1
Kisah dalam novel ini adalah FIKTIF Apabila ada kesamaan nama ataupun karakter dalam cerita ini, semua adalah murni sebuah kebetulan yang tidak disengaja
2
PENGANTAR KATA Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ini. Novel ini berkisah tentang cerita cinta dua anak manusia yang berawal dari sebuah pertemuan yang tidak terduga. Nasib membawa seorang pendekar cantik dari ranah Minang merantau ke Jakarta. Keahlian sebagai pendekar telah membuatnya mengenal sosok seorang lelaki yang kelak jatuh hati padanya. Lika liku perjuangan sang lelaki untuk mengambil hati sang gadis dan keluarganya yang juga berdarah pendekar diulas menarik dalam novel ini. Tebasan karimbik, desingan peluru, darah, air mata dan jutaan rasa tak terkata mewarnai perjalanan kisah cinta mereka. Terimakasih penulis ucapkan kepada pembaca yang telah bersedia membaca hingga tuntas novel “MEMINANG PENDEKAR” ini, semoga kelak penulis dapat melahirkan karya-karya yang semakin diminati pembaca. Selanjutnya apabila ada kesalahan dalam penulisan maupun alur cerita, sebelumnya penulis mohon maaf yang sebesarnya. Semoga bisa menjadi referensi bagi penulis untuk menghadirkan karya yang lebih berkualitas lagi. Penulis
Fipi Adriani
3
PENGERTIAN BEBERAPA ISTILAH
1.
Inyiak Memiliki arti yang sama dengan kakek. Dibeberapa daerah di Minangkabau, panggilan inyiak juga bisa diberikan kepada nenek.
2.
Mamak Merupakan panggilan kepada saudara laki-laki ibu.
3.
Pak Adang Merupakan panggilan untuk saudara laki-laki ayah yang lebih tua dari ayah itu sendiri.
4.
Kemenakan atau kamanakan Memiliki arti yang sama dengan keponakan, hanya saja bedanya, “kemenakan” adalah panggilan untuk anak dari saudara perempuan. Sedangkan anak dari saudara laki-laki disebut “anak”.
5.
Uda Merupakan panggilan untuk laki-laki yang lebih tua, memiliki arti yang sama dengan kakak.
6.
Kaba Berarti sebuah kisah atau cerita
7.
Tambo Berarti sebuah kisah dongeng atau legenda
4
8.
“... apa yang akan saya katakan pada tuan Zulfikar...” Arti tuan disini adalah panggilan untuk kerabat lelaki yang lebih tua (seperti uda, abang atau kakak)
9.
Rumah Gadang Adalah rumah adat tradisional Minangkabau
10. Tungga babeleang Artinya Tunggal atau satu-satunya. 11. Garin Penjaga mesjid/surau, atau yang biasa disebut Marbot. 12. Induk Semang Artinya majikan atau juragan 13. Alang babega Artinya elang mangsa
yang
berputar-putar
mencari
14. Bagak Artinya berani
5
DAFTAR ISI JUDUL PENGANTAR KATA PENGERTIAN BEBERAPA ISTILAH DAFTAR ISI - PINANGAN DARI ORANG TERPANDANG - KARIMBIK UNTUK LENGGOGENI - INYIAK PADUKO MENYUSUL ENEK - MERANTAU - PERKELAHIAN DI JALAN SEPI - TAWARAN PEKERJAAN YANG TIDAK TERDUGA - CERITA TENTANG BIMA - UNGKAPAN PERASAAN TERDALAM - PERTENGKARAN DI TEPI KOLAM RENANG - PERGI - PERTARUHAN NYAWA - AMUKAN SUTAN MAKMUR - MENINGGALKAN TAHTA MENANGGALKAN MAHKOTA - MANINJAU, I’M COMING - PERTEMUAN - BERTEMU PAK ADANG ZULFIKAR - GADIS CANTIK BERSELIMUT LUMPUR - MENGAUM DALAM PESONA LEMBAH HARAU - PROPOSAL CINTA DUA PRIA - CINTA TIDAK AKAN MEMILIH
Hal 1 3 4 6 7 13 24 32 37 55 87 98 127 137 144 160 174 181 190 212 236 254 283 317
6
PINANGAN DARI ORANG TERPANDANG
Senja menorehkan warna jingga di pucuk-pucuk gonjong rumah Gadang yang menjulang gagah. Beberapa ekor burung layang-layang terlihat menari di sela cahaya mentari yang mulai meredup. Dinginpun semakin terasa menyapa kulit tubuh yang telah lelah tersiram keringat. “Hiyyaaaakk.... Aiitss.... Haappss... Ssssaaahhh....!!!” Sore sudah semakin tipis mendekati malam. Suara teriakan-teriakan seorang gadis masih terdengar nyaring dan lantang. “Haaaiiikkk.... Hhhooppp.... Ttaaaahhhh....” Bukan hanya suaranya yang terdengar berteriak semangat, suara seorang lelaki tua juga terdengar lebih keras. Gedebak gedebuk bantingan dan pukulan seakan ikut meramaikan jalan setapak disamping rumah inyiak Paduko. Beberapa anak yang baru pulang mengaji bergerombol di depan pagar bambu halaman rumah untuk menyaksikan cucu dan inyiak itu berlatih silat. “Sudahlah nyiak... Sudah mau magrib...” Gadis itu berujar dengan nafas sedikit terengah-engah sambil menghapus keringat di keningnya.
7
“Kenapa? Sudah letih Geni rupanya?...” Sang inyiak terkekeh menjawab pinta cucunya itu. “Hehehehee.... Memang letih lah nyiaakk.... sudah sejak ba’da Ashar lagii...” “Ya sudahlah kalau begitu, inyiak pun hendak bersiap ke surau...” Lelaki tua itu membuka ikat kepalanya dan berjalan gagah menuju pagar. Disana telah menanti anak-anak yang masih berdiri bergerombol. “Nyiak... besok latihan kan nyiak?...” Tanya seorang anak laki-laki “Iyaa... Insya Allah...” “Yeeeeyyyy....!!!” Anak-anak kecil yang berumur delapan hingga dua belas tahun itu berteriak girang. Dan sang inyiak pun tertawa senang memperlihatkan beberapa giginya yang telah ompong. Inyiak Paduko mengajar anak-anak di kampung itu berlatih silat. Tidak pernah sekalipun sang inyiak meminta imbalan, beliau senang hati saja melatih mereka. Untuk perintang-rintang hari, begitulah alasannya. Dua kali seminggu mereka berguru ilmu silat pada pendekar sepuh itu.
8
Inyiak Paduko sudah berumur delapan puluh tahun, namun tubuhnya masih terlihat bugar. Hanya keriput yang menggambarkan usianya saat ini, sedangkan semangat dan staminanya bagai masih berusia muda. Waktu magrib telah datang ditandai sayup gema azan yang menggema. Sarung, baju koko, kupiah hitam di kepala dan sorban yang mengalungi leher sang inyiak mengingatkan pada sosok buya Hamka. Langkah pria tua itu masih tegap membelah jalan menuju surau. Setiap berpapasan dengan orang lain, beliau selalu menyapa ataupun disapa. Senyum dan tawa begitu murah keluar dari bibirnya. Itu pula lah menurut orang-orang yang menjadi alasan mengapa inyiak Paduko terlihat awet muda. Magrib ini alunan ayat-ayat Al-Quran mengalun fasih dan merdu dari bibir inyiak Paduko yang mengimami sholat Magrib, membuat suasana di sekitar kampung yang mulai sepi menjadi tenang dan khidmat. Selesai sholat, seperti biasa inyiak duduk bersandar di dinding, beliau terlihat sedang disapa dan disalami oleh Datuk Panindahan. Sementara sebagian besar jamaah telah berangsur meninggalkan surau. “Assalamualaikum...” Tiba-tiba seorang lelaki paruh baya menyapa inyiak Paduko yang tengah berbincang ringan dengan Datuk Panindahan. “Waalaikum salam...” Serentak salam dijawab oleh kedua lelaki itu.
9
“Sedang santai rupanya inyiak...?” Lelaki yang ternyata adalah Sutan Malano itu berbasa basi. “Yaahh.... Kurang lebih Bagaimana kabar Sutan?”
begitulah...
Hehehee....
“ Yaaa... Alhamdulillah sehat nyiak...” Saling berbasa basi dan menanyakan kabar masingmasing menjadi obrolan mereka berikutnya. Sampai kemudian Sutan Malano menyatakan sesuatu yang menjadi tujuannya bertemu dengan inyiak Paduko. “Ehm... begini inyiak... Kebetulan kemenakan saya si Sofyan baru saja menyelesaikan studi S2 di Jawa. Dua hari yang lalu dia pulang... Kemenakan saya itu, punya banyak teman orang terpandang di Bukittinggi, Padang dan Jakarta. Insya Allah akan mencalonkan diri pula menjadi anggota dewan nantinya... “ Sutan Malano bercerita penuh rasa bangga diselingi tawa kecil disela kalimat-kalimat yang diucapkannya. “Alhamdulillah... Ada juga orang cerdik di kampung kita ini.... hahahahaaaa....” Inyiak Paduko tertawa terkekeh-kekeh. “Hahahaa.... Begitulah kira-kira nyiak...” Sutan Malano tertawa bangga. “Jadii... begini nyiak.. Sofyan saat ini seharusnya sudah memiliki pendamping lagi, tidak baik pula orang cerdas dan terpandang seperti dirinya berlama-lama hidup sendiri..
10