Kisah-kisah Karamah Wali Allah Thu, 2007-08-02 09:59 — admin
Buku ini judul aslinya adalah Jami' Karamat al-Aulia'. Buku ini diterbitkan beberapa kali di Indonesia dalam beberapa judul, antara lain Kisah-kisah Karamah Wali Allah dan Mukjizat Para Wali Allah. Pengarangnya adalah Yusuf bin Ismail an-Nabhani. Membaca buku ini insya Allah kesedihan dan ketakutan diri kita akan sirna. Jangan pernah bersedih lagi, betapa para wali tidak pernah bersedih dan takut menghadapi apapun yang ada. Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan hambaNya. Karena janji Allah tidak pernah ingkar.
Rasulullah Saw. dalam sabdanya, Sesungguhnya ada golongan hamba Allah yang bukan termasuk nabi dan bukan syuhada (syahid), yang pada hari kiamat nanti mereka menempati tempat para nabi dan syuhada. Para sahabat lalu bertanya, Ya, Rasulullah, beritahu kami siapa mereka itu? Apa pekerjaan mereka ? Semoga kami bisa mencintai mereka. Nabi menjawab, Mereka adalah satu kaum yang saling mencintai karena Allah, bukan karena hubungan satu rahim, juga bukan karena harta yang mereka miliki. Demi Allah, wajah mereka bercahaya. Mereka berada di atas mimbar cahaya, mereka tidak pernah takut ketika orang-orang ketakutan, mereka juga tidak bersedih ketika orangorang merasa sedih (HR. Umar bin Khattab).
Buku ini merupakan khazanah yang luar biasa tentang fenomena karamah wali-wali Allah yang dihimpun dari banyak sumber klasik karya para wali dan ulama yang diakui kapabilitasnya di seluruh penjuru dunia. Di dalamnya, karamah dibahas secara rinci dan jelas, didukung argumen kuat dari Al-Qur’an, Sunnah, dan peristiwa-peristiwa nyata yang diriwayatkan secara sahih. Dalam buku ini juga menuturkan tentang konsep dan landasan karamah, mukjizat Nabi Muhammad Saw. sebagai wali Allah yang paling agung, dan karamah sahabat-sahabatnya. Kisah-kisah ajaib tentang mereka semoga dapat menjadi bahan renungan kita untuk menambah keimanan kepada Allah dan
meneladani kepatuhan mereka kepada-Nya, kearifan, kebersahajaan, dan kerendahan hati mereka yang telah dianugerahi kemuliaan.
Home › Kisah-kisah Karamah Wali Allah
Pendahuluan Sun, 2010-04-18 16:02 — admin
PENDAHULUAN Ingatlah! sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak merasatakut dan sedih. Mereka adalah orang-orang yang beriman dan selalubertakwa. Bagi mereka berita gembira dalam kehidupan dunia dankehidupan akhirat. (QS Yunus [10]: 62-64) Bismillaahirrahmaanirrahiim Segala puji bagi Allah, Tuhan penguasa seluruh alam, Zat yangmemuliakan hambahamba-Nya yang saleh yang Dia kehendaki denganmenganugerahkan berbagai karam ah, yang merupakan bagian darimukjizat para nabi yang diutus dan bukti kebenaran agama-Nya yanglurus. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan ke haribaanRasul yang utama, penghulu segenap makhluk, junjungan kita Muhammadyang jujur lagi tepercaya, yang dianugerahi Allah mukjizat palingbanyak bila dibandingkan dengan seluruh nabi dan rasul. Beliauadalah wali termulia di tengahtengah umatnya dengan karamah palingsempurna dibandingkan dengan wali-wali yang mendahuluinya. Kitab ini saya beri judul Jami' Karamat al-Auliya'(Karamah-karamah wali Allah), karena dalam kitab ini, sayamenghimpun karamah para wali yang belum pernah dibukukansebelumnya. Setiap karamah umumnya saya sandarkan pada pemilikaslinya, kalau ia dikenal atau —ini jarangsekali— saya nisbatkan pada periwayatnya,
jikanama wah itu tidak begitu dikenal orang. Setiap karamah sayarujukkan pada kitab yang saya kutip, kecuali yang saya saksikansendiri atau saya dengar langsung dari seseorang yang telahmenyaksikannya secara langsung. Saya menyebutkan beberapa referensi yang banyak saya kutip, agardapat diketahui bahwa tidak ada kesamaan dalam bab-babnya dansupaya tidak ada satu karamah yang dilekatkan pada orang yang tidakmemilikinya. Kitab-kitab tersebut di antaranya: 1.
Misykat al-Mashabih karya Waliyyuddin al-Tabrizi (disusun tahun737 H.). Dari
kitab ini saya mengutip kurang lebih seratus hadistentang mukjizat. 2.
Al-Tafsir al-Kabir karya Fakhruddin al-Razi (wafat tahun 606H.). Dalam
pendahuluan, saya mengutip penjelasan Al-Razi tentangketetapan karamah para wali, termasuk juga karamah para sahabatNabi. 3.
Al-I'tibar karya Amir Usamah bin Munqidz (wafat tahun 584 H. diDamaskus).
4.
Al-Risalah al-Qusyairiyyah karya Abu al-Qasim al-Qusyairi(wafat tahun 465 H. di
Naisabur). 5.
Mishbah al-Zhallam fi al-Mustaghitsin bi Khair al-Anam 'alaihial-Shalat wa al-
Salam karya Abu 'Abdullah bin al-Nu'manal-Marakisyi (wafat tahun 683 H.). 6.
Ruh al-Quddus, Al-Futuhat al-Makiyyah, Mawaai' al-Nujum, danAl-Muhadharat
karya Al-Syaikh al-Akbar Sayyid Muhyiddin Ibnu 'Arabi(wafat tahun 636 H.). 7.
Raudh al-Rayyahin dan Nasyr al-Mahasin karya Imam al-Yafi'i(wafat tahun 768
H.). 8.
Tuffah al-Arwah karya Kamaluddin Muhammad bin Abi Hasan 'AUal-Siraj al-Rifa'i
al-Qursy al-Syafi'i (hidup pada abad ke-8 H.,satu masa dengan Al-Subki dan Ibnu Taimiyyah). Kitabnya yangberjudul Karamat al-Auliya' terdiri dari 2 jilid, tetapi yang sayatemukan hanya jilid pertama. 9.
Syarh al-Hikam al-'Athaiyyah karya 'Arif bin 'Ibad (wafat tahun792 H)
10.
Tuhfatul Ahbab karya Al-Sakhawi yang membicarakan wah-wali
yangdimakamkan di Mesir. Al-Sakhawi hidup pada abad ke-9 H., iabukanlah Al-Hafidz alSakhawi yang terkenal itu.
11.
Ayisyarai U Amakin al-Ziyarat fi Dimasyqa al-Syam karya Ibnual-Haurani, hidup
pada abad ke-11 H. 12.
Tuhfah al-Anam fi Fadhail al-Syam karya Syaikh Jalaluddinal-Bishyri al-Dimasyqi,
disusun pada tahun 1002 H. 13.
Thabaqah al-Khaiuwash min Ahli al-Yaman karya Imam ZainuddinAbil 'Abbas
Ahmad bin Ahmad bin 'Abdil Lathif al-Syarji al-Zubaidi,penyusun Mukhtashar al-Bukhari (wafat tahun 893 H. di daerahZubaidi, Yaman). 14.
Al-Anas al-Jalil karya Qadhi 'Abdurrahman al-'Alimi al-Hanbali(wafat tahun 927
H.). 15.
Al-Syaqaiq al-Nu'maniyyah karya Thasyi Kubra(wafat tahun 893H).
16.
Syarhu Ta'iyyah Ibn Habib Ashafdi dan Nasamat al-Ashar fiKaramat al-Auliya' al-
Akhyar karya Sayyid Syaikh 'Ulwan al-Hamwi.Ia wafat pada 936 H. meninggalkan kitab Nasamat al-Ashar yang belumselesai disusun, seolah-olah baru berupa pendahuluan sebuah bukuyang masih perlu disempurnakan. 17.
Qala'id al-Jawahir fi Manaqib Syaikh Abdil Qadir karya SyaikhMuhammad bin
Yahya al-Tadzfi al-Hanbali (wafat tahun 963 H.). 18.
Al-Minan al-Kubra, Al-Bahr al-Maurud, Al-Ajwibat al-Mardhiyyah,dan Al-
Thabaqah al-Kubra karya Imam 'Abdul Wahhab al-Sya'rani(wafat tahun 973 H.). 19.
Al-Thabaqah al-Kubra dan Al-Thabaqah al-Shughra karya Imamal-Munawi (wafat
tahun 1001 H.). 20.
Al-Ibriz fi Manaqib Sayyid 'Abdil 'Aziz al-Dibaghi karya Ibnual-Mubarak al-Fasi,
mulai disusun tahun 1129 H. 21.
Al-Musyri' al-Rawi fi Manaqib Sadatina 'Ali Ba'alwi karya salahseorang ulama
besar, Sayyid Muhammad bin Abi Bakar al-Syali Ba'alwi(wafat tahun 1093 H.). 22.
Al-Kawakib al-Sairah fi A'yan al-Mi'ah al-'Asyirah karya SyaikhMuhammad
Najmuddin al-Ghazi (wafat tahun 1061 H. di DamaskusSyam). 23.
Nafhu al-Thayyib karya Syihab Ahmad al-Muqri (wafat tahun 1041H)
24.
Khulasat al-Atsar fi A'yan al-Qarni al-Hadi 'Asyara karyaAl-Muhibbi (wafat tahun
1111 H. di Damaskus).
25.
Khulasat al-Atsar fi A'yan al-Qarni al-Tsani 'Asyara karyaSayyid Muhammad
Khalil al-Muradi, seorang mufti Syam (wafat tahun1206 H.). 26.
Tarikh Mishra karya 'Abdurrahman bin Hasan al-Jabaruti (wafattahun 7 H.).
27.
Syarh al-Thariqah al-Muhammadiyyah karya Syaikh 'Abdul Ghanial-Nablusi
(wafat tahun 1144 H.). 28.
Syarh al-Burdah karya Syaikhuna Hasan al-'Adwi al-Mishra (wafattahun 1303 H.
di Mesir). 29.
Hadaia al-Wardiyyah fi Haqaiq Ajla'i al-Naqsyabandiyyah karyaSyaikh 'Abdul
Majid, putra dari Syaikh Muhammad al-Khanial-Naqsyabandi (wafat tahun 1317 H. di Konstantinopel). 30.
Manaqib al-Quthbi al-Kabir Sayyid Syamsuddin al-Hanafial-Mishri, disusun oleh
Syaikh 'AU bin 'Umar al-Batnuni, karenasaking ringkasnya maka kemudian disempurnakan dengan mengutip dariThabaqah al-Sy a'rani, 31.
'Umdat al-Tahqiq fi Basyairi 'Ali al-Shiddiq karya SyaikhIbrahim al-'Abidi al-
Maliki, 32.
Manaqib al-Quthbi Syamsuddin al-Hifni al-Mishri karya SyaikhHasan Syammatul
Mishri al-Fawi (murid Syaikh Syamsuddin). 33.
Manaqib al-Quthbi Sayyidi al-Syaikh Muhammad al-Jasrial-Tharabulusi karya
putranya sendiri yaitu Al-'Allamah SyaikhHusain al-Maujud al-'An. 34.
Juga kitab saya sendiri Hujjatullah 'ala al-'Alamin yangsebagiannya saya kutip
dari Al-Thabaqah karya Al-Subki. Kitabtersebut dipinjam oleh seseorang dari Mesir untuk dicetak beberapatahun yang lalu, tetapi sampai sekarang belum juga kembali danbelum juga dicetak. Hanya Allah tempat memohon pertolongan. Karamah para wali dalam kitab ini saya kutip dari 40 kitab lebihyang disusun oleh para wali agung, ulama-ulama agung yang diakuieksistensinya di seluruh penjuru dunia. Saya juga terkadangmengutip dari beberapa kitab lain dengan menyebut nama penyusunnyasaja. Satu karamah terkadang dijelaskan dalam beberapa kitab. Dalamhal ini, saya cukup mengutip dari satu kitab saja. Misalnya, sayamengutip satu karamah dari kitab Al-Munawi, kemudian saya menemukankaramah tersebut juga ada dalam
kitab Al-Thabaqah karya Al-Zubaidiyang lebih dulu ditulis daripada kitab Al-Munawi. Kemudian sayamenemukannya lagi dalam kitab Al-Yafi'i yang lebih dahulu ditulisdaripada kitab karya Al-Zubaidi. Maka saya akan tetap menggunakankutipan saya yang pertama yakni dari kitab al-Munawi meskipun kitabyang saya kutip ditulis lebih belakangan. Menurut saya, karamah-karamah yang disebutkan dalam kitab initidak kurang dari sepuluh ribu, mungkin pemilik karamah ini adasekitar 1400-an wali, termasuk para sahabat Nabi dan orang-orangsetelannya hingga saat kitab ini disusun, yang notabene tokoh-tokohbesar tak terkecuali beberapa karamah orang-orang yang tidakdikenal yang dijelaskan dalam penutup. Saya tidak membacakitab-kitab berisi karamah dan cerita para wali yang ditulis denganmetode para muhadditsin seperti kitab Al-Zuhud karya Imam Ahmad,Hilyat al-Auliya' karya Abu Na'im, Shufuwwat al-Shufuwwah karyaIbnu Al-Jauzi, serta Karamat al-Auliya' karya Abu Muhammadal-Khilal, Ibnu Abi Dunya, dan Al-Lalakai. Kalaupun saya mengutipdari sebagian kitab tersebut, maka sesungguhnya saya mengutipdengan perantaraan orang yang mengutip darinya seperti Al-Munawidan yang lain. Perlu diketahui bahwa setiap karamah wali merupakan mukjizatbagi nabinya, seperti akan dijelaskan dalam pembahasan. Karamahpara wali dari umat Muhammad Saw. adalah mukjizat yang membuktikankebenaran dan kesahihan agama yang diemban Nabi. Inilah misi yangterkandung dalam penyusunan kitab ini, agar menjadi tambahan untukkitab saya Hujjatullah 'ala al-'Alamin fi Mukjizat Sayyidal-Mursalin Saw. Tujuan penyusunan kitab ini bukan semata-matauntuk mengutip cerita-cerita historis dan hikayat yang dituturkan,untuk menimbulkan kesan kekaguman dengan karamah yang dianugerahkanAllah pada hamba-hamba-Nya yang khawwas (elit spiritual), yaknipara sufi. Tujuan sebenarnya merujuk pada diri alim ulama danorang-orang pilihan itu sendiri. Barangsiapa meyakini para wali danmeminta barakah melalui cerita-cerita dan atsar mereka, sertapenyebaran karamah-karamah mereka, pada hakikatnya telah berusahamemperkuat keimanan kepada Allah dan kekuasaan-Nya yang mahadahsyat, juga memuliakan hamba-hamba-Nya yang saleh dan taat. Haltersebut bermanfaat
untuk mengokohkan kebenaran agama yang lurusdan mengakui kebenaran junjungan kita Nabi Muhammad Saw. sebagaipenghulu para rasul yang paling bermanfaat, tinggi, dan agung.Dengan demikian, meyakini para wali dan karamah-karamahnya disamping akan menimbulkan keimanan bagi orang yang tidak beriman,juga akan semakin memperkuat iman bagi orang yang sudah beriman.Inilah tujuan utama penulisan kitab ini. Segala puji hanya milikAllah, penguasa segenap pujian. Saya mengurutkan nama-nama wali pemilik karamah secaraalfabetis. Pada umumnya, setiap huruf diurutkan berdasarkan masahidup wali, sebagian lagi diprediksi jika saya tidak mengetahuitahun wafatnya. Karamah-karamah yang tidak diketahui namapemiliknya saya letakkan di bagian penutup, tetapi saya mengutipnyadari para periwayat dan penulis kitab yang tepercaya. Babpendahuluan merupakan bagian yang sangat penting, yang menjelaskanmaksud dan faedah karamah para wah, ketetapan karamah danjenis-jenisnya, serta tingkatan-tingkatan wali, sehingga kitab inimenjadi sebuah kitab yang ringkas. Saya menyertakan lebih dari 100 hadis yang berkaitan denganmukjizat Nabi Muhammad Saw., baik yang shahih maupun hasan (dalamterjemahan ini, 100 hadis tersebut diklasifikasikan dalam beberapatema). Saya tampilkan pula hadis-hadis tentang karamah 54 sahabatmenurut urutan abjad, juga karamah wali-wali yang bernama Muhammaduntuk mengagungkan nama yang mulia ini, seperti yang dilakukan olehpara sejarahwan, di antaranya Imam Nawawi dalam Tahdzib al-Asma' waal-Lughat. Beberapa wah yang tidak saya ketahui nama aslinya danterkenal dengan nama kunyah atau laaab (gelar), maka yang sayagunakan adalah nama tenarnya, diikuti penyebutan nama aslinya. Sebelum memulai pembahasan, saya akan mengutarakan beberapacatatan yang perlu diketahui oleh pembaca kitab ini: 1.
Nama-nama wali pemilik karamah dalam kitab ini diurutkan secaraalfabetis,
dengan pertimbangan nama semata tanpa memperhatikansifat-sifatnya. Bila ada beberapa nama yang sama, maka penentuanyang didahulukan atau diakhirkan
tergantung pada sejarahnya denganmempertimbangkan masa hidupnya. Untuk orangorang yang tidakdiketahui masanya, saya beri keterangan "ini perkiraan", mungkinkalau saya mau bersusah payah untuk melacak, saya akan menemukansejarah dan waktu wafat sebagian dari mereka. Namun kesibukanmenghalangi saya untuk melakukan kegiatan tersebut. Banyak pemilikkaramah yang dikenal dengan nama kunyah (julukan dengan menggunakankata Abu, Ummu, atau Ibnu), laqab (gelar kehormatan), atau nasab(keturunan) mereka tanpa saya ketahui nama asli mereka. Sayamenyebut mereka berdasarkan urutan huruf yang sesuai dengan sifatmereka yang paling dikenal, baik laqab maupun kunyahnya. Tidakmungkin nama kuniyah Abu al-Hasan, lalu saya sebut 'Ali, bila dalamreferensi tidak ada penjelasan nama 'Ali. Kuniyah menunjukkan bahwaitulah namanya. Ada juga wali yang mempu nyai dua nama kunyah danlaqab secara bersamaan, bila demikian, saya menjelaskan karamahberdasarkan huruf yang sesuai dengan nama itu, karena mengikutisifat yang lebih dikenal. 2.
Kadang-kadang saya meringkas penjelasan tentang karamah walidengan
mengemukakan substansi biografinya saja, adakalanya karenametode buku rujukan, tetapi adakalanya karena begitu banyaknyakaramah yang dimilikinya dan karena sudah terkenalnya sang wali.Jika demikian, maka saya berupaya meringkas dan tidak berpanjanglebar menuturkannya. Misalnya beberapa karamah Sayyid 'Abdul QadiralJailani, Sayyid Muhammad Hanafi, Sayyid Muhammad al-Hifni,Sayyid Muhammad al-Jasr al-Tarabulusi, dan lain sebagainya. Merekamemiliki banyak karamah yang diceritakan dan masyhur dalam beberapakitab yang disusun khusus tentang karamah. 3.
Jika ada wali pemilik karamah yang sudah diketahui tanggalwafatnya namun
tidak dituliskan, maka akan dikemukakan tanggalwafatnya setelah penjelasan tentang karamahnya. Penambahan tersebuttentu bukan suatu kesalahan. 4.
Semua orang menjelaskan biografi para wali dengan sumberpenyaksian
langsung. Saya mengumpulkan dan mengutip sebagiankaramah tersebut dari mereka. Saya menyaksikan dan meyakinikewalian dan karamah mereka karena kesaksian saya kepada parapenutur cerita itu. Mereka mengetahui hakikat dan rahasia-rahasiaAllah. Demi Allah, saya sendiri bukan orang yang memiliki kewaliansecara khusus dan bukan ahli kasyf, sehingga saya bisa mengetahuipara wali Allah dengan pengetahuan sejati.
Barang-siapa sepakatdengan prasangka baik saya, maka itulah yang saya kehendaki. Namun,jika tidak, maka semoga Allah mengampuni saya dan dirinya. MahaSuci Allah dari segala sesuatu. Dia mengetahui segala ciptaan,sementara kita meng-hukumi sesuatu secara lahiriah. Allah-lahpelindung kegaiban. « === sekian === ‹ `Ashim bin Tsabit dan Khabib r.a. upPenutup: Biografi Syekh Yusuf bin Ismail an Nabhani › •
Rupa-rupa
•
Printer-friendly version
•
Add new comment
•
919 reads
• •
2.1.1 Penetapan Karamah Wali •
Sun, 2010-04-18 16:05 — admin
•
Mukjizat nabi membuktikan kejujuran dan kebenaran agama
yangdiembannya. Allah berfirman:
•
"Ingatlah! Sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak merasatakut dan sedih.
Mereka adalah orang-orang yang beriman dan selalubertakwa. Bagi mereka berita gembira dalam kehidupan dunia dankehidupan akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat Allah.Yang demikian itu adalah kemenangan besar."(QSYunus[10]:62-64)
•
Allah juga berfirman,
•
"Goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohonitu akan
menjatuhkan buah kurma yang masak untukmu, kemudian makandan minumlah "(QS Maryam [19]: 25-26). "Setiap Zakaria masukke mihrab untuk menemui
Maryam, ia melihat makanan di sisinya.Zakaria bertanya, "Hai Maryam, dari mana kau memperoleh makananini?" Maryam menjawab, "Makanan itu dari sisi Allah." SesungguhnyaAllah akan memberi rezeki kepada siapa saja yang Dia kehendakitanpa perhitungan "(QS Ali 'Imran [3]: 37).
•
Firman Allah yang lain,
•
" Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang merekasembah
selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam guaitu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamudan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu. Dankamu akan melihat matahari ketika terbit miring ke arah kanan gua,dan ketika terbenam, miring ke arah kiri gua" (QS AlKahfi[18]: 16-17).
•
Banyak sekali penjelasan yang menafsirkan ayat ini, berkaitandengan
penetapan karamah para wali. Al-Fakhr al-Razi dalamAl-Tafsir al-Akbar mengemukakan bahwa para sufi menjadikan ayat inisebagai hujah atas kebenaran adanya karamah. Hal itu merupakanistidlal (pengambilan dalil) secara zahir, dan kami akanmenjelaskan masalah ini dengan jalan meneliti secara mendalamsebelum menceburkan diri dalam masalah dalil tentang kemungkinankaramah.
Home › Kisah-kisah Karamah Wali Allah › Bagian 1 Karamah Wali
2.1.2 Definisi Wali Sun, 2010-04-18 16:06 — admin
Siapakah wali itu? Ada dua penjelasan tentang makna wali. Pertama, kata al-wali merupakan bentuk superlatif dari subyek(fa'il), seperti kata al-'alim bermakna yang sangat alim dan kataal-qadir bermakna yang sangat berkuasa. Maka kata al-wali bermaknaorang yang sangat menjaga ketaatan kepada Allah tanpa tercederaioleh kemaksiatan atau memberi kesempatan pada dirinya untuk berbuatmaksiat.
Kedua, kata al-wali merupakan subjek bermakna objek, sepertikata al-qatil bermakna yang terbunuh dan al-jarih bermakna yangterluka. Maka kata al-wali bermakna orang yang dijaga dandilindungi oleh Allah Swt, dijaga terus-menerus dari berbagai macammaksiat dan selamanya mendapat pertolongan Allah untuk selaluberbuat taat. Perlu diketahui bahwa kata al-wali diambil dari firman AllahSwt,: "Allah adalah pelindung (wali) orang-orang yang beriman" (QSAl-Baqarah [2]:
•
257). •
"Dan dia melindungi (yatawalla) orang-orang yang saleh "(QSAl-A'raf [7]: 196).
•
"Engkaulah Penolong kami (maulana), maka tolonglah kami darikaum yang kafir
"(QS Al-Baqarah [2]: 286). •
"Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung(maula) orang-
orang beriman dan karena sesungguhnya orang-orangkafir itu tidak mempunyai pelindung" (QS Muhammad [47]: 11). •
"Dan firman-Nya, Sesungguhnya penolong kamu (waliyyukum) adalahAllah dan
Rasul-Nya" (QS Al-Maidah [5]: 55) Menurut saya, ditinjau dari segi etimologis, al-wali berartiyang dekat. Ketika seorang hamba dekat kepada Allah karena ketaatandan keikhlasannya, maka Allah akan senantiasa dekat kepadanya,dengan limpahan rahmat, keutamaan, dan kebaikan, hingga mencapaijenjang al-wilayah (kewalian).
2.1.3 Kejadian Luar Biasa Sun, 2010-04-18 16:07 — admin
Kejadian-kejadian di luar kebiasaan manusia ada tiga macam: Kejadian Luar Biasa Pertama, kejadian luarbiasa yang muncul diiringi dengan pengakuan. Pengakuan dalam halini ada empat macam: pengakuan ketuhanan, pengakuan kenabian,pengakuan kewalian, pengakuan sihir dan menaati setan. a. Pengakuan ketuhanan (iddi'aul ilahiyyah)
Mereka ini kemungkinan dapat memunculkan kejadian luar biasa ditangannya sendiri tanpa ada perlawanan, seperti cerita tentangFir'aun yang mengaku sebagai Tuhan dan memunculkan kejadian luarbiasa dengan tangannya. Demikian pula tentang kebenaran Dajjal.Menurut mazhab kami, hal itu mungkin saja terjadi karena bentuk dantimbulnya kejadian luar biasa itu justru semakin membuktikankebohongan dan kepalsuan dirinya. b. Pengakuan kenabian {iddi'aun nubuwwah) Orang yang mengaku nabi ada dua macam; orang yang jujur danpendusta. Kalau ia seorang yang jujur, sudah semestinya ia mampumemunculkan kejadian luar biasa dengan tangannya, hal ini bisaditerima karena untuk membuktikan kebenaran kenabiannya. Kalau iaseorang pendusta, maka ia tidak akan mungkin menunjukkan kejadianluar biasa. Artinya, kalaupun ia mampu menampakkannya, maka iaharus ditentang. c. Pengakuan kewalian (iddi'aul wilayah) Orang-orang yang mengakui adanya karamah wali berbeda pendapatdalam hal ini. Apakah boleh seseorang mengaku memiliki karamah?sehingga muncul persetujuan terhadap pengakuan kewaliannya atautidak. d. Pengakuan sihir dan menaati setan (iddiaus sihrwatha 'atusysyaithan) Menurut kami, orang-orang yang mengaku sebagai pelaku sihir dan pengikut setan mungkin bisa menampakkan hal-hal luarbiasa dengan tangannya, sedangkan menurut kelompok Mu'tazilahmereka tidak mungkin menampakkan hal-hal luar biasa. Kejadian Luar Biasa Kedua, kejadian-kejadianluar biasa yang ditunjukkan seseorang tanpa mengaku sesuatu, baikoleh orang saleh yang diridhai Allah maupun orang yang keji dansuka berbuat dosa. Kejadian luar biasa yang ditunjukkan olehorang-orang yang saleh disebut karamah wali, dan mazhab kamisepakat dengan kemungkinan terjadinya hal ini, sedangkan kaumMu'tazilah mengingkarinya, kecuali Abu Husain al-Bashri dan Mahmudal-Khawarizmi.
Kejadian Luar Biasa Ketiga, kejadian-kejadianluar biasa yang ditunjukkan oleh sebagian orang yang menolak taatkepada Allah yang disebut dengan istidraj.
2.1.4 Dalil Dalil Tentang Adanya Karamah Wali Sun, 2010-04-18 16:12 — admin
Ketetapan adanya karamah para wali dinyatakan oleh dalil-dalildari Al-Qur'an, khabar, atsar, dan dalil aqli (rasio). 1. Dalil Al-Qur'an Ada banyak ayat yang dijadikan pegangan mengenai hal ini:
Dalil 1 Kisah Maryam dalam QS Ali 'Imran [3]: 37 di atas, sebagaimana telahdijelaskan di muka maka tidak akan kami ulangi lagi disini. Dalil 2 Kisah ashabul kahfi yang tertidur selama 309 tahun, namun tetapselamat dari malapetaka. Allah melindungi mereka dari panasmatahari, seperti termaktub dalam firman Allah, Dan kamu mengiramereka itu terjaga, padahal sebenarnya mereka tidur (QS Al-Kahfi[18]: 18). Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong kearah kanan gua (QS Al-Kahfi [18]: 17). Sebagian orang menetapkan adanya karamah wali berdasarkan firmanAllah, Berkatalah seorang yang memiliki ilmu dari Al-Kitab, "Akuakan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip."Padahal orang yang memiliki ilmu dari Al-Kitab dalam ayat tersebutadalah Nabi Sulaiman a.s., maka tidak benar mengambil dalil denganayat ini. Al-Qadhi menanggapi masalah ini, "Di antara ashabul kahfi ataupada zaman mereka pasti ada seorang nabi, karena tidur mereka yangbegitu lama bertentangan dengan
kebiasaan manusia, sebagaimanaseluruh mukjizat yang ada." Menurut saya, tidurnya ashabul kahfiyang begitu lama mustahil merupakan mukjizat salah seorang nabi,karena tidur bukanlah kejadian yang luar biasa untuk disebutsebagai mukjizat. Banyak orang tidak mempercayai kejadian ini,karena mereka tidak mengetahui bahwa ashabul kahfi adalah orangyang jujur dalam pengakuannya kecuali bahwa mereka tinggal di dalamgua selama itu. Orang-orang mengetahui bahwa mereka yang datangpada masa itu telah tertidur selama 309 tahun. Keseluruhan syaratini tidak terpenuhi, jadi tidak mungkin mengklasifikasikan kejadiantersebut dalam kategori mukjizat salah satu nabi, cukuplah dianggapsebagai karamah dan ihsan para wali. 2. Khabar Nabi Saw. Khabar 1 Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, diriwayatkan dari AbuHurairah r.a. bahwa Nabi Saw. bersabda, "Hanya ada tiga bayi yang bisa bicara, yaitu Isa a.s., bayipada masa Juraij (seorang ahli ibadah), dan seorang bayi lainnya."Kisah Nabi Isa a.s. telah diketahui secara luas. Sementara Juraijadalah seorang ahli ibadah di kalangan Bani Israil yang memilikiseorang ibu. Pada suatu hari ketika Juraij sedang shalat, sang ibumengetuk pintu dan memanggilnya, "Juraij!" Juraij kebingungan,"Tuhan, manakah yang lebih baik, melanjutkan shalat atau menjawabpanggilan ibu?" Juraij memutuskan untuk tetap melanjutkanshalatnya. Sang ibu lalu memanggil untuk kedua kalinya, tetapiJuraij tetap melanjutkan shalatnya. Sampai panggilan ketiga, Juraijtetap kukuh melanjutkan shalatnya dan tidak menghiraukan panggilanibunya. Sang ibu marah, lalu berdoa, "Ya Allah, jangan biarkan diamati, sampai ia bertemu seorang pelacur." Di tempat Juraij tinggal,ada seorang pelacur yang berkata pada beberapa orang, "Aku akanmenggoda Juraij, sampai ia mau berzina denganku." Pelacur itumendatangi Juraij tetapi ia tidak mampu berbuat apa-apa. Suatumalam, seorang penggembala beristirahat di gubugnya. Ketika lelah,pelacur itu merayu penggembala,
dan terjadilah perzinaan antarakeduanya. Pelacur itu kemudian melahirkan seorang bayi dan mengaku,"Ini anak Juraij." Bani Israil lalu mendatangi Juraij,menghancurkan rumahnya dan mencaci-makinya. Kemudian Juraij shalatdan memanjatkan doa, hingga bergeraklah bayi itu. Abu Hurairah berkata, "Sepertinya aku melihat Nabi Saw.bercerita dengan mengacungkan tangan ketika beliau berkata, "Haibocah, siapa ayahmu?" Bayi itu menjawab, "Penggembala itu."Akhirnya Bani Israil menyesali perbuatan mereka terhadap Juraij danmengucapkan janji, "Kami akan membangun rumahmu dari emas atauperak." Akan tetapi Juraij menolak tawaran mereka dan membangunrumahnya seperti semula. Bayi lain yang bisa bicara adalah seorang bayi yang sedangmenyusu kepada ibunya. Lalu lewatlah seorang pemuda tampan berparaselok. Sang ibu berdoa, "Ya Allah, jadikan anakku seperti dia."Kemudian bayi itu menyahut, "Ya Allah, jangan jadikan aku sepertidia." Lewat lagi seorang perempuan yang diisukan sebagai pencuri,pezina, dan residivis. Sang ibu berdoa, "Ya Allah, jangan jadikananakku seperti dia." Bayi itu menimpali, "Ya Allah, jadikan akuseperti dia." Sang ibu bertanya-tanya tentang celoteh anaknya. Sibayi berkata, "Pemuda itu orang yang suka bertindaksewenang-wenang, aku tidak ingin jadi seperti dia. Sementaraperempuan yang diisukan sebagai pelacur itu bukanlah seorangpelacur, ia diisukan sebagai seorang pencuri, padahal ia bukanpencuri, dan ia hanya berkata, "Cukuplah Allah sebagaipelindungku." Khabar 2 Khabar tentang sebuah gua yang terkenal dalam kitab-kitab sahih.Al-Zuhri meriwayatkan dari Salim dari Ibnu 'Umar bahwa RasulullahSaw. bercerita, "Dulu, ada tiga orang sedang menempuh suatuperjalanan, kemudian mereka berlindung dan bermalam di dalam gua.Lalu sebuah batu besar menggelinding dari atas gunung dan menutupipintu gua. Mereka berkata, 'Demi Allah, kami tidak akan selamatdalam gua
ini, kecuali kami memohon kepada Allah dengan perbuatanbaik yang telah kami lakukan' Salah seorang di antara mereka berkata, 'Akumemiliki dua orang tua yang lanjut usia, sebelumnya aku tidakpernah membuatkan mereka minuman. Suatu hari, mereka tertidur dibawah sebatang pohon, aku tidak memindahkan mereka. Aku memerahsusu sebagai minuman sore hari untuk keduanya, aku membawakannyauntuk mereka, tetapi mereka tetap tidur. Aku tidak berniatmembangunkan mereka juga tidak mendahului meminumnya. Sambilberdiri dengan menenteng gelas di tangan, aku tunggui mereka hinggaterjaga sampai fajar merekah. Selanjutnya mereka bangun, danmeminumnya.Ya Allah, apabila aku lakukan semua" itu karena mencariridha-Mu, maka keluarkan kami dari hadangan batu besar ini/'Kemudian batu itu bergeser sedikit sehingga terbuka celah kecil,namun mereka belum bisa keluar dari gua. Orang kedua berkata, 'Aku memiliki sepupuperempuan yang sangat mencintaiku. Kemudian ia merayuku, tetapi akumenolak, hingga aku menyakiti dirinya selama beberapa tahun.Akhirnya ia menemuiku dan aku berikan harta yang banyak agar diamau meninggalkanku. Waktu itu ia berkata, 'Tidak mungkin kamu bisamelepaskan cincin ini, kecuali dengan cara yang benar.' Lalu akumeninggalkannya bersama hartanya. Ya Allah, apabila aku lakukan halitu karena mencari ridha-Mu, maka bebaskan kami dari pintu guaini.' Bergeserlah batu besar itu, tetapi mereka belum juga bisakeluar dari sana. Orang ketiga berkata, 'Ya Allah, aku telahmempekerjakan orang. Aku beri mereka upah, dan hanya ada satu orangyang belum kuberi karena ia meninggalkan pekerjaannya, kemudianpergi. Aku membungakan upahnya hingga menjadi kekayaan yangberlipat-lipat. Pada suatu saat, ia mendatangiku dan berkata, 'Hai'Abdullah, saya mau minta upah.' Aku menjawab, 'Seperti apa yangkamu lihat, semua upahmu berupa unta, kambing, dan budak.' Diaberkata, 'Hai'Abdullah, engkau mengolok-olok saya?' Aku menjawab,'Aku tidak mengolok-olokmu, ambillah semua upahmu dan gunakan untukmakan/ Ya Allah, apabila hamba melakukan semua itu karena mencariridha-Mu,
maka lepaskan kami dari padang pasir ini.' Akhirnyaterbukalah batu itu dari gua. Mereka keluar dan berjalanbersama-sama." (HR Bukhari dan Muslim dengan kualitas hasansahih) Khabar 3 Sabda Rasulullah Saw., "Ya Allah, aku sudah membuat kusut danmengotori kain lusuh dengan debu. Jika aku bersumpah dengan namaAllah, niscaya kain itu akan rapih dan bersih kembali." Tidak adasesuatu pun yang dapat menyangkal sumpah Nabi Muhammad Saw. atasnama Allah. Khabar 4 Sa'id bin Musayyab meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwaNabi Saw., "Suatu hari, ada seorang laki-laki yang sedangmenggiring seekor sapi dengan beban berat. Sapi itu menoleh ke arahlaki-laki itu dan berkata, 'Aku diciptakan bukan untuk ini, tetapiuntuk membajak.' Beberapa orang berseru, 'Maha suci Allah, seekorsapi bisa bicara.' Aku, Abu Bakar, dan 'Umar mempercayai kejadianitu." Khabar 5 Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Nabi Saw. bersabda, "Suatuhari seseorang mendengar petir, tanda musim hujan, yang akanmengairi kebun Fulan. Aku bergegas menuju kebun itu, pada waktuitu, ada seorang laki-laki berdiri di sana, dan aku bertanya,'Siapa namamu?' Dia menjawab, 'Fulan bin Fulan bin Fulan.' Akubertanya lagi, 'Apa yang kau kerjakan di kebun ketika panen tiba?'Dia balik bertanya, 'Kenapa kau tanyakan hal itu?' Jawabku, 'Karenaaku mendengar suara petir yang akan mengairi kebun Fulan.' Diaberkata, 'Jika benar apa yang kau katakan, maka aku akan membaginyamenjadi tiga, sepertiga untukku dan keluargaku, sepertiga untukorangorang miskin dan musafir, dan sepertiga lagi akan akunafkahkan.'" 3. Atsar Sahabat
Kita mulai dengan mengutip beberapa karamah yang muncul dariKhulafa'ur Rasyidin dan para sahabat Nabi Saw. lainnya. Di sinisaya mengutip sebagian karamah Khulafa'ur Rasyidin dari AlRazi, dan mengutip karamah para sahabat Nabi lainnya dari periwayatlain. Al-Razi berkata, "Beberapa kitab sufi membahas hal ini berupariwayat-riwayat yang tak terhitung jumlahnya. Siapa yang inginmempelajarinya, silakan mengkajinya." 4. Dalil Aqli (rasio) Di antara dalil aqli dan qat'i yang berkaitan dengan kemungkinanmunculnya karamah adalah: Dalil 1 Sesungguhnya hamba Allah adalah wali-Nya, sebagaimana dinyatakandalam firmanNya, •
"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak merasa takutdan sedih" (QS
Yunus [10]: 62). Allah juga wali hamba-Nya, seperti dinyatakan dalamfirman-Nya, •
"Allah itu pelindung (wali) orang-orang beriman" (QSAl-Baqarah [2]: 257).
•
"Dia terus-menerus melindungi orang-orang yang saleh"(QS al-A'raf [7]: 196).
•
"Sesungguhnya penolong kalian (waliyyukum) adalah Allah danRasul-Nya" (QS
Al-Maidah [5]: 55). •
"Engkaulah Penolong kami (maulana)" (QS Al-Baqarah[2]: 286).
•
"Demikianlah, sesungguhnya Allah menjadi pelindung (maula)orang-orang
beriman" (QS Muhammad [47]: 11). Jadi, jelaslah bahwa Allah adalah wali hambaNya dan hamba adalahwali Allah. Begitu juga Allah adalah kekasih hamba, sebaliknyahamba adalah kekasih Allah, sebagaimana dinyatakan dalamfirman-Nya,
•
"Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya" (QSAl-Maidah [5]: 54).
•
"Orang-orang yang beriman sangat mencintai Allah" (QSAl-Baqarah [2]: 165).
•
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat danorang-orang
yang menyucikan diri "(QS al-Baqarah [2]: 222). Jadi, bisa dikatakan bahwa jika seorang hamba telah mencapaiketaatan, maka ia akan terdorong untuk melaksanakan segala yangdiperintahkan Allah dan semua hal yang diridhai-Nya, dan akanmeninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dicegah olehNya.Bagaimana mungkin ia tidak melaksanakan perbuatan yang dikehendakiTuhan Yang Maha Penyayang lagi Maha Mulia sekali saja, padahalhanya Tuhanlah yang utama baginya, karena hamba sesungguhnya tidakberdaya dan lemah ketika mengerjakan semua hal yang dikehendaki dandititahkan Allah, sedangkan Tuhan Yang Maha Penyayang melakukanhal-hal utama yang dikehendaki hamba-Nya dalam sekali hitungansaja. Hal ini berdasarkan pada firman Allah, •
"Penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Kukepadamu." (QS Al-
Baqarah [2]: 40) Dalil 2 Jika ketidakmunculan karamah membuat manusia menuduh Allah tidakahli melakukan perbuatan seperti itu, maka itu termasuk mencelakekuasaan Allah dan dihukumi kufur. Atau jika ketidakmunculankaramah membuat manusia menuduh seorang mukmin tidak patutdikaruniai karamah oleh Allah, alasan ini tidak sah, karenamengetahui zat, sifat, perbuatan, hukum-hukum dan nama-nama Allah,cinta dan ketaatan kepada-Nya, serta terus-menerus menyucikan,mengagungkan, dan menyambut gembira nama-Nya dan membacakan tahliluntuk-Nya itu jauh lebih mulia daripada hanya memberikan sepotongkue untuk menundukkan ular atau harimau. Ketika Allah menganugerahiseorang mukmin ma'rifat, mahabbah, zikir, dan syukur tanpapermohonan, hal itu lebih utama daripada hanya memberi sepotong kuesebagai hidangan.
Dalil 3 Nabi Muhammad Saw. bersabda bahwa Allah berfirman, "Tidak ada yang lebih mendekatkan seorang hamba kepada-Kuyang sebanding dengan menunaikan semua kewajiban yang Kuperintahkandan senantiasa mendekati-Ku dengan perbuatan-perbuatan sunnahhingga Aku mencintainya. Dan jika Aku telah mencintainya, maka akumenjadi pendengaran, penglihatan, lidah, hati, tangan, dan kakinya.Ia mendengar melalui Aku, ia melihat melalui Aku, ia berbicaramelalui Aku, dan berjalan melalui Aku.' Khabar ini menunjukkan tidak adanya ruang dalam pendengaranmereka untuk selain Allah, tidak juga dalam penglihatan dankeseluruhan anggota tubuhnya. Sebab kalau masih ada ruang untukselain Allah, tentunya Allah tidak akan berkata, "Aku mendengar danmelihat-Nya." Maka tidak ada keraguan lagi bahwa inilah maqam yanglebih mulia daripada kemampuan menundukkan ular dan binatang buas,atau memberi sepotong roti, setangkai anggur dan segelas air kepadaseseorang yang kelaparan dan kehausan di padang tandus. KetikaAllah dengan rahmat-Nya mengantarkan hamba-Nya sampai derajat yangtinggi, maka apa susahnya memberi sepotong roti atau air minum dipadang tandus kepada seseorang? Dalil 4 Nabi Muhammad Saw. menceritakan bahwa Allah berfirman,"Barangsiapa menyakiti wali-Ku, maka ia benar-benar menyatakanpeperangan dengan-Ku." Menyakiti wali sama dengan menyakitiAllah, hal ini sesuai dengan firman-Nya: •
"Orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad),sesungguhnya
mereka berjanji setia kepada Allah" (QS Al-Fath[48]: 10). •
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidakpula bagi perempuan
yang mukmin (untuk memilih ketetapan lain),apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan"(QS Al-Ahzab [33]: 36).
•
"Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah danRasul-Nya akan dilaknat
oleh Allah di dunia dan akhirat" (QSAl-Ahzab [33]: 57). Berjanji setia (bai'at) kepada Nabi Muhammad Saw. berartiberjanji setia kepada Allah, ridha kepada Nabi Muhammad Saw.berarti ridha kepada Allah, menyakiti Nabi Muhammad Saw. berartimenyakiti Allah. Tidak diragukan lagi, derajat Muhammad adalahderajat tertinggi. Inilah arti dari firman Allah dalam sebuah hadisqudsi, "Barangsiapa menyakiti wali-Ku, maka ia telah menyatakanpeperangan dengan-Ku." Hadis qudsi ini menunjukkan ketetapanAllah bahwa menyakiti wali sama dengan menyakiti-Nya. Hal ini diperkuat dengan khabar masyhur yang menyatakan bahwapada hari kiamat nanti Allah Swt. berfirman, "Aku sakit, tetapi kau tidak menjengukku. Aku meminta minumtetapi kau tidak memberiku mimun. Aku meminta makan kepadamu tapikau tidak memberiku makan." Orang-orang bertanya, "Ya Tuhan,bagaimana kami melakukan hal ini, sementara Engkau adalah TuhanPenguasa alam?" Allah menjawab, "Sesungguhnya hamba-Ku si Fulansedang sakit, tetapi kamu tidak menjenguknya. Apakah kamu tidaktahu kalau saja kamu menjenguknya, maka kamu akan menemukan Aku disisinya." Demikian juga ketika kita memberi minum dam makan wali-Nyaberarti kita juga memberi minum dan makan Allah. Seluruh khabar diatas membuktikan bahwa para wali Allah telah mencapai derajatini. Dalil 5 Kita melihat bahwa dalam kebiasaan, seseorang yang diangkatsebagai pelayan khusus oleh seorang raja dan diizinkan masuk keruang untuk bersenang-senang, maka ia juga diberi kekhususan untukmelakukan apa yang tidak bisa dilakukan orang lain. Bahkan akalsehat juga menyaksikan bahwa kedekatan dengan seorang raja akanmenimbulkan naiknya pangkat (kedudukan). Kedekatan adalah asal ataupokok, sementara
kedudukan adalah pengiring. Sedangkan Raja PalingAgung adalah Tuhan Penguasa alam. Jika Allah memuliakan seoranghamba dengan mengantarkannya ke pintu pengabdian dan derajatkaramah, menganugerahinya rahasia ma'rifat dan kemampuan menyingkaphijab antara Allah dan dirinya, serta mendudukkannya dalamkedekatan, maka tidak ada kesulitan baginya untuk menampakkansebagian karamah di dunia ini. Dalil 6 Tidak diragukan lagi bahwa yang menguasai perbuatan adalah ruh,bukan badan. Begitu juga penguasaan Allah atas ruh sama denganpenguasaan ruh atas badan, berdasarkan penafsiran kami atas firmanAllah, "Dia menurunkan malaikat dengan (membawa) ruh (wahyu) berupaperintah-Nya" (QS Al-Nahl [16]: 2). Rasulullah Saw. bersabda, "Akubermalam di sisi Tuhanku yang memberiku makan dan minum." Darihadis ini, kita tahu bahwa semakin banyak pengetahuan seseorangtentang alam gaib, maka semakin kuat hatinya dan semakin sedikitkelemahannya. Karena itu, 'Ali bin Abi Thalib berkata, "Demi Allah,gerbang Khaibar itu tidak aku dobrak dengan kekuatan jasadiah,tetapi gerbang itu terlepas dengan kekuatan rabbaniyyah." Haltersebut karena pada waktu perang Khaibar, 'Ali memutuspandangannya dengan alam jasad, dan malaikat memancarkan cahayaalam keagungan, sehingga ruh 'Ali menjadi kuat dan menyerupaisubtansi ruh malaikat serta memancarkan kilauan cahaya alamkesucian dan keagungan. Maka 'Ali memiliki kemampuan sepertimalaikat yang tidak dimiliki oleh orang lain. Demikian pula hambalain yang terus-menerus taat, ia akan tiba pada maqam yangdifirmankan Allah dalam sebuah hadis qudsi, "Aku menjadipendengaran dan penglihatannya." Ketika cahaya keagungan Allahmenjadi pendengarannya, maka ia mampu mendengar suara yang dekatmaupun yang jauh. Ketika cahaya Allah menjadi tangannya, maka iamemiliki kemampuan untuk menyelesaikan persoalan yang sulit maupunmudah, jauh maupun dekat. Dalil 7
Menurut hukum akal, subtansi ruh bukanlah raga yang fana, rusak,dapat dipisah-pisah, dan dipotong-potong. Namun ruh adalahsubstansi malaikat, penghuni langit, sesuatu yang kudus dan suci.Hanya saja ketika ruh terikat dengan tubuh dan terbelenggu dengankehendaknya, maka ia akan melupakan negeri asal dan tempattinggalnya yang lama, dan secara keseluruhan ia serupa dengan tubuhyang rusak, kekuatannya melemah, kekokohannya lenyap hingga iatidak kuasa melakukan apa-apa. Ketika ruh senang dengan ma'rifatdan mahabbah kepada Allah, serta jarang mengikuti kehendak tubuh,maka ruh-ruh penghuni langit dan 'arsy akan memancarkan kilauancahaya mereka atasnya dan menyelubunginya, kemudian ia akan diberikekuatan hingga mampu menguasai alam materi, seperti ruh-ruhpenghuni langit, dan inilah yang disebut karamah. Menurut mazhab kami, ruh manusia berbeda dengan benda-bendacair. Ruh manusia mengandung kekuatan dan kelemahan, cahaya dankegelapan, kehormatan dan kehinaan, demikian juga ruh-ruh falakiyah(wilayah langit). Tidakkah kau lihat Jibril, ketika Allahmenyifatinya dalam Al-Qur'an, "Sesungguhnya Al-Qur'an itubenar-benar firman Allah yang dibawa oleh utusan yang mulia(Jibril), yang mempunyai kekuatan dan kedudukan tinggi di sisiAllah Pemilik 'Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagidipercaya" (QS Al-Takwir [81]: 19-21). Allah berfirman tentangsekelompok malaikat lainnya, dan berapa banyak malaikat di langityang syafa'atnya tidak berguna kecuali setelah Allah memberikanizin kepada yang dikehendaki dan diridhai-Nya. Demikianlah, ketika jiwa berpadu dengan kekuatan yang suci danmendasar, cahaya substansi, keluhuran tabiat, ditambah denganberbagai macam riyadhah (olah spiritual) yang membersihkan debudunia wujud dan kerusakan dari wajahnya, maka jiwanya akanbercahaya, berkilauan, dan mampu menguasai alam nyata dan fanadengan bantuan cahaya ma'rifat yang mulia dan kekuatan cahaya SangMaha Perkasa lagi Maha Mulia. Penjelasan yang mulia ini mengandungrahasia-rahasia terselubung dan fenomena-fenomena yang mendalam,karenanya kita memohon pertolongan Allah agar dapat memahaminya.Barangsiapa tidak bisa mencapainya, berarti ia tidakmeyakininya.
Para penyangkal adanya karamah memiliki beberapa argumen: 1.
Para penyangkal karamah berlaku tidak adil dan menyesatkankarena
berpendapat bahwa munculnya peristiwa luar biasa merupakanbukti kenabian, kalau muncul di tangan selain nabi, maka bukti inimenjadi batal. Adanya bukti tetapi tidak ada yang dibuktikan akanmenodai eksistensi bukti tersebut dengan demikian bukti tersebutmenjadi batal. 2.
Mereka berpegang pada sabda Rasulullah dalam sebuah hadis qudsiyang
menceritakan tentang Allah, "Orang-orang yang mendekatkepada-Ku itu tidak akan pernah dekat kepada-Ku, hingga merekamenunaikan hal-hal yang Ku-wajibkan atas mereka." Mereka mengatakanhadis ini adalah bukti bahwa mendekat kepada Allah dengan caramenjalankan semua perintah-perintah-Nya yang wajib lebih agungdaripada mendekat kepada-Nya dengan menjalankan perbuatan sunnah.Jika orang yang mendekat kepada-Nya karena menjalankan perbuatanwajib saja tidak memperoleh karamah apa pun, maka apalagi orangyang mendekat kepada Allah dengan menjalankan perbuatan sunnahtidak patut memperoleh karamah. 3.
Mereka berpegang pada firman Allah, "Dan dia memikulbeban-bebanmu ke
suatu negeri yang tidak sanggup kamu capai kecualidengan kesukaran-kesukaran yang memayahkan diri"(QS Al-Nahl [16]:7). Pendapat mereka yang menyatakan bahwa wali itu pindah dari satunegeri ke negeri yang jauh tidak sesuai bahkan bertentangan denganayat ini. Demikian juga. Nabi Muhammad Saw. tidak akan bisaberjalan dari Mekah ke Madinah kecuali dalam tempo yang lama dengandisertai kepayahankepayahan. Bagaimana mungkin dapat dipahamibahwa seorang wali meninggalkan negerinya untuk beribadah hajidalam waktu satu hari saja? 4.
Mereka bertanya apakah wali yang memperlihatkan karamah
karenamengharapkan uang dari manusia bisa dituntut untuk menunjukkanbukti kewaliannya atau tidak? Kalau kita menuntutnya untukmenunjukkan bukti, maka itu siasia belaka, karena tampaknyakaramah menunjukkan bahwa ia tidak berdusta. Sudah ada dalilmeyakinkan mengapa harus mencari dalil perkiraan, tetapi kalau kitatidak menuntutnya untuk menunjukkan bukti, berarti kita telahmengabaikan Sabda Nabi SAW.
yang berbunyi, "Bukti itu ada padaorang yang menyatakannya." Ini menunjukkan bahwa pendapat yangmengatakan adanya karamah itu batil. 5.
Apabila karamah bisa muncul pada sebagian wali, maka ia jugabisa terjadi pada
orang lain. Jika karamah sudah begitu banyaksampai menjadi hal yang tak luar biasa lagi, maka akan sama denganadat. Apabila kemunculan karamah begitu sering, maka karamah itumenjadi biasa saja, dan hal inilah yang akan menodai mukjizat dankaramah. Jawaban atas argumen yang pertama: Umat muslim berbeda pendapat tentang apakah seorang wali bolehmenyatakan kewaliannya?
Kelompok Al-Muhaqqiqun (orang-orang yang menyatakan kebenaran)tidak membolehkannya. Berdasarkan pendapat ini, kita bisamembedakan antara mukjizat dan karamah. Mukjizat muncul setelahpengakuan kenabian, sementara karamah tidak muncul setelahpengakuan kewalian. Karena perbedaan inilah, para nabi diutuskepada makhluk untuk menyeru dari kekufuran kepada keimanan, darimaksiat kepada ketaatan. Kalau pengakuan kenabian tidak dinyatakan,maka kaum mereka tidak akan beriman, dengan kata lain tetap kufur.Jika para nabi menyatakan kenabian dan menampakkan mukjizat mereka,maka kaum yang diserunya akan mempercayai mereka. Langkah-langkahNabi Muhammad Saw. menyatakan kenabiannya bukan bertujuan untukmengagungkan diri, tetapi untuk menunjukkan kasih sayangnya kepadamakhluk, agar mereka hijrah (beralih) dari kufur menuju iman.Adapun pernyataan kewalian seseorang tidak menyebabkan orang yangtidak mengakui kewalian-nya menjadi kafir atau menyebabkan orangyang mengakui kewalian-nya menjadi beriman. Jadi, pengakuankewalian dinyatakan karena nafsu, oleh karenanya Nabi wajibmenyatakan secara jelas pengakuan kenabiannya, sedangkan wali tidakdiperkenankan menyatakan pengakuan kewaliannya, sehingga tampaklahperbedaan antara keduanya.
Sementara orang yang berpendapat bahwa seorang wali bolehmenyatakan pengakuan kewaliannya, menyebutkan perbedaan mukjizatdan karamah ditinjau dari beberapa segi: 1) Kemampuan melakukan hal-hal luar biasa menunjukkan pelakunyabebas dari maksiat. Adapun peristiwa luar biasa yang diiringidengan pengakuan kenabian menunjukkan pengakuan kenabiannya itubenar, sedangkan peristiwa luar biasa yang diiringi denganpengakuan kewalian menunjukkan pengakuan kewaliannya itu benar.Dengan demikian, jelas bahwa mengakui adanya karamah para walitidak berarti menyangkal mukjizat para nabi. 2) Nabi Saw. menunjukkan mukjizatnya dan meyakinkan dirinya,sedangkan wali ketika menunjukkan karamahnya tidak untuk meyakinkandirinya. Karena mukjizat wajib ditampakkan, sementara karamahtidak. 3) Melawan orang-orang yang menyangkal mukjizat itu wajib,sedangkan para penyangkal karamah tidak wajib dilawan. 4) Seorang wali tidak boleh memperlihatkan karamahnya ketika iamenyatakan pengakuan kewaliannya, kecuali jika untuk memper kuatdakwah agama Nabi Saw. Bila hal ini terjadi, maka karamah itumenjadi mukjizat bagi Nabi dan mengukuhkan risalahnya. Dengandemikian, tindakan memperlihatkan karamah tidak berarti menyangkalkenabian seorang nabi, tetapi justru menjadi penguatkenabiannya. Jawaban atas argumen yang kedua: Taqarrub(mendekatkan diri kepada Allah) dengan melakukan amalan-amalanwajib tentu lebih sempurna daripada taqarrub dengan amalan-amalansunnah. Seorang wali hanya akan menjadi wali ketika ia menunaikanibadah fardhu dan sunnah. Tidak diragukan lagi, kondisi ini lebihbaik daripada orang yang membatasi diri pada hal-hal yang fardhusemata. Jadi, jelaslah perbedaannya. Jawaban atas argumen yang ketiga: Firman Allahdalam QS Al-Nahl [16]: 7 yang berbunyi, "Dan ia memikulbeban-bebanmu ke suatu negeri yang tidak sanggup kamu capai kecualidengan kesukaran kesukaran yang memayahkan diri",
mencakupkebiasaan-kebiasaan umum. Sedangkan karamah para wali adalahfenomena yang langka, pengecualian dari kebiasaan-kebiasaanumum. Jawaban atas argumen yang keempat: Berpegangpada Sabda Nabi Saw. yang menyatakan, "Bukti itu ada pada orangyang mengaku." Jawaban atas argumen yang kelima: Orang-orangyang taat itu sedikit jumlahnya, sebagaimana dinyatakan dalamfirman Allah, "Dan sedikit sekali hamba-hamba-Ku yangbersyukur/taat"(QS Saba' [34]: 13). Dan seperti yang dikatakaniblis dalam firmanNya, "Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakanmereka bersyukur/taat" (QS AlA'raf [7]: 17). Jadi, ketika orangyang memperlihatkan karamah sangat sedikit, maka itu berartiberbeda dengan kebiasaan.
2.1.5 Apakah Seorang Wali Dapat Mengetahui Kewalian Dirinya Sun, 2010-04-18 16:13 — admin
Ustad Abu Bakar bin Faurak mengatakan bahwa seorang wali tidakmungkin mengetahui bahwa dirinya adalah seorang wali. SementaraUstad Abu 'Ali al-Daqaq dan Abu Qasim al-Qusyairi (muridnya)mengatakan bahwa hal itu mungkin. Alasan kedua pendapat yangberseberangan ini cukup banyak. Alasan pertama: Kalau seseorang mengetahuibahwa dirinya adalah wali, maka ia akan merasa aman, sebagaimanadinyatakan dalam firman Allah, Ingatlah, sesungguhnya wali-waliAllah itu tidak merasa takut dan tidak bersedih hati (QS Yunus[10]: 62). Akan tetapi meraih keyakinan rasa aman itu tidakdiperbolehkan, karena beberapa alasan: 1) Allah berfirman, Tiada yang merasa aman dari azab Allahkecuali orang-orang yang merugi (QS Al-A'raf [7]: 99). Putus asajuga tidak diperbolehkan, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya,Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, kecuali kaumyang kafir (QS Yusuf [12]: 87). Tidak ada orang yang berputus asadari
rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat (QS Al-Hijr[15]: 56). Artinya, rasa aman hanya akan dirasakan oleh orang yangkeyakinannya lemah, keputusasaan hanya akan dirasakan oleh orangyang keyakinannya sedikit. Keyakinan yang lemah dan sedikit kepadahak-hak Allah adalah perbuatan kufur, maka orang yang merasa amandari siksa Allah dan putus asa dari rahmat Allah adalah orang yangkafir. 2) Ketaatan sebesar apa pun tetap lebih besar rasa terpaksa, jikarasa terpaksa ini mendominasi jiwa seseorang, maka tidak akandiperoleh rasa aman. 3) Rasa aman akan menyebabkan hilangnya penghambaan kepada Allah.Hilangnya sikap pengabdian dan penghambaan kepada Allah akanmenimbulkan rasa permusuhan, sedangkan rasa aman menyebabkanhilangnya rasa takut. 4) Allah menyifati orang-orang yang ikhlas dengan firman-Nya, Danmereka berdoa kepada Kami dengan rasa berharap dan takut. Danmereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami (QS Al-Anbiya'[21]: 90). Sebagian orang menafsirkan bahwa berdoa dengan rasaberharap di sini adalah berdoa memohon pahala kepada Allah,sementara berdoa dengan rasa takut adalah takut terhadap siksaAllah. Pendapat lain mengatakan bahwa ayat di atas bermakna berdoadengan mengharap karunia Allah dan berdoa dengan rasa takutterhadap siksa-Nya. Ada juga yang berpendapat bahwa ayat di atasmenganjurkan berdoa dengan mengharap dapat berjumpa dengan Allah,dan berdoa dengan rasa takut berpisah dari Allah. Adapun pendapatyang paling tepat adalah berdoa dengan mengharap kepada Allah danrasa takut terhadap-Nya. Alasan kedua: Seorang wali tidak mengetahuibahwa dirinya wali, sebab ia menjadi wali karena Allahmencintainya, bukan karena ia mencintai Allah, demikian jugasebaliknya seseorang menjadi musuh Allah karena Allah memusuhinyabukan karena ia memusuhi Allah. Mencintai dan memusuhi Allah adalahdua rahasia yang tidak tampak pada diri seseorang. Ketaatan dankemaksiatan hamba tidak mempengaruhi seseorang untuk mencintai ataumemusuhi Allah, karena ketaatan adalah sesuatu yang baru munculkemudian, sedangkan sifat Allah itu kekal dan tidak terbatas.Sesuatu yang baru dan terbatas tidak dapat mengalahkan yang kekaldan tak terbatas. Berdasarkan hal ini, terkadang seorang hambabermaksiat kepada Allah saat ini, padahal sebelumnya
iamencintai-Nya, terkadang juga seorang hamba taat kepada-Nya saatini padahal dulunya ia bermaksiat terhadap-Nya. Pada prinsipnya,mencintai dan memusuhi Allah adalah sifat, sedangkan sifat Allahtidak bisa dijelaskan alasannya. Barangsiapa mencintai Allah tanpaalasan, maka ia tidak akan menjadi musuh-Nya karena melakukanmaksiat. Barangsiapa memusuhi Allah tanpa alasan, maka ia tidakakan menjadi pencinta Allah karena melakukan ketaatan. Karenamencintai dan memusuhi Allah merupakan dua rahasia yang tidak bisadilihat, maka Nabi Isa a.s. berkata. Engkau mengetahui apa yang adadalam diriku, sementara aku tidak mengetahui apa yang ada dalamdiri-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang gaib. (QSAl-Maidah [5]: 116) Alasan ketiga: Seorang wali tidak mungkinmengetahui bahwa dirinya wali karena hukum yang menentukan bahwaseseorang termasuk wali, orang yang berpahala, dan penghuni surgatergantung pada akhir kehidupan, dalilnya adalah firman Allah yangmenyatakan, Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya pahalasepuluh kali lipat amalnya, dan barangsiapa membawa amal yang burukmaka dia ia hanya diberi balasan yang sepadan dengan amal buruknya(QS Al-Maidah [6]: 160). Firman Allah tersebut bukan berbunyi,Barangsiapa mengerjakan kebaikan, maka baginya pahala sepuluh kalilipat sepadan dengan perbuatannya itu. Hal ini menunjukkan bahwapenerimaan pahala dari Allah tergantung pada akhir pelaksanaan,bukan pada awal perbuatan. Yang memperkuat pendapat ini adalahdalil yang menyatakan bahwa apabila seseorang menghabiskan seluruhusianya dalam kekufuran, lalu di akhir hayatnya ia masuk Islam,maka ia termasuk golongan orang yang mendapatkan pahala, begitupula sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa yang penting adalahakhirnya bukan awal perbuatannya. Karena itu, Allah berfirman,Katakanlah kepada orang-orang kafir itu, "Jika mereka berhenti darikekufuran, niscaya Alah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang telahlalu" (QS Al-Anfal [8]: 38). Jadi, ketetapan bahwa seseorangtermasuk wali atau musuh Allah, orang yang mendapat pahala ataumendapat siksa terletak di akhir hidupnya. Dan telah jelas bahwaakhir kehidupan tidak diketahui oleh seorang pun. Dengan demikiandapat disimpulkan bahwa seorang wali tidak bisa
mengetahui bahwadirinya wali. Adapun mereka yang menyatakan bahwa seorang wali terkadang bisamengetahui kedudukannya sebagai wali, berpegang pada kesahihanpendapat mereka yang menyatakan bahwa kewalian terdiri daribeberapa unsur: 1.
Secara lahiriah, ia tunduk dan patuh kepada syariat.
2.
Secara batiniah, ia tenggelam dalam cahaya hakikat.
Apabila seseorang telah mencapai dua unsur ini dan orang-orangmengetahui manifestasi dari dua unsur di atas, maka eksistensikewaliannya bisa diketahui. Kepatuhan kepada syariat secara lahirterlihat dari tindakan lahir, sementara tenggelamnya batin dalamcahaya hakikat berupa kesenangan menaati Allah dan mengingat-Nya,tiada sesuatu pun dalam dirinya selain Allah. Banyak kesalahan yang samar dalam pembahasan tentang apakah walimengetahui kedudukannya sebagai wali atau tidak, penetapannyasulit, pengalamannya membahayakan, kepastiannya adalah tipuan, dandi depan jalan menuju alam ketuhanan ada tabir-tabir yang terkadangberupa api dan terkadang berupa cahaya. Hanya Allah Yang MahaMengetahui hakikat dari rahasia-rahasia. Sayyid 'Abdul Ghani al-Nabulusi dalam Syarh al-Thariqahal-Muhammadiyyah mengutip penuturan Imam Barkawi yang menyatakanbahwa karamah wali itu benar-benar ada. Karamah adalah munculnyahal-hal luar biasa yang tidak dibarengi niat untuk menampakkannya,yang muncul di tangan seorang hamba untuk menampakkan kemaslahatan,dipakai untuk menetapkan ittiba'nya (ketaatannya) kepada Nabi Saw.,didukung oleh keyakinan yang benar dan amal saleh. Adapun kejadianluar biasa yang tidak dibarengi niat untuk memperlihatkannyaseperti halnya mukjizat, yang muncul di tangan orang yang secaralahiriah dinilai baik, disebut sebagai ma'unah. Ma'unah adalahkejadian luar biasa di tangan orang-orang muslim awam untukmelepaskan diri dari berbagai cobaan dan hal-hal yang tidakdisukai, disertai keyakinan yang benar dan amal saleh, dijauhkandari istidraj, dan dengan mengikuti
Nabi Saw. Nabi memperlihatkankejadian luar biasa untuk mengokohkan kebohongan para pendusta,seperti meludahnya Musailamah ke dalam sumur air tawar agar airnyaterasa manis, tetapi yang terjadi justru airnya asin dan pahit. Al-Laqani menyatakan bahwa karamah diperuntukkan bagi para wali,baik yang masih hidup maupun yang telah wafat. Karena kewalianseorang wali tidak terlepas meskipun ia wafat. Seperti Nabi yangtidak lepas dari status kenabiannya. Wali adalah orang yang 'arif,mengetahui Allah dan sifat-sifat-Nya, senantiasa taat, menjauhimaksiat, dan bersungguh-sungguh menahan diri dari kenikmatan danhawa nafsu. Al-Sa'di mengungkapkan dalam kitab Syarh al-'Aqaidbahwa dengan mengekang hawa nafsu, keinginan untuk bersenang-senangdan mengumbar hawa nafsu akan hilang, hanya saja seorang wali tidakdiboleh mencegah diri dari melakukan hal-hal yang dimudahkan dandihalalkan baginya. Karamah para wali adalah kebenaran yang ditegaskan dalam nashAl-Qur'an, di antaranya dalam kisah Maryam, Setiap Zakaria masuk kemihrab untuk menemui Maryam, ia mendapati makanan di sisi Maryam.Zakaria bertanya, "Hai Maryam, dari mana engkau memperoleh semuamakanan ini?" Maryam menjawab, "Makanan itu dari Allah" (QS Ali'Imran [3]: 37). Maryam berada dalam asuhan Zakaria a.s., dan takseorang pun pernah masuk ke dalam mihrab Maryam, selain Zakaria.Bila Zakaria keluar dari sana, tertutuplah tujuh pintu mihrabtersebut. Setiap Zakaria masuk ke mihrab Maryam, ia menemukanbuah-buahan musim dingin pada musim panas, dan menemukanbuah-buahan musim panas ketika cuaca dingin. Zakaria merasa herandan menanyai Maryam. Maryam menjawab bahwa semua itu adalah rezekidari Allah, Dialah Pemberi rezeki kepada siapa saja yangdikehendaki-Nya dari jalan yang tidak disangkasangka. Kisah lain dalam Al-Qur'an yang menegaskan adanya karamah adalahkisah tentang ashabul kahfi yang tinggal dalam gua selamabertahun-tahun tanpa makan dan minum dan kisah tentang Asif binBarkhiya yang mampu menghadirkan singgasana Ratu Bilqis sebelumNabi Sulaiman mengedipkan matanya. Karamah para sahabat, tabi'in(generasi
setelah sahabat), dan orang-orang saleh sesudahnyadiriwayatkan secara mutawatir dalam hal makna atau inti ceritanyawalaupun perinciannya disampaikan secara ahad. Dalam kitabnya, Syarh Maqasid al-Maqasid, Al-Dulji berkata,"Orang-orang yang mengingkari karamah bukan termasuk ahli bid'ah.Anehnya, meskipun mereka belum pernah meyaksikan langsung karamahpara wali dan belum pernah mendengarnya secara langsung dari parapemimpin mereka padahal mereka bersungguh-sungguh dalam beribadahdan menjauhi kemaksiatan, tetapi mereka mencaci maki wali-waliAllah sebagai pemilik karamah dan menyakiti hati mereka, karenamereka tidak mengerti bahwa karamah didasarkan pada akidah yangjernih, jiwa yang bersih, jalan dan hakikat pilihan. Bahkan sangatmengherankan pendapat sebagian ahli fikih pengikut Sunnah yangdiriwayatkan Ibrahim bin Adham r.a. di Basrah dan Mekah pada haritarwiyyah (lempar jumrah), yang menyatakan bahwa orang yangmeyakini hal-hal tersebut adalah kafir. Pendapat yang moderatdiungkapkan oleh Al-Nasafi ketika ia ditanya tentang suatu beritayang menyatakan bahwa Ka'bah selalu dikunjungi oleh salah seorangwali, betulkah kabar itu? Ia menjawab, 'Itu melanggar kebiasaanpara wali yang menempuh jalan karamah, tetapi mungkin saja bagiorang yang mengikuti Sunnah Nabi Saw. yang biasa menempuh jarakjauh dalam waktu singkat.' Hal-hal tersebut dimasukkan oleh paraahli fikih pengikut Hanafi dan Syafi'i ke dalam pembahasanmasalah-masalah syariat." Ibnu Hajar al-Haitami al-Syafi'i menjelaskan dalam kitabAl-Fatawa bahwa jika seorang musafir tiba di suatu negeri saatmatahari telah terbenam, lalu ia melaksanakan shalat Maghrib disana, kemudian ia sampai di tempat pemberhentian lain yang di sanamatahari belum terbenam, padahal ia telah melakukan shalat magribdi negeri pertama, maka ia tidak wajib mengulang shalatnya.Munculnya makanan, minuman, dan pakaian secara gaib ketikadibutuhkan seperti yang terjadi pada para wali, kemampuan terbangdi udara seperti dikutip dari Ja'far bin Abi Thalib dan LuqmanalSarkhasi, kemampuan berjalan di atas air, berbicara dengan bendamati dan binatang seperti binatang ternak dan burung dan lain-lainadalah sebagian dari kejadian-kejadian luar biasa yang terjadi padapara wali. Semua itu adalah penghormatan dari Allah untuk
mereka,dan merupakan mukjizat bagi Rasul-Nya, meskipun beliau sudah wafat.Dalam hal ini, munculnya mukjizat tidak harus ketika Rasul masihhidup, tetapi juga bisa terjadi setelah beliau wafat. Demikian pulakaramah bisa terjadi setelah sang wali wafat, seperti telahdijelaskan pada akhir penjelasan Sayyid 'Abdul Ghani al-Nablusidalam Syarh al-Thariqah al-Muhammadiyyah. Dalam kitabnya Nasyrul Mahasin al-Ghaliyyah, Imam Yafi'imengutip pendapat tokohtokoh umat ahlus sunnah wa al-jama'ah danpara syaikh tentang kemungkinan terjadinya sesuatu di luar adatyang muncul dari karamah para wali. Di antara ulamaulama tersebutadalah Imam Haramain, Abu Bakar al-Baqillani, Abu Bakar bin Fauraq,Hujjatul Islam Al-Ghazali, Fahruddin al-Razi, Nashiruddinal-Baidhawi, Muhammad bin 'Abdul Malik al-Salma, Nashiruddinal-Thusi, Hafiduddin al-Nasafi, dan Abu Qasim al-Qusyairi. Setelahmengutip pendapat mereka, Al-Yafi'i berkata, "Mereka adalah sepuluhimam yang sebagiannya menyusun kitab-kitab dan memiliki pembicaraantentang agama yang bisa dijadikan pegangan dalam bidang akidahahlus sunnah wa al-jama'ah. Tidak perlu menyebut lebih banyak lagi,karena menyebut sepuluh saja sudah dianggap cukup. Mereka sepakatbahwa perbedaan antara karamah dan mukjizat adalah pada tingkatkenabian semata, dan tidak satu pun dari mereka yang mensyaratkanbahwa jenis dan keagungan karamah tergantung kepada mukjizat." Imam Abu Qasim al-Qusyairi mengungkapkan dalam Al-Risalahkaryanya bahwa kemunculan karamah pada para wali mungkin terjadikarena bisa dipahami secara rasional, lagi pula kemunculannya tidakmelenyapkan asal-usul karamah, tetapi justru menunjukkansifat-sifat Allah Yang Maha Kuasa. Jika keberadaan karamah sangattergantung kepada Allah, maka tidak ada satu pun hal yang dapatmerintangi keberadaannya. Kemunculan karamah merupakan tandakejujuran orang yang memilikinya. Orang yang tidak jujur tidakmungkin mampu memunculkan karamah. Dalilnya adalah bahwa ilmuma'rifat yang diberikan Allah kepada manusia sehingga ia bisamembedakan antara orang yang jujur dengan orang yang batil ketikameniti jalan yang ditempuhnya adalah persoalan yang abstrak.Hal-hal itu tidak akan terjadi kecuali pada para wali secarakhusus, tidak pada orang yang hanya berpura-pura mengaku
wali.Inilah persoalan karamah yang sedang kita bicarakan. Karamah pastimerupakan sesuatu yang bertentangan dengan adat kebiasaan danmenjelaskan sifat kewalian untuk menyatakan kebenarankeadaannya. Banyak ulama membahas perbedaan antara karamah dan mukjizat,salah satunya adalah Imam Abu Ishaq al-Asfaraini yang menyatakanbahwa mukjizat adalah tandatanda kebenaran para nabi dan dalilkenabian yang hanya ada pada nabi, sedangkan wali memiliki karamahseperti terkabulnya doa, tetapi mereka tidak memiliki mukjizatseperti yang dimiliki para nabi. Imam Abu Bakar bin Faurak R.A. menyatakan bahwa mukjizat adalahtanda-tanda kebenaran. Jika pemilik mukjizat mengaku sebagai nabimaka mukjizatnya itu menunjukkan kebenaran pengakuannya. Jikapemilik mukjizat mengaku sebagai wali, maka mukjizatnya itumenunjukkan kebenaran pengakuannya, tetapi hal itu disebut karamah,bukan mukjizat, meskipun serupa dengan mukjizat, tetapi memilikiperbedaan yang nyata. Al-Qusyairi mengemukakan pendapat orang yang paling ahli dalambidang mukjizat pada masanya yaitu Al-Qadhi Abu Bakar al-Asy'arir.a. yang menyatakan, "Mukjizat dikhususkan bagi para nabi,sedangkan karamah untuk para wali. Para wali tidak memilikimukjizat, karena di antara syarat-syarat mukjizat adalah jikakejadian-kejadian luar biasa itu dibarengi dengan pengakuankenabian. Kejadian luar biasa tidak disebut mukjizat hanya karenabentuknya saja, tetapi disebut mukjizat karena adanya banyak syaratyang dipenuhinya, jika ada satu saja syarat yang tidak terpenuhi,maka itu bukan mukjizat. Satu dari beberapa syarat mukjizat adalahpengakuan kenabian, sedangkan wali tidak menyatakan pengakuankenabian, jadi yang muncul darinya bukanlah mukjizat."
Al-Qusyairi menegaskan, "Pendapat inilah yang kami pegangdan ungkapkan, bahkan kami meminjamnya. Semua syarat mukjizat atausebagian besarnya ada dalam karamah, kecuali syarat pengakuankenabian saja." Al-Qusyairi mengungkapkan bahwa karamah adalah peristiwa yangmungkin terjadi, karena tidak ada sesuatu yang dahulu khusus adapada seseorang, bertentangan dengan kebiasaan dan tampak pada masataklif, muncul pada hamba sebagai bentuk pengkhususan danpengutamaan, kadang sebagai hasil dari ikhtiar dan doanya, namunkadang bukan karena ikhtiar. Wali tidak diperintah untuk memohonkaramah bagi dirinya. Al-Qusyairi berkata, "Tidak setiap karamah yang dimiliki seorangwali wajib dimiliki oleh seluruh wali, bahkan meskipun seorang walitidak memiliki karamah secara lahiriah di dunia, hal tersebut tidakmempengaruhi kedudukannya sebagai wali. Berbeda dengan para nabiyang harus memiliki mukjizat, karena mereka diutus kepada manusiayang harus mengetahui kebenarannya, dan tidak ada jalan lainkecuali dengan mukjizat. Sebaliknya kedudukan sebagai wali tidakharus diketahui oleh orang lain." Masih menurut Al-Qusyairi, sesungguhnya seorang wali tidakmerasa senang dengan karamah yang muncul pada dirinya tidak jugamemiliki perhatian yang besar kepadanya. Ketika muncul karamahpadanya, keyakinannya semakin kuat dan mata hatinya semakin tajamuntuk menegaskan bahwa karamah adalah perbuatan Allah, yangdengannya mereka memperoleh bukti kebenaran akidah yangdiyakininya. Singkatnya kemunculan karamah pada para wali adalahwajib, begitu juga menurut kebanyakan ahli ma'rifat. Dan karenabanyaknya riwayat mutawatir tentang eksistensi karamah, baik berupakhabar maupun hikayat, maka keyakinan dan pengetahuan tentangadanya karamah pada para wali tidak diragukan lagi. Barangsiapabersikap moderat terhadap masalah karamah, didukung dengan hikayatdan khabar mutawatir, maka ia tidak akan meragukan karamah.
Al-Qusyairi kemudian mengemukakan bahwa di antara dalil-dalildari pendapat di atas adalah nash Al-Qur'an tentang sahabat NabiSulaiman yang berkata, "Aku akan datang kepadamu dengan membawasinggasana (Balqis) kepadamu sebelum matamu berkedip" (QSAl-Naml[27]: 40), padahal ia bukan seorang nabi. Juga riwayattentang Umar bin Khattab R.A. yang tiba-tiba berkata, "Hai parakabilah di atas gunung!" padahal ia sedang menyampaikan khutbahJumat, suara Umar didengar oleh pasukan Islam yang berada digunung, sehingga mereka selamat dari tempat persembunyian musuh digunung saat itu. Bagaimana mungkin diperbolehkan melebihkan karamah para wali diatas mukjizat para nabi, dan bolehkah mengutamakan para wali diatas para nabi? Menurut Al-Qusyairi, karamah para wali terkaitdengan mukjizat Nabi Muhammad Saw., karena setiap orang yang tidakjujur dan sungguh-sungguh dalam Islamnya maka ia tidak akan mampumemunculkan karamah. Setiap nabi yang memunculkan karamahnya kepadasalah seorang umatnya, maka karamah itu termasuk mukjizatnya. Jikaseorang rasul tidak mempercayai umatnya, maka tidak akan munculkaramah pada umatnya. Adapun tingkatan para wali tidak akanmenyamai tingkatan para nabi berdasarkan dalil ijma' (kesepakatanulama). Mengenai hal tersebut, Al-Qusyairi menjelaskan bahwakaramah terkadang berupa terkabulnya doa, munculnya makanan ketikadibutuhkan tanpa sebab yang jelas, ditemukannya air ketika haus,kemudahan menempuh jarak dalam waktu sekejap, terbebas dari musuh,mendengar percakapan tanpa rupa, dan hal-hal lain yang bertentangandengan kebiasaan. Al-Qusyairi menyatakan bahwa pada masa sekarang ini banyakkemampuan wali yang tampak, padahal seorang wali tidakdiperkenankan untuk memperlihatkan karamahnya, baik karena terpaksaatau sedikit keterpaksaan. Di antara karamah adalah dilahirkannyaseorang manusia tanpa ayah dan ibu dan mengubah benda mati,binatang ternak, atau hewan-hewan lain. Al-Qusyairi mengungkapkan,
"Wali adalah orang yang senantiasa menjaga ketaatan. Barangsiapamencintai Allah Swt, maka Dia akan menjaga dan melindunginya. Allahtidak akan membiarkannya berbuat maksiat. Dia akan melanggengkanpertolongan-Nya kepada orang yang taat, sebagaimana dinyatakandalam firman-Nya," Dan Dia melindungi orang-orang yangsaleh "(QS Al-A'raf [7]: 196). Para wali bukan orang yangma'shum (terjaga dari kesalahan dan dosa) seperti para nabi, tetapiorang yang terjaga, sehingga tidak terus menerus berada dalamdosa." Sahal bin 'Abdullah berkata, "Siapa yang zuhud terhadap duniaselama 40 hari dengan ketulusan dan kejujuran dari lubuk hatinya,maka muncullah karamah padanya. Bila tidak muncul karamah, berartizuhudnya tidak benar." Lalu ada yang bertanya kepada Sahal,"Bagaimana cara karamah tampak padanya?" Sahal menjawab, "Denganmemperoleh segala yang diinginkannya." Karamah paling agung yang dimiliki para wali adalah langgengnyaketaatan dan terjaga dari kemaksiatan dan pelanggaran. Demikianlahpendapat Al-Qusyairi tentang karamah. Syaikhul Akbar Sayyid Muhyiddin Ibnu 'Arabi r.a. mengemukakandalam kitabnya Mawaqi' al-Nujum wa Mathali' Ahl al-Asrar waal-'Ulum bahwa Nabi Isa A.S. memperoleh kedudukan yang mulia danpenglihatan yang agung berupa kemampuan menghidupkan orang mati danmenyembuhkan orang buta dan orang sakit lepra dengan izin Allah.Demikian juga Ibrahim A.S. mampu menghidupkan burungburung;mengumpulkan bagian-bagian burung yang telah terpotong-potongmenjadi beberapa bagian, kemudian mencampur daging-dagingnya.Ibrahim memanggil potongan-potongan burung, dan burung-burungtersebut segera datang kepadanya, semua terjadi dengan seizinAllah. Bukan hal yang bertentangan dengan akal ketika Allahmemuliakan seorang wali dengan memberinya karamah dan menampakkankaramah di tangannya. Setiap karamah akan diperoleh wali atau akanditunjukkan melalui tangannya. Kemuliaan karamah merujuk kepadaNabi Muhammad SAW. Dengan mengikuti Rasulullah dan tetap menaatibatas-batas yang ditetapkan olehnya maka karamah adalah hal yangbenar. Dalam persoalan ini, para ulama berbeda pendapat, ada yangberpendapat bahwa mukjizat Nabi SAW. adalah
karamah bagi wali, adajuga yang menolak pendapat ini, ada juga yang berpendapat bahwawali memiliki karamah yang bukan merupakan mukjizat bagi NabiMuhammad Saw. Tokoh-tokoh sufi tidak menafikan karamah karena merekamelihatnya ada pada diri mereka sendiri dan rekan-rekan mereka,karena mereka adalah orang yang mencapai tingkatan kasyf dan dzauq.Jika kami mengungkapkan karamah-karamah yang kami saksikan dancerita-cerita dari orang-orang tsiqah (tepercaya) tentang karamah,pasti orang yang mendengarnya akan mendustakannya, bahkan mungkinmencelanya. Hal itu dikarenakan kurangnya pemahaman mereka terhadapdiri orang yang menampakkan karamah melalui tangannya, karenakepribadian dan sikap mereka yang memandang rendah terhadapnya.Kalau saja ia menyempurnakan pandangannya terhadap orang yang mampudan dipilih oleh Allah untuk menunjukkan karamah, tentu kebingungandan sikap mereka yang mendustakannya tidak akan muncul. Ibnu 'Arabi menyatakan bahwa ia sungguh-sungguh pernah bertemuseorang sufi pada masanya yang berkata, "Seandainya aku melihatkejadian luar biasa muncul dari tangan seseorang, niscaya aku akanmenganggap peristiwa tersebut dusta menurut logikaku, tetapi jikamemang peristiwa itu benar-benar terjadi dan menurutku itu mungkinmaka sesungguhnya jika Allah menghendaki terjadinya sesuatu yangluar biasa di tangan seseorang, pastilah akan terjadi."Ibnu 'Arabimengomentari orang itu, "Lihatlah! Alangkah tebal penghalang ini,begitu ingkar dan bodohnya ia. Semoga Allah menjaga tangan-tangankita dan tangannya serta cahaya mata hatinya." Imam Tajuddin al-Subki dalam kitab Thabaqatnya berbicara panjanglebar tentang ketetapan adanya karamah para wali dan menyatakankepalsuan argumentasi para penentang karamah. Setelah menjelaskanbeberapa karamah sahabat Nabi SAW., ia berkata,"Peristiwa-peristiwa luar biasa yang muncul dari tangan parasahabat yang telah kami ceritakan akan diterima orang yang memilikibashirah(penglihatan mata hati). Kami akan mengemukakan dalil-dalilkhusus untuk mematahkan kekacauan pandangan
para penentang karamahdan menangkis argumen mereka. Menurut kami, ada beberapa macamdalil tentang penetapan karamah: 1.
Cerita yang tersebar dan terdengar yang tidak diingkari,kecuali oleh orang bodoh
dan orang yang menolak karamah para ulamadan orang saleh, seperti keberanian 'Ali dan kedermawanan Hatim.Mengingkari karamah itu lebih besar tingkat kedurhakaannya, karenakaramah lebih dikenal dan lebih nyata, dan hanya orang yang hatinyatertutup yang menentang adanya karamah. 2.
Kisah Maryam yang hamil tanpa suami, tersedianya kurma segardari batang
kurma kering untuknya, dan adanya makanan yang bukanmusimnya di sisi Maryam tanpa sebab. Sebagaimana dinyatakan dalamfirman Allah, "Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab,ia menemukan makanan di sisinya. Zakaria bertanya, "Hai Maryam,dari mana kamu memperoleh makanan ini?" Maryam menjawab, "Semua inidari Allah" "(QS Ali 'Imran [31:37), padahal Maryam bukan seorangnabi. 3.
Kisah ashabul kahfi (penghuni gua) yang tertidur dalam sebuahgua selama 300
tahun lebih tanpa terkena penyakit dan tetap kuatseperti sediakala meski tanpa makan dan minum. Hal itu termasukmenyalahi kebiasaan manusia. Mereka bukan nabi, jadi semua yangmereka alami bukanlah mukjizat, melainkan karamah. 4.
Kisah Asif bin Barkhiya dengan Sulaiman a.s. ketika memboyongsinggasana Ratu
Bilqis sebelum Sulaiman mengedipkan matanya.Kebanyakan mufassir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Asifdalam kisah tersebut adalah orang yang memiliki ilmu dari Al-Kitab.Kami telah memengemukakan kisah-kisah tentang karamah beberapasahabat dan orang-orang sesudah mereka yang disampaikan secaramutawatir. Kalau saja ada seseorang yang mau mencurahkan segaladaya untuk meneliti kisah-kisah tersebut, tentu akan diperoleh datayang berlimpah. Sejak dulu sampai sekarang selalu ada orang-orangseperti itu, bahkan kami mengambil kesimpulan dari kisah-kisah yangada pada mereka. Pada masa mereka, orang-orang yang cendekia hanyasedikit sedangkan orang-orang yang menyimpang sangat banyak. Merekamempercayai karamah orang-orang yang saleh dan meriwayatkankisah-kisah tentang hal tersebut dari
Bani Israil dan orang-orangsesudah mereka, dan para sahabat termasuk orang yang berceritatentang kisah-kisah seperti ini secara panjang lebar. Allah menganugerahkan ilmu-ilmu para ulama dan wali, sehinggamereka mampu menyusun banyak kitab yang tidak mungkin mampu disusunoleh orang selain mereka dalam waktu sepanjang usia pengarangnya,mampu menjelaskan hal-hal di luar kebiasaan, menemukan hal yangmenggembirakan orang yang memiliki kecerdasan, mengambil banyakmakna dari Al-Quran dan hadis yang dapat diterapkan dalam kehidupandunia, menegakkan kebenaran dan menumpas kebatilan, bersabar dalammujahadah (berjihad) dan riyadhah (melakukan olah spiritual),menyerukan kebenaran dan sabar terhadap berbagai penderitaan,mengekang diri dari kenikmatan duniawi dengan kesadaran total,tekun mencintai ilmu dan gigih untuk memperolehnya. Jika seseorangmerenungkan anugerah Allah yang diberikan kepada para ulama danwali di atas, maka ia akan mengetahui bahwa yang diberikan kepadamereka lebih besar daripada yang diberikan kepada sebagianhambanya, seperti munculnya roti di tanah yang gersang dan air dipadang sahara yang tandus dan sejenisnya yang dapat dianggapsebagai karamah. Dalam pembahasan ke-29 tentang al-Yawaqit wa al- Jawahir, ImamAl-Sya'rani r.a. berkata, "Ketahuilah, mayoritas ulama berpendapatbahwa mukjizat seorang nabi bisa menjadi karamah bagi wali. Berbedadengan kaum Mu'tazilah dan Syaikh Abu Ishaq alIsfiraini yangberpendapat bahwa mukjizat seorang nabi tidak mungkin menjadikaramah bagi wali. Karamah bisa berupa terkabulnya doa ataumunculnya air di padang sahara yang biasanya tidak ada air, danbeberapa peristiwa luar biasa lainnya. Pada bab ke-187 dalam kitabAl-Futuhat, Syaikh Muhyiddin Ibnu 'Arabi berkata, "Pendapat AbuIshaq alIsfaraini benar, hanya saja saya mensyaratkan satu syaratlain yang tidak disebutkan olehnya. Menurut saya, mukjizat tidakmungkin menjadi karamah bagi wali, kecuali sang wali melakukanperbuatan luar biasa untuk menegaskan kebenaran nabinya, bukan demikaramah itu sendiri. Hal tersebut tidaklah dilarang seperti yangterkenal di kalangan para wali, kecuali jika ketika karamah muncul,sang nabi melarangnya pada waktu tertentu atau selama hidupnya.Oleh karena itu, diperkenankan melakukan
karamah bagi selain rasulsesudah zamannya berakhir. Namun, bila nabi tersebut membiarkannyamelakukan karamah dan tidak memberi batasan, maka apa yangdiucapkan oleh Abu Ishaq tidak bisa direalisasikan." Syaikh Muhammad bin 'Ali al-Mahalli dalam Syarh Taiyati al-Imamal-Subki menyenandungkan syair mengomentari perkataan penulis;"Setiap waktu kalau kamu memperhatikan orang yang akalnya mencapaipuncak menyaksikan munculnya mukjizat yang baru." Syihabuddin al-Suhrawardi mengatakan, "Para wali terkadangmemiliki berbagai macam karamah, seperti mendengar suara tanpa rupadi awang-awang, panggilan batin, melipat bumi, dan mengetahuisebagian peristiwa sebelum terjadinya karena berkah mengikutiRasulullah SAW. Karamah wali adalah penyempurnaan mukjizat paranabi." Artinya, setiap wali yang memiliki karamah sesudah nabinya,maka karamah tersebut merupakan kesempurnaan bagi mukjizat nabinya.Jadi, karamah milik orang-orang yang saleh dalam umat ini adalahpenyempurnaan bagi mukjizat Nabi Muhammad SAW. Adanya para wali dibumi ini termasuk dalam mukjizat nabi yang terus menerus, karenadengan adanya mereka kebutuhan para hamba terpenuhi, dengan berkahmereka bencana yang akan menimpa suatu negeri tertolak, dengan doamereka turunlah rahmat, dan dengan adanya mereka hilanglahsiksa. Hikmah banyaknya karamah para wali di kalangan umat Muhammadadalah menunjukkan kepemimpinan Nabi Saw. atas keseluruhan nabi,dengan melimpahnya mukjizat pada masa hidup dan sesudah wafatnya.Dan karena Nabi Saw. adalah penutup para nabi dan kekasih TuhanPenguasa alam serta karena kelanggengan agama yang diembannyahingga akhir masa, maka kebutuhan akan sebab-sebab yangmembenar-kan Nabi juga terus berlangsung. Di antara sebab-sebabnyayang paling kuat adalah adanya karamah-karamah di kalangan umatnya,yang pada hakikatnya serupa dengan mukjizat Nabi Saw., yangmemperkuat eksistensi Al-Qur'an sebagai induk mukjizat, kumpulanayat-ayat penjelasan, firman Allah yang qadim, peringatanNya yangbijak, yang tidak didatangkan oleh-Nya kebatilan dari hadapan
danbelakangnya, yang diturunkan oleh Sang Maha Bijak lagi Mahaterpuji, dan penguat hadis Nabi Saw. tentang tanda-tanda terjadinyakiamat dan lain-lain secara berangsurangsur. Dengan adanyakaramah, seolah-olah Nabi SAW. berada di tengah-tengah umatnya,menyaksikan mukjizatnya sesudah beliau wafat sebagaimana umatnyamenyaksikan mukjizat Nabi ketika beliau masih hidup. Allahberfirman, "Supaya orang-orang yang beriman bertambah imannya" (QSAl-Muddatsir [74]: 31). Allah akan memberi petunjuk menujuagama-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, termasuk kepadaorang-orang yang sebelumnya tidak beriman. Banyaknya karamah diketahui dari banyaknya wali dari kalanganumat Nabi SAW. yang muncul di setiap masa, seperti yang dijelaskanoleh Muhyiddin Ibnu 'Arabi dan yang lainnya berdasarkan hadis yangmenjelaskan tentang hal itu juga berdasarkan pengetahuan sahih yangmenyatakan bahwa para nabi berjumlah 124.000. Tidak diragukan lagibahwa dari tangan mereka muncul sangat banyak karamah, dan seluruhkaramah itu merupakan mukjizat bagi Nabi SAW. Jadi, mukjizat NabiSAW. itu berlipat ganda, tidak berbilang, dan tidak berbatas.Hikmah banyaknya karamah dan keberlangsungannya sebagaimana yangtelah kami kemukakan adalah penyebab munculnya karamah di tanganpara sahabat lebih sedikit ketimbang di tangan para wali, karenatetapnya kebenaran agama disebabkan oleh bertambahnya imanorang-orang mukmin dan hidayah untuk orang-orang yang belumberiman. Pada masa sahabat, muncul begitu banyak mukjizat Nabi Saw.yang bisa disaksikan setiap saat dalam beraneka ragam jenisnya.Meskipun karamah para sahabat juga dianggap sebagai mukjizat NabiSAW., seperti halnya seluruh karamah para wali, hanya sajakebutuhan ter hadap karamah para sahabat lebih kecil dibandingkebutuhan terhadap karamah para wali. Al-Taj al-Subki juga menjelaskan dalam kitab Al-Tabaqat, bahwameskipun jumlah sahabat banyak, karamah mereka lebih sedikitdibandingkan dengan karamah para wali lainnya. Menurut Imam Ahmadbin Hanbal R.A. hal itu dikarenakan para sahabat memiliki iman yangkuat sehingga tidak membutuhkan tambahan untuk memperkuat
iman,sedangkan orang-orang selain mereka imannya lemah, sehinggamemerlukan penguat iman dengan menampakkan karamah. Syaikh Suhrawardi r.a. berpendapat senada dengan mengemukakandua sebab karamah para sahabat lebih sedikit daripada akramah parawali. Pertama, munculnya peristiwa-peristiwa luar biasa pada parawali akan menghilangkan lemahnya keyakinan mereka, sebagai rahmatAllah untuk hamba-hamba-Nya dan sebagai pahala yang disegerakan,sedangkan para sahabat yang kedudukannya di atas para wali tidakmempunyai hijab (tabir) yang menutupi hati mereka, sehingga merekatidak memerlukan munculnya kejadian-kejadian luar biasa. Kedua,barangkali para sahabat tidak memerlukan munculnyakejadian-kejadian luar biasa karena merasa cukup dengan jumlahmereka yang banyak, merasa puas dengan memandang Nabi MuhammadSAW., dan senantiasa menempuh jalan istiqamah yang merupakankaramah terbesar. Meskipun dunia dibukakan di tangan mereka, merekatidak meliriknya, tidak mendekatinya, dan tidak memintanya,sehingga Allah meridhai mereka. Kenikmatan duniawi yang ada ditangan mereka berlipat-lipat banyaknya daripada yang ada di tangankita, tetapi penolakan mereka terhadapnya begitu besar dan inimerupakan karamah terbesar bagi mereka. Mereka hanya inginmeninggikan agama Allah dan berada di dekat-Nya Yang Maha Agung danMaha Tinggi. Imam Qusyairi mengemukakan bahwa tidak tampaknya karamah seorangwali di dunia tidak mempengaruhi eksistensinya sebagai wali.Syaikhul Islam Zakaria al-Anshari menjelaskan dalam syaraknya bahwaterkadang wali yang tidak ditampakkan karamahnya oleh Allah lebihutama daripada wali yang ditampakkan karamahnya. Sebab keutamaanterletak pada bertambahnya keyakinan bukan pada tampaknya karamah.Begitu juga Imam Yafi'i berpendapat senada bahwa wali yang memilikikaramah tidak mesti lebih utama daripada wali yang tidak memilikikaramah, bahkan terkadang wali yang tidak memiliki karamah lebihutama daripada yang memiliki karamah.
Sayyid Muhyiddin Ibnu 'Arabi menjelaskan dalam Mawaqi' al-Nujum,setelah menceritakan sejumlah karamah seperti kemampuan berjalan diatas air, berjalan di udara, dan lain-lain, "Semua wali yang sudahsaya jelaskan adalah orang-orang yang memiliki maqam-maqam pemimpinkebajikan, orang-orang takwa nan terpilih, rijalullah dan parawalinya, pusat masa dan wali-wali badai al-abda. Adapun permatamerah, obat mukjizat yang mujarab, perbuatan yang bersih darikekurangan, penguasa seluruh sifat, yang bebas dari segalamalapetaka merupakan pengantin yang penglihatannya tersembunyidalam tirai perlindungan, dalam kegaiban, dan naungan kebajikanmakhluk, tidak mengenal dan dikenal, tersingkap dan tersembunyi,yang ditemukan dalam pertokoan dalam keadaan berbaring di tempatyang didiami anjing, atau badut yang dilempar dengan batu, tidakdipedulikan dan tidak dipandang orang, dan tertutup dari yang lain.Saya tidak mengatakan bahwa yang dimaksud dengan wali-wali yangterpilih dalam kondisi seperti permata yang ada pada masanya dandalam wujud seperti mukjizat adalah wali-wali yang tidak memilikikaramah sama sekali. Memang, karamah adalah waktu baginya, bukanterhadap persoalannya. Adapun kelanjutannya tiada jalan, hanyaberupa rahasia yang samar." Al-Qusyairi r.a. menjelaskan bahwa para wali golongan inimeskipun memiliki kemampuan yang sangat besar, hanya sedikit yangmemperlihatkan karamah. Mereka tersembunyi dari manusia, kedudukanmereka tak dikenal dan tertutup. Dari sini diketahui bahwa seorangwali yang memiliki karamah lebih banyak daripada wali lainnya belumtentu memiliki keutamaan yang lebih. Begitu juga sebagian wali yangtidak memperlihatkan karamah belum tentu tidak lebih utama daripadawali yang memperlihatkan karamah. Mereka adalah pemilik keutamaanyang selalu memelihara derajat kewalian, jika tidak mengapa AllahSwt. memuliakan mereka dengan karamah dan menganugerahi merekakemampuan melakukan hal-hal luar biasa. Para da'i palsu terkadangmemanipulasi masyarakat dengan memakai jubah sufi dan mengakusebagai ahli petunjuk, padahal pada hakikatnya mereka adalahorang-orang yang bodoh, suka berbuat kerusakan, dan melanggar batasjalan petunjuk. Mereka khawatir jika mereka tidak memperlihatkankaramah, maka orang-orang tidak mempercayai derajat
kewalianmereka. Mereka merasa lebih agung daripada para pemilik karamahsejati dan meremehkan kejadian-kejadian luar biasa yang munculmelalui tangan wali-wali Allah. Semua itu dilakukan untuk menipumasyarakat dan membuat mereka kagum. Sesungguhnya mereka termasukorang yang paling buruk dan maksiat, dan orangorang awam yangbodoh yang menampakkan beragam kefasikan secara terangteranganjauh lebih baik daripada mereka. Penulis akan mengutip ucapan Sayyid Muhyiddin Ibnu 'Arabi yangmemuat penjelasan hakiki berdasarkan kebenaran. Dalam bab 185tentang mengetahui maqam wali yang tidak memperlihatkan karamah, iamenyatakan: "Tidak memperlihatkan karamah bukanlah petunjukketidakwalian seseorang Dengarkanlah ucapanku yang merupakan jawaban paling benar Karamah itu terkadang tampak wujudnya Sebagai keberuntungan bagi orang yang dimuliakan tetapi kemudianjeleklah jalannya Peliharalah ilmu yang kau kuasai jangan kau ambil pengganti selainTuhan Menyembunyikan karamah wajib bagi para wali Dan karenanya engkau tak akan diabaikan Menampakkan karamah wajib bagi para rasul Dengannya, wahyunya benar-benar turun" Sebagaimana wajib bagi para Rasul untuk menunjukkan tanda-tandakekuasaan Allah dan karamah mereka demi dakwahnya, demikian jugawajib bagi wali yang mengikuti jejak Nabi untuk menyembunyikankaramahnya. Inilah madzhab jamaah, karena wali tidak diwajibkanuntuk menyatakan kewaliannya. Tidak semestinya seorang wali mengakumemiliki karamah, karena hal tersebut tidak disyariatkan. Parametersyariat telah ditetapkan di dunia ini dan ditegakkan oleh para ahlifatwa penyeru agama Allah. Mereka adalah pemuka-pemuka agama ahlitajrih (mencela) dan ta'dil (menganggap adil).
Apabila seorang wali keluar dari aturan syariat yang telahditetapkan, padahal ia memiliki akal taklif, maka akibat perbuatantersebut ditanggung dirinya sendiri. Hal tersebut juga berlaku padahal-hal yang disyariatkan. Jika seorang wali melakukan perbuatanyang mengharuskan adanya had (hukuman) menurut zahir syara', makahakim wajib menetapkan hukuman atasnya. Meskipun para wali mungkintermasuk hamba-hamba yang diampuni dosa-dosanya atau diperbolehkanmelakukan perbuatan yang diharamkan syara tanpa mendapatkan siksa,mereka tetap tidak terlepas dari hukuman di dunia jika menyalahisyara'. Akan tetapi di akhirat, Allah berkata kepada para pahlawanperang Badar tentang dimaafkannya perbuatan-perbuatan mereka. Halini juga dinyatakan dalam sebuah hadis qudsi, "Lakukan apa yang kauinginkan, karena Aku telah mengampunimu." Allah tidak berkatakepada mereka, "Aku telah menggugurkan hukuman-hukuman syara' yangditetapkan atasmu di dunia." Di dunia, wali tetap terkena hukumsyara'. Seorang wali yang dikenai hudud akan diberi pahala dansebenarnya ia tidak berdosa, seperti AlHallaj dan orang-orang yangsenasib dengannya. Sikap wali yang tidak menampakkan karamah adakalanya bersumberdari Allah, artinya Allah tidak membekali wali tersebut sesuatu punmeskipun ia termasuk hambanya yang terpilih, atau terkadang walitersebut dianugerahi kekuatan, namun ia membiarkannya tetap menjadimilik Allah, sehingga ia tidak menampakkannya sama sekali. Kitamelihat beberapa wali yang menjalani perilaku ini, sebagaimana yangdikatakan Sayyid Abu Su'ud bin al-Syibli al-Baghdadi r.a., seorangrasionalis pada masanya. Ada seseorang bertanya kepadanya, "ApakahAllah menganugerahi Anda karamah?" Ia menjawab, "Ya, sejak umur 25tahun Allah telah memberi saya karamah dan saya meninggalkannyadengan baik, Allah ridha jika kita melaksanakan perintah-Nya untukmenjadikan-Nya sebagai wakil." Si penanya bertanya lagi, "Kemudianperintah apa lagi?" Al-Syibli menjawab, "Shalat lima waktu danmenanti kematian. Manusia itu laksana pengusir burung, mulutnyasibuk sementara kakinya terus melangkah." Si penanya berkata,"Betapa mengagumkan apa yang dikatakannya, kecuali perkataannyaberikut ini:
"Kakinya memijak kuat dalam genangan kematian. Ia berkatapadanya tanpa menepiskannya" Demikianlah sikap seorang wali, kalau tidak demikian ia bukanlahseorang wali. Sayyid Muhyiddin berkata, "Berkaitan denganpenjelasan di atas, suatu ketika Allah berkata kepadaku secararahasia, 'Barangsiapa menjadikan-Ku wakilnya, maka ia telahmelindungi-Ku. Barangsiapa melindungi-Ku, maka ia telah meminta-Kuuntuk menegakkan perhitungan yang telah ia jaga untuk-Ku.'Perintahnya berbalik dan urutannya berganti. Inilah anugerah Allahkepada hamba-hamba-Nya yang diridhai dan dipilih-Nya. Di atasanugerah tersebut, ada anugerah yang senantiasa dicari seoranghamba. Seorang hamba yang teguh selalu sadar dengan kemampuannya.Allah hanya akan menjadikan orang yang memiliki akal dan anggotabadan yang benar sebagai wakil-Nya. Jadi, tidak mungkin kebenaranbisa diganti: "Kebenaran tetap kebenaran, makhluk tetap makhluk,hambatetap hamba, dan Tuhan tetap Tuhan" Apabila muncul peristiwa luar biasa seperti ini, menurutpenulis, itu bukanlah karamah, karena karamah merujuk kepada orangyang menampakkannya. Mungkin ada yang sepakat dengan maqam iniseperti yang telah penulis sepakati dalam sidang yang kami hadiripada 586 H. Seorang filosof menyampaikan kepada kami bahwa iamengingkari kenabian berdasarkan batas yang ditetapkan olehorang-orang Islam. Ia mengingkari kejadian-kejadian luar biasa yangditunjukkan oleh nabi, dan bahkan kebenaran itu tidak akan berubah.Pada waktu itu musim dingin dan hujan, Di hadapan kami ada tungkubesar yang apinya menyala, kemudian si penyangkal dan pendusta ituberkata, "Orang awam mengatakan bahwa Ibrahim dilemparkan ke dalamapi dan tidak terbakar di dalamnya, padahal api bersifat membakarbenda yang bisa terbakar. Api yang disebutkan dalam Al-Qur'an dalamkisah Ibrahim merupakan kiasan tentang kemarahan dan dendam Namrudkepada Ibrahim. Api yang dimaksud adalah api kemarahan. Ibrahimdilempar ke dalam api, karena amarah itu ditujukan kepadanya, danapi kemarahan itu tidak membakar Ibrahim, dengan kata lainkemarahan Namrud tidak
mempengaruhi Ibrahim, karena baginya telahjelas hujah yang diperolehnya, yakni dalil berupa terbenamnyacahaya. Kalau saja cahaya itu adalah Tuhan pasti tidak akanterbenam. Dan Ibrahim menjadikan ini sebagai dalil." Setelah penyangkal itu menyelesaikan ucapannya, salah seoranghadirin berkata, "Yang jelas, Sayyid Muhyiddin Ibnu 'Arabi mampumenampakkan karamah seperti ini (tidak terbakar api), karena diamemiliki maqam dan kedudukan. Kalau boleh aku memberitahumu, akumeyakini firman Allah yang menyatakan bahwa api itu tidak membakarIbrahim secara makna lahir, sebagaimana dinyatakan dalamfirman-Nya, Hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlahbagi Ibrahim (QS Al-Anbiya' [21]: 69). Aku tegaskan bahwa Ibrahimberada dalam maqam. Dan itu adalah mukjizatnya." Sang penyangkal berkata, "Itu tidak mungkin terjadi." LaluSyaikh Muhyiddin berkata kepadanya, "Bukankah api ini membakar?"Jawabnya, "Ya." Syaikh Muhyiddin berkata lagi, "Lihatlahsendiri." Kemudian ia melemparkan api dari tungku ke pangkuan sangpenyangkal itu. Api itu masih melekat di atas pakaiannya, iamembolak-balik api itu dengan tangannya, tetapi tidak membakarnya,sehingga si panyangkal merasa heran. Lalu dikembalikannya api ituke dalam tungku, kemudian Syaikh Muhyiddin berkata kepadanya,"Dekatkan tanganmu ke dalam api itu!" Si penyangkal mendekatkantangannya ke dalam api hingga tangannya masuk. Syaikh berkatapadanya, "Demikianlah adanya, api diperintah untuk membakar sesuatuatau untuk tidak membakarnya. Allah Maha Berkuasa melakukan apayang dikehendaki-Nya." Akhirnya si penyangkal itu masuk Islam danmengakui mukjizat Nabi Ibrahim A.S. Contoh orang yang tidak mengakui karamah muncul padamasa setelah Rasulullah SAW Bukti-bukti kekuasaan Allah atas kebenaran Rasulullah SAWberfungsi untuk menunjukkan kebenaran syariat dan agama Islam,bukan semata-mata untuk menunjukkan Muhammad SAW sebagai wali Allahdengan hal-hal luar biasa yang
dimilikinya. Inilah makna darimeninggalkan karamah bagi kelompok Al-Mulamatiyyah khususnya.Adapun menurut ulama-ulama besar, para sufi menampakkan karamahsebagai bagian dari gerakan jiwa, kecuali menurut batas yang telahkami sebutkan. Demikianlah pendapat Muhyiddin Ibnu 'Arabi r.a.,seorang yang selalu berkata benar dan jujur. Tidak diragukan lagi bahwa mukjizat Nabi SAW. dan bukti-buktiyang menunjukkan kebenaran dan kesahihan agama serta kenabiannya,sebagian muncul karena permintaan orang-orang musyrik sepertiterbelahnya rembulan, sebagian lagi muncul karena permintaan kaummuslimin seperti melimpahnya air dan makanan, dan sebagian lagimuncul bukan karena permintaan seseorang seperti berita-beritatentang kejadiankejaidan gaib. Karena karamah para wali merupakanbagian dari mukjizat Nabi Saw., berarti mereka menampakkan karamahsebagai ganti dari Nabi SAW. Sebagimana yang dikatakan SayyidMuhyiddin, "Para wali harus mengeluarkan berbagai macam karamahdengan cara sebagaimana mukjizat Nabi dimunculkan yakni sebagiankarena permintaan orang-orang kafir, sebagian karena permohonankaum muslimin, dan sebagian lagi tanpa diminta. Semua itu memilikimanfaat besar bagi yang menyaksikannya, baik bagi mereka yangmelihat rahasia tersebut atau tidak. Tidak sedikit karamah yangmenjadi sebab semakin kuatnya iman orang-orang yang menyaksikannya.Inilah manfaat besar yang dikehendaki menurut syara'. Karamah wajibdisembunyikan ketika tidak ada hikmah dan faedah menampakkannya.Kita harus berprasangka baik bahwa para wali yang memperlihatkankaramah tidak bermaksud memamerkan kewaliannya, tetapi mereka pastipunya tujuan lain yang sesuai dengan syara', meskipun pengaruhnyatidak terlihat oleh kita seperti untuk memperkuat iman para hadirinyang menyaksikan- nya atau menampakkan kemulian dan kebenaran agamayang lurus ini." Janganlah berburuk sangka kepada salah seorang wali bahwa iamenampilkan karamah untuk menetapkan kewalian dirinya dan menambahpengaruh dirinya atas orang lain. Para wali pasti tidak akanmelakukan hal tersebut dan pasti menyadari bahwa mereka seharusnyamenyembunyikan karamah. Bagaimana mungkin mereka
memperlihatkannya,sehingga diharamkan keberkahannya. Tetapi yakinlah bahwa merekatidak menampakkannya kecuali berdasarkan hukum yang benar dan niatyang lurus yakni untuk mencari ridha Allah dan mengabdi kepadaagama-Nya yang lurus. Ketika itulah, para wali menempati maqampemilik mukjizat, yaitu pemimpin para rasul, Muhammad SAW.Kebanyakan karamah yang dianugerahkan Allah kepada mereka munculkarena dipaksakan dan tanpa ikhtiar. Semoga Allah melimpahkankebaikan kepada kita dengan berkah mereka, dan semoga Allah tidakmemberi kita kemampuan untuk menentang mereka, karena mereka adalahwali Allah. Allah Swt. berfirman dalam hadis qudsi, "Barangsiapamenyakiti wali-Ku, maka Aku izinkan memeranginya." Maksudnya, Allahmemberitahukan akan memerangi orang yang menyakiti wali-Nya danmenjadi musuhnya. Para ulama menyatakan bahwa peringatan keras inihanya diberikan kepada mereka yang menyakiti para wali dan memakanriba. Kita memohon kepada Allah agar diberi kekuatan yang sempurnadalam agama, dunia, dan akhirat. Imam Yafi'i menjelaskan dalam Raudh al-Rayyahin, "Manusia yangmengingkari karamah ada berbagai macam; ada yang mengingkarikaramah para wali secara mutlak, ada yang mendustakan karamah parawali pada masanya tetapi mempercayai karamah para wali yang bukanmasanya, seperti Ma'ruf, Sahi, Al-Junaid, dan lain-lain. Merekaadalah orang-orang yang oleh Abu Hasan al-Syadhily r.a., dikatakan,'Demi Allah, tidak ada yang bertindak demikian selain kaum BaniIsrail. Mereka percaya kepada Musa tetapi mendustakan Muhammad SAW.karena mereka semasa dengan Musa. Ada sebagian orang yangmempercayai bahwa wali-wali Allah memiliki karamah, tetapi tidakmeyakini karamah satu orang wali pun yang hidup pada masanya. Mereka ini terhalang mendapatkan berkah karamah, karenabarang-siapa tidak mengakui karamah seorang wali, maka ia tidakakan bisa mengambil manfaat dari karamah wali lainnya. Hanya kepadaAllahlah kita mohon pertolongan dan husnul khatimah (akhir yangbaik)." Imam Yafi'i mengatakan bahwa ketika beberapa ulama besarditanya tentang karamah wali, mereka menjawab, "Barangsiapamenyangkal karamah padahal ia tidak mengerti sedikit pun tentangkaramah dan tidak mampu memikirkannya, maka hendaklah ia kembalipada pemikiran bahwa sesungguhnya Allah
Maha berkuasa melakukan apayang dikehendaki-Nya dan Maha menetapkan apa yang Dia inginkan."Menurut Imam Yafi'i, sikap para penyangkal karamah ini sangat aneh,padahal karamah-karamah itu telah dijelaskan dalam ayat-ayatAl-Qur'an yang mulia, hadis-hadis sahih, atsar-atsar terkenal,hikayat-hikayat yang diriwayatkan oleh orang-orang yang melihat danmenyaksikan langsung, ulama salaf dan khalaf, dan begitu banyakjumlahnya yang tersebar di seluruh negeri, sampai tak terhitungbanyaknya. Mayoritas penyangkal karamah, kalau mereka melihatlangsung para wali dan orang-orang saleh terbang di udara, merekaakan menganggap itu sihir atau menuduh mereka setan. Tidakdiragukan lagi bahwa orang yang mengharamkan taufiq lalumendustakan kebenaran karamah karena dianggap tidak masuk akal dandengki, berarti ia mendustakan hal-hal yang tampak di depan matadan yang tertangkap oleh fisik. Sebagaimana firman Allah, danDialah Yang Maha benar perkataan-Nya, "Dan kalau Kami turunkankepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat memegangnyadengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang kafir ituberkata, "Ini benar-benar sihir yang nyata." "(QS Al-An' am [6]:7)
2.1.6 Perbedaan Antara Karamah Dan Istidraj Sun, 2010-04-18 16:14 — admin
Perlu diketahui bahwa siapa saja yang menginginkan sesuatu dankeinginannya itu dikabulkan oleh Allah, maka itu belum tentumenunjukkan bahwa ia seorang hamba yang mulia di sisi Allah, baikpemberian Allah tersebut sesuai atau berbeda dengan kebiasaan. Akantetapi pemberian Allah tersebut bisa berarti penghormatan Allahuntuk hamba-Nya (karamah) atau tipuan untuknya (istidraj). DalamAl-Qur'an, istilah istidraj diungkapkan dengan beberapaistilah: 1. Al-istidraj, seperti dinyatakan dalam firman Allah: Kami (Allah) akan memperdaya mereka secara berangsur-angsurdengan cara yang tidak mereka ketahui. (QS Al-A'raf [7]: 182) Makna al-istidraj dalam ayat ini adalah Allah mengabulkan semuakeinginannya di dunia agar pembangkangan, kesesatan, kebodohan, dankedurhakaan mereka semakin
bertambah, hingga setiap hari semakinjauh dari Allah. Pada praktiknya, menurut logika, mengulang-ulangperbuatan akan menyebabkan pelaku semakin kuat menguasai perbuatanyang diulang-ulangnya. Bila hati seorang hamba condong kepadadunia, kemudian Allah mengabulkan keinginannya, maka ketika itulahia mencapai apa yang diinginkannya, sehingga akan diperolehkenikmatan, dan adanya kenikmatan akan semakin menambah kecondongankepada dunia, lalu kecondongan kepada dunia mengharuskannya untuksemakin keras berusaha untuk mencapai keduniaan. Selamanya, setiaptahapan akan mendorong kepada tahapan selanjutnya, dan setiaptahapan akan semakin menguat secara gradual. Sudah dimaklumi bahwakesibukan orang terhadap kenikmatan yang menyenangkan ini akanmenghalangi diri dari maqam-maqam mukasyafah (tingkatketersingkapan cahaya) dan derajat ma'rifat, dan sudah tentu akansemakin menjauhkan diri dari Allah, setahap demi setahap hinggamencapai puncak kecondongannya kepada dunia. Inilah yang dinamakanistidraj. 2. Al-makr, seperti dinyatakan dalam firman Allah: •
Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah yang tidakterduga-duga?
Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecualiorang-orang yang merugi. (QS Al-A'raf [71: 99) •
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalastipu daya mereka.
Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (QSAli'Imran [31:54) •
Mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan
Kamimerencanakan makar pula, sedang mereka tidak menyadari. (OS Al-NamlT271:50) 3. Al-kaid (tipu daya), seperti dinyatakan dalam firmanAllah, Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allahakan membalas tipuan mereka. (QS Al-Nisa' [4]: 142) 4. Al-imla (memberi tangguh), sebagaimana dinyatakan dalamfirman Allah:
Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir itu menyangka bahwamasa penangguhan yang Kami berikan kepada mereka adalah lebih baikbagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada merekahanyalah supaya dosa mereka bertambah. (QS Ali 'Imran [3]: 178) 5. Al-ihlak (siksaan), sebagaimana dinyatakan dalam firmanAllah: Sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telahdiberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengansekonyong-konyong. (QS Al-An'am [6]: 44) Dan dalam firman Allah tentang Fir'aun, Dan berlaku angkuhlah Fir'aun dan bala tentaranya di bumi tanpaalasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akandikembalikan kepada Kami. Maka Kami hukum Fir'aun dan balatentaranya, lalu Kami tenggelamkan mereka ke dalam lautan (QSAl-Qashash [28]: 39-40). Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa tercapainya keinginan seoranghamba tidak menunjukkan kesempurnaan derajat dan keberuntunganmendapat kebaikan. Perbedaan antara karamah dan istidraj adalah bahwa pemilik karamahtidak begitu senang dengan karamah yang dimilikinya, bahkan karamahitu membuatnya semakin takut kepada Allah, kewaspadaannya terhadapsiksa Allah semakin kuat, karena ia takut kalau-kalau hal tersebutmerupakan istidraj. Sedangkan pemilik istidraj sangat senang denganhal-hal luar biasa yang ada pada dirinya dan mengira bahwa karamahitu ada pada dirinya karena ia berhak memilikinya. Karena itu iamemandang rendah orang lain, membanggakan diri sendiri, dan merasaaman dari tipu daya dan siksaan Allah, dan tidak takut kepada siksaAllah. Jika sikap seperti ini muncul pada diri seorang pemilikkaramah, berarti yang dimilikinya bukanlah karamah tetapi istidraj. Orang-orang yang berpegang pada kebenaran (Al-Muhaqqiqun)mengatakan bahwa ada kesepakatan bahwa keterputusan dari hadiratAllah sebagian besar terjadi dalam kondisi memiliki karamah. Tidakdiragukan lagi, golongan Al-Muhaqqiqun takut kepada karamah,seperti rasa takut mereka kepada berbagai macam cobaan. Rasa
senangkepada karamah dapat memutuskan jalan kepada Allah. Hal ini dapatdijelaskan dengan beberapa hujjah: Hujjah pertama: Ketertipuan ini terjadi, ketikaseseorang yakin bahwa dirinya berhak memperoleh karamah dansekiranya ia bukanlah orang yang berhak mendapatkannya maka tidakakan muncul rasa bangga itu bahkan rasa bangganya itu muncul hanyakarena karamah wali. Keutamaan karamahnya lebih besar daripadakebahagiaan karena karamah itu sendiri. Kebahagiaan dengan adanyakaramah itu melebihi kebahagiaan pada dirinya sendiri. Jelas bahwakebahagiaan karena adanya karamah tidak akan muncul kecuali denganadanya keyakinan bahwa dirinyalah pemilik karamah itu dan yangberhak mendapatkannya. Ini adalah kebodohan yang nyata karena paramalaikat saja berkata, Tidak ada yang kami ketahui kecuali dari apayang Engkau ajarkan kepada kami (QS Al-Baqarah [2]: 32). Dan Allahberfirman, Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatanyang semestinya (QS Al-An'am [6]: 91). Ada dalil meyakinkan yangmenyatakan bahwa makhluk tidak berhak mendakwakan kebenaran, makabagaimana mungkin ada orang mengaku berhak mempunyai karamah. Hujjah kedua: Karamah adalah sesuatu yangsenantiasa tergantung pada Allah Swt. Rasa senang karena memilikikaramah adalah senang kepada sesuatu yang bukan haknya. Rasa senangkepada sesuatu yang bukan haknya merupakan penghalang kebenaran, dan orang yangterhalang dari kebenaran bagaimana mungkin layak untuk senang danbergembira? Hujjah ketiga: Orang yang yakin bahwa dirinyaberhak memiliki karamah karena merasa amal perbuatannya memilikipengaruh besar dalam dirinya dan merasa bahwa perbuatannya bernilaiatau berpengaruh pada dirinya adalah orang yang bodoh. Kalau sajaia mengenal Tuhan, ia pasti menyadari semua ketaatan makhluk disisi Allah itu hanya sedikit, semua rasa syukur mereka atasanugerah dan nikmat-Nya itu juga sangat sedikit, dan semuapengetahuan dan ilmu mereka dibandingkan dengan keagungan Allahhanyalah kebingungan dan kebodohan saja. Ketika Ustaz Abu 'Ali al-Daqaq mengkaji firman Allah yang berbunyiKepada-Nyalah naik
perkataan-perkataan yang baik dan amal yangsaleh dinaikkan-Nya (QS Fathir [35]:10), di majelisnya ia berkata,"Pertanda bahwa amalmu dinaikkan oleh Allah adalah jika kamu tidakmengingat-ingatnya. Jika kamu mengingat-ingat amalmu, berartiamalmu ditolak, sebaliknya bila kamu tidak mengingat-ingatnya,berarti amalmu diterima dan dinaikkan oleh Allah Swt." Hujjah keempat: Pemilik karamah merasa bahwakaramah yang dimilikinya justru untuk memperlihatkan kerendahanhati dan ketundukan di hadapan Allah. Jika ia merasa bangga, tinggihati, dan sombong disebabkan karamah yang dimilikinya, makabatallah segala sesuatu yang menyebabkannya menerima karamah. Sikapseperti inilah yang membuat pemilik karamah tertolak. Oleh karenaitu, setiap kali Rasulullah Saw. menceritakan tentang manaqib(keistimewaan) dan keutamaan dirinya, beliau selalu mengakhirinyadengan kalimat, "Tiada kebanggaan," maksudnya "Aku tidak banggadengan karamah yang kumiliki ini, yang aku banggakan adalah Zatyang memberi karamah." Hujjah kelima: Kemunculan hal-hal luar biasapada iblis dan bal'am begitu menakjubkan, tetapi kemudian Allahberfirman kepada iblis, Ia termasuk golongan kafir, kepada bal'am,Ia seperti anjing, dan kepada ulama Bani Israil, Perumpamaanorangorang yang memegang Taurat, tetapi tidak mengamalkannyaadalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal (QSAl-Jumu'ah [62]: 5), juga firman-Nya kepada Bani Israil,Orang-orang yang telah diberi Al-Kitab tidak berselisih, kecualisetelah datang ilmu kepada mereka, di antara mereka kemudian adayang membangkang (QS Ali 'Imran [3]: 19). Jadi jelaslah bahwakegelapan dan kesesatan yang menimpa mereka disebabkan karena rasabangga dengan ilmu dan kezuhudan yang diberikan kepada mereka. Hujjah keenam: Karamah bukanlah kemuliaan, dansegala sesuatu yang tidak mulia adalah kehinaan. Barangsiapamemuliakan kehinaan berarti ia hina, karena itu Nabi Ibrahim a.s.berkata, "Adapun bagi-Mu, itu tidak berarti apa-apa." Merasa cukupdengan kefakiran adalah fakir, takwa dengan kelemahan adalah lemah,merasa sempurna
dengan kekurangan adalah kurang, bahagia dengansemua hal yang diperkenankan dan menerima seluruh kebenaran adalahsikap ikhlas. Fakir adalah ketika seseorang senang dengan kemuliaanyang menjatuhkan derajatnya. Jika seseorang melihat karamah,sesunggu-hnya setiap ia melihat keperkasaan niscaya ia melihat sangpemberi keperkasaan, dan setiap ia melihat ciptaan niscaya iamelihat penciptanya. Hujjah ketujuh: Bangga terhadap diri dansifat-sifatnya termasuk sifat-sifat iblis dan Fir'aun. Iblisberkata, Aku lebih baik daripada Adam (QS Al-A'raf [7]: 12) danFir'aun berkata, Bukankah kerajaan Mesir ini adalah kepunyaanku (QSAl-Zukhruf [43]: 51). Setiap orang yang mengaku nabi atau tuhansecara dusta, maka ia tidak memiliki tujuan apa-apa, kecuali untukmenghias diri, memperkuat ketamakan dan kebanggaan diri. Olehkarena itu, Rasulullah Saw. bersabda, "Ada tiga hal yang merusak,yang terakhir adalah orang yang membanggakan diri." Hujjah kedelapan: Allah berfirman, Berpegangteguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamutermasuk orang-orang yang bersyukur (QS Al-A'raf [7]: 144). Dansembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu apa yang diyakini (ajal)(QS Al-Hijr [15]: 99). Ketika Allah menganugerahkan karunia yangmelimpah kepada kita, kita diperintah untuk menyibukkan diri denganmelayani Sang Pemberi, bukan malah bangga dengan karunia yangdiberikan-Nya itu. Hujjah kesembilan: Ketika Nabi Saw. disuruholeh Allah untuk memilih antara menjadi raja yang nabi atau hambayang nabi, beliau tidak memilih posisi raja, padahal tidakdiragukan bahwa posisi raja yang meliputi daerah Timur dan Baratadalah kemuliaan, bahkan mukjizat. Namun Nabi Saw. meninggalkansinggasana dan memilih penghambaan ('ubudiyah)kepada Allah. Sebabketika menjadi seorang hamba, kebanggaannya diarahkan kepadatuannya. Tetapi ketika menjadi raja, kebanggaannya diarahkan kepadabudaknya. Ketika Nabi Saw. memilih penghambaan, sudah tentu diamenjadikan sunnah sebagai penghormatan seperti yang diriwayatkan Ibnu Mas'ud, "Aku bersaksi bahwaMuhammmad Saw. adalah hamba dan utusan-Nya." Allah berfirmantentang mi'raj Nabi Saw., Maha
suci Allah yang telah memperjalankanhamba-Nya pada suatu malam. (QS Al-Isra' [17]: 1) Hujjah kesepuluh: Mencintai tuan itu tidak adaartinya, mencintai sesuatu demi tuan juga tidak ada artinya.Barangsiapa mencintai, maka ia tidak akan senang dan gembira selaindengan kekasihnya. Kesenangan dan kegembiraan dengan selain Allahmenunjukkan bahwa ia tidak mencintai tuannya, tetapi ia hanyamencintai bagian dari nafsunya sendiri dan bagian dari nafsu hanyadituntut oleh nafsu. Orang seperti ini hanya mencintai dirinyasendiri. Sebenarnya ia tidak mencintai tuannya, ia hanya menjadikantuannya sebagai sarana untuk memperoleh apa yang dicarinya. Berhalabesar adalah nafsu, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya,Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunyasebagai tuhannya (QS AlFurqan [25]: 43). Manusia seperti iniadalah hamba berhala agung hingga para muhaqqiqin mengemukakanbahwa mudarat karena menyembah berhala tidak sebesar mudarat karenamenyembah nafsu, rasa takut karena menyembah berhala tidak sebesarrasa takut karena merasa bangga dengan adanya karamah. Hujjah kesebelas: Allah berfirman, Barangsiapabertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberinya jalan keluar danmemberinya rezeki dari arah yang tidak disangkasangka. Danbarangsiapa bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkankeperluannya (QS Al-Thalaq [65]: 2-3). Ayat ini menunjukkan bahwaorang yang tidak bertakwa dan bertawakkal kepada Allah, maka tidakakan memperoleh apa-apa dari perbuatan dan keadaan mereka itu.
2.1.7 Perbedaan Karamah Dengan Peristiwa Luar Biasa Lainnya Sun, 2010-04-18 16:15 — admin
Kami telah menjelaskan perbedaan antara mukjizat dengan kejadianluar biasa lainnya dalam pembukaan kitab Hujjatullah 'alaal-'Alamin. Dalam penjelasan itu, kami mengutip pendapat imam-imamyang berkompeten dalam hal ini seperti Al-Mawardi, AlSya'rani,Al-Qasthalani, Ibnu Hajar, dan lain-lain. Jadi, kami tidak
perlumencantumkannya lagi di sini, hanya perlu mengingatkan satu halyang belum dijelaskan dalam kitab di atas, yang bersumber dariucapan Sayyid Muhyiddin Ibnu 'Arabi r.a. dalam bab 186 kitabMawaqif al-Nujum tentang mengetahui maqam peristiwa luar biasa: Peristiwa luar biasa terbagi menjadi beberapa macam. Saya akan mengemukakan batasan-batasannya Diantaranya, peristiwa luar biasa yang muncul untuk menunjukkan kebenaran Seperti mukjizat para Rasul Yang lainnya ada beberapa macam Tiada ilmu untuk bisa menjelaskannya Semuanya termuat jelas dalam kitabullah Cobalah kaji dalam tulisannya Kabar gembira, sihir, tipu muslihat atau tanda-tandanya Semua telah disebutkan dalam kitabullah Semuanya diringkas dalam lima macam Terkenal di kalangan orang-orang yang mampu melihatnya Perlu diketahui, peristiwa luar biasa itu ada beberapa macam; diantaranya, peristiwa luar biasa yang muncul karena kekuatan diri,yaitu apabila orang alim berbuat dosa, lalu ia melakukan hal-halluar biasa untuk memenuhi keinginannya itu. Demikian Allahmengabulkan kehendaknya. Terkadang berupa tipu muslihat yang sudahdiketahui, seperti al-qalfitriyat dan hal-hal yang sudah dimaklumiulama, terkadang berupa kemampuan mengatur huruf-huruf denganastrologi, ini berlaku untuk ahli astronomi. Terkadang berupapenyebutan nama-nama, lalu muncul hal-hal luar biasa menurutpandangan mata orang yang melihatnya, yang berbeda dengankebiasaan. Peristiwa tersebut muncul sesuai dengan kekuatan namayang disebutkan. Semua ini terjadi di bawah kekuasaan makhluk atasizin Allah. Dan semua peristiwa luar biasa ini muncul melaluikekuatan ilahi, manusia tidak mempunyai andil dan kekuasaan,
tetapiAllah-lah yang menampakkannya atau muncul atas perintah Allah danpetunjuknya. Kejadian-kejadian luar biasa mempunyai tingkatan sebagaiberikut; ada yang disebut mukjizat yang memiliki syarat dan sifattertentu yang sudah diketahui. Ada yang disebut sebagai ayat, bukanmukjizat. Ada yang dinamakan karamah, muayyadah, munabbihat danbaitsah, jaza', makr, dan istidraj. Selain mukjizat, semua kejadianluar biasa ini tampak tanda-tandanya pada diri orang-orang yangmenempuh jalan Allah meskipun mereka tidak mengetahuinya. Berbedadengan mukjizat, karena para pemiliknya mengetahui apa yang adadalam diri mereka. Apakah kejadian-kejadian luar biasa ini terjadidengan campur tangan Allah atau tidak? Hanya mukjizat dan ayat yangpasti terjadi karena pertolongan Allah, oleh karena itu keduanyaharus diyakini dan diceritakan. Demikian juga dengan muayyadah, selain dua hal inimasih merupakan kemungkinan seperti yang telah kami jelaskan. Kejadian luar biasa yang muncul dari para wali tidak akanterjadi pada orang yang mampu menampakkan kejadian luar biasatetapi kemampuan itu digunakan untuk hal yang mubah, atau melakukanperbuatan yang dilarang karena godaan setan, atau meninggalkansuatu kewajiban syariat. Barangsiapa mempunyai hal luar biasa dalamdirinya, maka Allah akan memberinya kemampuan melakukan hal-halluar biasa di dunia ini seperti kemampuan berbicara melalui kontakbatin atau berjalan di udara, dan lain-lain. Ibnu 'Arabi telahmenjelaskan karamah, tingkatan-tingkatan, dan hasilhasilnya dalamkitab Mawaqi' al-Nujum. Kitab ini hanya menceritakankaramah-karamah saja bukan menjelaskan pengetahuan tentangnya.Mawaqi' al-Nujum adalah sebuah kitab dengan metode yang sahih,sangat bermanfaat, dan kecil bentuknya. Penulisnya menjelaskannyasecara teratur karena keteraturan merupakan asal adanya alam. Dankejadian luar biasa termasuk kejadian alam. Allah membuat tanda-tanda kekuasaan-Nya di alam ini, baik yangbiasa maupun yang luar biasa. Adapun tanda-tanda kekuasaan Allah dialam ini yang bersifat biasa hanya bisa dipahami oleh ahlul fahmi(orang yang memahami Allah secara khusus) dan selain
mereka tidakmempunyai pengetahuan tentang kehendak Allah. Allah telah memenuhiAl-Qur'an dengan ayat-ayat yang menerangkan tanda-tanda kekuasaanAllah berupa kejadian-kejadian yang biasa, seperti perbedaan malamdan siang, turunnya hujan, keluarnya tumbuh-tumbuhan, berlayarnyakapal di laut, perbedaan bahasa dan warna, tidur di waktu malam dankerja di waktu siang. Semua dijelaskan dalam AlQurxan sebagaitanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal, mau mendengar,bisa memahami, beriman, mengerti, meyakini, dan mau berpikir. Disamping itu, tidak ada yang mau memperhatikan tanda-tanda kekuasaanAllah kecuali Ahlullah, yaitu ahli Al-Qur'an secara khusus. Adapun tanda-tanda kekuasaan Allah yang luar biasa adalah adanyakejadian-kejadian di luar kebiasaan manusia. Kejadian-kejadiantersebut memberi pengaruh kejiwaan atas manusia, seperti goncangan,gempa bumi dan gerhana, binatang berbicara, berjalan di atas airatau di udara, mengetahui peristiwa yang akan datang sebatas yangdiketahui, berbicara melalui batin, sedikit makanan yangmengenyangkan banyak orang, hal ini dijadikan pelajaran oleh orangkebanyakan pada khususnya. Kalau suatu peristiwa yang luar biasatidak membuat orang menjadi istiqamah, sadar, dan tidak mendoronguntuk kembali kepada Allah dan tidak berpengaruh sedikit punbaginya, maka hal itu disebut makar dan istidraj karena dia tidaktahu bahwa itu adalah tipuan setan yang kuat yang diberikan olehAllah kepada orang-orang yang ingkar. Kejadian-kejadian luar biasa mengandung rahasia yang mengagumkanbagi para ahli ma'rifat, dan kalau tidak berbahaya disiarkan kepadaorang awam, kami pasti akan menjelaskannya. Kejadian luar biasaterjadi hanya satu kali, kalau terjadi dua kali maka disebut halyang biasa. Pada hakikatnya, kejadian luar biasa selalu merupakankejadian baru, kalau kemudian terulang maka tidak dinamakankejadian luar biasa, paling ada kejadian yang serupa dengannya. Dalam kitab Al-Futuhat al-Makiyyah dan Mawaqi' al-Nujum, kitab yangbanyak faedahnya, kecil bentuknya, ditulis dalam cetakan lamakira-kira 100 halaman, dan dikarang pada 595 M, Ibnu 'Arabimenyatakan, "Manusia tidak bisa mengetahui hakikatkejadian-kejadian luar biasa. Allah lebih berhak disembah tetapikejadian-
kejadian luar biasa telah menutup mata buta yang hanyamengutamakan hal-hal lahir kehidupan dunia yaitu wujud kehidupankedua (al-mitslu al-tsani)daripada kehidupan akhirat. Mereka lalaidan terpedaya kehidupan dunia. Kemungkinan itu tidak terbatas,kekuasaan adalah jendelanya, dan kebenaran adalah pasti. Manapengulangan itu? Tidak masuk akal kalau tidak ada pengulangankarena pengulangan merupakan kejadian luar biasa." Syaikh Muhammad bin 'Ibad al-Randa dalam syaraknya tentang hikmahyang dianugerahkan Allah, berkata, "Setiap orang yang merasadirinya istimewa, tidak sempurna keikhlasannya." Keistimewaan yangdimaksud di sini adalah kemuliaan, pertolongan, perlindungan, kasihsayang, dan penjagaan yang dilimpahkan Allah kepada sebagianhamba-Nya. Di antara mereka ada yang terus menerus mendapatkankaruniakarunia di atas dari Allah hingga tampaklah kearifannya,sehingga mereka mempunyai keistimewaan dibandingkan orang lain danalam ini. Mereka adalah orang-orang khawwash yang dekat denganAllah, yaitu orang-orang yang memiliki ilmu ma'rifatullah danmencintai Allah. Di antara mereka ada yang diberi kemampuanmencapai puncak kesempurnaan dan Allah menjaga keadaannya denganmenganugerahinya ilmu dan perbuatan yang pantas baginya. Merekaadalah orang-orang yang dekat dengan Allah, golongan kanan, ahli zuhud, ahli mujahadah, dan ahli zikir. Meskipun mereka sejajardengan orang-orang yang pertama kali masuk surga karena mendapatkankemurahan, kemuliaan, dan kemampuan dari Allah untuk melakukantugas, ketaatan dan ibadah hanya kepada-Nya, mereka tidak memandangdiri mereka istimewa, selalu menjaga langkah, bahkan menjagasebab-sebab untuk mendapatkan karunia Allah tersebut, dan percayaakan adanya hijab. Allah memberikan keistimewaan kepada mereka dengan menampakkankaramah di tangan mereka dan melalui perantaraan mereka, sebagaipenenang jiwa dan penguat keyakinan dalam hati. Para sahabatRasulullah yang termasuk golongan yang pertama masuk surga tidakmendapatkan karamah karena mereka tidak membutuhkannya dan karenakedalaman keyakinan, kekokohan dan keteguhan mereka. Sebagaimanadikatakan oleh penulis kitab Awarif al-Ma'arif bahwa orang yangtidak
mampu menyingkap makna kejadian-kejadian luar biasa terkadanglebih utama daripada yang mampu menyingkapnya bila telahdisingkapkan oleh Allah dengan ma'rifat. Kekuasaan adalah buktiadanya Zat Yang Maha Kuasa. Dan orang yang secara khusus mendekatkepada Yang Maha Kuasa tidak memandang aneh kejadian-kejadian luarbiasa, ia melihatnya tampak nyata dari tabir alam hikmah. ' i< Al-Syibli r.a. diberitahu tentang Abu Turab yang kelaparan di gurunpasir lalu ia melihat gurun pasir itu penuh berisi makanan.Al-Syibli kemudian berkomentar, "Abu Turab adalah hamba yangditolong oleh Allah, kalau ia mencapai tempat kebenaran, maka diaakan seperti orang yang berkata, 'Aku menginap di sisi Allah, makaDia akan memberiku makan dan minum.'" Al-Syibli menjelaskan dalam kitab Lathaif al-Minan bahwa karamahdalam diri seorang wali terkadang tampak oleh dirinya sendiri danterkadang tampak oleh orang lain. Jika seorang wali melihat adanyakaramah dalam dirinya, berarti ia mengetahui kekuasaan dan keesaanAllah dan mengetahui bahwa kekuasaan-Nya itu tidak mengikuti sebabakibat. Allah-lah yang telah menetapkan adanya kejadian-kejadianyang biasa, bukan kejadian-kejadian biasa yang menetapkan adanyaAllah. Allah-lah yang telah membuat kejadian-kejadian yang biasa,perantara-perantara, dan sebab-sebabnya untuk menutupi kekuasaandan menyelubungi cahaya keesaan-Nya. Orang yang tidakmempercayainya adalah hina dan orang yang terbuka hatinya sertapercaya bahwa Allah pelakunya, maka dia itu mulia. Al-Syibli selanjutnya mengutip pendapat Syaikh Abu Hasan yangmengemukakan bahwa karamah berfaedah untuk memperkuat keyakinankepada ilmu, kekuasaan, kehendak dan sifat-sifat azali Allah yangmenyatu dan tidak berdiri sendiri, seakan-akan satu sifat vangmenyatu dalam Zat Yang Maha Esa. Tidaklah sama antara orang yangmengenal Allah melalui mata hatinya dengan orang yang mengenalAllah melalui akalnya. Karamah adalah penguat keyakinan bagi orangyang dianugerahi karamah seperti yang dialami oleh para wali diawal laku spiritualnya dan tidak dialami para ulama yang telahsempurna laku spiritualnya karena sudah mempunyai keyakinan yangmendalam, sehingga mereka tidak membutuhkan karamah untukmemperkuat keyakinan mereka. Demikianlah keadaan para sahabatRasulullah. Allah tidak perlu menampakkan karamah
berupa fisik padamereka karena Allah telah menganugerahi mereka pengetahun tentanghal-hal gaib, pengetahuan musyahadah, laksana gunung yang takmembutuhkan tiang. Karamah dimunculkan karena adanya keraguanterhadap karunia Allah dan untuk mengetahui karunia Allah padaorang yang mempunyainya. Karamah adalah bukti bahwa orang yangmempunyainya istiqamah dalam beribadah kepada Allah. Sikap manusia terhadap karamah ada tiga macam: Pertama, golongan yang menjadikan karamah sebagai puncak kekuatan.Apabila mereka menemukan orang yang mempunyai karamah merekamemuliakannya, dan apabila karamah lenyap dari diri seseorang,mereka tidak memuliakannya. Kedua, golongan yang meragukan karamah dan menganggapnya sebagaitipuan yang dilakukan oleh para pencinta dunia untuk menjagakedudukan mereka sehingga mereka tidak bisa mencapai kedudukan yangbukan haknya. Abu Turab al-Nakhsyabi bertanya kepada Abu Abbas al-Riqi, "Apapendapat temantemanmu tentang karamah yang merupakan cara Allahmemuliakan hambanya." Abu Abbas menjawab, "Saya tidak melihat satupun dari mereka yang tidak mempercayainya." Kemudian Abu Turabberkata, "Barangsiapa tidak mempercayainya, maka dia telah kafir.Yang saya tanyakan adalah pendapat mereka tentang ahwal (keadaanketika orang alim dekat dengan Allah)." Abu Abbas menjawab, "Sayatidak tahu pendapat mereka." Abu Turab berkata lagi, "Sesungguhnyateman-teman- mu berkeyakinan bahwa karamah adalah tipuan untukmemalingkan manusia dari kebenaran, padahal sebenarnya tidakbegitu, karena tipuan bersifat menenangkan orang yang memilikinya. Maka barangsiapa yang tidak gembira dan tidakmerasa aman dengan adanya karamah, berarti ia telah mencapaitingkat rabbaniyyin." Cerita ini berasal dari Abu Turab r.a. ketikaada beberapa temannya yang kehausan, lalu ia memukulkan tangannyake atas tanah dan tiba-tiba mengalirlah air dari tanah tersebut.Kemudian ia berkata, "Aku ingin minum dengan gelas," lalu iamemukulkan tangannya ke tanah tiba-tiba ia memegang gelas dari kacaputih, ia minum dan memberi minum kami semua. Abu Abbas berkata,"Gelas itu kami bawa sampai ke Mekah."
Syaikh Abu Hasan berkata, "Kesimpulannya, kita tidak pantas memintakaramah dari Allah. Barangsiapa dikaruniai karamah, berarti Allahmemuliakannya karena hal itu menjadi bukti bahwa dia istiqamahdalam beribadah kepada Allah." Ketiga, tampaknya karamah dalam diri seorang wali di hadapan oranglain. Maksudnya adalah supaya orang yang menyaksikannya mengakuikebenaran jalan yang ditempuh wali yang dikaruniai karamahtersebut. Baik orang itu dulunya mengingkari karamah kemudianmengakuinya, atau dulu ia kafir lalu beriman, atau dia ragu akankeistimewaan seorang wali kemudian muncul karamah dalam diri walitersebut supaya Allah menunjukan kebaikannya kepada orang lain. Abu Nashr al-Siraj bertanya kepada Abu Hasan bin Salim, "Apa maknakaramah, sampai-sampai orang yang memilikinya meninggalkan duniasebagai ladang ikhtiar, bagaimana mungkin mereka mulia denganmerubah batu menjadi emas?" Abu Hasan menjawab, "Mereka dianugerahikaramah bukan karena mereka menguasainya, tetapi karena merekamembutuhkannya dalam keadaan terpaksa dan untuk menghilangkankesedihan karena kurangnya rezeki yang telah dijanjikan Allah bagimereka, sehingga mereka mengatakan, 'Allah berkuasa mengubah batumenjadi emas, seperti yang terlihat. Dia berkuasa memberikan rezekikepadamu dari arah yang tidak disangka-sangka.' Para walimemerlukan karamah untuk mendidik jiwa mereka karena tidak adanyarezeki. Karamah adalah bukti kuat bagi mereka dan sarana untukmelatih dan mendidik jiwa." Dalam hal ini, Abu Nashr pernah mendengar Ibnu Salim berceritatentang hikayat Sahi bin 'Abdullah r.a. yang mengisahkan bahwa adaseorang laki-laki Basrah bernama Ishaq bin Ahmad yang tergolongmemiliki banyak harta, tetapi ia kemudian meninggalkan hartanya. Iabertobat dan bersahabat dengan Sahl. Pada suatu hari ia berkatakepada Sahi, "Wahai Abu Muhammad, sesungguhnya jiwaku tidak bisalepas dari bisikan dan teriakan takut kehilangan makanan dan harta." Sahlmenjawab, "Ambil batu lalu mintalah kepada Allah untuk mengubahnyamenjadi makanan yang bisa kau makan." Ishaq berkata, "Siapapanutanku untuk melakukan hal itu?" Sahl menjawab, "Panutanmuadalah Nabi Ibrahim ketika ia berkata, 'Ya Tuhanku, perlihatkankepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.' Allah bertanya,'Apakah kamu belum
percaya?' Ibrahim menjawab, 'Aku telah percaya,tetapi agar hatiku bertambah kuat (Al-Baqarah [2]: 260)." Artinya, jiwa hanya akan puas setelah melihat secara langsungkarena ia diliputi keraguan, seolah-olah Ibrahim berkata, "YaTuhan, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orangmati agar hatiku bertambah kuat. Aku sebenarnya sudah percayakepada-Mu, tetapi jiwa tidak puas apabila tidak melihat langsung."Demikian juga para wali Allah dianugerahi karamah untuk mendidikdan memperhalus jiwa serta sebagai keutamaan tambahan bagi mereka.Demikianlah pendapat Abu Nasr. Salah seorang ulama berpendapat bahwa karamah hanya dimiliki olehorang-orang jujur yang bodoh. Pada suatu hari, seorang sahabat Sahlbin 'Abdullah r.a. berkata kepadanya, "Tatkala aku berwudhu untukshalat, tiba-tiba air yang mengalir di tanganku berubah menjadisegenggam emas dan perak." Sahl kemudian berkata kepadanya, "Yangsaya tahu, jika anak kecil menangis ia diberi mainan agartenang." Al-Junaid menceritakan bahwa Abu Hafshah al-Naisaburi dan 'Abdullahal-Ribati beserta jamaahnya pernah berkunjung kepadanya. Di antaramereka ada yang kepala bagian depannya botak dan sedikit bicara.Pada suatu hari, si kepala botak bertanya kepada Abu Hafsah, "Salahseorang jamaah yang kemarin ke sini memiliki tanda-tanda karamahyang nyata, tetapi aku tidak melihat sesuatu pun pada dirimu." AbuHafshah r.a. menjawab, "Kemarilah," kemudian ia membawanya ke pasarpandai besi. Abu Hafshah menuju tungku besar dan memasukan besibesar ke dalam tungku kemudian memasukan tangannya ke tungkutersebut dan mengambil besi yang terbakar itu lalu mengeluarkannyahingga menjadi dingin di tangannya. Kemudian ia berkata kepadaorang itu, "Inikah yang kau inginkan?" Beberapa orang di antaramereka menanyakan tujuan menampakkan karamah, ia menjawab, "Hal itumenunjukkan bahwa orang yang memilikinya adalah orang yang muliadan ia takut kalau tidak menunjukkannya, keadaannya akan berubah.Maka ia menunjukkannya untuk memperoleh simpati, menjagakeadaannya, dan menambah imannya. Akan tetapi para ahli ma'rifat dan para ahli hakikat menghindar dan takut untukmenunjukan karamah mereka." Salah seorang ulama salaf berkata, "Tipu daya yang paling tidakkentara bagi para wali
adalah karamah dan ma'nah" Diceritakan bahwaketika Abu Hafs duduk dengan temantemannya, ada seekor kijangturun dari gunung dan ia meminta berkah kepada mereka. Abu Hafslalu menangis, kemudian ia ditanya kenapa menangis. Abu Hafsmenjawab, "Ketika kalian duduk di sampingku tiba-tiba terbesitdalam hatiku apabila aku mempunyai kambing, maka akan aku sembelihuntuk kalian. Maka ketika kijang ini meminta berkah kepada kita akumerasa diriku seperti Fir'aun ketika meminta kepada Allah untukmengizinkannya berlayar di Sungai Nil lalu Allah mengizinkannya.Lalu aku menangis dan bertanya kepada Allah tentang apa yangdiminta dan diharapkan kijang tersebut." Diceritakan bahwa salah seorang Abdal berkata kepada salah satumurid Syaikh Abu Madyan r.a., "Apa yang terjadi pada kita sehinggakita sulit melakukan sesuatu, sedangkan Abu Madyan mudah sekalimelakukannya, padahal kita ingin mencapai kedudukan sepertikedudukannya sedangkan ia tidak menginginkan kedudukan kita?"Pembicaraan tersebut terdengar oleh Syaikh Abu Madyan, lalu iaberkata, "Katakan padanya bahwa kami akan meninggalkan tujuan kamiuntuk tujuannya." Diceritakan bahwa suatu kali Syekh Abu Madyan berjalan di gurunpasir sampai ke sebuah sumur yang airnya meluap hingga bibir sumur,lalu ia berkata, "Aku tahu Engkau mampu melakukan ini sedangkan akutidak mampu melakukannya. Seandainya Engkau mendatangkan seorangbadui kepadaku, niscaya ia akan menamparku dan memberiku minum,sungguh hal itu lebih aku sukai dan aku tahu bahwa bantuan orangbadui itu bukan dari dirinya sendiri." Yahya bin Mu'adz al-Razi r.a. berkata, "Apabila kamu melihat orangmenunjukkan tanda-tanda karamah, berarti jalan spiritualnya adalahjalan kaum Abdal. Jika kamu melihat orang menunjukkan karamah danmenyenandungkan pujian kepada Allah, berarti ia menempuh jalancinta. Jalan kedua ini lebih utama daripada jalan pertama. Danapabila kamu melihat orang yang berzikir dan hatinya bergantungkepada yang ia zikirkan, berarti ia menempuh jalan ahli ma'rifat{'arifin). Inilah jalan yang paling tinggi derajatnya." Abu Yazid r.a. berkata, "Pada permulaan olah spiritualku, AllahSwt. memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya dan karamah,tetapi
aku tidak mempedulikannya. Kemudian tatkala Allah memperlihatkanlagi kepadaku, tahulah aku bahwa Allah menjadikan hal tersebutsebagai jalan untuk mengenal-Nya." Selesailah penjelasan dalamSyarh Ibn 'Ibad atas kitab Al-Hikam.« Home › Kisah-kisah Karamah Wali Allah › Bagian 1 Karamah Wali
2.2.1 Macam-macam-karamah Sun, 2010-04-18 16:20 — admin
Al-Tajj al-Subki menjelaskan macam-macam karamah dalam kitabAl-Tabaqah al-Kubra sebagai berikut: 1. Menghidupkan yang sudah mati Kisah Abu 'Ubaid al-Bisri dalam sebuah peperangan ketika memohonkepada Allah untuk menghidupkan kembali binatang yangdikendarainya, maka hiduplah binatang yang sudah mati itu. KisahMifraj al-Dimamini ketika berkata kepada ayam yang dipanggang,"Terbanglah!" Tiba-tiba ayam itu terbang. Kisah Syaikh al-Ahdaiketika memanggil seekor kucing yang sudah mati, lalu kucing itumendatanginya. Hikayat Syaikh 'Abdul Qadir ketika berbicara denganayam setelah ia menyantap dagingnya, "Bangunlah dengan izin Allah,Zat Yang Menghidupkan tulang-tulang yang remuk," tibatiba ayam itubangkit kembali. Kisah Syaikh Abu Yusuf al-Dahmani ketikamendatangi sesosok mayat, ia berkata, "Bangkitlah! Dengan izinAllah," lalu mayat itu berdiri dan hidup kembali dalam waktu yangcukup lama. Kisah Syaikh Zainuddin al-Faruqi alSyafi'i, guru besarSyam, yang diriwayatkan oleh Al-Subki bahwa di rumah SyaikhZainuddin, ada anak kecil yang jatuh dari atap lalu meninggal.Syaikh Zainuddin kemudian berdoa kepada Allah, hingga akhirnya anaktersebut hidup kembali. (Riwayat Syaikh Fathuddin Yahya, putraSyaikh Zainuddin) Al-Subki selanjutnya berkata, "Tidak ada carauntuk menghitung cerita-cerita seperti ini karena banyaknya. Tetapisaya atau mungkin juga orang lain belum yakin bahwa seorang walibisa menghidupkan orang yang sudah lama mati dan telah menjaditulang belulang kemudian mayat itu hidup untuk waktu lama. Hal ini belum pernahkami temui dan saya tidak percaya hal itu bisa dilakukan olehseorang wali, tetapi tidak diragukan bahwa kejadian semacam itupernah dilakukan oleh nabi-nabi Hal ini bisa terjadi
melaluimukjizat bukan dengan karamah. Seorang nabi sebelum tertutupnyapintu kenabian bisa menghidupkan umat yang telah hancur beberapaabad, kemudian mereka hidup kembali untuk waktu lama. Saya tidakpercaya bahwa wali bisa menghidupkan Imam Syafi'i atau Imam AbuHanifah lalu keduanya hidup dalam waktu lama sebelum wali tersebutwafat atau bahkan hanya untuk waktu singkat dan mereka bisa bergauldengan orang yang hidup sebagaimana mereka bergaul sebelumwafat.' 2. Dapat berbicara dengan orang mati Karamah ini lebih banyak terjadi dibandingkan karamah sebelumnya.Misalnya kisah tentang Abu Sa'id al-Kharazi r.a., Syaikh 'AbdulQadir r.a., dan golongan wali setelah mereka yakni beberapa guruSyaikh Imam al-Walid, ayahanda dari Imam Taqiyuddin alSubki. 3. Membelah dan mengeringkan laut, serta berjalan di atas airKaramah ini sering terjadi. Syaikhul Islam dan pemimpin kaum mutaakhirin, Taqiyuddin bin Daqiqil 'Id juga telah mengalami halini 4. Merubah benda-benda Diceritakan bahwa Syaikh 'Isa al-Hatar al-Yamani pernah didatangiutusan seseorang yang mengolok-oloknya dengan membawa dua bejanapenuh arak. Kemudian Syeikh 'Isa menuangkan arak dari salah satubejana ke wadah lainnya dan Syaikh berkata kepada murid-muridnya,"Dengan menyebut nama Allah, makanlah!" Mereka lalu memakannya dantiba-tiba arak itu berubah menjadi mentega dan tidak terlihatsedikit pun warna maupun aroma arak. Banyak orang menceritakankisah semacam ini. 5. Melipat jarak bumi Diceritakan bahwa beberapa wali berkumpul di Masjid Tharsus, merekaingin sekali mengunjungi Masjidil Haram. Mereka kemudian memasukkankepala ke dalam saku masing-masing. Ketika kepala merekadikeluarkan, mereka sudah sampai di Masjidil Haram. Hikayat-hikayatsemacam ini sampai kepada kita dengan jalan mutawatir, tidak adayang mengingkarinya, kecuali para pendusta.
6. Berbicara dengan benda mati dan binatang Tidak diragukan hal ini sering terjadi Diceritakan bahwa Ibrahimbin Adham memanggil sebatang pohon delima ketika ingin sekalime makannya. Beliau memakannya, mulanya buahnya kecil, tetapi kemudianmemanjang, dan yang mulanya asam, menjadi manis. Peristiwa initerjadi dua kali dalam setahun. 7. Menyembuhkan berbagai macam penyakit Al-Sari menceritakan bahwa ia pernah bertemu dengan seoranglaki-laki di sebuah gunung yang dapat menyembuhkan cacat sebagiananggota badan, buta, dan penyakit lain. Diceritakan pula kisahSyaikh 'Abdul Qadir ketika berkata kepada seorang bocah yanglumpuh, buta, dan sakit lepra, "Bangunlah dengan izin Allah."Akhirnya bocah tersebut bangun tanpa kesulitan. 8. Menundukkan binatang Seperti hikayat Abu Sa'id bin Abu Khair al-Mihani yang menundukkansinga dan hikayat Ibrahim al-Khawwash. Juga kemampuan menundukkanbenda mati seperti hikayat Syaikhul Islam 'Izzuddin bin 'Abdussalamyang menundukkan angin dalam peristiwa alFaranji, "Angin, bawalahmereka!" 9. Melipat waktu 10. Membentangkan waktu Dua macam karamah di atas sulit dipahami, dan lebih baik kitamenyerahkan pemahamannya kepada para ulama. Hikayat-hikayat tentangkeduanya cukup banyak. 11. Terkabulnya doa Karamah macam ini sering terjadi dan kita juga seringmenyaksikannya. 12. Mengendalikan lisan ketika berkata dan fasih bicaranya. 13. Memikat hati dalam majelis hingga mempengaruhi akhir keputusanyang diambil 14. Memberitahukan dan menyingkap hal-hal gaib. Karamah inimerupakan tingkatan yang melampaui batas pengetahuan kita 15. Sabar atas ketiadaan makanan dan minuman dalam waktu yang cukuplama 16. Mengendalikan perubahan musim Banyak orang menceritakan bahwa ada wali yang selalu diikuti hujan,diantaranya Syaikh 'Abdul'Abbas al-Syathir (dari kelompok ulamamutaakhirin) yang pernah menjual
hujan dengan harga beberapadirham. Banyak hikayat tentang karamah semacam ini, sehingga tidakada alasan untuk mengingkarinya. 17. Mampu memperoleh banyak makanan 18. Terjaga dari memakan makanan haram Diceritakan bahwa Al-Harits al-Muhasibi mampu mencium aroma panasmakanan yang haram sehingga ia tidak jadi memakannya. Ada yangmengatakan tubuhnya bergerakgerak jika menemukan makanan haram.Syaikh Abu 'Abbas al-Mursi juga mempunyai kemampuan serupa. 19. Melihat tempat yang jauh dari belakang h ijab Sebagaimana diceritakan bahwa Syaikh Abu Ishaq al-Syirazi mampumelihat Ka'bah, padahal ia sedang berada di Baghdad. 20. Ditakuti Orang yang menyaksikannya secara langsung bisa meninggal sepertisahabat Abu Yazid al-Busthami, atau menjadi tidak berkutik dihadapannya, atau mengaku bahwa ia menyembunyikan sesuatu darinya,dan lain-lain. 21. Allah mencegah kejahatan yang akan menimpa seorang wali danmengubahnya menjadi kebaikan, seperti yang terjadi antara ImamSyafi'i dan Khalifah Harun alRasyid. 22. Menampakkan diri dalam bentuk yang berbeda-beda Dalam istilah sufi disebut alam mitsal (dunia penyerupaan). Merekamenetapkannya sebagai dunia pertengahan antara dunia fisik dandunia metafisik sehingga disebut alam mitsal, yakni dunia yanglebih lembut daripada dunia fisik dan lebih kasar daripada duniametafisik. Ruh bisa mengambil bentuk dan menampakkan diri dalambentuk yang bermacam-macam di alam mitsal lalu menyerupai manusia,berdasarkan firman Allah, Maka ia (malaikat) menjelma di hadapannya(dalam bentuk) manusia yang sempurna (QS Maryam [19]: 17).Diceritakan bahwa Qadhib al-Ban al-Musili, salah seorang Abdal,dituduh meninggalkan shalat oleh seseorang yang belum pernahmelihatnya. Ia tiba-tiba mengubah dirinya menjadi beberapa bentuklalu bertanya, "Dalam bentuk mana engkau melihatku tidak melakukanshalat?" Banyak kisah mengenai karamah semacam ini. Salah satu kisah yangdisepakati oleh
para ulama Mutaakhirin adalah kisah tentang seorangsufi besar di Kairo yang berwudhu tidak secara berurutan dimadrasah Suyufiyyah. Kemudian ada orang menegurnya, "Wahai Syaikh,wudhumu tidak berurutan." Syaikh itu lalu menjawab, "Saya selaluberwudhu dengan urut, kamu yang salah lihat." Ia lalu mengambiltangan orang itu dan memperlihatkan Ka'bah kepadanya. Orang itu kemudian melewati Mekah dan melihat Syaikh itu ada diMekah, dan ia tinggal di sana beberapa tahun. 23. Allah memperlihatkan isi bumi kepada mereka Sebagaimanadalam hikayat Abu Turab, ketika kakinya menjejak bumi, tiba-tiba air memancar. Ibn al-Subki mengatakan, "Karamah initerjadi sebagai berikut: Allah menciptakan air tidak padatempatnya, sementara bumi patuh pada kaki yang menginjaknya."Diceritakan pula bahwa ada seseorang yang dilanda kehausan ditengah perjalanan menunaikan ibadah haji, ia tidak menemukanseorang pun yang memiliki air. Ia hanya menemukan seorang sufisedang menyandarkan tongkat di suatu tempat, sementara air memancardari bawah tongkat itu. Selanjutnya ia memenuhi bejana miliknyadengan air itu, kemudian ia menunjukkan sumber air itu kepadajamaah haji rombongannya, akhirnya mereka memenuhi bejana yangmereka bawa dengan air tersebut. 24. Kemudahan para ulama untuk menyusun karya dalam waktu relatifsingkat. Mereka mampu menyusun banyak kitab di tengah kesibukandalam bidang keilmuan sampai mereka wafat, padahal untuk menuliskankitab-kitab itu pun waktu yang ada tidak mencukupi apalagi untukmengarangnya. Hal ini termasuk karamah memanjangkan waktu sepertitelah kami sebutkan di muka. Para ulama sepakat bahwa umur ImamSyafi'i r.a. tidak cukup untuk menyusun sepuluh kitabnya, padahalia setiap hari menghatamkan Al-Qur'an sambil merenungkannya. Dansetiap bulan Ramadhan ia khatam dua kali sehari padahal ia sibukmengajar, memberi fatwa, berpikir dan berzikir serta terkadangtertimpa sakit karena ia terkena satu atau dua penyakit atau lebih,dan mungkin ia terkena tiga puluh macam penyakit. Demikian jugayang terjadi pada Imam Haramain Abu Ma'ali al-Juwani r.a., bilaumur, karya-karya yang dihasilkannya,
pertemuan-pertemuannya untukpengajaran, dan waktu zikirnya di majelis zikir yang tidak pernahterlewatkan dibandingkan, niscaya umurnya tidak cukup untukmelakukan semua itu. Banyak wali yang mampu menghatamkan Al-QurKan 8 kali setiapharinya. Imam AlRabani Syaikh Muhyiddin al-Nawawi r.a. telahmengisi hidupnya untuk menyusun berbagai kitab, padahal usiahidupnya tidak cukup untuk menuliskan kitab-kitab itu apalagi untukmengarangnya, ditambah lagi waktu untuk melakukan berbagai ibadahdan aktivitas lainnya. Demikian juga Syaikh Imam al-Walid,ayahanda dari Syaikhul Islam Imam Taqiyuddin al-Subki r.a. Jika waktunyauntuk menyusun berbagai kitab, ditambah dengan kegiatan ibadahnya,aktivitas-aktivitas lain yang bermanfaat, mengajarkan ilmu,menuliskan fatwa, membaca Al-Qursan, dan kesibukannya dalam urusanhukum dihitung, niscaya umurnya tidak cukup untuk melakukansepertiga dari aktivitas-aktivitasnya itu. Semua itu terjadi berkatAllah yang Maha Suci yang telah memberikan berkah dan rahmat kepadapara wali. 25. Menghilangkan pengaruh racun dan hal yang membahayakan. Diceritakan bahwa pada sua tu hari seorang syaikh ditantang olehseorang raja untuk menunjukkan karamahnya, "Kalau Engkau tidak bisamenunjukkan hal yang luar biasa kepadaku, maka aku akan membunuhmurid-muridmu ini?" Saat itu, di dekat syaikh ada kotoran unta,lalu syaikh berkata, "Lihatlah!" Tiba-tiba kotoran itu berubahmenjadi emas. Di sisi syaikh ada sebuah gayung tanpa air. Lalu iamengambil gayung itu dan melemparkannya ke udara. Sewaktu iamengambilnya kembali, gayung itu sudah penuh air, padahal posisigayung itu terbalik tetapi tidak ada setetes air pun yang tumpah.Sang raja berkomentar, "Ini sihir!" Selanjutnya raja menyalakan apibesar, lalu memerintahkan murid-murid syaikh itu memasukinya.Selesai mengelilingi api, masuklah syaikh dan beberapa muridnya kedalam api. Kemudian syaikh keluar lagi dari api itu dan menyambarputra kecil sang raja. Ia masuk kembali ke dalam api dan menghilangselama satu jam sampai raja menduga anaknya ikut terbakar. KemudianSyaikh dan anak raja itu keluar sambil memegang apel dan delima.Sang ayah bertanya, "Dari mana saja kamu?" Jawabnya, "Dari taman."Berkomentarlah para punggawa raja, "Ini dibuat-buat, tidak nyata."Sang raja berkata kepada Syaikh itu,
"Kalau kamu bisa selamat minumsegelas racun ini, maka aku akan mempercayaimu." Syaikh itumeminumnya, maka terkoyak-koyaklah pakaiannya. Hadirin lalumemberinya pakaian yang lain, maka terkoyak-koyaklah kainnya.Demikian hal tersebut dilakukan berulang-ulang hingga hancurlahpakaian syaikh tersebut hingga kelihatan ototnya. Tetapi racun yangmematikan itu tidak berpengaruh apa-apa. Selanjutnya Al-Subki menjelaskan, "Menurut perkiraan saya, karamahpara wali lebih dari seratus macam. Macam-macam karamah yang telahsaya kemukakan di atas merupakan bukti bagi orang yang meremehkandan mengabaikannya. Semua karamah di atas telah banyak diriwayatkandan diceritakan dan telah tersebar pula khabar-khabar danriwayat-riwayat tentangnya. Jadi, selain kebenaran adalah kesesatan, dan kalau bukan berupa penjelasan tentang hidayahberarti sia-sia. Orang yang setuju tidak menyerah begitu saja,tetapi selalu meminta kepada Tuhannya untuk menghubungkannya denganorang-orang yang saleh. Mereka senantiasa berjalan di atas jalanyang lurus. Kalau saya mencoba membatasi apa yang terjadi pada parawali, berarti saya telah mempersempit jiwa kita dan menghabiskanbanyak kertas.' Imam' Abdur Rauf al-Munawi menuturkan dalampendahuluan kitab Thabaqah al-Shugra tentang macam-macam karamahdengan gaya bahasa yang berbeda. Meskipun pendapatnya tidak berbedadengan pendapat Muhyiddin Ibnu 'Arabi dalam kitab Mawaqi' al-Nujum,akan tetapi Al-Munawi memberikan ringkasan, mengemukakanpendapat-nya sendiri, dan menolak pendapat yang sudah ada. Al-Munawi berkata, "Perlu diketahui bahwa tujuan Allah menampakkankaramah adalah untuk menunjukkan keajaiban-keajaiban-Nya danmemperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada wali tersebut yangakan menambah kecintaan wali kepada maqamnya dan memperkuattujuannya. Sebagaimana firman Allah, Agar kami perlihatkankepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami (QS Al-Isra'[17]: 1). Maksudnya adalah, apabila seorang wali telah menaatiAllah dan Rasul-Nya, maka Allah akan memberikan karamah kepadanyaseperti kemampuan untuk mengetahui orang yang akan datang darijarak jauh atau melalui hijab yang tebal, melihat Ka'bah daritempat yang jauh, menyaksikan alam gaib, dan hal-hal luar biasalainnya seperti yang dialami Nabi, sebagai penghormatan bagi orangyang mengikuti dan mencintainya.
Ia juga bisa menyaksikan alammalakut seperti malaikat, alam jabarut seperti jin, dan alam ruhseperti Abdal dan Autad. Para malaikat adalah makhluk yangdifirmankan Allah sebagai, Mereka bertasbih malam dan siang tiadahentinya (QS Al-Anbiya' [21]: 20). Apa anggapanmu terhadap orangyang menjadi teman para malaikat yang tidak pernah lalai. Ia pastiorang yang selalu berzikir dan merenungi kekurangan dirinya denganmenjalankan berbagai ketaatan untuk mendapatkan kedudukan yangtinggi dan menyaksikan {musyahadah) Yang Maha Agung dan Mulia, danteman yang menyelamatkan dari kejahatan. Adapun alam ruhani bisadisaksikan oleh setiap orang yang mempunyai sifat seperti malaikatyang teguh dan sungguh-sungguh menaati perintah Allah sertamempunyai sifat-sifat yang sempurna seperti Nabi Khidir a.s. danlain-lain. Tidakkah kau lihat Ibrahim al-Khawwas ketika bertemudengan Khidir, ia menjadikan pertemuan itu sebagai bentukpenghormatan. Lalu ia bertanya kepada Khidir, 'Bagaimana aku bisa melihatengkau?' Khidir menjawab, Itu karena kebaikanmu terhadapibumu.'" Masih menurut Al-Munawi, pertemuan dengan makhluk-makhluk Allahyang mulia harus kita yakini sebagai perhatian Allah kepada kita,karena Allah-lah yang telah mempertemukan kita dengan makhluk-Nyayang taat dan khawwash, yaitu makhluk yang Dia cintai dan merekamencintai-Nya. Tidak akan sengsara orang yang menjadi teman merekakarena mereka adalah orang-orang yang telah terlepas dariunsur-unsur tanah dan keluar dari kejelekan-kejelekan sifatmanusia. Cahaya perlindungan Allah telah mematangkan sifat-sifatketanahan mereka yang baik, terberkati, lurus, dan bercampur dengansifat-sifat yang lembut, lalu mengeluarkan mereka dari asal mulamereka untuk mencapai alam yang tinggi. Sehingga pada akhirnyakebiasaankebiasan mereka menjadi luar biasa. Apabila manusiamemiliki sifat-sifat malaikat, maka ia akan keluar dari kebiasaanmanusia dan muncul darinya keajaiban seperti yang dimiliki malaikathasil dari musyahadatnya. Kebanyakan manusia seperti itu tidak bisadilihat oleh mata sebab terhalang oleh sesuatu, bisa dirasakantetapi tidak bisa dilihat, mampu berjalan di atas air, terbang diudara, tidak terlihat, dan mampu berubah bentuk seperti alamruhani, seperti Khidir a.s. yang bisa menjelma menjadi bentuk yangia inginkan.
Al-Munawi menjelaskan lagi, "Ketahuilah bahwa manusia bisaberpindah dari menyaksikan alam malakut yang ada di luar dirinyauntuk melihat keadaan alam khusus tersebut. Melihat di sini artinyaterbuka mata batinnya sehingga tersingkaplah baginya rahasiahakikat dan tampaklah cahaya yang suci, yakni tersingkapnyaselubung hati sehingga maksud-maksud ilahiah dan rahasia-rahasiahakikat menjadi jelas. Hal itu menjelma dalam cermin imajinasipenglihatan sehingga mata batin bisa melihatnya yang pada akhirnyatampak kepadanya hal-hal gaib dan apa yang tersembunyi dalam hati.Apabila hijab (penghalang) mata hati telah tersingkap dan tutupnyatelah terbuka, maka orang akan mampu mengetahui getaran-getaranhati yang baik dan yang buruk. Oleh karena itu, apabila seorangwali mau, niscaya ia bisa menunjukkan kemampuannya itu dan apabilatidak dia akan menutupinya sesuai kondisi, waktu, dan kemaslahatan.Berdasarkan hal ini, ada sebagian wali yang mampu menyingkaphal-hal gaib, dan sebagian lain mampu menandai sifat-sifat oranglain dalam cermin hatinya karena kesuciannya. Hal itu berlaku bagiorang yang melepaskan keinginan-keinginan duniawi. Dan apabila iamenemukan keinginan yang tidak sesuai dengan maqamnya, maka ia tahubahwa itu adalah keinginan orang-orang yang ada di hadapannya.Sebagian wali tidak mengetahui itu keinginan siapa, maka iaberbicara tentang ciri-ciri orang yang sesuai dengan keinginantersebut. Dan sebagian lagi mengetahui siapa yang menginginkannya,sehingga langsung menyatakannya kepada orang yang dimaksud. Pangkalpengetahuannya adalah bahwa pada dasarnya antar hati itu adahubungan. Apabila terlintas dalam hati syaikh atau murid sesuatuyang jelek maka muncullah asap yang membentuk awan gelap dalam hatiSyaikh. Apabila syaikh sedang berhadapan dengan orang yangmempunyai keinginan jelek, maka asapnya semakin tebal, dan apabilaia memalingkan wajah darinya maka asap itu menghilang. Apabilaterlintas sesuatu yang baik maka asap itu menjadi asap yang lembutdan berbau harum di hidungnya. Keadaan itu terjadi apabila orangyang menginginkannya ada di hadapannya. Apabila tidak ada, makaseperti ahli ma'rifa t yang berdiam diri di sebuah masjid dan padasaat yang sama keluarganya atau orang lain menginginkan makanantertentu. Tiba-tiba makanan itu ada di hadapannya, padahal ia tidakmenginginkannya. Tahulah ia bahwa ia tidak menginginkan makanan ituuntuk
dirinya, maka ia memberikan dan mengirimkannya kepada orangyang menginginkannya." Termasuk kategori mukasyafah yang halus adalah terbersitnyasuatu keinginan dalam hati seorang wali, lalu di bajunya muncullahtanda bahwa keinginannya itu diperintahkan atau dilarang olehAllah. Sebagaimana yang dialami Abu Madyan r.a. ketika inginmenceraikan istrinya, Abu ' Abbas al-Khasyab melihat tulisan dibaju Syaikh Abu Madyan, "Pertahankan istrimu!" Dan seperti yangdialami Ibnu 'Arabi r.a. ketika sibuk menyusun sebuah kitab, adayang berkata kepadanya, "Tulislah bab yang sulit dipahami ini."Setelah itu, ia tidak tahu apa yang akan dituliskannya dan bingungsesaat. Seteleh kebingungannya hilang, ia melihat papan bertangkaiyang bercahaya di hadapannya, di atasnya terdapat tulisan hijaubercahaya, kemudian papan itu hilang. Home › Kisah-kisah Karamah Wali Allah › Bagian 1 Karamah Wali
2.2.2 Beberapa mukasyafah yang dialami wali Sun, 2010-04-18 16:21 — admin
•
Ada wali yang mampu menyingkap alam gaib, hingga dinding dankegelapan
tidak menghalanginya untuk melihat apa yang dilakukanorang-orang di dalam rumah mereka. •
Ada wali yang ketika berjumpa dengan seorang pezina, pemabuk,pencuri,
pencela, atau orang yang suka berbuat zalim, iamelihat goresan tanda hitam pada anggota tubuh mereka yang melakukanmaksiat 'Ali Abi Ya'zi, guru Ibnu 'Arabi, termasuk wali yangmenempati maqam ini. Mukasyafah ini khusus bagi orang yang bersifatwara' (orang yang benar-benar menjauhi maksiat dan syubhat). •
Ada wali yang jika ada orang yang ribut atau diam dimajelisnya, ia mengetahui
derajat dan apa yang akan terjadi denganorang itu, kenyataannya sesuai dengan apa yang dikatakan wali itu,dan ia selamanya tidak akan salah. Diceritakan bahwa ada seoranglakilaki ribut di majelis Abu Madyan, lalu orang itu disuruhkeluar. Abu Madyan berkata, "Kamu akan melihat keadaanya setahunkemudian." Sebagian orang yang hadir meminta penjelasan, lalu AbuMadyan berkata, "Ia akan menganggap dirinya Imam Mahdi." Dua
puluhtahun kemudian, apa yang dikatakan Abu Madyan terjadi. Kemampuanini berasal dari ilmu ladunni. •
Ada wali yang tatkala bangun tidur, di hadapannya sudahtersedia minuman dari
madu, susu, dan air, lalu ia meminumnya. •
Ada wali yang mampu mengetahui alam ruhani yang berbeda denganalam fisik,
tetapi ia tidak menggelutinya. •
Ada wali yang mampu mengetahui rahasia batu-batu mineral, dansemacamnya.
Ia mengetahui khasiat, rahasia, dan bahaya daribatu-batu itu. •
Ada wali yang dianugerahi maqam bisa memahami Allah danmendengar tanda-
tanda kekuasaan-Nya, sehingga ia bisa mendengarucapan benda-benda mati. Apakah kemampuan itu termasuk hal yangbiasa atau luar biasa tergantung pada tingkatan pemahaman terhadapucapan benda mati. Yang termasuk hal luar biasa ada 2 macam.Pertama, merujuk pada orang yang mendengarnya, yakni kemampuanmemahami hakikat ucapan benda mati. Kedua, merujuk pada ucapanbenda-mati itu sendiri melalui karamah, misalnya bertasbihnyakerikil di telapak tangan sebagian sahabat. Apabila seorang hambamemperoleh maqam ini, maka ia akan mendengar semua benda matibertasbih dengan bahasa yang jelas seperti bahasa manusia. •
Ada wali yang dianugerahi kemampuan menyingkap duniatumbuh-tumbuhan.
Semua tumbuhan dan rumput memberitahukan kepadawali itu sari-sari yang dikandungnya baik yang berbahaya atau yangberkhasiat. Tumbuh-tumbuhan itu berkata, "Hai hamba Allah,khasiatku begini dan bahayaku begini." •
Ada wali yang dikaruniai kemampuan bergaul dengan binatang.Binatang-
binatang mengucapkan salam kepadanya dengan bahasa yang jelas dan memberitahunya tentang khasiat-khasiat yangdikandungnya. •
Ada wali yang diberi kemampuan menyibak perjalanan hidup orangyang masih
hidup, rahasia-rahasia yang diberikan kepada orang itusesuai dengan keadaannya, dan bagaimana perkembangan ibadahnyadalam perjalanan hidupnya itu. •
Ada wali yang diberi kemampuan melihat hal-hal yang tidakmungkin melalui
jentera dan merubah yang kasar menjadi lembut dansebaliknya.
•
Ada wali yang diberi kemampuan meramalkan hal-hal jelek yangakan terjadi,
lalu ia meminta dihindarkan sehingga ia tidak terkenahal buruk itu. •
Ada wali yang diberi kemampuan ilmu astrologi dan cara-carayang sistematis
dan menyeluruh. •
Ada wali yang dianugerahi kemampuan mencapai ilmu-ilmu ilahiyahdan
diberitahu cara-cara untuk mencapainya seperti persiapan yangharus dilakukan, etika dalam mencari dan mengamalkan ilmu, memegangdan menyebarluaskannya, serta cara menjaga hati dari hal-hal yangmerusak. Semua cara itu adalah satu kesatuan dan tersembunyi •
Ada wali yang dikaruniai kemampuan mengetahui tingkatanilmu-ilmu teoritis,
ide-ide yang cemerlang, dan bentuk-bentukkesalahan pemahamannya, kemampuan membedakan antara prasangka danilmu, berbagai hal yang terjadi di antara alam arwah dan alamfisik, sebab terjadinya, dan berjalannya rahasia ilahi di alam iniserta sebabnya. •
Ada wali yang mampu menangkap alam tashwir, alam taksin, alambenda-benda
mati, bentuk-bentuk suci dan jiwa tumbuhan yangmestinya diketahui akal dalam bentuk dan susunan yang baik,rahasia-rahasia kelemahan, kelembutan dan rahmat orang-orang yangdisifatinya. •
Ada wali yang mampu menguak tingkatan kutub bumi.
•
Ada wali yang mampu menguak benda-benda yang memantulkancahaya, benda-
benda yang langgeng, benda-benda yang abadi, rahasiaalam, dan kemampuan untuk menjaga dan menyampaikan amanat kepadaorang yang berhak. •
Ada wali yang dianugerahi pengetahuan tentang simbol-simbol,penghitungan,
dan firasat •
Ada wali yang disingkapkan baginya dunia lain, mampu menyingkapkebenaran
dan pendapat-pendapat yang benar, mazhab-mazhab yanglurus, dan syariat-syariat yang telah diturunkan. •
Ada wali yang terlihat sebagai orang alim, Allah telahmenghiasi mereka dengan
pengetahuan-pengetahuan suci sebagaisebaik-baik perhiasan.
•
Ada wali yang dianugerahi kewibawaan, ketenangan, teguhpendirian, dan
kemampuan mengetahui tipu muslihat danrahasia-rahasia yang tersembunyi, dan sejenisnya. •
Ada wali yang mampu berbicara, tetapi tidak terlihat siapa yangdiajak bicara. Ia
berbicara dengannya dan mendengar pembicaraanitu, baik pembicaraannya muncul tanpa dipikir sebelumnya, atausebagai jawaban atas pertanyaan secara seketika, serta memberi danmenjawab salam. •
Ada wali yang naik maqamnya, hingga ia mampu berbicara kepadamalaikat dan
bercakap-cakap dengannya. Apabila seorang hambamencapai maqam ini maka ia bisa memanggil dan berhubungandengannya. Apabila ia hanya berbicara kepadanya, maka malaikattidak menjawabnya. Tetapi apabila pembicaraan antara mereka benar,mereka akan saling berbicara. Dan apabila ia mengalami haltersebut, maka malaikat akan menolongnya. •
Ada wali yang mampu mengatakan sesuatu yang belum terjadi
danmemberitakan hal-hal gaib sebelum tampak. Dalam hal ini ada tigabentuk yang mungkin terjadi; berupa penyampaian, tulisan, danpertemuan. Ibnu Mukhallad mengalami tiga hal tersebut •
Ada wali yang disingkapkan baginya alam keraguan, kekurangan,kelemahan,
dan rahasia-rahasia perbuatan. •
Ada wali yang diperlihatkan padanya alam jin dan tingkatanderajatnya, neraka
beserta tingkatannya, dan tingkatanazabnya. •
Ada wali yang mampu mengetahui sifat-sifat manusia. Sebagianmanusia
tertutup sifatnya dan sebagian lain terbuka. Merekamempunyai tasbih khusus yang bisa diketahui oleh wali apabila iamendengarnya. Ibnu 'Arabi berkata, "Kita telah samasamamenyaksikan karamah seperti ini. Sebagian wali menuju maqam yangmulia sehingga ia mampu mengatakan 'jadilah' maka sesuatu yangdikehendakinya itu terjadi dengan izin Allah. Maqam ini sangatmulia dan merupakan bukti terbesar kewalian seseorang." Nabi Isaa.s. berkata, "Aku bisa menyembuhkan orang buta sejak lahir danorang yang berpenyakit lepra dan menghidupkan orang mati denganizin Allah" (QS Ali Imran [3]: 49). Masuk akal jika Allahmemuliakan wali dengan memberinya karamah. Sesungguhnya
karamahyang diterima seorang wali merupakan penghormatan kepada Nabi Saw.,karena wali tersebut telah mengikuti dan menjalankanajaran-ajarannya, sehingga ia pantas mendapatkannya. •
Ada wali yang naik menuju alam gaib, lalu ia melihat di sebelahkanan alam itu,
ada sebuah pena yang menulis kejadian-kejadian dilauh mahfud dalam bentuk huruf-huruf yang bersyakal dan bertitik.Hal tersebut untuk membedakan beberapa bentuk dan jenis makhluk.Seperti golongan manusia, makhluk berkaki empat, makhluk bersayap,macammacam benda mati, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan lain-lainnya.Orang yang mempunyai maqam ini selalu berusaha menemukan pemilikhuruf yang tertulis dalam susunan yang rapi tersebut. Apabilapenelitiannya lama, padahal usianya pendek, maka Allah membuatnyarendah hati dan memohon kepada Allah untuk menghapuskannya. •
Ada wali yang menjaga diri dari makanan, minuman, dan baju yangsyubhat
(tidak jelas kehalalan dan keharamannya), apalagi dari yangharam. Hal itu ditandai dengan tanda yang ditunjukkan Allah dalamdirinya atau dalam sesuatu yang haram dan syubhat itu. Seperti yangdialami Al-Haris al-Muhasibi, apabila dihidangkan kepadanya makananyang syubhat, tiba-tiba keluar keringat dari jarinya. Begitu pulayang terjadi pada ibu dari Abu Yazid al-Bustami ketikamengandungnya, tangannya tidak pernah menyentuh makanan syubhat,bahkan tangannya mengenggam sendiri jika menemukan makanan syubhat.Wali lainnya merasa mual memakan makanan syubhat, sehinggamemuntahkannya kembali. Ada juga makanan syubhat di hadapan seorangwali berubah menjadi darah, ulat, berwarna hitam, atau babi, danlain-lain. •
Ada wali yang apabila menyentuh makanan yang sedikit, makamakanan itu
menjadi banyak. Misalnya, seorang wali yang dikunjungiteman-temannya padahal ia hanya mempunyai satu makanan saja. Laluia mengiris roti dan menutupinya dengan kain. Maka mereka punmemakan roti itu sampai kenyang padahal roti itu tetap sepertisemula (tidak berkurang). Karamah ini merupakan warisan NabiMuhammad Saw. Contoh lainnya adalah yang terjadi pada Abu' Abdillahal-Tawadi yang membawa secarik kain dan memegang sisinya, kemudiania menunjukkan ujungnya kepada penjahit sambil berkata kepadanya,"Ambillah kain ini sehingga cukup untuk orang banyak." Kain itulalu diambil tapi
tetap tidak habis-habis dengan izin Allah. Lalupenjahit itu berkata, "Kain ini tidak habishabis." Lalu Abu'Abdillah melemparkan kain itu dan berkata, "Sudah, cukup!" •
Ada wali yang mampu menjadikan satu macam makanan dalam piringmenjadi
bermacam-macam sesuai dengan keinginan orang yang ada. Halini pernah terjadi pada salah seorang guru Abu Madyan r.a. Dalamsuatu perjalanan, ia bertemu dengan seorang laki-laki, laluberjalan bersamanya sebentar dan ia masuk ke rumah perempuan tua disebuah gua. Sore harinya, ia kembali lagi ke perempuan tua itu danduduk di sampingnya sampai putra perempuan itu datang. Anak itumengucapkan salam kepadanya, lalu perempuan tua itu menghidangkannampan berisi piring dan roti. Syaikh dan anak itu mulai makan. Sisyaikh berkata, "Saya ingin yang saya makan ini menjadi begini."Anak itu lalu menjawab, "Wahai Syaikh, dengan nama Allah makanlahapa yang kau inginkan." Abu Madyan kemudian berkata, "Ketika sayaterus menerus mengangankan keinginanku, anak itu melontarkan ucapanpertamanya, dan tiba-tiba saya mendapatkan makanan yang sayaangankan. Anak itu masih muda, belum punya rambut dipelipisnya." •
Ada wali yang bisa menjadikan makanan, minuman dan bajunyatergantung di
udara. Seperti yang terjadi pada salah seorang waliyang membutuhkan air di padang pasir. Tiba-tiba ia mendengarderingan di atas kepalanya, lalu ia mendongakkan kepalanya, dan disitu ada gelas yang tergantung pada rantai emas. Ia meminumnya lalumeninggalkannya. •
Ada wali yang bisa merubah air yang pahit dan asin yangditemukannya menjadi
manis dan segar. Ibnu' Arabi berkata, "Sayapernah meminum air semacam itu dari Abdullah, anak Ustaz al-Marwazir.a., salah seorang khawwash murid dari salah seorang guru AbuMadyan. •
Ada wali yang memakan makanan dari orang lain. Zaid memakanmakanan dari
'Umar padahal 'Umar tidak di hadapannya. 'Umar merasakenyang di tempatnya dan dia merasakan bau makanan itu seakan-akandia yang memakannya. Hal ini pernah terjadi pada Al-Hajj AbuMuhammad al-Marwazi dan Abu' Abbas bin Abi Marwan di Ghirnatah. Halitu terjadi karena ahli ma'rifat ini mempunyai keinginan yang sucidan bersih dari dosa dalam batinnya. Allah memberikan karamah dalamdirinya sebagai penghormatan dan untuk membaguskan maqamnya, makadari keinginannya itu keluarlah apa yang ia sebutkan.
•
Ada wali yang memakan makanan spiritual yang menjadikan jiwanyakekal. Ia
tidak membutuhkan makanan jasmaniah kecuali hanya sedikituntuk mempertahankan dirinya. Kekekalan jiwa bisa tercapai denganmakanan ruhani. •
Ada wali yang mengetahui rahasia biji-bijian dan penyemaiannyadi bumi, hujan
yang menyebabkannya tumbuh, angin yangmenyebarluaskannya dan apa-apa yang membuat bumi menjadi tenang,serta matahari yang memancarkan cahayanya sebagai makanan bagitumbuhan. Makanan itu mengandung kesempurnaan seperti yangdiusahakan manusia. Pengetahuan tentang ini adalah ilmu yang muliadan bernilai tinggi yang Allah berikan kepada para wali-Nya. •
Ada wali yang dikaruniai kemampuan mengetahui hakikat bumi,lapisan-lapisan,
dan rahasia-rahasianya, serta segala hukum alamyang ditetapkan oleh Allah secara terperinci. •
Ada wali yang dibukakan kepadanya alam malakut, rahasiakehidupan, dan
pengetahuan yang tersembunyi di dalam air, sehinggaia bisa mengetahui kehidupan yang kasat dan tak kasat mata danmampu merasakan hal-hal yang berbahaya dan zat-zat yang ada dilaut. •
Ada wali yang mengetahui segala tingkat ilmu, kegunaannya didunia, siapa yang
memiliki dan tidak memilikinya, danlain-lain. •
Ada wali yang bisa berjalan di udara. Hal tersebut dialami olehbanyak wali. Ada
seorang laki-laki yang melihat orang sedangberjalan di udara, lalu ia bertanya kepadanya, "Karena apa engkaumendapatkan karamah itu?" Ia menjawab, "Kutinggalkan nafsuku untukmenuruti keinginan-Nya, maka Dia menundukkan udara bagiku." Lalu iaberlalu. •
Ada wali yang dibukakan kepadanya pintu alam ruh di alammalakut, sehingga ia
bisa mengetahui hakikat dari rahasia dan caramalaikat naik turun, rahasia pengaturan dan penundukan mereka,kewajiban-kewajiban dan hak-hak mereka. •
Ada wali yang bisa datang ke lauh mahfuzh melalui esensihatinya. Lalu dengan
izin Allah, ia dapat menyingkap danmenyaksikan secara langsung (musyahadah) hal-hal yang ada di sana,padahal anggota badannya tidak bergerak, kecuali keduamatanya.
•
Ada wali yang terus-menerus bersimpuh di hadapan lauh mahfuzh,padahal tidak
ada manfaatnya. •
Ada wali yang terkadang menyaksikan lauh mahfuzh
•
Ada wali yang bisa melihat bagaimana pena menulis di atas lauhmahfuzh.
•
Ada wali yang melihat gerakan pena di lauh mahfuzh. Setiapmaqam mempunyai
tata cara yang khusus. Tanda orang yang menyaksikanlauh mahfuzh adalah ia menyebutkan rahasiamu padahal kamu diamsaja. Seperti yang dikatakan Al-Junaid r.a. ketika ditanya, "Siapaahli ma'rifat itu?" Ia menjawab, "Orang yang memberitahukanrahasiamu padahal kamu diam saja." Dan tanda orang yang menyaksikanpena lauh mahfuzh sedang menulis adalah ia bisa mengetahui rahasiayang kamu katakan dalam hati dari manapun asalnya dan sebabadanya. •
Ada wali yang diperlihatkan oleh Allah rahasia-rahasia yangtersimpan di alam
yang paling agung. •
Ada wali yang diperlihatkan oleh Allah alasan dan sebab terjadiatau tidak
terjadinya suatu peristiwa. Setelah ia mengetahuinya, iamemikirkan apakah peristiwa itu mempunyai pengaruh atau tidak?Apabila ada pengaruhnya, maka ia bersiap-siap untuk menerimanya.Apabila pengaruhnya merusak, maka ia memperingatkan temantemannya.Apabila pengaruhnya berupa rahmat atau kabar gembira, maka iabersiap-siap untuk bersyukur dan memuji Allah. Seperti Ibnu Barjanr.a. yang memberitahukan tahun akan terjadinya penaklukan BaitulMaqdis. Dan pada tahun yang ditentukan, terjadilah apa yangdiramalkannya. •
Ada wali yang diberitahu Allah tentang kelemahan dirinya, apayang akan ia
dapatkan, dan bagaimana keadaannya nanti. •
Ada wali yang sampai pada keadaan ketika ia tidak melihatseorang pun yang ia
ajak bicara kecuali Allah Swt. Ia melaksanakansegala perintah-Nya. Maqam ini adalah maqam yang penting. Orangyang mengalami maqam ini adalah Khair al-Nasaj r.a. ketikaterbersit hal tersebut dalam pikirannya, lalu ia diuji denganbertemu seseorang yang berkata kepadanya, "Kamu budakku, namamuKhair." Nassaj seakan-akan mendengar Allah yang mengatakan ucapantersebut. Orang itu kemudian mempekerjakan Nassaj selama
beberapatahun, lalu ia berkata kepadanya, "Kamu bukan budakku dan namamubukan Khair." Lalu orang itu melepaskan Nassaj. Demikianlah, karamah tidak akan pernah habis untuk diungkap.Karamah-karamah yang disebutkan di atas cukup untuk mencapaitujuan, yaitu agar manusia tidak meremehkan para wali, bersopansantun kepada mereka apabila mendengar perkataan, perbuatan ataukeadaan mereka, mematuhi perkataan mereka meskipun belum paham, danberdamai dengan mereka supaya selamat. Apabila engkau mendengarrahasia Allah yang tersembunyi dalam diri makhluk yang dipilihsesuai dengan kehendak-Nya, maka terimalah dan percayailah, jikatidak, maka kamu tidak akan mendapat kebaikan. Inilah penjelasan yang saya ambil dari pendahuluan kitabAl-Tabaqat al-Kubra karya Imam 'Abdul Rauf al-Munawi r.a. juga yangtelah saya lihat dalam kitab Mawaqi' alNujum karya Syaikh al-AkbarIbnu 'Arabi r.a. Home › Kisah-kisah Karamah Wali Allah › Bagian 1 Karamah Wali
2.2.3 Karamah Sebagai Buah Ketaatan Anggota Tubuh Sun, 2010-04-18 16:20 — admin
Dalam kitab al-Futuhat, Ibnu 'Arabi menyebutkan kitabnya yangberjudul Mawaqi' alNujum, yang sering dipujinya sebagai kitab yangsangat bagus dalam mengupas masalah karamah yang muncul darianggota-anggota tubuh yang taat. Anggota tubuh itu adalah mata,telinga, lidah, tangan, perut, kemaluan, kaki, dan hati. Apabilamasingmasing anggota tubuh menaati hukum syara' dan dilakukan olehorang yang bertanggung jawab, maka akan muncul karamah. Dalam kitabtersebut disebutkan berbagai pengetahuan, rahasia ilmu hakikat, danmanfaat ilmu syariat. Saya berusaha meringkas sedikit tentangdelapan anggota tubuh dan karamah yang muncul dari nggota tubuhsebagai upaya untuk menyempurnakan manfaat dan untuk mencapaitujuan kami. Dan karena Imam al-Munawi tidak menguraikan arti darikaramah yang muncul dari anggota-anggota tubuh yang taat, dalampenjelasan sebelumnya yang diambil dari kitab Mawaqi' al-Nujum,maka di sini saya akan berusaha memaparkannya.
1. Mata Di antara karamah mata jika digunakan untuk melakukan ketaatan danmenjauhi kemaksiatan adalah mampu melihat tamu dari jarak jauhsebelum ia datang, bisa melihat dari balik dinding tebal, melihatKa'bah ketika shalat, dan lain-lain. Di antara karamah lainnyaadalah dapat menyaksikan alam malakut spiritual baik malaikat,penghuni ketinggian (mala'ul a'la), jin, Nabi Khidir, dan paraAbdal. 2. Telinga Bila telinga digunakan untuk melakukan ketaatan dan menjauhikemaksiatan, karamah yang akan muncul adalah mendengar kabargembira bahwa sang pemiliknya merupakan salah seorang yang diberihidayah dan akal oleh Allah. Ini merupakan karamah terbesar,sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah, Sebab itu sampaikanlahkabar kembira kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataanlalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya (QS Al-Zumar [39]:17-18). Karamah lainnya adalah dapat mendengar ucapan benda mati, sehinggaterdengar semua benda bertasbih kepada Allah dengan bahasa yangjelas, sebagaimana bahasa manusia. 3 Lidah Ketika lidah digunakan untuk melaksanakan ketaatan dan menghindarikemaksiatan, karamah yang akan muncul adalah mampu berbicara danbercakap-cakap dengan alam yang lebih tinggi (alam a'la). Jadi,apabila seorang hamba memperoleh karamah atas telinganya, maka iaakan bisa memanggil dan berhubungan dengan para penghuni alam yanglebih tinggi. Apabila ia hanya sekedar berbicara dengannya,penghuni alam itu tidak menjawabnya. Apabila terjadi pembicaraanantara dia dengan mereka, maka kemampuannya berbicara dengan merekaadalah karamah lisan, kemampuannya mendengar ucapan mereka adalahkaramah telinga, dan kemampuannya menyaksikan mereka adalah karamahmata. Demikian juga anggota-anggota tubuh lainnya, karena adahubungan antara anggota-anggota badan dan ketaatan yangdilakukannya. Di antara karamah lainnya adalah mampu mengatakansuatu keadaan sebelum terjadinya, memberitahukan hal-hal gaib, danakan munculnya benda-benda. 4. Tangan
Di antara karamah yang akan muncul bila tangan dipergunakan untukmelakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan adalah munculnya warnaputih bersih tanpa noda di tangan ketika dimasukkan ke dalam sakuseperti yang terjadi pada Nabi Musa as, memancarkan air disela-sela jari yang terjadi pada Nabi Muhammad Saw., melemparkantanah ke muka musuh, sehingga mereka kalah. Para wali Allah dengankehendak-Nya mengepalkan tangan ke udara, lalu ketika merekamembukanya muncullah perak, emas, dan lain-lain. 5. Perut Di antara karamah yang muncul bila perut digunakan untuk melakukanketaatan dan menjauhi kemaksiatan —tidaktermasuk dalam kategori makr dan istidraj—adalah terpeliharanya perut dari makanan, minuman, dan pakaian yangtidak halal dengan munculnya tanda yang disampaikan oleh Allah.Adakalanya tanda itu muncul dalam dirinya sendiri atau dari sesuatuyang bersifat syubhat atau haram, sehingga ia hanya memperolehsesuatu yang baik saja. Dikisahkan bahwa ketika disajikan makanansyubhat kepada Al-Harits al-Muhasibi r.a., mengucurlah keringat disela-sela jarinya. Begitu juga yang terjadi pada ibunda Abu Yazidal-Busthami r.a. ketika sedang mengandung Abu Yazid, tangannyatidak pernah menyentuh makanan haram. Pada wali lain, muncul suarayang berkata "jauhi". Wali lainnya jatuh pingsan ketika menemukanmakanan yang tidak halal. Ada juga wali yang makanan haram di hadapannya berubah menjadi darah, berwarna hitam,seekor babi, dan lain-lain yang Allah khususkan bagi para wali danorang-orang suci-Nya. Karamah lain yang muncul karena ketaatan perut adalah makanan yangsedikit bisa mengenyangkan orang banyak. Ini merupakan warisan dariRasulullah Saw. Ketika itu, Rasulullah menggelar sebuah tikar kulitdan didatangi oleh pemilik gandum dengan memberikan setangkaigandumnya dan pemilik biji-bijian dengan memberikan setangkaibiji-bijiannya, hingga terkumpullah sedikit makanan. Beliau berdoaagar makanan itu diberkati, lalu orang-orang mengisi tempat yangmereka bawa dengan makanan itu sampai penuh, sebagaimana dijelaskandalam hadis sahih riwayat Muslim. Karamah perut yang lainnya adalah dapat membuat satu macam makanandi atas piring menjadi berbagai macam jenis makanan sesuai dengankeinginan orang-orang yang
hadir di tempat itu. Termasuk karamahperut lainnya adalah didatangi jin atau raja yang membawakanmakanan, minuman, dan pakaiannya, atau menggantungkannya diudara. Karamah lain dalam maqam ini adalah mampu mengubah air minum yangasin dan pahit menjadi manis. Ibnu 'Arabi berkata, "Saya pernahmeminum minuman seperti itu dari tangan Abu Muhammad 'Abdullah binUstad Al-Marwazi Al-Hajj, termasuk murid khusus Abu Madyan r.a.,beliau selalu disebut sebagai Al-hajj al-mabrur. Makanan halal ituadakalanya diperoleh dengan bekerja atau dengan menjauhi dosa-dosa,seperti yang dikatakan beberapa syaikh, "Ahli ma'rifat adalah orangyang tidak memadamkan cahaya ma'rifatnya sebagai cahaya wara'nya,maka ketika diperoleh barang halal, sedikit saja cukup baginya.Bila ia melaksanakan hal ini, maka tumbuh dalam batinnya keinginanmelakukan perbuatan baik yang diwujudkan Allah dalam jiwa hamba inisebagai karamah karena kedudukan dan kejujurannya." Dan darikehendak kuat itu keluar semua yang telah kami sebutkan dan banyakkaramah yang belum terlintas dalam benak manusia. 6. Kemaluan Di antara karamah yang dihasilkan ketika kemaluan dipergunakanuntuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan adalahanugerah dari Allah berupa rahasia menghidupkan orang-orang mati,menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan penderita lepra, danmeninggalkan semua perkara yang membuatnya melupakan Allah. Allahberfirman, Dan Maryam puteri 'Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dariruh Kami (QS AlTahrim [66]: 12). Dan Kami jadikan dia dan anaknyatanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam (QS Al-Anbiya'[21]: 91). Dalam hal ini, Ibnu 'Arabi juga telah menjelaskan secaramendalam hubungan-hubungan lain antara ketaatan anggota tubuh dankaramah yang dikeluarkannya, hikmah-hikmah dan rahasia ilmuhakikat 7. Kaki Di antara karamah yang akan muncul jika digunakan untukmelaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan ada-lah mampuberjalan di atas air, dapat mengelilingi bumi, dan berjalan diudara. Hikayat-hikayat tentang maqam ini sangat terkenal, sakingterkenalnya hingga tidak perlu lagi kami jelaskan di sini.Kitab-kitab kumpulan
syair dipenuhi hikayat-hikayat tentang karamahini. Karena Allah Swt. adalah pemilik para wali, maka Diamemunculkan semua karamah ini bersama mereka. Ibnu 'Arabimenyatakan, "Kami telah menyaksikan dengan jelas penempuh jalan iniberjalan di atas air dan di udara, dan dapat melipat bumi." 8. Hati Di antara karamah hati ketika digunakan untuk melakukan ketaatandan menjauhi kemaksiatan adalah mampu mengetahui sesuatu sebelumterjadi. Ibnu 'Arabi berkata, "Ketahuilah anakku, Allah telahmenolongmu, menerangi hatimu, melapangkan dadamu, dan menyucikanpakaian serta hatimu. Segala karamah yang berkaitan dengan anggotatubuh lainnya merujuk dan kembali kepada hati. Kalau tidak adahati, maka seluruh anggota tubuh lainnya tidak berarti. Setiapperbuatan berasal dari hati, kalau tidak didasari keikhlasansebagai aktivitas hati, maka amal tersebut bagai debu beterbangan,tidak bermanfaat dan tidak mendatangkan kebahagiaan." Allah berfirman, Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali untukmenyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalammenjalankan agama dengan lurus (QS Al-Bayyinah [98]: 5). DanRasulullah bersabda, "Sesungguhnya segala perbuatan tergantung padaniat, dan tiap-tiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya.Barangsiapa berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnyaadalah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa berhijrah kepadadunia dan perempuan yang akan dinikahinya, maka hijrahnya adalahkepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya." Dari sini jelaslah bahwasudi dan ternodanya semua perbuatan lahir maupun batintergantung pada hati. Jadi, gerakan atau diamnya anggota tubuh untuk menaatisyariat dan melakukan maksiat hanya berdasarkan pada perintahdan kehendak hati. Gagasan muncul pertama kali di dalam hati. Apabila hati inginmewujudkan gagasan itu, maka ia mempertimbangkan anggota tubuh manayang sesuai untuk melakukan gagasan itu, lalu hati menggerakkananggota tubuh yang dipilihnya untuk mewujudkan gagasan itu, baikuntuk ketaatan maupun kemaksiatan, dan atas anggota tubuh
itulahpahala dan siksa diberikan. Tidakkah kamu merenungkan bagaimanaAllah menganggap pandangan pertama kepada seorang perempuan bukanmuhrim yang dilakukan tanpa sengaja dan tidak diniati dalam hatisebagai suatu hal yang dimaafkan dan tidak dikenai siksa? Demikian pula ketika seorang hamba melakukan perbuatan salah tanpasengaja, maka Allah benar-benar telah mengampuni perbuatannya itu,sebagaimana bila hati menghendaki dan berniat melakukankemaksiatan, tetapi tidak jadi melakukannya, maka niatnya itu tidakditulis dan tidak dihitung, selama belum dilakukan atau hanyasebatas ucapan semata. Adapun jika hati berniat melakukan ketaatan,maka ia akan diberi ganjaran sesuai dengan niat dan harapannya,meskipun ia belum melakukan ketaatan yang telah diniatkannya,niatnya telah ditulis sebagai kebaikan. Bila kamu meyakini hal ini,maka tetaplah yakin bahwa hati adalah pemimpin raga. Seluruhkaramah yang muncul dari anggota tubuh merujuk kepada hati, danhati itu sendiri dapat memunculkan karamah-karamah tertentu. Karamah hati lainnya adalah Allah Swt. memperlihatkan kepadanyasemua yang tersimpan di dunia, berupa rahasia-rahasia, alasan dansebab perintah-Nya, atau apa pun yang mewujud dalam alam, baikspiritual maupun non spiritual, seperti yang sudah dijelaskan olehSayyid Muhyiddin Ibnu 'Arabi dalam kitabnya.
2.2.4 Penutup Sun, 2010-04-18 16:27 — admin
Sayyid Muhyiddin Ibnu 'Arabi r .a. menjelaskan bahwa terlipatnyabumi (menempuh jarak bumi dalam sekejap) bagi ahlul mujahadah(perang besar melawan nafsu) yang mempunyai kemampuan luar biasaadalah tanda kesungguhan dan kegigihan mereka dalam beribadah danbekerja, karena Allah Yang Maha Maha Bijaksana, Maha Mengetahui,lagi Maha Waspada, menyimpan hikmah dalam setiap munasabah(kesesuaian), itulah yang menjadi landasan kitab ini (Mawaqi'al-Nujum). Suatu maqam tidak akan diperoleh, kecuali jika adakesesuaian antara maqam itu dan sifat yang kita punya. Seperti halnya mata,jika kita menggunakannya sesuai dengan perintah Allah Swt., baikyang wajib maupun yang
sunnah, dan bersegera menggunakan-nya dengansebaik-baiknya, maka mata akan dapat bermusyahadah. Apabila kita diberi kemampuan munajat (doa dalam bentukpercakapan intim antara Allah dan manusia), maka jiwa akan merasabahagia dari segi pendengaran (telinga) bukan penglihatan (mata).Mata tidak bisa merasakan kenikmatan munajat, karena hakikat fungsimata adalah melihat dan mata tidak mengenal munajat, pembicaraan,dan lain-lain. Pahala yang diberikan Allah Swt. senantiasa sesuaidan cocok dengan yang menerimanya, karena Dia senantiasa meletakkansesuatu pada tempatnya (Maha Adil). Allah tidak menjadikanmusyahadah sebagai pahala bagi telinga dan munajat sebagai pahalabagi mata karena hakikatnya bukan begitu. Meskipun kita menganggaplogis bahwa mata bisa mendengar, pada hakikatnya kemampuanmendengar itu bukan dilakukan oleh mata, tetapi dilakukan olehtelinga. Mata berfungsi untuk melihat dan musyahadah. Jika seorangwali hanya memiliki satu sarana pengetahuan sebagaimana dikatakanoleh sebagian wali, maka ia bisa mendengar dengan matanya danmelihat dengan telinganya. Hal tersebut sesuai dengan apa yangtelah kami jelaskan. Ilmu munasabah adalah ilmu yang mulia yang hanya diketahui olehorang yang mendalam ilmunya (rasikhuna fi al-'ilmi). Apabilademikian, maka apa manfaatnya mata jika belum pernah merasakanmusyahadah. Oleh karena itu, bisa ditetapkan bahwa kemampuanseorang hamba untuk melipat bumi (mengelilingi bumi dalam sekejap)dalam alam kabir merupakan hasil dari kemampuannya melipat unsurtanah dalam dirinya dengan melakukan mujahadah dan macam-macamibadah serta menjaga kesucian dan menahan lapar selamabermalam-malam. Begitu juga kemampuan berjalan di atas air bagiorang yang memberi makan orang yang membutuhkan, memberi pakaianorang yang telanjang, baik dari hartanya maupun karena gaji ataskerja mereka, mengajar orang yang bodoh, dan memberi petunjukkepada para pencari ilmu. Kedua kemampuan ini merupakan rahasia duakehidupan, baik kehidupan panca indra maupun kehidupan ilmiyah. Adahubungan yang jelas antara dua kehidupan di atas dengan air. Barangsiapa mampu menguasai dua kehidupan itu, maka ia bisa
menguasaiair. Kapan pun ia mau, ia bisa berjalan di atasnya. Begitu pula kemampuan menghidupkan orang yang mati dalam kehidupanilmiah. Akan tetapi, Ibnu 'Arabi tidak begitu yakin dengan karamah ini. Ibnu 'Arabi hanya mengatakan bahwa apabila hal ituterjadi, inilah sebabsebab, asal, dan sumbernya. Apabila hal tidakterjadi, berarti itu bukan bagian orang 'arif. Bagiannya hanya padakedudukan dan rahasia-rahasianya saja. Sebagaimana orang yang mampuberjalan di udara. Ia tidak bisa melakukan hal itu, kecuali jika iameninggalkan nafsunya untuk mengikuti keinginan Allah. Ibnu 'Arabi pernah terlihat berjalan di udara, kemudian ia ditanya,"Dengan cara apa kamu memperoleh karamah ini?" Ia menjawab,"Kutinggalkan nafsuku untuk melaksanakan keinginan-Nya, sehinggaAllah menundukkan udara untuk-ku." Dalam pengetahuan tentangmunasabah, ilmu dan hikmah merupakan ketetapan logika dan ketetapanilahiyah yang mengandung hikmah. Barangsiapa berpendapat bahwa Allah Swt. melakukan perbuatan yangbertentangan dengan hal di atas, berarti ia tidak mempunyaipengetahuan tentang letak-letak hikmah. Allah berfirman. Makan danminumlah dengan enak disebabkan amal yang telah kamu kerjakan padahari-hari yang telah lalu (QS Al-Haqqah [69]: 24), yakni hariharipuasa. Allah tidak berfirman saksikanlah atau dengarlah, karenaitulah balasan yang sesuai atas puasa yang telah merekalakukan. Allah berfirman, Pada hari kiamat ini, Kami melupakan merekasebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini (QSAl-A'raf [7]: 51); Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayatKami, tetapi kamu melupakannya, maka pada hari ini kamu pundilupakan (QS Thaha [20]: 126); Jika kamu mengejek Kami, maka Kamipun akan mengejek kamu sebagaimana kamu mengejek Kami (QS Hud [11]:38); Sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka yangmenertawakan orang-orang yang beriman (QS Al-Muthaffifin [83]: 29).Dalam ayat selanjutnya, Allah berfirman tentang balasan untukorang-orang kafir, Pada hari ini, orang-orang beriman menertawakanorang-orang kafir (QS Al-Muthaffifin [83]: 34)). Lalu Diamenyempurnakan firman-Nya, Sesungguhnya orang-orang kafir telahdiberi balasan atas apa yang dahulu mereka lakukan (QSAl-Muthaffifin [83]: 36). Allah membalas
olok-olok orang-orangmunafiq kepada orang-orang mukmin sebagaimana dinyatakan dalamfirman-Nya, Allah membalas olok-olok mereka (QS Al-Baqarah [2]:15). Ayat ini jawaban atas ayat sebelumnya, Sesungguhnya kami hanyamengolok-olok. (QS AlBaqarah [2]: 14) ^ fl i Sebagian syaikh mimpi bertemu Muhyiddin Ibnu 'Arabi, lalu merekabertanya, "Apa yang Allah lakukan kepadamu?" Ibnu 'Arabi menjawab, "Dia mengasihiku dan berkata kepadaku, 'Makanlah haiorang yang tidak makan! Minumlah hai orang yang tidak minum!'" Mengapa Allah tidak mengatakan, "Makanlah, hai orang yangmenghabiskan malam dengan membaca Al-Qurvan! Minumlah, hai orangyang melewati hari-hari melelahkan!" Inilah kesesuaian yangdianugerahkan Allah sebagai hikmah, Allah Maha Mengetahui lagi MahaBijaksana. Dia mengurutkan sesuatu sesuai dengan urutannya, danhanya sedikit pengetahuan tentang keruntutan yang kita peroleh. Ketika Ibnu 'Arabi membicarakan tentang astronomi, ia berkata,"Sesungguhnya Allah tidak membuat sesuatu itu sia-sia, sepertidinyatakan dalam firman-Nya, Ya Tuhan kami, Engkau tidakmenciptakan semua ini sia-sia, Maha suci Engkau (QS Ah 'Imran [3]:191); Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta apa yang adadi antara keduanya itu tanpa hikmah. Itu adalah anggapanorang-orang kafir (QS Shad [38]: 27); Dan tidaklah Kami ciptakanlangit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya denganbermain-main (QS Al-Anbiya' [21]: 16)." Setiap wujud pasti mengandung hikmah bagi orang yang mengetahuinya,yang tidak akan diketahui orang bodoh. Dua wujud tidak akan menyatudan bergabung, kecuali jika ada kesesuaian antara keduanya, baiktampak maupun tidak tampak. Apabila hal tersebut dicari denganteliti, niscaya akan kelihatan. Seperti hikayat Imam alGhazali,salah seorang pemimpin dan penghulu tariqah. Al-Ghazali bisamelihat kesesuaian itu dan mengemukakannya. Pada suatu hari, iamelihat merpati dan gagak di Quds, keduanya saling mengendus,berkasih sayang, dan tidak bermusuhan. AlGhazali kemudian berkata,"Keduanya berkumpul karena ada kesesuaian antara keduanya." Iamenunjuk kedua burung itu dengan jari, lalu kedua burung ituberjalan bersama. Lalu masing-masing terbang.
Begitupula seorang penghulu syaikh di wilayah barat, Abu al-Najayang terkenal dengan nama Abu Madyan, telah mengalami hal ini. Padasuatu hari, Abu Madyan menemukan suatu ide. Lalu Abu Madyan bertemuseseorang yang seide dengannya, tetapi ia merasa tidak senangdengan orang itu, maka ia menanyainya, dan ternyata orang itumusyrik. Karena Abu Madyan mengerti ilmu munasabah, maka iameninggalkan orang itu. Munasabah (kesesuaian) ada dalam hubungan antara segala sesuatu,dan pengetahuan tentangnya merupakan maqam pengikut tariqah yangkhawwash (khusus). Munasabah bersifat sangat samar dan ada dalamsegala sesuatu, bahkan antara sebuah nama dan yang mempunyai nama itu. Meskipun Abu Zaid al-Suhaili tampak asing bagipara pengikut tariqah ini, tetapi dalam kitab Al-Ma'arif waal-I'lam, ia telah menunjukkan munasabah dalam nama Nabi Saw.,"Muhammad" dan "Ahmad". Dia menyatakan bahwa ada munasabah(kesesuaian) antara perbuatan dan akhlak Nabi Saw. dengan nama"Muhammad" atau "Ahmad". Orang-orang yang berbicara tentangmunasabah biasanya adalah para tokoh dari kalangan orang-orang yangdekat dengan Allah, beradab tinggi, serta menyibukkan diri dan halmereka di jalan Allah.. Demikian penjelasan Ibnu 'Arabi dalam kitabMawaai' al-Nujum. Dalam bab 184 kitab Al-Futuhat al-Makiyyah, Ibnu 'Arabi menjelaskanbahwa karamah merupakan kebenaran dari nama Allah, Al-Birru (YangMaha Baik) dan hanya muncul pada hamba-hamba-Nya yang baik sebagaipahala yang setimpal dengan amal mereka. Sesungguhnya munasabahmenuntut adanya karamah meskipun tidak ada tuntutan bagi orang yangmempunyai karamah. Karamah ada dua macam, hissiyah danma'nawiyah. Orang-orang awam hanya bisa mengetahui karamah yang bisa diindra(hissiyah), contohnya berbicara lewat hati, memberitahu hal-halgaib yang sudah terjadi dan kejadian yang akan terjadi, memperolehrezeki dari alam, berjalan di atas air, menundukkan udara, melipatbumi, menutup penglihatan, terkabulnya doa seketika, dan lain-lain.Adapun karamah ma'nawiyah hanya diketahui oleh orang-orang khawwas.Hal itu karena orang-orang khaiuwas selalu menjaga etika syariat,berakhlak mulia, menghindari akhlak yang buruk, selalu menunaikankewajiban secara mutlak dan
tepat waktu, segera mengerjakankebaikan, menghilangkan dengki, iri, dendam, dan buruk sangkaterhadap orang lain dari dalam hati, menyucikan hati dari segenapsifat tercela dan menghiasinya dengan selalu memelihara jiwa,menjaga hak-hak Allah dalam dirinya dan dalam segala sesuatu,mencari jejak-jejak Allah dalam hatinya, memelihara jiwa dari masukdan keluarnya jejak-jejak itu. Semua itu adalah karamah para wah yang bersifat ma'nawi yang tidakbisa dimasuki makr dan istidraj. Karamah ma'nawi menunjukkan bahwawah yang memilikinya telah memenuhi janji, mempunyai niat yangbaik, ridha dengan ketentuan Allah terhadap apa yang hilang dansesuatu yang dibencinya. Karamah semacam ini hanya bisa dimilikioleh para malaikat yang dekat dengan Allah dan manusia-manusiaterbaik pilihan-Nya Karamah yang bisa diketahui oleh orang awam bisa dimasuki makr yangtersembunyi. Karena itu, menurut kami, karamah harus bisa menghasilkan sikap istiqamah atau istiqamah akan menghasilkankaramah. Jika tidak demikian, tidak bisa disebut karamah. Jikakaramah bisa menghasilkan sikap istiqamah, maka mungkin Allahmenjadikan karamah itu sebagai pahala dan balasan atas perbuatanmu.Dengan kata lain, Allah memberikan perhitungan kepadamu dengankaramah ma'nawiyah. Karamah ma'nawiyah tidak mungkin dimasuki makryang tersembunyi Kekuatan dan kemuliaan ilmu memberimu kemampuanuntuk menangkal makr sehingga tidak masuk ke dalam karamahma'nawiyyah. Hukum-hukum syara' tidak bisa dimasuki perangkap makr. Karenahukum-hukum syara' merupakan sarana yang jelas untuk mendapat-kankebahagiaan, sedang ilmu menjagamu agar tidak sombong denganperbuatanmu. Salah satu kelebihan ilmu adalah ia menjagamu, danapabila ia menjagamu, maka kamu akan selamat dari kesombongan,mendekatkanmu kepada Allah, dan memberitahukan kepadamu bahwapertolongan dan petunjuk-Nya akan muncul dari dirimu. Ilmu akanmenjaga hukum-hukum syara'. Apabila muncul karamah dalam diri seorang wah, ia takut kepadaAllah dan memin taNya untuk menyembunyikan hal-hal luar biasa itudan agar ia tidak dibedakan dari orang kebanyakan dengan karamahyang diberikan kepadanya kecuali ilmu, karena ilmu adalah suatukebutuhan. Dengan ilmu orang akan bermanfaat meskipun belum
sempatmengamalkannya. Sesungguhnya tidak sama orang-orang yang tahudengan orang orang-orang yang tidak tahu. Para ulama adalahorang-orang yang percaya akan adanya percampuran (antara ilmu dankaramah). Karamah hanya diberikan oleh Allah untuk orang-orang yangtaat kepada-Nya karena mereka belum melihat wajah Tuhan dalamdirinya Karamah mereka yang paling tinggi adalah ilmu, karena duniaadalah tempat ilmu, sedangkan kejadian-kejadian luar biasasesungguhnya tidak bertempat di dunia. Jadi, kejadian luar biasatidak bisa disebut karamah, kecuali disertai dengan ilmu tentangAllah (ma'rifat), tidak cukup hanya dengan kejadian luar biasa itusaja. Itulah yang disebut ilmu. Jadi, karamah ilahi adalah ilmutentang Allah (ma'rifat) yang dianugerahkan Allah kepada parawali. Abu Yazid r.a. pernah ditanya tentang kemampuan melipat (menempuhjarak dalam sekejap) bumi. Ia menjawab, "Itu tidak seberapa, karenaiblis juga menempuh jarak dari ujung barat sampai timur hanya dalamsekejap, padahal ia tidak memiliki tempat di sisiAllah."Selanjutnya Abu Yazid ditanya tentang orang yang mampu melayang di udara. Ia menjawab, "Burung juga bisa terbang di udara,padahal di sisi Allah seorang mukmin lebih mulia daripada burung.Bagaimana mungkin apa yang bisa dilakukan burung bisa disebutkaramah." Demikianlah penjelasan Abu Yazid, lalu ia berkata, "Tuhanku,sesungguhnya suatu kaum meminta Engkau memberikan apa yang merekasebutkan, sehingga dengan itu Engkau membuat mereka sibuk dan ahli.Ya Allah, meskipun Engkau menjadikanku ahli tentang sesuatu, tapiberilah aku kemampuan untuk mengetahui rahasia-Mu." Abu Yazid hanyameminta ilmu, karena ilmu merupakan hadiah dan karamah yang palingmulia. Meskipun dengan ilmu kamu bisa berhujjah, tetapi ilmu akanmenjadikanmu introspektif dan mengetahui apa yang baik dan burukbagimu serta apa yang menjadi milik-Nya. Allah tidak pernah memerintahkan Nabinya untuk meminta tambahansesuatu kecuali minta ditambah ilmu. Karena semua kebaikan terletakdi dalam ilmu. Ilmu adalah karamah yang paling besar. Orang berilmuyang malas melaksanakan ibadah sunnah lebih baik daripada orangbodoh yang rajin melaksanakan ibadah sunnah. Banyak cara mendapatkan ilmu. Ilmu yang dimaksud di sini adalahilmu tentang Allah, hari akhir, sebab-sebab dan tujuan duniadiaptakan, sehingga manusia bisa memikirkan
asal-usulnya danmengenal diri serta aktivitasnya. Ilmu merupakan sifat segalasesuatu yang bersifat Ilahiyah. Ilmu adalah rahmat Allah yangpaling mulia, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya, Kami berikankepadanya rahmat dari sisi Kami dan Kami ajarkan kepadanya ilmudari sisi Kami (QS Al-Kahfi [18]: 65). Ilmu adalah sumberrahmat. Saya telah menjelaskan makna karamah. Karamah adalah pengetahuanilahiyah yang diberikan kepadamu sebagai karamah dari-Nya. Dengankaramah itu, Allah tidak mengurangi pahala akhiratmu dan karamahitu juga bukan balasan atas perbuatanmu, tetapi balasan karena kamumendatangi Allah. Kamu mendatangi Allah karena ketidaktahuanmu,karena kamu tak melihatnya di awal kedatanganmu. Hal ini pernah terjadi pada Abu Yazid, ketika ia keluar mencariAllah di Bustam untuk pertama kali. Abu Yazid bertemu seseorang dania ditanya, "Wahai Abu Yazid, apa yang kau cari?" Abu Yazidmenjawab, "Allah." Orang itu berkata lagi, "Yang kau cari itu kautinggalkan di Bustam." Dari jawaban itu, Abu Yazid sadar mengapa iamencari Allah padahal Dia telah berfirman, Dia bersamamu di manapun kamu berada. Jadi dalam hal ini, tidak ada ilmu dan tidakada iman. Apabila Allah mengharamkanmu untuk mencapai ilmu musyahadah,itu bukan berarti keimananmu kepada-Nya lebih kecil. Oleh karenaitu, kami mengatakan bahwa hanya orang yang tidak mengetahui Allah,yang berusaha mencari-Nya. Kelompok orang seperti ini berbuatkarena Allah dan untuk mencari-Nya. Mereka adalah orang-orang yangmendatangi Allah, sehingga Dia mendekat kepada mereka sebagai-manamereka mendekati-Nya, dan Dia memberitahu mereka bahwa kedatanganmereka itu dibolehkan secara khusus, meskipun mereka belummengetahui hal itu dari-Nya melalui pemberitahuan kepada merekakarena dikhawatirkan ada makr ilahi di dalamnya, atau akanmengurangi pahala akhirat. Mereka mengharapkan akhirat karenamereka belum diberi tatkala di dunia. Allah hanya menyatakankebenaran dan Dia memberi petunjuk. Demikianlah penjelasanMuhyiddin Ibnu 'Arabi r.a..« Home › Kisah-kisah Karamah Wali Allah › Bagian 1 Karamah Wali
2.3.0 Tingkatan Dan Klasifikasi Wali
Sun, 2010-04-18 16:49 — admin
Syaikh Akbar Muhyiddin Ibnu 'Arabi menyebutkan secara panjanglebar tingkatan dan klasifikasi wah berdasarkan perbedaan halmereka di bab 73 kitab Futuhat al-Makiyyah. Dalam pendahuluankitabnya yang berjudul Thabaaah Sughra, Imam al-Munawi meringkaspembahasan tersebut dari kitab Futuhat, tetapi dengan bahasanyasendiri yang panjang lebar, sehingga meninggalkan beberapa halpenting. Di sini saya akan meringkas pembahasan tersebut dari kitabImam al-Munawi dengan memakai kata-kata Ibnu 'Arabi dan mengutipbanyak hal yang ditinggalkan oleh Imam Munawi. Ibnu 'Arabi r.a. berkata, "Ketahuilah, hamba-hamba Allah yangberada di jalan ini adalah mereka yang dinamakan dunia jiwa (alamanfas), suatu nama yang mencakup mereka semua. Mereka mempunyaitingkat dan hal yang berbeda-beda. Ada wali yang terkumpul dalamdirinya semua tingkat dan hal. Ada wah yang mencapai sebagiantingkatan dan hal sesuai dengan kehendak Allah. Setiap tingkatan(tabaqah) wali yang mempunyai hal dan maqam memiliki gelartersendiri. Ada tingkatan wah yang jumlahnya bisa dihitung dalamsetiap zamannya. Ada juga yang tidak bisa dihitung jumlahnya,kadang sedikit kadang banyak." Insya Allah, Kami akan memaparkanwaliwali yang bisa dihitung dan yang tidak bisa dihitung jumlahnyasekaligus dengan masing-masing gelarnya.
2.3.1 Wali yang Jumlahnya Bisa Dihitung Sun, 2010-04-18 16:45 — admin
1. Aqthab r.a. (radiyallahu 'an/wm/semoga Allah meridhaimereka). Mereka adalah para wali yang terkumpul dalam dirinya semua hal dan maqam, baik menerimanya secara langsung maupun karena warisan.Penggunaan nama ini meluas sehingga orang yang mempunyai salah satumaqam juga disebut Quthb. Di setiap zaman, wali tingkatan ini hanyaada satu. Pemimpin suatu negeri juga terkadang disebut Quthb negeriitu dan guru suatu kelompok juga terkadang disebut Quthb kelompokitu. Akan tetapi Aqthab yang dimaksud di sini hanya ada satu setiapzamannya. Ia juga disebut Al-Ghaits (penolong), ia adalah pemimpinsuatu golongan pada zamannya. Dari segi maqam, terkadang iamerupakan pemimpin
kekuasaan yang memiliki kekuasan fisik dankekuasaan batin, contohnya Abu Bakar, 'Umar, TJtsman, 'Ah, Hasan,Mu'awiyah bin Yazid, Umar bin 'Abdul' Aziz, dan AlMutawakkil.Terkadang Quthb hanya mempunyai kekuasaan batin, tidak punyakekuasaan fisik, contohnya Ahmad bin Harun al-Rasyid dan Abu YazidalBusthami. Mayoritas Aqthab tidak mempunyai kekuasaan fisik 2. Aimmah r a. (para pemimpin). Dalam setiap zaman, jumlahnya tidaklebih dari dua, artinya tidak ada yang ketiga. Yang pertama bernama'Abdur Rabbi, yang kedua dinamakan 'Abdul Malik, sedangkan Quthbadalah 'Abdullah. Kedua Aimmah ini akan menggantikan Quthb apabilaia meninggal dan kedudukan keduanya seperti menteri. Salah seorangdari mereka hanya mengetahui alam malakut (alam kekuasaan/alamgaib/mikrokosmos), sedang yang satunya hanya mengetahui alam mulk(alam kerajaan/dunia jasmani/makrokosmos). 3. Autad r.a. Mereka hanya berjumlah empat, tidak kurang dan tidaklebih, dalam setiap zamannya. Kami pernah bertemu salah seorangdari mereka di kota Fes yang dikenal dengan nama Ibnu Ja'dun. Iaadalah seorang pekerja penumbuk daun pacar atau inai. Masing-masingdari keempat orang itu tinggal di di daerah timur, barat, selatan,dan utara. Arahnya dilihat dari Ka'bah. Sebagian mereka perempuan.Gelar mereka adalah 'Abdul Hayyi, 'Abdul 'Alim, 'Abdul Qadir, dan'Abdul Murid. 4. Abdal r.a. Jumlahnya ada tujuh tidak kurang tidak lebih. Allahmenjaga mereka di tujuh wilayah. Setiap Badai (bentuk tunggal dariBadai) mempunyai daerah dan wilayah sendiri-sendiri. Salah satunyamengikuti jejak seperti Khalilullah (Nabi Ibrahim), yang keduamengikuti jejak Al-Kalim (Nabi Musa), ketiga mengikuti jejak Harunr.a., yang keempat mengikuti jejak Idris a.s., yang kelimamengikuti jejak Nabi Yusuf r.a., keenam mengikuti jejak Isaa.s.. dan ketujuh mengikuti jejak Adam a.s. Disebut Abdal karena jikaseorang Badai akan meninggalkan suatu tempat dan ingin mengangkatBadai untuknya di tempat itu yang menurutnya mengandungkemaslahatan dan usaha pendekatan diri kepada Allah, maka ia akanmeninggalkan seseorang yang mirip dengan sosoknya di tempat itu.Tak diragukan lagi. Badal yang ia tinggalkan terlihat sepertidirinya sendiri. Badal itu sendiri adalah sosok spiritualnya dengantujuan untuk mengetahuinya. Setiap orang yang
mempunyai kekuatanini disebut Badal. Dan barangsiapa yang dijadikan Allah sebagaiBadal di suatu tempat, tetapi ia tidak mengetahui apa-apa tentangitu, maka ia bukan yang dimaksud sebagai Abdal yang telah kamisebutkan. Kami pernah bertemu dengan Abdal. Kami pernah melihat tujuh Badaldi Mekkah dan bertemu mereka di belakang kerumunan pengikutHanbali. Kami pernah berkumpul dengan mereka, tidak ada orang yangpernah saya lihat yang mempunyai akhlak sangat baik daripadamereka. Kami juga pernah bertemu Musa al-Baidrani di Asybiliyahtahun 586 H., ia mendatangi kami dan berkumpul dengan kami. Kamijuga pernah bertemu Syaikh al-Jibal Muhammad bin Asyraf al-Rindi.Teman kita juga 'Abdul Majid bin Salamah pernah bertemu seseorangbernama Mu'adz bin Asyras, salah seorang pemimpin mereka dan 'AbdulMajid menyampaikan salam Mu'adz untuk kami 'Abdul Majid menanyakankepadanya dengan apa para Abdal mendapatkan kedudukan itu. Lalu iamenjawab, "Dengan empat hal," seperti yang disebutkan Abu Thalibal-Makki, yaitu lapar, bangun malam, diam, dan uzlah. 5. Nuqaba' r.a. Di setiap zaman, mereka berjumlah 12 orang, tidakkurang tidak lebih, sama dengan jumlah galaksi (kumpulan bintang)dalam tata surya. Setiap Naqib (bentuk tunggal dari Nuqaba')mengetahui khasiat dari satu galaksi. Allah memberi merekapengetahuan tentang syariat-syariat yang diturunkan. Mereka mampumenyingkap isi hati dan kedengkian yang tersembunyi di dalam hatimanusia, dan mengetahui tipu daya nafsu. Mereka juga mengetahuiiblis padahal iblis sendiri tidak mengetahui dirinya. Mereka bisamengetahui bekas dan jejak seseorang di atas tanah, apakah itujejak orang yang bahagia atau sengsara. Ulama yang mempunyaikemampuan semacam ini banyak. Jika mereka melihat jejak di padangpasir, lalu bertemu seseorang dan mengatakan bahwa orang itulahpemilik jejak kaki tersebut, ternyata apa yang mereka katakan itu benar. Jika merekabukan wali Allah, lalu apa sehutanmu terhadap para Nuqaba' yangdikaruniai Allah ilmu tentang jejak? 6. Nujaba r.a. Setiap zaman, jumlahnya hanya delapan, tidak kurangtidak lebih. Mereka adalah orang-orang yang tampak dalam dirimereka tanda-tanda diterimanya hal (kondisi spiritual yangdiperoleh sebagai anugerah) mereka, meskipun mereka
tidakmengusahakannya, tetapi justru kondisi spiritual itu yang menguasaidiri mereka. Hanya orang yang kondisi spiritualnya berada di atasmereka yang bisa mengetahui keadaan mereka. 7. Hawariyyun r.a. Setiap zaman, jumlahnya hanya ada satu. Apabilayang satu itu meninggal, maka baru muncul yang lainnya. Pada masaRasulullah Saw., orang yang mempunyai maqam (kedudukan spiritualyang diperoleh dengan usaha) ini adalah Zubair bin 'Awwam. Banyakorang yang membela agama dengan menggunakan pedang, sedangkanAl-Hawariyyun adalah orang membela agama dengan menggunakan pedangdan hujjah. Ia dikaruniai ilmu, ketekunan beribadah, hujjah,kemahiran berpedang, keberanian, dan keteguhan. Maqamnya adalahmempertahankan kebenaran agama yang disyariatkan. 8. Rajabiyyun r.a. Jumlahnya ada empat puluh orang di setiap zaman,tidak kurang tidak lebih. Mereka adalah hamba-hamba yang halnyamengagungkan Allah. Mereka dinamakan Rajabiyyun, karena hal merekahanya diperoleh pada bulan Rajab, sejak awal sampai akhir bulan.Setelah itu, mereka kehilangan hal ini, sampai datangnya bulanRajab tahun berikutnya. Hanya sedikit orang yang mengetahui danmengenal mereka. Mereka terpencar di beberapa tempat, tetapi merekasaling kenal. Ada yang bermukim di Yaman, Syam, dan DiyarBakar. Muhyiddin Ibnu'Arabi berkata, "Saya pernah berjumpa dengan salahseorang dari mereka di Danusiri, Diyar Bakar, dan tidak berjumpadengan yang lainnya. Saya memang ingin sekali bertemu mereka.Sebagian mereka ada yang tetap mempunyai hal ini (Rajabiyyun)sepanjang tahun, ada juga yang memilikinya hanya selama bulanRajab. Rajab yang kujumpai itu mampu melihat keadaan golonganSyi'ah Rafidhah yang sebenarnya dalam rupa babi, padahal ketika itubukan bulan Rajab. Ini menunjukkan bahwa ia memperoleh halRajabiyyun sepanjang tahun. Kemudian datanglah seorang Syi'ahRafidhah, lalu Rajab itu berkata, 'Bertobatlah kepada Allah, karenakamu termasuk golongan Syi'ah Rafidhah.' Orang-orang takjub dengan kejadiantersebut. Apabila orang Syi'ah Rafidhah itu bertobat dengansebenar-benarnya, maka Rajab itu melihatnya dalam rupa manusia,tetapi jika ia bertobat hanya di mulut saj a, maka Rajab itu
tetapmelihatnya dalam rupa babi, lalu berkata kepada orang Syi'ahRafidhah itu, 'Kamu bohong ketika mengatakan telah bertobat.'Apabila orang Syi'ah Rafidhah itu berkata benar, maka Rajab ituakan berkata, 'Kamu jujur.' Akhirnya orang Syi'ah Rafidhah itu tahubahwa Rajab itu benar, sehingga ia keluar dari mazhabnya." Ibnu 'Arabi juga menceritakan bahwa hal seperti itu pernah terjadipada dua orang yang berilmu dan adil dari kalangan mazhab Syafi'iKeduanya tidak dikenal sebagai orang Syi'ah dan memang tidaktermasuk golongan Syi'ah, hanya saja pendapat keduanya cenderung kegolongan itu. Keduanya berpegang teguh kepada mazhab Syafi'i,tetapi menganggap buruk Abu Bakar dan 'Umar serta mengagungkan 'Alisebagaimana kaum Syi'ah. Ketika keduanya melewati tempat seorangRajab lalu mengunjunginya, Rajab itu mengusir mereka dari sisinya,karena Allah telah menyingkapkan batin keduanya di pandangan sangRajab sehingga tampak dalam rupa babi, tanda yang diperlihatkanAllah bagi seorang Rajab untuk mengetahui pengikut mazhab Syi'ahRafidhah. Tahulah kedua orang itu bahwa sang Rajab itu mengetahuikeyakinan mereka sebenarnya, padahal mereka terkenal sebagai saksiyang adil dan ahli hadis. Maka mereka berdua menanyakan haltersebut kepada sang Rajab. Lalu dijawab, "Aku melihat kalianberdua dalam rupa babi. Itu tanda yang diperlihatkan Allah bagikuuntuk mengetahui orang yang bermazhab Syi'ah Rafidhah." Kemudiankeduanya bertobat tetapi hanya dalam hati, tidak menampakkannya.Lalu Rajab itu berkata kepada keduanya, "Sekarang, kalian berduatelah meninggalkan mazhab tersebut, karenanya saya melihat kaliandalam rupa manusia." Keduanya takjub dengan hal tersebut danakhirnya bertobat kepada Allah. Di hari pertama bulan Rajab, seorang Rajab merasa sangat beratseperti sedang memikul beberapa lapis langit, sehingga tidak dapatmengedipkan mata dan menggerakkan anggota badan. Ia hanya bisaberbaring dan sama sekali tidak mampu bergerak, berdiri, duduk,menggerakkan tangan dan kaki, atau mengedipkan mata. Keadaantersebut berkurang sedikit demi sedikit pada hari kedua dan ketigabulan Rajab. Lalu ia mengalami mukasyafah, tajaliyyat, dan mampumengetahui hal-hal gaib. Akan tetapi ia masih tetap dalam keadaanberbaring. Setelah dua atau tiga hari, ia baru bisa berbicarasampai akhir
bulan. Apabila bulan Rajab telah habis dan masuk bulan Syaban, iabisa berdiri seperti terlepas dari jeratan. Apabila ia seorangpekerja pabrik atau pedagang, ia bisa melakukan kegiatannya lagikarena telah lepas dari keadaan itu kecuali orang yang dikehendakiAllah tetap dalam keadaan tersebut. Keadaan para Rajab ini aneh dantidak diketahui sebabnya dan hanya terjadi di bulan Rajab. 9. Khatmu r.a hanya ada satu sepanjang zaman. Dia hanya ada satu didunia. Allah telah menutup kewalian umat Muhammad dengankemunculannya. Tidak ada wali dari kalangan umat Muhammad yanglebih besar daripada dia. Di adalah penutup (khatm) terakhir yangdengannya Allah menutup kewalian yang ada dalam seluruh umat sejakAdam sampai wali yang terakhir. Dia adalah Isa a.s. Dialah penutuppara wali sebagaimana ia juga merupakan penutup peredaran falak.Pada hari akhir nanti, Isa akan dikumpulkan di Padang Mahsyarsebagai rasul bersama rasul-rasul lainnya. 10. Tiga ratus wali yang mempunyai hati seperti Nabi Adam a.s.,jumlahnya tidak kurang dan tidak lebih di setiap zamannya. SabdaNabi Saw. tentang tiga ratus orang yang mempunyai hati seperti Adamjuga sabda beliau tentang orang-orang yang mempunyai hati sepertimanusia-manusia yang agung (para nabi dan rasul) dan para malaikat,mengandung arti bahwa orang-orang seperti itu mempunyai hati yangsesuai dengan pengetahuan ilahiah. Ilmu-ilmu ilahiah masuk ke dalamhati, maka setiap ilmu yang masuk ke dalam hati orang besar, baikia raja maupun rasul, berarti ilmu itu juga masuk ke dalam hatiorang-orang yang mirip dengan hati raja dan rasul itu. Sebagaimanayang biasa diungkapkan oleh sebagian orang, "Si Zaid mempunyailangkah seperti si Ahmad." Muhyiddin Ibnu 'Arabi berpendapat bahwadalam hadisnya, Rasulullah tidak menyebutkan tiga ratus orang yang berhati sepertiAdam itu ada dalam umatnya saja atau ada di setiap zaman. Dan kitahanya mengetahui mereka dalam setiap zaman dengan jalan mukasyafah.Setiap zaman tidak pernah kosong dari jumlah ini. Tiga ratus orangitu mempunyai tiga ratus akhlak ilahiyah. Barangsiapa berakhlakdengan salah satunya saja, maka ia akan mencapai kebahagiaan.Mereka adalah orang-orang yang terpilih dan sangat suka memanjatkandoa Nabi Adam a.s., Ya Tuhan kami, kami telah berbuat zalim kepadadiri kami sendiri. Dan jika Engkau tidak mengampuni kami danmemberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-
orang yangmerugi. (QS Al-A'raf [7]: 22) 11. Empat puluh wali yang mempunyai hati seperti Nabi Nuh a.s.,jumlahnya tidak kurang tidak lebih di setiap zaman. Hal inidinyatakan dalam hadis Rasulullah Saw., dan beliau adalah rasulserta orang pertama yang mempunyai hati seperti Nuh a.s. Merekasangat cekatan dan selalu memanjatkan doa Nabi Nuh a.s., YaTuhanku! Ampunilah aku, kedua orang tuaku, orang yang masuk kerumahku dengan beriman, dan semua orang yang beriman baik laki-lakimaupun perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orangyang zalim itu selain kebinasaan (QS Nuh [71]: 28). Maqam merekaadalah mempunyai ghirah keagamaan yang merupakan maqam orang yangmenempuh jalan sulit Segala sifat yang terpencar dalam diri empatpuluh orang itu terkumpul dalam diri Nuh a.s., sebagaimana segalasifat yang terpencar dalam diri tiga ratus orang yang memiliki hatiseperti Adam terkumpul dalam diri Adam a.s. Dalam menaiki tanggamenuju tingkat tersebut, mereka berkhalwat selama tepat empat puluhhari, tidak lebih, sebagai khalwat pembukaan. Mereka berdalildengan hadis Rasulullah Saw., "Barangsiapa membersihkan hati karenaAllah selama empat puluh hari, maka akan keluar dari hatinyasumber-sumber hikmah melalui lisannya." 12. Tujuh wali yang mempunyai hati seperti Nabi Ibrahim a.s.,jumlahnya tidak kurang dan tidak lebih di setiap zaman. Hal inidinyatakan dalam hadis Rasulullah Saw. Mereka selalu memanjatkandoa Nabi Ibrahim a.s., Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah danmasukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh (QSAl-Syu'ara' [26]: 83). Maqam mereka selamat dari segala keraguandan kebimbangan. Allah telah mencabut belenggu dunia dari hatimereka. Mereka tidak mempunyai buruk sangka terhadap orang lainbahkan mereka tidak mempunyai prasangka apa pun, karena merekamerupakan orang yang berilmu benar, sedangkan prasangka hanya adapada orang yang tidak mempunyai ilmu. Mereka tidak pernah berbuatjahat terhadap orang lain karena Allah telah memberikan hijabantara dia dan kejahatan yang biasa dilakukan manusia. MuhyiddinIbnu 'Arabi berkata, "Saya pernah bertemu dengan mereka. Saya belumpernah bertemu dengan orang yang lebih baik jalan, ilmu, dankemurahannya daripada mereka. Di surga nanti, mereka dudukberhadapan di atas dipan-dipan dengan hati penuh persaudaraan, dankehidupan surga yang bersifat maknawi telah tertanam
dalam hatimereka." 13. Lima wali yang mempunyai hati seperti Jibril a.s., jumlahnyatidak kurang tidak lebih setiap zamannya, sebagaimana dinyatakandalam sebuah hadis Rasulullah Saw. Mereka adalah raja dari orangyang menapaki jalan ini. Mereka memiliki ilmu yang dimiliki Jibrilberupa kekuatan yang dilambangkan dengan sayap-sayap yang digunakanuntuk naik turun langit. Akan tetapi, ilmu mereka tidak melampauiilmu Jibril, karena Jibril lah yang memberikan pengetahuan tentanghal-hal gaib kepada mereka. Pada hari kiamat nanti, mereka akanberkumpul bersama Jibril di Padang Mahsyar. 14. Tiga wali yang memiliki hati seperti Mikail a.s., jumlahnyatidak kurang tidak lebih pada setiap zaman. Mereka dikaruniaikebaikan, rahmat, kasih sayang, dan belas kasih Allah. Merekabertiga lapang dada, murah senyum, lemah lembut, penuh belas kasih,dan memiliki ilmu yang sebanding dengan kekuatan Mikail a.s. 15. Satu wali yang memiliki hati seperti Israfil a.s. di setiapzamannya. Hal ini dinyatakan dalam sebuah hadis Nabi Saw. Iamemiliki kekuasaan untuk memerintah dan melarang, serta tidak beraisebelah dalam memandang masalah. Abu Yazid al-Busthami termasukorang yang memiliki hati seperti Israfil, dan dari golongan nabiadalah Isa a.s. Barangsiapa memiliki hati seperti Isa a.s., berartiia juga seperti Israfil a.s., akan tetapi terkadang orang yangmemiliki hati seperti Israfil tidak mesti memiliki hati seperti Isaa.s. Muhyiddin Ibnu'Arabi menyatakan bahwa salah seorang gurunyamemiliki hati seperti Isa a.s. dan dia termasuk orang besar. 16. Para wali yang mempunyai hati seperti Dawud a.s., jumlahnyatidak kurang dan tidak lebih di setiap zamannya, insya Allah sayaakan membahas tentang mereka menurut kacamata spiritual saya. Hal,ilmu, dan tingkatan yang terpencar dalam diri mereka terkumpuldalam diri Dawud a.s. Saya pernah bertemu dan bergaul dengan merekasemua, serta belajar dari mereka. Tingkatan mereka tidak bisaditentukan dengan jumlah tertentu. 17. Orang-orang gaib (rijalul ghaib). Mereka hanya ada sepuluhtidak kurang tidak lebih. Mereka adalah orang-orang yang khusyukdalam shalat dan selalu berbicara dengan suara berbisik karenaAllah selalu menyingkapkan diri-Nya (tajalli) ke dalam jiwa mereka,sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah, Dan merendahlah
semuasuara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, sehingga kamu hanya mendengarbisikan saja (QS Thaha [20]: 108). Mereka adalah orang-orang yang tersembunyi dan tidak'dikenal. Allahtelah menyembunyikan mereka di bumi dan langit-Nya, serta hanya Diayang mengetahui dan menyaksikan keberadaan mereka, sepertidinyatakan dalam firman-Nya, Orang-orang yang berjalan di atas bumidengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil mengajak merekaberbicara, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan(OS Al-Furqan [25]: 63). Mereka sangat pemalu, jika merekamendengar seseorang berbicara dengan suara keras, urat leher merekamenonjol dan mereka merasa heran. Para ulama terkadang mengartikanrijalul ghaib sebagai manusia yang tidak bisa dilihat dengan mata,terkadang didefinisikan dengan kelompok jin yang mukmin dan saleh,dan terkadang didefinisikan sebagai kelompok yang tidak memperolehrezeki dan ilmu dari alam fisik, tetapi mengambilnya dari alamgaib. 18. Delapan belas wali yang menegakkan perintah Allah, jumlahnyatidak kurang dan tidak lebih dalam setiap zaman. Mereka menegakkanperintah Allah dengan melaksanakan hak-hak-Nya dan menguatkankejadian-kejadian yang biasa. Firman Allah tentang mereka adalahayat, Katakanlah: "Allah (yang telah menurunkan AlQur'an),"kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-Qursan kepada mereka),biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya (QS Al-Baqarah[2]: 91), dan ayat, Sesungguhnya aku telah menyeru mereka kepadaiman secara terangterangan (QS Nuh [71]: 8). Salah satu darigolongan ini adalah guru kami Abu Madyan r.a. yang berkata kepadateman-temannya, "Perlihatkan kebenaran kalian kepada manusiasebagaimana mereka memperlihatkan kedurhakaan mereka. Perlihatkannikmat-nikmat yang dianugerahkan Allah kepadamu, baik nikmat zahirberupa kejadian-kejadian luar biasa maupun nikmat batin berupama'rifat. Sesungguhnya Allah telah berfirman, Dan terhadap nikmatTuhanmu hendaklah kamu menceritakannya (QS Al-Dhuha [93]: 11), danNabi Saw. telah bersabda, 'Menceritakan karunia Allah adalah bentukbersyukur."' 19. Delapan wali yang memiliki kekuatan ilahi Firman Allah tentangmereka adalah ayat, Mereka yang keras terhadap orang-orang kafir(QS Al-Fath [48]: 29). Mereka
mempunyai nama-nama Tuhan yangdinyatakan dalam firman-Nya, Yang Mempunyai Kekuatan lagi SangatKokoh (QS Al-Dzariyat [51]: 58). Kecaman orang lain tidakmengganggu mereka dalam beribadah kepada Allah Swt. Mereka juga terkadang disebut dengan orang-orang yang memiliki kekuasaan.Mereka terkenal sebagai orang yang selalu berpikiran positif. Dikota Fas, ada satu orang dari mereka bernama Abu 'Abdullahal-Daqqaq yang pernah berkata, "Aku tidak pernah menggunjing orang,dan tak seorang pun yang bergunjing tentangku." Muhyiddin Ibnu'Arabi menyatakan bahwa salah seorang gurunya termasuk dalamgolongan mereka. 20. Di setiap zaman, ada lima wali, tidak kurangtidak lebih, yang mempunyai kekuatan seperti delapan orang darikelompok sebelumnya, hanya saja mereka memiliki sifat lemah lembutyang tidak dimiliki kelompok sebelumnya. Maqam mereka mengikutijejak para rasul Sifat mereka dijelaskan dalam firman Allah Swt.,Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemahlembut (QS Thaha [20]: 44), dan firman-Nya, Maka disebabkan rahmatdari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka (QS AhTmran [3]: 159). Di beberapa negara, mereka menampakkan sikap lemahlembut meskipun mempunyai kekuatan. Akan tetapi di negara-negaranonArab, mereka menampakkan kekuatan mereka di samping bersikaplemah lembut, sama dengan kelompok sebelumnya. Sayyid MuhyiddinIbnu 'Arabi menyatakan bahwa ia pernah bertemu dengan sebagian darimereka dan berguru kepada mereka. 21. Lima belas wali yang memilikikelemahlembutan dan kasih sayang ilahiyah. Mereka dapat menguasaiangin seperti Nabi Sulaiman yang dikisahkan dalam firman-Nya, Anginyang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya(QS Shad [38]: 36). Mereka mengasihi hamba-hamba Allah baik yangmukmin maupun yang kafir, dan memandang makhluk dari kesungguhandan keberadaannya, bukan dari mata hukum dan peradilan. Allah tidaksedikit pun memberi mereka kewalian lahir berupa kekuasaan hukummaupun kerajaan karena dzauq dan maqam mereka tidak mencakup tugasmengatur makhluk, tetapi mereka dan makhluk-makhluk yang lainsama-sama dinaungi rahmat Allah yang universal sebagaimanadinyatakan dalam firman-Nya, Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu(QS Ah 'Imran [3]: 156). Saya pernah bertemu dengan sebagianmereka. 22. Di setiap zaman, ada empat wali, tidak kurang dan
tidaklebih, yang memiliki sifat seperti yang dinyatakan dalam firmanAllah Swt, Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan bumijuga diciptakan seperti itu, perintah Allah berlaku padanya (QSAl-Thalaq [65]: 12); Yang telah menciptakan tujuh langitberlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan TuhanYang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang (QS Al-Mulk [67]: 3).Mereka adalah orang-orang yang disegani dan bermartabat tinggi,seakan-akan keberuntungan selalu menyertai mereka. Mereka tidaktakut dizalimi, justru takut dipuji-puji. Merekalah yangmembentangkan pasak-pasak yang meliputi keadaan spiritual mereka.Hati mereka ada di langit, tidak dikenal di bumi. Di antara merekaada yang memiliki hati seperti Nabi Muhammad Saw., ada yangmemiliki hati seperti Nabi Syuaib a.s., ada yang memiliki hatiseperti Nabi Shalih a.s, dan ada yang memiliki hati seperti NabiHud a.s. Di antara mereka ada yang selalu diperha tkan oleh Izrail,ada yang diperhatikan oleh Jibril, ada yang diperhatikan olehMikail, dan ada yang diperhatikan oleh Israfil. Kedudukan merekamenakjubkan dan keadaan mereka aneh. Sayyid Muhyiddin berkata,"Ketika saya bertemu dengan orang-orang seperti itu di Damaskus,saya tahu bahwa mereka termasuk golongan empat orang ini.Sebelumnya saya pernah melihat dan bertemu mereka di Andalusia,tetapi saya tidak tahu bahwa mereka menduduki maaam ini Ketika itu,saya hanya menganggap mereka termasuk hamba-hamba Allah. Sayabersyukur kepada Allah yang telah membuat saya mengetahui maaammereka dan menampakkan hal mereka kepada saya." 23. Di setiap zaman, ada dua puluh empat wali, tidak kurang dantidak lebih, yang mendapatkan fath (pembukaan / Allah menyingkapkanpengetahuan-pengetahuan dan rahasia-rahasia kepada mereka). Jumlahmereka sesuai dengan jumlah jam. Di setiap jam, ada satu orang yangdibukakan oleh Allah padanya tentang pengetahuan dan rahasia, baikkala siang maupun malam Mereka terpencar di muka bumi ini dan tidakpernah saling bertemu. Masing-masing menempati tempatnya sendiritanpa berpindah sedikit pun. Dua orang bertempat di Yaman, empatorang di negara-negara bagian timur, enam orang berada daerahbarat, selebihnya terpencar di seluruh pelosok dunia. Sifat merekadijelaskan dalam ayat, Apa saja yang Allah anugerahkan kepadamanusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapatmenahannya.
(QS Fathir [35]: 2) 24. Di setiap zaman, ada tujuh wali, tidak kurang dan tidak lebih,yang memiliki tingkatan-tingkatan yang tinggi. Mereka berada dalamtingkat yang paling tinggi, mereka adalah para wali dan pemilik martabat yang tinggi. Sifat mereka dinyatakan dalam firman Allah,Kamulah yang paling tinggi, dan Allah menyertaimu (QS Muhammad[47]: 35). Sebagian ahli tariqat yang berpendapat bahwa Abdalberjumlah tujuh orang menganggap golongan ini (orangorang yangmempunyai tingkatan tinggi) sebagai Abdal, sebagaimana sebagianahli tariqat yang berpendapat bahwa Abdal berjumlah 40 orangmenganggap Rajabiyyun sebagai Abdal. Hal ini disebabkan karenamereka tidak memperoleh pengetahuan dari Allah tentang berapajumlahnya. Di setiap zaman, Allah mempunyai hamba-hamba pilihanyang menjadi perantara Allah dalam menjaga alam ini Ada beritabahwa jumlah mereka sekian, sebagaimana ada tingkatan-tingkatanwali yang tidak diketahui jumlah pastinya di setiap zaman, karenajumlah mereka bisa bertambah dan berkurang, seperti para Afrad,orang-orang yang tinggal di air, orang-orang yang amanah, parapencinta, dan para sahabat karib, ahlullah (kaum Allah),orang-orang yang berbicara dengan Allah, orang-orang yangbercakap-cakap dengan Allah, dan orang-orang sufi. Mereka semuaorang-orang yang terpilih. Setiap tingkatan ini dijaga olehorang-orang tersebut dalam setiap zamannya, tetapi jumlah merekatidak bisa dibatasi sebagaimana yang telah kami sebutkan. 25. Dua puluh satu wali yang berada di lapisan paling bawah. Merekaadalah orangorang yang memperoleh ruh dari Allah tanpa pengetahuantentang ruh mereka sendiri. Jumlah mereka tetap setiap zamannya,tidak kurang tidak lebih. Sifat mereka dinyatakan dalam firmanAllah, Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yangserendah-rendahnya (QS Al-Tin [95]: 5), yakni alam fisik Jadi,tidak ada yang lebih rendah daripada alam fisik. Allahmengembalikan mereka ke alam fisik agar mereka menghidupkannya,karena pada dasarnya alam fisik itu mati kemudian ruh mereka iniyang menghidupkannya dengan dikembalikannya mereka oleh Allah kealam fisik. Para wali tersebut hanya melihat apa yang dikehendakioleh Allah dari ruh mereka. Mereka mampu menghadirkan Allah (ahlulhudhur) terus-menerus.
26. Tiga wali yang diberi kelapangan ilahiah dan kauniyah, darikalangan laki-laki dan perempuan. Jumlahnya tetap di setiap zaman,tidak kurang tidak lebih. Mereka selalu mencari kebenaran danmenolong makhluk dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, bukandengan kekejaman, kekerasan, dan pemaksaan. Mereka memanfaatkan karunia Allah dan memberi manfaat kepada paramakhluk. Allah memberi mereka kemampuan untuk memenuhi kebutuhanmanusia dan menyelesaikan masalahnya karena Allah, bukan karenaselain-Nya. Syaikh Muhyiddin berkata, "Saya pernah bertemu dengansalah satu dari mereka di Asybiliyyah dan ia adalah orangbermartabat paling tinggi yang pernah saya temui. Namanya Musa bin'Imran, pemimpin zamannya. Ia termasuk tiga wah yang tidak pernahmeminta kepada makhluk Allah untuk memenuhi kebutuhannya,sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadis Nabi, 'Barangsiapamenerima satu hal dariku, maka aku akan bertemu dengannya di surga,dengan syarat ia tidak meminta apa pun kepada makhluk/ Ciri-cirimereka adalah jika mereka menolong orang, mereka tampak lembut danbaik budi, seakan-akan mereka yang ditolong padahal justru yangmenolong. Saya belum pernah bertemu orang yang lebih baik daripadamereka dalam bergaul dengan manusia." 27. Tiga wah yang berjiwa ilahiyah yang maha pengasih. Jumlahmereka tidak kurang dan tidak lebih di setiap zamannya. Merekamirip dengan Abdal dalam sebagian sifatnya, tetapi mereka bukanAbdal. Sifat mereka dinyatakan dalam firman Allah, Sembahyangmereka di sekitar Baitullah itu, tidak lain hanyalah siulan dantepukan (QS Al-Anfal [8]: 35). Mereka memiliki keyakinan yang uniktentang firman Allah. Mereka adalah orang yang menerima wahyu Allahdan hanya bisa mendengar wahyu seperti bunyi rantai terjatuh diatas batu atau seperti dentingan lonceng, milah maaam mereka. 28. Di setiap zaman, ada satu wah, terkadang perempuan, yangmempunyai sifat Allah yang dinyatakan dalam Al-Qur'an, Dan Dialahyang berkuasa atas hamba-hamba-Nya (QS Al-An'am [6]: 18). Ia bisamenguasai segala sesuatu kecuali Allah dan mempunyai kecerdasan,keberanian, dan keperkasaan. Ia selalu berkata benar dan menghukumsecara adil. Sayyid Muhyiddin berkata, "Yang memiliki maqam iniadalah guru kami 'Abdul Qadir al-Jabali di Baghdad. Ia mempunyaikekuasaan dan kemampuan menegakkan kebenaran atas para makhluk.Kedudukannya agung dan cerita tentangnya
populer. Saya belum pernahbertemu dengannya, tetapi saya pernah bertemu dengan kawannya yangsezaman dengan kita yang pernah dibimbing oleh 'Abdul Qadir. Selain'Abdul Qadir, saya tidak tahu siapa yang menerima maqam ini sampaisekarang." 29. Di setiap zaman, ada satu wali yang merupakan gabungan daribeberapa unsur. Ia menyerupai Nabi Isa a.s., yang terlahir darimalaikat dan manusia. Tidak diketahui apakah ia punya ayah seorangmanusia, sebagaimana Bilqis yang menurut cerita dilahirkan dari jindan manusia. Ia gabungan dari dua unsur yang berbeda. Ia adalahperantara Allah yang bertugas menjaga alam barzakh terus menerus.Di setiap zaman, pasti ada orang yang mempunyai maqam ini. Iaterlahir hanya dari sel telur ibunya berbeda dengan pandangan paraahli ilmu alam, tetapi Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu. 30. Di setiap zaman, ada satu wali, terkadang perempuan, yangmengetahui detil-detil semua alam. Ia adalah orang yang mempunyaimaqam aneh. Ia membingungkan sebagian ahli tariqat yang mengenalnyasebagai seorang Quthb, padahal ia bukan Quthb. 31. Satu wali yang maqamnya dinamakan saqiith rafraf anak darisaaqith 'arsy. Sayyid Muhyidin berkata, "Saya pernah bertemudengannya di kota Qouniyah. Tandanya ada dalam firman Allah, Demibintang ketika terbenam (QS Al-Najm [53]: 1). Kesibukannya tidakmembuat ia melupakan diri dan Tuhannya. Kedudukannya tinggi danhalnya agung. Ia bisa mempengaruhi hal orang yang melihatnya,sifatnya menakjubkan, memiliki banyak pengetahuan, dan sangatpemalu." 32. Dua wali yang disebut sebagai orang-orang yang membutuhkanAllah. Mereka ada di setiap zaman di alam anfas (alam nafas;kehidupan itu sendiri). Mereka adalah para wali yang memilikibeberapa kedudukan, sebagaimana sebelumnya. Sifat keduanyadinyatakan dalam ayat, Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan sesuatudari semesta alam (QS Ali 'Imran [3]: 97). Allah menjaga maqamkeduanya. Salah satu dari mereka mampu menyingkap alam syahadah(alam yang bisa diindra; alam kasat mata), dan semua orang yang adadi alam syahadah membutuhkan orang ini. Sedangkan yang satunyamampu menyingkap alam malakut (alam gaib; alam bentuk-bentukhalus), dan setiap orang yang membutuhkan Allah di alam malakutmembutuhkan orang ini. Yang
menolong dua orang tersebut adalah ruhyang tinggi yang melaksanakan kebenaran. Jadi, jika ditambah denganruh tersebut, maka golongan ini terdiri dari tiga, dan jika dilihatdari sisi manusia, maka ada dua, terkadang dari kalangan perempuan.Ia kaya hati, membutuhkan Allah sedangkan Allah tidak membutuhkannya.Sayyid Muhyiddin berkata, "Kita hanya sedikit mengetahui perihalketiga orang tersebut.' 33. Satu wali yang berulang-ulang menyebut nama Allah dalam hatinyadi setiap tarikan nafas. Tidak ada wali yang lebih menakjubkanhalnya daripada dia. Tidak ada ahli ma'rifah yang lebih muliapengetahuannya daripada orang yang memiliki maqam ini. Ia takut danbertakwa kepada Allah. Saya pernah bertemu dengannya dan bergurukepadanya. Sifatnya dinyatakan dalam firman Allah, Tidak adasesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengarlagi Maha Melihat (QS Al-Syura [42]: 11)); Kemudian Kami berikankepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali (QS Al-Isra'[17]: 6). Urat lehernya selalu menonjol karena takut kepada Allah.Demikianlah yang pernah kami saksikan. 34. Sepuluh wali yang bijak dan memiliki kelebihan. Jumlahnya tidakkurang dan tidak lebih di setiap zaman. Maqam mereka adalah mampumencapai tujuan khusus dengan doanya yang selalu terkabul. Halmereka adalah keimanan yang selalu bertambah kepada hal gaib danyakin akan mendapatkan hal gaib itu. Tidak ada yang gaib bagimereka, karena segala yang gaib dapat mereka saksikan. Segalakeadaan mereka adalah ibadah. Kemampuan mereka melihat hal gaibmenambah keimanan mereka kepada hal gaib lainnya dan menambahkeyakinan untuk bisa mengetahui hal gaib itu. Sifat merekadinyatakan dalam firman Allah, Dan katakanlah: Ya Tuhanku,tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan (QS Thaha [20]: 114); Supayakeimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka yang telah ada(QS Al-Fath [48]: 4); Maka surah ini menambah iman mereka, sedangmereka merasa gembira (QS Al-Taubah [9]: 124); Dan apabilahamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka jawablah bahwasesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permintaan orang yangberdoa apabila ia berdoa kepada-Ku (QS Al-Baqarah [1]: 186). ^ 35. Dua belas wali yang disebut Al-Budala', berbeda dengan Abdal.Jumlah mereka tidak kurang dan tidak lebih di setiap zamannya.Maqam mereka adalah mampu mencapai
tujuan khusus dengan doanya yangselalu terkabul. Hal mereka adalah selalu bertambahnya keimanan dankeyakinan mereka kepada hal gaib. Mereka dinamakan Budala' karenajika sembilan orang dari mereka sudah tidak ada, maka yang satunyamenggantikan kedudukan dan tugas mereka. 36. Lima wali yang disebut para perindu (rijalul isytiyaq). Merekaadalah para pemimpin ahli tariqah. Melalui merekalah, Allah menjagaeksistensi alam Sifat mereka dinyatakan dalam Al-Qur"an/ Jagalahshalat-shalatmu, dan jagalah shalat umstha' (QS AlBaqarah[2]:238). Mereka tidak pernah meninggalkan shalat, baik siangmaupun malam. Sayyid Muhyiddin berkata, "Shalih al-Barbari adalahsalah seorang dari mereka. Saya pernah bertemu dan bersahabatdengannya, serta berguru kepadanya sampai ia wafat. Begitupula Abu'Abdillah di kota Fes adalah salah seorang dari mereka, dan sayapernah berteman dengannya." 37. Enam wali di setiap zaman, tidak kurang dan tidak lebih. Salahsatu dari mereka adalah anak Harun al-Rasyid yaitu Ahmad al-Sibti.Muhyiddin berkata, "Saya pernah bertemu dengan Ahmad al-Sibtiketika tawaf setelah shalat Jumat pada tahun 599 H. Ketika itu, iasedang tawaf di Ka'bah. Saya bertanya kepadanya dan ia menjawabsambil tawaf. Ruhnya merasuk ke dalam tubuh saya yang sedang tawaf,seperti merasuknya Jibril ke dalam tubuh orang Badui. Merekamenguasai enam arah angin yang ditempati manusia. Saya jugadiberitahu bahwa salah seorang dari mereka berasal dari Irzun,Romawi. Saya mengenalnya secara langsung dan bersahabat dengannya.Ia menghormati saya dan sering memperhatikan saya. Saya juga pernahberjumpa dengannya di Damaskus, Swes, Maltiyah, dan Qusiri. Iapernah membantu saya sebentar. Ia mempunyai ibu yang selaludiperlakukan dengan baik. Saya pernah menemuinya di Haran ketika iasedang melayani ibunya. Saya belum pernah melihat orang yangmemperlakukan ibu sebaik dia. Ia juga mempunyai harta yangdiperolehnya di Damsiq. Saya tidak tahu apakah ia hidup ataumeninggal. Secara umum, di dunia ini tidak ada sesuatu yangjumlahnya terbatas, kecuali orang-orang dalam jumlah tertentu disetiap zaman yang dipilih oleh Allah untuk urusan tertentu pula."=== sekian ===
2.3.2 Wali yang Jumlahnya Tak Terhitung
Sun, 2010-04-18 16:46 — admin
Sayyid Muhyiddin r.a. berkata, "Kami telah menyebutkan wali-waliyang yang jumlahnya terbatas di setiap zamannya. Sekarang kami akanmenyebutkan wali-wali yang jumlahnya tak terhitung di setiapzamannya, jumlah mereka bisa bertambah dan berkurang." 1.Mulamatiyyah r.a., ada yang menyebutnya Malamiyyah. Mereka adalah raja dan pemimpin ahli tariqah. Pemimpin mereka adalah Nabi Muhammad Saw. Mereka adalah orang-orang bijak yang menempatkandan menghukumi segala sesuatu sesuai tempatnya, serta menyatakandan menghilangkan sebab-sebab sesuai dengan tempatnya. Mereka tidakpernah meninggalkan apa yang telah diatur Allah atas makhluk-Nyauntuk mengikuti apa yang telah mereka atur sendiri. Mereka tidakmeninggalkan dunia untuk mengejar akhirat, atau meninggalkanakhirat untuk mendapatkan dunia. Mereka melihat sesuatu dengankacamata Allah dan tidak mencampur-adukkan hakikat. Kemampuan dankekuatan para Mulamatiyyah hanya diketahui oleh pemimpin merekayang menyaring dan menempatkan mereka pada maaam tertentu. Jumlahmereka tidak tentu, bisa bertambah dan berkurang. 2. Fuaara' r.a. Jumlahnya tidak terbatas, bisa bertambah danberkurang. Allah berfirman sebagai penghormatan terhadap segalamaujud dan sebagai bukti ada-Nya, Hai sekalian manusia, kamulahyang membutuhkan (al-Fuqara') Allah (QS Fathir [35]: 15). Abu Yazidpernah berkata, "Wahai Tuhanku, dengan apa aku mendekatimu?" Allahmenjawab, "Dengan sesuatu yang tidak kuinginkan dan kubutuhkan."Allah berfirman, Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkansupaya mereka menyembah-Ku (QS Al-Dzariyat [51]: 56). 3. Shufiyah r.a. Jumlahnya tidak terbatas, bisa bertambah danberkurang. Mereka adalah orang-orang yang mempunyai akhlak mulia,sehingga dikatakan, "Barangsiapa akhlaknya bertambah baik, makabertambah pula kesufiannya." Maqam mereka berada dalam satu hati.Mereka tidak pernah mengatakan tiga kalimat, "ini untukku", "inipunyaku," dan "ini hartaku." Artinya, mereka tidak mengatakan bahwamereka memiliki sesuatu, Mereka tidak mempunyai apa-apa karenasemuanya milik Allah. Bagi mereka, apa yang mereka miliki sama sajadengan sesuatu selain Allah Swt, disertai
pengakuan bahwa makhluktidak memiliki apa-apa. Mereka tidak mencari maqam ini. Tingkatanini adalah tingkatan ketika hal-hal luar biasa muncul dari dirimereka karena usaha yang mereka lakukan, untuk membuktikankebenaran agama dalam keadaan darurat. Kami telah menyaksikankelompok semacam ini. Mereka mampu melakukan hal-hal luar biasasebagai kebiasaan dan bukan hal luar biasa bagi mereka, sepertiberjalan di atas air dan udara sebagaimana kita dan makhluk melatalainnya berjalan di atas tanah. 4. 'Ubbad r.a., orang-orang yang senantiasa melakukan ibadah-ibadahwajib. Allah memuji mereka dalam firman-Nya, Hanya kepada Kamilahmereka selalu menyembah (QS Al-Anbiya' [21]: 73). Mereka tidakmelakukan ibadah-ibadah yang tidak wajib. Sebagian mereka berkelanake gunung, padang rumput, pantai, dan jurang, karenanya merekadisebut para pengembara. Sebagian lagi tidak pernah meninggalkanrumah, selalu shalat berjamaah, dan sibuk dengan diri sendiri.Sebagian mereka menggunakan perantara (sebab-sebab sekunder) untukmengenal Allah dan sebagian lagi tidak menggunakannya. Merekaadalah orang-orang yang saleh baik lahir maupun batin, menjauhisifat dengki, iri hati, serakah, rakus, dan sifat-sifat tercelalainnya. Mereka mengarahkan sifat-sifat yang mulia untuktujuan-tujuan yang terpuji. Mereka tidak mempunyai pengetahuantentang ma'rifat, rahasia-rahasia, dan alam malakut, serta tidakmemahami ayat Allah ketika dibacakan. Jika pahala, kiamat dankengeriannya, neraka, dan surga diperlihatkan kepada mereka, merekameneteskan air mata. Sifat mereka dinyatakan dalam firman Allah,Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoakepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap (QS Al-Sajdah [32]:16); Kamu berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dan suara lirih(QS Al-An'am [6]: 63); Orang-orang yang berjalan di muka bumidengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan (QSAl-Furqan [25]: 63); Apabila mereka bertemu dengan orang-orang yangmengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka laluisaja dengan menjaga kehormatannya (QS Al-Furqan [25]: 72);Orang-orang yang mengisi malam harinya dengan bersujud dan berdiriuntuk Tuhan mereka (QS Al-Furqan [25]: 64); Dan orang-orang yangapabila membelanjakan harta, mereka tidak berlebih-lebihan dantidak
pula kikir, tetapi di tengah-tengah antara keduanya (QSAl-Furqan [25]: 67). Mereka jarang tidur dan selalu berpuasa untukberlomba-lomba menuju kesuksesan. Mereka tidak pernah melakukankebatilan dan kemaksiatan sedikit pun, tetapi selalu menjunjungtinggi kebenaran dengan penuh penghormatan dan pengagungan. Abu Muslim al-Khaulani termasuk tokoh 'Ubbad ini. Ia selalu terjagadi waktu malam untuk beribadah. Jika rasa lelah menyerangnya, iamemukul kedua kakinya dengan tongkat dan berkata kepada kedua kakinya itu, "Kalian lebih berhak dipukul daripada binatangternakku. Sahabatsahabat Nabi Muhammad Saw. telah memperolehkebahagiaan karena mengikuti Nabi. Demi Allah aku akan menyaingimereka sehingga mereka tahu bahwa jejak mereka telah diikuti olehpara penggantinya." Muhyiddin Ibnu 'Arabi berkata, "Saya pernahbertemu dengan sebagian besar dari mereka dan menuliskan kisahtentang mereka dalam kitab saya. Banyak kitab telah menulis tentangmereka dengan panjang lebar." 5. Zuhhad r.a., orang-orang yang meninggalkan keduniaan. Dikalangan mazhab kami, ada perbedaan pendapat tentang orang yangtidak memiliki dunia sedikit pun padahal ia mampu mencari danmengumpulkannya, tetapi ia tidak melakukannya dan tidak berusaha,apakah orang ini termasuk zahid atau bukan? Sebagian berpendapatbahwa ia termasuk zahid, dan sebagian lagi tidak menganggapnyazahid karena tidak berusaha, sehingga apabila ia nanti mendapatkansedikit dunia, maka ia tidak termasuk zahid. Salah satu pemimpinmereka adalah Ibrahim bin Adham dan kisah tentangnya sudahterkenal. Sayyid Muhyiddin berkata, "Salah seorang paman saya yang bernamaYahya bin Yafan termasuk golongan mereka, dan ia pernah menjadipenguasa kota Tilimsan. Pada masa pemerintahannya, ada seorangpenjual buah yang ahli ibadah asal Tunisia yang terkenal dengansebutan 'Abdullah al-Tunisi seorang ahli ibadah pada zamannya. Diluar kota Tilimsan, 'Abdullah juga dikenal sebagai 'Ubbad (ahliibadah). 'Abdullah telah memutuskan tinggal di masjid untukberibadah kepada Allah. Makamnya terkenal sebagai tempat ziarah.Ketika orang saleh ini ('Abdullah) berjalan-jalan di kota Tilimsan,ia berjumpa dengan Yahya bin Yafan, penguasa kota tersebut,diiringi ajudan
dan pelayannya. Yahya bin Yafan diberitahu bahwaorang yang dijumpainya adalah 'Abdullah al-Tunisi seorang ahliibadah pada zamannya. Maka Yahya bin Yafan memegang cambuk kudanyadan mengucapkan salam kepada Syaikh itu. Syaikh menjawab salamnya.Pada waktu itu, Yahya memakai pakaian kebesaran, lalu ia bertanyakepada Syaikh, 'Wahai Syaikh, apakah pakaian yang saya pakai inibisa untuk shalat?' Syaikh itu tertawa. Lalu Yahya bertanya,'Mengapa engkau tertawa?' Syaikh itu menjawab, 'Karena kerendahanakalmu dan ketidaktahuanmu terhadap diri sendiri dan keadaanmu. Dimataku, kamu bagaikan anjing yang berguling-guling di atas darahkering kemudian memakannya dan mengotorinya. Apabila ia akan kencing, ia mengangkat kakinya agar tidak kecipratan air kencing.Dan kamu bagaikan wadah yang penuh barang haram, kamu menanyakantentang pakaian dan hambahamba yang telah engkau zalimi?'Tiba-tiba Yahya bin Yafan menangis dan turun dari kudanya, lalumeninggalkan kerajaannya dan menjadi pembantu Syaikh itu. SetelahSyaikh mengajari Yahya selama tiga hari, ia mendatanginya denganmembawa tali, lalu berkata kepadanya, 'Wahai sang penguasa, waktubertamumu telah habis, berdiri dan carilah kayu bakar.' Lalu Yahyamencari kayu bakar dan membawanya ke pasar dengan menyungginya diatas kepala sehingga orang-orang yang melihatnya menangis. KemudianYahya menjual kayu bakar itu, mengambil keuntungannya, danmenyedekahkan sisanya. Yahya terus melakukan pekerjaan itu sampaiwafat dan dimakamkan. Makamnya sekarang sering diziarahi. ApabilaSyaikh 'Abdullah didatangi orang-orang yang meminta doa kepadanya,Syaikh 'Abdullah berkata, 'Mintalah doa kepada Yahya bin Yafan,seorang penguasa yang zuhud. Seandainya aku diuji dengandianugerahi kerajaan seperti Yahya, sungguh aku tidak mungkin bisamenjadi orang yang zuhud.'" 6. Para wali yang tinggal di air (Rijalul Ma'). Mereka adalahgolongan yang menyembah Allah di dasar laut dan sungai. Tidak adaseorang pun yang mengetahui mereka. Abu alBadri, seorang yangjujur, dapat dipercaya, mengetahui apa yang diceritakannya, hafid,dan dhabith terhadap apa yang ia kutip, meriwayatkan bahwa AbuSu'ud bin Syibli, seorang pemimpin pada zamannya, berkata, "Ketikaaku berada di tepi sungai Tigris di Baghdad, tiba-tiba terbersitdalam pikiranku apakah ada hamba Allah yang
menyembah-Nya di dalamair? Belum sempat aku memikirkannya, tiba-tiba sungai Tigristerbelah dan muncullah seorang laki-laki dengan mengucapkan salamkepadaku dan berkata, 'Ada, wahai Abu Su'ud. Allah mempunyaihamba-hamba yang menyembah-Nya di air. Aku adalah salah satunya.Aku berasal dari Tikrit. Aku meninggalkan Tikrit karena suatu harinanti akan terjadi sesuatu di sana.' Laki-laki itu menceritakankejadian yang akan muncul di Tikrit itu, lalu tiba-tiba iamenghilang. Setelah lima belas hari berlalu, terjadilah kejadianseperti yang telah diramalkan oleh laki-laki itu. Ia telahmemberitahuku kejadian yang akan terjadi." 7. Orang-orang yang sendirian (Afrad). Jumlahnya tidak bisadihitung. Mereka adalah orang yang mendekatkan diri kepada Allahdengan melakukan ketentuan syara'. Salah seorang dari mereka adalah Muhammad al-Awani yang dikenal dengan sebutan IbnuQaid Adanah, salah seorang pegawai di Baghdad dan sahabat 'AbdulQadir al-Jili. 'Abdul Qadir al-Jili berkata tentang Ibnu Qaid, "Iaadalah orang yang mulia dan 'Abdul Qadir al-Hakim menganggapnyatermasuk golongan Afrad, yaitu orang-orang yang keluar ke daerahkutub dan tinggal di sana. Mereka adalah orang-orang yang setaradengan malaikat yang terus-menerus mengagungkan Allah dan selaluberusaha menghadirkanNya dalam hati. Mereka tidak mengenal apa-apaselain Allah dan tidak bereaksi kecuali apa yang mereka ketahuitentang-Nya. Mereka juga tidak mempunyai pengetahuan tentanghakikat mereka sendiri. Maqam mereka berada di antara orang-orangyang jujur dan para nabi pembawa syariat. Maqam tersebut tidakdiketahui oleh kebanyakan ahli tariqat padahal termasuk maqam yangtinggi." 8. Umana', orang-orang yang terpercaya. Nabi bersabda,"Sesungguhnya Allah memiliki orang-orang yang terpercaya." Nabijuga pernah berkata tentang Abu 'Ubaidah bin Jarah, "Dia adalahorang yang terpercaya dari umat ini, semoga Allah meridhainya."Mereka berasal dari kalangan Mulamatiyyah dan tidak ada yangberasal dari kelompok lainnya. Umana' adalah para mulamatiyyah yangmulia dan khusus. Mereka tidak bisa dikenali karena tidakmenampak-kan hal-hal yang luar biasa. Mereka hanya menjalankanperintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Apabila kiamat tiba, makatampaklah maaam mereka di tengah-tengah makhluk lainnya. Di dunia,mereka
tidak dikenal. Nabi Saw. pernah bersabda, "SesungguhnyaAllah memiliki umana' (orang-orang yang terpercaya)," dan kamitidak menyebutkan siapa orang-orang yang terpercaya itu. KetikaNabi Musa mengikuti perjalanan Nabi Khidir, Allah menyuruh NabiKhidir untuk tidak memberitahu Musa terlebih dahulu tentang maknahal-hal aneh yang dilakukannya meskipun Musa bertanya terus, danNabi Khidir menurutinya karena ia termasuk umana', sampai tibasaatnya Khidir memberitahukan maknanya kepada Musa. Jumlah umana'bertambah dalam setiap tabaqat, karenanya mereka tidak mengenalsatu sama lain. Mereka tampak seperti mukmin yang awam. Hanyamereka yang seperti ini, tidak wali lainnya. 9. Qurra' r.a (para pembaca). Mereka adalah Ahlullah (kaum Allah)dan hamba-Nya yang khusus. Jumlah mereka tidak terhitung. Nabi Saw.pernah bersabda, "Ahli AlQur'an adalah Ahlullah dan hambaNya yang khusus." Ahli Al-Qur'an adalah orang-orang yang menjagaAl-Qur'an dengan menghafal dan mengamalkannya. Abu Yazidal-Busthami termasuk salah satu dari mereka. Barangsiapa berakhlakdengan akhlak Al-Qur'an, berarti ia termasuk ahli AlQur'an.Barang-siapa yang ahli Al-Qur*an, maka ia juga termasuk Ahlullah,karena AlQur'an adalah kalam Allah. Sahl bin 'Abdullah al-Tustarimemperoleh maqam ini padahal ia baru berumur enam tahun. 10. Ahbab r.a. (orang-orang yang dicintai dan mencintai Allah).Jumlahnya tidak terhitung, bisa bertambah dan berkurang. Allahberfirman, Kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allahmencintai mereka dan mereka pun mencintaiNya (QS Al-Maidah [5]:54). Karena mereka mencintai Allah, maka Dia mengujinya, dan karenamereka mencintai Allah, maka Dia menyaring dan memilih mereka.Kelompok ini terbagi menjadi dua. Pertama, kelompok yang sejaksemula sudah dicintai oleh Allah. Kedua, kelompok yang menaatiRasulullah Saw. sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, kemudianketaatan mereka menyebabkan mereka dicintai Allah. Allah berfirman,Barangsiapa menaati Rasul, sesungguhnya ia telah menaati Allah (QSAl-Nisa' [4]: 80). Dan dalam firman-Nya yang lain, Allah berkatakepada Nabi Muhammad Saw., Katakanlah: "Jika kamu benar-benarmencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu" (QSAh 'Imran [3]: 31). Allah mencintai mereka karena ketaatan
merekakepada Allah dan Rasul-Nya, bukan mencintainya sejak awal tanpausaha yang mereka lakukan (kelompok kedua), meskipun kedua kelompoktersebut sama-sama dicintai oleh Allah. Maaam mereka diketahui olehsesamanya, karena tampak jelas siapa yang mulia dan yangdimuliakan. Tanda mereka adalah hati yang bersih tanpa noda sedikitpun. Mereka teguh beribadah kepada Allah dan selaras dengan alamkarena alam juga bergerak sesuai dengan aturan syara', yang baikdan yang jelek. Mereka berhubungan dengan Allah sesuai dengan adab.Mereka membantu dan membenci karena Allah. Allah berkata kepadaorang yang dianggap mempunyai maqam ini, "Hai, hamba-Ku, apa yangtelah kau lakukan untuk-Ku?" Hamba itu menjawab, "Wahai Tuhanku,aku shalat dan menyembah-Mu dengan sungguh-sungguh serta melakukanini dan itu." Ia menyebutkan perbuatan-perbuatan baik. Lalu Allahberkata, "Perbuatan itu untukmu." Mereka bertanya kepada Allah,"Wahai Tuhanku, apa maksud ucapan-Mu?" Allah menjawab, "Apakah kamu menolong wali-Ku karenaAku dan memerangi musuh-Ku karena aku." Inilah perhatian Allahkepada orang-orang yang dicintai-Nya. Allah berfirman, Haiorang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku danmusuhmu sebagai teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada merekaberita-berita Muhammad, karena rasa kasih sayang (QS AlMumtahanah[60]: 1); Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepadaAllah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orangyang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itubapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara mereka, atau keluargamereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkankeimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan(QS Al-Mujadalah [58]: 22). Mereka adalah orang-orang yang teguhpendirian. Hadis Rasulullah yang sahih juga menyatakan, "Aku harusmencintai orang-orang yang saling mencintai karena aku, salingbergaul karena aku, orang-orang yang saling mencurahkan perhatiankarena aku, dan orang-orang yang saling berkunjung karena aku." 11. Muhaddats (para wali yang diajak bicara oleh Allah ataumalaikat). 'Umar r.a. termasuk salah seorang dari mereka. SayyidMuhyiddin berkata, "Yang termasuk golongan mereka pada zaman kitaadalah Abu 'Abbas al-Khasysyab dan Abu Zakaria al-
Bihai di Ma'arrahtetangga 'Umar bin Abdul 'Aziz di Dir Baqarah." Golongan initerbagi menjadi dua. Pertama, golongan yang diajak bicara olehAllah melalui hijab, seperti dinyatakan dalam firman-Nya, Dan tidakada seorang manusia pun yang Allah berkatakata dengannya kecualimelalui wahyu atau dari belakang hijab (QS Al-Syura' [42]: 51).Golongan ini tabaqahnya banyak. Kedua, golongan yang diajak bicaraoleh para malaikat melalui hati dan kadang telinga mereka. Merekaditetapkan semuanya sebagai orang yang dapat diajak bicara olehpara malaikat karena mereka telah melakukan riyadhah dan mujahadah.Jika jiwa bersih dari noda, maka ia akan mencapai alam yang cocokdengan alam malaikat sehingga bisa mengetahui ilmu malakut danrahasia-rahasia yang diketahui oleh ruh-ruh yang mulia. Kemudianterukirlah dalam jiwa itu semua makna yang ada dalam alam, sehinggaia dapat mengetahui hal-hal gaib. Meskipun para malaikat hanyamempunyai satu tugas, tetapi setiap malaikat mempunyai maqam tersendiri Mereka mempunyai beberapa tingkatan. Jibril adalahmalaikat yang paling tinggi tingkatannya, tetapi tingkatan dankedudukan Mikail lebih tinggi daripada Jibril. Israfil lebih tinggidaripada Mikail. Jibril lebih tinggi daripada Izrail. Wali yangmempunyai hati seperti Israfil, mampu memberi pertolongankepadanya, dan kedudukannya lebih tinggi daripada orang yangmemiliki hati seperti Mikail. Setiap Muhaddas diajak bicara oleh ruh yang sesuai dengannya.Banyak Muhaddas yang tidak mengetahui siapa yang berbicaradengannya. Hal itu menunjukan adanya kebersihan dan keikhlasan jiwadan terangkatnya unsur-unsur dan rukun-rukun yang ada di dalamnya.Dia adalah jiwa yang melampaui unsur-unsur jasmaniyahnya. Sebagiankelompok merasa cukup dengan menjadi kelompok Muhaddats kedua. Akantetapi, itu bukan syarat kebahagian iman di akhirat sebab syaratnyaadalah penyucian hati. Jika Muhaddats memperoleh semua sifat inidengan melakukan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan syariat,mengikuti Nabi, dan beriman secara pasti, maka ia pantasmendapatkan berita yang membahagiakan. Apabila ketaatannya kepadaNabi disandarkan pada pembicaraan Allah kepada mereka, maka merekatermasuk dalam Muhaddats yang pertama, yang telah kami sebutkanmempunyai beberapa tingkatan. 12. Akhilla' r.a. (para kekasih).Jumlahnya tidak terbatas, bisa bertambah dan berkurang. Allahberfirman, Dan Allah menjadikan
Ibrahim sebagai kekasih-Nya (QSAl-Nisa' [4]: 125). Nabi Muhammad Saw. bersabda, "Kalau aku inginmenjadikan seseorang sebagai kekasih (khalil), niscaya aku akanmenjadikan Abu Bakar sebagai kekasihku, akan tetapi temanmu ituadalah kekasih Allah." 23. Sumara'. Jumlah mereka tak terbatas. Mereka adalah Muhaddatsyang khusus, karena mereka hanya berbicara dengan Allah, tidakdengan para malaikat. 14. Waratsah (para ahli waris). Mereka ada tiga macam, yaitu yangmenganiaya (bersikap keras pada) diri sendiri demi melakukankebaikan, yang bersikap tengahtengah (sedang-sedang saja) dalammelakukan kebaikan, dan yang lebih dahulu berbuat kebaikan. Allahberfirman, Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada hambahambapilihan Kami. Di antara mereka ada yang menganiaya diri merekasendiri (zhalimun linafsihi), ada yang bersikap tengah-tengah (muqtashid ), dan ada yang lebih dahulu berbuat kebaikan (sabiqun bil khairat) dengan izin Allah. Yang demikian itu adalahkarunia yang besar (QS Fathir [35]: 32). Nabi juga bersabda, "Ulamaadalah pewaris para nabi." Adapun maksud firman Allah tentang para pewaris pilihan yangmenganiaya diri sendiri adalah Abu Darda' dan lain-lain yangbersikap keras (menganiaya) pada diri mereka sendiri demi melakukankebaikan, sehingga mereka berbahagia di akhirat kelak. Hal itudinyatakan dalam sabda Nabi Saw., "Sesungguhnya dirimu mempunyaihak dan matamu mempunyai hak." Apabila seseorang puasaterus-menerus dan selalu terjaga di waktu malam untuk beribadah,maka ia telah menganiaya diri sendiri, karena dirinya dan matanyamempunyai hak untuk tidur dan makan. Kezaliman pada diri sendiriuntuk tujuan ibadah. Oleh karena itu, firman Allah (zalimlinafsihi) artinya adalah keinginan dan usaha keras, karena jiwaselalu cenderung untuk mendapatkan keringanan dan istirahat. MakaNabi menganjurkan dua hal tersebut karena mereka adalah orangoranglemah. Dan dalam firman-Nya (zhalimun linafsihi), Allah tidakbermaksud menunjukkan orang yang berbuat kezaliman yang dilarangsyara', karena orang yang melanggar syara'tidak disebut sebagaihamba pilihan. Adapun golongan kedua yang termasuk pewaris kitab adalah muqtashid,yaitu orang yang memberikan hak berupa kenikmatan dunia kepadadirinya agar kenikmatan itu
bisa digunakan untuk mengabdi kepadaAllah dengan memanfaatkan istirahat dan berbuat kebaikan. Artinya,mereka mempunyai keinginan kuat (azimah) untuk berbuat baik danmemanfaatkan kemudahan (rukhsah) yang diberikan kepadanya. Disamping giat mengisi malam dengan ibadah, seorang muqtashid jugatidur untuk istirahat. Demikian juga dengan amal-amal lainnya. Sabiqun bil khairat adalah orang yang bersegera melakukan pekerjaansebelum masuk waktunya, sehingga ia selalu siap. Ketika waktunyasudah masuk, ia segera melakukan kewajibannya tanpa ada yangmenghalangi, seperti berwudhu sebelum masuk waktu shalat dan dudukdi masjid sebelum waktu shalat. Ketika waktu shalat tiba, ia sudahdalam keadaan suci sehingga bisa segera melakukan kewajibanshalatnya. Demikian juga bagi orang yang mempunyai harta, ia akansegera mengeluarkan zakat dan menunaikannya ketika masuk satutahun, kemudian membayar zakat kepada amil sebagai kewajibannyakepada Tuhan di awal tahun kedua. Demikianlah, ia segera melakukansemua perbuatan baik, sebagaimana Sabda Nabi kepada Bilal,"Dengan apa engkau menyusulku ke surga?" Bilal menjawab, "Setiap berhadas,aku selalu berwudhu, dan setiap selesai wudhu, aku selalu melakukanshalat dua rakaat." Rasulullah kemudian bersabda, "Engkaumenyusulku ke surga dengan keduanya (wudhu dan shalat dua rakaat)."Itulah beberapa contoh sabiqun bil khairat. Dan begitulah keadaanRasulullah Saw. di tengah kaum musyrik ketika masih muda. Waktuitu, beliau belum dibebani taklif (syariat), kemudian ia menjauhkandiri dari masyarakat menuju Tuhannya dengan melakukan tahanuts(menyepi untuk beribadah). Beliau juga segera melakukan kebaikandan berakhlak mulia sampai Allah memberinya risalah kenabian.=== sekian ===
2.3.3 Wali Yang Bisa Dihitung dan Tak Bisa Dihitung Sun, 2010-04-18 16:46 — admin
1. Anbiya' (para nabi). Allah menganugerahkankenabian kepada mereka, yaitu orang-orang yang dipilih Allah untukdiri-Nya dan untuk mengabdi kepada-Nya, hambahamba yangdikhususkan oleh-Nya di hadapan Allah, disyariatkan untuk beribadahdan tidak diperintah untuk melakukan ibadah selain yang diwajibkan.Maqam kenabian
merupakan maqam kewalian yang khusus, merekamemperoleh ketetapan tentang perkara-perkara yang dihalalkan dandiharamkan oleh Allah yang khusus untuk mereka bukan untuk yanglainnya. Dunia membutuhkan hal itu, karena dunia merupakan tempatmati dan hidup. Allah berfirman, Dialah yang telah menciptakankematian dan kehidupan untuk menguji kalian (QS Al-Mulk [67]: 2).Taklif (syariat) adalah ujian. Kewalian adalah kenabian yangbersifat umum, sedangkan kenabian yang diangkat oleh Allah denganmembawa syariat adalah kenabian yang bersifat khusus. 2. Rasul (para rasul yang diberi risalah oleh Allah). Yaitu,para nabi yang diutus untuk sekelompok umat manusia atau kepadaseluruh umat manusia. Hanya Nabi Muhammad Saw. yang diutus untukseluruh umat manusia untuk menyampaikan perintah Allah, sebagaimanadinyatakan dalam firman-Nya, Hai Rasul, sampaikanlah apa yang telahditurunkan Tuhan kepadamu (QS Al-Maidah [5]: 67); Kewajiban Rasultidak lain hanyalah menyampaikan risalah (QS Al-Maidah [5]: 99).Maqam penyampaian itu dinyatakan sebagai risalah bukan yang lain.Sayyid Muhyiddin tidak membicarakan seputar maaam kenabian dankerasulan ini, karena ia merasa bukan nabi atau rasul. Ia menegaskan, "Haram bagikumembicarakannya, karena kami hanya membicarakan apa yang pernahkami alami. Kami bisa berbicara tentang selain kedua maqam ini,karena kami pernah mengalaminya dan Allah tidak melarangnya." 3. Shiddiqun (orang-orang yang meyakini Allah dan Rasul-Nya). Allahtelah menganugerahi mereka keyakinan kepada Allah dan Rasul-Nya,sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya, Orang-orang yang berimankepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itulah orang-orang shiddiqin (QSAl-Hadid [57]: 19). Shiddiq (bentuk tunggal dari shiddiqun) adalahorang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya karena perkataan yangdisampaikan Rasul, bukan karena dalil cahaya keimanan yang adadalam hati yang mencegahnya untuk meragukan perkataan Rasul. Tidakada maaam dan kedudukan di antara kenabian yang membawa syariat danshiddiqah. Barangsiapa yang menapaki jejak Shiddiqun, berarti iamenapaki kenabian. Barangsiapa mengaku mendapatkan kenabian denganmembawa syariat setelah Nabi Muhammad Saw., maka
ia telah berdustadan kafir terhadap apa yang dibawa oleh orang jujur yaituRasulullah Saw. Meskipun begitu, maqam qurbah ada di atas maqamshiddiqah dan di bawah maqam kenabian yang membawa syariat. SayyidMuhyiddin r.a. berkata, "Maqam yang telah kami tetapkan berada diantara maqam kenabian yang membawa syariat dan maaam shiddiaah,adalah maqam aurbah yang khusus untuk Afrad. Kedudukan (Afrad) dimata Allah lebih rendah dibanding maaam kenabian yang membawasyariat dan berada di atas maaam shiddiaah. Hal ini ditunjukkandengan adanya rahasia yang diukirkan pada hati Abu Bakar yangkarenanya para Shiddiq dimuliakan. Tidak ada seorang pun di antaraAbu Bakar dan Nabi Muhammad Saw., karena Abu Bakar adalah temanyang meyakini kebenarannya dan tepercaya." 4. Syuhada' (orang-orang yang syahid). Allah menganugerahkan'kesaksian' kepada mereka, yakni orang-orang yang dekat denganAllah, yang selalu menghadap Allah dengan pengetahuan yang luastentang-Nya. Allah berfirman, Allah menyatakan bahwasanya tidak adaTuhan melainkan Dia, yang menegakkan keadilan. Para malaikat danorang-orang yang berilmu juga menyatakan hal itu (QS Ah 'Imran [3]:18). Allah mengumpulkan mereka dengan para malaikat dalammenegakkan kesaksian. Mereka adalah yang bertauhid kepada Allah sebagai Zat Yang Maha Menjaga dan Azali.Mereka adalah orang-orang yang bertauhid. Kedudukan merekamenakjubkan dan keadaan mereka aneh. Mereka adalah saksi-saksi yangdimaksud dalam ayat tersebut, orang-orang yang mengetahui Allah danberiman setelah mengetahui firman Allah. Nur seorang Shiddiq lebihsempurna daripada nur seorang Syahid, karena tauhid seorang Syahiddisebabkan oleh ilmu bukan keimanan, sedangkan tauhid seorangShiddiq disebabkan oleh iman. Jadi, maqam Syahid berada di atasmaqam Shiddiq dari segi ilmu, sebaliknya maaam Shiddiq berada diatas maqam Syahid dari segi iman dan keyakinan. 5. Shalihun(orangorang yang saleh). Allah menganugerahkan kesalehan kepadamereka dan menempatkan kedudukan mereka setelah Syuhada, padatingkat keempat. Setiap nabi adalah orang yang saleh dan ia mengakusebagai orang yang saleh sekaligus nabi Tingkatan ini merupakantingkatan khusus dalam kenabian, tetapi terkadang kesalehan jugadipunyai oleh bukan nabi, Shadiq, atau Syahid, hanya saja kesalehanpara nabi
dimulai sebelum mereka. Orang-orang saleh adalahorang-orang yang tidak mempunyai cacat dalam perbuatan dan keimananmereka kepada apa yang berasal dari Allah. Apabila ada cacat, makabatallah kedudukannya sebagai orang saleh. Kesalehan seperti inilahyang disukai para nabi. Jadi, setiap orang yang tidak ada cacatdalam keyakinan, kesaksian, dan kenabiannya, maka ia termasuk orangyang saleh. 6. Muslimun wa Muslimat (orang-orang muslim). Allahmenganugerahi mereka islam, yaitu ketundukan secara khusus kepadaapa yang berasal dari Allah, bukan yang lain. Jadi, seorang hambayang berserah diri kepada segala kewajiban, syarat, dan kaidahAllah disebut muslim. Apabila ada sedikit syarat yang tidakterpenuhi, maka ia bukan Muslim. Rasulullah Saw. bersabda, "Seorangmuslim adalah orang yang lidah dan tangannya tidak menyakiti muslimlainnya." Makna "tangan" di sini adalah kekuasaan, artinyakekuasaan yang dimiliki seorang muslim tidak mendorongnya untukmelakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan Islam atau menentanghukum Allah terhadap muslim lainnya. Kata "lidah" disebutkan karenaterkadang lidah lebih menyakitkan daripada tindakan. Nabi Saw.tidak menganggap seseorang sebagai muslim, kecuali jika ia menjagadiri dari menyakiti muslim lainnya. 7. Mukminun wa Mukminat (orang-orang mukmin). Allah menganugerahimereka iman, baik dalam perkataan, perbuatan, maupun keyakinan.Menurut etimologi bahasa dan syariat, esensi iman adalah keyakinan.Sedangkan makna iman dalam perkataan dan perbuatan didasarkan padasyariat, bukan secara bahasa. Jadi, orang mukmin adalah orang yangperkataan dan perbuatannya sesuai dengan apa yang diyakininyatentang perkataan dan perbuatan itu. Oleh karena itu, Allahberfirman mengenai orang-orang mukmin, Sedang cahaya merekabersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil merekamengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kamidan ampunilah kami" (QS Al-Tahrim [66]: 8). Maksud "cahaya" di siniadalah amal saleh mereka di dunia di hadapan Allah. Mereka adalahorang-orang yang dijanjikan Allah akan mendapat ampunan dan pahalayang besar. Rasulullah Saw. juga bersabda, "Orang mukmin adalah orang yangdipercaya manusia untuk menjaga harta dan jiwa mereka." Dalam hadislain, Rasulullah Saw. bersabda, "Orang mukmin adalah orang yangtetangganya aman dari kejelekannya." Dalam kedua
hadis tersebut,Rasulullah tidak menyebutkan "manusia" dan "tetangga" yang mukminatau muslim, tetapi menyebutkannya secara umum tanpa batasan.Sedangkan dalam hadis tentang orang muslim sebelumnya, Rasulullahmenyebutkan bahwa orang muslim adalah orang yang lidah dantangannya tidak menyakiti "muslim lainnya", bukan manusia secaraumum Kita tahu bahwa iman mempunyai sifat khusus yaitu pembenaransecara taklid tanpa ada dahi sehingga bisa dibedakan antara imandan ilmu. Perlu diketahui, bahwa pengertian mukmin secara terminologis adalahorang yang menempuh jalan Allah berdasarkan syariat Seorang mukminmemiliki dua tanda dalam dirinya. Kalau ia mempunyainya, maka iatermasuk golongan mukmin. Tanda pertama, meyakini hal-hal gaibtanpa keraguan seperti menyaksikannya secara langsung. Tanda kedua,iman yang ada dalam diri seorang mukmin mempengaruhi semua orang,sehingga mereka mempercayakan harta, jiwa dan keluarga merekasecara penuh kepadanya tanpa kekhawatiran sedikit pun. Semua itumerupakan bukti bahwa ia termasuk orang-orang mukmin. Kalau duatanda tersebut tidak ada dalam diri seseorang, maka ia tidaktermasuk golongan orang mukmin sebagaimana yang telah kamisebutkan. 8. Qanitun wa Qanitat (orang-orang yang taat kepada Allah). Allahmenganugerahi mereka kepatuhan, yakni menaati semua perintah Allahdan menjauhi semua laranganNya. Allah berfirman. Peliharalahsegala shalatmu, dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah karenaAllah (dalam shalatmu) dengan khusyu' (QS Al-Baqarah [2]: 238).Artinya, jadilah orang-orang yang taat. Dalam ayat lain, Allahberfirman, Laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya.(QS Al-Ahzab [33]: 35) Sayyid Muhyiddin bercerita, "Suatu hari,saya bertemu seorang pengemis dan di sisi saya ada seorang hambayang saleh bernama Al-Hajj Madur Yusuf al-Astaji, seorang darigolongan umiyyin yang mempergunakan seluruh hidupnya untukberibadah kepada Allah. Pengemis itu berkata, 'Siapa yang inginbersedekah untuk mendapatkan ridha Allah/ Ada seorang laki-lakimembuka tempat uang berisi dirham yang dimilikinya, memilihbeberapa dirham pecahan kecil, lalu memberikannya kepada sipengemis. AlHajj Madur memperhatikan lelaki itu, lalu berkatakepada saya, 'Wahai Fulan, tahukah kau mengapa lelaki itumemilih-milih dirham yang akan diberikannya kepada si
pengemis?'Saya menjawab, 'Tidak.' Al-Hajj lalu berkata, 'Ia adalah orang yangsaleh di sisi Allah, sebab ia bersedekah kepada si pengemis karenamengharap ridha Allah, maka nilai dari apa yang disedekahkannyakarena Allah itu tergantung kepada Allah." Akan tetapi menurut kami, salah satu syarat orang yang amit (patuh)kepada Allah adalah ia menaati Allah karena ia hamba Allah, bukankarena mengharapkan ganjaran dan pahala yang dijanjikan Allah bagiorang yang taat kepada-Nya. Adapun ganjaran yang diterima seorangaanil tergantung pada apa yang mendorongnya untuk taat kepadaAllah, bukan pada keadaan yang mengharuskannya untuk taat. 9. Shadiqun wa Shadiqat (orang-orang yang benar dan jujur). Allahmenganugerahi mereka kejujuran dalam ucapan dan keadaan mereka.Allah berfirman. Orang-orang yang menepati apa yang telah merekajanjikan kepada Allah. (QS Al-Ahzab [33]: 23) 10. Shabirun wa Shabirat (orang-orang yang sabar). Allahmenganugerahi mereka kesabaran. Mereka adalah orang-orang yangmemenjarakan diri kepada Allah untuk selalu menaati-Nya tanpa bataswaktu, sehingga Allah juga melimpahkan pahala tanpa batas waktuatas perbuatan mereka, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah,Sesungguhnya hanya orang-orang sabarlah yang dicukupkan pahalanyatanpa batas (QS Al-Zumar [39]: 10). Kesabaran mereka tak terbatas waktu dan menyeluruh di setiap tempatyang menuntut mereka sabar. Sebagaimana mereka mengikat diri untukselalu mengerjakan perintah Allah, mereka juga mengikat diri untukselalu meninggalkan larangan-Nya. Ketika datang cobaan dan bahaya,mereka juga manahan diri untuk tidak meminta pertolongan, syafaat,dan bantuan kepada selain Allah. Kesabaran mereka tidak ternodaoleh rasa sakit yang menyebabkan mereka mengadu kepada Allah agarmelenyapkan cobaan itu. Tidakkah kalian lihat Nabi Ayyub a.s.ketika memohon kepada Allah untuk menghilangkan derita yangdialaminya. Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit danEngkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara yang penyayang(QS Al-Anbiya' [21]: 83). Nabi Ayyub mengadukan penyakitnya kepadaAllah dengan berkata, Engkau Maha Penyayang di antara yangpenyayang. Dalam doa ini, Ayyub mengungkapkan sebab-sebabpenderitaannya dan mengadukannya kepada Tuhan agar menghilangkanderita yang menimpanya. Tuhan
mengabulkan doanya dan menghilangkanpenderitaan itu, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya, Maka Kamipun mengabulkan permohonannya (QS Al-Anbiya' [21]: 84). Allah jugamenguji kesabaran Ayyub dalam firman-Nya, Kami dapati dia (Ayyub)seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amattaat kepada Tuhannya (QS Shad [38]: 44). Artinya, Ayyub kembalikepada Allah dalam menghadapi cobaan-Nya. Allah juga memuji ibadahAyyub. Bila doa yang dipanjatkan Ayyub kepada Allah agar kemalangandan cobaan itu hilang bertentangan dengan kesabaran yangdisyariatkan, maka Allah tidak akan memuji Ayyub sebagai orang yangsabar, padahal Dia sungguh-sungguh memuji Ayyub. Bahkan menurut kami, termasuk akhlak yang buruk terhadap Allah,jika seorang hamba tidak memohon kepada-Nya untuk menghilangkanpenderitaannya, karena sikap seperti itu mengandung kesenanganmelawan kekuasaan ilahiah dengan kesabaran dan kekuatan yangdiperolehnya. Seorang 'arif (yang mengetahui dan mengenal Allah)berkata, "Allah telah membuatku lapar, sehingga aku menangis."Seorang yang 'arif, meskipun ia memperoleh kekuatan dan kesabaran,ia tetap merasa lemah, beribadah, dan berbuat baik, karena semuakekuatan adalah milik Allah, maka ia memohon kepada Allah untukmelenyapkan penderitaannya atau menjaganya agar tidak berburuksangka terhadap penderitaan yang menimpanya. Sikap seperti ini initidak berlawanan dengan rasa ridha terhadap qaadha (ketentuan Allah sebelum jaman azali), karena cobaan berupa penderitaanmengarah pada qadha. Ia rela dengan ketentuan Allah dan memohonkepada-Nya untuk menghilangkan penderitaan yang sudah digariskanoleh-Nya itu, sehingga ia menjadi orang yang ridha dan sabar.Orang-orang seperti ini adalah orang-orang sabar yang dipuji olehAllah. Ada seorang sayyid menangis karena lapar. Lalu ia ditanya, "Kamusiapa? Apakah kamu menangis karena lapar?" Ia menjawab, "Allahtelah membuatku lapar sehingga aku menangis." Ini adalah ucapanorang yang mengetahui Allah, berjalan lurus menuju Allah, sertamengenal diri dan Tuhannya. 11. Khasyi'un wa Khasyi'at (orang-orang yang selalu khusyuk).Mereka dikaruniai kekhusyukan dalam beribadah kepada Allah.Kekua-saan Allah tampak dalam hati mereka di dunia.
12. Mutashaddiqun wa Mutashaddiqat (orang-orang yang sukabersedekah). Allah menganugerahi mereka kedermawanan, karena merekaselalu mendermakan karunia Allah kepada makhluk Allah yangmembutuhkannya. Allah menjadikan makhluk miskin agar merekamembutuhkan-Nya. 13. Shaimun wa Shaimat (orang-orang yang selalu berpuasa). Allahmenganugerahi mereka kemampuan menahan diri dari segala sesuatuyang menyebabkan mereka mulia di sisi Allah. Allah memerintahkanmereka untuk menahan diri dan anggota badan mereka. Perintah Allahada yang wajib dan ada yang sunnah. 14 Hafizhun wa Hafizhat (orang-orang yang selalu menjagaaturan-aturan Allah). Mereka dianugerahi penjagaan ilahiyah,sehingga mereka senantiasa menjaga hal-hal yang harus mereka jaga.Mereka terdiri dari dua tingkatan, yang khusus (elit spiritual)yaitu yang selalu menjaga kemaluan mereka, dan yang awam yaitu yangselalu memelihara aturan-aturan Allah. 15. Dzakirun wa Dzakirat (orang-orang yang banyak berzikir). Allahmenganugerahi mereka ilham zikir agar senantiasa ingat kepada Allahsehingga Allah pun selalu mengingat mereka. Allah berfirman. Karenaitu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu (QSAl-Baqarah [2]: 152). Dalam hadis qudsi Allah berfirman,"Barangsiapa mengingat-Ku dalam dirinya, niscaya Aku jugamengingatnya dalam diri-Ku. Barangsiapa mengingat-Ku dalam seluruhzikirnya, niscaya aku juga mengingatnya lebih dari itu." Dalamhadis qudsi lain Allah berfirman, "Barangsiapa mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta."Firman-Nya yang lain menyatakan. Katakanlah hai Muhammad: "Jikakamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allahmengasihmu (QS Ali Tiruan [3]: 31). Zikir adalah maqam yangtertinggi, karena itu orang yang selalu berzikir memiliki derajatdi atas maqam lainnya. 16. Taibun wa Taibat (orang-orang yang selalu bertobat). Allahmenganugerahi mereka kemampuan bertobat dalam segala hal atau dalamsatu hal yang berlaku dalam segala maqam. Mereka selalu bertaubatkepada Allah dari potensi mukhalafah (kemungkinan untuk menentangAllah) yang ada dalam diri manusia. Dalam sehari, bisa seribu kalimereka bertobat kepada Allah dari potensi mukhalafah ini.Orang-orang yang
bertobat adalah kekasih Allah berdasarkan nashAl-Qur'an yang pasti benar. Tidak ada kebatilan dalam Al-Qur'anbaik di depan maupun di belakangnya, yang diturunkan dari TuhanYang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. (QS Fushshilat[41]:42) 17. Mutathahhirun wa Mutathahhirat (orang-orang yang selalumenyucikan diri). Allah menganugerahi mereka kesucian, karenamereka selalu menyucikan diri. Penyucian diri mereka bersifathakiki, tidak sekedar tindakan praktis bersua, yaitu sifat yang difirmankan Allah, Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yangbertobat dan orangorang yang menyucikan diri (QS Al-Baqarah [2]:222). Orang-orang yang menyucikan diri, penempuh jalan ini, adalahhamba-hamba Allah yang menjadi wali Mereka menyucikan diri darisegala sifat yang menghalanginya untuk masuk menuju Tuhannya. Olehkarena itu, disyariatkan bersuci sebelum menunaikan shalat, karenashalat adalah jalan masuk untuk bermunajat kepada Tuhan. 18. Hamidun wa Hamidat (orang-orang yang selalu memuji Allah).Allah menganugerahi mereka kemampuan untuk selalu memuji-Nya.Mereka adalah orang-orang yang memperoleh hasil dari perbuatannya.Allah berfirman. Dan kepada Allah-lah kembalinya segala urusan (QSAl-Hajj [22]: 41). Orang yang selalu memuji Allah adalah orang yangberpandangan bahwa pujian bersifat universal, bisa dilakukan olehseluruh makhluk, baik ia ahlullah maupun bukan, baik yang dipujinyaitu Allah maupun sesama makhluk, karena pada hakikatnya seluruhpujian akan kembali kepada Allah, tidak kepada selain-Nya. Segalapuji hanya milik Allah, bagaimana pun adanya. Al-Hamidun wa al-Hamidat yang dipuji oleh Allah dalamAl-QurNan adalah orang-orang yang selalu memperhatikan tujuansegala perbuatan sejak awal, maka sejak awal mereka telahmenentukan bahwa segala pujian yang mereka lakukan kembali kepadaAllah. Mereka adalah orang-orang yang memuji penyak-sian merekaakan Allah dalam segenap pengungkapan diri-Nya (syuhud) melaluilisan kebenaran. 19. Samun (orang-orang yang mengadakanpengembaraan spiritual), yakni orang-orang yang berjihad dijalanAllah (Mujahidun). Rasulullah Saw. bersabda, "Perjalanan umatkuadalah berjihad di jalan Allah, dan Allah berfirman, Mereka ituadalah orang-orang yang bertobat, yang beribadah, yang memujiAllah, yang mengembara, yang rukuk, yang sujud, yang menyuruhberbuat ma'ruf dan mencegah
berbuat mungkar, dan yang memeliharahukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu (QSAl-Taubah [9]: 112). Pengembaraan di bumi ini dilakukan untukmengambil pelajaran dari bekas-bekas peninggalan masa lalu danumat-umat terdahulu yang telah musnah. Oleh karena itu, orang-orangyang memperoleh ma'rifatullah mengetahui bahwa bumi tumbuh danberkembang karena selalu berzikir kepada Allah. Saihun adalahadalah orang-orang yang suka berbuat baik dan mengutamakan hakorang lain. Mereka melihat bumi ini tidak pernah sepi dariorangorang yang berzikir kepada Allah. Kerusakan peradaban tidakakan terjadi di bumi, jika selalu ada orang yang berzikir. Sebagianorang 'arif mewajibkan diri untuk mengembara ke padang-padang pasiryang belum dijamah kecuali oleh orang-orang seperti mereka,pantai-pantai, lembah-lembah yang dalam, pegunungan, dan padangrumput, sebagai bakti mereka kepada orang-orang yang ada di sana.Mereka juga mewajibkan diri berjihad di daerah kafir yang tidakmenyembah Allah. Oleh karena itu, Nabi menetapkan jihad sebagaiperjalanan umat Islam. Jika di suatu daerah, tidak ada orang yangkafir dan tidak ada orang yang berzikir, itu lebih sedikitkesedihan dan kesulitannya dibanding daerah yang menyembah selainAllah dan kafir kepada-Nya yang disebut daerah musyrik dan kafir.Perjalanan untuk berjihad di suatu daerah lebih utama daripadaperjalanan untuk selain jihad, dengan syarat harus memperingatkanmasyarakat daerah tersebut untuk mengingat kepada Allah. Karenamengingat Allah dalam berjihad lebih utama daripada bertemu musuhdan menyerangnya, dalam artian menegakkan kalimat Allah ditempat-tempat orang yang menyembah selain Allah, mereka itulah para Saihun. SayyidMuhyiddin menjelaskan, "Saya pernah bertemu dengan salah seorangtokoh mereka, Yusuf Maghawari Al-Jala. Ia telah mengembara didaerah-daerah kafir selama 20 tahun. Ahmad bin Humam al-Syiqaq diAndalusia adalah seorang pemuda yang menetap di daerah musuh dantermasuk pemuka golongan ini, meskipun ia masih muda karena sejakusianya belum mencapai baligh, ia telah memutuskan untuk beribadahkepada Allah dan tetap istiqamah dalam keadaan seperti itu sampaiwafat." 20. Raki'un wa Raki'at (orang-orang yang selalu rukuk). Dalamkitab-Nya yang mulia (QS Al-Taubah [9]: 112), Allah menyifatimereka sebagai orang-orang yang selalu
rukuk, yakni selalu tundukdan merendahkan diri kepada Allah. 21. Sajidun (orang-orang yang selalu sujud). Allah menganugerahimereka ketundukan hati. Mereka tidak sombong, baik di dunia maupundi akhirat, suatu hal untuk mendekatkan diri kepada Allah danmerupakan sifat orang-orang yang selalu mendekatkan dirikepada-Nya. Sujud dilakukan untuk bersatu dan menyaksikan AllahSwt. secara langsung. Oleh karena itu, Allah berfirman, Dan sujudlah dan mendekatlah(kepada Tuhan) (QS Al-'Alaq [96]: 19). Maksudnya, mendekat kepadaAllah dengan penuh penghormatan, ketundukan, dan penyerahan diri.Sebagaimana seorang raja berkata kepada seseorang yang menghadapnyalalu mendekatinya sambil berlutut di hadapannya, "Mendekatlah,mendekatlah," sampai posisinya sangat dekat dengan raja. Jadifirman Allah di atas mengandung makna "mendekatlah dalam keadaansujud". Untuk memberitahukan bahwa bahwa Allah telah menyaksikanorang yang sujud kepada-Nya di hadapan-Nya, Dia berkata,Mendekatlah, agar ia semakin mendekat kepada-Nya. Sebagaimanadifirmankan Allah dalam hadis qudsi, "Barangsiapa mendekatkepada-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya satuhasta." Jadi, mendekatnya seorang hamba kepada Tuhan yang dilakukankarena perintah-Nya merupakan ketaatan dan penghormatannya yangpaling besar dan sempurna kepada Tuhan, karena berarti iamelaksanakan perintah tuannya berdasarkan penyingkapanspiritual. Inilah sujudnya orang-orang 'arif yang telah disediakan bagi merekadan orang-orang seperti mereka rumah Allah (ka'bah), sebagaimanayang dinyatakan dalam perintah Allah kepada Nabi Muhammad, Dansucikanlah rumah-Ku ini untuk orang-orang yang tawaf, orang-orang yang beribadah, serta orang-orang yang rukuk dansujud (OS AlHajj [22]: 26). Dalam ayat lain, Allah berkata kepadaNabi Saw, Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamutermasuk orang-orang yang bersujud. (QS Al-Hijr [15]: 98) 22.Amirun bi al-Ma'ruf (orang-orang yang selalu menyuruh kepada yangma'ruf (yang dikenal/diketahui/diakui; kebajikan). Allahmenganugerahi mereka kemampuan untuk selalu mengajak kepada yangma'ruf atau mengajak kepada Allah. Tidak ada perbedaan antaramengajak kepada yang ma'ruf dan mengajak kepada Allah, karena Allahadalah ma'ruf dan tak seorang pun mengingkari hal ini. Allahberfirman,
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakahyang menciptakan langit dan bumi," niscaya mereka akan menjawab:"Allah." (QS Al-Zumar [39]: 38), meskipun mereka itu musyrik. Danorang-orang musyrik itu berkata, "Kami tidak menyembahberhala-berhala), melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepadaAllah dengan sedekat-dekatnya (QS Al-Zumar [39]: 3). Semuakepercayaan, agama, dan aliran pemikiran sepakat bahwa Allah adalahma'ruf. Rasulullah Saw. bersabda, "Siapa mengenal dirinya, maka iaakan mengenal Tuhannya," karena Tuhan itu ma'ruf. Barangsiapamengajak kepada Allah, berarti ia mengajak kepada yang ma'ruf.Mereka berada dalam tingkatan yang paling tinggi dalam menyuruhberbuat baik. Segala seruan kepada yang ma'ruf termasuk dalamketegori ini 23. Nahun 'an al-munkar (orang-orang yang selalu mencegah dari yangmu tikar). Allah menganugerahi mereka kemampuan untuk selalumencegah dari yang munkar. AlMunkar adalah berhala-berhala(sesuatu yang dianggap sebagai sekutu Allah) yang dijadikansesembahan oleh orang-orang musyrik karena ketidaktahuan mereka danmereka mengingkari tauhid ilahiyah. Karenanya orang yang berdustaatau mendustakan disebut juga munkir (orang yang ingkar). Jadi,syirik itu tidak berdasar sama sekali. 24. Hulama' (orang-orang yang murah hati/penyantun). Allahmenganugerahi mereka kemurahan hati, yaitu sikap tidak tergesa-gesamenghukum suatu tindak kejahatan, padahal ia mampu melakukannya dantidak ada yang menghalanginya. Tergesa-gesa menghukum suatu tindakkejahatan menunjukkan rasa jemu dan tidak sabar. 25. Awwahun (orang-orang yang mudah iba). Sayyid Muhyiddin r.a.menjelaskan, "Saya bertemu dengan seorang perempuan dari kalanganmereka, seorang pengumpul buah zaitun dari Andalusia bernama YasminMasannah. Allah menganugerahi golongan ini perasaan mudah ibaterhadap apa yang mereka temui. Allah memuji kekasih-Nya, Ibrahima.s., dalam firman-Nya, Sesungguhnya Ibrahim benar-benar seorangyang penyantun, pengiba, dan suka kembali kepada Allah (QS Hud[11]: 75). Sifat santun dan iba itu membuat mrahim iba terhadapkaumnya yang menyembah patung-patung yang mereka pahat sendiri,maka ia bermurah hati dan tidak segera menghukum mereka, meskipunia mampu menghancurkan mereka dengan berdoa kepada Allah.
Olehkarena itu, Ibrahim disebut sebagai orang yang halim (penyantunsehingga tidak tergesa-gesa menghukum mereka), Ibrahim berharapmereka nantinya akan beriman dan memahami kaumnya. Berbeda denganNabi Nuh a.s. yang tidak memahami kaumnya dan tidak bermurah hatikepada mereka, sebagaimana tersirat dalam ucapannya, Sesungguhnyajika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkanhamba-hamba-Mu dan hanya akan melahirkan anak-anak yang berbuatmaksiat dan kafir. (QS Nuh [71]: 27) 26. Tentara-tentara Allah yang mampu mengalahkan musuh, sebagaimanadinyatakan dalam firman Allah, Sesungguhnya tentara Kami itulahyang pasti menang (QS AlShaffat [37]: 173). Tentara-tentara yangbertakwa, selalu waspada, pemalu, takut kepada Allah, sabar, danmembutuhkan Allah. Di antara mereka ada yang ahli ibnu dan imanserta mampu menampakkan hal-hal luar biasa (karamah) sebagai buktimaaam mereka. Mereka melawan musuh-musuh Allah dan musuh-musuhmereka dengan halhal luar biasa, contohnya, orang-orang muslimyang menjadi tentara-tentara Allah. Sedangkan orang-orang mukminyang tidak mempunyai hal-hal luar luar biasa untuk melawan musuh,mereka bukan tentara Allah meskipun mereka mukmin. Dalam arti hias,setiap orang yang mampu melawan musuh dengan senjata yangdimilikinya, berarti ia termasuk tentara Allah Swt. yang memilikikemampuan mengalahkan dan menguasai musuh. Mereka mampu mengalahkanmusuh karena kekuatan yang diberikan Allah, sebagaimana dinyatakandalam firman-Nya, Maka kami berikan kekuatan kepada orangorangyang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadiorang-orang yang menang. (QS Al-Shaff [61]: 14). 27. Mukhbitun (orang-orang yang terpilih). Allah berfirman,Sesungguhnya mereka di sisi Kami benar-benar termasuk orang-orangpilihan yang baik (QS Shad [38]: 47). Allah menjadikan merekasebagai pilihan, seperti dinyatakan dalam firman-Nya, Mereka adalahorang-orang terpilih (QS Al-Taubah [9]: 89), yaitu orang-orang yangpaling utama di antara yang lain. Orang-orang pilihan adalah orangyang ilmunya tentang Allah melebihi orang lain, yang dicapaimelalui jalan khusus yang hanya diketahui oleh orangorang sepertimereka. 28. Awwabun (orang-orang yang selalu bertobat kepada Allah). Allahmenganugerahi
mereka kemampuan untuk selalu bertobat kepada-Nya disegala keadaan. Allah berfirman, Sesungguhnya Dia Maha Pengampunbagi orang-orang yang bertobat (QS AlIsra [17]: 25). Awwabunadalah orang yang kembali kepada Allah dari segala arah tempatIblis mendatangi manusia dari depan, belakang, kanan, dan kiriMereka mengembalikan semua itu kepada Allah sejak awal sampaiakhir. 29. Mukhbitun (orang-orang yang runduk dan patuh). Allahmenganugerahi mereka ketundukan dan kepatuhan yakni ketenangan.Nabi Ibrahim a.s. berkata, Akan tetapi, agar hatiku tenang (QSAl-Baqarah [2]: 260), maksudnya agar ia lega, tunduk, dan tenang dibumi ini Al-Mukhbitun adalah hamba-hamba Allah yang merasa tenangkarena Allah, hati mereka merasa tenteram, mempercayai Allah,merendahkan diri di hadapan Yang Maha Meninggikan Derajat dantunduk kepada kemuliaan-Nya. Mereka adalah orang-orang yang diberikabar gembira oleh Allah melalui Nabi-Nya, Dan berilah kabargembira kepada orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah. Yaituorang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka,orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka,orang-orang yang mendirikan sembahyang, dan orang-orang yangmenafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepada mereka(QS Al-Hajj [22]: 34-35). Inilah sifat-sifat al-Mukhbitun. 30. Munibun (orang-orang yang selalu kembali kepada Allah). Allahmenganugerahi mereka kemampuan untuk selalu kembali kepada AllahSwt., seperti dinyatakan dalam firman-Nya, Sesungguhnya Ibrahim itubenar-benar seorang yang penyantun lagi pengiba dan suka kembalikepada Allah (QS Hud [11]: 75). Orang-orang yang selalu kembalikepada Allah adalah orang-orang yang mengembali kan segala sesuatu kepada Allah. Allah memerintahkan mereka untukselalu kembali kepada-Nya disertai persaksian bahwa merekabenar-benar telah kembali kepada-Nya. 31. Mubshirun. Allah menganugerahi mereka kemampuan melihatkesalahan-kesalahan mereka dengan mata hati. Ini adalah salah satusifat khusus orang-orang yang bertakwa, sebagaimana dinyatakandalam firman Allah, Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bilamereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, makaketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. (QS Al-A'raf[7]: 201) 32. Muhajirun wa Muhajirat (orang-orang yang berhijrah). Allahmenganugerahi mereka
kemampuan untuk berhijrah yang diilhamkan dandifahamkan kepada mereka. Allah berfirman, Barangsiapa keluar darirumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya,kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yangdituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah (QSAl-Nisa' [4]: 100). AlMuhajir adalah orang yang meninggalkan apayang diperintahkan untuk ditinggalkan oleh Allah dan Rasul-Nya. 33. Musyfiaun (orang-orang yang selalu berhati-hati). Allahmenganugerahi mereka kehati-hatian karena selalu takut kepadaTuhan, seperti dinyatakan dalam firman-Nya, Sesungguhnyaorang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka(QS Al-Mukminun [23]: 57). Orang sering berkata, "Aku takutkepadanya, maka aku berhati-hati terhadapnya." Allah berfirman,Orang-orang yang takut terhadap azab Tuhan-Nya. Karena sesungguhnyamanusia tidak dapat merasa aman dari datangnya azab Tuhan (QSAl-Ma'arij [70]: 26-27). Maksudnya, mereka berhati-hati terhadapsiksa Tuhan, tidak merasa aman dari datangnya siksa itu. Para wahyang selalu berhati-hati adalah wah yang takut dirinya akanberubah, jika Allah menenangkan hati mereka dengan adanya kabargembira bagi mereka, maka mereka mengalihkan kehati-hatian tersebutmenjadi rasa kasih sayang terhadap makhluk Allah, sepertikasih-sayang para rasul kepada umatnya. 34. Orang-orang yang dianugerahi Allah kemampuan untuk selalumenepati janji (Wafi), sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya, Danorang-orang yang menepati jmji apabila ia berjanji (QS Al-Baqarah[2]: 177); Orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian (QS Al-Ra'd {13]: 20). Mereka adalahorang-orang yang tidak pernah ingkar janji. Menepati janji adalahsalah satu sifat khusus ahlullah (kaum Allah) dan barangsiapamelaksanakan segala yang diperintahkan Allah kepadanya dengansempurna atau bahkan lebih, maka ia termasuk orang yang menepatidan menyempurnakan janji. Allah berfirman, Dan Ibrahim yang selalumenyempurnakan janji (QS Al-Najm [53]: 37); Dan barangsiapa selalumenepati janjinya kepada Allah, maka Allah akan memberinya pahalayang besar (QS Al-Fath [48]: 10. Mereka adalah orang-orang yangmampu melihat rahasia-rahasia ilahiyah yang tersembunyi
Barangsiapamenunaikan semua yang dibebankan Allah kepada-nya dan mampu melihatpengetahuan-pengetahuan yang disembunyikan Allah dari manusiakebanyakan, dialah Wafi. 35. Washilun (orang-orang yang selalu menyambung talisilaturrahmi). Allah menolong mereka untuk selalu menyambung talisilaturrahmi, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya, Orang-orangyang menghubungkan apa-apa yang diperintahkan Allah supayadihubungkan (QS Al-Ra'd [13]: 21). Mereka menyambung talisilaturahmi dengan orang-orang mukmin yang dikucilkan karena pernahmelakukan kejahatan, minimal dengan mengucapkan salam kepadamereka, atau lebih dari itu yakni dengan berbuat baik kepadamereka, dan tidak menghukum kejahatan mereka yang telah dimaafkandan dilupakan. Mereka tidak memutus tali silaturrahmi denganseorang pun makhluk Allah, kecuali jika Allah memerintahkan merekauntuk menjauhi seseorang, maka mereka membenci sifat atau perbuatanorang itu, bukan orangnya. 36. Khaifun (orang-orang yang takut kepadaAllah). Allah menganugerahi mereka rasa takut kepada-Nya,atau takut karena mengikuti perintah-Nya. Allah berfirman, Takutlahkepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman (QS Ali 'Imran[3]: 175). Allah memuji sifat mereka dalam firman-Nya, Mereka takutkepada suatu hari ketika hati dan penglihatan menjadi goncang (QSAl-Nur [24]: 37); Mereka takut kepada hisab yang buruk (QS Al-Ra'd[13]: 21). Apabila mereka takut, mereka meniru sifat para malaikat,seperti yang dinyatakan Allah dalam firman-Nya, Para malaikat itutakut kepada Tuhan mereka yang berkuasa atas mereka danmelaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepada mereka. (QSAl-Nahl [16]: 50) 37. Orang-orang yang menghindari sesuatu karena perintahAllah. Allah menganugerahi mereka kemampuan untukmenghindari segala hal yang tidak berguna, sebagaimana dinyatakandalam firman-Nya, Dan orang-orang yang menjauhkan diri dariperbuatan dan perkataan yang tidak berguna (QS Al-Mukminun [23]:3); Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dariperingatan Kami (QS AlNajm [53]: 29).
38 Kurama' (orang-orang yang mulia). Allahmenganugerahi mereka kemuliaan jiwa, sebagaimana dinyatakan dalamfirman-Nya, Dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yangmengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka laluisaja dengan menjaga kehormatan dirinya (QS Al-Furqan [25]: 72).Artinya, mereka tidak memperhatikannya, tidak ternodai danterpengaruh sedikit pun oleh perbuatan orang-orang itu, danmelewatinya begitu saja tanpa menoleh dengan tetap menjagakemuliaan dirinya. === sekian ===
Lima Peringkat Iman Mon, 2010-12-13 12:53 — admin
Table of contents [hide]
1.
PERINGKAT IMAN
2.
Iman Taqlid
3.
Iman Ilmu
4.
Iman Ayan
5.
Iman Haq
6.
Iman Hakekat
PERINGKAT IMAN Iman antara satu orang dengan seorang yang lain tidak sama. Ulama Islam telah membagi iman menjadi 5 peringkat : 1.
Iman Taqlid
2.
Iman Ilmu
3.
Iman 'Ayan
4.
Iman Hak
5.
Iman Hakikat
Iman Taqlid
1.
Iman Taqlid adalah iman ikut-ikutan, yaitu orang yang beriman dengan semua
rukun iman tetapi hanya ikut-ikutan saja. Pegangan Islamnya tidak kuat, prinsip Islamnya tidak kukuh. Dia tidak memiliki alasan yang kuat mengapa ia beriman. Kalau ditanya, "Apa bukti wujudnya Allah ?" Dia hanya mampu menjawab, "Saya mendengar orang berkata ada, maka saya pun mengatakan ada". 2.
Sandaran keyakinannya pada orang lain, dia tidak memiliki dalil 'aqli maupun
naqli (dalil akal atau dalil Al Quran) untuk membuktikan keyakinannya pada rukun iman. 3.
Mayoritas umat Islam hari ini, baik berpangkat atau tidak, miskin atau kaya,
bodoh atau bijak, adalah orang-orang yang beriman taqlid. Mereka yang beragama Islam karena secara kebetulan dilahirkan dari ibu dan bapak yang beragama Islam. Keyakinan mereka kepada Allah hanya karena kebiasaan sejak lahir. 4.
Mereka lebih tahu tentang anatomi seekor kuman yang sangat kecil, daripada
Allah Yang Maha Besar. Mereka lebih mahir tentang bentuk bumi yang sulit dan rumit daripasa suasana kiamat yang dahsyat. Mereka lebih yakin dengan teori sains daripada janji-janji Allah yang terkandung dalam Al Quran dan Hadist. 5.
Sifat orang yang beriman taqlid terhadap agama Islam seperti daun kering yang
ditiup angin kesana-kemari. Mereka tidak dapat mengawal keyakinan nafsu yang liar, juga tidak sanggup berhadapan dengan ujian. Menurut dalil yang paling jelas, iman taqlid ini tidak sah. Segala amal ibadah orang yang beriman taqlid tertolak dan tidak mendapat pahala di sisi Allah. Bila iman seseorang ini tidak diterima, seluruh amalannya tidak akan diterima. Kalau orang ini mati dalam keadaan taqlid tanpa berniat menuntut ilmu dan menambah iman, maka mati sebagai orang kafir dan kekal di dalam Neraka. Tetapi Allah memberi maaf kepada orang yang terlalu bodoh, walaupun telah belajar sungguh-sungguh tapi masih tidak dapat. Ada ulama yang mengatakan iman taqlid bagi orang seperti itu, dengan syarat keyakinannya masih jazam.
Iman Ilmu
Iman Ilmu adalah iman yang berdasarkan ilmu, yaitu seorang yang telah mempelajari tentang Allah, malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, hari kiamat dan lain-lain yang diwajibkan mengimaninya. Ilmu minimal yang mesti dimiliki oleh seseorang yang membolehkan berada di taraf iman ilmu adalah : 1.
20 Sifat yang wajib bagi Allah dengan dalil-dalil 'aqli (akal) dan naqli (Al Quran)
secara ijmali (ringkas, tanpa kutipan yang terperinci) 2.
20 Sifat yang mustahil bagi Allah dengan dalil-dalil 'aqli dan naqli secara ijmali.
3.
1 Sifat yang mubah (boleh) bagi Allah dengan dalil-dalil 'aqli dan naqli secara
ijmali. 4.
4 Sifat yang wajib bagi Rasul, 4 Sifat yang mustahil bagi Rasul dan satu sifat
yang boleh bagi Rasul dengan dalil-dalil 'aqli dan naqli secara ijmali. Kesemua sifat Allah dan Rasul yang berjumlah 50 itu diyakini dan difahami sungguhsungguh. 50 Sifat inilah yang terkandung dalam kalimat syahadat. Inilah yang dikatakan 'aqaidul iman atau kesimpulan iman. Jika seseorang itu telah mempelajarinya, memahami dan menyakininya maka orang ini dikatakan beriman ilmu. Sifat-sifat orang yang beriman ilmu ialah : 1.
Imannya serta keyakinannya berasas dan kuat bertunjang pada akalnya.
2.
Iktiqadnya disertai dengan dalil yang kuat serta pegangan yang kokoh.
3.
Mereka benar-benar berada dalam fikiran tauhid yang mantap dan unggul, tidak
mudah goyang dan terpengaruh dengan faham dan ideologi selain Islam. 4.
Walaupun begitu, mereka tidak kuat melawan hawa nafsu dan syaitan.
5.
Mereka tidak takut pada Allah dan mudah berbuat durhaka pada Allah.
6.
Mereka hanya mampu mengatakan Islam tapi tidak mampu berbuat atau
mengamalkannya. Mereka tidak takut dengan ayat Allah yang berbunyi : "Wahai orang-orang yang beriman, jangan kamu perkatakan apa yang tidak kamu lakukan. Teramat besar kebencian di sisi Allah, apa yang kamu katakan tetapi tidak
kamu lakukan" [As Shaf : 2-3] Jadi iman ilmu belum lagi dapat menyelamatkan seseorang itu dari Neraka Allah, karena imannya beru berasas di akal dan belum menjunam ke hati.
Iman Ayan Iman Ayan, tarafnya lebih tinggi dari iman ilmu. Hasil dari latihan yang bersungguhsungguh, orang yang beriman ilmu akan meningkat kepada iman ayan. Antara sifat orang-orang yang beriman ayan adalah : 1.
Imannya bertempat di hati (jiwa), bukan lagi di pikiran sebagaimana orang
beriman ilmu. 2.
Hatinya senantisasa mengingati Allah. Dia senantiasa mempunyai hubungan hati
dengan Allah, firman Allah : Mereka yang senantiasa mengingati Allah dalam waktu berdiri, waktu duduk, dan waktu berbaring, dan mereka senantiasa memikirkann tenatng kejadian langit dan bumi, seraya mereka berkata, "Wahai Tuhan kami, tidak Engkau jadikan semua ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, jauhilah kami dari azab Neraka". [Ali Imran : 191] 3.
Ibadahnya khusyuk dan meresap ke hati.
4.
Senantiasa merasakan kebesaran Allah di mana saja berada dan menyerah diri
kepada Allah tanpa syak dan ragu, firman Allah : "Sesungguhnya orang yang sebenarnya beriman ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu berjihad dengan harta dan diri mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar" [Al Hujurat : 15] 5.
Hati sensitif dengan Allah. Bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka.
Firman Allah : "Bahwasanya orang Mukmin yang sebenar apabila disebut nama Allah, dan dibaca ayat-
ayat Quran, bertambah iman mereka dan hanya kepada Tuhan mereka (Allah) saja mereka menyerah diri." [Al Anfal : 2] 6.
Semua perintah Allah, kecil atau besar dipatuhi dan semua larangan Allah baik
sesuai atau tidak sesuai nafsunya, ditinggalkan dengan penuh kerelaan. Firman Allah : "Kami dengar dan kami taat, mereka itulah orang-orang yang beruntung." [An Nur : 51]
7.
Terlalu sensitif dengan dosa. Sabda Rasulullah :
"Orang Mukmini itu, apabila terbuat sedikit dosa, terasa seperti gunung yang besar, yang hendak menimpa mereka." 8.
Sangat berakhlak dengan Allah dan dengan manusia. Hati senantiasa merasa
khusyuk, takut, terasa diawasi oleh Allah, tidak cinta dunia dll. 9.
Sabar berhadapan dengan ujian-ujian hidup. Sudah mampu mengamalkan Islam
dalam diri, keluarga dan masyarakat. 10.
Senantiasa mendapat bantuan dan pertolongan dari Allah.
11.
Tidak lama di hisab di akhirat dan mudah masuk ke syurga.
Di dalam Al Quran, Allah memuji golongan yang beriman ayan dan menamakan mereka dengan berbagai nama yang baik, diantaranya : •
Solehin (orang-orang yang baik),
•
Abrar (orang-orang yang berbakti),
•
Muflihun/Al faizun (orang-orang yang mendapat kemenangan),
•
Ashabul Yamin (orang yang akan menerima suratan amalan dari sebelah kanan
di Padang Mahsyar nanti.
Iman Haq Iman haq adalah iman yang sebenarnya, yang dicapai sesudah iman ayan. Seseorang yang mencapai iman haq, mata hatinya melihat Allah, artinya setiap kali ia melihat kejadian, hati dan fikirannya tertumpu kepada Allah.
Sifatnya ialah : 1.
Ingatannya kepada Allah bukan dibuat-buat, terasa hebat dan takut kepada
Allah setiap masa. Hatinya tidak lekang dari mengingati Allah, karam atau khusyuk dengan-Nya. 2.
Hati tidak terpaut dengan dunia dan tidak dapat dilalaikan oleh nafsu dan
syaitan. Cintanya penuh pada Allah dan pada kehidupan akhirat. 3.
Mereka diberi gelar sebagai Muqorrobin oleh Allah, yakni orang-orang yang
terlalu dekat dirinya dengan Allah. 4.
Kebaikan orang soleh itu dianggap satu kejahatan oleh orang-orang Muqorrobin.
5.
Mereka lah yang dikenal sebagai wali Allah, karena memiliki sifat-sifat istimewa,
sebagaiman firman Allah : "Sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak pernah merasa takut dan duka cita" [Yunus : 62] 6.
Hati dihiasi dengan sifat-sifat mahmudah seperti zuhud, ikhlas, tawadhuk, dan
lain-lain. 7.
Mereka senantiasa menunaikan perintah Allah, tidak merasa gembira bila dpuji
dan tidak merasa hina bila dikeji. 8.
Kebahagiaan hati mereka lebih utama daripada uang. Mereka mendapat Al
Jannatul 'Ajilah atau syurga yang disegerakan.
9.
Mereka cinta akhirat sebagaimana orang lain mencintai dunia. Mereka inilah
yang layak Allah serahkan dunia ini untuk diurus. Firman Allah : "Sesungguhnya Allah akan wariskan bumi ini kepada orang yang soleh". [Al Anbiya : 105]
Iman Hakekat Iman hakekat ialah peringkat iman yang tertinggi dan paling sempurna. Inilah taraf inam yang dimiliki oleh para Rasul, Nabi, Khulafaur Rasyidin dan wali-wali besar, yaitu para kekasih Allah. Mereka akan ditempatkan oleh Allah di dalam syurga yang paling tinggi. Mereka dimasukkan ke dalam syurga tanpa melalui hisab. Hidup mereka 24 jam asyik dengan Allah. Hati mereka kekal mengingati Allah dalam tidur maupun berjaga.
Setiap perbuatan mereka semua menjadi ibadah kepada Allah. Ibadah mereka hebat, solat sunat paling kurang 300 rakaat sehari semalam. Akhlak mereka terbaik dan termulia. Allah akan turunkan barakah di mana mereka berada. Merekalah golongan super-scale akhirat. Hidup di dalam Syurga Yang Maha Indah dan Maha Lezat. Allah karuniakan nikmat tersebut untuk membalas cinta dan pengorbanan mereka yang sungguh besar. Setelah kita mengenal peringkat mana iman kita, hendaklah kita meningkatkannya hingga mencapai tingkat iman yang tinggi yang selamat sejahtera menuju Allah.
Sumber: http://kawansejati.ee.itb.ac.id/iman-dan-persoalannya
Sembilan Peringkat Shalat Thu, 2010-12-09 07:21 — admin
1. Sudah ramai di kalangan umat Islam yang sudah tidak bersembahyang. Bahkan ramai yang sudah tidak tahu bersembahyang. Golongan ini berdasarkan sebuah Hadis,mereka sudah menjadi kufur.Sabda Rasulullah SAW: Maksudnya: Barang siapa yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja maka kafirlah dia secara terang-terangan.(Riwayat Ahmad) 2. Ada di kalangan umat Islam mengerjakan ibadah sembahyang secara jahil . Bacaannya tidak betul. Mereka tidak kenal syarat rukun sembahyang, sah batalnya, cara-cara bersuci sebelum mengerjakan sembahyang. Maka golongan ini tertolak ibadahnya dan berada di dalam dosa dan derhaka. 3. Golongan yang mengerjakan ibadah sembahyang, faham tentang ilmu sembahyang tetapi oleh kerana tidak boleh melawan nafsu, godaan dunia atau tarikan dunia terlalu kuat, maka mereka mengerjakan sembahyang tidak istiqamah.Kadang-kadang sembahyang, kadang-kadang tidak. Waktu sempat, buat. Bila sibuk, tidak buat. Bila ada mood,sembahyang. Bila tidak ada mood, meninggalkan sembahyang.Inilah golongan fasik.
4. Ada golongan yang mengerjakan ibadah sembahyang, walaupun ilmunya tepat, tapi waktu mengerjakan sembahyang tidak khusyuk. Fikirannya tidak sepenuhnya dengan sembahyang atau terus-menerus mengingat perkara-perkara lain. Fikiran dan jiwanya selalu sahaja melayang-layang dan mengembara ke alam kehidupan sehari-hari. Macam-macam perkara terlintas di dalam sembahyang. Itulah golongan yang lalai. Sabda Rasulullah SAW: Maksudnya: Allah tidak akan menundukkan pandangan-Nya kepada orang yang hatinya tidak hadir dalam solat bersama-sama badannya. 5. Golongan yang mengerjakan ibadah sembahyang sentiasa tarik tali di antara mengingati bacaan sembahyang dengan tidak. Bila lalai dibetulkannya semula. Kadangkadang ingat, kadang-kadang lalai. Ingat dengan lalai sentiasa silih berganti. Mereka tidak mahu begitu tapi terjadi juga. Golongan ini adalah golongan yang lemah . Golongan ini terpulanglah kepada Allah Taala. Moga-moga yang sedarnya dikira, yang tidak sedarnya tidak dikira. 6. Golongan yang mengerjakan ibadah sembahyang bertepatan dengan ilmunya kemudian dapat menyorot dan menumpukan bacaannya di setiap perkataan dan lafaz yang diucapkan. Oleh yang demikian fikirannya tidaklah melilau-lilau atau teringatingat perkara-perkara yang lain selain daripada perkara-perkara yang ada hubung kait dengan sembahyang tapi tidak pula dapat memahami setiap perkataan atau lafaz yang diucapkan. Inilah golongan awamul muslimin . 7. Golongan yang mengerjakan ibadah sembahyang selain ilmunya tepat, dapat pula menyorot dan mengikuti makna-makna setiap perkataan atau lafaz yang diucapkan atau dibacanya di dalam sembahyang. Setiap bacaannya dapat difahami. Oleh yang demikian mereka dapat membuat penumpuan di dalam sembahyang hingga tidak teringat lagi perkara di luar sembahyang. Inilah golongan orang-orang yang soleh. 8. Golongan ini sama seperti golongan yang ketujuh tadi, tapi kelebihannya mereka dapat menghayati dan menjiwai setiap makna atau pengertian pada setiap perkataan atau lafaz yang dibacanya. Dengan perkataan yang lain, setiap perkataan yang dibacanya, yang difahaminya, dapat difikirkan dan dijiwai oleh hatinya. Inilah golongan muqarrobin .
9. Golongan ini selain daripada dapat memahami setiap yang dibaca di dalam sembahyang, setiap yang dapat difahaminya itu dapat difikirkan dan dijiwainya sungguh-sungguh hingga asyik, tenggelam dan mabuk dengan Tuhan, sama ada mabuk takut atau mabuk rindu hingga alam sekelilingnya dan dirinya tidak disedarinya lagi. Itulah golongan siddiqin . Sumber: http://kawansejati.ee.itb.ac.id/05-mengapa-ibadah-sembahyang-tidakmemba...