AKUNTABILITAS
ISSN 1412 - 0240
Kinerja Dua Perusahaan Telekomunikasi Terkemuka di Indonesia Indra Satria1 Diterima 2 Juli 2012, Disetujui 29 Agustus 2012 Abstract This article entitled “The Performance of Two Leading Telecommunication Companys in Indonesia" is based on the research conducted by Indra Satria. The purpose of this study is to assess the financial and cash flow performance of PT Telkomsel Indonesia Tbk and PT Indosat Tbk in 2011 and 2010. Technic financial ratio analysis is use to assess the financial performance of these companies. Next, conducted technic cash flow ratio analysis to evaluate of its cash flow performance. The cash flow analysis is important to answer what is the financial performance are free from the possibility of profit engineering that made by management through accrual accounting and estimate concepts that affect the level of solvency and liquidity of its companies. An assessment of the rentability performance did not evaluate in this article. This restriction was decided on the basis that the rentability performance is directly proportional to the solvency and liquidity performance of the company’s. The result of financial ratio analysis shown that the level of solvency and liquidity of these companies are increas in 2011. Even, the cash flow performance of these companies are increase very high when viewed from the cash flow ratio approach. Therefore, not proven that the management of PT Telkomsel Indonesia Tbk and PT Indosat Tbk has made engineering its earnings in presenting its financial performance. Keywords: financial statements, financial ratios, cash flow ratios, financial performance, cash flow performance Abstrak: Artikel ini berjudul “Kinerja Dua Perusahaan Telekomunikasi Terkemuka di Indonesia” berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indra Satria. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kinerja keuangan dan kinerja arus kas PT Telkomsel Indonesia Tbk dan PT Indosat Tbk pada tahun 2011 dan 2010. Penilaian kinerja keuangan perusahaan dilakukan melalui teknik analisis rasio keuangan. Selanjutnya, dilakukan penilaian kinerja arus kas perusahaan melalui teknik analisis rasio arus kas. Analisis arus kas penting untuk menjawab apakah kinerja keuangan perusahaan bebas dari rekayasa laba yang mungkin dilakukan manajemen melalui konsep estimasi dan akuntansi akrual yang memengaruhi tingkat solvabilitas dan likuditas perusahaan. Kinerja rentabilitas perusahaan tidak dievaluasi dalam artikel ini. Pembatasan ini ditetapkan dengan pertimbangan bahwa kinerja rentabilitas berbanding lurus dengan kinerja solvabilitas dan likuiditas perusahaan. Hasil analisis rasio keuangan menunjukkan bahwa tingkat solvabilitas dan likuiditas kedua perusahaan semakin meningkat di tahun 2011. Bahkan, meningkat sangat tinggi bila ditinjau dari pendekatan rasio arus kas. Dengan demikian, tidak terbukti bahwa manajemen PT Telkomsel Indonesia Tbk dan PT Indosat Tbk melakukan rekayasa laba dalam menyajikan kinerja keuangannya. Kata kunci: laporan keuangan, rasio keuangan, rasio arus kas, kinerja keuangan, kinerja arus kas Fakultas Ekonomi, Universitas Pancasila Jl.Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640 Hp: 08129068140 Email:
[email protected]
1
Akuntabil itas Vol 12 No.1 |September 2012 143
AKUNTABILITAS
PENDAHULUAN Ketika melakukan penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan, umumnya para analis menggunakan pendekatan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan ini mencerminkan hubungan matematis antar pos-pos dalam laporan posisi keuangan dan laba rugi. Melalui rasio keuangan, para analis dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi liabilitas jangka pendek (likuiditas), kemampuan dalam memenuhi liabilitas jangka pendek maupun jangka panjang (solvabilitas), dan kemampuan dalam menghasilkan laba (profitabilitas). Meskipun dirasakan sangat bermanfaat, rasio keuangan memiliki beberapa keterbatasan seperti yang dinyatakan oleh para ahli berikut. Rasio keuangan tidak dirancang untuk mencerminkan kondisi dan kinerja ekonomis perusahaan (Erick A. Helfert, 2001:95). Terkadang, laporan keuangan tidak selalu memberikan gambaran lengkap dan dapat dipercaya mengenai aktivitas dan kondisi suatu perusahaan (Revsine et al, 2009:185). Resiko dalam mengandalkan rasio keuangan adalah rentannya laporan keuangan dari tindakan manipulasi (Martin Fridson and Fernando Alvarez, 2002:313; Wahlen, Baginski, Bradshaw, 2011:393). Ketika akuntansi akrual menyediakan rentang pilihan kebijakan akuntansi dalam pencatatan transaksi, fleksibilitas seperti ini memungkinkan perusahaan untuk mengelola informasi laba perusahaan (Nikolai, Bazley, Jones, 2010:1145; Bonita K. Kramer & Christie W. Johnson, 2009:239; Kathleen Herbohn, Vanitha Ragunathan, 2008). Pada perusahaan yang memberlakukan kebijakan insentif, fleksibilitas akrual memberikan ruang yang lebih luas bagi manajemen untuk menghasilkan informasi pendapatan yang lebih tinggi (Fayez A. Elayan, Jingyu Li, Thomas O. Meyer, 2008).
144
Akuntabil itas Vol 12 No.1 | September 2012
ISSN 1412 - 0240
Pendapat lainnya menyatakan bahwa, penyimpangan dalam akuntansi akrual diakibatkan oleh kelemahan standar akuntansi, kesalahan estimasi, pertentangan antara relevansi dan reliabilitas dalam prinsip pelaporan, dan keleluasaan dalam aplikasinya (K.R Subramanyam and John J. Wild, 2009:107). Pendapat ini diantaranya didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Evangelos Koumanakos, Antonios Georgopoulos, Costas Siriopoulos (2008). Mereka menemukan bukti bahwa beberapa perusahaan besar Yunani memanipulasi pendapatan mereka dengan memanfaatkan kelemahan dari GAAP Yunani. Masalah lain yang muncul dalam pengguna rasio keuangan adalah ketidakseragaman dan keterbandingan laporan keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lain (Barry Elliott and Jamie Elliott, 2006:524). Terkadang, perbedaan metode akuntansi menyebabkan para investor lebih memilih investasi pada perusahaan-perusahaan yang menerapkan metode akuntansi yang mereka pahami guna menghindari asimetri informasi (Shrutika Chugh and Neil Fargher, 2008). Lebih jauh lagi, investor mungkin perlu memahami praktik akuntansi di suatu negara karena praktik akuntansi yang diterapkan sangat dipengaruhi oleh budaya mereka (Khaled Dahawy, Khaled Samaha 2010; Karen Moustafa Leonard, Michael Slaubaugh, Hwei Cheng Wang, 2010; Saeed Askary, Hassan Yazdifar, Davood Askarany, 2008). Menurut Garrison, Noreen, Brewer (2010:724), analisis rasio keuangan memiliki dua keterbatasan. Pertama, sulit membandingkan data keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lain karena perbedaan metode akuntansi yang digunakan. Kedua, dibutuhkan evaluasi yang lebih mendalam atas rasio tersebut sebelum membuat penilaian tentang masa depan perusahaan. Informasi mengenai; tren industri, perubahan teknologi, perubahan selera
ISSN 1412 - 0240
konsumen, perubahan faktor-faktor ekonomi, dan perubahan dalam perusahaan itu sendiri harus dianalisis. Misalnya, perubahan dalam posisi manajemen kunci mungkin memberikan suatu dasar optimisme tentang masa depan, meskipun kinerja masa lalu dari perusahaan (seperti yang ditunjukkan oleh rasionya) mungkin biasa-biasa saja. Joel G. Siegel and Jae K. Shim (2006: 260), juga menyatakan hal yang sama. Bahkan mereka juga menambahkan bahwa kesulitan mengidentifikasi dalam kelompok industri mana suatu perusahaan berada menimbulkan persoalan dalam membandingkan suatu perusahaan dengan industrinya. Selain itu, rasio industri yang akan dijadikan pembanding pun merupakan angka perkiraan. Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kelemahan dalam analisis rasio keuangan adalah fleksibilitas metode akuntansi akrual memungkinkan suatu perusahaan untuk mengelola informasi laba perusahaan. Untuk itu diperlukan analisis yang lebih mendalam terhadap berbagai informasi yang melandasi suatu rasio sebelum melakukan penilaian tentang masa depan perusahaan. Disamping itu, terdapat kesulitan untuk membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lain karena perbedaan metode akuntansi yang mereka gunakan. Terkadang juga tidak memungkinkan membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan dengan industrinya karena sulit mengidentifikasi dalam kelompok industri mana perusahaan tersebut berada. Bila memungkinkan untuk dibandingkan dengan rasio industri, rasio itu hanya merupakan angka perkiraan. Ironisnya, penelitian yang dilakukan oleh Nicholas Dopuch, Raj Mashruwala, Chandra Seethamraju, and Tzachi Zach, (2011) menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan dalam industri yang sama pun menggunakan asumsi dan kebijakan akuntansi yang berbeda dalam menyajikan informasi keuangan. Oleh karena kesulitan tersebut, seringkali kinerja suatu perusahaan
AKUNTABILITAS
diukur dengan membandingkan rasio periode saat ini dengan rasio perusahaan tersebut pada periode yang lalu. Karena adanya keterbatasan tersebut, penggunaan arus kas juga perlu untuk dipertimbangkan dalam menilai kinerja perusahaan seperti yang dinyatakan oleh para ahli berikut. Pengukuran arus kas umumnya dianggap lebih baik daripada pengukuran laba karena mereka tidak dapat dimanipulasi dengan cara yang sama (McKenzi, 2010:392). Sehubungan dengan adanya keterbatasan prinsip-prinsip akuntansi umum yang digunakan, disarankan para analis menggunakan arus kas dalam pengambilan keputusan karena memberikan informasi akuntansi yang akurat (Erich A. Helfert, 2001:147). Analisis arus kas penting terutama dalam situasi dimana laba bersih tidak mencerminkan kinerja ekonomi suatu perusahaan (Albrecht, Stice, Stice, 2011:687). Beberapa pendapat ahli tersebut dibuktikan melalui beberapa penelitian yang telah dilakukan. Laporan arus kas telah memberikan informasi yang lebih berguna untuk menganalisis struktur keuangan dari suatu operasi dibandingkan dengan laporan laba rugi dan neraca (Defranco & Schmidgall, 1998; McGowne, 1989; Mills & Yamamura, 1998; Zeller & Stanco, 1994). Analisis rasio keuangan sering gagal untuk mengungkap masalah likuiditas yang mengakibatkan kebangkrutan (Zeller & Stanko, 1994). Dalam menganalisis likuiditas, informasi arus kas dapat lebih dipercaya daripada neraca atau laba rugi (Mills and Yamamura, 1998). Rasio arus kas dipengaruhi oleh estimasi-estimasi yang diadposi dari metode akuntansi akrual (Kwok Mow Chan, 2010). Debt to equity ratio suatu perusahaan dipengaruhi oleh komponen akrual (Santanu Das, 2012). Laporan arus kas memiliki nilai relevansi untuk tujuan prediksi kas, laporan laba memerlukan investigasi lebih lanjut untuk tujuan prediksi laba (Leif Atle Beisland, 2011). Untuk tujuan prediksi,
Akuntabil itas Vol 12 No.1 |September 2012 145
AKUNTABILITAS
ISSN 1412 - 0240
informasi arus kas lebih akurat dibandingkan informasi laba (Jinhan Pae and Sung-Soo Yoon, 2011). Cash flow per share lebih prediktif daripada earning per share (John Consler, Greg M. Lepak and Susan F. Havranek, 2011). Dibandingkan arus kas, Informasi laba kurang relevan dalam menilai return-earning pada saat tingkat leverage perusahaan tinggi (Dimitrios Asteriou and Panagiotis E. Dimitropoulos, 2009). Beberapa hasil penelitian tersebut berupaya menunjukkan bahwa laporan arus kas layak dipertimbangkan dalam menganalisis kinerja perusahaan dan memprediksi kinerja perusahaan dimasa mendatang. Penilaian kinerja melalui rasio keuangan mungkin tidak efektif karena adanya tindakan manipulasi ataupun pertimbangan subjektif dalam menerapkan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan. Keterbatasan ini dapat dieliminir melalui penggunaan rasio arus kas. Berdasarkan pendapat para ahli dan hasil penelitian-penelitian terdahulu tersebut, maka penilaan kinerja perusahaan dalam artikel ini dilakukan menurut pendekatan rasio keuangan maupun rasio rasio arus kas. Kedua pendekatan digunakan secara bersamaan dengan tujuan agar penilaian kinerja dapat memberikan hasil analisis yang akurat. METODE Penelitian ini akan membahas kinerja keuangan dan kinerja arus kas PT Telkomsel Indonesia Tbk dan PT Indosat Tbk tahun 2011 dan 2010. Pemilihan PT Telkomsel Indonesia Tbk dan PT Indosat Tbk sebagai objek penelitian didasarkan atas pertimbangan bahwa kedua perusahaan ini adalah penyelenggara jasa telekomunikasi terbesar yang dapat mempresentasikan kinerja industri perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Topik yang ingin dibahas dalam penelitian ini bermula dari keinginan peneliti untuk mengetahui apakah terdapat rekayasa laba yang dilakukan oleh
146
Akuntabil itas Vol 12 No.1 | September 2012
manajemen perusahaan dalam menyajikan kinerja keuangannya. Karena itu, masalah yang akan diteliti dalam artikel ini adalah bagaimanakah kinerja keuangan kedua perusahaan pada periode yang diteliti? dan apakah kinerja keuangan tersebut terhindar dari tindakan rekayasa laba? Penilaian kinerja keuangan masing-masing perusahaan dilakukan melalui analisis rasio keuangan. Kemudian dilakukan pula penilaian kinerja arus kas melalui analisis rasio arus kas. Dalam hal ini, analisis arus kas penting terutama dalam menjawab apakah kinerja keuangan perusahaan tersebut bebas dari pengaruh rekayasa laba yang mungkin dilakukan manajemen melalui konsep estimasi dan akuntansi akrual sehingga berdampak terhadap tingkat solvabilitas dan likuditas perusahaan. Selanjutnya, kinerja keuangan dan arus kas kedua perusahaan diperbandingkan untuk diketahui tingkat pencapaian kinerja dalam hal solvabilitas dan likuiditasnya. Penilaian terhadap kinerja rentabilitas tidak dikaji dalam artikel ini. Pembatasan ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kinerja solvabilitas dan likuiditas berbanding lurus dengan kinerja rentabilitas. Data penelitian berupa laporan keuangan perusahaan diakses melalui situs : www.idx. co.id. Laporan keuangan yang akan diakses, terlebih dahulu ditentukan tingkat validitasnya. Laporan akan dianggap valid bila telah diaudit oleh auditor independen. Walaupun bergerak dalam bidang usaha yang sama, komponen pelaporan keuangan kedua perusahaan ini berbeda meskipun memiliki karakteristik yang sama. Agar dapat diperbandingkan, laporan keuangan auditan tersebut diolah kembali agar terdapat keseragaman dalam penyajiannya. Hal ini dilakukan melalui pengkajian terhadap penjelasan atas pos-pos keuangan yang terdapat di catatan atas laporan keuangan. Selanjutnya, data-data tersebut
ISSN 1412 - 0240
diformulasikan ke dalam rumusan rasio yang telah tersedia untuk dianalisis lebih lanjut. Mengingat tidak semua rumusan dapat diaplikasikan sesuai dengan penyajian laporan keuangan yang diteliti, dilakukan pemilihan terhadap rumusan yang dapat diaplikasikan serta dapat memenuhi tujuan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil audit, laporan keuangan PT Telkomsel Indonesia Tbk dan PT Indosat Tbk tahun buku 2011 dan 2010 telah disajikan secara wajar dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (unqualified). Laporan keuangan tahunan perusahaan juga telah diperoleh dari sumber yang sama melalui situs : www. idx.co.id. Laporan tahunan ini telah sesuai dengan laporan auditor independen dan digunakan sebagai informasi pelengkap untuk tujuan analisis. Laporan keuangan PT Telkomsel Indonesia Tbk dan PT Indosat Tbk untuk tahun 2011 dan 2010 yang digunakan untuk tujuan analisis ditampilkan pada tabel. Rasio likuditas dan rasio solvabilitas menurut penekatan arus kas, diantaranya dirumuskan oleh beberapa ahli berikut. Untuk tujuan pengukuran rasio likuditas, rumusan yang dapat digunakan diantaranya adalah: Current Cash Debt Coverage dan Cash Dividend Coverage (Plewa and Friedlob, 1995:228), Cash Flow Liquidity Ratio (Fraser, 2010:189). Untuk tujuan pengukuran rasio solvabilitas, rumusan yang dapat digunakan diantaranya adalah: Cash Long-Term Debt Coverage dan Cash Interest Coverage (Plewa and Friedlob, 1995:228). Rumusan rasio likuiditas dan solvabilitas tersebut dinyatakan sebagai berikut: 1. Current Cash Debt Coverage = (cash from operations/average current liabilities) 2. Cash Dividend Coverage = (cash from operations/dividend paid) 3. Cash Flow Liquidity Ratio = (cash + marketable securities + CFO)/current liabilities.
AKUNTABILITAS
4. Cash Long – Term Debt Coverage = (cash flows from operating/average total liabilities). 5. Cash Interest Coverage = (Cash flows from operations + interest paid + taxes paid)/ interest paid. Menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz (2008:363), tingkat likuiditas (juga dikenal dengan istilah short-term solvency) dalam analisis rasio keuangan menggunakan rasio: current ratio dan quick ratio. Sementara, untuk tujuan pengukuran solvabilitas (juga dikenal dengan istilah long-term solvency) digunakan ukuran rasio : Liabilities to Shareholder’s Equity Ratio, Long-Term Debt to Long-Term Capital Ratio, Long-Term Debt to Shareholders’ Equity Ratio, Liabilities to Asset Ratio. Rumusan likuiditas dan solvabilitas tersebut dinyatakan sebagai berikut: 1. Current Ratio = (Current Asset /Current Liabilities). 2. Quick Ratio = (Cash + Marketable Securities + Accounts Receivable)/Current Liabilities. 3. Liabilities to Shareholder’s Equity Ratio = Total Liabilities/Total Shareholder’s Equity. 4. Long-Term Debt to Long-Term Capital Ratio = Long-Term Debt/ (Long-Term Debt + Total Shareholder’s Equity). 5. Long-Term Debt to Shareholder’s Equity Ratio = Long-Term Debt/ Total Shareholder’s Equity. 6. Liabilities to Asset Ratio = Total Liabilities/ Total Asset. Dengan menggunakan pendekatan rumus yang dinyatakan oleh kedua ahli tersebut, rasio arus kas dan rasio keuangan PT Telkomsel Indonesia Tbk dan PT Indosat Tbk tahun 2011 dan 2010 dapat ditentukan dalam Tabel 4. Analisis Kinerja Keuangan Dibandingkan dengan tahun 2010, kinerja keuangan PT Telkomsel Tbk maupun PT Indosat Tbk pada tahun 2011 mengalami perbaikan dalam tingkat solvabilitas maupun tingkat
Akuntabil itas Vol 12 No.1 |September 2012 147
AKUNTABILITAS
ISSN 1412 - 0240
Tabel 1. Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian 31 Desember 2011 dan 2010 (miliaran rupiah) PT Telkomsel Tbk 2011 Kas dan setara kas
2010
PT Indosat Tbk 2011
2011
9.634
9.120
2.224
2.075
361
370
-
-
932
780
258
223
3.983
3.564
1.184
1.326
Piutang lain-lain
335
89
6
10
Persediaan
758
515
76
106
-
-
159
69
3.294
3.441
1.755
1.595
-
-
25
53
Tagihan restitusi pajak
371
133
-
-
Pajak dibayar dimuka
787
716
893
702
Aset tersedia untuk dijual
791
-
-
-
12
1
1
1
---------
---------
--------
--------
21.258
18.729
6.579
6.159
Aset keuangan tersedia dijual Piutang Usaha : Pihak berelasi Pihak ketiga
Aset derivatif Uang muka dan beban dibayar dimuka Aset keuangan lancar lainnya
Aset lancar lainnya Jumlah Aset Lancar Piutang pihak berelasi
-
-
11
8
235
254
-
-
74.897
75.832
42.573
43.571
991
744
103
111
Uang muka dan aset tidak lancar lainnya
3.817
3.095
215
225
aset tidak berwujud
1.789
1.785
1.367
1.374
67
62
114
95
Izin & Sewa dibayar dimuka
-
-
1.098
1.148
Piutang jangka panjang lainnya
-
-
21
46
Aset keuangan tidak lancar lainnya
-
-
90
80
----------
---------
---------
---------
81.796
81.772
45.593
46.659
----------
----------
----------
---------
103.054 100.501
52.172
52.818
Penyertaan jangka panjang Aset tetap Pensiun dibayar dimuka
Aset pajak tangguhan
Jumlah Aset Tidak Lancar Jumlah Aset Sumber : www. idx.co.id (data diolah kembali).
likuditas. Tingkat solvabilitas perusahaan mengalami perbaikan dengan turunnya tingkat liabilities to shareholder’s equity ratio, longterm-debt to long-term capital ratio, long-term
148
Akuntabil itas Vol 12 No.1 | September 2012
to shareholder’s equity ratio maupun liabilities to asset ratio. Sementara, Tingkat likuiditas kedua perusahaan semakin membaik dengan adanya kenaikan current ratio dan quick ratio.
AKUNTABILITAS
ISSN 1412 - 0240
Tabel 1. Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian (Lanjutan) 31 Desember 2011 dan 2010 (miliaran rupiah) PT Telkomsel Tbk PT Indosat Tbk 2011 Utang jangka pendek
2010
2011
2011
1.499
-
-
-
838
1.154
24
22
7.479
6.357
3.725
4.268
37
21
-
-
1.039
736
89
169
1
255
-
-
Beban yang masih harus dibayar
4.790
3.409
1.891
1.711
Pendapatan diterima dimuka
2.821
2.681
1.125
1.144
271
500
37
50
4.913
5.360
3.301
3.184
-
-
42
1.098
Liabilitas keuangan lainnya
-
-
16
23
Liabilitas jangka pendek lainnya
-
-
65
62
----------
----------
---------- ---------
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek
22.189
20.473
11.952 11.947
Utang pihak berelasi
2.012
2.741
15
22
Liabilitas pajak tangguhan
3.794
4.074
1.921
1.772
242
312
-
-
2.890
2.572
787
872
314
409
-
-
-
-
116
187
Obligasi dan wesel bayar
3.401
3.249
12.138
12.114
Utang bank
7.231
10.256
-
-
-
-
6.426
7.667
---------
----------
----------
---------
19.884
23.613
21.404
22.635
---------
---------
---------
---------
42.073
44.086
33.356
34.582
Utang usaha : Pihak berelasi Pihak ketiga Utang lain-lain Utang pajak Utang dividen
Uang muka pelanggan dan pemasok Pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun Utang obligasi – bagian jangka pendek
Pendapatan diterima dimuka Liabilitas pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya Liabilitas sewa pembiayaan Liabilitas jangka panjang lainnya
Utang jangka panjang Jumlah Liabilitas Jangka Panjang Jumlah Liabilitas Sumber : www. idx.co.id (data diolah kembali).
Dibandingkan dengan PT Indosat, kinerja Solvabilitas PT Telkomsel pada tahun 2011 lebih baik daripada kinerja PT Indosat. Hal ini dapat terlihat dengan adanya tingkat
penurunan yang lebih tinggi atas long-termdebt to long-term capital ratio dan liabilities to asset ratio. Long-term-debt to long-term capital ratio PT Telkomsel turun sebesar 4,92%.
Akuntabil itas Vol 12 No.1 |September 2012 149
AKUNTABILITAS
ISSN 1412 - 0240
Tabel 1. Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian (Lanjutan) 31 Desember 2011 dan 2010 (miliaran rupiah) PT Telkomsel Tbk PT Indosat Tbk 2011
2010
2011
2011
Modal ditempatkan dan disetor penuh
5.040
5.040
543
543
Tambahan modal disetor
1.073
1.073
1.547
1.547
(6.323)
(4.264)
-
-
478
478
-
-
386
386
404
404
47
50
-
-
240
233
(2)
(3)
(485)
(485)
-
-
Ditentukan penggunaannya
15.337
15.337
134
134
Belum ditentukan penggunaannya
31.717
26.571
Modal saham yang diperoleh kembali Selisih transaksi restrukturisasi dan transaksi lainnya entitas sepengendali Selisih transaksi perubahan ekuitas entitas asosiasi/ entitas anak Laba belum direalisasi atas kepemilikan efek yang tersedia untuk dijual Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan Selisih transaksi akuisisi kepemilikan kepentingan nonpengendali pada entitas anak Saldo laba :
---------Jumlah ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan Kepentingan nonpengendali Jumlah Ekuitas
---------- ----------- ---------
47.510
44.419
13.471
11.996
---------
----------
---------- ---------
60.981
56.415
18.816 18.236
--------Jumlah Liabilitas dan Ekuitas
15.736 15.225 18.362 17.851 454
386
----------
----------
---------
103.054 100.501
52.172
52.818
Sumber : www. idx.co.id (data diolah kembali).
Sementara PT Indosat yang hanya mencatat penurunan sebesar 2,16%. Disamping itu, tingkat rasio Long-term-debt to long-term capital ratio PT Telkomsel juga lebih baik daripada PT Indosat untuk kedua tahun yang diteliti. Ukuran Long-term-debt to long-term capital ratio PT Telkomsel per 31 Desember 2011 dan 2010 masing-masing sebesar 24,59% dan 29,51%. Sementara PT Indosat memiliki rasio masing-masing sebesar 53,22% dan 55,38%. Para analis menyarankan agar rasio ini lebih rendah dari 100%. Bahkan, Liabilities to asset
150
Akuntabil itas Vol 12 No.1 | September 2012
ratio PT Telkomsel berhasil turun dua kali lebih lebih besar dibandingkan dengan PT Indosat. Bila PT Telkomsel berhasil mencapai penurunan sebesar 3,04%, PT Indosat yang hanya mampu mencapai penurunan sebesar 1,54%. Tambahan pula, tingkat Liabilities to asset ratio PT Telkomsel juga lebih baik untuk kedua tahun yang diamati. Ukuran Liabilities to asset ratio PT Telkomsel hanya sebesar 40,83% dan 43,87% pada tahun 2011 dan 2011. Angka ini lebih rendah dari Liabilities to asset ratio PT Indasat yang tercatat sebesar 63,93% dan 65,47%. Sementara, PT Indosat mampu mengungguli kinerja PT Telkomsel dalam hal
AKUNTABILITAS
ISSN 1412 - 0240
Tabel 2. Laporan Laba Rugi Komprehensif Keuangan Konsolidasian untuk Tahun-tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010 (miliaran rupiah) PT Telkomsel Tbk PT Indosat Tbk 2011
2010
2011
71.253
68.629
20.577 19.797
Operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi
(19.927) (19.132)
(7.588) (7.113)
Penyusutan dan amortisasi
(14.863) (14.612)
(6.581) (6.378)
Pendapatan
2011
Beban :
Karyawan
(8.555)
(7.332)
(1.892) (1.411)
Pemasaran
(3.278)
(2.525)
(1.024)
(986)
Umum dan administrasi
(2.935)
(2.537)
(663)
(693)
(210)
43
37
492
(10)
(14)
-
-
-
-
58
(418)
473
403)
(35)
(79)
----------
----------
Laba sebelum (biaya) penghasilan pendanaan dan pajak penghasilan Penghasilan pendanaan
21.948
22.923
2.890
3.210
546
421
81
143
Biaya pendanaan
(1.637)
(1.928)
(1.790) (2.272)
---------
---------
--------- ---------
Laba (rugi) selisih kurs – bersih Bagian rugi bersih entitas asosiasi Laba (rugi) perubahan nilai wajar derivatif Penghasilan (beban) lain-lain
Jumlah biaya pendanaan bersih
---------- ---------
(1.091)
(1.507)
(1.780)
(2.128)
---------
---------
---------
---------
20.857
21.416
1.128
1.082
(5.673)
(4.669)
(120)
(128)
286
(877)
(129)
(230)
----------
---------
---------
---------
(5.387)
(5.546)
(249)
(358)
----------
---------
---------
---------
15.470
15.870
933
724
Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan
7
2
-
(5)
Perubahan bersih nilai wajar aset keuangan tersedia untuk dijual
4
32
-
-
---------
--------
--------
--------
11
34
-
(5)
Laba sebelum pajak penghasilan Manfaat (beban) pajak penghasilan : Pajak kini Pajak tangguhan Jumlah beban pajak Laba tahun berjalan Pendapatan komprehensif lain :
Jumlah pendapatan komprehensif lain – bersih setelah pajak Jumlah laba komprehensif tahun berjalan
---------
---------
---------
---------
15.481
15.904
933
719
Sumber : www. idx.co.id (data diolah kembali).
Akuntabil itas Vol 12 No.1 |September 2012 151
AKUNTABILITAS
ISSN 1412 - 0240
Tabel 3. Laporan Arus Kas Konsolidasian untuk Tahun-tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010 (miliaran rupiah) PT Telkomsel Tbk PT Indosat Tbk Penerimaan kas dari pelanggan Pembayaran kas untuk beban, pemasok & lainnya Pembayaran kas kepada karyawan
2011
2010
2011
2011
70.879
68.582
20.621 19.679
(25.416) (25.254)
(9.102) (9.051)
(8.509)
(8.993)
549
420
Beban bunga dibayar
(1.591)
(1.826)
Pembayaran pajak penghasilan
(5.359)
(5.829
(563)
(216)
Penerimaan tagihan restitusi pajak
-
659
141
42
Penyelesaian kontrak forward valas
-
-
55
-
Penyelesaian kontrak derivatif
-
-
21
(24)
Kontrak swap suku bunga
-
-
(120)
(117)
Pembayaran beban swap valas
-
-
(71)
(121)
---------
--------
--------
--------
30.553
27.759
7.320
6.848
Hasil dari penjualan aset tetap
56
12
7
8
Hasil dari klaim asuransi
13
-
-
538
Pendapatan bunga
Arus kas bersih yang dihasilkan dari kegiatan operasi
Pembelian aset tetap
(13.197) (14.952)
Perolehan aset tidak berwujud
(2.004) (1.311) 81
45
(1.740) (2.176)
(6.048)
(6.495)
(603)
(723)
(10)
(40)
59
31
14
19
(33)
(6)
-
-
(834)
(641)
-
-
34
88
-
-
Investasi pada entitas asosiasi/entitas anak
-
(327)
-
-
Kas & setara kas dari akuisisi anak perusahaan
-
-
2
(10)
----------
----------
----------
---------
(14.505) (16.518)
(6.036)
(5.980)
Hasil dari penjualan aset keuangan tersedia untuk dijual dan dividen yang diterima Pembelian aset keuangan tersedia untuk dijual dan penempatan deposito berjangka Kenaikan uang muka pembelian aset tetap Penurunan uang muka dan aset lainnya
Arus kas bersih yang digunakan untuk kegiatan investasi Sumber : www. idx.co.id (data diolah kembali).
menurunkan liabilities to shareholder’s equity ratio dan long-term to shareholder’s equity ratio. PT Indosat mampu menurunkan liabilities to shareholder’s equity ratio sebesar 12,35% di tahun 2011. Untuk tahun yang sama, PT Telkomsel hanya mampu menurunkan liabilities
152
Akuntabil itas Vol 12 No.1 | September 2012
to shareholder’s equity ratio sebesar 9,15%. Meskipun mampu mencapai penurunan yang lebih tinggi, tingkat liabilities to shareholder’s equity ratio PT Telkomsel masih lebih baik daripada tingkat liabilities to shareholder’s equity ratio PT Indosat. Tingkat Liabilities to
AKUNTABILITAS
ISSN 1412 - 0240
Tabel 3. Laporan Arus Kas Konsolidasian untuk Tahun-tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010 (miliaran rupiah) (Lanjutan) PT Telkomsel Tbk PT Indosat Tbk 2011
2010
(6.069)
(5.418)
(324)
(749)
(3.033)
(3.624)
(30)
(21)
(4.640)
(885)
2.282)
(876)
44
12
-
-
Penyelesaian kontrak derivatif
-
-
-
60
Penurunan kas & setara kas yang dibatasi penggunaannya Beban swap valas
-
-
-
3
-
-
-
(46)
(2.059)
-
-
-
(176)
(207)
-
-
394
302
-
-
----------
---------
--------- ---------
(15.539)
(9.820)
(1.135)
----------
----------
509
1.421
149
(761)
5
(106)
-
1
9.120
7.805
2.075
2.836
----------- ----------
----------
---------
Pembayaran dividen kas kepada pemegang saham perusahaan pembayaran dividen kas kepada pemegang saham kepentingan nonpengendali entitas anak Pembayaran utang jangka panjang Hasil dari utang bank jangka pendek
Pembayaran untuk pembelian kembali saham yang telah diterbitkan Pembayaran utang sewa pembiayaan Hasil dari wesel bayar Arus kas bersih yang digunakan untuk kegiatan pendanaan Kenaikan bersih kas dan setara kas Dampak perubahan kurs terhadap kas dan setara kas Kas dan setara kas pada awal tahun Kas dan setara kas pada akhir tahun
2011
2011
1.630)
---------- ---------
9.634
9.120
2.224
2.075
59
31
14
19
(33)
(6)
-
-
(834)
(641)
-
-
34
88
-
-
Investasi pada entitas asosiasi/entitas anak
-
(327)
-
-
Kas & setara kas dari akuisisi anak perusahaan
-
-
2
(10)
----------
----------
----------
---------
(14.505) (16.518)
(6.036)
(5.980)
Hasil dari penjualan aset keuangan tersedia untuk dijual dan dividen yang diterima Pembelian aset keuangan tersedia untuk dijual dan penempatan deposito berjangka Kenaikan uang muka pembelian aset tetap Penurunan uang muka dan aset lainnya
Arus kas bersih yang digunakan untuk kegiatan investasi Sumber : www. idx.co.id (data diolah kembali).
shareholder’s equity ratio PT Telkomsel per 31 Desember 2011 dan 2010 tercatat
sebesar 68,99% dan 78,15%. Sementara, PT Indosat mencatat masing-masing sebesar
Akuntabil itas Vol 12 No.1 |September 2012 153
AKUNTABILITAS
ISSN 1412 - 0240
Tabel 4. Hasil Perhitungan Rasio Arus Kas dan Rasio Keuangan Tahun 2011 dan 2010 PT Telkomsel Tbk
PT Indosat Tbk
2011
2010
2011
2011
70,92%
60,01%
21,55%
19,20%
Rasio Arus Kas : 1. Tingkat Solvabilitas Cash Long – Term Debt Coverage Cash Interest Coverage
2.357,20% 1.939,43%
553,12% 424,66%
2. Tingkat Likuiditas Current Cash Debt Coverage
143,23%
117,21%
61,26%
Cash Dividend Coverage
335,67%
307,00% 2.072,02% 888,79%
Cash Flow Liquidity Ratio
1,83 kali
1,82 kali
Liabilities to Shareholder’s Equity
68,99%
78,15%
Long-Term Debt to Long-Term Capital
24,59%
29,51%
Long-Term Debt to Shareholder’s Equity
32,61%
41,86%
Liabilities to Asset
40,83%
43,87%
63,93%
65,47%
95,80%
91,48%
55,05%
51,55%
0,80 kali
54,75% 0,75 kali
Rasio Keuangan : 1. Tingkat Solvabilitas 177,28% 189,63% 53,22%
55,38%
113,76% 124,12%
2. Tingkat Likuiditas Current Ratio Quick Ratio
67,20%
67,57%
30,87%
30,78%
Sumber : www. idx.co.id (data diolah kembali).
177,28% dan 189,63%. Tingkat Liabilities to shareholder’s equity ratio PT Telkomsel masih lebih baik karena dapat mencapai ukuran yang disarankan yaitu kurang dari 100%. PT Indosat juga unggul dalam menurunkan longterm to shareholder’s equity ratio. Long-term to shareholder’s equity ratio PT Indosat turun sebesar 10,36% di tahun 2011. Sementara, PT Telkomsel hanya berhasil mencapai penurunan sebesar 9,25%. Walaupun demikian, tingkat Long-term to shareholder’s equity ratio PT Telkomsel juga masih lebih baik dari PT Indosat karena memiliki tingkat rasio yang lebih rendah. Dalam hal ini, PT Telkomsel mencatat Long-term to shareholder’s equity ratio pada tahun 2011 dan 2010 hanya sebesar 32,61% dan 41,86%. Sementara, PT Indosat mencatat sebesar 113,76% dan 124,12%. Kedua perusahaan juga saling mengungguli dalam kinerja likuiditas. Bila PT
154
Akuntabil itas Vol 12 No.1 | September 2012
Telkomsel unggul dalam mencapai kenaikan current ratio, PT Indosat unggul dalam meraih kenaikan quick ratio. Current ratio PT Telkomsel berhasil mencapai kenaikan sebesar 4,32% di tahun 2011. Sementara PT Indosat hanya mencapai kenaikan sebesar 3,50%. Disisi quick ratio, PT Indosat mampu mencatat kenaikan sebesar 0,1% pada saat PT Telkomsel mengalami penurunan sebesar 0,38%. Walaupun demikian, PT Telkomsel masih memiliki tingkat rasio yang lebih baik untuk current ratio maupun quick ratio. Posisi current ratio PT Telkomsel tahun 2011 dan 2010 adalah sebesar 95,80% dan 91,48%. Sementara, PT Indosat melaporkan dengan rasio masing-masing sebesar 55,05% dan 51,55%. Kemudian, posisi quick ratio PT Telkomsel tahun 2011 dan 2010 masingmasing sebesar 67,20% dan 65,57%. Sedangkan PT Indosat melaporkan dengan rasio 30,87% dan 30,78%. Keadaan yang
ISSN 1412 - 0240
lebih baik ditunjukkan oleh PT Telkomsel karena kedua tingkat rasio ini disarankan lebih dari 100%. Secara keseluruhan, rasio solvabilitas PT Telkomsel mengalami perbaikan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat tercapai karena perusahaan mampu meraih laba selama dua tahun berturut-turut. Perusahaan berhasil memeroleh laba pada tahun 2011 dan 2010 masing-masing sebesar Rp. 15.481 miliar dan Rp. 15.904 miliar. Dengan laba tersebut, perusahaan mampu menurunkan kewajiban dan meningkatkan aset serta ekuitasnya. Perusahaan berhasil menurunkan jumlah kewajiban perusahaan dari sebesar Rp. 44.086 miliar pada tahun 2010, menjadi Rp. 42.073 miliar pada tahun 2011. Jumlah aset perusahaan meningkat dari sebesar Rp. 100.501 miliar pada tahun 2010, menjadi Rp. 103.054 miliar pada tahun 2011. Ekuitas perusahaan meningkat dari sebesar Rp. 56.415 miliar pada tahun 2010, naik menjadi Rp 60.981 miliar pada tahun 2011. Dari sisi likuditas, kinerja PT Telkomsel juga menunjukkan perbaikan walaupun belum mencapai tingkat rasio yang diisyaratkan bagi current ratio dan quick ratio yaitu lebih dari 100%. Sama halnya dengan PT Telkomsel, PT Indosat juga mengalami perbaikan tingkat solvabilitas dan likuditas di tahun 2011. Perusahaan berhasil memeroleh laba pada tahun 2011 dan 2010 masing-masing sebesar Rp. 933 miliar dan Rp. 719 miliar. Hanya saja, peningkatan laba ini tidak seluruhnya berasal dari aktivitas normal, namun diantaranya diperoleh dari laba pertukaran aset tetap sebesar Rp. 6,63 miliar. Dengan laba tersebut, perusahaan mampu menurunkan kewajiban dan meningkatkan ekuitasnya. Perusahaan berhasil menurunkan jumlah kewajiban perusahaan dari sebesar Rp. 34.582 miliar pada tahun 2010, menjadi Rp. 33.356 miliar pada tahun 2011. Ekuitas perusahaan meningkat dari sebesar Rp. 18.236 miliar pada tahun 2010, naik menjadi Rp 18.816 miliar pada tahun 2011. Walaupun
AKUNTABILITAS
mengalami perbaikan tingkat solvabilitas, liabilities to shareholder’s equity ratio belum mencapai tingkat yang diisyaratkan yaitu kurang dari 100%. Dari sisi likuditas, kinerja PT Indosat juga menunjukkan perbaikan namun belum mencapai tingkat rasio yang diisyaratkan yaitu lebih dari 100% untuk current ratio maupun quick ratio. Analisis Kinerja Arus Kas Berdasarkan rasio arus kas, tingkat solvabilitas maupun likuditas PT Telkomsel dan PT Indosat mengalami peningkatan. Dalam hal solvabilitas, PT Telkomsel dan PT Indosat mencatat kenaikan cash long-term debt coverage ratio dan cash interest coverage ratio di tahun 2011. PT Telkomsel dan PT Indosat mencatat kenaikan cash long-term debt coverage ratio masing-masing sebesar 10,92% dan 2,35%. Sementara, cash interest coverage ratio kedua perusahaan mencatat kenaikan masing-masing sebesar 417,77% dan 128,46%. Selain mencapai kenaikan kinerja yang lebih baik, posisi cash long-term debt coverage ratio dan cash interest coverage ratio PT Telkomsel lebih baik daripada PT Indosat. PT Telkomsel melaporan ukuran cash interest coverage ratio masing-masing sebesar 2.357% dan 1.939% pada tahun 2011 dan 2010. Sementara, cash interest coverage ratio yang dilaporkan PT Indosat pada saat yang sama adalah sebesar 553,12% dan 424,66%. Ukuran cash long-term debt coverage ratio PT Telkomsel pada tahun 2011 dan 2010 masing–masing sebesar 70,92% dan 60,01%. Rasio yang sama pada PT Indosat hanya mencatat 21,55% dan 19,20%. Para analis menyarankan agar ukuran cash longterm debt coverage ratio lebih dari 100%. Dalam hal likuiditas, PT Telkomsel melaporkan kenaikan current cash debt coverage sebesar 26,02% di tahun 2011. Sementara, PT Indosat melaporkan kenaikan atas rasio yang sama sebesar 6,51%. PT Telkomsel juga mencatat kenaikan yang lebih baik dalam cash flow
Akuntabil itas Vol 12 No.1 |September 2012 155
AKUNTABILITAS
liquidity ratio. Namun, PT Indosat mencatat kinerja yang lebih baik dengan menunjukkan kenaikan dalam cash dividen coverage dan cash flow liquidity ratio. PT Indosat melaporkan kenaikan cash dividen coverage dan cash flow liquidity ratio pada tahun 2011 masing-masing sebesar 1.183,23% dan 0,05 kali. Sementara, PT Telkomsel hanya melaporkan kenaikan cash dividen coverage dan cash flow liquidity ratio pada tahun 2011 masing-masing sebesar 28,68% dan 0,01 kali. Hasil analisis rasio arus kas secara keseluruhan menunjukkan bahwa tingkat solvabilitas PT Telkomsel semakin baik dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan perusahaan mampu meningkatkan kinerja arus kas dari aktivitas operasi pada setiap tahun. Data menunjukkan, penerimaan kas berjumlah Rp. 69.661 miliar pada tahun 2010. Kemudian meningkat menjadi Rp. 71.654 miliar pada tahun 2011. Sementara, pengeluaran kas untuk aktivitas operasi hanya sebesar Rp. 41.902 miliar pada tahun 2010 dan sebesar Rp. 41.101 miliar pada tahun 2011. Sehingga terdapat penerimaan arus kas bersih sebesar Rp. 27.759 miliar pada tahun 2010 dan sebesar Rp. 30.553 miliar pada tahun 2011. Kelebihan kas dari aktivitas operasi ini tidak hanya digunakan untuk menyelesaikan pinjaman jangka panjang, tetapi juga digunakan oleh perusahaan untuk melakukan investasi dalam aset tetap. Dalam hal likuiditas, kinerja PT Telkomsel juga semakin baik dan semua rasio likuditas memenuhi syarat kelayakan. Sama halnya dengan PT Telkomsel, tingkat solvabilitas PT Indosat juga mengalami perbaikan dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan perusahaan mampu meningkatkan kinerja arus kas dari aktivitas operasi pada setiap tahun. Data menunjukkan, penerimaan kas berjumlah Rp. 19.865 miliar pada tahun 2010. Kemudian meningkat lagi menjadi Rp. 20.919 miliar pada tahun 2011. Sementara, pengeluaran kas untuk aktivitas
156
Akuntabil itas Vol 12 No.1 | September 2012
ISSN 1412 - 0240
operasi hanya sebesar sebesar Rp. 13.017 miliar pada tahun 2010 dan sebesar Rp. 13.599 miliar pada tahun 2011. Sehingga terdapat penerimaan arus kas bersih sebesar sebesar Rp. 6.849 miliar pada tahun 2010 dan sebesar Rp. 7.320 miliar pada tahun 2011. Kelebihan kas dari aktivitas operasi ini tidak hanya digunakan untuk menyelesaikan pinjaman jangka panjang, tetapi juga digunakan oleh perusahaan untuk melakukan investasi dalam aset tetap. Dalam hal likuiditas, kinerja PT Indosat juga semakin baik dan semua rasio likuditas memenuhi syarat kelayakan. SIMPULAN Penelitian ini hanya terbatas untuk menilai kinerja perusahaan dari segi likuiditas dan solvabilitas. Pembatasan ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kinerja solvabilitas dan likuiditas berbanding lurus dengan kinerja rentabilitas. Disamping itu, terdapat beberapa rumusan solvabilitas dan liabilitas dalam rasio kas, yang tidak dapat diaplikasikan berdasarkan penyajian laporan keuangan perusahaan yang diteliti. Hasil analisis rasio keuangan menunjukkan bahwa tingkat solvabilitas dan likuiditas kedua perusahaan semakin meningkat di tahun 2011. Bahkan, kinerja kedua perusahaan meningkat sangat tinggi bila ditinjau dari pendekatan rasio arus kas. Dengan demikian, tidak terbukti adanya kemungkinan bahwa kedua perusahaan melakukan rekayasa laba dalam menyajikan kinerja keuangannya. Bila diperbandingkan, tingkat solvabilitas dan likuditas PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) Indonesia Tbk lebih baik daripada tingkat solvabilitas dan likuditas PT Indosat Tbk di tahun 2011 maupun 2010. Perkembangan kinerja keuangan dan kinerja arus kas PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) Indonesia Tbk juga lebih baik daripada perkembangan kinerja keuangan dan kinerja arus kas PT Indosat di tahun 2011.
AKUNTABILITAS
ISSN 1412 - 0240
DAFTAR PUSTAKA Albrecht, W.S., Stice, E.K, and Stice, J.D. 2011. Financial Accounting. 11th ed. Ohio: South Western Cengage Learning. Askary, S. Yazdifar, H. Davood Askarany, D. 2008. Culture and Accounting Practices in Turkey International Journal of Accounting, Auditing and Performance Evaluation, Vol.5, No.1, p.66 - 88 Asteriou, D & Panagiotis E. Dimitropoulos, P.E. 2009. The Impact of Accruals and Cash Flows on The Returns-earnings Relation: Evidence From Greece. International Journal of Accounting, Auditing and Performance Evaluation, vol.5, no.4/2009, p. 384-407 Barry Elliot and Jamie Elliot. 2006. Financial Accounting, Reporting and Analysis. 2th ed. New Jersey : Prentice Hall. Beisland, L.A. 2011. The predictive ability and value relevance of accounting measures. International Journal of Economics and Accounting, vol. 2, no.3, p.215-241 Chugh, S & Fargher, N. 2008. Does Accounting Choice Influence US Investment in Non-US Companies? Evidence From US Institutional Investment in Australian Companies. Journal Accounting & Finance, vol. 48, no.1, p.99–121 Consler, J., Lepak, G.M. and Havranek, S.F. 2011. Earning per share versus cash flow per share as predictor of dividends per share. Managerial Finance, vol,37, no.5,p.482-488 Dahawy, K. & Samaha, K. 2010. An Investigation of The Views and Perceptions of External Users of Corporate Annual Reports in Emerging Economies: The Case of Egypt. International Journal of Accounting and Finance, vol.2, no.3/4, p.331 - 367 Das, S. 2012. The role of leverage and stock-based variables in the prediction of cash flows and earnings – some evidence from India. Afro-Asian Journal of Finance and Accounting, vol.3, no.1, p.1 - 14 DeFranco, A.L. & Schmidgall, R.S. 1998. Cash Flow Practices and Procedures in The Lodging Industry. Journal of Hospitality & Tourism Research, vol. 22, no. 1, p 72-83 Dopuch, N. et.all. 2011. The Impact of a Heterogeneous Accrual-Generating Process on Empirical Accrual Models. Journal of Accounting, Auditing & Finance, vol. 27, no.3, p. 386-41. Elayan, F.A, Jingyu Li, Mayer, T.O. 2008. Accounting Irregularities, Management Compensation Structure and Information Asymmetry. Journal Accounting & Finance, vol. 48, no.5, p. 741–760 Friedlob, G.T and Plewa Jr, F.J. 1995. Understanding Cash flow (3th ed.). New Jersey: John Wiley and Sons. Fraser, L.M. and Ormiston, A. 2010. Understanding financial statement. 9th ed. New Jersey: Prentice Hall. Fridson, M. and Alvarez. F. 2002. Financial Statement Analysis A Practitioner’s Guide. 3th ed. New Jersey: John Wiley and Sons. Garrison, R.H., Noreen, E.W. and Brewer, P.C. 2010. Managerial Accounting. 13th ed. New York: McGraw – Hill. Helfert, E.A. 2001. Financial Analysis Tools and Techniques A guide For Managers. New York: McGraw-Hill. Kathleen Herbohn, Vanitha Ragunathan. 2008. Auditor reporting and earnings management: some additional evidence. Journal Accounting & Finance, vol. 48, no.4, p. 575-601. Kramer, B.K, Johnson, C.W. 2009. Financial Staments Demystified A Self-Teaching Guide. New York: McGraw – Hill. Koumanakos, E. Georgopoulos, A. Siriopoulos, C.2008. Auditor awareness of earnings management. International Journal of Accounting, Auditing and Performance Evaluation, vol. Vol.5, No.1, p.50 – 65
Akuntabil itas Vol 12 No.1 |September 2012 157
AKUNTABILITAS
ISSN 1412 - 0240
Leonard, K.M. , Slaubaugh, M., Wang H.W. 2010. Cultural Effects on Accounting Practices and Investment Decisions. International Journal of Accounting and Finance, vol.2, no.2, p.156 - 170 Mill, J. R. & Yamamura, J. H. 1998. The Power of Cash Flow Ratios. Journal of Accountancy, vol. 186, no. 4, p. 53-62 McGowne, L.R. 1989. FASB 95: Cash Flow Statements in The Hospitality Industry. Bottomline, vol. 3, no. 6, p. 20-25 McKenzie. W. 2010. Using and Interpreting Company Accounts. 4th ed. New Jersey: Prentice Hall. Mow Chan, K. 2010. Harley Davidson Inc. – a case in international accrual accounting analysis on the risk, profitability and/or cash flow from estimation and management discretion. International Journal of Managerial and Financial Accounting, vol.2, no.4, p.401 - 430 Nikolai, L.A., Bazley, J.D., and Jones, J.P. 2010. Intermediate Accounting. 11th ed. Ohio : South-Western Cengage Learning Pae, J & Soo Yoon, S. 2011. Determinants of Analysts Cash Flow Forecast Accuracy. Journal of Accounting, Auditing & Finance, vol.27, no.1, p. 123-144. Revsine et al. 2009. Financial Reporting & Analysis. 4th ed. New York : McGraw – Hill Subramanyam, K.R and Wild, J.J. 2009. Financial Statement Analysis. 10th ed. New York: McGraw –Hill/Irwin. Siegel, J.G and Shim, J.K. 2006. Accounting Handbook. New York : Barron’s Educational Series. Van Horne, J.C and Wachowicz, Jr, J.M. 2008. Fundamental of Financial Management. 13th ed. New Jersey : Prentice Hall. Wahlen, J.M., Baginski, S.P., and Bradshaw, M.T. 2011. Financial Reporting, Financial Statement Analysis and Valuation. 7th ed. Ohio : South Western Cengage Learning. Zeller, T. L. & Stanco, B. B. 1994. Operating Cash Flow Ratios Measure a Retail Firm’s Ability to Pay. Journal of Applied Business Research, vol. 10, no. 4, p. 51-59
158
Akuntabil itas Vol 12 No.1 | September 2012