swisscontact
Cerita sukses petani kakao
Bustami Muhammad Sabar, petani kakao dari Aceh Barat Daya dan peserta sekolah lapang yang di adakan oleh Swisscontact, telah berhasil meningkatkan produksi kakaonya dari semula 400 kg per hektar per tahun menjadi 1.000 kg per hektar per tahun melalui penerapan budidaya tanaman yang tepat dan teknik sambung samping.
Schweizerische Eidgenossenschaft Confederation suisse Confederazione Svizzera Confederaziun svizra
Kingdom of the Netherlands
Swiss Confederation
R
Federal Department of Economic Affairs, Education and Research EAER State Secretariat for Economic Affairs SECO
Astuty
Arif
Cocoa
Juma’ali
Sonda
Hamzah
Nurlan
Yayuk
Wahida
TM
swisscontact
SCPP
Sustainable Cocoa Production Program Program Produksi Kakao Berkelanjutan
Sepatah Kata M
enjelang tahun ketiganya sejak 1 Januari 2012, Program Produksi Kakao Berkelanjutan atau yang lebih dikenal dengan SCPP atau Sustainable Cocoa Production Program telah melakukan beberapa pencapaian yang nyata di tingkat petani kakao. Program didanai oleh Swisscontact dengan dukungan dari Pemerintah Swiss melalui SECO (Swiss Secretariat for Economic Affairs), IDH (The Sustainable Trade Initiative) dari Belanda dan Kedutaan Kerajaan Belanda (Embassy of the Kingdom of the Netherlands) serta dari sektor swasta antara lain Armajaro, ADM Cocoa, Cargill, Mars dan Nestlé. Program ini juga menyertakan kerjasama yang erat dengan Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia dibawah payung Nota Kesepahaman dengan Swisscontact untuk menjalankan kegiatan program di Indonesia termasuk juga hubungan kerja yang erat dengan instansi pemerintah setempat. Sejauh ini Program telah berhasil menciptakan perubahan yang dapat digunakan sebagai bukti pencapaian Program melalui testimoni dari beberapa petani kakao penerima manfaat Program yang telah mampu meningkatkan produktivitas tanaman kakaonya setelah mengikuti
Salam hangat,
Manfred Borer Program Director SCPP
Sekolah Lapang Kakao yang di berbagai target wilayah melalui SCPP. Selain itu, para petani kakao atau anggota keluarga petani kakao yang mendapat pelatihan tentang peningkatan nutrisi melalui pembuatan taman gizi pun telah mampu menunjukkan kemajuannya. Sampai dengan akhir tahun 2013, Program telah berhasil melatih sebanyak lebih dari 32,000 petani kakao mengenai Praktek Pertanian Terbaik dan pelatihan nutrisi bagi 8,000 keluarga petani kakao yang tersebar di 17 kabupaten di 6 provinsi di seluruh Indonesia termasuk Aceh, Sumatera Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Kisah sukses dari beberapa petani yang sudah dilatih tersebut kami rangkum dalam "Coklat Kakao Cocoa". Harapannya, semoga testimoni dari para petani sukses tersebut dapat memotivasi petani kakao lainnya khususnya petani yang tergabung dalam Program SCPP untuk mengikuti jejak keberhasilan rekan-rekannya tersebut. Agar tujuan peningkatan ekonomi dan peningkatan kesehatan masyarakat kakao sebagai tujuan utama Program bisa tercapai secara menyeluruh. bisa tercapai secara menyeluruh.
1
Semangat& Semangat Keuletan Kunci Kesuksesan ASTUTY TUTI SUDARSO (49) adalah alumnus Sekolah Lapang Kakao di Kabupaten Aceh Tenggara melalui Program Produksi Kakao Berkelanjutan (SCPP). Tidak hanya dikenal sebagai petani kakao sukses didaerahnya, kesuksesan beliau dalam usaha budidaya kakao telah membawanya sampai ke Sulawesi untuk berbagi kiat sukses dengan petani lainnya.
“P
ada tahun 2000, dengan pengetahuan yang terbatas, saya mulai menanam kakao dan menjadi orang pertama di daerah tempat tinggal saya yang menanam kakao. Dikarenakan tertarik dengan tingginya harga penjualan biji kakao, saya berharap bisa membantu perekonomian keluarga. Sampai pada suatu hari, saya dengar bahwa Swisscontact datang ke daerah tempat tinggal saya dengan program pengembangan kakaonya, saya langsung tertarik dan mendaftarkan diri untuk menjadi petani andalan. Saya sangat bersyukur akhirnya saya diterima sebagai petani andalan dan mengikuti pelatihan TOT (Training of Trainers) yang diadakan oleh Swisscontact selama 12 hari. Pengetahuan yang didapat saat TOT seperti PsPSP (Panen sering, Pemangkasan, Sanitasi dan Pemupukan), teknologi sambung samping langsung saya terapkan di kebun. Setelahnya perubahan nyata pun dapat dilihat dan kebun saya dijadikan kebun percontohan bagi teman peserta sekolah lapang lainnya, karena sulit untuk meyakinkan petani jika mereka tidak menyaksikan sendiri bahwa pengetahuan yang diberikan oleh Swisscontact saat sekolah lapang adalah pengetahuan yang sangat bermanfaat dan harus diterapkan.
Saya sangat gembira dengan hasil positif yang dihasilkan dari program ini, khususnya dengan peningkatan produksi yang terjadi di kebun saya yang awalnya hanya bisa panen sekitar 1,5 ton per hektar per tahun, sekarang bisa menghasilkan 5,4 ton per tahun dari sekitar 1,5 hektar kebun kakaonya. Saat ini saya tidak hanya menjual biji kakao tetapi usaha saya berkembang menjadi usaha pembibitan dan simpan pinjam. Dari hasil tersebut saya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menyekolah-kan anak-anak saya sampai ke perguru-an tinggi. Saya sangat berterima kasih kepada Swisscontact atas program penyuluhan kakaonya yang sangat bermanfaat dan merubah kehidupan saya dan keluarga. Terlebih saat saya terpilih diantara ribuan petani kakao di Aceh untuk berbagi pengalaman dengan petani lainnya mengenai kiat menanam kakao di acara Pertemuan Majelis Umum Cocoa Sustainability Partnership (CSP pada tanggal 12 Desember 2012 lalu di Makassar. Tidak hanya meningkatkan perekonomian keluarga, namun saya juga mendapat pengakuan sosial dari menanam kakao berkat Swisscontact. Semoga program serupa tetap berlanjut sehingga akan lebih banyak lagi muncul petani-petani kakao yang sukses.”
Astuty Tuti Sudarso, SCPP-ID 1104000, Desa Sepakat Segenap, Kecamatan Semadam, Kabupaten Aceh Tenggara - Aceh
2
3
Motivator Pemberi Harapan MUHAMMAD ARIF (38) adalah alumnus Sekolah Lapang Swisscontact dan ADM Cocoa di Desa Mokupa, Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara. Menjabat sebagai Ketua Gabungan Kelompok Tani “Maminasae”, ia juga dipercaya sebagai pengurus delapan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang terdiri dari 173 petani kakao, kepemimpinannya menginspirasi anggota kelompoknya.
“S
ebelum Swisscontact melalui Program Pengembangan Kakao Berkelanjutan dan ADM Cocoa dengan Program SERAP datang ke Desa Mokupa, para petani kakao di daerah saya menghadapi banyak hambatan dikebun yakni serangan hama dan penyakit sehingga banyak petani yang putus asa dan mulai beralih ke komoditas lain. Untungnya, pada bulan September 2012, Swisscontact dan ADM Cocoa datang dan mengadakan pelatihan Sekolah Lapang yang berfokus pada peningkatan manajemen kebun, penanganan pasca panen, manajemen hama terpadu serta penguatan kelompok. Langsung setelah mendapatkan pelatihan, saya memotivasi para anggota kelompok untuk menerapkan ilmu dan pengetahuan yang didapat saat SL seperti teknologi sambung samping dengan mengajak merehabilitasi tanaman tua dan melaksanakan PsPSP (Panen sering, Pemangkasan, Sanitasi, Pemupukan) untuk memaksimalkan pertumbuhan buah kakao. Pelajaran yang paling berharga yang kami dapat dari Sekolah Lapang adalah bagaimana cara merubah pola pikir teman-teman petani di kelompok
Maminasae, sekarang mereka termotivasi lagi dan akan tetap menanam kakao. Juga, dengan adanya jaminan kerjasama dengan pembeli tetap dari ADM Cocoa yang menawarkan harga premium untuk biji kakao fermentasi lebih tinggi Rp.3.000 dari harga biji asalan yang berharga sekitar Rp.18.000 hal ini merupakan dorongan tambahan bagi petani untuk selalu menjual biji kakao fermentasi. Dan ini merupakan impian dari para petani kakao, yakni kerja keras mereka terbayar dengan harga jual biji kakao yang tinggi. Saya ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Swisscontact dan ADM Cocoa untuk Program Kakaonya. Harapan kami untuk bisa menghasilkan lebih banyak lagi dan meningkatkan kualitas kakao jadi memungkinkan yang artinya tujuan untuk menjadi petani kakao sukses dan bisa meningkatkan perekonomian daerah bisa cepat tercapai.”
Muhammad Arif, SCPP-ID 90440, Desa Mokupa, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka Timur - Sulawesi Tenggara
4
5
Kakao& Kakao & Prestasi JUMA ALI (41) adalah petani kakao sukses yang berasal dari suku Mandar yang menerima pelatihan Sekolah Lapang Kakao yang difasilitasi oleh Swisscontact dan Nestlé di tahun 2012 didaerah tempat tinggalnya di Kabupaten Majene. Keberhasilan beliau dari usaha kakao tidak hanya ditandai dengan peningkatan ekonomi keluarganya namun juga dari tidak sedikitnya perolehan penghargaan yang diterimanya sebagai petani kakao teladan yang diberikan oleh berbagai instansi selama ini.
B
eliau mendedikasikan dirinya untuk mengembangkan kakao daerah, sebagai pengakuan atas kerja kerasnya beberapa penghargaan telah diterima antara lain terpilih sebagai Petani Teladan di seluruh kabupaten Majene dari Bupati Majene pada tahun 2011 dan sebagai Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan dari Pemerintah Sulawesi Barat pada tahun 2012. Juma’ali, ayah dari empat orang anak ini, mulai menanam kakao sejak ia masih remaja di lahan kakao milik keluarganya seluas 1,5 hektar dimana diatasnya ditanami 1.400 pohon kakao. Dua puluh tahun yang lalu, beliau menjadi petani kakao karena tergiur dengan harga kakao yang tinggi yang diterima oleh petani untuk komoditas kakao dibandingkan harga kopi atau kemiri. Mengetahui hal ini, ia berharap ia dapat meningkatkan ekonomi keluarganya dengan menanam kakao walau dengan pengetahuan terbatas. Tanpa diduga dari kebunnya tersebut menghasilkan sampai dengan 2 ton per tahunnya. “Sayangnya hal itu tidak berlangsung lama karena serangan hama dan penyakit yang menyerang. Hama dan penyakit seperti Penggerek Buah Kakao (PBK), penyakit pembuluh kayu dan busuk buah merusak hampir seluruh kebun yang menyebabkan turunnya produksi.
Saat mengalami masa sulit seperti itu, saya sangat lega saat mengetahui bahwa pemerintah mengadakan program Gerakan Nasional (Gernas) pada tahun 2009, dan kemudian dilanjutkan dengan kedatangan Swisscontact dan Nestle dengan program bantuan pengembangan kakaonya ke desa. Dengan antusias, saya mengikuti sekolah lapang tersebut dimana saya diberikan materi antara lain penerapan Praktek Pertanian pasca panen yang baik, Manajemen Hama Terpadu, penggunaan sarana produksi yang bertanggung jawab, teknik sambung samping dengan klon unggulan S1 dan S2 untuk memperbaiki mutu kakao. Saya juga mendapat materi bagaimana cara mengorganisir dan memperkuat kelompok. Hal ini membuat kelompok kami mendapat penghargaan sebagai Kelompok Tani Berprestasi dari Kementerian Pertanian dapat lebih diberdayakan lagi untuk bekerja lebih selaras dalam meningkatkan produksi kakao kami. Saat ini, saya sangat bersyukur atas apa yang telah saya raih melalui menanam kakao. Bagi saya, 20 tahun berkecimpung di dunia kakao merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri. Saya bisa meraih keuntungan secara ekonomi dan sosial. Kebun kakao saya pun terlihat sangat terawat dan bahkan mampu menghasilkan 2 ton per tahun.
Juma’ali, SCPP-ID 111373, Desa Bambangan, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene - Sulawesi Barat
6
7
Meraih Masa Depan SAMPE SONDA (63) adalah salah satu Petani Andalan Program Produksi Kakao Berkelanjutan yang diadakan oleh Swisscontact dan PT. MARS di Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. Program yang memberikan pelatihan Sekolah Lapang Kakao ini diperuntukkan bagi para petani kakao guna meningkatkan kapasitas petani kakao dalam penerapan budidaya terbaik tanaman kakao serta peningkatan manajerial organisasi petani dan keuangan.
K
eterlibatannya didalam Program Produksi Kakao Berkelanjutan yang difasilitasi oleh Swisscontact dan MARS bermula dari posisinya sebagai ketua kelompok Tani Paese II. Sehingga belliau terpilih untuk mengikuti kegiatan Training of Trainers (ToT) pada tanggal 6 – 12 Oktober tahun 2012 lalu. Setelah mengikuti ToT, beliau menjadi Petani Andalan (Key Farmer) dan bersama dengan Fasilitator Lapang dari Swisscontact memfasilitasi kegiatan Sekolah Lapang (SL) di daerah tempat tinggalnya. “Selain membimbing petani di kelompok, saya juga rutin menerapkan PsPSP yang saya peroleh sewaktu ToT di kebun sehingga produksinya lebih meningkat dibandingkan sebelum mengikuti kegiatan pelatihan dan memfasilitasi kegiatan SL. Untuk mengendalikan gulma di kebun saya sudah mengurangi penggunaan herbisida dan beralih menggunakan mesin babat karena terinspirasi dengan perlakuan demoplot yang ada di daerah saya. Selain itu saya juga kerap
melakukan pertemuan kelompok untuk membahas masalah-masalah yang muncul untuk kemudian dipecahkan bersama-sama. Kegiatan kelompok lainnya adalah pemasaran bersama (penjualan biji basah) kepada PT. Mars dengan membuat jadwal panen secara bersama. Untuk menambah pemasukan keluarga, saya juga menjadi penyedia entris di daerah tempat tinggal saya khususnya untuk kegiatan program Gernas dari Pemerintah di Kabupaten Luwu Timur. Saya mengucapkan terima kasih kepada Swisscontact dan PT. MARS untuk program pengembangan kakaonya di Luwu Utara. Dengan ilmu dan pengetahuan yang berharga yang diberikan selama pelatihan, saya optimis dapat meningkatkan produktivitas kakao di kebun saya lebih tinggi lagi. Dan dengan kemampuan saya ini saya juga bisa membantu teman-teman petani kakao lainnya untuk mengolah kebun kakao sesuai dengan yang direkomendasikan untuk hasil yang lebih maksimal.”
Sampe Sonda, SCPP-ID 172055, Desa Lumbewe, Kecamatan Burau, Kabupaten Luwu Timur - Sulawesi Selatan
8
9
Kakao Meningkatkan Ekonomi HAMZAH (58) adalah alumnus sukses Sekolah Lapang yang diadakan oleh Swisscontact dan CARGILL pada tahun 2012 dari Desa Matampauli di Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Menjabat sebagai Ketua Kelompok Tani Harapan Baru beliau membawahi anggota sebanyak 30 orang petani kakao.
“S
aya menanam kakao sejak tahun 1987 dimana saat itu saya masih aktif sebagai anggota TNI. Diatas lahan seluas 1 hektar yang terbagi atas dua lokasi saya menanam sekitar 1.100 pohon kakao. Sebelum sekolah lapang, kebun kakao saya menghasilkan 1 ton per hektar per tahun. Tahun 2011 kebun saya mendapat sertifikasi dari Dinas Perkebunan, karena kebun saya dinilai memiliki pohon yang sehat dan berhasil saat dicoba praktek sambung samping. Namun saya masih belum puas dan ingin lebih meningkatkan lagi produksi di kebun kakao saya, sehingga saya mengikuti sekolah lapang (SL) yang diselenggarakan oleh Swisscontact dan CARGILL pada tahun 2012. Setelah sekolah lapang, saya merawat kebun saya dengan rutin (minimal 2-3 jam di kebun). Kemudian saya juga menerapkan manajemen kebun yang tepat sebagaimana direkomendasikan pada saat SL yakni penerapan PsPSP (Panen sering, Pemangkasan, Sanitasi dan Pemupukan) untuk mengatasi hama PBK. Saya juga melakukan sambung samping untuk merehabilitasi tanaman kakao yang sudah berumur dengan klon
unggulan S1 dan S2. Hasilnya sangat menggembirakan dengan menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik sebanyak 70-80%. Panen pun meningkat menjadi 2 ton per hektar per tahun. Keuntungan lainnya adalah karena kebun saya sudah disertifikasi, buah kakao nya sudah ditunggu hasilnya saat ini oleh pedagang untuk dibeli dengan harga Rp.25,000 untuk biji asalan kering yang dijemur selama tiga hari. Dari pohon kakao, selain menjual buah saya juga menjual entris untuk menambah pemasukan keluarga. Pemasukan yang saya dapat dari kakao saya gunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari, membiayai anak yang sedang kuliah jurusan pertanian kakao dan Alhamdulillah dari kakao saya juga sudah bisa membeli mobil. Terima kasih saya ucapkan yang sebesar-besarnya kepada Swisscontact dan CARGILL untuk program pengembangan kakaonya sehingga saya dan masyarakat petani kakao di Desa Matampauli dapat meningkatkan produksi kakao kami. Dan tentunya impian memperbaiki taraf kehidupan ekonomi dan menjadi petani kakao yang sukses bisa segera terwujud.”
Hamzah, SCPP-ID 150073, Desa Mattampa Walie, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone - Sulawesi Selatan
10
11
Demi Kakao Beralih Profesi NURLAN (49) adalah peserta Sekolah Lapang Kakao yang diselenggarakan oleh Swisscontact dengan kontribusi dana dari Armajaro pada bulan Juni 2013 yang lalu di Kecamatan Poso Kota Utara, Kabupaten Poso. Beliau beralih profesi dari tukang kayu menjadi petani kakao melihat potensi kakao yang sangat menjanjikan.
“T
ahun 2010 saya mulai menanam kakao di lahan keluarga yang seluas 1,5 hektar dan ditanami sekitar 900 pohon. Setelah satu tahun banyak pohon yang rusak dan gagal berbuah karena pengetahuan tentang pertanian kakao yang terbatas. “Saya hampir putus asa saat itu. Kemudian saya belajar dari teman petani kakao lainnya mengenai teknik sambung samping, hasilnya pada bulan April 2013 kebun kakao saya mampu memproduksi pertama kali. Dari sekitar 500 pohon kakao yang saya tanam saya bisa menghasilkan sebanyak 110 kg buah kakao. Sedangkan sisa 400 pohon lainnya masih berupa pohon muda. Melihat hasil yang cukup menggembirakan itu, saya termotivasi untuk lebih meningkatkan hasil produksi kakao di kebun. Alhasil saya berhenti menjadi tukang kayu dan serius menekuni budidaya kakao. Saya pun kemudian
mengikuti kegiatan Sekolah Lapang (SL) yang difasilitasi oleh Swisscontact dan Armajaro. Ilmu yang saya peroleh saat SL seperti PsPSP (Panen Sering, Pemangkasan, Sanitasi, dan Pemupukan), pengetahuan tentang pembuatan pupuk organik dan cara mengendalikan hama langsung saya terapkan di kebun. Beberapa waktu kemudian hasilnya langsung dapat dilihat dengan berkurangnya penyakit busuk buah yang menyerang sebagian tanaman kakao saya. Terima kasih saya ucapkan kepada Swisscontact dan Armajaro untuk program pengembangaan produksi kakaonya yang sangat bermanfaat dan bisa meningkatkan motivasi saya dan petani kakao lainnya untuk tetap menanam kakao. Harapan saya, semoga kami petani kakao tetap dibimbing agar produksi kakao tetap berlanjut dan perekonomian kami para petani kakao kecil bisa lebih meningkat.”
Nurlan, SCPP-ID 70211, Desa Tegal Rejo, Kecamatan Poso Kota Utara, Kabupaten Poso - Sulawesi Tengah
12
13
Taman Gizi Untuk Keluarga YAYUK IRAWATI (45) adalah alumnus dari Sekolah Lapang Petani Program PEKA (Peningkatan Ekonomi Kakao Aceh) yang dilaksanakan di tahun 2011 di Desa Ingin Jaya, Kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang. Beliau dilibatkan kembali di Program Swisscontact melalui Program Produksi Kakao Berkelanjutan untuk komponen peningkatan nutrisi yang didanai oleh Kedutaan Kerajaan Belanda (EKN).
K
arena kemampuan organisasinya beliau terpilih sebagai Ketua Kelompok dan mengikuti pelatihan ToT (Training of Trainers) program Nutrisi, dan akhirnya terpilih untuk memfasilitasi Sekolah Lapang Nutrisi yang diadakan untuk 24 peserta perempuan yang tergabung didalam 'Kelompok Kamboja' yang terdiri dari alumnus dan juga istri dari alumnus peserta pria program PEKA di Kabupaten Aceh Tamiang. Ibu dari dua orang anak ini mengemukakan keinginannya untuk meningkatkan pengetahuan tentang gizi, taman gizi serta manfaat dan penerapannya adalah yang mendorongnya untuk berpartisipasi pada program ini. Semenjak itu berbagai macam sayuran seperti bayam, kangkung, sawi hijau, kacang panjang, tomat, cabai sudah ditanam disekitar rumahnya. “Sampai saat ini saya sudah panen tiga kali dari kebun saya sendiri. Selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sisanya saya jual di pasar. Beberapa waktu yang lalu, saya bisa menjual sebanyak 10 kg kangkung dengan harga Rp.16.000 per kilonya, sawi hijau dengan harga Rp.3.500 dan sayuran kacang panjang dengan harga Rp.3.000 per kilo. Pemasukan yang saya dapat cukup untuk membeli keperluan dapur dan lainnya.
Selain di pekarangan rumah, saya bersama para ibu anggota 'Kelompok Kamboja' juga menanam sayuran di kebun percontohan nutrisi milik kelompok. Seminggu sekali kami datang secara bergantian untuk merawat kebun tersebut. Hasilnya sangat menggembirakan. Sayuran hasil panen kami jual di pasar. Sampai saat ini kami sudah mengumpulkan uang sebanyak Rp.330.000 yang akan kami gunakan untuk membeli benih sayuran dan sisanya ditabung untuk modal kelompok. Saya sangat berterima kasih kepada Swisscontact dan Kedutaan Kerajaan Belanda untuk program nutrisinya di desa kami. Karena melalui program yang sangat bermanfaat ini, kami sekarang mengerti tentang bagaimana gizi baik untuk perorangan dan keluarga. Selain itu kami juga sekarang tahu bagaimana merawat taman gizi yang hasilnya menjadi sumber makanan yang terpercaya untuk keluarga dan bahkan juga bisa untuk menambah pemasukan keluarga. Karena itu saya berharap akan lebih banyak ibu-ibu yang terinspirasi dengan kesuksesan para peserta Sekolah Lapang Nutrisi ini sehingga aktifitas kami bisa dicontoh dan diaplikasi oleh mereka di keluarganya. Sehingga pada akhirnya peningkatan ekonomi, tingkat kesehatan yang lebih baik serta keluarga yang bahagia dan masyarakat yang sejahtera pun bisa tercapai secara keseluruhan.”
Yayuk Irawati, SCPP-ID 25005, Desa Ingin Jaya, Kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang - Aceh
14
15
Penghasilan Tambahan WAHIDA (32) adalah alumnus sukses Sekolah Lapang Nutrisi yang diselenggarakan pada akhir tahun 2012 oleh Swisscontact di daerah tempat tinggalnya di Desa Tenri Pakkua, Kecamatan Lappariaja, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan yang didukung oleh Kedutaan Kerajaan Belanda (Embassy of the Kingdom of the Netherlands – EKN).
“S
etelah mengikuti Sekolah Lapang yang terdiri dari 12 kali pertemuan dari Swisscontact dan EKN, saya langsung mempraktekan pengetahuan yang saya dapatkan dengan menanami lahan disekitar rumah saya dengan berbagai macam sayuran antara lain; sawi, kangkung, kacang panjang, tomat, terung, timun, cabai merah dan cabai rawit. Hasilnya sangat menggembirakan karena selain anak-anak saya jadi lebih suka makan sayur karena saya jadi lebih sering memasak sayur, hasil panennya juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jadi, sisa sayur yang tidak dikonsumsi saya jual dipasar. Misalnya, untuk tanaman sawi bisa saya jual dengan harga Rp.2.000 – Rp.5.000 per kg atau tanaman bayam dengan harga Rp.3.000 per ikat. Pendapatannya lumayan untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Saat ini
juga saya sedang mengembang-biakan bibit tanaman sawi, baik sawi putih maupun sawi hijau. Tidak jarang saya membagi bibit yang saya punya dengan teman-teman kelompok dengan harapan mereka juga termotivasi seperti saya untuk tetap merawat taman gizi mereka. Melihat keberhasilan saya banyak ibu-ibu didaerah tempat tinggal saya menjadi tertarik untuk menanami pekarangan rumah mereka dengan sayur-sayuran, karena selain rumah menjadi lebih asri, banyak manfaat lain yang bisa diperoleh. Saya sangat berterima kasih kepada Swisscontact dan Kedutaan Kerajaan Belanda untuk program nutrisinya yang sangat bermanfaat bagi saya dan keluarga. Dengan adanya program ini saya menjadi lebih tahu bagaimana memberikan gizi yang terbaik bagi keluarga saya dan juga bisa membantu perekonomian keluarga.
Wahida, SCPP-ID 151502, Desa Tenripakua, Kecamatan Lappariaja, Kabupaten Bone - Sulawesi Selatan
16
SCPP
Sustainable Cocoa Production Program Program Produksi Kakao Berkelanjutan
Kantor SCPP Jakarta The VIDA Lantai 5, Ruang 01-04, Jl. Raya Perjuangan No. 8 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530 Ph. +62-21-2951 0200 Fax. +62-21-2951 0210 Kantor SCPP Sumatera Komplek Taman Setiabudi Indah I Jl. Chrysant Blok E No. 76, Medan 20132 Ph. +62-61-8229 700 Fax. +62-61-8229 600 Kantor SCPP Sulawesi Gedung Graha Pena lantai 11, Ruang 1108-1109 Jl. Urip Sumoharjo No. 20, Makassar 60234 Ph./Fax. +62-411-421370
SCPP Public Relations January 2014