Kisah-Kisah Sukses
Pertanian Kakao Berkelanjutan: Mengubah Kehidupan dan Membangun Komunitas
Kata Pengantar Anda akan membaca kisah-kisah terbaru dari Swisscontact Sustainable Cocoa Production Program (SCPP). Salah satu cara terbaik untuk terus menelusuri jalan menuju kesejahteraan berkelanjutan adalah dengan belajar dari pengalaman dan kebijaksanaan dari petani, penerima manfaat SCPP. Kami telah mengumpulkan pelajaran berharga dari pria dan wanita penerima manfaat di delapan daerah yang berbeda di Indonesia. Di setiap halaman artikel ini Anda akan melihat beberapa orang, antara lain, Mursalim, yang percaya bahwa kakao layak mendapatkan perhatian penuh; dan telah memberikan inspirasi kepada Nurmiati dari Aceh yang telah menjadi aktivis
untuk nutrisi yang lebih baik dan pemimpin masyarakat setempat; dan Alimin dari Soppeng, Sulawesi Selatan, yang telah berhasil memperluas perkebunan kakao miliknya dari satu hektar ke tujuh hektar dengan lima pembibitan kakao, yang memproduksi 250.000 bibit. Kisah-kisah ini menunjukkan sekilas apa yang dapat dicapai melalui komitmen kemitraan dan bekerja sama. Dengan melihat program melalui kaca mata penerima manfaat kita belajar, tumbuh, terinspirasi, untuk menciptakan peluang lebih baik di masa yang akan datang. Selamat Membaca!
Manfred Borer Country Director Swisscontact Indonesia
2
Pertanian Kakao Berkelanjutan: Mengubah Kehidupan dan Membangun Komunitas
Daftar Isi
DEWAN REDAKSI
4 6 8 10 12 14 16 18
Nurmiati - Nangroe Aceh Darusallam “Aktivis Desa untuk Kebun Sayur Keluarga”
PENERBIT Swisscontact Indonesia
H. Alimin - Sulawesi Selatan “Dari Satu ke Tujuh Hektar”
EDITOR Denny Herlambang Slamet Ina Rachmawati Megi Wahyuni Dirk Lebe Megan King Meg Phillips
Mursalim - Sulawesi Tengah “Petani Kakao Skala Kecil Mendukung Keamanan Pangan Dunia” Suheri Adam - - Sumatera Barat “Komoditas dan Praktek yang Tepat untuk Peningkatan Pendapatan” Tanda - Sulawesi Barat “Rezeki dari Lahan Kosong” Ali Akbar - Sulawesi Tenggara “Kakao adalah Usaha yang Menguntungkan dan Sumber Modal”
DESAIN & SENI Roy Prasetyo Tammi Suryani
Hasriadi Hasan - Nangroe Aceh Darusallam “Usaha yang Didasari dengan Kejujuran dan Keadilan akan Memberikan Hasil dan Keuntungan untuk Semua” Musriyadi - Sulawesi Selatan Tantangan dan Imbalan untuk “Dokter Kakao”
Pertanian Kakao Berkelanjutan: Mengubah Kehidupan dan Membangun Komunitas
3
Aktivis Desa untuk Kebun Sayur Keluarga
Aktif dalam Meningkatkan Nutrisi Setelah menjadi petani kakao selama empat tahun, suami Nurmiati, Bapak M. Yusuf Is, mengikuti Sekolah Lapang Petani yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Kerajaan Belanda dan Swisscontact. Sebagai anggota keluarga yang berpartisipasi dalam FFS, Nurmiati diundang untuk mengikuti pelatihan praktik nutrisi yang baik.
Nurmiati Us di kebunnya dengan sayuran organik untuk melengkapi asupan gizi keluarganya.
Kisah Sukses
Aktivis Desa untuk Kebun Sayur Keluarga Nama ID Petani Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi
: Nurmiati Us (41) : 111000414 : Seuneubok Dalam : Juli : Bireuen : Nangroe Aceh Darusallam
Panen lebih dari
25 kali April 2014 - Juni 2015
=
Rp 1,5 juta
Ketika pertama kali Nurmiati mengikuti pelatihan, dia tidak menyadari bagaimana pelatihan akan memberikan manfaat padanya. Kelompok menerima pendidikan mengenai gizi yang penting dan perubahan perilaku. Pendekatan dengan biaya efektif yang berfokus pada pendirian kebun yang sederhana untuk memastikan asupan nutrisi yang baik untuk mengurangi kekurangan gizi pada Ibu dan anak, kematian dan morbiditas. Program ini mendukung pemanfaatan kebun yang ditanam dengan sayurmayur bernutrisi seperti sawi, selada air, timun, bayam, terong, dan kacang panjang. Nurmiati terpilih dengan suara bulat sebagai ketua dari kelompok Ibu-Ibu yang menamakan dirinya Wanita Tani Mandiri, karena kemampuan berkomunikasi dan kepemimpinannya. Di bawah bimbingan Nurmiati, kelompok tani belajar cara-cara baru menggunakan sayuran untuk memastikan asupan nutrisi seimbang bagi keluarga mereka. Peserta juga diminta untuk menyiapkan makanan sebelum makan untuk menjaga nutrisi. Pada awalnya tampak sulit untuk memasak dua kali sehari, untuk makan siang dan makan malam. Namun, memiliki kebun di rumah membuat lebih
mudah untuk mendapatkan bahan sayuran, dan juga menghemat karena tidak harus membeli di luar. Sekarang memasak tidak terlihat sebagai tugas yang sulit dan Ibu-Ibu melihat sendiri kini anak-anak mereka lebih sehat. Perilaku makan yang baik dan penghasilan tambahan Kebun milik Nurmiati memenuhi sebagian besar kebutuhan sehari-hari dan mengubah perilaku pola makan keluarganya. “Sebelum punya kebun sayur sendiri, keluarga saya jarang makan sayur. Sekarang keluarga saya sudah biasa makan sayur dan mereka menikmati rasa sayur organik. Keluarga saya terlihat lebih sehat, terutama, anak laki-laki saya yang remaja yang sedang mengalami masa pertumbuhan,” kata Nurmiati, ibu dari tiga anak laki-laki Maulizar (26), Aris Munandar (23) dan Sukrizal (14). Dari April 2014 sampai dengan Juni 2015, Wanita Tani Mandiri memanen kebun sayur mereka lebih dari 25 kali dan menghasilkan 1,5 juta rupiah dari penjualan panen yang berlebih. Mereka memilki pedagang yang sudah menjadi langganan membeli hasil panen mereka dari kebun dan menjualnya di pasar setempat. “Banyak orang di desa kami yang bisa meningkatkan kesehatan mereka dengan memakan sayuran organik. Saya menganjurkan keluarga yang lain di desa saya untuk menanam sayur di kebun mereka sendiri dengan berbagi pengetahuan saya kepada mereka,” kata Nurmiati dengan senyum dan bangga.
Suami Nurmiati (41) adalah seorang petani kakao. Pada tahun 1990, setelah menikah di Bireuen, Nurmiati dan suaminya pindah ke Kuala Simpang untuk mengelola usaha tambak keluarga. Sembilan tahun kemudian, mereka membawa serta putera-puteranya kembali ke kampung halamannya di Bireuen. Terinspirasi oleh keberhasilan kebun kakao tetangga, mereka membeli tanah dengan tabungan dari usaha mereka sebelumnya. Saat ini, Nurmiati dikenal sebagai panutan yang memperkenalkan makanan bergizi untuk kesehatan yang lebih baik. Dia meningkatkan asupan gizi keluarganya dan membantu orang lain di desanya, dan hidup bahagia bersama suami dan tiga anak remaja mereka. Banyak keluarga di desanya yang sekarang memiliki kebun sayur sendiri sehingga mudah mendapatkan sayur mayur segar yang kaya nutrisi. Sayuran yang berlebih dijual dan telah menjadi sumber penghasilan tambahan. 4
Pertanian Kakao Berkelanjutan: Mengubah Kehidupan dan Membangun Komunitas
Kelompok Wanita Tani Mandiri mencatat dengan cermat hasil penjualan sayur mayur untuk perencanaan yang lebih baik, yang di dorong oleh SCPP Pertanian Kakao Berkelanjutan: Mengubah Kehidupan dan Membangun Komunitas
5
Dari Satu ke Tujuh Hektar
Alimin, istrinya Kasma dan anak perempuan mereka Nurazizah berdiri di depan pembibitan kakao milik keluarga
Menjadi “Cocoa-preneur” yang Sukses “Saya dibesarkan di keluarga petani yang miskin, tetapi orang tua saya menginginkan kelima anaknya agar bisa menyelesaikan sekolah. Saya harus pergi ke sekolah sepuluh kilometer dengan berjalan kaki setiap harinya. Setelah menyelesaikan SMA saya merantau ke Kalimantan untuk mencari rezeki dalam bisnis pertambangan emas,“kata Alimin yag menikah dengan Kasma (39). Alimin kembali setelah sepuluh tahun merantau dengan membawa tabungan tiga juta Rupiah. “Saya memakai uang tabungan saya untuk membeli seribu pohon kakao,” kata Alimin.
H. Alimin dan salah satu pembibitan yang memiliki produksi gabungan sebesar 250,000 bibit
Kisah Sukses
Dari Satu ke Tujuh Hektar Nama ID Petani Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi
: H. Alimin (42) : 731200922 : Ujung : Liliriaja : Soppeng : Sulawesi Selatan
1
=
1 ha
=
Pembibitan Kakao
Perkebunan Kakao
250.000
=
Rp 300 juta
1 Ton
=
Rp 24 juta
pucuk sambung bibit bersertifikat
Biji Kakao
Dalam beberapa tahun, Alimin (42) berhasil memperluas kebun kakaonya dari satu hektar ke tujuh hektar dan lima kebun bibit kakao, yang saat ini memproduksi 250.000 bibit. Kebun pembibitan yang hijau sangat indah dan memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk desa setempat. 6
Pertanian Kakao Berkelanjutan: Mengubah Kehidupan dan Membangun Komunitas
Alimin mulai menanam kakao tanpa pelatihan atau pengetahuan. Hasil panen pertama sangat rendah namun dia tidak putus asa. Dia menambah pengetahuannya dengan menghadiri setiap pelatihan pertanian kakao yang ada. “Saya belajar tentang praktik pertanian yang berkelanjutan di Sekolah Lapang Petani. Saya menyadari kesalahan yang saya buat. Panen berikutnya menjadi lebih banyak,” kata Almin. Sekolah Lapang Petani adalah salah satu inisiatif SCPP bekerjasama dengan Cargil, Mondeléz, dan Swisscontact. Lahannya kini telah diperluas menjadi tujuh hektar dengan tujuh ribu pohon. “Saya mengelola satu hektar sedangkan sisanya dikelola oleh lima pekerja tambahan. Saya mengajarkan mereka pengetahuan yang saya dapatkan dari Sekolah Lapang Petani SCPP dan mempercayai mereka seperti keluarga sendiri,” kata Alimin. Dia membayar pekerja berdasarkan bagi hasil 70% : 30%. “Pada tahun 2015, dengan satu ton biji yang dihasilkan dari satu hektar kebun, saya bisa menafkahi keluarga saya, dengan pendapatan bersih sebesar Rp. 24 juta setiap tahun,” Alimin menjelaskan. Terus Berinvestasi Pada awalnya pembibitan kakao didirikan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, namun kini bibit berkualitas milik Alimin menjadi sumber pendapatan tambahan. Bibit sambung pucuk berkualitas telah menyebar ke seluruh provinsi, permintaan penjualan meningkat dengan keuntungan menjanjikan sebesar
Rp300 juta per tahun. Untuk dapat memenuhi permintaan pemerintah sebesar 250.000 bibit pucuk sambung bersertifikat, Alimin menginvestasikan sebesar Rp200 juta juta untuk membeli bibit bersertifikat dari ICCRI di Jember (Jawa Timur). Alimin adalah salah satu petani pertama yang memasok bibit berkualitas tinggi untuk program Pemerintah dalam rehabilitasi kakao yang diumumkan Presiden Joko Widodo November 2014 saat kunjungan lapangan ke pertanian kakao yang didukung oleh SCPP di Sulawesi Barat. Saat ini Alimin memperkerjakan empat puluh pekerja terlatih direkrut dari Kelompok Tani Mutiara Indah miliknya untuk mengurus berbagai kegiatan seperti mengisi polybag, penanaman bibit, penyiraman, penyiangan dan sambung pucuk. “Seorang pekerja yang sangat terampil bisa mendapatkan hingga Rp4,5 juta per bulan, lebih tinggi dari gaji pekerja kantoran,“ Alimin menjelaskan dengan bangga. Alimin juga mengelola sebuah toko pertanian khusus untuk barang-barang kebutuhan untuk perkebunan kakao, pisang, kelapa, dan tembakau, melayani tidak hanya petani di Soppeng tetapi juga di kabupaten sekitarnya. Pendapatan dari toko digunakan untuk membiayai sekolah anak perempuannya (Nurazizah Salwa, 9) dan membantu kebutuhan sehari-hari keluarganya. “Adalah keputusan yang tepat untuk mendirikan usaha kakao setelah saya kembali dari Kalimantan beberapa tahun yang lalu. Saya bisa mengatakan, saya adalah bukti nyata bahwa kakao dan kerja keras dapat mengubah kehidupan petani, dan juga membantu orang lain,” kata Alimin.
Alimin dan pekerja mengisi polybag dengan tanah di pembibitan
Pertanian Kakao Berkelanjutan: Mengubah Kehidupan dan Membangun Komunitas
7
Petani Kakao Skala Kecil Mendukung Keamanan Pangan Dunia
Mursalim seringkali memanen buah sehingga buah tidak matang pada saat yang sama dan untuk menghindari kebusukan
Petani Kakao Mursalim menggunakan teknik-teknik yang ia pelajari di Sekolah Lapang berkoordinasi dengan Ecom dan Swisscontact
Kisah Sukses
Petani Kakao Skala Kecil Mendukung Keamanan Pangan Dunia Nama ID Petani Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi
: Mursalim (40) : 720804200 : Sausu Piore : Sausu : Parigi Moutong : Sulawesi Tengah
Memanen
400 1,5 Ton Pohon Kakao
Buah Kakao
Menjual entres
Rp 1000 per batang
4
Bulan
=
Rp 40 Juta
=
Rp 2 Juta
Mursalimin (40) berasal dari Parigi. Pada tahun 1997, Mursalim menyelesaikan sekolah kejuruan di bidang Administrasi dan Manajemen. Ia berencana untuk meneruskan pendidikan ke Pulau Jawa, namun takdir punya rencana lain dan ia harus membantu orang tuanya untuk membiayai lima saudaranya sekolah. Mursalim memutuskan untuk memulai menanam pohon kakao, dan menjadi petani yang sukses di daerah tempat tinggalnya. Ia tinggal bersama istrinya Disan (35) dan kedua anak laki-lakinya Egi (11) dan Eri (5). 8
Pertanian Kakao Berkelanjutan: Mengubah Kehidupan dan Membangun Komunitas
Perawatan menentukan hasil Pada tahun 2010, Mursalim terinspirasi dari kesuksesan tetangganya menanam pohon kakao dan membeli dua hektar tanah dengan 1.500 pohon kakao yang sudah menua. Produktivitasnya rendah hingga ia menyambung samping empat ratus pohon kakao tua. Mursalim mengakui menanam kakao bukan pekerjaan yang mudah. “Anda harus merawat pohon seperti merawat orang yang Anda cintai; karena mereka membutuhkan perhatian penuh dan pemeliharaan secara teratur,” Mursalim mengatakan. Jadwal dan proses di perkebunannya ketat: ia memastikan mengaplikasi perawatan sesuai yang di ajarkan di Ecom dan Sekolah Lapang Petani Swisscontact. Untuk Mursalim, sangatlah penting untuk benar-benar memangkas dan menyemprot pohon miliknya untuk produksi yang lebih baik. “Saya mengerjakan sebagian pekerjaan sendiri karena setiap perawatan mempunyai efek tersendiri dan menentukan hasil,” Mursalim mengatakan. Kerja kerasnya memberikan hasil. Selama musim puncak panen, ia memanen sekitar 1,5 ton/400 pohon selama empat bulan, menghasilkan 40 juta rupiah. Ia tak sabar untuk menyambung samping semua pohonnya unuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi. Mursalim juga menjual buah kakao yang sehat sebagai bibit seharga 3.000 rupiah untuk setiap bibit ke tetangganya. Mursalim menjual entres Rp1.000 untuk setiap batang ke tetangganya dan telah mengumpulkan sebanyak Rp2 juta dari penjualan produk sambilan kakao hingga akhir 2015. Berita
tentang kesuksesan Mursalim telah menyebar ke seluruh petani di area tempat tinggalnya dan ia selalu diminta untuk menjadi pembicara dan motivator untuk mendorong petani lain mengikuti jejaknya yang sudah terbukti. Bangga menjadi Petani Kakao Mursalim mempunyai 0,8 hektar sawah, namun ia mempercayakan ke tetangganya agar ia bisa fokus pada kakao. Menurut Mursalim, biaya untuk merawat sawah (7 juta Rupiah untuk setiap siklus) lebih mahal dibandingkan menanam kakao (2 juta rupiah per tahun), dan pendapatannya lebih rendah. Hasil panen padi Mursalim mencukupi kebutuhan keluarganya dan memberikan sedikit pendapatan tambahan. Mursalim selalu menabung sebagian besar pendapatannya dari kakao untuk pendidikan anak lakilakinya dan membangun rumah. Ia berencana untuk membeli lahan untuk menanam cabai, komoditas yang mudah tumbuh. “Saya bangga menjadi petani kakao karena pendapatannya sangat tinggi setara dengan profesi yang lain jika saya merawat kebun saya dengan benar” ucapnya. Pendapatan Mursalim setara dengan saudara-saudaranya yang mempunyai gelar lebih tinggi dan bekerja sebagai guru, pegawai negeri dan pengusaha. “Petani kakao, terutama yang berskala kecil, memainkan peran penting dalam keamanan pangan dunia. Dengan kakao saya bisa memberikan kesejahteraan yang terbaik untuk keluarga saya,” Mursalim menambahkan.
Pertanian Kakao Berkelanjutan: Mengubah Kehidupan dan Membangun Komunitas
9
Komodi tas dan Praktik yang Tepat untuk Peningkatan Pendapatan
Merebut Kesempatan Pada tahun 2009, Suheri menerima lima ratus polybag berisi bibit kakao secara gratis dari teman dekatnya. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, ia segera menukar pohon jeruk nipis yang sudah menua dengan tanaman kakao dan membiarkan 100 pohon sawo sebagai pohon rindang. Meskipun sudah memberikan upaya terbaik, panen kakao pertama hanya menghasilkan 400 kg/0,5 hektar/tahun.
Suheri Adam, petani kakao yang sukses dari Kecamatan Tanah Datar, berdiri di antara seribu pohon kakao yang dimilikinya.
Kisah Sukses
Komoditas dan Praktik yang Tepat untuk Peningkatan Pendapatan Nama ID Petani Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi
: Suheri Adam (53) : 130500282 : Simawang : Rambatan : Tanah Datar : Sumatera Barat
Dari
Ke
400 kg 1,1 Ton
0,5 Ha/Tahun
0.5 Ha/Tahun
Suheri mengikuti Sekolah Lapang Petani yang diselenggarakan oleh Barry Callebaut dan Swisscontact. Dengan mengaplikasikan praktik pertanian yang berkelanjutan, panen kakaonya meningkat ke 1.100 kg/0,5 hektar/tahun. Suheri menyadari bahwa kakao dapat memberikan keuntungan yang besar dan adalah komoditas sepanjang masa jika dibandingkan dengan tanaman lainnya. Ia menanam lima ratus pohon kakao dan pada saat ini jumlahnya telah mencapai seribu pohon kakao. Dari pohon yang produktif saat ini, Suheri menghasilkan Rp30 juta per tahun. Suheri biasanya menjual biji yang sudah difermentasi langsung dari gudang yang berlokasi di Batusangkar (sekitar lima belas kilometer) karena harga per kilogram lebih tinggi Rp500. Setelah puncak musim panen
=
yang lalu, Suheri menghasilkan 16,5 juta rupiah, yang dibelikan sepeda motor baru. Tidak Berhenti namun Terus Memperluas Selain kakao, Suheri mendapatkan penghasilan dengan membuka toko dan menjual sawo. Pada saat puncak musim panen, Suheri bisa medapatkan 400 kilogram sawo, dan menerima 1,2 juta rupiah per minggu. Pendapatan yang ia terima dari usaha toko kelontong dan sawo digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga dan untuk membeli pupuk organik untuk pohon kakao miliknya. Jika digabungkan pendapatan dari kakao, toko, dan sawo, Suheri menabung sekitar 44 juta rupiah di bank. Suheri merasa aman karena merasa bisa menabung untuk dana darurat jika ada keadaan yang tidak terduga. Suheri juga mendorong anaknya untuk menabung. Suheri menceritakan dengan bangga bahwa kedua anak remajanya masing-masing mempunyai Rp1 juta di bank, untuk biaya pendidikan yang lebih tinggi. “Saya senang menanam kakao. Saya menyadari kakao adalah komoditas yang dengan perawatan tepat serta ketekunan akan membawa hasil yang menjanjikan,” Suheri menyimpulkan.
Rp 30 Juta
Suheri Adam (53) adalah petani kakao lulusan Sarjana Biologi. Setelah lulus dari universitas negeri di Padang, seperti kebanyakan orang Padang lainnya, ia merantau untuk mendapatkan pengalaman hidup di luar pulau Sumatera. Suheri menghabiskan beberapa tahun di Bandung (Jawa Barat), Taiwan dan Malaysia. Setelah mencoba usaha pakaian yang pada akhirnya tidak berhasil di Malaysia, ia memutuskan untuk kembali ke rumah di Tanah Datar, Sumatera Barat. Suheri mulai menanam jeruk nipis dan sawo di lahan 1,5 hektar miliknya pada tahun 1998. Sepuluh tahun kemudian, ia mencoba menanam kakao, dan mengalami titik balik di dalam hidupnya yang menjanjikan masa depan yang stabil bagi istrinya Yanti (45) dan ketiga anaknya Elsan (18), Resta (15) dan M. Iqbal (6). 10
Pertanian Kakao Berkelanjutan: Mengubah Kehidupan dan Membangun Komunitas
Suheri berdiri di depan rumah dengan dua sepeda motornya dan karung berisi biji kakao
Pertanian Kakao Berkelanjutan: Mengubah Kehidupan dan Membangun Komunitas
11
Rezeki dari Lahan Kosong
Tanda memeriksa buah Kakaonya setiap hari dan sering memanen buah yang sudah matang . Tanda, dari Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat dengan buah Kakoanya.
Pemupukan adalah Kunci Fokus ke bisnis kakao adalah kunci dari kesuksesan Tanda, dan tidak terbayang baginya untuk melakukan pekerjaan lainnya. Tanda memiliki pengalaman yang luas di bidang kakao, tetapi melalui Sekolah Lapang Petani (FFS) yang diadakan Nestlé dan Swisscontact, dia belajar teknik -teknik baru yang telah meningkatkan produktivitas kebunnya, seperti pemangkasan, pembersihan, pemupukan dan sambung samping. “Saya sangat senang dengan teknik-teknik yang sangat berharga mengenai pemupukan di Sekolah Lapang Petani, saya percaya teknik-teknik ini memiliki peran yang sangat penting untuk dapat menghasilkan panen yang berlimpah”, kata Tanda.
Kisah Sukses
Rezeki dari Lahan Kosong Nama ID Petani Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi
: Tanda (54) : 760400024 : Pammulukang : Kalukku : Mamuju : Sulawesi Barat
Dari
Ke
Ha/Tahun
Ha/Tahun
996 kg 2,64 Ton
=
Rp 79 Juta
Pada usia sebelas tahun, Tanda (54) pindah bersama orang tua dan 5 saudaranya dari Kabupaten Polewali Mandar ke Mamuju, Sulawesi Barat. Keluarganya tinggal dan menempati lahan kosong yang telah ditinggalkan oleh pemilik sebelumnya yang pindah ke provinsi lain. Orang tuanya mempunyai tekad yang tinggi dan bekerja keras menyiapkan lahan mereka untuk kebun kakao. Setelah beberapa tahun persiapan dan kerja keras, keluarganya mulai menikmati penghasilan dari pohon kakao. Tanda mengatakan bahwa keluarga adalah sesuatu yang paling penting bagi dirinya dan bisnis kakao telah menjadi sumber penghasilan untuk istri dan ke enam anaknya. 12
Pertanian Kakao Berkelanjutan: Mengubah Kehidupan dan Membangun Komunitas
Tanda menggunakan pupuk yang terdiri dari Urea dan NPK, tiga sampai empat kali setahun, dengan biaya sekitar 1 sampai 2 juta rupiah. Pada saat ini Tanda memiliki 2,5 hektar lahan (1 hektar = 1.000 pohon), dua hektar digarap oleh anaknya Muhajir. Sedangkan dia sendiri menggarap 0,5 hektar dengan lima ratus pohon miliknya sendiri. Produksi kakaonya adalah yang tertinggi diantara petani-petani lain di daerahnya, telah meningkat hampir tiga kali dari 996 kg/hektar/ tahun ke 2.640 kg/hektar/tahun. Menyaksikan kesuksesan Tanda, banyak petani-petani lain telah meniru cara bertani Tanda. Dengan perannya sebagai pemimpin kelompok tani, Tanda meyakinkan para anggotanya untuk menerapkan teknik-teknik baru dan berbagi pengalamannya yang sangat banyak. “Dengan senang hati saya berbagi pengalaman dengan temanteman petani sehingga semua petani kecil dapat menjadi makmur” kata Tanda yang memimpin 30 anggota.
Mengandalkan Kakao Tanda selalu mencatat hasil penjualannya, sehingga dia dapat membandingkan peningkatan hasil dari satu musim panen ke musim panen berikutnya. Kedua anaknya, Anwar (23) dan Rahman (20), mengelola penjualan hasil panen, sedangkan istrinya Ati (54) membantunya dengan sistem pembukuan yang sederhana dan mengelola keuangan keluarga. “Saya senang bekerja keras untuk kebun kakao saya dan saya tidak pernah khawatir, saya dapat mengandalkan kebun kakao saya untuk menghidupi keluarga saya” kata Tanda. Dari hasil panen raya terakhir, Tanda membelikan anaknya, Anwar, sepeda motor baru. Sisanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari -hari, membeli keperluan untuk kebun dan membiayai pendidikan anak-anaknya. Tanda telah merenovasi rumah kayunya menjadi rumah tembok permanen yang besar dan masih mampu menyisihkan uang untuk tabungan di Bank. “Bank yang terdekat jaraknya 7 km dari rumah saya. Akan lebih aman dan praktis untuk menyimpan uang saya di rekening bank. Saya dapat mengukur bagaimana saya dapat mengendalikan diri untuk tidak boros dengan menghindari pengeluaran yang tidak perlu atau meminjamkan uang saya kepada orang lain,” tutur Tanda. Sekarang Tanda telah memiliki lebih dari 10 juta rupiah dalam tabungan, dikumpukan untuk pendidikan kedua anaknya dan untuk naik Haji bersama istri yang tercinta. Tanda percaya, dia dapat mencapai impiannya dengan terus menanam kakao.
Pertanian Kakao Berkelanjutan: Mengubah Kehidupan dan Membangun Komunitas
13
Kakao sebagai Usaha yang Menguntungkan dan Sumber Modal
Dari Awal yang Sederhana menjadi Panutan Setiap saat panen berlimpah, Ali menabung sebanyak mungkin untuk memperluas kebunnya. Dimulai dengan hanya satu hektar, Ali sekarang telah memiliki empat hektar kebun dengan total empat ribu pohon kakao. Setelah mengikuti Sekolah Lapang Petani (FFS) yang dilaksanakan oleh ADM Cocoa dan Swisscontact di tahun 2012, Ali telah meningkatkan produksinya dari 800 kg/ha menjadi 965 kg/ha, menghasilkan pendapatan sebesar 29 juta rupiah. Ali menerapkan perawatan yang intensif dengan teknik-teknik yang benar yang dia pelajari di Sekolah Lapang Petani. Semua kerja kerasnya membuahkan hasil ketika ADM cocoa menghadiahkan premium/ bonus yang terbesar yang telah diberikan kepada petani sebesar Rp3.250.366 karena menjual 2.098,9 kg biji bersertifikat ke pusat pembelian ADM Cocoa.
Ali Akbar memeriksa buah kakao di kebunnya di Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara.
Kisah Sukses
Kakao sebagai Usaha yang Menguntungkan dan Sumber Modal Nama ID Petani Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi
: Ali Akbar (43) : 741100002 : Wonuambuteo : Lambandia : Kolaka Timur : Sulawesi Tenggara
Dari
Ke
800 kg 965 kg Ha/Tahun
Ha/Tahun
=
Pertanian Kakao Berkelanjutan: Mengubah Kehidupan dan Membangun Komunitas
Dari berkebun kakao dan bisnis peternakan ayam, Ali Akbar mampu menghasilkan tabungan yang jumlahnya lumayan. Dia sadar bahwa dengan selalu menabung dan menjalani hidup yang sederhana, akan dapat mewujudkan impiannya. Tujuan utama dan cita-citanya adalah dapat membayar uang kuliah untuk putrinya, membeli tanah lagi untuk memperbesar kebun kakaonya, membeli mobil dan naik Haji bersama seluruh keluarganya. “Adalah keputusan yang benar untuk masuk ke bisnis kakao. Kakao adalah bisnis yang menguntungkan bagi yang sabar dan mau bekerja keras. Bagi saya, adalah sumber untuk mendapatkan modal untuk memulai bisnis yang lain” kata Ali sambil memeriksa buah kakaonya yang sehat dan bagus di kebunnya.
Rp 29 Juta
Ali Akbar (43) bermimpi untuk menjadi Tentara, tetapi takdir berkata lain, dia membantu orang tuanya untuk mengelola kebun kakao seluas tiga hektar. Setelah empat tahun, orang tuanya memberikannya satu hektar kebun untuk dirinya sendiri yang dikelolanya dengan sungguh-sungguh. Dari penghasilan yang didapatkan dari kakao, dia memulai bisnis sendiri dan mampu menyekolahkan kedua anaknya ke perguruan tinggi. Putranya sulungnya Nurkhlis Akbar (22) telah menjadi polisi dan putrinya Wandasfitri (19) sedang menyelesaikan S1 nya. 14
“Saya senang sekali mendapatkan hadiah ini. Kuncinya adalah menunggu saat yang tepat untuk menjual. Karena biasanya saya tidak memerlukan uang tunai segera, saya dapat menunggu sampai harganya bagus dan saya menjual 1,2 ton biji tambahan dari hasil panen saya yang lalu kepada pusat pembelian ADM cocoa.” Ali berharap untuk dapat menjual lagi biji sebanyak mungkin agar dapat mendapatkan premium/bonus yang setinggi mungkin dari ADM cocoa. Dia memperkerjakan dua pekerja terampil dari desa untuk membantunya memangkas, membersihkan dan memupuk.
Bisnis yang Kedua, Peluang yang Saling Menguntungkan Diantara kesibukan merawat kebun kakaonya, Ali juga mengelola peternakan ayam. Dengan penghasilan dari kebun kakao, Ali mulai peternakan ayamnya dengan 1.000 ekor dan sekarang dia sudah memiliki 3.500 ekor. Dengan bantuan istrinya Hasnawati (43) dan tiga pekerja, Ali dapat menghasilkan 2.800 butir telur per hari, yang nilainya sama dengan sekitar 2,5 juta rupiah. Untuk menghemat biaya agri input, Ali memanfaatkan kotoran ayam untuk pupuk pohon kakaonya. Dengan menggunakan pupuk alami nonpestisida, dia hanya mengeluarkan 3.000 rupiah per pohon, dibandingkan dengan 3.500 rupiah untuk pupuk kimia.
Ali Akbar diantara pohon kakaonya, memegang buku tabungannya dan sertifikat tanah yang dibeli dari hasil keuntungan kakao.
Pertanian Kakao Berkelanjutan: Mengubah Kehidupan dan Membangun Komunitas
15
Usaha yang Didasari dengan Kejujuran dan Keadilan akan Memberikan Hasil dan Keuntungan untuk Semua
Hasriadi tengah memberikan pelatihan melek keuangan (financial literacy) untuk para petani. Hasriadi Hasan dari Kabupaten Pidie Jaya memegang buku tabungannya.
Kisah Sukses
Usaha yang Didasari dengan Kejujuran dan Keadilan akan Memberikan Hasil dan Keuntungan untuk Semua Nama ID Petani Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi
: Hasriadi Hasan (37) : 111800071 : Rungkom : Meureudu : Pidie Jaya : Nangroe Aceh Darusallam
Dari
Ke
266 kg
800 kg
Ha/Tahun
Ha/Tahun
=
Rp 50 Juta
Hasriadi Hasan (37) adalah petani kakao dari Bireuen. Di tahun 2008, dia hampir menyelesaikan kuliahnya di perguruan tinggi di Banda Aceh, tetapi karena situasi keluarga, Hasriadi harus pulang ke kota asal istrinya di Pidie Jaya. Hasriadi mencoba untuk pertama kali, menanam pohon kakao di kebun milik mertuanya seluas 1 hektar. Sekarang dia menambah 1,5 hektar lagi luas lahannya dan hidup dengan nyaman dengan istrinya Herawati (30) dan putranya Amir Syakieb yang berusia empat setengah tahun. 16
Pertanian Kakao Berkelanjutan: Mengubah Kehidupan dan Membangun Komunitas
Dampak dari Cara Perawatan yang Benar Ketika Hasriadi mulai berkebun kakao, dia tidak dapat mengandalkan hasil panennya. Hasriadi harus menanam padi untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari hari, dan dia sadar bahwa hasil panen kakaonya rendah sekali karena ketidaksuburan tanah dan letak pohon pelindung yang salah. Belajar untuk meningkatkan hasil kebunnya, Hasriadi ikut Sekolah Lapang Petani yang dilaksanakan oleh SECO dan Swisscontact tahun 2012, dimana dia ditunjuk sebagai Petani Andalan yang diberi tugas untuk memberikan pelatihan kepada petani-petani lainnya. Hasriadi sangat bersemangat untuk belajar bagaimana caranya merawat pohon kakao dengan benar dan mendapat pengetahuan mengenai cara memelihara kesuburan tanah dan teknik sambung samping dan sambung pucuk. Hasriadi memupuk pohon kakaonya dengan pupuk kompos dan menyambung samping pohon yang lebih muda tetapi yang sudah tidak berproduksi lagi dengan entres yang diberikan cumacuma oleh pemerintah. Hasil panennya meningkat dan memungkinkan untuk membeli 1,5 hektar lahan tambahan, tetapi juga tidak subur dan kering. Hasriadi menerapkan metode-metode yang sama yang dipelajari di Sekolah Lapang Petani untuk merehabilitasi 1,5 hektar lahan tambahannya. Hasil panennya meningkat menjadi 800 kg/ha/ tahun, naik dari sebelumnya yang hanya 266 kg/ha/
tahun. “Hasil panen kakao saya, adalah cermin dari bagaimana saya merawat kebun saya dengan baik” tutur Hasriadi. Sekarang dia memiliki lahan total 2,5 hektar dengan 2.000 pohon kakao. Pendekatan yang Adil Kakao adalah sumber pendapatan Hasriadi yang utama. Dalam satu tahun, pendapatannya dari kakao dapat mencapai 50 juta rupiah. Dengan menerapkan hasil latihan dan pengetahuan yang dia dapatkan dari Sekolah Lapang Petani (FFS) dia sangat bersemangat untuk dapat menabung sebisanya. Setelah merenovasi rumahnya dan membantu membiayai pendidikan adik laki-lakinya, Hasriadi masih memiliki tabungan 10 juta rupiah di rekening banknya. Tujuan utama Hasriadi adalah menyelesaikan renovasi rumahnya dan menabung cukup uang untuk pergi ke tanah suci untuk naik Haji dan berwisata. Di desanya, Hasriadi aktif di koperasi Koka Jaya dan adalah pengurus yang disegani. Pendidikan agama yang dienyam telah memberikan peran penting bagi Hasriadi dalam mengelola koperasi. Dia membuat pembukuan yang transparan dan dengan persetujuan bersama, bagi hasil yang adil diberikan kepada anggota koperasi. “Setiap usaha yang dibangun berdasarkan kejujuran dan keadilan akan memberikan hasil yang baik untuk semua pemangku kepentingannya” Hasriadi menyimpulkan.
Pertanian Kakao Berkelanjutan: Mengubah Kehidupan dan Membangun Komunitas
17
Tantangan dan Imbalan untuk “Dokter Kaka o” di Sulawesi Selatan
Musriyadi memanen buah kakao merahnya dengan penuh ceria
Bertangan Dingin dalam Bercocok Tanam dan Terampil Berbisnis Di tahun 2010, Musriyadi memiliki 1.300 pohon kakao embriogenesis somatik yang didapatkan dari Pemerintah melalui Program Gerakan Nasional Kakao, ditanam di lahan seluas 1,25 hektar. Sayangnya, pohon-pohon itu tidak tumbuh dengan baik sehingga menghasilkan buah kakao dengan kualitas yang buruk. Di tahun 2012, Musriyadi merehabilitasi sekitar 700 pohon dengan melakukan sambung samping dengan klonal yang lebih baik, seperti yang dianjurkan oleh petani lain yang lebih berpengalaman. Musriyadi, terlihat digambar ini, seorang pemimpin di bidang kakao untuk daerahnya Kecamatan Luwu Timur
Kisah Sukses
Tantangan dan Imbalan untuk “Dokter Kakao” di Sulawesi Selatan Nama ID Petani Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi
: Musriyadi (33) : 732502001 : Argomulyo : Kalaena : Luwu Timur : Sulawesi Selatan
Dari
Ke
0,56 ton
1 Ton
(April 2014)
(Nov 2015)
=
Rp 20 Juta
(USD 2,500)
* 1.100 kg/ha/year
Petani kakao muda Musriyadi (33) pindah dari Buton di Sulawesi Tenggara setelah lulus dari SMA untuk mengejar mimpinya menjadi polisi. Sayangnya, Musriyadi gagal untuk masuk ke Akademi Polisi dan harus pulang ke kota asalnya di Luwu Timur untuk fokus ke tujuan yang baru di kebun kakao keluarga. Dia mulai sebagai pedagang biji kakao yang kemudian membuatnya untuk memulai kebun kakaonya sendiri. Musriyadi menikah dengan Semiatun (33) dan ayah dari Akmal (10) dan Musdalisa (5). 18
Pertanian Kakao Berkelanjutan: Mengubah Kehidupan dan Membangun Komunitas
Pada bulan Desember 2014, Musriyadi kemudian mengikuti Sekolah Lapang Petani (Farmer Field School (FFS)) yang diadakan oleh Mars dan Swisscontact di desa Argomulyo. Bersama dengan 30 petani lainnya yang tergabung dalam Kelompok Tani Tunas Baru, Musriyadi belajar praktik kakao yang berkelanjutan seperti pemangkasan, pemupukan, membuat kebun pembibitan, melakukan sambung samping yang benar dan pengendalian hama dan penyakit. Musriyadi menerapkan teknik-teknik yang diajarkan di Sekolah Lapang Petani. “Sekarang saya menikmati hasil panen yang meningkat dari 560 kg (April 2014) menjadi 1 ton (November 2015) dari tujuh ratus pohon yang sehat, menghasilkan keuntungan total 20 juta rupiah. Ditambah dengan 500 pohon baru, saya yakin pendapatan akan meningkat karena panen bisa mencapai 1,8 ton dalam 2 atau 3 tahun mendatang. Dengan kebun pembibitan yang memiliki kapasitas dua ribu bibit, saya telah menjual seribu bibit dengan harga 4.500 rupiah per-satu bibit, sehingga menambah tabungan sebesar 4,5 juta rupiah. Saya bangga, orang bilang saya punya tangan dingin untuk bercocok tanam” Musriyadi menambahkan. Melalui partisipasinya di Sekolah Lapang Petani, Musriyadi diikutsertakan kedalam Pusat Pengembangan Kakao Mars (Mars Cocoa Development Center (MCDC)) di Terengge, yang terletak 25 km dari rumahnya. Tujuan dari MCDC adalah melatih
sekelompok petani kecil untuk mengembangkan bisnis secara komersial untuk menyebarkan pengetahuan, kebutuhan kebun (inputs) dan jasa untuk petani kecil. Dengan berpatisipasi dalam program ini, Musriyadi telah meningkatkan pendapatan bisnisnya dengan tidak hanya dari menjual buah kakao saja. Tantangan dan Imbalan sebagai Dokter Kakao Setelah menjalani pelatihan agronomi dan agrobisnis secara intensif selama dua bulan di MCDC, Musriyadi mendapatkan gelar Dokter Kakao. “Saya sadar gelar ini tidak ada artinya jika hanya saya saja yang sukses meningkatkan kebun kakao. Saya juga ingin memberi motivasi ke petani-petani lain untuk memelihara kebun kakao mereka dengan praktik- praktik produksi yang berkelanjutan. Juga, saya telah didukung oleh MCDC untuk mendirikan bisnis komersial Sentra Desa Kakao (Cocoa Villlage Centre (CVC)) yang memberikan jasa dan kebutuhan kebun (inputs) untuk rekan-rekan sesama petani di desa dan daerah sekitarnya,” tutur Musriyadi. Aktivitas yang lain termasuk kebun pembibitan, kebun entres (untuk sambung samping dan sambung pucuk), sambung samping di kebun, penjualan pupuk dan pestisida, pelatihan dan memfasilitasi akses kredit. “Tanggal 19 November 2015 adalah hari peresmian CVC saya, saya sangat bersemangat dan siap untuk tantangan baru dengan harapan imbalan yang lebih besar,” kata Musriyadi dengan gembira. “Tidak habis-habisnya saya berterimakasih kepada Mars dan Swisscontact untuk program yang sangat berharga yang telah merubah hidup saya”. Hasil panen kebun saya telah meningkat, membuat pendapatan saya menjadi lebih besar. Saya optimis dengan bisnis kakao saya sekarang, masa depan anak-anak saya akan lebih cerah dan saya dapat membantu petani- petani lain yang membutuhkan transfer ilmu saya dalam berkebun. Saya berharap program ini dapat berlanjut dan menjangkau lebih banyak petani-petani kecil lainnya” Musriyadi menutup.
Pertanian Kakao Berkelanjutan: Mengubah Kehidupan dan Membangun Komunitas
19
Swisscontact Indonesia Country Office Gedung The VIDA Lantai 5 Kav. 01-04 Jl. Raya Perjuangan, No. 8 Kebon Jeruk 11530 Jakarta Barat | Indonesia Telp. +62-21-2951-0200 | Faks. +62-21-2951-0210 Swisscontact - SCPP Sulawesi Gedung Graha Pena Lantai 11 Kav. 1108-1109 Jl. Urip Sumoharjo, No. 20 Makassar 90234 Sulawesi Selatan | Indonesia Telp. | Faks. +62-411-421370 Swisscontact - SCPP Sumatra Komplek Taman Setiabudi Indah Jl. Chrysant, Blok E, No. 76 Medan 20132 Sumatera Utara | Indonesia Telp. +62-61-822-9700 | Faks. +62-61-822-9600
www.swisscontact.org/indonesia