I.U. Firmansyah: Kinerja Prototipe Mesin Sosoh ….
KINERJA PROTOTIPE MESIN SOSOH TIPE ABRASIF PSA-M3 PADA PROSES PENYOSOHAN SORGUM I.U. Firmansyah Balai Penelitian Tanaman Serealia
ABSTRAK Sorgum (Sorghum bicolor) merupakan bahan pangan alternatif pengganti beras dengan kandungan karbohidrat 83%, lemak 3,5%, dan protein berkisar 8-12%. Kandungan protein sorgum tidak kalah dengan kandungan protein beras atau bahan pangan lainnya. Permasalahan sorgum antara lain terdapat tanin pada biji, yang dapat menghambat metabolisme pada tubuh manusia atau hewan yang memakannya. Penurunan kandungan tanin biji sorgum antara lain dengan metode sosoh. Petani umumnya menyosoh sorgum dengan mesin penggiling padi tipe Engelbert, tetapi petani sulit mendapatkan suku cadang sejak adanya larangan Pemerintah penggunaan mesin tersebut untuk padi. Oleh karena itu, untuk menggantikan kebutuhan mesin sosoh sorgum untuk skala rumah tangga petani, dibuat mesin tipe selinder sosoh abrasif PSA-M3. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2010.di Laboratorium Rekayasa dan Pascapanen dan Servis Kimia, Balitsereal, Maros, Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kinerja mesin sosoh PSA-M3 pada proses penyosohan sorgum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyosohan biji sorgum Varietas Lokal Selayar yang warna biji Merah dan Hitam agar kandungan di dalam bijinya mendekati 0 % diperlukan tiga kali penyosohan, sedangkan biji warna putih cukup dua kali penyosohan. Biji utuh Varietas Lokal Selayar warna biji Merah dan Hitam setelah disosoh masing-masing 60,00% dan 79,18%, sedangkan biji warna putih 74,88% dari bobot sampel yang diuji. Sisanya berupa biji pecah dan menir. Rendemen sosoh pada penyosohan tersebut 83,16% (Merah), 69,04% (Hitam),dan 81,43% (Putih). Kapasitas PSA-M3 adalah 39,19 kg/jam (Merah), 21,56 kg/jam (Hitam), dan 43,64 kg/jam (Putih). Pada kapasitas penyosohan tersebut, pemakaian bahan bakar premium, masing-masing adalah 1,34 l/jam, 1,56 l/jam, dan 0,70 l/jam. Kata kunci: mesin sosoh sorgum, tipe abrasive PSA-M3
PENDAHULUAN Ancaman krisis pangan mengintip Indonesia pada 2035. Dengan prediksi jumlah penduduk 400 juta pada saat itu, kebutuhan beras nasional diperkirakan menepis angka 36 juta ton. Sementara, produksi beras nasional saat ini masih menarinari di kisaran 25 juta ton sampai 29jutaton. Upaya mendongkrak produksi beras, tampaknya bukan perkara gampang. Seperti kita tahu, dalam dua dekade terakhir, telah terjadi pengalihan fungsi lahan pertanian secara massal. Menurut data Badan Pertanahan Nasional (BPN) sekitar 81.176 hektar lahan pertanian di Pulau Jawa telah disulap menjadi area pemukiman dan industri. Belum lagi daerah lainnya. Fakta
ini
menunjukkan
riskannya
ketahanan
568
pangan
nasional
jika
hanya
Seminar Nasional Serealia, 2013
mengandalkan satu komoditi, yakni beras. Karena itulah upaya pengembangan pangan alternatif yang berbasis umbi-umbian, tanaman pohon atau biji-bijian, menjadi amat penting. Sorgum adalah salah satu pilihan utama. ( http://www.republika.co.id/). Permasalahan sorgum umumnya terdapatnya kandungan tanin pada biji, sehingga perlu suatu proses untuk menghilangkan kulit biji dengan disosoh. Penyosohan secara tradisional dengan alu dan lumpang dengan ditambah percikan air ke biji sorgum yang ditumbuk selain kurang produktif juga menyebabkan terjadinya gumpalan/lempengan padat dari serpihan sorgum dan kulit biji sorgum (Lubis dan Thahir 1994; Sinuseng dan Prabowo 1999; Lubis et al. 1993). Sorgum (Sorghum bicolor) merupakan bahan pangan alternatif pengganti beras dengan kandungan karbohidrat 83%, lemak 3,5%, dan protein berkisar 8-12%. Kandungan protein sorgum tidak kalah dengan kandungan protein beras atau bahan pangan lainnya. Permasalahan sorgum antara lain terdapat tanin pada biji, yang dapat menghambat metabolisme pada tubuh manusia dan hewan yang memakan biji sorgum. Permasalahan sorgum antara terdapatnya tanin terdapatnya tanin pada biji sorgum, yang dapat menghambat metabolisme tubuh pada manusia dan hewan yang memakan biji sorgum (antinutrisi), tetapi tanin dalam jumlah tertentu juga sebagai antioksidan. Penurunan kandungan tanin biji sorgum antara lain dengan metode sosoh. Petani umumnya menyosoh sorgum dengan mesin penggiling padi tipe Engelbert, tetapi
petani sulit mendapatkan suku cadang sejak adanya larangan
Pemerintah penggunaan mesin tersebut untuk padi. Oleh karena itu, untuk menggantikan kebutuhan mesin sosoh sorgum untuk skala rumah tangga petani , maka dibuat mesin sosoh tipe abrasif PSA-M3. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji kinerja mesin sosoh PSA-M3 pada
proses penyosohan sorgum
BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan pada tahun 2010, di Laboratorium Rekayasa dan Pascapanen, dan Laboratorim Servis Kimia, Balitsereal, Kabupaten Maros , Provinsi Sulawesi Selatan. Prototipe mesin sosoh tipe abrasif PSA-M3 diuji untuk menyosoh biji sorgum varietas Lokal Selayar dengan warna biji merah, hitam, dan putih. Frekuensi penyosohan masing-masing biji varietas sorgum dilakukan sampai dengan tiga (3) kali. Bobot biji masing-masing varietas yang disosoh sebanyak 10 kg dan diulang sebanyak tiga (3) kali. Parameter yang diukur adalah waktu sosoh (jam), bobot biji sorgum sebelum disosoh (kg), bobot biji sorgum sesudah disosoh (kg) dan kemudian
569
I.U. Firmansyah: Kinerja Prototipe Mesin Sosoh ….
dihitung kapasitas penyosohan (kg/jam) dan rendemen sosoh (%). Sampel biji sorgum masing-masing varietas sebanyak 100 g dianalisis bobot biji utuh (g), biji pecah (g) dan menir (g). dan kemudian dihitung persentasenya.
Gambar 1. Foto Prototipe Mesih Sosoh PSA- M3. Maros, Sulsel. 2010 Tabel 1. Spesifikasi Prototipe Mesin Sosoh PSA-M3. Maros, Sulsel.2010. Spesifikasi Demensi : - Panjang (cm) - Lebar (cm) - Tinggi (cm) Berat tanpa enjin penggerak (kg) Daya enjin penggerak (HP) Bahan Bakar
107 102 130 40 10 Premium
HASIL DAN PEMBAHASAN Demensi Varietas Lokal Selayar dengan warna biji Merah paling besar dibandingkan warna Hitam dan Putih , yaitu panjang 8,13 mm, Lebar 3,99 mm, serta tebal 2,86 mm dan (Tabel 2). Selain itu bobot 1000 bijinya juga paling berat.
570
Seminar Nasional Serealia, 2013
Tabel 2. Rata-rata demensi biji sorgum varietas lokal selayar warna merah, hitam dan putih sebelum disosoh. Maros, Sulsel.2010. Varietas Lokal Selayar Merah 8,13 3,99 2,86 36,59
PSA-M3 Panjang (mm) Lebar (mm) Tebal (mm) Diameter (mm) Bobot 1000 biji (g)
Varietas Lokal Selayar Hitam 7,88 3,73 2,86 29,34
Varietas Lokal Selayar Putih 3,11 15,05
Sumber: Firmansyah et al. (2010).
Persentase biji utuh sorgum Varietas Lokal Hitam 79,18 %
paling besar
dibandingkan Lokal Merah dan Putih dari bobot biji sampel yang disosoh (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa demensi biji sorgum Varietas Lokal Hitam lebih sesuai disosoh dengan PSA-M3. Biji utuh sorgum tersosoh atau disebut dengan beras sorgum dapat dimanfaatkan untuk produk tape, wajik dll, yang memerlukan biji utuh lebih dominan. Tepung sorgum lebih prospektif sebagai bahan pangan olahan dibandingkan beras sorgum (Ginting dan Kusbiantoro 1995). Jadi biji sorgum tersosoh yang biji utuhnya rendah seperti Varietas lokal Selayar warna biji Merah masih dapat dimanfaatkan untuk bahan pembuatan tepung. Penepungan secara basah dapat menghasilkan warna tepung lebih putih dibandingkan secara kering (Suarni dan Zakir 2002; Suarni 2004). Namun derajat keputihan dipengaruhi oleh varietas (warna biji) dan kualitas penyosohan. Rendemen
sosoh
PSA-M3 pada uji penyosohan Varietas Lokal Selayar
Merah, Hitam dan Putih, yaitu masing-masing berturut-turut adalah 83,16%, 69,04%, dan 81,43%. Pada rendemen tersebut kandungan tanin pada biji sorgum masingmasing adalah mendekati 0%, yaitu 0,84% (merah), 0,93% (Firmansyah et al. 2010).
571
(hitam), dan 0,33%
I.U. Firmansyah: Kinerja Prototipe Mesin Sosoh ….
Tabel 3. Mutu fisik biji sorgum hasil sosoh dan rendemen sosoh pada uji prototipe mesin sosoh PSA-M3. Maros, Sulsel. 2010.
Vaietas Sorgum
Utuh (%) 60,00 79,18 74,88
Varietas Lokal Selayar Merah Varietas Lokal Selayar Hitam Varietas Lokal Selayar Putih Keterangan:
Mutu Fisik *) Pecah Menir (%) (%) 32,23 4,52 15,40 5,04 14, 05 7,64
Rendemen Sosoh (%) 83,16 69,04 81,43
*)
= Mutu fisik biji sorgum tiga kali penyosohan dan pada kandungan tanin mendekati 0 % Sumber: Firmansyah et al. (2010).
Kapasitas penyosohan PSA-M3 biji sorgum Varietas Lokal Selayar warna biji putih adalah 43,64 kg/jam dan pemakaian bahan bakarnya 0,70 l/jam.(Tabe4). Kapasitas tersebut dicapai pada dua kali. Penyosohan. Hal ini disebabkan kandungan tanin biji tersosoh sudah mendekati 0%, yaitu 0,33% (Firmansyah et al. 2010). Sedangkan penyosohan Varietas Lokal Selayar warna biji Merah dan Hitam agar kandungan tanin biji tersosoh mendekati 0% harus disosoh sampai tiga kali. Oleh karena itu kapasitas sosoh mesin PSA-M3 untuk menurunkan kandungan tanin mendekati 0% lebih rendah, yaitu 39,19 kg/jam (Merah) dan 21,56 kg/jam (Hitam)., karena membutuhkan waktu sosoh lebih lama. Dan pemakaian bahan bakar PSA-M3 lebih banyak, yaitu 1,34 l/jam (Merah) dan 1,56 l/jam (Hitam) (Tabel 4). Tabel 4. Kapasitas penyosohan, pemakaian bahan bakar pada uji prototipe mesin sosoh PSA-M3. Maros, Sulsel. 2010 PSA-M3
Merah 39,19 1,34
Kapasitas Penyosohan (kg/jam) Pemakaian Bahan Bakar (l/jam)
Varietas Lokal Selayar Hitam 21,56 1,56
Putih 43,64 0,70
Sumber : Firmansyah et al. 2010 (Data diolah)
KESIMPULAN 1. Kapasitas
PSA-M3 berkisar 21,56–43,64,19 kg/jam dan pemakaian bahan
bakarnya 0,70–1,56 l/jam pada proses penyosohan biji sorgum Varietas Lokal Selayar Merah, Hitam dan Putih. 2. Biji utuh sorgum tersosoh berkisar 60,00-79,18% dari bobot biji sampel biji sorgum yang disosoh.
572
Seminar Nasional Serealia, 2013
3. Rendemen sosoh PSA-M3 berkisar 69,04-83,16% pada proses penyosohan Varietas Lokal Selayar Merah, Hitam dan Putih. 4. Penyosohan Varietas Lokal Putih cukup dua kali sosoh dan Varietas Lokal Merah dan Hitam tiga kali sosoh untuk menekan kandungan tanin pada bijinya mendekati 0%.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr. Suarni dan Dr. M. Aqil yang telah memberikan saran-sarannya kepada penulis dan Y. Sinuseng dan Riyadi yang telah merancang dan membuat sehingga terwujudnya mesin sosoh PSA-M3.
DAFTAR PUSTAKA Firmansyah, I.U., M, Aqil, Suarni, M. Hamdani, dan O. Komalasari, 2010. Penekanan kehilangan hasil pada proses perontokan gandum (1,5%) dan penurunan kandungan tanin sorgum (Mendekati 0%) pada Proses Penyosohan. Laporan Akhir Tahun 2010. Balai Peneltian Tanaman Serealia. Maros. p40 Ginting, E. dan B. Kusbiantoro. 1995. Penggunaan tepung sorgum komposit sebagai bahan dasar dalam pengolahan kue basah (cake). Dalam : Risalah Simposium: Prospek tanaman sorgum untuk pengembangan Agro-industri. Edisi Khusus Balitkabi (4) : p199-204.http://www.republika.co.id/ Lubis, S., Tahir dan J. Setiawati. 1993. Prospek Pengembangan Alat Penyosoh Sorgum di Daerah Demak. Seminar dan Kongres VI. Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (Indonesia Sociaty of agricultural Engineering). Bogor, 1315 Desember 1993. Kerjasama Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia dengan JICA-ADAET/IPB JTA-9a (132). Hal 76-89. Lubis, S. Dan R. Thahir, 1994. Uji Penampilan Alat Penyosoh Model Solia-SM60 pada Sorgum dan Kedelai. Dalam : E.E. Ananto, Sumihadi. A. Musaddad dan T. Alihamsyah (ed). Prospek Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan. Puslitbangtan, Bogor. Sinuseng, Y dan A. Prabowo. 1999. Kinerja Alat Penyosoh sorgum. Prosiding Seminar Nasional Alih Teknologi Tepat Guna dan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah. Bandung 23 Nopember 1999.p 181-184. Suarni dan M. Zakir. 2000. Studi Sifat Fisikokimia Tepung Sorgum sebagai Bahan Substitusi Terigu. Jurnal Penelitian Pertanian, Puslit Tanaman Pangan Bogor.Vol 20(2). hal.58-62. Suarni 2004. Pemanfaatan Tepung Sorgum untuk Produk Olahan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Pengembangan Pertanian, Bogor. 23(4):145-151.
573