HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TEKNIK MENYUNTIK DALAM UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
TESIS
Oleh
IDAYANTI 067010008/KK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TEKNIK MENYUNTIK DALAM UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TESIS Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (MKes) dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh IDAYANTI 067010008/KK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
PERNYATAAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TEKNIK MENYUNTIK DALAM UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
TESIS Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, September 2008
Idayanti
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
Judul Tesis
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Magister
: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TEKNIK MENYUNTIK DALAM UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU : Idayanti : 067010008 : Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM) Ketua
Ketua Program Studi,
(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM)
(Yusrawati Hasibuan, SKM, MKes) Anggota
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)
Tanggal Lulus : 16 September 2008
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
ABSTRAK Standar Operasional Prosedur adalah suatu perangkat instruksi atau langkahlangkah kegiatan yang dibakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu klien yang bertujuan untuk mengarahkan kegiatan asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang efisien dan efektif sehingga konsisten dan aman dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku. Kelalaian perawat serta kurangnya pengetahuan dan sikap dalam penerapan SOP teknik menyuntik dapat membahayakan perawat dan pasien. Rasio peluang penularan HIV akibat kecelakaan tertusuk jarum sebenarnya rendah, 3 : 1000, artinya dari 1000 kasus kecelakaan tertusuk jarum, hanya ada tiga kasus penularan HIV. Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru pada tahun 2006 dan 2007 terjadi kecelakaan kerja yaitu 4 orang tenaga perawat dan 1 orang mahasiswa kedokteran terpajan jarum suntik dan jarum infus penderita HIV/AIDS dan mereka tidak memakai sarung tangan saat bekerja, kondisi ini menimbulkan kecemasan pada mereka. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dalam penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) teknik menyuntik dalam upaya pencegahan infeksi di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 153 orang dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Analisis data menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji Chi-Square dan analisis multivariat dengan uji regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 91,7% perawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru menerapkan SOP teknik menyuntik. Pada uji Chi-Square ditemukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel pengetahuan terhadap penerapan SOP teknik menyuntik dengan nilai P =0,025dan tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel sikap terhadap penerapan SOP nilai P=0,403. Disarankan adanya komitmen yang tegas dalam penerapan SOP sebagai upaya pencegahan infeksi, mengembangkan pengetahuan perawat melalui pendidikan dan pelatihan yang bersifat teknis serta pendidikan dan pelatihan dibidang keselamatan kerja, disarankan penelitian lanjutan tentang penerapan SOP keperawatan di rumah sakit yang berbeda dengan menambah variabel –variabel lain yang berkaitan dengan SOP. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, SOP keperawatan, menyuntik
i Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
ABSTRACT Standard Operational Procedure is a set of instructions or steps of activities which is estabilished to meet the need of a certain client who intends to direct the nursing care activities for an efficient and effective goal that is consistent and safe in the framework of improving the quality of service through meeting the existing standard. The carelessness of nurses and their less knowledge and attitude in the application of SOP of injecting technique can endanger the nurse and patient. The ratio of HIV transmission opportunity resulted from the accident of injection is low, 3 :1000, meaning, only 3 cases of HIV transmission are found in the1000 cases of the accident of injection. At Arifin Achmad General Hospital Pekanbaru in 2006 and 2007 occurred and occupational accident involving 4 (four) nurses and 1 (one) medical student who had physical contact with the neddles used to give an injection and to infuse the HIV/AIDS patient. Since they did not wear their gloves when they were working, this condition made them worried. This observational study with cross sectional design is intended to examine the relationship between the nurses knowledge and attitude in applying the SOP of injecting technique to prevent injection at Arifin Achmad General Hospital Pekanbaru. The population for this study is 153 persons and 60 of them were selected to be the samples.The data obtained were analyzed through univariate, bivariate (using Chi-square test), and multivariate (using double regression test) analysis. The result of this study shows that 91,7% of the nurses working for Arifin Achmad General Hospital Pekanbaru applied the SOP of injection technique. The result of Chi-square test shows that there is a significant relationship between nurses knowledge in the application the SOP of injecting technique ( P=0,025) and is not significant relationship between nurses attitude in the application the SOP of injecting technique (P=0,403). In is suggested that there be a strict commitment in the application of SOP as an attempt to prevent injection, to develop the nurse knowledge through technical education and training departemen of safety work and to conduct further study on the application of the SOP of nursing at the other hospitals and including the other variables related to SOP. Key words : Knowledge, Attitude, SOP Nursing, Giving injection.
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahi rabbil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang pendidikan Strata-2 pada Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan Tesis ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Pasca Sarjana USU, Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja Universitas Sumatera Utara serta Bapak dan Ibu seluruh staf Dosen yang selama ini memberikan pengajaran dan ilmu yang sangat berharga kepada penulis. 2. Komisi pembimbing yaitu : Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM, dan Ibu Yusrawati Hasibuan, SKM, MKes yang selalu membimbing dan memberi saransaran hingga selesainya Tesis ini. 3. Komisi penguji yaitu : Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK dan Ibu Sri Utami AKP, SPd, Mkes yang banyak memberikan masukan dan saran untuk penyempurnaan penulisan Tesis ini.
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
4. Ibu Sofiah Saimin, SKM, Mkes, selaku Direktur Politeknik kesehatan Dep Kes Riau yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak Dr. Zulkifli Malik, Sp.Pa, selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru beserta seluruh staf yang turut membantu terlaksananya penelitian hingga selesai 6. Rekan-rekan pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja Angkatan 2006 yang selalu memberi motivasi dalam penyelesaian tesis ini. Tidak lupa pula penulis haturkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua, Ayahnda Sudjai (Alm) dan Ibunda Zulfidar yang telah membesarkan, mendidik dan membina dengan penuh kasih sayang serta diiringi do’a hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan pada Strata Magister. Kiranya hanya do’a yang dapat penulis panjatkan semoga Allah SWT yang akan membalas segala apa yang telah mereka berikan. Dengan penuh rasa kasih penulis sampaikan kepada suami tercinta, Haris Fadillah, ST yang selalu memberi perhatian, motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan Tesis ini, seiring rasa hormat dan terimakasih kepada Pamanda Azaly Djohan, SH dan Bunda Masni. R, abang, kakak dan adik yang senantiasa mendoakan dan memberi semangat dalam hidup ini.
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Tesis ini, semoga karya ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kesehatan kerja khususnya.
Medan,
September 2008
Penulis
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS 1. Nama
: Idayanti
2. Jenis Kemin
: Perempuan
3. Agama
: Islam
4. Tempat/Tanggal lahir : Pringsewu, 22 Oktober 1969
B. RIWAYAT PENDIDIKAN 1. SD Muhammadiyah Pringsewu
Tahun 1977 - 1982
2. SMP Muhammadiyah Pringsewu
Tahun 1982- 1985
3. SMA Muhammadiyah Pringsewu
Tahun 1985- 1988
4. Akademi Perawat
Tahun 1989 - 1992
5. FKIP UNRI
Tahun 2001- 2003
6. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja Sekolah Pasca Sarjana USU Medan
Tahun 2006 – 2008
C. RIWAYAT PEKERJAAN 1. Staf Pengajar Sekolah Perawat Kesehatan (SPK)
Tahun 1994- 2001
2. Staf Pengajar di Poltekkes Dep Kes Riau
Tahun 2001 – Sekarang
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ....................................................................................................... ABSTRACT .................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... DAFTAR ISI ............................................................................................ DAFTAR TABEL ........................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
i ii iii vi vii ix x xi
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1.2 Permasalahan ................................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 1.4 Hipotesis Penelitian ....................................................................... 1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................
1 1 9 10 10 11
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 2.1 Pengetahuan .................................................................................. 2.2 Sikap ............................................................................................ 2.3 Perawat .......................................................................................... 2.4 Standar Operasional Prosedur (SOP) ............................................ 2.5 Teknik Menyuntik ......................................................................... 2.6 Pencegahan Infeksi ........................................................................ 2.7 Landasan Teori............................................................................... 2.8 Kerangka Konsep Penelitian ..........................................................
12 12 14 19 23 24 28 32 33
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................. 3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 3.5.Variabel dan Defenisi Operasional ............................................... 3.6 Metode Pengukuran ...................................................................... 3.7 Analisis Data .................................................................................
34 34 34 35 36 39 41 42
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB 4 HASIL PENELITIAN ......................................................................
43
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ......................................................... 4.2 Analisis Univariat ......................................................................... 4.3 Analisis Bivariat………………………………………………….
43 45 48
BAB 5 PEMBAHASAN ................................................................................
51
5.1. Hubungan Pengetahuan Responden Terhadap Penerapan SOP Teknik menyuntik Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru ...........
51
5.2. Hubungan Sikap Responden Terhadap Penerapan SOP Teknik menyuntik Di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru ..............
54
5.3. Keterbatasan Penelitian ...............................................................
58
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................
60
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 6.2 Saran ............................................................................................
60 60
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
62
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL Nomor
Judul
Halaman
3.1
Variabel dan Defenisi Operasional .....................................................
41
4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Penerapan SOP Teknik Menyuntik Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru...................................................
46
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Penerapan SOP Teknik Menyuntik Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru............
47
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Penerapan SOP Teknik Menyuntik Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru ...................
48
Hubungan Pengetahuan Responden Terhadap Penerapan SOP Teknik Menyuntik Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru ....................
49
Hubungan Sikap Responden Terhadap Penerapan SOP Teknik Menyuntik Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru ...............................
50
4.3 4.4 4.5 4.6
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR Nomor 2.1
Judul
Halaman
Kerangka Konsep Penelitian ............................................................... 33
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1.
Jadwal Penelitian ................................................................................. 64
2.
Lembar Kuesioner ............................................................................... 65
3.
Instrumen Observasi ............................................................................ 69
4.
Hasil Out Put Pengolahan Data Penelitian .......................................... 72
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) menyebutkan bahwa upaya kesehatan
termasuk upaya kesehatan di Rumah Sakit bersifat menyeluruh, terpadu, bermutu merata, terjangkau dan dapat di terima oleh masyarakat luas. Masyarakat berhak mendapatkan pelayanan rumah sakit yang bermutu dan perlindungan yang layak. Oleh karena itu rumah sakit dalam memberikan pelayanan wajib mematuhi standar profesi dan memperhatikan hak pasien (DepKes RI, 2004). Keperawatan sebagai salah profesi di rumah sakit yang cukup potensial dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena selain jumlahnya yang dominan, juga pelayanannya menggunakan metoda pemecahan masalah secara ilmiah melalui proses keperawatan yang menjadi prinsip dasar dalam program quality assurance. Peran perawat dalam mensukseskan program menjaga mutu secara menyeluruh menjadi sangat penting, karena perawat adalah kunci dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah pelayanan dan asuhan pasien dalam sistem pelayanan di rumah sakit (srf/www/portalkalbe/files/cdk/files/04_Quality AssuranceKeperawatan91.pdf_ Quality). Dalam pelayanan keperawatan standar sangat membantu perawat untuk mencapai asuhan yang berkualitas, disamping itu juga standar dapat menjaga keselamatan kerja, sehingga perawat harus berpikir realistis tentang pentingnya 1 Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
evaluasi sistematis terhadap semua aspek asuhan yang berkualitas tinggi. Namun keberhasilan dalam mengimplementasikan standar sangat tergantung pada perawat itu sendiri. Keberhasilan rumah sakit dalam penerapan standar operasional prosedur praktik keperawatan harus didukung oleh adanya berbagai sistem, fasilitas, sarana dan pendukung lainnya yang ada di rumah sakit tersebut (DepKes RI, 2006). Agar penyelenggaraan pelayanan keperawatan dapat mencapai tujuan, diperlukan suatu perangkat instruksi atau langkah – langkah kegiatan yang dibakukan untuk memenuhi kebutuhan
tertentu pasien, langkah-langkah kegiatan tersebut
adalah Standar Operasional Prosedur (SOP). Tujuan umum standar operasional prosedur adalah untuk mengarahkan kegiatan asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang efisien dan efektif sehingga konsisten dan aman dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku (DepKes RI, 2006). Memberikan pengobatan kepada pasien melalui tindakan menyuntik merupakan wewenang dokter. Tindakan menyuntik dapat saja dilakukan perawat setelah adanya pelimpahan wewenang dari dokter yang bertanggung jawab mengobati pasien. Sejalan menurut pendapat Hidayat A .Aziz (2002), apabila bentuk pelayanan kesehatan membutuhkan kerjasama tim seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit komplek dan pemantauan reaksi obat yang telah diberikan, maka kerjasama dalam pemberian obat boleh saja dilakukan oleh perawat sesuai dengan fungsi perawat yaitu fungsi interdependen. Komite perawat Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad pada tahun 2006 sudah
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
membuat draft dan mengusulkan pada pihak rumah sakit tentang pengakuan dan perlindungan tindakan menyuntik oleh perawat, meskipun belum ada realisasinya, komite perawat terus berupaya untuk mewujudkannya. Pemberian obat melalui suntikan dapat melalui empat rute, yaitu intra cutan, sub cutan, intra muskuler dan intra vena. Risiko yang paling berbahaya dan merugikan dalam pemberian obat adalah melalui intra vena. Setelah masuk ke dalam aliran darah, obat mulai bekerja dengan cepat dan tidak ada cara yang dapat menghentikan kerja obat tersebut. Disamping merugikan ada juga keuntungan dalam situasi kedaruratan ketika obat bekerja lebih cepat dan harus segera diberikan. Untuk itu pada saat memberikan obat melalui intra vena, perawat harus mengobservasi pasien dengan cermat adanya gejala reaksi yang merugikan. Sebagai upaya untuk mengurangi kecelakaan akibat bekerja terutama dalam tindakan menyuntik, perawat dibekali pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang standar operasional prosedur yang berlaku di rumah sakit dan prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan suatu tindakan praktik keperawatan, karena tindakan sekecil apapun yang berhubungan dengan nyawa manusia dapat menimbulkan risiko terhadap perawat dan pasien. (Harry & Potter, 1999). Peraturan kesehatan dan keselamatan kerja dibuat untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman, sehingga petugas dapat bekerja dengan baik dan tercapai tujuan yang diharapkan. Tanggung jawab secara umum terletak pada pimpinan, namun setiap petugas mempunyai kewajiban untuk mencegah terjadinya
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
kecelakaan akibat kerja, dengan cara menggunakan pakaian kerja dan peralatan tertentu serta tindakan yang menjamin kesehatan dan keselamatan (Supartono,1993). Pakaian kerja dan peralatan tertentu serta tindakan nyata yang dapat menjamin kesehatan dan keselamatan perawat dalam memberikan perawatan rutin kepada pasien adalah sebagai berikut: Gown (gaun), masker, sarung tangan, kacamata pelindung dan tindakan mencuci tangan. Sarung tangan dapat mencegah penularan pathogen melalui cara kontak langsung maupun tidak langsung. Williams (1983) menyebutkan alasan mengenakan sarung tangan dalam perawatan rutin pasien adalah untuk mengurangi kemungkinan perawat kontak dengan organisme infeksius yang menginfeksi pasien. (Potter & Perry, 1999). Standar minimal yang harus dilakukan pekerja medis adalah selalu mengenakan sarung tangan karet setiap sekali menyuntik pasien (Soeroso, 2007). The Occupational Safety and Health Act of 1991 menetapkan kaidah dan peraturan untuk melindungi pekerja dari kecelakaan infeksius dalam tempat kerja (OSHA, 1991). Panduan OSHA digabungkan dengan kebijakan dan prosedur dari institusi pelayanan kesehatan. Elemen dari panduan OSHA memuat beberapa kaidah diantaranya adalah pemenuhan tindakan pencegahan standar. Pada tahun 1987, Pusat Kontrol Penyakit (Center for Disease Control) mengeluarkan pedoman komprehensif yang disebut Universal Precaution (kewaspadaan universal) yang meliputi anjuran penggunaan dan pembuangan instrumen tajam yang aman. Tindakan kewaspadaan ini semata-mata berfungsi sebagai pedoman untuk institusi dan tidak diselenggarakan oleh hukum. Pada tahun 1991, Keamanan kerja dan pelayanan kesehatan
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
(Occupational Safety and Health Administration, OSHA) mengeluarkan sebuah mandat tindakan kewaspadaan yang disebut kewaspadaan standar (standart precaution), yang menyatakan bahwa institusi harus menyediakan alat pelindung untuk pegawai guna mencegah penularan patogen yang ditularkan melalui darah, karena rute pajanan penyakit yang ditularkan melalui darah paling sering berasal dari jarum suntik (Bohony, 1993), dewasa ini banyak institusi menyuplai ”spuit pengaman” (safety syringes) untuk perawat yang digunakan ketika memberi injeksi (Potter & Perry, 1999). Pencegahan universal berprinsip, setiap pasien berpotensi menularkan virus hepatitis B, hepatitis C dan HIV (Human Immunodeficiency Virus) melalui darah dan cairan tubuhnya. Pencegahan tersebut penting sebab selama ini di rumah sakit, pekerja medis kerap kecelakaan tertusuk jarum bekas pakai. Kecelakaan tertusuk jarum dapat terjadi, misalnya ketika pekerja medis menyuntik pasien yang tiba-tiba bergerak spontan saat ujung jarum menusuk kulitnya. Selain itu yang juga rawan adalah saat pekerja medis melakukan recapping (memasukan suntik bekas pakai pada tutupnya sebelum dibuang). Di Amerika tahun 1987 baru diketahui bahwa kecelakaan saat recapping merupakan kecelakaan tertusuk yang paling sering, sekitar 300.000 kejadian pertahun. Sejak itu di Amerika recapping tidak dilakukan lagi. Jarum suntik bekas pakai langsung dibuang ke tempat khusus tanpa ditutup dulu dengan penutupnya, seharusnya rumah sakit di Indonesia juga demikian (Soeroso, 2007). Rasio peluang penularan HIV akibat kecelakaan tertusuk jarum sebenarnya rendah, 3 : 1000, artinya dari 1000 kasus kecelakaan tertusuk jarum, hanya ada tiga
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
kasus penularan HIV. Meskipun rasio peluang penularan HIV rendah, tetapi tidak boleh dianggap enteng. Apalagi penularan hepatitis B lebih tinggi, yaitu dalam 100 kasus kecelakaan tertusuk terdapat 30-40 kasus penularan hepatitis B. Sangat disayangkan, jarang sekali yang melapor jika kecelakaan tertusuk, mungkin dianggap biasa (Soeroso, 2007). Cidera akibat tusukan jarum pada perawat merupakan masalah yang signifikan dalam institusi pelayanan kesehatan dewasa ini . Diperkirakan lebih dari satu juta jarum digunakan setiap tahun oleh tenaga perawat . Ketika perawat tanpa sengaja menusuk dirinya sendiri dengan jarum suntik yang sebelumnya masuk ke dalam jaringan tubuh pasien, perawat berisiko terjangkit sekurang-kurangnya 2 patogen potensial. Dua patogen yaitu hepatitis B (HBV) dan menyebabkan masalah ialah virus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV) (Jagger, 1992). Salah satu strategi yang sudah terbukti bermanfaat dalam pengendalian infeksi adalah peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam metode universal precautions yaitu suatu cara penanganan baru untuk meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien tanpa memperdulikan status infeksi. Dasar kewaspadaan universal adalah cuci tangan secara benar, penggunaan alat pelindung, desinfeksi dan mencegah tusukan alat tajam dalam upaya mencegah transmisi mikroorganisme (http://www.infeksi.com/article.php,2008). Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru mengalami kemajuan pesat dalam pembangunan dibidang kesehatan. Sebagai Rumah Sakit Kelas B pendidikan, tugas dan fungsi yang diemban oleh RSUD Arifin Achmad semakin
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
kompleks yaitu mencakup upaya pelayanan kesehatan perorangan, pusat rujukan dan pembina Rumah Sakit Kabupaten dan Kota se Propinsi Riau serta merupakan tempat pendidikan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau dan institusi Pendidikan Kesehatan lainnya. Fungsi pusat rujukan bagi Rumah Sakit Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit lainnya di Propinsi Riau, menyebabkan peningkatan beban kerja RSUD Arifin Achmad Pekanbaru sudah melebihi kapasitas yang tersedia. Hal ini dapat dilihat dari performance kinerja pelayanan, dimana BOR pada akhir desember 2006 mencapai 95,3% dengan rata-rata pasien rawat inap 344 orang /hari, dengan 370 tempat tidur yang tersedia. Secara komulatif BOR tahun 2006 adalah 93%, rata-rata kunjungan rawat jalan 576 per hari dan rata-rata kunjungan rawat darurat 81 pasien per hari, sehingga perlu dilakukan relokasi ruang perawatan dan realokasi tempat tidur untuk disesuaikan dengan banyaknya kunjungan. Jumlah tenaga medis non medis pada akhir tahun 2007 sebanyak 894 dimana jumlah tenaga perawat sebanyak 420 orang yang tersebar di 14 ruang rawat inap dan beberapa di poliklinik. Pihak Rumah Sakit akan terus menambah sumber daya manusia, peralatan medis dan non medis, mengingat pembangunan gedung perawatan kelas utama berlantai 7 dengan luas ± 20.031 M² masih menunggu tahap penyelesaiannya sampai akhir tahun 2008. (Profil RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2006). Rumah Sakit Umum Daerah Pekanbaru sudah memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk tindakan keperawatan dan di ruangan perawatan sudah menerapkannya, berdasarkan penetapan Direktur Rumah Sakit Umum tertanggal penerbitan 13 mei 2006 dengan No Dokumen 04/keperawatan/05/110-113 yang
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
secara rinci memuat prosedur tetap (protap) pelayanan keperawatan, namun kendalanya SOP keperawatan tersebut belum sepenuhnya diterapkan oleh perawat. Berdasarkan informasi kepala ruangan medikal dan surgikal serta pengamatan langsung, bahwa ada kecenderungan responden bekerja menurut pengalaman dan pengaruh orang lain, Kemudian sejak tahun 2007 rumah sakit umum daerah Pekanbaru sudah memiliki Surat Keputusan (SK) sistem pencatatan dan pelaporan tentang kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, kebakaran dan bencana alam serta Panitia Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3RS) dengan rutin melaporkan setiap kejadian akibat bekerja. Dalam laporan kecelakaan kerja petugas ruang rawat inap RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tanggal 10 Mei 2006 terjadi kecelakaan kerja yaitu dua orang tenaga perawat dan satu orang mahasiswa kedokteran terpajan jarum suntik penderita HIV/AIDS, kemudian tanggal 22 Oktober 2007 telah terjadi kecelakaan kerja yang menyebabkan dua perawat tangannya tersentuh ceceran darah dari jarum infus pasien HIV/AIDS. Kejadian tersebut menimbulkan kecemasan pada mereka setelah tangannya terkena ceceran darah penderita HIV/AIDS, pemaparan terhadap pathogen ini meningkatkan risiko mereka terhadap infeksi yang serius bahkan kemungkinan kematian. Dalam laporan tersebut ditambahkan bahwa saat bekerja perawat tidak memakai alat pelindung diri seperti sarung tangan dan masker. Untuk terapi tindakan mereka sudah berikan konseling dan pengobatan medis (Panitia K3, 2007). Strategi
untuk
meningkatkan
kemampuan
petugas
kesehatan
dalam
kewaspadaan universal adalah dengan pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
kemampuan petugas. Berdasarkan informasi yang diperoleh, Rumah Sakit Umum Arifin Achmad sudah mengikutsertakan perawat untuk mengikuti pelatihan pencegahan infeksi dan universal precaution sebanyak 23 orang rinciannya adalah sebagai berikut pelatihan pencegahan infeksi Exhause training sebanyak 3 orang dan pelatihan Universal Precaution inhause training sebanyak 20 orang. Kelalaian dalam bekerja serta kurangnya pengetahuan dan sikap terhadap penerapan standar operasional prosedur keperawatan khususnya dalam tindakan menyuntik dalam upaya pencegahan infeksi dapat membahayakan perawat dan pasien,
seperti yang terjadi pada empat orang tenaga perawat dan satu orang
mahasiswa kedokteran di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad yang bekerja tidak menggunakan sarung tangan dan tangannya terpapar jarum suntik dan tersentuh ceceran darah dari jarum infus pasien HIV/AIDS, dengan demikian dapat tertular penyakit dari pasien ke perawat. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui ”Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat terhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik dalam Upaya Pencegahan Infeksi di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru”.
1.2
Permasalahan Perawat sebagai profesi, senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan
melalui penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) tindakan keperawatan. Penerapan SOP keperawatan di Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru dilakukan berdasarkan pengalaman dan pengaruh orang lain yang dapat menyebabkan
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
meningkatnya kecelakaan dalam bekerja. Memberikan pengobatan kepada pasien melalui tindakan menyuntik merupakan wewenang dokter. Tindakan menyuntik dapat saja dilakukan perawat setelah adanya pelimpahan wewenang dari dokter yang bertanggung jawab mengobati pasien, hal ini sesuai dengan fungsi perawat yaitu fungsi interdependen. Namun pengakuan dan perlindungan tindakan menyuntik oleh perawat yang diusulkan komite keperawatan pada pihak Rumah Sakit sejak tahun 2006 belum ada realisasinya sampai sekarang. Tindakan menyuntik mempunyai pengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan perawat saat pemberian obat pada pasien. Berdasarkan laporan kecelakaan, maka pada tahun 2006 dan 2007, ada 4 (empat) orang tenaga perawat dan 1 (satu) mahasiswa kedokteran terpajan jarum suntik dan jarum infus penderita HIV/AIDS, sehingga menimbulkan kecemasan pada mereka. Dari masalah tersebut dapat dibuat rumusan masalahnya sebagai berikut : “Adakah hubungan
antara pengetahuan dan sikap perawat terhadap penerapan
Standar Operasional Prosedur (SOP) teknik menyuntik dalam upaya pencegahan infeksi di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Ahmad Pekanbaru”.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat terhadap penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) khususnya dalam tekhnik menyuntik intra vena dalam upaya pencegahan infeksi di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru.
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
1.4
Hipotesis Ho : Tidak adanya hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat terhadap
penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) teknik menyuntik dalam upaya pencegahan infeksi di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru. Ha : Adanya hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP)
terhadap
teknik menyuntik dalam upaya
pencegahan infeksi di Rumah sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru.
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1.Mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dalam menganalisa masalah pengetahuan dan sikap perawat terhadap penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP)
tekhnik menyuntik dalam upaya pencegahan infeksi di
Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru. 1.5.2. Sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan dalam lingkup Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru untuk melakukan perencanaan, pengembangan, pendidikan dan pelatihan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan praktik keperawatan. 1.5.3. Sebagai bahan informasi dan pengembangan keilmuan yang berkelanjutan di lembaga pendidikan khususnya pada penelitian sejenis.
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari ”tahu” ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu terutama melalui mata dan telinga. Bila seseorang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu bidang tertentu dengan lancar, baik secara lisan maupun tertulis maka dapat dikatakan mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban verbal yang diberikan orang tersebut dinamakan pengetahuan (Notoatmodjo, 1993). Sebagaimana uraian diatas dapat dikatakan bahwa Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang sebagai hasil proses penginderaan mengenai suatu objek tertentu dengan cara mengingat atau mengenal informasi yang ada pada objek tersebut, merupakan bagian tingkah laku yang termasuk domain kognitif tingkat pertama. Melalui lingkungan seseorang mendapat pengalaman dan pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan formal atau pendidikan informal. Makin tinggi pendidikan formal seseorang makin luas pengetahuannya. Pengetahuan merupakan salah satu bentuk operasional dari perilaku manusia yang dapat mempengaruhi sikap seseorang (Notoatmodjo, 1993). Menurut Machfoedz, et al (2005) cara orang yang bersangkutan mengungkapkan apa-apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti atau jawaban baik 12 Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
lisan atau tertulis. Bukti atau jawaban tersebut merupakan reaksi dari suatu stimulus yang dapat berupa pertanyaan lisan maupun tertulis. Seseorang memiliki pengetahuan yang tinggi apabila mampu mengungkapkan sebagian besar informasi dari suatu objek dengan benar. Demikian juga bila seseorang hanya mampu menggunakan sedikit informasi dari suatu objek dengan benar maka dikategorikan berpengetahuan rendah tentang objek tersebut.
2.1.1
Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif Pengetahuan dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (1993) mencakup 6 (enam) tingkatan yaitu: a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berakaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 1993).
2.2.
Sikap Bogardus, et al (1931) yang dikutip oleh Azwar (1995) menyatakan bahwa
sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
Louis Thurstone, et al (1928) dikutip oleh Azwar (1995) menyatakan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Menurut Notoatmodjo (1993), sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. 2.2.1. Struktur Sikap Menurut Breckler (1984) yang dikutip oleh Azwar (1995) menjelaskan bahwa sikap mempunyai struktur, yaitu : a. Komponen kognitif ; kepercayaan individu pemilik sikap b. Komponen afektif ; perasaan yang menyangkut aspek emosional c. Komponen konatif ; aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimilikinya 2.2.2
Perbedaan Sikap Menurut Ahmadi (1990) yang dikutip oleh Notoatmodjo (1997) sikap dibedakan menjadi: a. Sikap positif, yaitu yang menunjukkan atau memperlihatkan menerima atau mengakui, menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
b. Sikap negatif yaitu : menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada 2.2.3 Pembentukan Sikap Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologi yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi
pembentukan
sikap
adalah
pengalaman
pribadi,
pengaruh
kebudayaan, pengaruh orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan dan agama serta pengaruh emosi dalam diri individu (Azwar, 1995). Berikut akan diuraikan peranan masing-masing faktor tersebut dalam membentuk sikap manusia. a. Pengalaman Pribadi Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. b. Pengaruh Kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. c. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya, seseorang yang tidak ingin dikecewakan atau seseorang yang berarti khusus. d. Media Massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan sebagainya mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. f. Pengaruh emosi dalam diri individu Kadang-kadang bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. 2.2.4
Berbagai Tingkatan Sikap Berbagai tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (1993) sebagai berikut : a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang berkaitan (objek). b. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
2.3
Perawat Menurut Undang-Undang RI .No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, perawat
adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui pendidikan perawatan. Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien (Internasional Council of Nursing, 1965) 2.3.1. Pendidikan Keperawatan Salah satu ciri profesionalisme keperawatan adalah adanya pohon ilmu dan pendidikan tinggi keperawatan. Pendidikan keperawatan diselenggarakan berdasarkan kepada kebutuhan akan pelayanan keperawatan, seperti yang tercantum dalam undang-undang kesehatan No 23/1992/pasal 32 ayat 3 dan 4 yang antara lain menyebutkan bahwa pengobatan dan/atau perawatan serta pelaksanaannya dapat dilakukan. 2.3.2
Peran Perawat Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
sesuai kedudukannya dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator, kolaborator,
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
konsultan dan peneliti. Berikut di bawah ini dapat diuraikan peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 adalah sebagai berikut : a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. b. Peran sebagai advokat pasien Peran ini dapat dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarga dalam menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian. c. Peran edukator Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan .
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
d. Peran koordinator Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah dan sesuai dengan kebutuhan pasien. e. Peran kolaborator Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya f. Peran konsultan Peran disini sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan pasien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan g. Peran pembaharu Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
2.3.3
Fungsi perawat Fungsi merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya.
Fungsi tersebut dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya;
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
fungsi independen, fungsi dependen dan fungsi interdependen. Berikut di bawah ini akan diuraikan fungsi perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 adalah sebagai beikut : a) Fungsi Independen Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dalam melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis, keamanan dan kenyamanan, kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri. b) Fungsi dependen Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain yang. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum c) Fungsi interdependen Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu dengan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter atau tim lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan pengobatan bekerja sama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
2.4
Standar Operasional Prosedur ( SOP ) Standar Operasional Prosedur adalah suatu perangkat instruksi atau langkah-
langkah kegiatan yang dibakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu klien (Depkes RI, 2004). Merupakan tatacara atau tahapan yang harus dilalui dalam suatu proses kerja tertentu, yang dapat diterima oleh seorang yang berwenang atau yang bertanggungjawab untuk mempertahankan tingkat penampilan atau kondisi tertentu sehingga suatu kegiatan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien (Depkes RI, 1995). Tujuan umum standar operasional prosedur adalah untuk mengarahkan kegiatan asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang efisien dan efektif sehingga konsisten dan aman dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku. 2.4.1
Tujuan khusus standar operasional prosedur adalah a. Menjaga konsistensi tingkat penampilan kerja atau kinerja b. Meminimalkan kegagalan, kesalahan dan kelalaian dalam proses pelaksanaan kegiatan c. Merupakan parameter untuk menilai mutu kinerja dan pelayanan d. Memastikan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif e. Menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas terkait f. Mengarahkan pendokumentasian yang adekuat dan akurat
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
2.4.2
Fungsi standar operasional prosedur adalah : a. Memperkuat tugas petugas atau tim b. Sebagai dasar hukum dan etik bila terjadi penyimpangan c. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatan d. Mengarahkan perawat dan bidan untuk disiplin dalam bekerja e. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin Standar selalu berhubungan dengan mutu karena standar menentukan mutu.
Standar dibuat untuk mengarahkan cara pelayanan yang akan diberikan serta hasil yang ingin dicapai.
2.5.
Teknik menyuntik Memberikan injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan
menggunakan tekhnik steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul risiko infeksi. Istilah parenteral biasanya merujuk pada pemberian obat-obatan melalui injeksi (Potter & Perry). Perawat memberi obat secara parenteral melalui rute Sub Cutan (SC), Intra Muscular (IM), Intra Dermal (ID) atau Intra Cutan (IC) dan Intra Vena (IV). Teknik menyuntik adalah tindakan menyuntik yang dikerjakan oleh perawat kepada pasien dengan menggunakan prosedur teknik menyuntik. Setiap tipe injeksi membutuhkan keterampilan yang tertentu untuk menjamin obat mencapai lokasi yang tepat. Setiap rute injeksi unik berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik jaringan mempengaruhi absorbsi obat dan awitan kerja obat. Sebelum menyuntikkan sebuah obat, perawat harus mengetahui volume obat yang diberikan,
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
karakteristik, viskositas obat dan lokasi struktur anatomi tubuh yang berada di bawah tempat injeksi (Potter & Perry). Konsekuensi yang serius dapat terjadi, jika injeksi tidak diberikan dengan tepat. Kegagalan dalam memilih tempat injeksi yang tepat, sehubungan dengan penanda anatomis tubuh, dapat menyebabkan timbulnya kerusakan saraf atau tulang selama insersi jarum. 2.5.1. Pembagian Rute Injeksi a. Injeksi Sub Cutan (SC) dilakukan dengan menempatkan obat ke dalam jaringan ikat longgar di bawah dermis b. Injeksi Intra Musculer (IM) dilakukan dengan menempatkan obat ke dalam otot c. Injeksi Intra Dermal (ID) atau Intra Cutan (IC) dilakukan dengan menempatkan obat ke dalam kulit d. Injeksi Intra Vena (IV) dilakukan dengan menempatkan obat ke dalam pembuluh darah vena Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah penerapan teknik menyuntik intra vena, yang meliputi : standar alat, standar prosedur, dan cara kerja. Suntikan Intra Vena a) Standar Alat 1)
Trolly injeksi
2)
Bak instrumen
3)
Spuit 2,5 cc atau 5 cc, sesuai kebutuhan (disposible)
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
4)
Obat sesuai yang dibutuhkan
5)
Kapas alkohol dalam tempatnya
6)
Gergaji ampul
7)
Pengalas dan pembendung
8)
Bengkok
9)
Larutan NaCl 0,9% atau aqua bidest
10) Buku catatan dan pena b) Standar Prosedur 1) Memberitahu dan menjelaskan prosedur tindakan kepada pasien 2) Perawat mencuci tangan lalu mengeringkannya kemudian memakai sarung tangan 3) Pastikan obat sesuai yang dibutuhkan 4) Pastikan pasien yang mendapat suntikan 5) Yakinkan obat masuk ke dalam vena 6) Observasi respon pasien 7) Memberitahu dan menjelaskan bahwa tindakan sudah selesai dilakukan 8) Alat-alat dibereskan 9) Perawat mencuci tangan c) Cara Kerja 1) Memberitahu dan menjelaskan prosedur tindakan kepada pasien 2) Perawat mencuci tangan lalu mengeringkannya kemudian memakai sarung tangan
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
3) Menyediakan obat sesuai yang dibutuhkan 4) Membaca etiket obat minimal 3 kali a. Saat mengambil tempat obat b. Saat mengambil obat c. Saat meletakkan kembali tempat obat 5) Memastikan pasien yang akan disuntik 6) Menentukan daerah yang akan disuntik 7) Memasang pengalas, lakukan pembendungan pada sebelah atas dari daerah suntikan 8) Melakukan desinfeksi permukaan kulit daerah suntikan dengan kapas alkohol dan kulit daerah suntikan diregangkan 9) Memasukan jarum ke adalam pembuluh darah dengan lubang jarum menghadap keatas 10) Menarik penghisap jarum sedikit, bila jarum berhasil masuk ke dalam vena darah akan mengalir ke dalam spuit, pembendung dibuka dan obat dimasukkan ke dalam vena perlahan-lahan sampai habis. Tetapi bila tidak ada darah yang keluar berarti jarum tidak masuk, jarum dicabut dan penyuntikan dipindahkan kebagian lain dengan prosedur yang sama 11) Setelah obat masuk semua jarum dicabut dengan cepat. Bekas tusukan jarum ditekan dengan kapas alkohol
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
12) Bila pemberian obat/cairan melalui vena dilakukan dalam jumlah besar dan waktu yang lama, maka pemberiannya dilakukan dengan cara pemberian infus 13) Mengobservasi respon pasien 14) Mencatat obat yang diberikan ke dalam status pasien 15) Alat-alat dibereskan 16) Perawat mencuci tangan
2.6.
Pencegahan Infeksi Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit. Perkembangan infeksi terjadi dalam siklus yang bergantung pada elemen-elemen berikut (Potter & Perry, 1999). a. Agen infeksius atau pertumbuhan patogen b. Tempat atau sumber pertumbuhan b. Portal ke luar dari tempat tumbuh tersebut c. Cara penularan d. Portal masuk ke pejamu e. Pejamu yang rentan Pakaian kerja dan peralatan tertentu serta tindakan keperawatan yang menjamin kesehatan dan keselamatan perawat dalam memberikan pelayanan rutin kepada pasien adalah gwon (pakaian), masker, sarung tangan, kaca mata pelindung
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
dan tindakan mencuci tangan (Harry & Potter, 1999). Dalam hal ini akan diuraikan secara singkat. a. Gwon (Gaun) Alasan mengenakan gwon untuk mencegah pakaian menjadi kotor selama kontak dengan pasien. Gwon melindungi perawat atau pekerja pelayanan kesehatan dan pengunjung dari kontak dengan bahan dan darah atau cairan tubuh yang terinfeksi. b. Masker Masker harus dikenakan bila diperkirakan ada percikan atau semprotan dari darah atau cairan tubuh ke wajah. Selain itu masker menghindarkan perawat menghirup mikroorganisme dari saluran pernafasan pasien dan mencegah penularan patogen dari saluran pernafasan perawat ke pasien. c. Sarung tangan Sarung tangan mencegah penularan patogen melalui cara kontak langsung maupun tidak langsung. Williams, 1983 menyebutkan alasan berikut ini untuk mengenakan sarung tangan : a) Mengurangi kemungkinan pekerja kontak dengan organisme infeksius yang menginfeksi pasien b) Mengurangi kemungkinan pekerja akan memindahkan flora endogen mereka sendiri ke pasien c) Mengurangi kemugkinan pekerja menjadi tempat kolonisasi sementara mikroorganisme yang dapat dipindahkan pada pasien lain
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
d. Kaca mata pelindung Dipakai pada prosedur invasif yang dapat menimbulkan adanya droplet atau percikan atau semprotan dari darah atau cairan tubuh lainnya, perawat bisa memakai kacamata pelindung, masker atau pelindung wajah (Garner, 1996). e. Mencuci tangan Mencuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan dan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi. Mencuci tangan adalah menggosok dengan sabun secara bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan ringkas yang kemudian dibilas di bawah aliran air (Larson, 1995). Tujuannya adalah untuk membuang kotoran organisme yang menempel dari tangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba total pada saat itu. Sarana cuci tangan disiapkan disetiap ruang pasien dengan memakai air bersih yang mengalir. Setelah mencuci tangan perawat mengeringkan tangan menggunakan pengering tangan (kain kering/tissue). Pada prosedur menyuntik, tindakan mencuci tangan dan memakai sarung tangan merupakan bagian dari prosedur tersebut. (DepKes RI,2006) Sebagian besar infeksi ini dapat dicegah dengan strategi-strategi yang sudah ada dan relatif murah yaitu : a) Mentaati praktek-praktek pencegahan infeksi yang direkomendasikan, khususnya cuci tangan dan pemakaian sarung tangan ;
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
b) Memperhatikan proses-proses dekontaminasi dan pembersihan alat-alat kotor dan lain-lain yang telah dibuat dengan baik, yang diikuti dengan sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi; dan c) Meningkatkan keamanan di ruang operasi dan area-area lain yang berisiko tinggi dimana perlukaan yang paling serius dan paparan terhadap infeksi sering terjadi (Tietjen, 2004). Pencegahan dan pengendalian Infeksi untuk petugas Rumah Sakit Pekerja pelayanan kesehatan selalu beresiko terpapar terhadap mikroorganisme infeksius. The Occupational Safety and Health Act of 1991 menetapkan kaidah dan peraturan untuk melindungi pekerja dari kecelakaan infeksius dalam tempat kerja (OSHA, 1991). Panduan OSHA digabungkan dengan kebijakan dan prosedur dari institusi pelayanan kesehatan. Elemen dari OSHA meliputi : a. Rencana kontrol paparan, institusi harus memiliki rencana kontrol paparan yang dirancang untuk mengeliminasi atau meminimalkan paparan terhadap pegawai. Rencana tersebut juga menggambarkan bagaimana menghindari paparan terhadap lembaga infeksius, seperti kapan harus menggunakan peralatan perlindungan. b. Pemenuhan tindakan pencegahan standar, pegawai harus melaksanakan tindakan pencegahan untuk mencegah kontak dengan darah atau materi infeksius lainnya selama perawatan rutin terhadap pasien. Peralatan perlindungan individu harus disediakan tanpa perlu dibayar untuk pegawai yang berisiko terpapar
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
c. Housekeepping, tempat kerja harus dipelihara dalam kondisi bersih dan sehat. Pembersihan rutin dan prosedur dekontaminasi harus ditetapkan. d. Risiko tinggi terpapar, jika pekerja perawatan kesehatan terpapar secara parenteral (stik jarum) atau melalui membran mukosa terhadap darah atau cairan tubuh infeksius lainnya, kecelakaan tersebut harus segera dilaporkan. Tindakan evaluasi dan pencegahan terhadap hepatitis B dan HIV adalah kritis. e. Pelatihan, pimpinan harus memastikan bahwa semua pegawai yang berisiko terhadap paparan di tempat kerja ikut serta dalam program pelatihan. Program tersebut akan menyajikan rencana kontrol paparan bagi institusi dan secara spesifik menjelaskan tindakan yang harus dilakukan oleh pegawai untuk keselamatan mereka. Kebijakan dan panduan tertulis harus disediakan bagi semua personel mengenai pencegahan dan tindakan mengontrol infeksi.
2.7.
Landasan Teori Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) praktik keperawatan
merupakan tahapan yang harus dilalui dalam suatu proses kerja tertentu, yang dapat diterima oleh seorang yang berwenang untuk mempertahankan tingkat penampilan atau kondisi tertentu sehingga suatu kegiatan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien, namun keberhasilan dalam mengimplementasikan SOP tersebut tergantung dari pengetahuan dan sikap perawat itu sendiri. Pengetahuan dan sikap perawat dalam penerapan SOP penting diperhatikan dalam upaya mencapai keselamatan dan kesehatan kerja khususnya dalam tindakan pencegahan infeksi.
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
Pengetahuan merupakan salah satu bentuk operasional dalam perilaku manusia yang dapat mempengaruhi sikap seseorang (Notoatmodjo, 1993). Menurut Breckler (1984) yang dikutip oleh Azwar (1995) bahwa struktur sikap terdiri dari tiga komponen yaitu kognitif, afektif dan konatif. Pengetahuan yang luas dan adanya keselarasan komponen sikap akan mewujudkan kecenderungan perawat bersikap positif untuk menerapkan SOP teknik menyuntik dalam upaya pencegahan infeksi.
2.8.
Kerangka konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel
independen dan variabel dependen yang korelasinya dapat digambarkan sebagai berikut :
Variabel Independen
Variabel Dependen
-
Pengetahuan
-
Sikap
Persiapan alat dan pelaksanaan Penerapan SOP teknik menyuntik
Gambar.2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah Cross sectional, yaitu untuk melihat
hubungan pengetahuan dan sikap terhadap penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) teknik menyuntik dalam upaya pencegahan infeksi. 3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad
Pekanbaru di dua ruangan rawat inap yaitu di ruangan Medikal dan ruangan Surgikal. Ruangan Medikal terbagi menjadi tujuh bagian dan ruangan Surgikal terbagi menjadi tiga bagian, jadi keseluruhan ruangan adalah 10 ruangan. Pada penelitian ini ruangan yang dipilih adalah 4 ruangan, yaitu ruangan cendrawasih 1 dan 2, ruangan murai 1 dan ruangan melati. Alasan pemilihan ke empat ruangan tersebut adalah karena ratarata pemberian obat melalui suntikan intra vena dalam sehari mencapai 20 sampai 30 suntikan perhari. Penelitian ini dimulai dengan melakukan penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian dan analisis data serta penyusunan laporan akhir yang membutuhkan waktu lebih kurang enam bulan.
34 Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
3.3.
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah tenaga keperawatan yang bertugas di
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru yang berjumlah 153 orang, dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang dengan kriteria sampel adalah lulusan D III keperawatan dan telah bekerja minimal selama satu tahun. Adapun teknik pengambilan sampel secara acak sederhana. Berikut rumus yang dipakai untuk menentukan besarnya sampel : n
=
Z 2 1 − α / 2 P(1 − P).N d 2 ( N − 1) + Z 12−α / 2 P(1 − P)
Ket : N
= Besar populasi
n
= Besar sampel minimum
P
= Harga proporsi dipopulasi (0,5)
d
= Kesalahan (absolut) yang dapat ditoleransi (10%)
Z1-α/2 = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) PD α tertentu (1,96) Karena proporsi populasi belum diketahui secara pasti, maka digunakan rumus p = q = 50 %, dengan tingkat kesalahan (absolut) yang dapat ditoleransi atau d = 10 % dan nilai Z1-α/2 (nilai distribusi normal baku)
sebesar
1,96, dengan
demikian perhitungan sampel adalah sebagai berikut : n
=
(1,96) 2 .0,5 (1 − 0,5).153 (0,1) 2 (153 − 1) + (1,96) 2 (0,5).(1 − 0,5)
=
3,8416.0,5.0,5 x 153 0,01 x 152 + 3,8416.0,5.(0,5)
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
=
0,9604 x 153 1,52 + 0,9604
=
146,9412 2,4804
= 59,240 = 59 Digenapkan menjadi 60, Jadi sampel pada penelitian ini berjumlah 60 responden .
3.4
Metode Pengumpulan Data
3.4.1
Data Primer Pengumpulan data ini dilakukan secara langsung di lokasi penelitian guna
mendapatkan data yang dibutuhkan dengan menggunakan lembar kuesioner dan instrumen observasi. Instrumen observasi digunakan untuk mengumpulkan data dan menilai pelaksanaan kegiatan keperawatan yang sedang dilakukan oleh perawat. Observer adalah perawat penilai dan observee adalah perawat yang sedang dinilai dalam melakukan kegiatan keperawatan, rasio observer dan observee adalah 1 : 2. Penilaian atau observasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil observasi yang ditemukan dengan standar operasional prosedur. Aspek yang dinilai dalam instrumen observasi adalah persiapan dan pelaksanaan tiap kegiatan keperawatan. Pengisian instrumen dilakukan oleh :
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
1) Perawat penilai (observer) dengan kriteria sebagai berikut: a. Perawat terpilih dari ruangan lain b. Perawat yang telah memahami penggunaaan instrumen observasi tersebut c. Perawat yang telah mengikuti pelatihan penerapan standar asuhan keperawatan d. Untuk masing-masing ruangan di : 1. RSU kelas C
= 2 – 4 orang
2. RSU kelas B
= 4 – 6 orang
3. RSU kelas A
= 6 - 8 orang
2) Observee harus memenuhi kriteria, yaitu perawat yang sedang bertugas diruangan yang sedang dilakukan penilaian atau observasi a) Bentuk Instrumen observasi : 1) Kolom 1 : berisi nomor kegiatan keperawatan 2) Kolom 2 : berisi jenis kegiatan keperawatan yang diobservasi 3) Kolom 3 : berisi aspek yang dinilai pada saat observasi 4) Kolom 4 : berisi hasil observasi yang terdiri dari 5 sub kolom 5) Kolom 5 : berisi keterangan tentang hal-hal yang terkait dengan situasi dari aspek yang dinilai b) Cara Pengisian : 1) Observer mengisi kolom 4 dengan memberi tanda ”V” sesuai dengan aspek yang dinilai. Beri tanda ”V” jika aspek yang dinilai dilaksanakan /
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
ditemukan dan tanda ”O”, jika aspek yang dinilai tidak ditemukan / tidak dilaksanakan 2) Kolom 4 terdiri dari 5 sub kolom. Masing-masing sub kolom diisi dengan hasil 1 atau 2 kali observasi 3) Setiap sub kolom diisi dengan tanda “V” jika aspek yang dinilai ditemukan / dilaksanakan dan tanda “O” jika aspek yang dinilai tidak ditemukan 4) Kolom keterangan diisi jika penilai menganggap perlu mencantumkan penjelasan tentang hasil observasi 5) Sub total diisi sesuai dengan penjumlahan jawaban nilai “V” yang ditemukan pada observasi 6) Total diisi dengan hasil penjumlahan sub total, sub kolom 1-5 7) Prosentase tiap kegiatan dihitung dengan cara sebagai berikut : Presentasi =
Total x 100% Jumlah observasi x Jumlah aspek yang dinilai
3.4.2. Data Sekunder Data
sekunder diperoleh dari, laporan dan Profil RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru yang merupakan Rumah Sakit Umum Daerah yang berada di kota pekanbaru dan sumber data lainnya yang relevan dengan permasalahan penelitian.
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
3.5. Variabel dan Defenisi Operasional a. Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang standar operasional prosedur teknik menyuntik. Untuk analisa, jumlah nilai responden dibandingkan dengan nilai mean dengan kriteria : 1) < mean = Rendah 2) ≥ mean = Tinggi b. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanggapan responden terhadap standar operasional prosedur teknik menyuntik Untuk pernyataan positif dengan nilai : 1) Sangat setuju (SS)
=
4
2) Setuju (S)
=
3
3) Tidak Setuju (TS)
=
2
4) Sangat Tidak Setuju (STS)
=
1
Untuk pernyataan negatif dengan nilai : 1) Sangat setuju (SS)
=
1
2) Setuju (S)
=
2
3) Tidak Setuju (TS)
=
3
4) Sangat Tidak Setuju (STS)
=
4
Kategori pengukuran : Sangat baik
= 4 (49-64)
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
Baik
= 3 (33-48)
Buruk
= 2 (17-32)
Sangat buruk
= 1 (0-16)
Skor tertinggi dengan menghitung = 4 x 16 (item pertanyaan sikap). Skor terendah dengan perhitungan = 1 x 16 (item pertanyaan sikap). c. Persiapan alat dan pelaksanaan penerapan SOP teknik menyuntik adalah persiapan alat dan pelaksanaan untuk melakukan tindakan dan urutan atau tahapan yang dilakukan untuk melaksanakan suatu tindakan pengobatan (menyuntik). Interpretasi prosentasi observasi persiapan dan pelaksanaan tindakan keperawatan menyuntik adalah sebagai berikut : 1) Baik Sekali
: ≥ 86
2) Baik
: 71-85
3) Cukup
: 60 -70
4) Kurang
: ≤ 59
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
3.6. Metode Pengukuran
Tabe 3.1 Variabel dan Defenisi Operasional No
Variabel
1
Pengetahuan
Defenisi operasional
Cara ukur
Segala sesuatu yang diketahui responden yang berhubungan Observasi dengan SOP teknik menyuntik.
Alat ukur Kuesioner
Sikap
Tanggapan responden terhadap SOP teknik menyuntik
1 Observasi
Kuesioner
Untuk pertanyaan positif nilainya adalah : Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
= = = =
Kategori :
Skala ukur Ordinal
0 = Tinggi, bila nilai total pengetahuan ≥ 10,8
Untuk analisa jumlah nilai pengetahuan responden dibandingkan dengan nilai mean dengan kriteria : 1) ≥ mean = Tinggi 2) < mean = Rendah 2
Hasil ukur
4 3 2 1
= Rendah, bila nilai total pengetahuan < 10,8 Nominal
Kategori : Sangat baik Baik Buruk Sangat Buruk
: 4 (49-64) : 3 (3348) : 2 (17-32) : 1 ( 0-16)
Kategori : 1. Baik sekali: 2. Baik : 3. Cukup : 4. Kurang :
nilai ≥ 86 nilai 71-85 nilai 60-70 nilai ≤ 59
Untuk pertanyaan negatif nilai kebalikan dari positif. 3
Persiapan alat Kesiapan responden dalam mempersiapkan alat untuk Observasi melakukan tindakan SOP teknik meyuntik dan pelaksanaan standar operasional prosedur teknik menyuntik
Lembar observasi
Ordinal
41
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
3.7
Analisis Data Analisis data pada penelitian ini meliputi analisis univariat untuk melihat
distribusi frekuensi setiap variabel penelitian, kemudian dilanjutkan dengan analisis bivariat untuk melihat hubungan variabel pengetahuan terhadap penerapan SOP dan variabel sikap terhadap penerapan SOP teknik menyuntik dengan menggunakan uji Chi-Square.
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian RSUD Arifin Achmad Pekanbaru adalah Rumah Sakit milik pemerintah Propinsi Riau yang berkedudukan di kota Pekanbaru, dengan luas tanah ± 8,5 Ha dan luas bangunan 50289 M² yang secara geografis letaknya berbatasan dengan : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Hang Tuah Pekanbaru b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Kartini Pekanbaru c. Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Diponegoro Pekanbaru d. Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Mustika Pekanbaru RSUD Arifin Achmad Pekanbaru mulai beroperasi sejak tahun 1950 dan terus mengalami perkembangan sampai tahun 2008. Saat ini RSUD Arifin Achmad Pekanbaru berstatus Lembaga Teknis Daerah (LTD) dimana status pengelolaannya adalah kelas B Pendidikan berdasarkan Perda No 2 tahun 2002 dengan visi menjadi Rumah Sakit pendidikan mandiri dengan pelayanan paripurna yang memenuhi standar Internasional tahun 2010. Sebagai Rumah Sakit kelas B Pendidikan, tugas dan fungsinya semakin kompleks yaitu mencakup upaya pelayanan kesehatan perorangan, pusat rujukan dan pembina Rumah Sakit Kabupaten/Kota se propinsi Riau serta merupakan tempat pendidikan mahasiswa Fakultas kedokteran dan institusi pendidikan kesehatan
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
lainnya. RSUD Arifin Achmad memiliki kapasitas 370 tempat tidur dan pada tahap selanjutnya akan ditingkatkan menjadi 600 tempat tidur. Fungsi pusat rujukan bagi Rumah Sakit Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit lainnya di Propinsi Riau, menyebabkan peningkatan
beban kerja RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru sudah melebihi kapasitas yang tersedia. Hal ini dapat dilihat dari performance kinerja pelayanan, dimana BOR pada akhir desember 2006 mencapai 95,3% dengan rata-rata pasien rawat inap 344 orang /hari, dengan 370 tempat tidur yang tersedia. Secara komulatif BOR tahun 2006 adalah 93%, rata-rata kunjungan rawat jalan 576 per hari dan rata-rata kunjungan rawat darurat 81 pasien per hari, sehingga perlu dilakukan relokasi ruang perawatan dan realokasi tempat tidur untuk disesuaikan dengan banyaknya kunjungan. Jumlah tenaga medis non medis pada akhir tahun 2007 sebanyak 894 dimana jumlah tenaga perawat sebanyak 420 orang yang tersebar di 14 ruang rawat inap dan beberapa di poliklinik. Pihak Rumah Sakit akan terus menambah sumber daya manusia, peralatan medis dan non medis, mengingat pembangunan gedung perawatan kelas utama berlantai 7 dengan luas ± 20.031 M² masih menunggu tahap penyelesaiannya sampai akhir tahun 2008. Rumah Sakit Umum Arifin Achmad Pekanbaru sudah memiliki SOP untuk praktik keperawatan dan sudah digunakan pada ruang rawat inap berdasarkan penetapan direktur RSUD tertanggal penerbitan 13 Mei 2006 dengan nomor dokumen 04/Keperawatan/05/110-113 yang secara rinci memuat prosedur tetap (protap) pelayanan keperawatan dan beberapa
tenaga perawat sudah pernah mengikuti
program pelatihan pencegahan infeksi dan universal precaution.
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
4.2
Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran pada masing-
masing variabel, yaitu pengetahuan dan sikap. Data ditampilkan dalam bentuk distribusi frekwensi.
4.2.1
Distribusi Responden Berdasarkan Penerapan SOP Teknik Menyuntik Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Untuk mengetahui responden menerapkan SOP teknik menyuntik, peneliti
menggunakan instrumen observasi yang berisi persiapan alat dan pelaksanaannya. Observasi dilaksanakan oleh 2 orang observer (pengamat) dalam satu ruangan yang terdiri dari kepala ruangan dan dibantu oleh instruktur klinik. Pada waktu observasi tidak diketahui oleh responden, dengan perbandingan 2 observer : 4 responden. Observasi dilaksanakan sampai 5 kali untuk setiap responden dengan waktu dan pasien yang sama atau berbeda. Berdasarkan perhitungan nilai yang diperoleh dari jawaban didapatkan nilai minimum 63,22 dan nilai maksimum 80,64 dan standar deviasi = 4,15. Kemudian kategori penilaian SOP sebagai berikut : baik sekali jika total nilai SOP: ≥ 86, baik jika total nilai SOP : 71-85, Cukup jika total nilai SOP: 6070 dan kurang jika total nilai SOP : ≤ 59. Selanjutnya dari hasil penelitian dikategorikan nilai penerapan SOP dengan kelompok baik dan cukup. Berarti mayoritas responden yang menerapkan SOP teknik menyuntik dengan kategori baik
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
sebanyak 55 orang (91,7 %). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini : Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Penerapan Menyuntik Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru No Penerapan 1 Baik 2 Cukup Total
n 55 5 60
SOP
Tehnik
% 91,7 8,3 100
4.2.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Penerapan SOP Teknik Menyuntik Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden terhadap penerapan SOP teknik menyuntik diajukan 12 pertanyaan yang meliputi persiapan alat dan pelaksanaannya. Pemberian skor untuk masing-masing item pertanyaan adalah sebagai berikut : untuk pernyataan positif, bila jawaban salah = 0, bila jawaban benar = 1, untuk pernyataan negatif, bila jawaban benar = 0, bila jawaban salah = 1. Nilai skor pengetahuan antara 0-12. Berdasarkan nilai yang diperoleh dari jawaban didapatkan nilai minimum 9 dan nilai maksimum 12 kemudian nilai mean 10,8. Selanjutnya dilakukan pengkategorian nilai pegetahuan dengan membandingkan nilai pengetahuan responden dengan nilai mean. Kelompok nilai pengetahuan responden dengan skor kurang dari 10,8 dikategorikan pengetahuannya rendah dan kategori pengetahuan responden tinggi jika nilai pengetahuan responden dengan skor 10,8 atau lebih .
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
Berdasarkan analisis univariat mayoritas pengetahuan responden tinggi terhadap penerapan SOP teknik menyuntik yaitu 42 orang (70%), sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini : Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Penerapan SOP Teknik Menyuntik Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru No 1 2
Pengetahuan Tinggi Rendah Total
n 42 18 60
% 70 30 100
4.2.6.Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Penerapan SOP Teknik Menyuntik Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Untuk mengetahui sikap responden terhadap penerapan SOP teknik menyuntik, maka peneliti mengajukan 16 pertanyaan, yang meliputi persiapan alat dan pelaksanaan menyuntik. Pemberian skor untuk tiap item pertanyaan adalah sebagai berikut : untuk pernyataan positif nilainya; sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1 dan untuk pernyataan negatif nilai kebalikan dari nilai positif. Nilai skor berkisar antara 16-64. Untuk kategori sangat baik dengan rentang nilai 49-64, kategori baik 33-48, kategori buruk 17-32 dan kategori sangat buruk 0-16. Berdasarkan nilai yang diperoleh dari jawaban didapatkan nilai minimum 44 dan maksimum 61. Berarti nilai sikap responden berada pada rentang 49-68 dengan kategori sangat baik dan kategori baik dengan rentang nilai 33-48.
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
Hasil analisis univariat terhadap 60 responden diperoleh 16 orang (27%) untuk kategori sikap baik terhadap penerapan SOP teknik menyuntik dan 44 orang (73%) dengan kategori sikap sangat baik . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini : Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap penerapan SOP Teknik Menyuntik Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
No
Sikap Baik Sangat Baik Total
n 16 44 60
% 27 73 100
4.3. Analisis Bivariat Untuk melihat hubungan antara variabel pengetahuan dengan penerapan SOP teknik menyuntik dan variabel sikap dengan penerapan SOP teknik menyuntik dilakukan analisa bivariat. Uji statistik yang digunakan adalah chi square. Untuk mengetahui tingkat ketepatan (significancy) dilakukan confidence interval (CI) pada batas kepercayaan 95%. 4.2.1. Hubungan Pengetahuan Responden Terhadap Penerapan SOP Teknik Menyuntik Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Hasil analisis bivariat memperlihatkan hubungan antara pengetahuan responden dengan penerapan SOP teknik menyuntik. Responden dengan pengetahuan tinggi yang menerapkan SOP teknik menyuntik dengan kategori baik sebanyak 41 orang (97,6%), dan 1 orang (2,4%) yang menerapkan SOP teknik menyuntik dengan
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
kategori cukup, sedangkan yang berpengetahuan
rendah yang menerapkan SOP
teknik menyuntik dengan kategori baik sebanyak 14 orang (77,8%) dan kategori cukup menerapkan SOP teknik menyuntik sebanyak 4 orang (22,2%). Kalau dilihat dari nilai P ternyata didapatkan P = 0,025(P < 0,05) berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden dengan penerapan SOP teknik menyuntik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini : Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan Responden Terhadap Penerapan SOP Teknik Menyuntik Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Penerapan SOP
No Pengetahuan
Baik
Total
Cukup
P
n
%
N
%
n
%
1
Tinggi
41
97,6
1
2,4
42
100
2
Rendah
14
77,8
4
22,2
18
100
Total
55
91,7
5
8,3
60
100
0,025
4.2.2. Hubungan Sikap Responden Terhadap Penerapan SOP Teknik Menyuntik Di RSUD Arifin Acmad Pekanbaru Hasil analisis bivariat memperlihatkan hubungan antara sikap responden dengan penerapan SOP teknik menyuntik. Responden dengan sikap kategori baik yang menerapkan SOP teknik menyuntik dengan baik sebanyak 14 orang (87,5 %) sebanyak 2 orang (12,5 %) yang menerapkan SOP teknik menyuntik dengan cukup, sedangkan untuk kategori sikap sangat baik yang menerapkan SOP teknik menyuntik
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
dengan baik sebanyak 41 orang (93,2%) dan sebanyak 3 orang (6,8%) yang menerapkan SOP teknik menyuntik dengan cukup. Bila dilihat dari nilai P ternyata didapatkan P = 0,403 (P > 0,05) berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan penerapan SOP teknik menyuntik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini : Tabel 4.6 Hubungan Sikap Responden Terhadap Penerapan SOP Teknik Menyuntik Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
No
Penerapan SOP Sikap
Baik
Total
P
Cukup
n
%
N
%
n
%
1
Baik
14
87,5
2
12,5
16
100
2
Sangat Baik
41
93,2
3
6,8
44
100
Total
55
91,7
5
8,3
60
100
0, 403
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Pengetahuan Responden Terhadap Penerapan SOP Teknik Menyuntik Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Berdasarkan hasil analisis bivariat memperlihatkan hubungan antara pengetahuan responden dengan penerapan SOP teknik menyuntik. Responden dengan pengetahuan tinggi yang menerapkan SOP teknik menyuntik dengan kategori baik sebanyak 41 orang (97,6%), dan 1 orang (2,4%) yang menerapkan SOP teknik menyuntik dengan kategori cukup, sedangkan yang berpengetahuan rendah yang menerapkan SOP teknik menyuntik dengan kategori baik sebanyak 14 orang (77,8%) dan kategori cukup sebanyak 4 orang (22,2%). Kalau dilihat dari nilai P ternyata didapatkan P = 0,025 ( P > 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden terhadap penerapan SOP teknik menyuntik. Dengan pengertian bahwa semakin tinggi pengetahuan responden maka semakin besar kemungkinan dapat menerapkan SOP teknik menyuntik. Meskipun demikian dalam penelitian ini masih ditemukan responden memiliki pengetahuan rendah. Sehubungan dengan hal tersebut maka responden dengan pengetahuan rendah perlu meningkatkan pengetahuannya dalam praktik keperawatan khususnya dalam tindakan menyuntik sebagai upaya pencegahan infeksi. Sementara responden yang berpengetahuan tinggi tetap mempertahankan dan meningkatkan pengetahuannya agar dapat lebih bertanggungjawab untuk menerapkan SOP praktik keperawatan dalam bekerja. 51 Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan formal dan informal, misalnya melalui bimbingan dan pelatihan, pengarahan, mencari informasi, diskusi dan berbagi pengalaman, sehingga semakin banyak memperoleh pengetahuan tentang penerapan SOP khususnya teknik menyuntik maka semakin besar responden dapat menjaga kesehatan dan keselamatan dalam bekerja sekaligus mencegah terjadinya infeksi melalui jarum suntik seperti yang pernah terjadi pada 4 (empat) orang tenaga perawat dan 1 (satu) orang mahasiswa kedokteran yang terpajan jarum suntik dan jarum infus penderita HIV/AIDS dan mereka tidak memakai sarung tangan saat bekerja. Menurut pengamatan peneliti, rata-rata responden berpendidikan diploma tiga keperawatan, dengan demikian diharapkan responden lebih mudah menerima informasi dan pengetahuan yang baru baik dari dalam maupun dari luar lingkungan Rumah Sakit. Tinggi atau rendahnya pendidikan formal seseorang tidak menentukan sempit atau luasnya pengetahuan, tetapi makin tinggi pendidikan seseorang maka makin luaslah pengetahuannya. Secara teoritis menurut Machfoed et al (2005) cara orang yang bersangkutan mengungkapkan apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti atau jawaban baik lisan atau tertulis. Seseorang memiliki pengetahuan tinggi apabila mampu mengungkapkan informasi dari suatu objek dengan benar, bila seseorang hanya mampu mengungkapkan sedikit informasi dari suatu objek dengan benar maka dikategorikan memiliki pengetahuan rendah tentang objek tersebut. Pengetahuan dengan mudah dapat diakses melalui berbagai media massa yang dapat memberikan informasi baru bagi individu sehingga menambah pengetahuan dan wawasan responden. Sejalan pendapat yang dikemukan oleh Azwar (1995) bahwa ”Adanya
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut”. Dengan demikian informasi yang berasal dari berbagai media massa memberi pengaruh besar terhadap perubahan pengetahuan responden dalam menanggapi sesuatu khususnya dalam penerapan SOP teknik menyuntik. Tindakan menyuntik merupakan wewenang dokter yang dapat didelegasikan oleh dokter kepada perawat. Tindakan menyuntik mempunyai risiko terhadap keselamatan perawat jika tidak dilakukan dengan hati-hati dapat menimbulkan masalah misalnya tertusuk jarum pada saat bekerja. Yang berarti bahwa pengetahuan responden terhadap penerapan SOP teknik menyuntik yang baik dapat memberikan gambaran bahwa tindakan keperawatan yang dilakukan sudah sesuai dengan ketentuan yang baku dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai salah satu upaya mencegah terjadinya infeksi melalui jarum suntik serta mengurangi terjadinya kecelakaan dalam bekerja. Kualitas pelayanan kesehatan khususnya dalam memberikan tindakan keperawatan dipengaruhi oleh pengetahuan responden. Pengetahuan responden yang baik tentang SOP teknik menyuntik dapat mempengaruhi penerapannya dengan baik pula atau dengan kata lain pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, sebaliknya pengetahuan responden yang rendah dapat mempengaruhi penerapan SOP dan keberhasilan berlangsungnya SOP praktik keperawatan terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan di Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru.
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
Berdasarkan ruang lingkup pekerjaan perawat dalam memberikan tindakan keperawatan kepada pasien khususnya tindakan menyuntik, pihak Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru sudah memberlakukan ketentuan SOP sebagai pedoman dalam melaksanakan praktik keperawatan, namun keberhasilan mengimplementasikannya menjadi tanggungjawab responden untuk meningkatkan pengetahuannya serta komitmen tim penilai untuk mengawasi proses penerapan SOP praktik keperawatan dalam upaya mencapai keselamatan dan kesehatan kerja serta upaya pencegahan infeksi melalui jarum suntik. Penelitian yang dilakukan oleh Masdalifa Pasaribu (2006) tentang analisis pelaksanaan SOP pemasangan infus terhadap kejadian plebitis di ruang rawat inap Rumah Sakit Haji Medan, hasilnya terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pelaksanaan SOP pemasangan infus terhadap kejadian plebitis dengan nilai P = 0,001. Meskipun ada perbedaan pada SOP praktik keperawatan antara teknik menyuntik dengan teknik pemasangan infus, namun disini peneliti hanya melihat pengetahuan responden terhadap penerapan SOP praktik keperawatan.
5.2
Hubungan Sikap Responden Terhadap Penerapan SOP Teknik Menyuntik Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Berdasarkan hasil analisis bivariat memperlihatkan tidak ada hubungan antara
sikap responden dengan penerapan SOP teknik menyuntik. Responden dengan kategori sikap baik yang menerapkan SOP teknik menyuntik dengan baik sebanyak 14 orang (87,5 %)
sebanyak 2 orang (12,5 %) yang menerapkan SOP teknik
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
menyuntik dengan cukup, sedangkan responden dengan kategori sikap sangat baik menerapkan SOP teknik menyuntik dengan baik sebanyak 41 orang (93,2%) dan yang menerapkan SOP teknik menyuntik dengan cukup sebanyak 3 orang (6,8%). Bila dilihat dari nilai P = 0,403 yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan penerapan SOP teknik menyuntik. Dengan pengertian bahwa sikap responden cenderung tidak mendukung terhadap pelaksanaan penerapan SOP teknik menyuntik. Menurut teori Bogardus, et al (1931) yang dikutip oleh Azwar (1995) menyatakan ” bahwa sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon”. Namun pada hasil penelitian ini sikap yang ditemukan tidak mendukung respon individu pada objek atau stimulus yang dihadapi atau yang diketahuinya. Sejalan dengan pendapat Louis Thrustone, et al (1928) dikutip oleh Azwar menyatakan ”bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut”. Dengan kata lain responden yang mempunyai pengetahuan yang baik seharusnya dapat bersikap baik dan cenderung mendukung penerapan SOP praktik keperawatan yang sudah diberlakukan oleh pihak Rumah Sakit. Berdasarkan informasi kepala ruangan medikal dan surgikal, bahwa ada kecenderungan responden bekerja menurut pengalaman dan
pengaruh orang lain. Sejalan pendapat yang
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
dikemukakan oleh Azwar (1995) ”bahwa dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologi yang dihadapinya, diantaranya adalah pengalaman pribadi dan pengaruh orang lain”. Dalam pengertian responden bekerja berdasarkan pengalaman dan pengaruh orang lain misalnya pengalaman pribadi merupakan sesuatu yang telah dan sedang kita alami yang membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial sedangkan pengaruh orang lain merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita, misalnya ada tidaknya perawat lain yang sedang bertugas menerapkan SOP sebagai pedoman melaksanakan praktik keperawatan. Menurut peneliti pembentukan sikap yang dipengaruhi oleh pengalaman pribadi dan pengaruh orang lain tidak dapat dijadikan pedoman untuk melaksanakan SOP praktik keperawatan, karena hanya berdasarkan perkiraan tanggapan responden dan adanya unsur suka dan tidak suka terhadap individu yang menjadi objek sikap dan bukan berdasarkan standar yang sudah dibakukan. Dengan demikian sikap responden belum mencerminkan rasa tanggungjawab terhadap penerapan SOP teknik menyuntik dalam praktik keperawatan dan cenderung dapat menyebabkan kecelakaan kerja seperti yang terjadi pada perawat dan mahasiswa kedokteran yang terpapar jarum suntik penderita HIV/AIDS dan pada saat bekerja tidak memakai sarung tangan. Penelitian yang dilakukan oleh Ariani, et al (2000) tentang pengetahuan, sikap dan tindakan perawat dalam upaya pencegahan risiko tertular Hepatitis B di RSUD Singaraja, hasil penelitiannya 84% responden berpengetahuan cukup, dan 90,6% bersikap positif. Meskipun penelitian Ariani et, al tentang sikap tidak mendukung terhadap hasil
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
penelitian ini, namun ada kesamaan dalam variabel yang akan diukur tentang pengetahuan dan sikap serta data mengenai kecelakaan kerja yang dilakukkan oleh perawat. Data 3 bulan sebelumnya ditemukan penularan hepatitis B pada perawat umumnya terjadi karena tusukan jarum suntik dan kontaminasi mukosa mata atau mulut oleh cairan pengidap hepatitis B. Kecelakaan yang sering terjadi adalah tertusuknya jari tangan saat memasang penutup jarum yang habis dipakai (reccaping). Kemudian juga ditambahkan bahwa sebagian besar responden pernah mengalami tindakan berisiko seperti robek sarung tangan 73,3%, tertusuk jarum suntik 66,7% dan kontak langsung dengan darah 100%. Meskipun penelitian Ariani tidak mendukung penelitian ini karena masalahnya berbeda, tetapi hasil penelitian ditemukan adanya hubungan pengetahuan responden dengan pencegahan risiko infeksi serta kejadian tertusuk jarum suntik sebanyak 66,7%. Kualitas pelayanan kesehatan khususnya dalam memberikan tindakan keperawatan dipengaruhi oleh pengetahuan responden. Pengetahuan responden yang baik tentang SOP teknik menyuntik dapat mempengaruhi penerapannya dengan baik pula atau dengan kata lain pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, sebaliknya pengetahuan responden yang rendah dapat mempengaruhi penerapan SOP dan keberhasilan berlangsungnya SOP praktik keperawatan terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan di Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru. Berdasarkan ruang lingkup pekerjaan perawat dalam memberikan tindakan keperawatan kepada pasien khususnya tindakan menyuntik, pihak Rumah Sakit
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru sudah memberlakukan ketentuan SOP sebagai pedoman dalam melaksanakan praktik keperawatan, namun keberhasilan mengimplementasikannya menjadi tanggungjawab responden untuk meningkatkan pengetahuannya serta komitmen tim penilai untuk mengawasi proses penerapan SOP praktik keperawatan dalam upaya mencapai keselamatan dan kesehatan kerja serta upaya pencegahan infeksi melalui jarum suntik.
5.3
Keterbatasan Penelitian Dalam melakukan penelitian, peneliti menyadari bahwa penelitian ini
memiliki keterbatasan yaitu : a. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan penelitian adalah cross sectional hanya melihat hubungan antara variabel secara bersamaan, oleh karena itu penelitian ini tidak dapat memberikan penjelasan tentang adanya hubungan sebab akibat, hubungan yang dilihat hanya sebatas menunjukkan keterkaitan saja bukan kausalitas b. Dalam mengukur atau mengungkap permasalahan pada penelitian ini dirasakan adanya keterbatasan kemampuan kuesioner sebagai alat ukur dalam menggali permasalahan yang ingin diketahui, keterbatasan tersebut terutama dalam kuesioner pengetahuan dan sikap yang dibuat oleh peneliti sendiri. c. Adanya risiko bias, mungkin dalam hal ini tidak dapat dihindari, karena pengukuran data dalam penelitian ini berdasarkan apa yang diingat responden pada saat pengisian kuesioner. Risiko bias yang lainnya adalah pada saat
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
observasi tindakan menyuntik, Observer (pengamat) mengenal observer (yang diamati), sehingga penilaian tidak objektif. d. Kualitas lembaran kuesioner tergantung motivasi responden untuk menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner tersebut apakah mudah dipahami oleh responden atau sebaliknya.
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dari 60 responden yang diteliti, ditemukan yang menerapkan SOP teknik menyuntik sebanyak 55 orang (91,7%) dan yang tidak menerapkan sebanyak 5 orang (8,3%). 2. Pada analisis bivariat dengan uji Chi Square ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan terhadap penerapan SOP teknik menyuntik dengan nilai pengetahuan sebesar P=0,025. Kemudian untuk variabel sikap tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap terhadap penerapan SOP teknik menyuntik dengan nilai P= 0,403
6.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan sebagai berikut : 1. Perlu adanya komitmen yang tegas dalam penerapan SOP khususnya teknik menyuntik yang sudah diberlakukan di ruangan rawat inap RSUD Arifin Achmad Pekanbaru sebagai upaya pencegahan infeksi. 2. Perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan khususnya praktik keperawatan melalui upaya penambahan dan pengembangan pengetahuan perawat disertai pelatihan yang bersifat teknis serta pendidikan dan pelatihan dibidang keselamatan kerja.
60 Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
3. Disarankan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan SOP praktik keperawatan di Rumah Sakit yang berbeda dengan menambah variabel –variabel lain yang berkaitan dengan SOP
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA Ali, Zaidin, 2002. Dasar – dasar Keperawatan Profesional, Widya Medika, Jakarta Aditama tjandra Yoga, 2003, Menejemen Administrasi Rumah Sakit, Edisi ke-2, Universitas Indonesia, Jakarta Arikunto, S, 2003, Menejemen Penelitian, Edisi Revisi , Rineka Jakarta. Azwar Saifuddin, 2003. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi ke-2, Pustaka pelajar, Yogyakarta. DepKes , 2004. Sistem Kesehatan Nasional, DepKes, Jakarta. _____ ,2005. Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit. Jakarta. ______ , 2006. Undang-Undang Kesehatan . No 23 tahun 1992. Pustaka Widyatama. Yogyakarta. ______, 2006, Peningkatan Menejemen Kinerja Klinik (PMKK ) Perawat dan Bidan, Pusdiklat SDM Kesehatan bekerjasama dengan Direktorat Bina pelayanan Keperawatan, Jakarta, Hidayat, A. Aziz Alimul.2002. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarata ,2004, Pengantar Konsep Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta Kartawidjaja, 1992, Mengukur Sikap Sosial Pegangan Untuk Peneliti dan Praktisi, Bumi Aksara, Jakarta. Lemeshow, S, Hosmer Jr, David, dan Klar, Jenalle, 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Edisi Bahasa Indonesia. Terjemahan oleh Dibyo Pratomo Machfoedz, et al, 2005. Teknik Membuat Alat Ukur Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan dan Kebidanan, Fitramaya, Yogyakarta Masdalifa Pasaribu (2006) Analisis Pelaksanaan SOP Tindakan Memasang Infus Sebagai Upaya Pencegahan Plebitis di Rumah Sakit Haji Medan, Tesis.
62 Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
Notoatmodjo, 1993, Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, 2002, Metodologi Penelitian kesehatan. Edisi Revisi , PT Rineka Cipta, Jakarta. _______ ,2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, PT Rineka Cipta, Jakarta _______, 2007, Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku , PT. Rineka Cipta, Jakarta. Nursalam, 2003, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika Jakarta. Perry dan Potter. 1999, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan praktik, vol 1, EGC, Jakarta. Riduawan, 2008, Skala pengukuran variabel-variabel penelitian. Alfabeta. Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad, Profil Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru, Pekanbaru 2006. Sastroasmoro, S dan Ismael, S, 2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi ke-2, Binarupa Aksara .Jakarta. Supartono, Basuki. 1993, Petunujuk Praktis Sterilisasi Instrumen dan pengendalian Infeksi Silang, EGC, Jakarta Tietjen, dkk . 2004. Panduan Pencegahan Infeksi untuk fasilitas pelayanan kesehatan dengan sumber daya terbatas, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo bekerjasama dengan JNPKKR/POGI dan JHPIEGO http/hepatitis/badan litbang kesehatan GDL4.0files/gdl00000.jpg http://www.infeksi.com/article.php.2008 Srf/www/portal kalbe/files/cdk/files/04_Quality Pdf_Quality.
Assurance
Keperawatan
91.
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran I Jadwal Pelaksanaan Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Bulan Pelaksanaan No
Kegiatan Jan’08
1
Penelusuran Pustaka
2
Persiapan Bahan Kolokium
3
Kolokium
4
Persiapan Alat dan Bahan
5
Pengumpulan Data
6
Pengolahan dan Analisa Data
7
Penyusunan Laporan Tesis
8
Seminar Hasil
9
Sidang Komprehensif
Feb’08
Mar’08
Apr’08
Mei’08
Jun’08 Jul’08 Agst’08
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
Sept’08
Lampiran 2 Lembaran Kuesioner Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dalam Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Sebagai Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2008 A. Pengetahuan tentang penerapan
Standar Operasional Prosedur (SOP)
teknik menyuntik sebagai upaya pencegahan penyakit B. Petunjuk pengisian untuk pengetahuan
Pilihlah kolom (B) bila saudara menganggap pernyataan benar dan (S) jika saudara menganggap pernyataan salah dan beri tanda (V)
Jawablah semua pernyataan yang disediakan
Setelah kuesioner diisi agar dapat dikembalikan
Data Responden :
Kode Responden
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Pendidikan
:
a. Suntikan Intra vena NO
PERNYATAAN
1.
Persiapan alat pada suntikan intra vena
BENAR
SALAH
diantaranya adalah : stetoskop, bak instrumen dan kapas alkohol 2.
Membaca etiket / label obat minimal 3 kali, yaitu pada saat mengambil tempat obat, mengambil obat dan meletakkan kembali tempat obat
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
3
Suntikan
intra
vena
dilakukan
dengan
menempatkan obat ke dalam pembuluh darah arteri 4.
Menyiapkan dosis obat yag tepat dari ampul atau
vial
penting
dilakukan
65
untuk
menghindari kesalahan dalam pemberian obat 5.
Gelembung udara pada tabung spuit tidak perlu dikeluarkan karena tidak mempengaruhi hasil suntikan
6.
Tujuan pemberian obat secara intra vena adalah
supaya
obat
bereaksi
cepat
dan
langsung masuk pembuluh darah vena 7.
Perawat memasang pengalas jika diperlukan saja pada area suntikan dan memasang karet pembendung jauh dari area penyuntikan
8
Perawat mendesinfeksi area suntikan dengan kapas alkohol, lalu masukkan jarum tepat pada vena, kemudian melihat pada tabung spuit ada darah atau tidak, jika ada darah lepaskan karet pembendung, masukkan obat secara perlahan-lahan
9.
Setelah obat masuk semua, perawat segera mencabut jarum dengan cepat, bekas tusukan tidak boleh di tekan dengan kapas alkohol
10.
Hal-hal yang diobservasi pasca suntikan intra vena
diantaranya
adalah
reaksi
setelah
pemberian obat tersebut 11.
Dalam
tindakan
menyuntik
komunikasi
sebelum dan sesudah tindakan tidak lagi dibutuhkan
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
12.
Perawat merapihkan kembali alat-alat yang sudah dipakai dan membuang alat suntik ke dalam tempat khusus
C. Pernyataan Pengukuran Sikap ¾ Sikap responden dalam penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) teknik menyuntik sebagai upaya pencegahan infeksi ¾ Berilah tanda (X) pada salah satu jawaban anda ; Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS)
NO 1.
PERNYATAAN
SS
S
TS
STS
Saya menggunakan SOP teknik menyuntik untuk memperkecil kesalahan, kelalaian dan kegagalan dalam proses pelaksanaan tindakan
2.
Perawat
harus
menerapkan
SOP
teknik
menyuntik bila sudah ditegur atasan 3.
Perawat yang baik akan menggunakan SOP dengan kesadaran sendiri
4.
Perawat memakai sarung tangan pada waktu proses pelaksanaan tindakan menyuntik hanya bila disediakan oleh pihak rumah sakit
5.
Menurut saya, pentingnya komunikasi dengan pasien dalam pemberian obat suntikan, untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat
6.
Menurut saya, etiket / label obat dibaca sekali saja pada waktu pemberian obat
7.
Saya menggunakan sarung tangan pada waktu menolong pasien karena sadar akan manfaatnya untuk kesehatan dan keselamatan bekerja
8.
Menurut saya jika terjadi kasus tertusuk jarum
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
pada perawat pada saat melakukan tindakan menyuntik sebaiknya tidak perlu melaporkan pada atasan / yang bertanggungjawab 9.
Menurut saya
mencuci tangan dan memakai
sarung tangan sebelum merupakan
tindakan
tindakan menyuntik mencegah
terjadinya
penularan penyakit 10
Mematuhi penggunaan SOP teknik menyuntik tidak akan mengurangi kecelakaan dalam bekerja
11. Menerapkan SOP teknik menyuntik secara terus
menerus
adalah
gambaran
seorang
perawat yang bertanggung jawab 12
Untuk mencegah luka tertusuk jarum, perawat membuka dan menutup jarum dengan teknik dua tangan pada saat menyuntik
13. Menurut saya perawat memasang
sarung
tangan sebelum memegang jarum suntik 14
Perawat melepaskan sarung tangan sebelum menyingkirkan alat suntik pada tempatnya
15. Untuk keamanan pemakaian jarum suntik, pihak rumah sakit menyediakan tempat sampah khusus untuk jarum suntik habis pakai 16
Untuk
menghindari
penularan
penyakit
sebaiknya perawat tidak mencuci tangan setelah melepaskan sarung tangan yang sudah terpakai
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 3 Instrumen Observasi Pelaksanaan SOP teknik menyuntik Petunjuk pengisian
Observer (perawat penilai) diminta mengisi lembar observasi ini dengan cara mengisi kolom yang tersedia, dengan identitas observee (perawat yang sedang dinilai) sebagai berikut :
NO
Kode Responden
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Pendidikan
:
Ruangan
:
JENIS KEGIATAN Menyuntik Vena
intra
ASPEK YANG DINILAI
OBSERVASI 1 2 3 4 5
KET
a. Persiapan Alat 1. Trolly injeksi 2. Bak instrument 3. Spuit 2 atau 5 CC (disposible) 4. Obat sesuai yang dibutuhkan 5. Kapas alkohol dalam tempatnya 6. Gergaji ampul 7. Bengkok 8. NaCl 0,9% atau aquabidest 9. Sarung tangan 10,Pengalas dan pembendung 11.Buku dan pena 69
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
b. Pelaksanaan 1. Memberitahu dan menjelaskan prosedur tindakan kepada pasien 2. Perawat mencuci tangan dan mengeringkannya lalu memasang sarung tangan 3. Menyediakan obat sesuai yang dibutuhkan 4. Membaca etiket obat minimal 3 kali - Pertama saat mengambil tempat obat - Kedua saat mengambil obat - Ketiga saat meletakkan tempat obat (sebelum menyuntikkan) 5. Memastikan pasien yang akan disuntik 6. Menentukan daerah yang akan disuntik 7. Memasang pengalas, lakukan pembendungan pada sebelah atas dari daerah suntikan 8. Melakukan desinfeksi permukaan kulit daerah suntikan dengan kapas alkohol dan kulit daerah suntikan diregangkan 9. Memasukan jarum ke dalam pembuluh darah dengan lubang jarum menghadap ke atas 10. Menarik penghisap jarum sedikit, bila jarum berhasil masuk ke dalam vena darah akan mengalir ke dalam spuit, pembendung dibuka dan obat dimasukkan kedalam vena berlahan-lahan sampai habis 11. Bila pemberian obat/cairan melalui vena dilakukan dalam jumlah besar dan waktu yang lama, maka pemberiannya bisa melalui infus 12. Mengobservasi respon pasien 13. Memberitahu pasien bahwa tindakan sudah selesai dilakukan
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008
14. Alat-alat dibereskan 15. Perawat melepaskan sarung tangan kemudian mencuci tangan dan mengeringkannya.
Idayanti: Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawatterhadap Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Teknik Menyuntik Dalam Upaya Pencegahan Infeksi Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2008. USU e-Repository © 2008