Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015
KITAB ADABUL ‘ALIM WA MUTA’ALLIM DALAM PERSPEKTIF CRC (CONVENTION AND ON THE RIGHTS OF THE CHILD) Oleh: Khudrotun Nafisah Dosen Program Studi Ilmu Sosiatri FISIPOL Universitas Darul ‘Ulum Jombang e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Persoalan terbesar dalam implementasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Hak Anak (CRC) adalah kentalnya budaya paternalistik sebagai struktur yang kaku, yang menempatkan anak pada posisi paling rendah dan kepentingannya selalu dikaitkan dengan kepentingan orangtua. Sehingga mengkonversi kitab Adabul ‘Alim Wa Muta’allim dengan CRC (Convention and on The Rights of The Child) menjadi langkah penting untuk dilakukan. Dalam rangka menemukan harmonisasi CRC dengan Syariah dalam konteks pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan dan penanaman karakter/nilai Islam diusia dini. Terlebih, acapkali untuk dijumpai di lingkungan pesantren sebagai gambaran nyata dari tradisi Islam yang bersifat herarkis paternalistik. Pada gilirannya, implementasi kitab Adabul ‘Alim Wa Muta’allim di Pesantren Pesantren Tebuireng menjadi ruang menemukan harmonisasi antara syariah dan konsep CRC itu sendiri dan mencapai tujuan yang dimaksud.
Keyword: kitab, konvensi, pendidikan
Pendahuluan John Gray dalam “Children are from Heaven” 1 menuturkan betapa anak-anak dilahirkan baik dan tidak berdosa. Anak bergantung pada dukungan orang dewasa untuk tumbuh. Berbeda dengan orang dewasa, dalam dunia kenyataan anak-anak kerap menjadi sasaran dan korban kekerasan dengan dampak yang panjang dan permanen.Anak-anak kerap menderita berbagai eksploitasi ekonomi ataupun seksual, penyalahgunaan (child abused), dan pelanggaran hak lainnya. Lebih parah lagi, pada beberapa negara yang berkonflik senjata, anak-anak menjadi korban keganasan mesin perang. 2 Dalam kaitan ini PBB dan negara anggotanya mengeluarkan Undang-undang Perlindungan Anak tahun 2000 3, diawali dengan perumusan intrumen hak anak pada tahun 1989 pada suatu konvensi PBB Hak Anak (United Nation’s Convention on the Rights of the Child). KHA yang 1
John Gray, Ph.D., “Children are from Heaven”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hal. 1. Menurut cacatan ICRC, dalam 10 tahun terakhir ini, sejumlah 1,5 juta anak-anak terbunuh dalam konflik bersenjata. Dalam dua bulan terakhir tahun 1992, sekitar 75% anak-anak dibawah 5 tahun pada beberapa daerah di Somalia. Hal serupa juga terjadi pada anak-anak di Irak dalam perang melawan koalisi Anglo-Amerika. Lihat International Committee of the Red Cross, “Chilren and War”, CRC Special Brochure, Geneva, 1994, hal. 5. Lihat juga dan bandingkan dengan UNICEF, “State of the World’s Children 1996”, Oxford University Press, 1996, hal. 13, dalam Melanie Gow, Kathy Vandergrift, Randini Wanduragala, “The Right to Peace – Children and Armed Conflict”, World V ision, Switzerland, hal. 5. 3 Dalam skala internasional, perbincangan tentang anak mencapai puncaknya ketika ada kesepakatan anggota peserta Negara PBB untuk menyepakati hak-hak anak dalam Konvensi anak sedunia pada tanggal 20 November 1989. 2
41
Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015
disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan Resolusi 44/25 pada tanggal 20 November 1989, dan mulai mempunyaikekuatan memaksa (entered in to force) pada tanggal 2 September 1990. KHA merupakan perjanjian internasional mengenai Hak Azasi Manusia (HAM) yang mengintegrasikan hak sipil dan politik (political and civil rights), secara bersamaan dengan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya (economic, social and cultural rights). Untuk itu Indonesia sebagai negara anggota PBB telah mengikatkan dirinya secara hukum (legally binding) dengan meratifikasi KHA pada tahun 1990. 4Langkah hukum ratifikasi ini dilakukan dengan berdasarkan Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Peratifikasian Konvensi Hak Anak. 5 Implementasi aturan tersebut bermuara pada pelayanan yang baik bagi anak, pelayanan yangmenyenangkan bagi anak dan mendorong daya kreatifitas serta kemampuan anak secara keseluruhan. Persoalan terbesar dalam implementasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Hak Anak (CRC) adalah kentalnya budaya paternalistik sebagai struktur yang kaku, yang menempatkan anak pada posisi paling rendah dan kepentingannya selalu dikaitkan dengan kepentingan orangtua. Mereka tidak pernah didengarkan suaranya, malah dalam banyak hal, suara orangtua (di rumah, dan orang dewasa lain, di luar rumah) dianggap mewakili suara anak-anak. Sebab menerapkan CRC berarti mengakui anak sebagai subyek atas hak-haknya sebagai manusia, bukan hanya sekadar menerima perlindungan manusia dewasa 6. Hal yang sama untuk dijumpai dilingkungan pesantren sebagai gambaran nyata dari tradisi Islam yang bersifat herarkis paternalistik 7. Tradisi yang hubungan sosialnya terpusat pada kyai yang berfungsi sebagai bapak terhadap anak-anaknya, yaitu para santri8. Pola hubungan ‘bapakanak” yang mengalami perluasan sampai segala urusan yang diistilahkan Max Weber sebagai kewenangan politik tradisional (patrimonialisme) 9. Hingga tidak ada seorang santri pun yang berani melawan otoritas dan kekuasaan pesantren 10, keharusan untuk patuh secara mutlak kepada kyai bukan saja karena otoritasnya tapi dalam diri santri dibangun keyakinan bahwa kyai sebagai penyalur kemurahan Tuhan yang dilimpahkan kepadanya, baik di dunia maupun diakhirat. Ideologi 4
Menurut cacatan, Indonesia merati fikasi KHA namun melakukan reservasi melalaui pernyataan (declaration) atas 7 (tujuh) pasal KHA, yakni pasal 1, 1, 16, 17, 21, 22, dan 29 5 Pada saat KHA di ratifikasi, di Indonesia masih berlaku Surat Presiden RI Nomor 2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus 1960 tentang Pembuatan Perjanjian-perjanjian dengan Negara Lain, yang selama ini dipergunakan sebagai pedoman dalam membuat dan mengesahkan perjanjian internasional. Saat ini, dengan disahkannya UU No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, yang mencabut Surat Presiden RI Nomor 2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus 1960. Menurut pasal 9 ayat 2 UU No. 24 Tahun 2000, pengesahan perjanjian internasional dilakukan dengan Undang-undang atau Keputusan Presiden. 6 Belajar Demokrasi, Memahami Anak sebagai Subyek Diri http://www.kompas.com/kompascetak/0307/21/swara/440393.htm 7 A. Budi Susanto, Politik dan postkolonialitas di Indonesia. Kanisius. Yogyakarta. 2003. hal 53 8 Ibid Hal 53 9 Istilah yang menggambarkan jenis kepemimpinan, dimana seorang pemimpin mencukupi kebutuhan seluruh pengikutnya, sebagai imbalan dari sikap loyaltas dan pengabdian 10 Zamakshari Dofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai LP3ES Jakarta. 1982 hal. 82
42
Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015
kepatuhan santri kepada kyai ini dikukuhkan dalam kitab salaf atau kitab kuning yang diajarkan di pesantren seperti Ta’lim Al Muta’alim “…dan sesungguhnya orang yang mengajarmu walau hanya sepatah kata adalah bapakmu menurut ajaran Islam” 11. Lebih jauh, kitab ini mengatur pula tata cara menuntut ilmu dan hubungan guru dan murid (santri). Sehingga bagi sebagian kalangan menyebutkan bahwa kitab yang diajarkan dipesantren dengan segala tata cara pendidikannya merupakan peralatan kelembagaan guna menanamkan kepatuhan santri kepada kyai 12. Seperti dalam kasus Ngruki yang dianggap pesantren sarang teroris 13 karena dianggap para murid atau santrinya yang mau mengorbankan nyawa demi jihad adalah bentuk kepatuhan murid terhadap gurunya 14. Pesantren Tebuireng yang didirikan oleh Hadratus Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari pada tahun 1899 M merupakan salah satu pesantren yang memiliki arti penting dalam perjalanan sejarah karena dari tempat ini muncul berbagai macam organisasi dan tokoh-tokoh yang berkiprah dalam pentas politik nasional seperti lahirnya NU (Nahdlatul Ulama) dan munculnya ulama modern seperti Wahid Hasyim, yang menjabat Menteri Agama 15. Keberadaan Pesantren Tebuireng pada periode kepengasuhan Dr (Hc). KH. Solahuddin Wahid yang sekaligus anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia tentunya memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan pesantren yang berlangsung di Tebuireng, terlebih dengan tetap digunakannya rujukan kitab klasik seperti Kitab Adabul Alim Wa Muta’lim dalam rangka penanaman tata cara menuntut ilmu seorang santri. Terlebih karena kitab tersebut adalah kitab karangan Hadratus Syeikh K.H. Hasyim Asy’ari yang selanjutnya diterjemahkan secara adaptif oleh Dr. Rosidin, M.PdI. Untuk itu penelitian ini akan mengkaji kitab Adabul Alim wa Muta’lim dengan konsep CRC (Convention and on The Rights of The Child)adalah tentang implementasi prinsip CRC yang terdiri: (1) Non-discrimination (non diskriminasi); (2) The best interest of child (kepentingan yang terbaik bagi anak); (3) Right of survival, develop and participation (hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan), dan (4) Recognition for free expression (penghargaan terhadap pendapat anak).Untuk menemukan konversi dan implementasi beberapa konsep CRC yang terdapat dalam Kitab Adabul ‘Alim Wa Muta’allim di Pondok pesantren Tebuireng. Sekaligus juga untukmenjelaskan dan menjawab pertanyaan masyarakat tentang fungsi kitab klasik dalam proses pendidikan pesantren yang sebenarnya.
11
Zanuji, Ta’lim Al Muta’alim. Kudus: Menara Kudus. 1963 hal 60 Ibid hal 54 13 Pesantrenku dalam Sorotan Muh Kholid AS ; Jurnalis, Santri Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki,Sukoharjo, 1993-1999 JAWA POS, 07 September 2012 14 Noor Huda Ismail. Temanku Teroris ? 15 http://www.tebuireng.net/index.php?pilih=hal&id=4. diambil pada tanggal 27-06-2014 pukul 23.00 12
43
Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015
Kandungan Isi Kitab Adabul ‘Alim Wa Muta’allim A. Karakter Pelajar terhadap Diri Sendiri Dalam bab ini di kitab Adabul ‘Alim Wa Muta’allim membahas tentang karakter Pelajar terhadap diri sendiri. Di bab ini ada beberapa poin penting yang harus dimiliki santri atau murid dalam proses belajar diantaranya adalah: (1) Membersihkan hati dari ahlak tercela, yang dimaksud pada bab ini pelajar hendaknya mensucikan hati dari segala kepalsuan, dari dengki, iri hati, aqidah yang buruk dan ahlak tercelaagar mudah menerima ilm, menghafal, menyingkap makna-maknanya yang terdalam dan memahami makna-maknanya yang samar. Selanjutnya, (2) Membagusi niat belajar: pelajar harus membagusi niat dalam mencari ilmu yaitu bertujuan semata-mata hanya mencari ridho Allah SWT, mengamalkan ilmu, menghidupkan syariat, menerangi hati, menghias nurani dan Taqorrub kepada Allah. Tidak bertujuan duniawi baik berupa kepemimpinan, jabatan, harta, benda, keunggulan atas teman-temanya, penghormatan masyarakat, dan tujuan sejenisnya. (3) memaksimalkan waktu untuk belajar : pelajar harus bergegas mencari ilmu diusia muda dan seumur hidupnya. Jangan menunda dan berkhayal saja, karena setiap waktu berlalu tidak bisa diganti lagi. Kemudian, (4) bersikap Qonaan dalam sandang, pangan dan papan : pelajar hendaknya bersikap Qonaah (menerima apa adanya) terhadap makanan maupun pakaian yang dimiliki. Berbekal sifat sabar atas kosndisi ekonomi yang pas-pasan, maka pelajar dapat meraih keluasan ilmu. Ini dipertegas oleh Imam Syafi’i RA berkata: “sungguh tidak akan sukses orang yang menuntut ilmu disertai kehormatan diri dan ekonomi melimpah. Akan tetapi orang yang menuntut ilmu disertai kerendahan diri, ekonomi sederhana dan berkhidmad (melayani) pada ulam’lah yang sukses. Yang ke-(5) manajemen (pengaturan) waktu dan tempat belajar : pelajar hendaknya mengatur waktunya serta memanfaatkan usia hidupnya sebaik mungkin, waktu yang dianggap baik untuk belajar adalah diwaktu sahur untuk menghafal, di pagi hari untuk berdiskusi dan disiang hari untuk menulis. Sedangkan dimalam hari untuk mereview pelajaran. Sedangkan tempat yang baik untuk belajar adalah di maker, disarankan untuk belajar menjahui sungai, pohon dan tempat-tempat yang membuat lalai/ kotor. (6) menyedikitkan makan dan minum, jika pelajar kenyang akan memberatkan badan maka jika badan berat memunculkan banyak penyakit, selain itu banyak makan dan minum akan menunjukan sikap kesewenang-wenangan dan sombong. Didalam kitab juga mencontohkan para wali yang sedikit makan dan minum, orang yang banyak makan dan minum ibarat seperti hewan yang disiapkan untuk bekerja. (7) bersikap wira’i, menjaga diri dari syubhat dan haram, pelajar diharapkan untuk menjaga makanan yang hendak dimakan dari kehalalanya, tidak hanya makan tapi juga pakaian, tempat serta kebutuhan yang lainnya agar hati menjadi terang mudah mendapat ilmu serta pemanfaatan ilmu. 44
Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015
Selanjutnya, (8) menghindari makanan dan aktivitas penyebab lupa, diharapkan pelajar menghindari makanan yang mengakibatkan lupa, kebodohan dan melemahkan panca indera misalnya: buah apel yang masam, buncis dan cukak. Dan juga menghindari makananan penghasil dahak yang akan melemahkan otak, misalnya susu, ikan dan sejenisnya. Dan menghindari sesuatu yang bisa membuat lupa seperti makanan bekas gigitan tikus, membaca batu nisan kuburan, serta membuang kutu hidup-hidup.
(9) management waktu tidur, istirahat dan refresing: pelajar
hendaknya menyedikitkan tidur sepanjang tidak berdampak buruk pada kondisi tubuh dan otaknya, maksimal tidur 8 jam kurang dari itu diperbolehkan asal badanya mampu. Di sarankan untuk mengistirahatkan tubuh, hati otak dan indra untuk berekreasi dan bersantai di taman rekreasi untuk memulihkan tenaga dan tidak menyia-nyiakan waktu. (10) mengurangi kadar pergaulan yang tidak bermanfaat, hal ini disarankan bagi pelajar untuk menjauhi pergaulan yang tidak bermanfaat, seperti pergaulan dengan lawan jenis karena akan mengakibatkan mengikisnya kualitas beragama. Disarankan untuk bergaul dengan orang yang sholeh, wira’i, bertaqwa, kualitas hidupnya baik. B. Karakter Pelajar Terhadap Pendidik Ada 12 karakter pelajar terhadap pendidik: 1. Berusaha mencari pendidik yang baik: 2. Mencari pendidik yang kenyang pengalaman ilmu dari para ahli 3. Mengikuti/patuh dan bertata krama terpuji kepada pendidik 4. Memulyakan pendidik dari segala pikiran, perkataan dan perbuatan 5. Menunaikan hak-hak pendidik yang menjadi kewajiban pelajar 6. Berfikir positif kepada pendidik,walaupun bersikap kasar 7. Memperhatikan tata krama ketika hendak bertemu dengan pendidik 8. Memperhatikan tatakrama ketika satu ruangan dengan pendidik 9. Jika tidak setuju dengan pendidik pelajar tetap bertata-krama 10.Menunjukan sikap senang dan semangat belajar kepada pendidik 11.Memperhatikan tata kerama dalam berkomunikasi dengan pendidik 12. Bertata krama kepada pendidik dalam segala situasi dan kondisi. C. Karakter Pendidik Terhadap Pelajar Ada 14 karakter yang harus dimiliki oleh Pendidik terhadap Pelajar 1. Membagusi niat: ihlas karena Allah : 2. Membantu Pelajar dari awal hingga akhir 3. Mempergauli pelajar dengan penuh kasih saying dan kesabaran 4. Memudahkan pelajar dalam memahami dan menguasai ilmu (bidang studi) 5. Mengajar dengan penuh semangat dan keahlian mengajar 45
Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015
6. Rajin menguji hafalan dan pemahaman pelajar 7. Memilihkan pelajaran yang sesuai dengan kemampuan pelajar 8. Bersikap demokratis yaitu member perlakuan sama kepada semua pelajar tanpa pilih kasih (diskriminasi) 9. Mengawasi (monitoring) perilaku pelajar apabila pelajar melakukan perilaku yang tidak terpuji, maka pendidik perlu memperbaikinya. 10.Menjaga keharmonisan hubungan antara pendidik dengan pelajar 11.Pendidik memberi bantuan kepada pelajar, agar pelajar bisa focus belajar 12.Pendidik memperhatikan kehadiran atau absensi siswa 13.Bersikap tawadu’(rendah hati) kepada pelajar 14.Bertutur kata dan bersikap terpuji kepada pelajar
Konversi Adabul ‘Alim Wa Muta’allim dengan CRC (Convention and on The Rights of The Child) Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan (UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia). Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara (UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak). Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hakhaknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak). Perlindungan khusus adalah perlindungan yang diberikan kepada anak dalam situasi darurat. Misalnya, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika; alkohol; psikotropika; dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan, perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran (UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak). Menghilangkan kebebasan berarti bentuk penahanan atau hukuman penjara apa pun atau penempatan seseorang pada suatu tempat penahanan, di mana orang tersebut tidak diperkenankan pergi sesukanya, atas perintah sesuatu pihak kehakiman, administratif atau pihak umum lainnya (Peraturan-peraturan) perserikatan Bangsa-bangsa bagi perlindungan anak yang kehilangan kebebasan Res. No. 45/113 tahun 1990). Penganiayaan adalah perbuatan apa pun yang mengakibatkan sakit berat atau penderitaan, apakah fisik atau pun mental, dengan sengaja 46
Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015
dibebankan pada seseorang untuk tujuan-tujuan seperti memperoleh darinya atau orang ketiga informasi atau suatu pengakuan, menghukum dia karena suatu perbuatan yang dia atau orang ketiga telah melakukannya atau disangka telah dilakukannya. Termasuk juga tindakan mengintimidasi atau memaksa dia atau orang ketiga, atau karena alasan apa pun yang didasarkan pada diskriminasi macam apa pun, apabila sakit atau penderitaan tersebut dibebankan oleh atau atas anjuran atau dengan persetujuan diam-diam seorang petugas pemerintah atau orang lain yang bertindak dalam suatu kedudukan resmi (Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia, Res. PBB No. 39/46 tahun 1984). Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat-jasmani maupun rohani pada seseorang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang atau dari orang ketiga, dengan menghukumnya atas suatu perbuatan yang telah dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh seseorang atau orang ketiga. Penganiayaan juga termasuk mengancam atau memaksa seseorang atau orang ketiga atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dengan persetujuan, atau sepengetahuan siapa pun dan atau pejabat publik (UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia). Pada prinsipnya asas-asas yang digunakan dalam UU No. 23 tahun 2002 ini sesuai dengan prinsip-prinsip pokok yang terkandung dalam 1.
Non-discrimination (non diskriminasi) ; Asas non diskriminasi yang disini ialah setiap anak
harus
dilindungi
dari
suku,agama,ras,golongan,jenis
segala
perlakuan
kelamin,etnik,budaya
diskriminasi dan
baik
bahasa,status
dari hukum
anak,urutan kelahiran anak, dan kondisi fisik dan/atau mental. 2.
The best interest of child (kepentingan yang terbaik bagi anak); Asas kepentingan yang terbaik bagi anak adalah bahwa dalam semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh pemerintah,masyarakat,badan legislative,dan badan yudikatif, maka kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama
3.
Right of survival, develop and participation (hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan), Asas hak untuk hidup, kelangsungan hidup,dan perkembangan adalah hak asasi yang paling mendasar bagi anak yang dilindungi oleh Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua
4.
Recognition for free expression (penghargaan terhadap pendapat anak) Asas penghargaan terhadap pendapat anak adalah penghormatan atas hak-hak anak untuk berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam pengambilan keputusan terutama jika menyangkut hal-hal yang mempengaruhi kehidupannya. 47
Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015
Hak-hak anak dalam UU No. 23 tahun 2002 ini diatur dalam pasal 4 sampai dengan pasal 18. Hak-hak ini sesuai dengan hak-hak yang didalam CRC. Hak anak itu meliputi: 1.
Hak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
2.
Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan dalam hal kewarganegaraan ini setiap anak berhak mendapatkan kewarganegaraan dari kelahiran dari perkawinan yang sah, bahkan anak yang terlahir yang tidak diketahui orangtuanya dan anak tersebut lahir di wilayah Republik Indonesia diakui sebagai warga Negara Republik Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia mengakui hak setiap anak untuk mendapatkan kewarganegaraan.
3.
Hak untuk beribadah menurut agamanya.hak untuk bebas beribadah inipun secara konstitusional juga diatur dalam pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945 yang diperuntukan bagi warga negaranya
4.
Hak untuk mengetahui orangtuanya dibesarkan dan diasuh oleh orangtuanya sendiri.
5.
Hak untuk diasuh atau diangkat apabila orangtuanya tidak menjamin tumbuh kembang anak tersebut.
6.
Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial.hak mengenai pelayanan kesehatan dan jaminan social ini secara konstitusional juga diatur didalam pasal 28 H Undang-Undang Dasar 1945.
7.
Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
8.
Hak untuk menyatakan dan didengar pendapatnya,menerima,mencari,dan memberikan informasi.
9.
Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak sebayanya,bermain,berekreasi,dan berkreasi sesuai dengan minat,bakat,dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.
10. Hak memperoleh rehabilitasi,bantuan social,dan pemeliharaan taraf kesejahteraan social bagi anak penyandang cacat 11. Hak atas perlindungan dari perlakuan diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan dan penganiayaan, ketidakadilan, dan perlakuan salah lainnya. 12. Hak atas perlindungan dari penyalahgunaan dalam kegiatan politik,pelibatan dalam sengketa bersenjata,pelibatan dalam kerusuhan social,pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan, pelibatan dalam peperangan
48
Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015
13. Hak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan,penyiksaan atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi 14. Hak memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum 15. Hak untuk mendapat bantuan hukum dan bantuan lainnya Selain mempunyai hak setiap anak juga mempunyai kewajiban yang didasarkan pada pasal 19 undang-undang nomor 23 tahun 2002 yaitu: 1. Menghormati orangtua, wali dan guru 2. Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman 3. Mencintai tanah air, bangsa, dan Negara 4. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya 5. Melaksanakan etika dan akhlak mulia Koversi Kitab Adabul ‘Alim Wa Muta’alim dengan CRC dapat ditunjukkan dalam beberapa indikator yang disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 2: Konversi Kitab Adabul Alim wa Muta’alim dengan CRC Pada Pembelajaran Tinjauan Hubungan antara pelajar dan pendidik
Konversi CRC - Pendidik dan pelajar berinteraksi dengan ramah dan santun dengan penuh kehangatan semangat belajar - Pendidik menyampaikan materi pelajaran dengan suara keras dan jelas agar anak dapat menyimak dengan baik - Pendidik mendoakan anak didiknya agar mengalami kemudahan dalam belajar dan memahami materi yang disampaikan - Pendampingan anak didik dalam belajar dilakukan oleh pendidik baik didalam maupun diluar jam pelajaran dengan baik - Pelajar senantiasa meminta bimbingan dan doa pada guru utuk kelancaran belajar - Pelajar mengikuti/ patuh dan bertata krama terpuji kepada pendidik - Memulyakan pendidik dari segala pikiran, perkataan dan perbuatan - Menunaikan hak-hak pendidik yang menjadi kewajiban pelajar dengan baik dan amanah
Situasi pembelajaran
- Membagusi niat: ihlas karena Allah - Membantu pelajar dari awal hingga akhir - Memudahkan pelajar dalam memahami dalam menguasai ilmu - Mengajar dengan penuh semangat dan keahlian mengajar - Rajin menguji hafalandan pemahaman pelajar - Mempergauli pelajar dengan penuh kasih saying 49
Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015
dan kesabaran - Memilihkan mata pelajaran yang sesuai dengan kemampuan belajar - Bersikap demokratis yaitu member perlakuan sama kepada semua pelajar tanpa pilih kasih - Pelajar menunjukan sikap senang dan semangat belajar kepada pendidik - Memperhatikan tata krama dalam berkomunikasi dengan pendidik - Bertata krama kepada pendidik dalam segala situasi dan kondisi - Memperhatikan tata krama ketika hendak menemui pendidik - Memperhatikan tata krama ketika satu ruangan dengan pendidik - Jika tidak setuju dengan pendidik pelajar tetap bertata karma - Pendidik mengawasi atau memonitoring perilaku pelajar apabila pelajar melakukan perilaku yang tidak terpuji maka pendidik perlu memperbaikinya Pengaturan tempat duduk
- Menjaga keharmonisan hubungan antara pendidik dengan pelajar - Teratur dan rapi dalam barisan tertentu - Pelajar tidak duduk disejajar atau disamping pendidik, - Pelajar tidak boleh menduduki kursi pendidik - Ada jarak tempat duduk pendidik dengan pelajar
Media belajar
- Berbagai bahan yang bervariasi untuk semua mata pelajaran - Memudahkan pelajar dalam memahami pelajaran
Sumber belajar
- Pendidik menyiapkan materi pelajaran yang mampu melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran
Evaluasi
- Pendidik memperhatikan kehadiran atau absen pelajar - Pendidik memberi bantuan kepada pelajar agar pelajar bisa fokus belajar - Pendidik memberi hukuman, teguran sesuai dengan kadar kesalahannya
Harmonisasi antara Adabul ‘Alim Wa Muta’allim dengan CRC (Convention and on The Rights of The Child) Dalam konsep ini Adabul ‘Alim Wa Muta’allim banyak hal yang sudah seuai dalam dalam UU No. 23 tahun 2002 ini diatur dalam pasal 4 sampai dengan pasal 18, tentunya hasil retifikasi ini disesuaikan dengan CRC. Adabul ‘Alim Wa Muta’allim sebuah kitab sebagai pedoman dalam 50
Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015
menanamkan nilai baik untuk pendidik maupun pelajar dalam berhubungan tanpa diskriminasi, menjunjung hak pendidik maupun pelajar dalam proses belajar mengajar. Pada penjelasan sebelumnya tentang karakter pelajar terhadap diri sendiri, ada beberapa poin penting yang harus dimiliki pelajar dalam belajar. Ini penting untuk menyadarkan pelajar bahwa sebelum melakukan belajar maka ada aturan untuk di taati. Dalam Adabul ‘Alim Wa Muta’allim ada hak-hak yang imbang yang harus dimiliki pendidik dan pelajar, ini lebih ditekankan karena akan menghasilkan ilmu yang manfaat bagi banyak orang jika aturan-aturan dalam Adabul ‘Alim Wa Muta’allimdi implementasikan dengan benar. Semisal pada karakter pelajar terhadap pendidik yang harus di junjung tinggi hak pendidik adalah memulyakan pendidik dari segi pikiran perkataan dan perbuatan 16, pelajar hendaknya memandang pendidik dengan penuh kemulyaan yang dipertegas oleh Abu Yusuf “ saya mendengar ulama’ salaf berkomentar: barang siapa tidak menyakini kemulyaan pendidiknya maka dia tidak akan sukses”. Disarankan juga bagi para pengajar untuk memanggil ustad/ustadzah, menghindari memanggil namanya. Ini menunjukan ada nilai yang tertanam untuk menjunjung tinggi hak sebagai pengajarperti. Dari karakter pihak pengajar juga menghargai hak anak misalnya bertutur kata dan bersikap terpuji untuk menghormati, mengagungkan pelajar. Dicontohkan dengan memanggil nama yang disukai oleh pelajar. Berikut uraian lengkap hak-hak pendidik dan hak-hak pelajar yang terdapat didalam kitab Adabul alim muta’alim Tabel 2: Hak-hak yang harus dimiliki Pendidik dan pelajar dalam pembelajaran No Karakter Penjelasan Karakter Penjelasan Pelajar pendidik terhadap terhadap pelajar pendidik 1 Berusaha dan Pelajar hendaknya Membagusi niat : Pendidik mengajar harus istiqoroh mencari mendahulukan ihlas karena Allah karena ridho Allah, pendidik yang pertimbangan akal karena didalam tepat dan istikharah terkait keyakinan derajat orang pendidik yang akan paling tinggi adalah menjadi tempat mengamalkan ilmu menimba ilmu 2 Mencari pendidik Pelajar hendaknya Membantu pelajar Pendidik tidak hanya yang kenyang bersungguh-sungguh dari awal hingga menyampaikan materi ilmu dari para mencari pendidik akhir pelajaran tetapi juga ahli yang memiliki memotivasi siswa untuk pemahaman lengkap mengingatkan niat terhadap ilmu-ilmu dalam belajar agar syariat ilmunya dapat tercapai 3 Mengikuti/ patuh Pelajar hendaknya Memudahkan Pendidik harus memberi dan bertata krama mengikuti pendidik pelajar dalam kemudahan dalam terpuji kepada dalam urusan-urusan memahami dalam pemahaman pada pelajar 16
Adabul Alim walmuta’lim hal 46
51
Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015
pendidik
4
5
Memulyakan pendidik dari segala pikiran, perkataan dan perbuatan Menunaikan hakhak pendidik yang menjadi kewajiban pelajar
nya dan tidak keluar dari pendapat maupun peraturan pendidik Pelajar hendaknya memandang pendidik dengan penuh pemulyaan dan pengagungan Pelajar seharusnya mengetahui hak-hak pendidik dan tidak melupakan kemulyaannya
menguasai ilmu
tentang pelajaran
Mengajar dengan penuh semangat dan keahlian mengajar
pendidik hendaknya bersemangat dan menyederhanakan materi dan tidak terlalu banyak yang disampaikan Untuk mengetahui bagaimana pendidik menguasai atau tidak maka pendidik seharusnya menguji hafalan Pendidik hendaknya memperhatikan kemaslahatan pelajar dan bergaul dengan pelajar selayaknya anak sendiri penuh dengan kasih dan saying, membantu siswa dalam memudahkan memmahami pelajaran Pendidik tidak boleh memaksa para pelajar untuk menguasai semua pelajaran,
Rajin menguji hafalan dan pemahaman pelajar
6
Berfikir positif kepada pendidik walau bersikap kasar
Pelajar hendaknya bersabar atas kekasaran (ketidakramahan) maupun buruknya akhlak yang berasal dari pendidik
Mempergauli pelajar dengan penuh kasih saying dan kesabaran
7
Memperhatikan tata krama ketika hendak menemui pendidik
Memilihkan mata pelajaran yang sesuai dengan kemampuan belajar
8
Memperhatikan tata krama ketika satu ruangan dengan pendidik
Pelajar sebaiknya meminta iin terlebih dahulu sebelum memasuki tempat non umum yang didalamnya ada pendidik Pelajar hendaknya duduk didepan pendidik dengan penuh tata karma
9
Jika tidak setuju dengan pendidik pelajar tetap bertata krama
Pelajar hendaknya berbicara dengan baik kepada pendidik semaksimal mungkin
Mengawasi atau memonitoring perilaku pelajar apabila pelajar melakukan perilaku yang tidak terpuji maka pendidik perlu memperbaikinya
Bersikap demokratis yaitu member perlakuan sama kepada semua pelajar tanpa pilih kasih
52
Tidak boleh menampakan atau mengutamakan sebagian pelajar yang mempunyai kelebihan. Namun jika ada pelajar yang agung ahlaknya maka pendidik hendak menhormatinya Pendidik harus selalu memperhatikan perilaku, perkataan pelajar baik yang buruk maupun yang bagus. Jika melakukan perbuatan atau perkatan kurang bagus maka pendidik harus menegur dengan cara lima tahap, melarang dengan sindiran, melarang
Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015
10
Menunjukan sikap senang dan semangat belajar kepada pendidik
11
Memperhatikan tata krama dalam berkomunikasi dengan pendidik
12
Bertata krama kepada pendidik dalam segala situasi dan kondisi
dengan menemuinya secara pribadi, melarang dengan isaratdidepan rekan-rekanya, melarang dengan tegas didepan rekan-rekanya, mengusir dan mengabaikan pelajar Pendidik hendaknya menjaga keharmonisan dengan pelajar selalu menebar salam, bertutur kata yang baik dalam pembicaraan saling mengasihi dan saling tolong-menolong
Ketika pendidik menyebutkan hokum suatu kasus, suatu pelajaran, suatu cerita, atau membacakan syair; sedangkan pelajar telah sudah menghafalnya maka hendaknya pelajar tetap mendengarkan pendidik dengan seksama Pelajar hendaknya tidak mendahului pendidik untuk menjelaskan suatu masalah atau menjawab suatu pertanyaan
Menjaga keharmonisan hubungan antara pendidik dengan pelajar
Pendidik memberi bantuan kepada pelajar agar pelajar bisa focus belajar
Pendidik seharusnya mengutamakan kemaslahatan pelajar membantu pelajar sesuai dengan kemampuanya dan membantunya sesuai dengan kemampuanya
Apabila pendidik menyerahkan sesuatu kepada pelajar, maka sebaiknya pelajar menerimanya dengan tangan kanan
Pendidik memperhatikan kehadiran atau absen pelajar
Pendidik hendak memperhatikan setiap pelajar atas kehadiranya dalam mengikuti pembelajaran, jika ada pelajar yang tidak hadir karena sakit maka pendidik hendak menjenguknya Pendidik harus bersikap rendah diri dan bertutur kata halus terhadap pelajar Dengan bertutur kata baik maka bentuk penghormatan pendidik terhadap pelajar dengan mengagungkan pelajar
Bersikap tawadu’ (rendah hati) kepada pelajar Bertutur kata dan bersikap terpuji kepada pelajar
53
Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015
Implementasi Adabul ‘Alim Wa Muta’allim dengan konsep CRC (Convention and on The Rights of The Child di Pondok Pesantren Tebuireng. Selanjutnya pada ranah ini membahas tentang implementasi dari konsep Adabul ‘Alim Wa Muta’allim. Ada beberapa konsep yang berada di Adabul ‘Alim Wa Muta’allim tidak sesuai dengan implementasi. Seperti halnya “pelajar harus berfikir positif kepada pendidik walau bersikap kasar” implementasi seperti ini pelajar tidak punya hak untuk membela haknya untuk memberi penjelasan, semakin pelajar menjelaskan maka pendidik semakin kasar, ini ditekankan pada pelajar agar berpikir positif atas kekasaran pendidik. Dalam kasus di PP. Tebuireng setiap anak jika ketahuan merokok hukuman fisik seperti tamparan 6 x menjadi konsekuensi dari perbuatan. Diantara pendidik hal itu diterima karena merasa bersalah, tidak ada penolakan dan tidak ada bantahan. Tentunya antara konsep dengan implementasi terkadang jauh dari pengharapan kitab Adabul ‘Alim Wa Muta’allim. Semisal banyaknya kasus kyai menikahi santrinya sendiri dengan dalih “Memulyakan pendidik dari segala pikiran, perkataan dan perbuatan” serta “Mengikuti/ patuh dan bertata krama terpuji kepada pendidik” adalah hasil dari pendidikan Adabul ‘Alim Wa Muta’allim sebagai alat untuk menanamkan nilai-nilai kepatuhan (weber). Kasus lain afiliasi politik kyai juga diikuti para santri, maka banyak para caleg, presiden berbondong-bondong bersilaturahmi ke kyai adalah bentuk dari symbol direstuinya calon oleh kyai. Gambar-gambar caleg disertai gambar kyai itu adalah bentuk legitimasi caleg. No
1
Karakter Pelajar terhadap pendidik Berusaha dan istiqoroh mencari pendidik yang tepat
2
Mencari pendidik yang kenyang ilmu dari para ahli
3
Mengikuti/ patuh dan bertata krama terpuji kepada pendidik
Implementasi
Karakter pendidik terhadap pelajar
Implementasi
Tidak ada kesempatan untuk memilih karena semua sudah ditentukan oleh sekolah Tidak dapat diukur, sementara yang menjadi ukuran adalah lulusan latar belakang sekolah yang ditempuh pendidik Patuh tapi dengan terpaksa, ada juga yang sangking patuhnya jika pendidik melakukan salah pelajar tidak berani
Membagusi niat: ihlas karena Allah
Tidak dapat diukur niat ihlas
Membantu pelajar dari awal hingga akhir
Ada eberapa yang mendampini sampai siswa bisa. Ada juga beberapa yang hanya mengajar saja Seringkali pendidik sulit untuk dipahami pelajaranya maka salah satu bentuknya siswa tidur dikelas
54
Memudahkan pelajar dalam memahami dalam menguasai ilmu
Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015
4
Memulyakan pendidik dari segala pikiran, perkataan dan perbuatan
5
Menunaikan hakhak pendidik yang menjadi kewajiban pelajar
6
Berfikir positif kepada pendidik walau bersikap kasar
7
Memperhatikan tata krama ketika hendak menemui pendidik
8
Memperhatikan tata krama ketika satu ruangan dengan pendidik
9
Jika tidak setuju dengan pendidik pelajar tetap bertata krama
memberontak semua diterima dengan patuh selalu berkembang pemikiran yang positif terhadap pendidik, sampaisampai pendidik dianggap manusia sempurna Seringkali pelajar lupa tidak mendoakan para pendidik kecuali kalau berdoa yang dipimpin oleh para pengajar Seringkali pelajar tidak punya keberanian untuk melawan kekasaran pendidik dan cenderung menerima dengan berat hati Ada beberapa pendidik yang memang dihormati lebih ada juga pendidik yang sekedar saja untuk dihormati Sikap ini hanya dilakukan beberapa pelajar saja, selebihnya masih pada pendampingan
Jika tidak sepakat tidak ada yang protes semuanya diam dan tetap melakukan
Mengajar dengan penuh semangat dan keahlian mengajar
Sesuai dengan mode pengajar
Rajin menguji hafalan dan pemahaman pelajar
Tidak semua mata pelajaran
Mempergauli pelajar dengan penuh kasih sayang dan kesabaran
Banyak pendidik yang hanya mempergauli pelajar tertentu saja
Memilihkan mata pelajaran yang sesuai dengan kemampuan belajar
Pilihan mata pelajaran ditentukan sekolahan
Bersikap demokratis yaitu member perlakuan sama kepada semua pelajar tanpa pilih kasih
Banyak pendidik memberi perhatian kepada siswa-siswa tertentu yang dianggap memiliki kelebihan Seringkali jika ada pelajar melakukan salah ada beberapa tingkatan teguran dan kadar kesalahan, jika berat tidak ada perbaikan sangsinya dikeluarkan
Mengawasi atau memonitoring perilaku pelajar apabila pelajar melakukan perilaku yang tidak terpuji maka pendidik perlu memperbaikinya
55
Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015
10
Menunjukan sikap senang dan semangat belajar kepada pendidik
11
Memperhatikan tata krama dalam berkomunikasi dengan pendidik
12
Bertata krama kepada pendidik dalam segala situasi dan kondisi
Hanya beberapa pendidik yang dianggap sesuai dengan karakter pelajar. Ini banyak yang dilakukan ppelajar
Ini banyak yang dilakukan ppelajar
Menjaga keharmonisan hubungan antara pendidik dengan pelajar Pendidik memberi bantuan kepada pelajar agar pelajar bisa focus belajar Pendidik memperhatikan kehadiran atau absen pelajar
Sudah sesuai
Bersikap tawadu’ (rendah hati) kepada pelajar Bertutur kata dan bersikap terpuji kepada pelajar
Sudah sesuai
Ada pendidik yang mampu membuat focus pada pelajar ada yang tidak Sudah sesuai
Berlaku di sekolah
Penutup Tentunya antara konsep dengan implementasi terkadang jauh dari pengharapan kitab Adabul ‘Alim Wa Muta’allim. Terlebih jika hal ini dibaca dalam perpektif CRC dan bagaimana implementasi kitab tersebut di Pesantren Tebuireng. Namun dari semuanya, hal yang terpenting dari implementasi CRC adalah bahwa hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan. Meski dalam kentalnya budaya paternalistik sebagai struktur yang kaku, yang menempatkan anak pada posisi paling rendah dan kepentingannya selalu dipandang kurang utama dibandingkan dengan kepentingan orang dewasa. Hal yang sama untuk dijumpai dilingkungan pesantren sebagai gambaran nyata dari tradisi Islam yang bersifat herarkis paternalistik.
Daftar Pustaka Agus, Bustanuddin, 2007, Agama dalam Kehidupan Manusia, PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Hamid Abdullah. 1985. Manusia Bugis Makassar. Jakarta: Inti Idayu Press International Committee of the Red Cross, 1994. “Chilren and War”, CRC Special Brochure, Geneva John Gray, Ph.D. 2001. “Children are from Heaven”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Magnis, Franz -Suseno, 1991, Wayang dan Panggilan Manusia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Jakarta 56
Jurnal Politika, Vol. 1, Nomor. 1, September 2015
Geertz, Hildred. 1961. The Javanesse Family: A Studi of Kinship and Socialization. The Free Press of Glencoe. Melanie Gow, Kathy Vandergrift, Randini Wanduragala, “The Right to Peace – Children and Armed Conflict”, World Vision, Switzerland. Ngruki, Sukoharjo, 1993-1999 JAWA POS, 07 September 2012. Pesantrenku dalam Sorotan Muh Kholid AS; Jurnalis, Santri Pondok Pesantren Al-Mukmin Rosidin. 2013. Pendidikan Karakter Pesantren ala Pesantren, Terjemahan Adaptif Kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alim Karya K.H. Hasyim Asy’ari. Litera Ulul Albab, Malang UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak UNICEF, 1996. “State of the World’s Children 1996”, Oxford University Press, Zanuji, 1963. Ta’lim Al Muta’alim. Kudus: Menara Kudus. http://www.tebuireng.net/index.php?pilih=hal&id=4. diambil pada tanggal 27-06-2014 pukul 23.00
42 57