Kosakata
terhadap pola tatabahasa yang pokok, sering menimbulkan
15
tidak memungkinkan berbicara tentang hal-hal yang biasa dijumpai
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
11
Penguasaan kosakata khusus yang diperlukan untuk 4
berbicara tentang hal-hal khusus, kosakata umum yang cukup untuk berbicara tentang hal-hal umum dengan sedikit berputar-putar Penguasaan luas dan akurat terhadap kosakata dalam
5
bidang khusus, kosakata umum yang cukup untuk berbicara tentang berbagai hal yang komplek yang dijumpai sehari-hari
6 Rincian
Penguasaan kosakata yang luas dan beragam seperti layaknya penutur asli yang berpendidikan
Skor 1
2
3
Kelancaran Berbicara
4
5
6 1
Patokan
Bobot
Berbicara tersendat-sendat dan tidak menentu sehingga praktis tidak ada komunikasi Berbicara amat lambat dan tersendat, kecuali kalimatkalimat pendek dan baku Berbicara dengan ragu-ragu dan kadang-kadang tersendat, kalimat sering tidak terselesaikan Kadang-kadang tersendat, dengan kalimat yang sering
25
diulang dan dibetulkan, dan mencari-cari kata Berbicara dengan lancar, dengan logat dan kecepatan yang jelas asing Berbicara dengan lancar tentang berbagai hal seperti layaknya penutur asli Mengerti lawan bicara sedikit sekali untuk dapat berbicara Mengerti hanya bila lawan bicara berbicara amat lambat
2
tentang hal-hal amat sederhana, dengan pengulanganpengulangan
Pemahaman
3
4
5
Mengerti
pembicaraan
sederhana
yang
ditujukan
kepadanya, dengan pengulangan-pengulangan
25
Mengerti dengan baik pembicaraan yang ditujukan kepadanya, dengan beberapa pengulangan dan penjelasan Mengerti seluruh pembicaraan yang ditujukan kepadanya, kecuali beberapa hal yang jarang digunakan atau
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
12
diucapkan cepat Mengerti seluruh pembicaraan yang disampaikan dalam 6
berbagai gaya bahasa sebagaimana layaknya seorang penutur asli
TABEL PEMBOBOTAN PENILAIAN PENSKORAN DAN PENAFSIRAN HASIL ORAL Deskripsi
1
2
3
4
5
6
Tekanan
0
1
2
2
3
4
...
Tata Bahasa
6
12
18
24
30
36
...
Kosakata
4
8
12
16
20
24
...
Kelancaran
2
4
6
8
10
12
...
Pemahaman
4
8
12
15
19
23
...
JUMLAH
...
Kefasihan
...
TABEL KONVERSI TINGKAT KEFASIHAN Jumlah Score 16 – 25 26 – 32
Tingkat Kefasihan 0+ 1
33 – 42
1+
43 – 52
2
53 – 62
2+
63 – 72
3
73 – 82
3+
83 – 92
4
93 - 99
4+
Sumber : Oller ; 1979 : 323
Hasil analisis penggunaan media lagu dalam meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa BIPA Tingkat Pemula menggunakan Model Foreign Service Institute (FSI).
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
13
TABEL PEMBOBOTAN PENILAIAN PENSKORAN DAN PENAFSIRAN HASIL ORAL Deskripsi
1
2
3
4
5
6
Tekanan
0
1
2
2
3
4
3
Tata Bahasa
6
12
18
24
30
36
32
Kosakata
4
8
12
16
20
24
21
Kelancaran
2
4
6
8
10
12
10
Pemahaman
4
8
12
15
19
23
20
JUMLAH
90
Kefasihan
4
Sumber : Oller; 1979 : 323 TABEL KONVERSI TINGKAT KEFASIHAN Jumlah Skor 16 – 25 26 – 32
Tingkat Kefasihan 0+ 1
33 – 42
1+
43 – 52
2
53 – 62
2+
63 – 72
3
73 – 82
3+
83 – 92
4
93 – 99
4+
Sumber : Oller ; 1979 : 323
Berdasarkan tabel konversi tingkat kefasihan yang dimiliki oleh ketiga mahasiswa Youngsan University ada di skor 90 (tingkat kefasihan 4) . Hal ini dapat ditafsirkan sebagai memiliki kemampuan berbicara yang sangat baik, apalagi ketiganya dituntut untuk dapat menghafal lagu yang dibawakan dan tampil di depan umum. Penggunaan Media puisi pada Keterampilan Berbicara BIPA Tingkat Pemula yang dilakukan pada sepuluh orang siswa BIPA dari Universitas Tokyo Denki yang merupakan program pengenalan bahasa Indonesia kepada mahasiswa asing oleh Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang sehingga mereka nantinya diharapkan tertarik untuk belajar di Indonesia, khususnya UMN . Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
14
Mereka berada di UMN hanya dua minggu dan belajar bahasa Indonesia dengan jumlah jam yang sangat terbatas, yaitu sepuluh pertemuan dengan durasi satu pertemuan dua setengah jam (3 sks). Namun, jumlah jam yang terbatas tidak membuat saya berkecil hati dan bingung untuk mengenalkan bahasa Indonesia kepada mereka. Di dalam benak saya
tersirat motivasi untuk
memartabatkan bangsa melalui bahasa. Video pembelajaran tersebut dapat dilihat di media sosial youtube dengan judul MAHASISWA TOKYO DENKI UNIVERSITAS BACA PUISI. Video pembelajaran ini berdurasi satu menit tujuh detik. Puisi yang dibacakan berjudul Januari 1949 karya Taufik Ismail. Berikut ini adalah hasil analisis terhadap video pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan media puisi pada siswa BIPA Tingkat Pemula mahasiswa Tokyo Denki Univesity menggunakan Model Foreign Service Institute (FSI),
TABEL PEMBOBOTAN PENILAIAN PENSKORAN DAN PENAFSIRAN HASIL ORAL Deskripsi
1
2
3
4
5
6
3
Tekanan
0
1
2
2
3
4
3
Tata Bahasa
6
12
18
24
30
36
26
Kosakata
4
8
12
16
20
24
18
Kelancaran
2
4
6
8
10
12
6
Pemahaman
4
8
12
15
19
23
17
Kefasihan
JUMLAH
73
Sumber : Oller; 1979 : 323 TABEL KONVERSI TINGKAT KEFASIHAN Jumlah Skor 16 – 25 26 – 32
Tingkat Kefasihan 0+ 1
33 – 42
1+
43 – 52
2
53 – 62
2+
63 – 72
3
73 – 82
3+
83 – 92
4
93 – 99
4+
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
15
Berdasarkan tabel konversi tingkat kefasihan yang dimiliki oleh ketiga mahasiswa sepuluh orang mahasiswa Tokyo Denki University ada pada skor 73 (tingkat kefasihan 3+) . Hal ini dapat ditafsirkan sebagai memiliki kemampuan berbicara cukup baik walaupun masih terdapat ketidaktepatan pengucapan pada beberapa kata. Ini terjadi karena mereka merupakan pembelajar yang berasal dari Jepang yang memiliki bunyi-bunyi bahasa yang berbeda dengan bunyi bahasa, bahasa Indonesia. Namun sebagai pembelajar pemula, apa yang mereka tampilkan sangat apresiatif dan di luar perkiraan yang diharapkan. Selain itu, penulis juga menerapkan model pembelajaran ini pada program pemula yang lain, yang merupakan pembelajar keturunan Korea dan Taiwan. Mereka secara individu mengikuti program kursus bahasa Indonesia yang ada di Universitas Multimedia Nusantara. Mereka membacakan puisi yang berjudul Aku karya Chairil Anwar. Berikut adalah teksnya Aku Kalau sampai waktuku ‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi
Berikut adalah hasil analisis data penggunaan media puisi dalam meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa BIPA Tingkat Pemula di Universitas Multimedia Nusantara yang videonya dapat dilihat pada media sosial youtube dengan judul Peserta BIPA UMN sedang Membaca Puisi Aku karya Chairil Anwar menggunakan Model Foreign Service Institute (FSI)
TABEL PEMBOBOTAN PENILAIAN PENSKORAN DAN PENAFSIRAN HASIL ORAL Deskripsi
1
2
3
4
5
6
4
Tekanan
0
1
2
2
3
4
3
Tata Bahasa
6
12
18
24
30
36
22
Kosakata
4
8
12
16
20
24
19
Kelancaran
2
4
6
8
10
12
6
Kefasihan
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
16
Pemahaman
4
8
12
15
19
23
15
JUMLAH
69
Sumber : Oller; 1979 : 323 TABEL KONVERSI TINGKAT KEFASIHAN Jumlah Skor 16 – 25 26 – 32
Tingkat Kefasihan 0+ 1
33 – 42
1+
43 – 52
2
53 – 62
2+
63 – 72
3
73 – 82
3+
83 – 92
4
93 – 99
4+
Berdasarkan tabel konversi tingkat kefasihan yang dimiliki oleh ketiga mahasiswa enam mahasiswa peserta kursus BIPA Tingkat Pemula di UMN ada pada skor 69 (tingkat kefasihan 3) . Hal ini dapat ditafsirkan sebagai memiliki kemampuan berbicara cukup baik walaupun masih terdapat ketidaktepatan pengucapan (artikulasi) pada beberapa kata. Ini terjadi karena mereka baru belajar dan motivasi sedikit berbeda karena mereka merupakan karyawan dan mengikuti kursus pada sore hari setelah bekerja yang tentu saja merupakan kendala tersendiri bagi mereka. Namun, semangat mereka untuk belajar sangat tinggi.
7.
Pengaruh Penggunaan Media Lagu dan Puisi terhadap Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa BIPA Tingkat Pemula. Pengaruh penggunaan media lagu dan puisi dapat dilihat dari hasil kemampuan berbicara
siswa BIPA tingkat pemula yang videonya sudah diunggah ke media sosial youtube. Berdasarkan tayangan tersebut kita hasil nilai rata-rata yang diperoleh pada media lagu sangat baik. Hal ini dimungkinkan karena pembelajar asal Korea ini menyenangi lagu ( dalam hal ini bernyanyi) Mereka terlihat sangat menguasai dan membawakan lagu dengan penuh penjiwaan. Selain itu, mereka mampu bernyanyi tanpa teks dan dilakukan di depan umum ( Malam Keakraban Siswa BIPA di UMN). Memang ada kesalahan yang dilakukan oleh salah satu pembelajar yaitu lupa teksnya, tetapi tidak mengurangi kemampuan mereka dalam terampil berbicara bahasa Indonesia. Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
17
Sementara itu, pembacaan puisi yang dilakukan oleh mahasiswa Tokyo Denki University dan Peseta Kursus BIPA kelas Karyawan hasilnya cukup memuaskan. Mengingat waktu yang dimiliki sanagt terbatas dan belajar bahasa setelah pulang kerja merupakan kendala tersendiri. Namun, berkat motivasi yang tinggi untuk mengenal dan belajar bahasa Indonesia semuanya dapat berjalan dengan baik. Hal ini dapat berhasil berkat peran guru BIPA sebagai mediator.
8.
Harapan Sebagai pengajar yang peduli akan penggunaan bahasa Indonesia bagi penutur asing,
tentunya saya berharap penelitian kecil ini dapat bermanfaat bagi para pegiat BIPA di manapun berada di Indonesia. Sebagai pengajar BIPA kita dituntut untuk terus bereksperimen dan berproses dalam pembelajaran, sehingga pada akhirnya memotivasi diri kita untuk terus kreatif dan inovatif dalam mengajar yang menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA Anwar, Chairil. 1949. Deru Campur Debu. Jakarta : Balai Pustaka. Hughes, Rebecca. 2002. Teaching and Researching Speaking. London: Pearson. Nunan, David. 2006. Task Based Language Teaching, New York: Cambridge University Oller, John W Jr. 1979. Language Tests At School, London:Longman. Penny, Ur. 2002. Discussions That Work. Task-Centre Fluency Practice. USA: Cambridge. Rabiger, Michael. 1997. Directing Documentary. Second Edition. Boston: Focal Press. R., Heinict. 1996. Instructional Media and Technology for Learning. Englewood Cliffs: Prentice Hall. Inc. Sherman, Jane. 2003. Using Authentic Video in the Language Classroom. USA: Cambridge University Press.
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
18