Kisah Kasus
3 Detektif Dadakan
DAFTAR KASUS Kasus #1 Misteri Hantu di Ruang Peralatan Olah Raga Halaman 09 Kasus #2 Misteri Ketua Murid yang tertukar Halaman 29 Kasus #3 Misteri Kacamata Hilang Halaman 45 Kasus #4 Misteri Pesan Aneh Di Kolon Bangku Kelas Halaman 65 Kasus #5 Misteri Surat Kaleng Halaman 79 Kasus #6 Misteri Hantu di Ruang Peralatan Olah Raga Part 2 Halaman 97 Epilog #1 Setiap Misteri Selalu Ada Jawabannya Halaman 113 2
Kasus #7 Misteri Pertunjukan Drama Yang Gagal Halaman 123 Kasus #8 Misteri Jejak Medali Yang Hilang Halaman 135 Kasus #9 Misteri Coretan Di Buku Diary Halaman 147 Kasus #10 Misteri Tetangga Yang Berisik Halaman 161 Epilog #2 Setiap Perjumpaan Selalu Ada Perpisahan Halaman 169
3
KASUS #1
MISTERI HANTU DI RUANG PERALATAN OLAH RAGA
enin, 10 Juli 1989, Pagi ini merupakan hari istimewa bagiku dan 399 murid lainnya. Semuanya berbaris rapi di lapangan basket. Sudah pukul setengah delapan pagi, tapi matahari masih bersinar malu-malu, persis muka-muka para lulusan SD dan kini diterima masuk SMP Negeri 2 dengan nilai ebtanas murni alias NEM diatas rata-rata sekolah lain. Kenapa malu-malu, bukan hanya karena malu diliatin guruguru baru, tapi dipelototin para senior pengurus OSIS yang sok belagu. Namun burung-burung bersiul dengan merdu seakan tak peduli dengan suasana hati para murid baru yang antara 4
senang dan bercampur haru. Seperti ketika minum temu lawak dicampur es batu. Senang liat buih-buih berbaris rapi mengelilingi air keras alias es, dan terharu saat air tersebut memasuki
tenggorokan
melintasi
kerongkongan
menawarkan rasa kehausan. Pak Darsari, Kepala Sekolah ini, membuka acara pembukaan
penataran
Pedoman
Penghayatan
dan
Pengamalan Pancasila atau disingkat P4 dan orientasi sekolah bagi seluruh siswa baru. Selama seminggu meski sudah berstatus anak SMP namun tetap harus bercelana pendek warna merah yang dipakai. Tak peduli betis itu sudah berbulu banyak atau belum. Sabar selama seminggu, celana biru digantung dulu di lemari pakaian. “Hai, apa kabar ?” tanya seseorang disampingku “Alhamdulillah baik,”jawabku “Dari SD mana ?”tanya dia lagi “Galunggung 2”jawabku
5
“Tahu kita lagi berdiri dimana ?”tanya dia Pertanyaan yang aneh pikirku. “Lapangan basket ?”jawabku. “Panjang lapangan ini 28 meter lebarnya 15 meter memang untuk lapangan basket, tapi tepatnya ini lapangan multifungsi, lihat garis-garisnya, ada dua lapangan voli didalamnya, dan ada satu lapangan tenis juga,” jelas pria aneh berkacamata disampingku. “Dan kau tau dimana mereka menyimpan alat-alat olahraga itu ?”dia kembali bertanya. Aku menggelengkan kepala. “Ruangan kecil itu, yang menyatu dengan ruang aula, samping para guru berbaris itu,” tunjuk orang itu. “Kau tau kisah di sekolah ini ?” tanya dia lagi. Aku kembali menggelengkan kepala. Aku hanya daftar berdasarkan keinginanku untuk bersekolah disekolah ini, tanpa membaca terlebih dahulu 6
buku sejarah tentang sekolah ini atau mencari tau gosip apa yang beredar tentang sekolah ini. “Dulunya pada zaman kemerdekaan, sekolah ini dan sekolah depan adalah satu sebagai sebuah rumah sakit,” jelas dia. “Aula itu bekas kamar mayat, banyak pejuang yang mati disana, dan ruangan kecil itu tempat memandikan mayatmayat tersebut,” lanjut dia dengan wajah yang diseramseramkan. “Cerita yang menarik” jawabku “Konon katanya setiap jam 12 malam dari ruangan itu sering terdengar suara duk...duk...duk bunyi bola basket atau bola voli yang memantul ditembok,” mulutnya dekat sekali ke telinga, hembusan nafasnya terdengar jelas. “Kamu abis makan pete ya ?” tanyaku Dia nyengir kuda. Pria aneh itu membetulkan letak kacamatanya. 7
Suara gemuruh tepuk tangan membahana diseantero sekolah ini setelah pak kepala sekolah secara resmi membuka kegiatan Penataran P4 ini selama seminggu dengan menerbangkan sepasang ekor merpati. Kini giliran sang ketua OSIS tampil didepan mic. “Selamat pagi, nama saya Dwiadi, saya Ketua OSIS disini, selama penataran kedisiplinan harus dijaga, apabila ketauan ada peserta yang tidak disiplin, harus siap menerima hukuman ditempat,” dengan gagahnya sang Ketua OSIS berorasi. Setengah jam kemudian upacara pembukaan pun selesai. Aku lega karena kaki ini sudah terasa pegal sejak tadi. Bergegas aku mengambil tasku yang disimpan di pinggir dan mulai mencari dimana letak kelasku. Setelah sekian menit mencari akhirnya kutemukan namaku di selembar kertas yang ditempel didepan pintu kelas. “Satu i,”bacaku dalam hati. letaknya paling belakang sekolah persis disamping kantin. Wanginya bala-bala yang digoreng dadakan 8