Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
MODUL
KISTA ARACHNOID 1. Definisi Kista arachnoid adalah Kista arachnoid adalah kantung yang berisi cairan serebrospinal yang terdapat pada lapisan leptomening dan dibatasi oleh lapisan arachnoid di basis kranii. Kista ini biasanya terdapat pada fisura sylvii. Kista ini terbentu akibat dua lapisan lemak yang menyusun membran arachnoid terpisah dan membentuk suatu ruangan.
2. Waktu Pendidikan
TAHAP I TAHAP II S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 PROGRAM MAGISTER (beban dihitung dengan SKS) >=40SKS
S8
TAHAP III S9 S10 S11
Program Magister Neurologi Tesis Program Profesi Bedah Saraf Pogram Bedah Dasar Program Bedah Saraf Dasar PROGRAM KEPROFESIAN (beban dihitung berdasarkan kompetensi) GOLONGAN PENYAKIT & LOKALISASI Kranial KONGENITAL ICD 10 - Bab XVII Spinal INFEKSI ICD 10 - Bab I Kranium Supratentorial NEOPLASMA ICD 10 - Bab II
Infratentorial Spinal Saraf Tepi
TRAUMA ICD 10 - Bab XIX
Kranial Spinal Saraf Tepi
DEGENERASI ICD 10 - Bab VI & XIII VASKULER ICD 10 - Bab IX
Spinal Saraf Tepi Intrakranial Spinal
1
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
FUNGSIONAL ICD 10 - Bab VI & XXI
Pendidikan spesialisasi bedah saraf terdiri dari 3 tahap, yaitu : 1. Tahap Pengayaan (tahap I): a. Lama pendidikan 4 semester, yaitu mulai dari semester pertama samapai dengan semester keempat, peserta didik diberi ilmu-ilmu dasar maupun bedah saraf dasar. Dalam tahap ini dapat dipergunakan untuk mengambil program magister. b. Peserta didik dalam tahap ini disebut Residen I, yaitu di ahir masa pendidikan tahap I residen baru mencapai Kompetensi tingkat I. Residen sudah harus mengenal kista arachnoid. 2. Tahap Magang (tahap II) : a. Lama pendidikan 2 semester, yaitu pada semester kelima dan keenam. Peserta didik mulai dilatih melakukan tindakan bedah saraf. b. Peserta didik dalam tahap ini disebut Residen II, yaitu di ahir masa pendidikan tahap II residen telah mencapai Kompetensi tingkat II. Residen sudah harus mampu menangani 2 (dua) kasus operatif kista arachnoid. 3. Tahap Mandiri (tahap III) : a. Lama pendidikan 5 semester, yaitu dari semester ketujuh sampai dengan semester kesebelas. Peserta didik menyelesaikan pendidikan sampai kompetensi bedah saraf dasar. b. Peserta didik dalam tahap ini disebut Residen III, yaitu di ahir masa pendidikan tahap III residen telah mencapai kompetensi tingkat III. Residen sudah harus mampu menangani 1 (satu) kasus operatif kista arachnoid secara mandiri. Kompetensi bedah saraf dasar : 1. Semua jenis penyakit yang diajarkan dalam masa pendidikan sampai mencapai tingkat mandiri (residen boleh mengerjakan operasi sendiri, dengan tetap dalam pengawasan konsulen) 2. Tehnik operasi yang diajarkan sebagai target ahir pendidikan adalah terbatas pada tindakan operasi konvensional yang termasuk dalam Indeks Kesulitan 1 dan 2; tehnik operasi sulit yang membutuhkan kemampuan motoris lebih tinggi dan/ataupun membutuhkan alat-alat operasi canggih, termasuk dalam Indeks Kesulitan 3 dan 4, diajarkan hanya maksimal sampai tingkat magang. Tindakan operasi dalam kelompok ini merupakan kelanjutan pendidikan yang masuk dalam CPD. JENIS PENYAKIT
ICD 10
TAHA PI
TAHAP II
TAHAP III
IK 1
IK 2
IK IK 3 4
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 G M G M G P
Kongenital Kranial Mikrosefal ( Kraniostenosis )
Bab XVII
Q 75.0
.
.
.
.
.
.
2
1
2
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
JENIS PENYAKIT
ICD 10
Hidrocephalus
Q03.9
TAHA P. I . .
TAHAP II
IK 1
TAHAP III
Simpel
3
IK 2
IK IK 3 4
3
Kompleks / malfungsi pirau
3
5
2
2
Kista Arahnoid
Q 07.6
2
1
Meningokel Anterior
Q 01.1
3
3
Meningokel Posterior
Q 01.2.
Deformitas kranium
Q 75.8
1
Dandy Walker Malformaion
Q 03.1
1
Spinal Spinal Disrafisme
Q 05
Deformitas Atlanto-oksipital
3
2
Q 67.5
Sind. Arnold-Chiary / Siringomieli
1
Q07.0/Q87.2
2
KETERANGAN
1
Tingkat Pengayaan, dalam periode ini Tingkat Kognitif harus dapat mencapai 6 (K6) Tingkap Magang, dalam periode ini disamping K6, Psikhomotor harus mencapai 2 (P2) dan Afektif mencapai 3 (A3) Tingkat Mandiri semua Kategori Bloom harus mencapai maksimal, K6, P5, A5
S : Semester
G : Magang
M : Mandiri
K : Kognitif
: A : Afektif
P : Psikhomotor
3. Tujuan Umum Setelah menyelesaikan sub-modul kista arachnoid saraf peserta didik diharapkan mampu mengenali kista arachnoid, mampu mengobati kista arachnoid yang diajarkan sampai level mandiri serta mampu mengatasi kegawatan akut kista arachnoid.
4. Tujuan Khusus 1.
Mampu menerangkan insidensi, patogenesis, dan embriogenesis kista arachnoid. 2. Mengetahui neuroanatomi, dan neurofisiologi susunan saraf dan pembungkusnya. 3. Mengetahui dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan (neuroradiologi)dan patologi anatomi dalam menegakkan diagnosa kista arachnoid. 4. Mengetahui pengobatan berbagai jenis kista arachnoid. 5. Mampu menentukan perubahan neurofisiologi karena kista arachnoid. 6. Mampu menentukan lokasi kista arachnoid. 7. Mampu melakukan pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosa kista arachnoid. 8. Mampu mengetahui diagnosa banding kista arachnoid. 9. Mampu melakukan pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam menegakkan diagnosa kista arachnoid. 10. Mampu melakukan pengobatan medikamentosa kista arachnoid. 11. Mampu melakukan tindakan operasi kista arachnoid.
3
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
12. 13. 14. 15.
Mampu mengatasi tindakan pertolongan pertama pada kista arachnoid. Mengenali penyulit tindakan bedah pada kasus kista arachnoid. Mengetahui tindak lanjut yang diperlukan Mampu memberi informed consent
5. Strategi Pembelajaran a Pengajaran dan Kuliah Pengantar
50 menit
b Tinjauan Pustaka Presentasi Ilmu Dasar
1x telaah kepustakaan
Presentasi Kasus
1x
b Diskusi Kelompok
2x 50 menit, diskusi menyangkut diagnosis, operasi dan penyulit
d Bedside Teaching
6x ronde
e Bimbingan operasi Operasi Magang
minimal 3 kasus untuk selanjutnya instruksi atau evaluasi operasi sampai dinyatakan lulus
Operasi Mandiri
minimal 3 kasus sebelum dapat maju ke ujian kompetensi akhir tingkat nasional
6. Persiapan Sesi 1. Materi kuliah pengantar berupa kisi-kisi materi yang harus dipelajari dalam mencapai kompetensi, mencakup: a. Insidensi, patogenesis, dan embriogenesis kista arachnoid. b. Neuroanatomi, dan neurofisiologi susunan saraf dan pembungkusnya. c. Dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan (neuroradiologi)dan patologi anatomi dalam menegakkan kista arachnoid. d. Pengobatan berbagai jenis kista arachnoid. e. Perubahan neurofisiologi karena kista arachnoid. f. Lokasi kista arachnoid. g. Pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosa kista arachnoid. h. Diagnosa banding kista arachnoid. i. Pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam menegakkan kista arachnoid. j. Pengobatan medikamentosa kista arachnoid. k. Tindakan operasi kista arachnoid.
4
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
l. Tindakan pertolongan pertama pada kista arachnoid. m. Penyulit tindakan bedah pada kasus kista arachnoid. n. Tindak lanjut yang diperlukan 2. Audio visual 3. Lampu baca x ray
7. Referensi
1. Osborn AG, Blasser SI, Salzman KL, Katzman GL, Provenzale J, Castillo M, et all. Osborn Diagnostic Imaging. Canada : Amirsys/Elsevier. 1st ed. 2004 2. Wilkins RH, Rengachary SS. Neurosurgery. USA : Mc Graw-Hill. 2nd Ed. 1996 3. Rengachary SS, Wilkins RH. Principles of Neurosurgery. London : Mosby. 1994 4. Winn HR. Youman’s Neurological Surgery. 5th ed. USA : Saunders. 1994
8. Kompetensi Jenis Kompetensi
Tingkat Kompetensi K
a. Mampu mengetahui etiologi kista arachnoid
6
b. Mampu menerangkan patogenesis kista arachnoid
6
P
A P E N G A Y A A N
c.
Mengetahui dasar-dasar pemeriksaan klinis untuk menegakan diagnosa kista arachnoid
6
d.
Mampu melakukan pemeriksaan klinis untuk menegakan diagnosis kista arachnoid
6
2
3
e. Mampu menegakan diagnosis kista arachnoid
6
2
3
f. Mampu melakukan pemeriksaan tambahan
6
2
3
g. Mampu mengetahui diagnosis banding kista arachnoid
6
2
3
h. Mengetahui tatalaksana kista arachnoid
6
2
3
i. Mampu melakukan tindakan endoskopi dan shunting
6
5
5
j. Mengetahui tindak lanjut yang diperlukan
6
5
5
k. Mampu memberi informed consent
6
5
5
5
M A G A N G M A N D
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
I R I
9. Gambaran Umum Sista jinak intrakranial, bukan neoplasma sejati, namun berefek serupa. Kebanyakan kurabel hingga mempunyai kepentingan klinik. Kista arachnoid adalah sista jinak intrakranial tersering, sering dijumpai asimtomatik dari CT scan. Adalah suatu LDR ekstraserebral jinak yang diisi cairan jernih atau xantokhromik. Dapat terjadi dimanapun arakhnoid berada, predileksinya fisura Sylvian, konveksitas, fisura interhemisfer, supra seller, parakolikuler, sudut serebelopontin, dan regio retroserebeler. Sejak diperkenalkan Bright 1831, dua patogenesis utama dikembangkan. Sista intraarakhnoid, yang disebabkan splitting dan duplikasi membran arakhnoid, biasanya tanpa hubungan dengan ruang subarakhnoid (noncommunicating cyst). Bright menjelaskan sista arakhnoid difisura Sylvian adalah sista serosa diarakhnoid. Dikatakannya bahwa lobus temporal tertekan oleh sista, dan cairan terakumulasi antara dua dinding membran arakhnoid yang belah, namun tak ada kelainan yang dijumpai pada lobus temporal. Teori lain adalah sista subarakhnoid, adalah karena pembesaran sekunder ruang subarakhnoid akibat adesi arakhnoid, dan sistanya berhubungan dengan rongga subarakhnoid (communicating cyst). Robinson menyebutkan bahwa agenesis lobus temporal sebagai penyebab sista arakhnoid difossa media, dan mengakui bahwa sista terjadi sekunder karena pembesaran ruang subarakhnoid.
10. Contoh Kasus Contoh kasus dibuat sesuai dengan jenis penyakit pada submodul.
11. Tujuan Pembelajaran Proses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk alih pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaian kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam mengenali dan menatalaksana kista arachnoid.
12. Metoda Metoda Pembelajaran 1. 2. 3. 4.
Tinjauan Pustaka Diskusi Kelompok Bed side teaching Tindakan Operasi Mandiri
6
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
a. Peserta didik harus erlebih dahulu melakukan asistensi operasi (magang) sampai mencapai jumlah yang ditentukan, dan kemudian melakukan instruksi pada spesialis pembimbing. Setelah dinyatakan lulus instruksi, baru diijinkan melakukan operasi mandiri. b. Operasi mandiri oleh asisten harus selalu ada spesialis supervisor yang akan menilai keseluruhan aspek yang harus dilakukan oleh asisten terhadap pasien secara mandiri. c. Residen yang memiliki level tertinggi dalam suatu operasi harus membuat laporan operasi dengan berpedoman pada daftar tilik, selanjutnya konsulen/supervisor operasi ini akan memeriksa laporan operasi sesuai daftar tilik dan memberi nilai berdasarkan kelengkapan yang ditetapkan daam daftar tilik.
Metoda Diagnostik 1. Pemeriksaan klinis neurologik 2. Alat bantu diagnostik a. Pemeriksaan X ray, b. EMG / EEG c. Alat neuroradiologi lain : CT Scan, MRI 3. Metoda diagnostik yang diajarkan mencakup metode diagnostik konvensional sesuai ketersediaannya di daerah perifer, tidak sematamata berorientasi pada alat-alat dianostik canggih.
13. Rangkuman Kista arachnoid adalah kantung berisi cairan serebrospinal pada lapisan leptomening dan dibatasi oleh lapisan arachnoid di basis kranii. Kista terbentuk akibat dua lapisan lemak membran arachnoid membentuk suatu ruangan. Kista arachnoid adalah sista jinak intrakranial tersering, sering dijumpai asimtomatik dari CT scan. Suatu LDR ekstraserebral jinak yang diisi cairan jernih atau xantokhromik. Dapat terjadi dimanapun, predileksinya fisura Sylvian, konveksitas, fisura interhemisfer, supra seller, parakolikuler, sudut serebelopontin, dan regio retroserebeler. Sejak diperkenalkan Bright 1831, dua patogenesis utama dikembangkan. Sista intraarakhnoid, disebabkan splitting dan duplikasi membran arakhnoid, tanpa hubungan dengan ruang subarakhnoid (noncommunicating cyst). Teori lain adalah sista subarakhnoid, adalah karena pembesaran sekunder ruang subarakhnoid akibat adesi arakhnoid, dan sistanya berhubungan dengan rongga subarakhnoid (communicating cyst).
14. Evaluasi Organisasi Evaluasi 1. Evaluasi dilaksanakan di IPDS Bedah Saraf 2. Evaluasi dilakukan minimal oleh Pembimbing di IPDS Bedah Saraf 3. Evaluasi untuk peserta PPDS Bedah Saraf dilakukan sbb
7
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
a. Untuk penguasaan ilmu dasar (pengayaan) dilakukan pada ahir setiap semester b. Kemampuan menegakkan diagnosa c. Untuk penguasaan kasus dan teknis operasi dilakukan pada setiap akan dilakukan tindakan / operasi. 4. Untuk dokter spesialis bedah lain yang akan mengambil modul-modul bedah saraf tertentu untuk kepentingan penigkatan kompetensi dalam program CPD, waktu disesuaikan pada kodisi yang ada dari modul ini, dengan evaluasi dan tahap penguasaan materi yang dievaluasi sama ketentuan yang berlaku.
Tahap Evaluasi 1 Evaluasi
tahap pengayaan dilakukan setelah peseta didik menyelesaikan aspek kognitif di tahap pengayaan. 2 Evaluasi tahap magang dilakukan setelah peserta didik melakukan sejumlah tindakan operasi Sebagai Asisten I sebagai prasyarat evaluasi sesuai dengan jenis penyakit pada submodul 3 Evaluasi tahap mandiri dilakukan setelah peserta didik melakukan sejumlah tindakan operasi mandiri sebagai prasyarat evaluasi sesuai dengan jenis penyakit pada submodul
Metode dan Materi Evaluasi 1. 2. 3. 4.
Ujian Tulis dan Lisan Kemampuan menegakkan diagnosa di poliklinik maupun ruang rawat Penilaian kemampuan melakukan tindakan Penilaian kemampuan penanganan penderita secara menyeluruh
Hasil Penilaian IPDS 1. Penyelesaian modul harus dapat dicapai dalam kurun waktu yang telah ditetapkan 2. Penilaian disesuaikan dengan kompetensi akhir yang harus dicapai pada setiap sub modul ( pengayaan, magang, mandiri ) 3. Kegagalan dalam 1 aspek harus diulang dalam masa selama stase di Bagian/Departemen Badah Saraf.
15. Instrumen Penilaian Instrumen penilaian dari setiap kegiatan berupa evaluasi yang dilakukan pada setiap tahap pendidikan, intrumen yang dipakai adalah : 1 Kemampuan Inform Concent
Instruksi & Bimbingan
2 Penilaian Ilmiah a. Teori & Penyakit
Diskusi dan Ujian
b. Instrument & Penyakit
Diskusi dan Ujian
3 Penilaian Kecakapan
Poliklinik, Bedside teaching & Kamar Operasi
8
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
4 Penilaian Rehabilitasi
Instruksi & Bimbingan
16. Penuntun Belajar 1. Kisi-kisi materi dan buku referensi 2. Kisi-kisi materi kista arachnoid: a. Insidensi, patogenesis, dan sitogenesis kista arachnoid. b. Dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan (neuroradiologi)dan patologi anatomi dalam menegakkan kista arachnoid. c. Pengobatan berbagai jenis kista arachnoid. d. Pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosa kista arachnoid. e. Diagnosa banding kista arachnoid. f. Pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam menegakkan kista arachnoid. g. Pengobatan medikamentosa kista arachnoid. h. Tindakan operasi kista arachnoid. i. Penyulit tindakan bedah pada kasus kista arachnoid. j. Tindak lanjut yang diperlukan k. informed consent
17. Daftar Tilik RINCIAN DAFTAR TILIK
ADA TA TL L
Menentukan Indikasi Bedah Saraf(Poliklinik 1
Uraian tentang keluhan / gejala utama
2
Cara datang (sendiri/rujukan)
3
Kelengkapan riwayat penyakit
4
Catatan ukuran panjang badan, berat badan, lingkaran kepala, ubun-ubun besar
5
Deskripsi keadaan kulit
6
Deskripsi kelainan saraf yang dijumpai
7
Pemeriksaan penunjang
8
Hasil konsultasi persiapan operasi
9
Catatan status gizi
10 Obat-obatan yang masih diberikan
9
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
11 Inform consent 12 Surat pengantar rawat inap Admission 1
Kelengkapan administrasi
2
Kelengkapan dokumen sesuai daftar tilik poliklinik
3
Buat status Medical Record
4
Cek ulang hasil pemeriksaan di poliklinik
5
Buat rencana perawatan
Persiapan Operasi 1
Assesment rencana tindakan, operator dan asisten
2
Konsul toleransi operasi
3
Buat daftar operasi
Pra-Bedah 1
Konsul anestesi
2
Asisten lapor pada operator
3
Persiapan menjelang operasi
4
Dipasang kateter
Kamar Operasi 1
Dokumen yang disertakan bersama pasien
2
Keadaan pasien
3
Persiapan pasien
4
Dilakukan narkose umum
5
Posisi pasien diatur sesuai standar
6
Dipasang blanket pemanas
7
Persiapan daerah operasi
8
Tindakan operasi
Pasca Bedah 1
Dokumentasi
2
Catatan perawatan
Pemulangan
10
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
1
Catatan keadaan pasien
2
Inform consent pada yang merawat
3
Jadwal kontrol dan konsultasi pada dokter spesialis anak
4
Kelengkapan status dan diagnosa
5
Catatan administrasi & keuangan
18. Materi Baku Materi baku kelainan kongenital susunan saraf disusun berdasarkan tujuan pendidikan. Secara rinci disusun pada tujuan khusus. Materi dirinci menjadi berbagai jenis penyakit pada submodul yang disesuaikan dengan kompetensi mandri yang harus dicapai ( matriks hijau ) Sebagai gambaran umum berbagai penyakit yang harus dikuasai sebagai berikut : Kista Arachnoid Definisi Kista arachnoid adalah Kista arachnoid adalah kantung yang berisi cairan serebrospinal yang terdapat pada lapisan leptomening dan dibatasi oleh lapisan arachnoid di basis kranii. Kista ini biasanya terdapat pada fisura sylvii. Kista ini terbentu akibat dua lapisan lemak yang menyusun membran arachnoid terpisah dan membentuk suatu ruangan. Epidemiologi Insiden dari kista arachnoid, didapatkan 5 kasus dari 1000 kasus otopsi. Etiologi Efek massa sista arakhnoid adalah akibat satu dari tiga mekanisme: (1) peninggian ukuran sista akibat pasasi osmotik cairan kedalam sista dari CSS, (2) sekresi dari ependim yang melapisi dinding sista, bila ada, dan (3) pasasi CSS kedalam dan terjebak didalam sista oleh mekanisme 'bola dan katup' dari pintu masuk didinding kista. Manifestasi Klinis Gejala dan tanda klinis yang umum dari sista arakhnoid intrakranial adalah: Pembesaran kepala dan nyeri kepala akibat peninggian TIK Penonjolan lokal tengkorak akibat efek massa dari kista Bangkitan konvulsif Temuan kebetulan saat radiografi tengkorak atau cedera kepala, dan perdarahan intrasistik atau hematoma subdural setelah cedera kepala Pemeriksaan Penunjang
11
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
Pemeriksaan terpenting dalam menentukan apakah operasi diindikasikan pada sista arakhnoid adalah MRI, CT scan dan CT scan sisternografi radionuklida atau metrizamida. Pada pemeriksaan dinamik ini, perlu untuk mengamati hubungan antara sista dan ruang subarakhnoid sekitarnya, dan kecepatan hilangnya media kontras atau radionuklida Tatalaksana Ada dua cara tindakan bedah untuk sista arakhnoid, membranektomi dan pintas sistoperitoneal. Prinsipnya, operasi direk terhadap sista harus dilakukan dalam usaha mendapatkan: (1) dekompresi yang layak, (2) pemeriksaan histologis dinding sista, dan (3) inspeksi otak sekitarnya. Pintas sistoperitoneal mempunyai keuntungan: (1) pada kasus sista yang sangat besar atau bersamaan dengan hidrosefalus berat, pintas sistoperitoneal lebih disukai dalam usaha mencegah pergeseran otak yang ekstrim akibat dekompresi mendadak, dan (2) operasi pintas kurang invasif dan karenanya disukai untuk pasien tua. Metoda manapun yang dipakai, kebanyakan sista berkurang ukuran dan efek massanya serta memperlihatkan perbaikan klinis yang bertahan beberapa tahun setelah operasi. Pendekatan direk memastikan bahwa kista adalah lesi nonneoplastik, sistik jinak.
19. Algoritme
20. Kepustakan
1. Osborn AG, Blasser SI, Salzman KL, Katzman GL, Provenzale J, Castillo M, et all. Osborn Diagnostic Imaging. Canada : Amirsys/Elsevier. 1 st ed. 2004 2. Wilkins RH, Rengachary SS. Neurosurgery. USA : Mc Graw-Hill. 2nd Ed. 1996
12
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
3. Rengachary SS, Wilkins RH. Principles of Neurosurgery. London : Mosby. 1994 4. Winn HR. Youman’s Neurological Surgery. 5th ed. USA : Saunders. 1994
21. Presentasi Materi presentasi menggunakan materi dalam bentuk power point sesuai dengan materi modul kista arachnoid.
22. Model Model pembelajaran dapat menggunakan diseksi kadaver.
13