perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KINERJA DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA (PKMS)
Oleh: HENDRA WIJAYANTO D0107060
SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Ilmu Administrasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Beruntunglah orang yang jika dicoba akan bersabar dan jika memperoleh keberhasilan serta kegembiraan akan bersyukur. (DR, Aidh Al Qarni)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Dan apabila kamu telah selesai dari satu urusan, Kerjakan dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. (QS. Al-Insirah : 6-7)
( Penulis )
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Karya sederhana ini ku persembahkan untuk : 1) Ayah dan ibuku tercinta yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, bimbingan serta motivasinya 2) Adikku yang selalu mendukungku dan tak pernah bosan untuk menanyakan kapan kelulusanku. 3) Dosenku yang telah mendidik dan membimbingku dengan penuh kesabaran. 4) Sahabat-sahabat ku Tito, Achel, Chandra, Sofy, Agief, Sugiyanto, Aditya, Yoga, Ganang, Fx Wahyu, Andriyanto yang selalu menemaniku. 5) Teman-temanku AN 2007 6) Almamaterku
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia, nikmat, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan
KESEHATAN
KOTA
PROGRAM
skripsi
dengan
SURAKARTA
PEMELIHARAAN
judul:
KINERJA
DINAS
DALAM
PELAKSANAAN
KESEHATAN
MASYARAKAT
dengan baik. Skripsi ini penulis susun dan ajukan guna memenuhi salah satu syarat akademis untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa sejak awal selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas segala budi baik, bantuan, dan amalan beliau-beliau : 1. Ibu Asal Wahyuni Erlin Mulyadi, S.Sos, MPA. selaku pembimbing, atas bimbingannya, arahan, dan motivasi serta kesabarannya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Drs. Wahyu Nurharjadmo, M.Si selaku pembimbing akademis, atas bimbingan akademis yang telah diberikan selama ini. 3. Drs. Is Hadri Utomo, M.Si. dan Dra. Sudaryanti, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Ibu Ida Angklaita, selaku Kepala UPTD PKMS yang telah memberikan kemudahan di dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak Supriyanto, selaku Kasubag TU PKMS yang telah memberikan kemudahan di dalam penyusunan skripsi ini. 7. Ibu Arthaty selaku Kasi Manajemen Informasi Kesehatan yang telah memberikan kemudahan di dalam penyusunan skripsi ini.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Bapak dan Ibu semua pegawai di Dinas Kesehatan Kota Surakarta yang telah memberikan kemudahan di dalam penyusunan skripsi ini. 9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan skripsi ini. Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan terbuka untuk perbaikan skripsi ini kedepannya. Semoga skripsi ini berguna untuk pengembangan dan penelitian selanjutnya serta bermanfaat bagi para pembaca.
Surakarta,
Oktober 2011
Penulis
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL.............................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................
iii
MOTTO ...........................................................................................................
iv
PERSEMBAHAN............................................................................................ v KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ........................................................................................... x DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xi ABSTRAK ...................................................................................................... xii ABSTRACT .................................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 8 D. Manfaat Penelitian................................................................................ 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja Organisasi Publik .................................................................... 9 1. Pengertian Kinerja Organisasi....................................................... 9 2. Pengukuran Kinerja Organisasi..................................................... 10 3. Indikator-Indikator Kinerja........................................................... 13 B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Organisasi...................... 31 C. Program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS)..... 33 D. Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta............................................. 37 E. Penelitian-Penelitian Terdahulu........................................................... 38 F. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 45
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .................................................................................... 48 B. Lokasi Penelitian.................................................................................. 48 C. Jenis Data ............................................................................................ 48 D. Teknik Penentuan Informan................................................................. 49 E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 50 F. Validitas Data ...................................................................................... 52 G. Teknik Analisis Data ........................................................................... 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Lokasi.................................................................................... 55 1. Dasar Pelaksanaan dan Lokasi Instansi ...................................... 55 2. Visi ,Misi dan Struktur Organisasi.............................................. 56 3. Tujuan dan Program Pembangunan Kesehatan........................... 59 4. Unit Pelaksana Teknis (UPT)...................................................... 61 B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam Pelaksanan Program PKMS .........................................................................
64
a. Indikator Responsivitas........................................................
64
b. Indikator Responsibilitas....................................................... 75 c. Indikator Akuntabilitas ......................................................... 84 d. Indikator Efektivitas ............................................................. 89 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam Pelaksanaan Program PKMS................... 94 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .........................................................................................
104
B.
107
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel I.1
Data Angka Kematian Ibu, Bayi dan Anak Balita di Kota Surakarta tahun 2004-
.......... 3
Tabel I.2
4
Tabel I.3
Data Jumlah Pendanaan PKMS..................................................... 6
Tabel II.1 Tabel Matriks Indikator Kinerja Organisasi.................................. 24 Tabel III.1 Tabel Matriks Penelitian-Penelitian Terdahulu............................. 42 Tabel IV.1
92
Tabel IV.2 Tabel Matriks Hasil Penelitian Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam Pelaksanaan Program PKMS..................... 102
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar II.1
Model Kerangka Pemikiran...................................................... 47
Gambar III.1 Model Analisis Interaktif.......................................................... 54 Gambar IV.1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Surakarta................................................................................... 63
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Hendra Wijayanto. D0107060. Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam Pelaksanaan Program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS). Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011. 113 Halaman. Beragam persoalan dalam pemenuhan kebutuhan layanan kesehatan masih menjadi agenda pemerintah yang terus menerus diupayakan. Pemerintah Kota Surakarta menyikapi kondisi ini melalui program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta (DKKS) yang merupakan institusi pelayanan publik yang bertanggungjawab dalam bidang kesehatan di kota Surakarta. Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan empat indikator yaitu responsivitas, responsibilitas, akuntabilitas dan efektivitas. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik penentuan informan dilakukan secara purposive yaitu dengan memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, studi dokumentasi dan observasi. Uji validitas data dilakukan dengan menggunakan teknik trianggulasi sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif yang meliputi reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengukuran pada masing-masing indikator kinerja DKKS dalam pelaksanaan program PKMS adalah sebagai berikut: 1) Pada indikator responsivitas, DKKS telah responsif dalam pelaksanaan program PKMS. Hal ini dibuktikan dengan kegiatan identifikasi masalah yang dilakukan sebagai perwujudan untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda atau rumusan kebijakan, mengembangkan program atau kegiatan serta keterbukaan dalam menanggapi keluhan masyarakat, 2) Pada indikator responsibilitas, DKKS sudah melaksanakan pelayanan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku, 3) Pada indikator akuntabilitas, DKKS telah mempertanggungjawabkan secara transparan kepada pemberi mandat (walikota). Namun demikian DKKS belum melakukan pertanggungjawaban kepada publik (masyarakat), dan 4) Indikator efektivitas, ditunjukkan dengan terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau serta dalam hal pencapaian sasaran sampai dengan September 2011 baru tercapai + 69 %. Dengan demikian, berdasar pada pengukuran masing-masing indikator tersebut dapat diketahui bahwa kinerja DKKS dalam pelaksanaan program PKMS sudah cukup baik. Faktor pendorong kinerja yaitu kerjasama antara DKK yaitu Puskesmas dan Rumah Sakit. Faktor penghambat kinerja meliputi masalah dana, kurangnya partisipasi masyarakat, minimnya fasilitas dan sarana di RSUD serta masyarakat belum paham mengenai pelayanan PKMS yang sifatnya berjenjang. Kata Kunci : Kinerja Organisasi, PKMS
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Hendra Wijayanto. D0107060. The Performance of Health Department of Surakarta Surakarta in the Implementation of Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS) Program. Department of Administration Sciences. Faculty of Social and Political Sciences. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2011. 113 pages. Various problems regarding the community needs on health care still become the priority agenda of the government. The government of Surakarta City act to this public issue by implementing a health progran namely Pemeliharaan kesehatan masyarakat Surakarta (PKMS). This study was conducted to know more on the performance of Health Department of Surakarta (DKKS) as a goverment institution responsible for health sector in the city of Surakarta. Such performance was measured using the four indicators: responsiveness, responsibility, accountability and effectiveness. This research is a qualitative descriptive study. To determine the targetted informants a purpossive technique - selecting those who is considered capable as data resources- was used. The data was collected through interviews, observation and study of the related documentation. To validity the data the triangulation of sources was performed. Data analysis technique used is the interactive analysis, include the data reduction, data display, and conclusions. The results of this study shows that the measurements of each indicators measured are as follow: 1) For the indicator of responsiveness, DKKS has been responsive in implementing PKMS. This can be proved by the identification of activities undertaken as a manifestation of the problem to identify the community needs, setting the agenda or the formulation of policies, develop programs or activities, and the DKKS openness in responding to public complaints, 2) For the indicator of responsibility, DKKS has implemented the PKMS in accordance with the determined laws and regulations, 3) For the indicator of accountability, DKKS has transparently and routinely submitted a report to the responsible person (the mayor). However, in the case of reporting to public (community) DKKS has not done it yet, and 4) The indicators of effectiveness is indicated by the fulfillment of community needs for cheap and affordable medical care. In terms of achieving new targets, DKKS reached + 69% until September 2011. Therefore, based on the results of the four indicators of the performance measured, it can be understood that the performance of DKKS in implementing PKMS is more likely good enough. Some of push factors of the performance include the good collaboration achieved by DKKS with other health institution suc as hospitals and health centers. In other side, the factors need to be considered for an improvement include the lack of funds, community participation, infrastructure and facilities and the community knowledge on. Key words : Organizational Performance, PKMS
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah bagian dari kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi. Oleh karena itu, bagi penggiat hak asasi manusia, kesehatan adalah bagian dari hak asasi yang pemenuhannya mutlak dipenuhi oleh pemerintah sebagai pihak penyelenggara pelayanan publik. Kesehatan sebagai salah satu aspek dari hak asasi manusia tercantum dalam pasal 28 H ayat 1 bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, menetapkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan. Dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang
setinggi-tingginya,
dilaksanakan
berdasarkan
prinsip
nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan. Setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi seluruh penduduknya, termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan. Hal ini berdasar pada UU Nomor. 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Pada Bab II pasal 2 dan 3
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan, terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik yang bersifat promotif (promosi kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (penyembuhan penyakit), rehabilitatif (pemulihan kesehatan) dan tradisional (pengobatan
dan
perawatan)
yang
dilaksanakan
secara
terpadu
dan
berkesinambungan (UU RI No. 36 Tahun 2009 Bab VI Pasal 47). Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan penyelenggaraan pembangunan kesehatan terdapat beberapa tantangan yang dihadapi antara lain rendahnya kualitas kesehatan penduduk yang terlihat dari masih tingginya angka kematian bayi (AKB), angka kematian anak balita (AKABA) dan angka kematian ibu melahirkan (AKI). Rendahnya kualitas kesehatan penduduk berdasar tingginya angka AKB, AKABA dan AKI terjadi pula di Kota Surakarta. Kondisi tersebut seperti hasil pendataan BPS tahun 2008 yang disajikan daam tabel I.1 dibawah ini. :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
Tabel I. 1 Angka Kematian Ibu, Bayi dan Anak Balita di Kota Surakarta Tahun 2004-2009 Indikator Angka Kematian Bayi (per 1000 kelahiran hidup) Angka Kematian Balita (per 1000 kelahiran hidup) Angka Kematian Ibu (per 100.000 kelahiran hidup)
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Angka Jateng
Angka Nas
3,58
10,20
6,65
5,0
3,6
5,67
10,48
28
0,69
0,81
1,35
0,97
0,69
0,77
12,79
46
41,22 49,61 48,52
49,1
153,8
116
119
63
(Sumber : Hasil Pendataan BPS tahun 2008) Berdasar data BPS tersebut jumlah angka kematian bayi dan balita di Surakarta pada tahun terakhir mengalami penurunan dibandingkan dengan angka kematian ibu Menurut data diatas jumlah angka kematian bayi dan balita di Surakarta pada tahun terakhir mengalami penurunan dibandingkan dengan angka kematian bayi dan balita pada tingkat Nasional maupun Jawa Tengah. Namun demikian jumlah angka kematiaan ibu di kota Surakarta masih berada diatas angka kematian ibu pada tingkat Nasional maupun Jawa Tengah. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menjamin akses penduduk terhadap pelayanan kesehatan. Pemerintah mengeluarkan berbagai program di bidang pelayanan kesehatan bagi masyarakat, diantaranya Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK), Program Dampak Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) dan Program ASKESKIN (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin). Pegawai negeri sipil akses pelayanan kesehatan sudah dijamin dengan Asuransi Kesehatan PNS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Dalam menyikapi masih rendahnya kualitas kesehatan penduduk di kota Surakarta, Pemerintah Daerah pada awal Januari 2008 meluncurkan program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS). Program PKMS yang diluncurkan oleh pemerintah kota Surakarta dalam rangka untuk menampung kelompok masyarakat yang belum termasuk dalam jaminan kesehatan. Program PKMS ini diharapkan mampu membantu masyarakat miskin dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau. Program PKMS ini diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2007 yang isinya tentang retribusi pelayanan kesehatan. Perda tersebut menegaskan bahwa Pemerintah Kota memiliki tanggung jawab dalam pemenuhan hak warga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Masyarakat tidak perlu memikirkan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Program PKMS yang diluncurkan oleh Pemerintah Kota Surakarta disambut baik oleh seluruh masyarakat. Masyarakat sangat antusias dalam merespon program PKMS ini. Hal ini dibuktikan dengan semakin bertambahnya jumlah masyarakat yang mengajukan permohonan PKMS sejak tahun 2008 sampai dengan 2011 (pertengahan bulan). Peningkatan jumlah peserta PKMS selama empat tahun tersebut disajikan dalam tabel I.2 berikut ini : Tabel I. 2 Jumlah Peserta PKMS di Kota Surakarta Jenis Kartu 2008 2009 PKMS 1 Silver 139.252 168.523 2 Gold 4.204 6.580 Total 143.456 175.103 (Sumber data : Dinas Kesehatan Kota Surakarta) No
commit to user
2010 195.391 13.037 208.428
2011 (Juni) 206.118 12.910 219.028
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
Dari tabel diatas diketahui bahwa terjadi kenaikan jumlah peserta PKMS tiap tahunnya. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah peserta PKMS sebesar 18,07 %, di tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah peserta sebesar 16,00 % dan pada tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah peserta PKMS sebesar 4.84 % Prosentase kenaikan jumlah peserta PKMS tertinggi terjadi pada tahun 2009. Tingginya permintaan PKMS tersebut mengandung konsekuensi antar lain bahwa pemerintah harus bekerja ekstra dalam mengimplementasikan program ini. Seiring dengan bertambahnya jumlah peserta atau warga yang mengajukan permohonan PKMS maka jumlah dana atau anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk pembiayaan PKMS juga meningkat. Jumlah anggaran yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota mencapai milyaran rupiah. Anggaran tersebut digunakan untuk membayar seluruh pelayanan kesehatan masyarakat yang tercakup dalam program PKMS baik gold maupun silver. Besar anggaran atau pembiayaan dalam pelaksanaan program PKMS dapat dilihat pada tabel I.3 berikut ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
Tabel I. 3 Pendanaan PKMS Di Kota Surakarta No
Jumlah 2008 (Rp.) 2009 (Rp.) Dana 1 Jumlah dana 14.488.736.346 12.000.000.000 total 2 Realisasi 10.215.312.800 11.965.997.793 dana 3 Sisa 4.273.423.546 34.002.207 anggaran 4 Jumlah dana 12.118161.346 11.814.340.00 untuk klaim 5 Jumlah 8.782.609.600 18.124.781.031 Klaim Masuk (Sumber data : Dinas Kesehatan Kota Surakarta)
2010 (Rp.)
2011 (Rp.)
20.024.550.000 16.062.390.000 20.014.436.150
-
10.113.850
-
19.858.430.000 15.797.040.000 25.189.489.933 10.794.393.765
Dapat diketahui bahwa program PKMS merupakan salah satu program unggulan Pemerintah Kota Surakarta dalam upaya mewujudkan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Program PKMS ini mendapat sambutan yang positif dari masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan kenaikan jumlah peserta PKMS dari tahun ke tahun. Tentu saja kondisi ini membawa konsekuensi yang lebih kompleks bagi pemerintah, terutama bagi Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Dinas Kesehatan Kota Surakarta
sebagai
institusi
penyelenggara
pelayanan di bidang kesehatan memiliki tanggungjawab dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat di kota Surakarta. Dalam permasalahan pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ini peran dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS sangat penting mengingat tugas pokok dan fungsinya sebagai badan penyelenggara urusan pemerintah khususnya dalam bidang pemenuhan kebutuhan kesehatan bagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
masyarakat. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya maka Dinas Kesehatan Kota Surakarta adalah penggerak pembangunan kesehatan guna terwujunya budaya hidup bersih dan sehat serta mutu pelayanan menuju Solo Sehat 2010. Sebagai pihak yang berwenang dan bertanggungjawab dalam pelaksanaan program PKMS ini, Dinas Kesehatan Kota Surakarta dituntut agar mampu meningkatkan kinerjannya terutama dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Oleh karena itu Pemerintah Kota Surakarta memberikan wewenang dan tanggungjawab kepada Dinas Kesehatan Kota Surakarta untuk melaksanakan program PKMS tersebut. Dalam menjalankan kinerjanya Dinas Kesehatan Kota Surakarta juga menjumpai beberapa faktor yang mempengaruhi kinerjanya dalam pelaksanaan program PKMS. Faktor-faktor tersebut sangat menentukan dalam pencapaian target Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam penyelenggaraan program PKMS. Dengan memaksimalkan kinerja pemerintah dalam pelaksanaan program PKMS diharapkan memberikan kemudahan bagi masyarakat kebutuhan
kesehatan, sehingga mampu
meningkatkan
dalam pemenuhan derajat
kesehatan
masyarakat Kota Surakarta secara merata dan menyeluruh. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta serta faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjanya dalam pelaksanaan program PKMS. B. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan pada latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
1. Bagaimana kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS) ? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Operasional Untuk mengetahui pelaksanaan kinerja institusi penyelenggara serta faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan program PKMS. 2. Individual Untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar sarjana S1 pada jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UNS. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak. Manfaat yang diharapkan antara lain : 1. Sebagai bahan sumbangan pemikiran bagi Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam mempertimbangkan dan menyusun agenda peningkatan kinerja terkait pelaksanaan program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta. 2. Sebagai bahan acuan yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian lanjutan Agar penelitian ini bermanfaat bagi Dinas Kesehatan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan kinerja terkait pelaksanaan program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja Organisasi Publik 1. Pengertian Kinerja Organisasi Publik Terdapat beberapa pendapat tentang pendefinisian kinerja organisasi. Definisi mengenai kinerja organisasi dikemukakan oleh Bastian (dalam Hessel Nogi, 2005:175) sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi tersebut. Menurut Yuwono, dkk (dalam Hessel Nogi, 2005:178) mengatakan bahwa konsep kinerja organisasi berhubungan dengan berbagai aktivitas dalam rantai nilai (value chain) yang ada pada organisasi. Menurut Lembaga Administrasi Negara (dalam Joko Widodo, 2008:78) kinerja organisasi merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi, organisasi. Dengan kata lain, kinerja organisasi merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Menurut Edson Pinheiro de Lima (2008:113) bahwa “Performance Management system may be defined as a system that uses the information to produce a positive change to organizational culture, systems and processes”. Yeremias T. Keban (2004:193) mengemukakan bahwa kinerja organisasi menggambarkan sampai sejauh mana organisasi tersebut mencapai hasil ketika dibandingkan dengan kinerjanya terdahulu (previous performance),
commit9 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
dibandingkan dengan organisasi lain (benchmarking) dan sampai seberapa jauh pencapaian tujuan dan target yang telah ditetapkan. Sementara itu, Sedarmayanti (2003:147) mengartikan kinerja organisasi adalah suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Disini terlihat bahwa kinerja organisasi merupakan sesuatu yang penting dalam pencapaian tujuan sebuah organisasi. Dari berbagai definisi mengenai kinerja organisasi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja organisasi pelayan publik adalah tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau aktivitas atau progam yang telah direncanakan. Pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan
dalam
rangka
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi yang dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian kinerja suatu organisasi publik turut menentukan kualitas pelayanan publik yang dilakukan organisasi tersebut. Kinerja organisasi publik dapat dikatakan berhasil jika mampu mewujudkan apa yang menjadi tugas dan fungsi utama dari organisasi bersangkutan. Untuk itu seluruh komponen organisasi dalam melaksanakan suatu kegiatan harus selalu berorientasi pada apa yang menjadi tugasnya. 2. Pengukuran Kinerja Organisasi Publik Menurut Agus Dwiyanto (2005:74) penilaian kinerja organisasi adalah suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai ukuran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Menurut Lohman (dalam Mohamad Mahsun, 2006:25-26) mengemukakan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivikasi dari tujuan strategis organisasi. Pada organisasi pelayan publik, informasi mengenai kinerja tentu sangat berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh organisasi itu memenuhi harapan dan memuaskan pengguna jasa. Dengan melakukan penilaian terhadap kinerja organisasi maka upaya untuk memperbaiki kinerja dapat dilakukan secara lebih terarah dan sistematis. Namun, penilaian kinerja birokrasi publik masih jarang dilakukan. Berbeda dengan organisasi bisnis yang kinerja mudah dilihat dari profitabilitas, sedangkan pada birokrasi publik tidak memiliki tolak ukur yang jelas dan tidak mudah diperoleh informasinya oleh publik. Terbatasnya informasi mengenai kinerja birokrasi pelayanan publik terjadi karena kinerja belum dianggap sebagai sesuatu hal yang penting bagi pemerintah. Faktor lain yang menyebabkan terbatasnya informasi mengenai kinerja organisasi publik adalah kompleksitas indikator kinerjanya. Berbeda dengan organisasi swasta yang indikatornya relatif sederhana dan tersedia di pasar, indikator birokrasi sangat kompleks. Penilaian birokrasi publik tidak cukup hanya dilakukan dengan menggunakan indikator yang melekat pada birokrasi seperti efisiensi dan efektivitas, tetapi harus dilihat juga dari indikator-indikator yang melekat pada pengguna jasa seperti, kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas dan responsivitas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
Mardiasmo dalam Hessel Nogi (2005: 172) mengemukakan bahwa tolok ukur kinerja organisasi publik berkaitan dengan ukuran keberhasilan yang dapat dicapai oleh organisasi tersebut. James B. Whittaker (dalam Hessel Nogi, 2005:171) mengemukakan bahwa pengukuran atau penilaian kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Penilaian kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran (goals and objectives). Penilaian kinerja dalam hubungannya dengan pelayanan publik juga disampaikan oleh Dorothe Greiling (2009: 154) bahwa : “Promoters of performance measurement are convinced that performance measurement can greatly contribute to an efficiency boost in the field of public services. Performance measurement will function as an efficiency driver for public services. Also, the empirical basis which investigates the relationship between performance measurement and efficiency is, up to now, very slim”. Menurut Lohman (dalam Mohamad Mahsun, 2006:25-26) pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivikasi dari tujuan strategis organisasi. Whittaker menjelaskan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Sementara itu Joko Widodo (2008:94) mengemukakan bahwa pengukuran kinerja menjadi suatu keharusan bagi setiap instansi pemerintah karena : 1) Jika kinerja tidak diukur, maka tidak mudah membedakan antara keberhasilan dan kegagalan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
2) Jika suatu keberhasilan tidak diidentifikasi, maka kita tidak dapat menghargainya 3) Jika keberhasilan tidak dihargai, kemungkinan besar malahan menghargai kegagalan 4) Jika tidak mengenali keberhasilan, berarti juga tidak akan bisa belajar dari kegagalan. Dengan demikian, dengan melakukan pengukuran kinerja dapat mengukur konsistensi suatu organisasi. Melalui pengukuran kinerja akan dapat dinilai antara lain tentang identifikasi keberhasilan atau kegagalan dan pembelajaran dari keberhasilan atau kegagalan tersebut. 3. Indikator-Indikator Kinerja Untuk bisa melakukan pengukuran kinerja organisasi dibutuhkan indikator-indikator kinerja. Indikator-indikator kinerja tersebut dapat dijadikan sebagai patokan (standar) menilai keberhasilan atau kegagalan organisasi dalam pencapaian tujuan. Ada berbagai macam patokan (standar) penilaian kinerja yang dapat digunakan untuk menilai kinerja organisasi publik. Menurut Mohammad Mahsun (2006:77-78), indikato-indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja instansi pemerintah meliputi : 1. Indikator masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini mengukur jumlah sumber daya seperti anggaran (dana), sumber daya manusia, peralatan, material, dan masukan lain, yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan. Dengan meninjau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
distribusi sumber daya manusia, suatu lembaga dapat menganalisis apakah alokasi sumber daya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana strategis yang ditetapkan. Tolok ukur ini dapat pula digunakan untuk perbandingan dengan lembaga-lembaga relevan. 2. Indikator proses (process), dalam indikator proses, organisasi merumuskan ukuran kegiatan, baik dari segi kecepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut. Rambu yang paling dominan dalam proses adalah tingkat efisiensi dan ekonomis pelaksanaan kegiatan tersebut. Efisiensi berarti besarnya hasil yang diperoleh dengan pemanfaatan sejumlah masukan. Sedangkan yang dimaksud
dengan
ekonomis
adalah
bahwa
suatu
kegiatan
dilaksanakan lebih murah dibandingkan dengan standar biaya atau waktu yang telah ditentukan untuk itu. 3. Indikator keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik atau non fisik. Indikator atau tolok ukur keluaran digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan dari suatu kegiatan. Dengan membandingkan keluaran,
instansi
dapat
menganalisis
apakah
kegiatan
telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana. Indikator keluaran dijadikan landasan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan apabila tolok ukur dikaitkan dengan sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur. Oleh karena itu, indikator keluaran harus sesuai dengan lingkup dan sifat kegiatan instansi. Misalnya untuk kegiatan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
bersifat penelitian, indikator kinerja berkaitan dengan keluaran paten dan publikasi ilmiah. 4. Indikator hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran pada jangka menengah (efek langsung). Pengukuran indikator hasil seringkali rancu dengan indikator keluaran. Indikator outcomes lebih utama dari sekedar output. Walaupun produk telah berhasil dicapai dengan baik, belum tentu outcome kegiatan tersebut telah tercapai. Outcome menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungkin mencakup kepentingan banyak pihak. Dengan indikator outcome, organisasi akan dapat mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat banyak. 5. Indikator manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. Indikator manfaat menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator hasil. Manfaat tersebut baru tampak setelah beberapa waktu kemudian, khususnya dalam jangka menengah dan panjang. Indikator manfaat menunjukkan hal yang diharapkan dapat diselesaikan dan berfungsi secara optimal (tepat lokasi dan waktu). 6. Indikator dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
Yeremias T. Keban (2004:200) menyatakan bahwa penilaian kinerja yang efektif adalah penilaian yang telah menggunakan prinsip-prinsip penilaian dan secara tepat menilai apa yang seharusnya dinilai. Salim dan Woodward (dalam Agus Dwiyanto, 2006:52-53), menyusun indikator penilaian kinerja berdasar adanya aspek berikut : 1) Ekonomi Aspek ekonomi diartikan sebagai strategi untuk menggunakan sumber daya yang seminimal mungkin dalam proses penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik. 2) Efisiensi Menunjukkan
suatu
kondisi
tercapainya
perbandingan
terbaik/proporsional antara input pelayanan dengan output pelayanan. 3) Efektivitas Efektivitas ialah untuk melihat tercapainya pemenuhan tujuan dan target pelayanan yang telah ditentukan. 4) Keadilan Prinsip keadilan dalam pemberian pelayanan publik dilihat sebagai ukuran untuk menilai seberapa jauh suatu bentuk pelayanan telah memperhatikan aspek-aspek keadilan dan membuat publik memiliki akses yang sama terhadap sistem pelayanan yang ditawarkan. Untuk menilai kinerja organisasi, Kumorotomo (dalam Agus Dwiyanto, 2006:52) menggunakan beberapa kriteria sebagai pedoman penilaian kinerja organisasi pelayanan publik, antara lain adalah :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
1) Efisiensi Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. Apabila diterapkan secara obyektif, kriteria seperti likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas merupakan kriteria efisiensi yang sangat relevan. 2) Efektivitas Efektivitas
mempertanyakan
apakah
tujuan
dari
didirikannya
organisasi pelayanan publik tersebut tercapai. Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi, serta fungsi agen pembangunan. 3) Keadilan Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat kaitannya dengan konsep ketercukupan dan kepantasan. Keduanya mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai-nilai
dalam
menyangkut
masyarakat
dapat
terpenuhi.
Isu-isu
yang
pemerataan pembangunan, layanan kepada kelompok
pinggiran, dan sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini. 4) Daya tanggap Berlainan dengan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan swasta, organisasi pelayan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh sebab itu,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
criteria
organisasi
tersebut
secara
keseluruhan
harus
dapat
dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria daya tanggap ini. Zeithaml, Parasuraman & Berry (dalam Ratminto dan Atik, 2007:175) menjelaskan tentang indikator yang digunakan untuk menilai kinerja organisasi, yang terdiri atas beberapa faktor berikut : 1. Tangibles atau ketampakan fisik, artinya petampakan fisik dari gedung, peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh providers. 2. Reliability
atau
reliabilitas
adalah
kemampuan
untuk
menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat. 3. Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong customers dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas. 4. Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para pekerja dan kemampuan dalam memberikan kepercayaan kepada customers. 5. Empathy adalah perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh providers kepada customers. Levinne dkk. (dalam Ratminto dan Atik, 2007:176) mengemukakan konsep untuk mengukur kinerja organisasi publik, yaitu : 1) Responsiveness atau responsivitas Mengukur daya tanggap providers terhadap harapan, keinginan, dan aspirasi serta keinginan customers.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
2) Responsibility atau responsibilitas Resposibilitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. 3) Accountability atau akuntabilitas Suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggara pelayanan dengan ukuran-ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh stakeholders, seperti nilai, norma yang berkembang dalam masyarakat. Agus Dwiyanto (2006:50) mengemukakan beberapa standar atau ukuran untuk menilai kinerja organisasi publik yaitu sebagai berikut : 1. Produktivitas Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dan output. 2. Kualitas pelayanan Isu mengenai kualitas pelayanan cenderung semakin menjadi penting dalam menjelaskan kinerja organisasi publik. Banyaknya pandangan yang terbentuk mengenai organisasi publik. Dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan masyarakat seringkali tersedia secara mudah dan murah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas pelayanan seringkali dapat diperoleh dari media massa atau diskusi publik. Akses terhadap informasi mengenai kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan relatif sangat tinggi, maka bisa menjadi satu ukuran kinerja organisasi publik yang mudah dan murah dipergunakan. 3. Responsivitas Responsivitas adalah kemampuan organisasi publik untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas layanan, mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas di sini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dan menjalankan
misi
dan
tujuannya, terutama untuk
memenuhi
kebutuhan masyarakat. 4. Responsibilitas Menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
5. Akuntabilitas Akuntabilitas yaitu menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat publik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat. Dengan sendirinya akan selalu mempresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep dasar akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat. Ratminto dan Atik (2007:179-182) mengemukakan bahwa untuk mengukur kinerja organisasi dipergunakan dua jenis ukuran, yaitu ukuran yang berorientasi pada proses dan ukuran yang berorientasi pada hasil. Ukuran yang berorientasi pada proses meliputi: 1. Responsivitas : kemampuan providers dalam mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan
program-program
pelayanan
sesuai
dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Yaitu mengukur daya tanggap providers terhadap harapan, keinginan, dan aspirasi serta tuntutan customers.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
2. Responsibilitas : ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggara pemerintahan dengan hukum atau peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan. 3. Akuntabilitas : ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggara pemerintahan dengan ukuran-ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki stakeholders, seperti nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat. 4. Keadaptasian : ukuran yang menunjukkan daya tanggap organisasi terhadap tuntutan perubahan yang terjadi di lingkungan. 5. Kelangsungan hidup : ukuran yang menunjukkan seberapa jauh pemerintah atau program pelayanan dapat menunjukkan kemampuan untuk terus berkembang dan bertahan hidup dalam berkompetisi dengan daerah atau program lain. 6. Keterbukaan atau transparansi : ukuran prosedur atau tatacara, penyelenggaraan pemerintahan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak. 7. Empati : perlakuan atau perhatian pemerintah atau penyelenggara jasa pelayanan atau providers terhadap isu-isu aktual yang sedang berkembang di masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
Ukuran yang berorientasi pada hasil adalah : 1. Efektivitas : ukuran yang menunjukkan tercapainya tujuan yg telah ditetapkan, baik dalam bentuk, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi. 2. Produktivitas : ukuran yg menunjukkan kemampuan pemerintah daerah untuk menghasilkan keluaran yang dibutuhkan oleh masyarakat. 3. Efisiensi : ukuran yang menunjukkan perbandingan terbaik antara keluaran dan masukan. Jadi efisiensi disini dimaksudkan sebagai perbandingan antara penyelenggaraan pelayanan tertentu dgn masukan (biaya dan waktu). 4. Kepuasan : ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana organisasi memenuhi kebutuhan para karyawan dan penggunanya. 5. Keadilan : ukuran yang menunjukkan jangkauan kegiatan dan pelayanan yg diberikan harus diusahakan seluas mungkin dgn distribusi yg merata dan diberlakukan secara adil. Joko Widodo (2008:98) menyebutkan bahwa untuk mengukur kinerja suatu instansi (lembaga) tertentu, tidak dapat dilakukan tanpa mengukur kegiatan, program, dan kebijakan terlebih dahulu. Hasil penilaian kinerja dapat digunakan untuk melihat tingkat kegagalan dan keberhasilan organisasi dalam melaksanakan kebijakan, program, dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya kinerja digunakan untuk melihat seberapa jauh tingkat pencapaian hasil yang telah dilakukan oleh birokrasi pelayanan. Sejalan dengan itu, dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
disimpulkan bahwa kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta merupakan suatu capaian atau hasil kerja yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Surakarta untuk mencapai tujuan, misi, dan visi sebagai institusi pelayan publik di bidang kesehatan. Dari beberapa indikator penilaian kinerja yang telah disebutkan, maka dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu indikator kinerja yang berorientasi pada
proses dan
indikator
kinerja
yang
berorientasi
pada
hasil.
Pengelompokan indikator-indikator dalam dua sudut pandang atau orientasi ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel II. 1 Tabel Matriks Indikator Kinerja Organisasi No
Pakar
Indikator Kinerja Orientasi Proses Orientasi Hasil a) Ekonomi b) Efisiensi c) Efektivitas d) Keadilan
1.
Salim & Woodward (2006: 52-53)
2.
Kumorotomo (2006: 52)
a) Daya tanggap atau Responsivenes
b) Efisiensi c) Efektivitas d) Keadilan
3.
Zeithaml, Parasuraman & Berry (2007: 175-176)
a) b) c) d)
e) Tangibles
4.
Levinne dkk. (2007: 175)
a) Responsivitas b) Responsibilitas c) Akuntabilitas
5.
Agus Dwiyanto (2006:50)
a) Responsivitas b) Responsibilitas c) Akuntablitas
Reliability Responsivenes Assurance Empathy
commit to user
d) Produktivitas e) Kualitas Pelayanan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
6.
Ratminto dan Atik (2007:179-182)
a) b) c) d) e) f) g)
Responsivitas Responsibilitas Akuntabilitas Keadaptasian Kelangsungan hidup Transparansi Empati
h) i) j) k) l)
Produktivitas Efektivitas Efisiensi Kepuasan Keadilan
Mengacu pada indikator pengukuran kinerja organisasi tersebut, penelitian ini menggunakan indikator yang berorientasi pada proses dan pada hasil. Namun demikian dengan pertimbangan keterbatasan peneliti (waktu, biaya dan kemampuan), tidak semua indikator pengukuran digunakan. Dengan mengacu pada kesesuaian dengan rumusan permasalahan penelitian, tujuan dan hasil penelitian sebelumnya, indikator yang digunakan dalam penelitian ini meliputi empat hal yaitu responsivitas, responsibilitas, akuntabilitas dan efektivitas. Tiga indikator yang pertama adalah indikator pengukuran kinerja yang berorientasi pada proses dan
satu
indikator yang terakhir adalah
indikator pengukuran kinerja yang berorientasi hasil. Berdasarkan beberapa indikator kinerja yang telah disampaikan di atas, maka indikator digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Resposivitas Responsivitas dipilih sebagai indikator untuk menilai kinerja, karena dengan indikator tersebut dapat diketahui daya tanggap organisasi terhadap aspirasi masyarakat yang berkaitan dengan keluhan yang disampaikan oleh masyarakat dan kebutuhan masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
2. Responsibilitas Responsibilitas dipilih sebaga indikator untuk menilai kinerja, karena dengan indikator tersebut dapat diketahui seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. 3. Akuntabilitas Akuntabilitas dipilih sebagai indikator untuk menilai kinerja karena dengan indikator tersebut dapat menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian dalam menyelenggarakan pelayanan dengan nilai-nilai yang telah ditetapkan sebelumnya. 4. Efektivitas Efektivitas dipilih sebagai salah satu indikator untuk menilai kinerja, karena dengan indikator efektivitas dapat diketahui bahwa apakah tujuan yang telah ditetapkan itu sudah tercapai atau belum. Paparan mengenai batasan dari masing-masing indikator pengukuran kinerja yang dipilih sebagai tolak ukur keberhasilan adalah sebagai berikut : 1. Responsivitas Responsivitas ini dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat serta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
menanggapi apa yang menjadi keluhan dan aspirasi publik (Agus Dwiyanto, 2006:50) Birokrasi publik yang baik adalah birokrasi yang responsif terhadap apa yang menjadi keluhan, masalah dan aspirasi publik. Untuk dapat mengenali apa yang menjadi tuntutan, keinginan, dan harapan masyarakat, maka sebuah organisasi dituntut untuk mengerti dan memahami kondisi masyarakat sehingga dapat menjadi pertimbangan untuk menghasilkan sebuah produk atau hasil, baik berupa barang maupun jasa yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Demikian halnya, keberhasilan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan Program PKMS juga ditentukan oleh kemampuan organisasi dalam mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda, mengembangkan program atau kegiatan dan keterbukaan dalam menaggapi keluhan masyarakat. Dalam hal ini, pengukuran yang digunakan untuk menilai tingkat responsivitas Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS meliputi : a. Kemampuan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam mengenali kebutuhan masyarakat b. Kemampuan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam menyusun agenda dan prioritas pelayanan c. Kemampuan
Dinas
Kesehatan
Kota
Surakarta
mengembangkan program atau kegiatan pelayanan
commit to user
dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
d. Kemampuan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam menanggapi keluhan masyarakat 2. Responsibilitas Resposibilitas merupakan
suatu
ukuran yang menunjukkan
seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Menurut Agus Dwiyanto (2006:50) responsibilitas menggambarkan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit. Demikian halnya Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam memberikan pelayanan kepada publik terkait dengan program PKMS, harus mengacu pada ketentuan atau kebijakan organisasi yang telah ditetapkan. Alasan pemilihan kriteria ini sebagai indikator dalam menilai kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS yaitu untuk mengetahui apakah Dinas Kesehatan Kota Surakarta telah responsibel dalam memberikan pelayanan terkait dengan program PKMS sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi atau ketentuan yang berlaku, Dalam hal ini, pengukuran yang digunakan untuk menilai tingkat responsibilitas Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS meliputi : a. Dasar hukum prosedur pelayanan b. Bagaimana tata pelaksanaan kepesertaan program PKMS
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
c. Bagaimana prosedur pelayanan dalam pengajuan PKMS d. Bagaimana alur pelayanan kesehatan dalam program PKMS e. Ada tidaknya hambatan 3. Akuntabilitas Menurut Joko Widodo (2008:75) akuntabilitas publik merupakan kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja atas tindakan seseorang atau badan hukum, pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau wewenang untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Dalam konteks ini
organisasi pemerintah, akuntabilitas publik
adalah pemberi informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Penekanan utama akuntabilitas publik adalah pemberian informasi kepada publik dan konstituen lainnya yang menjadi pemangku kepentingan. Akuntabilitas publik merupakan kewajiban pejabat publik untuk memberi penjelasan, keterangan, dan jawaban baik diminta atau tidak kepada publik tentang apa yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh para pejabat publik. Demikian halnya Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS perlu melakukan pelaporan atas tugas dan fungsinya tersebut sebagai wujud pertanggungjawaban atas kinerjanya dalam pelaksanaan program PKMS. Alasan pemilihan kriteria ini sebagai indikator dalam menilai kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS yaitu untuk mengetahui apakah Dinas Kesehatan Kota Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
telah mempertanggungjawabkan hasil kinerjanya kepada pihak yang memberi mandat dan Dalam hal ini pengukuran yang digunakan untuk menilai tingkat akuntablitas Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS meliputi : a. Ada tidaknya laporan pertanggungjawaban b. Ada tidaknya umpan balik c. Dilaporkan secara transparan atau tidak d. Ada tidaknya hambatan 4. Efektivitas Efektivitas merupakan ukuran yang menunjukkan tercapainya tujuan yg telah ditetapkan, baik dalam bentuk, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi. Suatu organisasi yang berhasil dapat diukur dengan melihat pada sejauh mana organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Efektifitas hanya diartikan sebatas tingkat sejauh mana suatu organisasi merealisasikan tujuannya, semua konsep hanya menunjukkan pada pencapaian tujuan organisasi dan tidak membahas bagaimana cara pencapaian tujuan tersebut. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk mengukur efektifitas dapat dilakukan dengan membandingkan antar target yang ditetapkan dengan hasil yang diperoleh. Organisasi dapat dikatakan efektif apabila target yang telah ditentukan dapat tercapai. Alasan memilih efektifitas sebagai indikator dalam mengukur kinerja dalam penelitian ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
adalah untuk mengetahui bagaimana efektifitas dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam Pelaksanaan program PKMS. Pengukuran yang digunakan untuk menilai tingkat efektivitas Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS meliputi : a. Tujuan yang ingin dicapai b. Hasil yang telah diperoleh atau dicapai c. Ada hambatan atau tidak B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Organisasi Organisasi publik dalam rangka penyelenggaraan pelayanan publik bagi masyarakat, seringkali dihadapkan pada faktor-faktor tertentu yang mana dapat mempengaruhi kinerja suatu organisasi atau instansi publik terutama dalam memberikan pelayanan kepada seluruh masyarakat. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi publik terutama dalam memberikan pelayanan publik. Menurut Soesilo (dalam Hessel Nogi, 2005:180-181) mengemukakan bahwa kinerja suatu organsiasi atau birokrasi publik di masa depan dipengaruhi oleh faktor-faktor, diantaranya : 1. Struktur organsiasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan fungsi yang menjalankan aktivitas organsasi 2. Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi 3. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas karyawan untuk bekerja dan berkarya secara optimal 4. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan database untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
5. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap aktivitas organisasi. Atmosoeprapto (dalam Hessel Nogi, 2005:181-182) mengemukakan bahwa kinerja suatu organisasi dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal : 1. Faktor eksternal terdiri dari: a) Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan kekuasaan negara yang berpengaruh pada keamanan dan ketertiban, yang akan mempengaruhi ketenangan organisasi untuk berkarya secara maksimal. b) Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya sebagai suatu sistem ekonomi yang lebih besar. c) Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang ditengah masyarakat, yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos kerja yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi. 2. Faktor internal terdiri dari : a) Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin diproduksi oleh suatu organisasi. b) Struktur organisasi, sebagai hasil desain antara fungsi yang akan dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
c) Sumber daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggota organisasi
sebagai
penggerak
jalannya
organisasi
secara
keseluruhan. d) Budaya organisasi, yaitu gaya dan identitas suatu organisasi dalam pola kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan. C. Program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS) PKMS adalah suatu Program Pemeliharaan Kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas Kesehatan Kota Surakarta yang berwujud bantuan pengobatan rawat jalan di Puskesmas dan RSD Surakarta maupun rawat inap di Puskesmas rawat inap, RSD Surakarta dan Rumah Sakit yang ditunjuk. Pemberian pemeliharaan pelayanan kesehatan ini meliputi kegiatan pelayanan kesehatan yang sifatnya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diberikan oleh Pemerintah bagi masyarakat kota Surakarta pemegang kartu PKMS. Program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS) ini mulai diluncurkan oleh Pemerintah Kota Surakarta pada awal tahun 2008 sebagai wujud kepedulian Pemerintah Kota Surakarta terhadap kesehatan masyarakat baik dari pelayanan yang didapat maupun dari segi pembiayaan. PKMS merupakan program yang diluncurkan oleh pemerintah kota Surakarta untuk mengakomodasi warga masyarakat Surakarta yang belum termasuk dalam program asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan. PKMS ini merupakan semacam asuransi kesehatan yang berhak diperoleh masyarakat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
Surakarta dalam hal pelayanan kesehatan. Jenis kartu kepesertaan PKMS ada dua yaitu gold card dan silver card. Peserta gold card adalah masyarakat miskin yang terdaftar di Keputusan Walikota tentang penetapan masyarakat miskin tetapi belum tertampung di Program ASKESKIN Pemerintah Pusat (di luar kuota dan masyarakat miskin yang belum masuk Surat Keputusan Wali Kota dengan pernyataan dari kelurahan dan disahkan oleh Tim Verifikasi Tingkat Kota, tim verifikasi adalah pegawai dari UPTD PKMS yang berada di bawah dinas Kesehatan Kota Surakarta. Peserta silver card adalah semua masyarakat kota Surakarta yang mendaftar sebagai peserta PKMS. Program PKMS diselenggarakan untuk pembelajaran masyarakat dalam rangka mewujudkan jaminan pemeliharaan kesehatan yang menyeluruh bagi penduduk Kota Surakarta. Penyelenggaraan PKMS mengacu pada prinsip prinsip: 1. Pengelolaan dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan dana sematamata untuk peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat. 2. Pelayanan kesehatan bersifat menyeluruh (komprehensif) sesuai standar pelayanan medik yang cost effective dan rasional. 3. Pelayanan kesehatan dilakukan dengan prinsip terstruktur dan berjenjang: a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan yang bersifat pokok (basic health services), yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
kesehatan masyarakat. Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan. b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan yang lebih lanjut, telah bersifat rawat inap dan untuk menyelenggarakannya telah dibutuhkan tersedianya tenaga tenaga spesialis. c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang bersifat lebih komplek dan umumya diselenggarakan oleh tenaga tenaga subspesialis. 4. Mekanisme asuransi kesehatan sosial dengan iuran peserta dibayar oleh Pemerintah Kota 5. Transparansi dan akuntabilitas. Cara menjadi anggota PKMS dengan mendapatkan kartu PKMS melalui pendaftaran diri ke UPTD PKMS di Dinas Kesehatan Kota Surakarta dengan syarat : 1. Membayar Rp. 1000 (Gratis bagi masyarakat miskin, dengan SKTM) 2. Membawa KTP atau KK 3. Membawa Foto 2X3, 2 lembar Jenis pelayanan yang disediakan dalam program PKMS baik di unit Puskesmas, Puskesmas Rawat Inap, UPTD Rumah Sakit Daerah, maupun Rumah Sakit Pemerintah/Swasta yang ditunjuk oleh Pemkot antara lain: 1. Jenis layanan di Puskesmas a. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
b. Pelayanan laboratorium c. Tindakan medis d. Pemeriksaan dan pengobatan gigi e. Pemeriksaan ibu hamil/ ibu nifas/ menyusui, bayi, balita f. Pemberian obat 2. Jenis layanan di Puskesmas Rawat Inap a) Akomodasi rawat inap b) Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan c) Tindakan medis d) Pemeriksaan dan pengobatan gigi e) Pemberian obat f) Pertolongan persalinan g) Pelayanan gawat darurat 3. Pelayanan kesehatan rujukan di UPTD Rumah Sakit Daerah a) Pelayanan rawat jalan b) Pelayanan rawat inap dengan fasilitas kelas III c) Pelayanan persalinan 4. Pelayanan kesehatan rujukan di Rumah Sakit Pemerintah/Swasta yang ditunjuk oleh Pemkot (MOU) a) Akomodasi rawat inap kelas III b) Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan c) Penunjang
diagnosis
:
laboratorium
elektromedik
commit to user
klinik, radiologi
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
d) Tindakan medis kecil dan sedang e) Pemberian obat sesuai formularium PKMS f) Operasi kecil dan sedang g) Pelayanan gawat darurat D. Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam Pelakasanaan Program PKMS Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam Pelaksanaan Program PKMS adalah kemampuan yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan bagi masyarakat sehingga dapat mewujudkan budaya hidup bersih dan sehat serta mutu pelayanan menuju Solo Sehat 2010. Sebagai
organisasi
publik
yang
bertanggungjawab
dalam
upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan. Dinas Kesehatan Kota Surakarta dituntut untuk selalu tanggap dalam mengenali kebutuhan masyarakat yang menginginkan akses pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau. Dinas Kesehatan Kota Surakarta diharapkan memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat serta melaksanakan setiap program atau kegiatan dengan efektif khususnya dalam peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat melalui program PKMS. Disamping itu juga Dinas Kesehatan Kota Surakarta harus melaporkan dan mempertanggungjawabkan kinerjanya dalam pelaksanaan program PKMS kepada pihak-pihak yang berhak memperoleh pertanggungjawaban. Dengan demikian tujuan yang ingin dicapai oleh Dinas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
Kesehatan Kota Surakarta dalam rangka pemenuhan kebutuhan layanan kesehatan bagi publik dapat tercapai.
E. Penelitian Terdahulu Agus Razikin (2010) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Pelayanan Publik PDAM Kota Surakarta di Kecamatan Jebres”. Penelitian ini memiliki kesamaan dari segi metode penelitan yang dipakai seperti jenis penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, validitas data dan analisis data dengan metode penelitian yang dipakai untuk mengukur Kinerja Dinas Kesehatan kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS. Sedangkan terdapat perbedaan dalam penggunaan indikator yang digunakan untuk mengukur kinerjanya. Penelitian ini menggunakan 5 indikator seperti produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas. Kelima indikator tersebut relevan dengan masalah yang diteliti yaitu mengukur kinerja pelayanan PDAM Kota Surakarta di Kecamatan Jebres. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi produktivitas, responsibilitas dan akuntabilitas kinerja PDAM Kota Surakarta dalam pelayanannya dirasa telah cukup menampakkan hasil yang baik. Namun dari segi responsivitas dan kualitas layanan yang diberikan oleh Pihak PDAM kota Surakarta di kecamatan Jebres belum mampu meberikan pelayanan yang diharapkan masyarakat
ditunjukkannya
masih
banyaknya
keluhan
yang
belum
mendapatkan tanggapan dari pihak PDAM sendiri. Adi Nugraha (2010) melakukan penelitian dengan judul “Kinerja Aparatur Rumah Sakit dalam Pelayanan SIMRS di kota Bandung”. Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
ini memiliki kesamaan dari segi metode penelitan yang dipakai seperti jenis penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, validitas data dan analisis data dengan metode penelitian yang dipakai untuk mengukur Kinerja Dinas Kesehatan kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS. Sedangkan terdapat perbedaan dalam penggunaan indikator yang digunakan untuk mengukur kinerjanya. Penelitian ini menggunakan 5 indikator seperti produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas. Kelima indikator tersebut relevan dengan masalah yang diteliti yaitu mengukur Kinerja Aparatur Rumah Sakit dalam pelayanan SIMRS di kota Bandung. Hasil
penelitian yang
diperoleh
menunjukkan
bahwa
dari
indikator
produktivitas, kualitas layanan, responsibilitas dan akuntabilitas dalam pelayanan SIMRS sudah baik dan memuaskan. Namun dari indikator responsivitas
belum
menunjukkan
hasil
yang
maksimal
dikarenkan
kemampuan aparat rumah sakit yang belum memadai. Kurnia Saniadi (2008) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Terpadu dan Perijinan kabupaten Grobogan”. Metode penelitian yang digunakan untuk mengukur kinerjanya disini berbeda dengan metode penelitian yang dipakai untuk mengukur kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan pada : jenis penelitian ini merupakan penelitian survei, teknik pengambilan sampelnya dengan insidental sampling, teknik pengumpulan datanya dengan wawancara, studi kepustakaan atau dokumentasi ditambah dengan kuesioner dan teknik analisa data yang digunakan dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
penelitian ini yaitu analisa data secara kuantitatif. Disamping itu juga terdapat perbedaan indikator-indikator yang dipakai untuk mengukur kinerja kantor Pelayanan Terpadu dan Perijinan Kabupaten Grobogan dengan indikator yang dipakai untuk mengukur kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS. Indikator yang dipakai di dalam penelitian ini meliputi
responsivitas,
responsibilitas,
akuntabilitas,
keadaptasian,
kelangsungan hidup, keterbukaan, empaty, efektivitas, produktivitas, efisiensi, kepuasan dan keadilan. Hasil yang diperoleh dari penelitian di lapangan maka keseluruhan indikator-indikator kinerja menunjukkan bahwa kinerjanya dapat dikategorikan kedalam tingkat sedang. Hesti Dwi Cahyaningrum (2010) melakukan penelitian dengan judul “Kinerja Dispendukcapil Kota Surakarta dalam pelaksanaan administrasi kependudukan”. Penelitian ini memiliki kesamaan dari segi metode penelitan yang dipakai seperti jenis penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, validitas data dan analisis data dengan metode yang dipakai untuk mengukur Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS. Sedangkan terdapat perbedaan dalam penggunaan indikator yang digunakan untuk mengukur kinerjanya. Penelitian ini menggunakan beberapa indikator seperti produktivitas, responsivitas dan akuntabilitas. Ketiga indikator tersebut dirasa sudah cukup mewakili beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja suatu organisasi publik. Ketiga indikator yang dipilih tersebut relevan atau sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
baik
commit to user
dari
segi
responsivitas,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
responsibilitas dan akuntabilitas telah menunjukkan hasil yang cukup baik. Disamping tu juga tanggapan positif masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh Dispendukcapil Kota Surakarta dalam pelaksanaan adminitrasi kependudukan. Ali Haryanto (2009) melakukan penelititan dengan judul “Kinerja Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam pengendalian pencemaran sungai akibat limbah industri”. Penelitian ini memiliki kesamaan dari segi metode penelitan yang dipakai seperti jenis penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, validitas data dan analisis data dengan metode penelitian yang dipakai untuk mengukur Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS. Sedangkan terdapat perbedaan dalam penggunaan indikator yang digunakan untuk mengukur kinerjanya. Penelitian
ini
menggunakan
indikator-indikator
seperti
produktivitas,
efektivitas, responsivitas dan responsibilitas. Keempat indikator tersebut sesuai dengan masalah yang diteliti yaitu mengukur kinerja Kantor Lingkungan Hidup dalam pengendalian pencemaran sungai akibat limbah industri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi produktivitas dan efektivitas dalam pengendalian pencemaran sungai masih belum menunjukkan hasil yang baik. Sedangkan dari segi responsivitas dan responsibilitas Kantor Lingkungan Hidup dalam pengendalian pencemaran sungai sudah cukup baik. Ini dilihat dari tanggapan positif masyarakat terhadap upaya yang telah dilakukan oleh pihak Kantor.
commit to user
No 1
Judul Penlitian Analisis Kinerja Pelayanan Publik PDAM Kota Surakarta di Kecamatan Jebres
Nama Agus Razikin (2010)
4. 5. 6.
3.
1. 2.
Metode Jenis Penelitian : Deskriptive kualitatif Teknik pengambilan sample : Purposive sampling Teknik pengumpulan data : Wawancara, Obeservasi, Studi Dokumentasi Validitas data : Trianggulasi sumber Teknik anlisis data : Analisis interaktif Indikator yg dipakai : a) Produktivitas b) Kualitas Pelayanan c) Responsivitas d) Responsiblitas e) Akuntabilitas
commit to user 5.
4.
3.
2.
1.
Hasil Penlitian Dimensi produktivitas, pihak PDAM Kota Surakarta, telah menerapkan asas, sederhana, tepat waktu, ekonomis dan terbuka dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baru atau pelanggan lama Dimensi kualitas layanan PDAM Kota Surakarta belum mampu memenuhi harapan pelanggan,hal ini terlihat pada Bulan Nopember 2009 ada 458 pelanggan yang melaporkan air yang diproduksi masih kotor dan berbau, kadang air mati, sehingga merugikan dan mengecewakan pelanggan dan mengganggu kesehatan pelanggan. Dimensi responsifitas, Nampak belum memenuhi harapan pelanggan, hal ini terlihat pada Bulan Nopember 2009 sebanyak 751 pengaduan ,yang belum direspon sebanyak 312 pengaduan. Dimensi responsibilitas, pihak PDAM Surakarta telah mengeluarkan kebijakan one day service dan one week service bagi para pelanggan baru, sehingga pelanggan yang memerlukan sambungan baru sepanjang persyaratan telah dilengkapi dapat terlayani dengan baik. Permasalahan,yang muncul pada dimensi ini justru terlihat pada pelanggan lama seperti masih ditemukan belum jelasnya biaya dan waktu yang dibebankan kepada pelanggan Dimensi akuntabilitas, pada dimensi ini pihak PDAM Surakarta berkomitmen bahwa apa yang dilakukan tidak semata-mata berorientasi kepada kepentingan pofit saja, tetapi juga memperhatikan masalah-masalah sosial seperti untuk MCK umum, rumah ibadah,dan lembaga pendidikan biaya relative murah.
Matriks Penelitian-Penelitian Terdahulu Mengenai Kinerja Organisasi Publik
Tabel II. 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
3
2
Analisis Kinerja Kantor Pelayanan Terpadu dan Perijinan kabupaten Grobogan
Kinerja Aparatur Rumah Sakit dalam Pelayanan SIMRS di kota Bandung
Kurnia Saniadi (2008)
Adi Nugraha (2010)
commit to user 5.
4.
3.
1. 2.
6.
4. 5.
3.
1. 2.
Jenis Penelitian : Penelitian Survei Teknik pengambilan sampel : Insidental sampling Teknik Pengumpulan data : Wawancara, kueisoner, studi kepustakaan dan dokumentasi Teknik analisa data : analisis data kuantitatif Indikator-indikator : a. Responsivitas h. Empaty b. Responsibilitas i. Produktivitas c. Akuntabilitas j. Efisiensi d. Keadaptasian k. Kepuasan e. Keterbukaan l.Keadilan f. Efektivitas g. Kelangsungan hidup
Jenis Penelitian : Deskriptif kualitatif Teknik Pengambilan Sampel : Purposive sampling Teknik Pengumpulan data : Obeservasi, wawancara, dokumentasi Validitas data : Trianggulasi Sumber Teknik analisis data : Analisis interaktif Indikator-Indikator : a) Produktifitas b) Kualitas layanan c) Responsivitas d) Responsibilitas e) Akuntabilitas
4.
3.
2.
1.
4.
3.
2.
1.
Kinerja organisasi Kantor Pelayanan Terpadu dan Perijinan Kabupaten Grobogan termasuk dalam kriteria rendah. Kinerja organisasi dari aspek proses yang diukur melalui indikator responsivitas, responsibilitas, akuntabiltas, keadaptasian,kelangsungan hidup, keterbukaan/transparansi, empati masing-masing termasuk dalam kriteria sedang. Kinerja organisasi dari aspek hasil yang diukur melalui indikator efektivitas, produktivitas, efisiensi, kepuasan, keadilan masing-masing termasuk dalam kriteria sedang. Dari keseluruhan indikator yang dipakai untuk mengukur kinerja Kantor Pelayanan dan Perijinan Terpadu baik itu responsivitas, responsibilitas, akuntabilitas, keadaptasian, kelangsungan hidup, keterbukaan, empaty, efektivitas, produktivitas maka berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan keseluruhan indikator-indikator kinerja menunjukkan bahwa kinerjanya dapat dikategorikan kedalam tingkat sedang.
Segi produktivitas dikatakan sudah terjalin pelayanan yang baik diantara aparatur dan pasien. Begitu pula dari segi kualitas pelayanan yang diberikan sudah efektif karena dilakukan secara cepat dan akurat. Segi responsivitas dirasa belum cukup baik karena masih belum memadainya kemampuan dari aparatur rumah sakit dalam mengoperasikan SIMRS. Segi responsibilitas dan akuntabilitas dirasa cukup baik karena meskipun terbatasnya jumlah peralatan atau fasilitas dalam pelayanan SIMRS namun didukung dengan adanya SDM yang memadai serta adanya pelaporan berbentuk teks dokumen yang diserahkan kepada Direktur Rumah Sakit di Kota Bandung dan diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
5
4
Kinerja Kantor Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam pengendalian pencemaran sungai akibat limbah industri
Kinerja Dispendukcapil Kota Surakarta dalam pelaksanaan administrasi kependudukan
Ali Haryanto (2009)
Hesti Dwi Cahyaningrum (2010)
commit to user 4. 5. 6.
3.
2.
1.
4. 5. 6.
3.
1. 2.
Jenis Penelitian : Deskriptive kualitatif Teknik pengambilan sample : Purposive sampling Teknik pengumpulan data : Wawancara, Obeservasi, Dokumentasi Validitas data : Trianggulasi sumber Teknik anlisis data : Analisis interaktif Indikator-indikator : a) Produktivitas b) Efektivitas c) Responsivitas d) Responsiblitas
Jenis Penelitian : Deskriptive kualitatif Teknik pengambilan sample : Purposive sampling Teknik pengumpulan data : Wawancara, Obeservasi, Dokumentasi Validitas data : Trianggulasi sumber Teknik anlisis data : Analisis interaktif Indikator-indikator : a) Produktivitas b) Responsivitas c) Akuntabilitas
5.
4.
3.
2.
1.
3.
2.
1.
Segi produktifitas masih relative rendah karena karena keterbatasan jumlah pengawas. Segi efektivitas pengendalain pencemaran sungai masih dirasa belum efektif karena masih banyaknya sungai yang mengandung zat-zat kimia dari limbah industri yang masih diatas ambang batas baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Segi reponsivitas dapat dikatakan baik karena sudah adanya sosialisai dan pemberitahaun kepada masyarakat atas informasi pencemeran sungai. Segi responsibilitas cukup baik karena pelaksanaan kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan terutama pada kegiatan pengawasan, pemantauan dan penertiban. Terdapat faktor pendukung dan penghambat baik dari segi SDM, dukungan masyarakat sasaran dan komunikasi dalam upaya pengendalain dan pencemaran sungai.
Segi produktivitas, Terpenuhinya target penerbitan dokumen kependudukan pada tahun 2009 yaitu lebih dari 90%. berjalannya Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) sehingga penerbitan dokumen lebih cepat. Segi reponivitas Memberikan kesempatan pada masyarakat untuk secara langsung menyampaikan keluhannya. Mengadakan pertemuan secara rutin setiap dua bulan sekali dengan masyarakat di setiap kelurahan. Melakukan sosialisasi dan penyuluhan pada masyarakat mengenai prosedur dan persyaratan penerbitan dokumen serta pentingnya dokumen kependudukan. Segi akuntabilitas adanya laporan pertanggungjawaban berupa laporan pertiga bulan dan laporan tahunan. Laporan pertanggungjawaban tersebut langsung disampaikan pada Walikota Kota Salatiga. Prosedur dan pemungutan biaya/tarif penerbitan dokumen kependudukan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
F. Kerangka Pemikiran Dinas Kesehatan Kota Surakarta merupakan salah satu badan daerah yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan khususnya di Kota Surakarta. Hal ini mengingat perannya sebagai badan daerah yang mempunyai tugas di bidang urusan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Surakarta. Sesuai dengan visi yang diemban oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta yaitu pembangunan kesehatan Kota Surakarta yang diwujudkan dengan budaya hidup bersih dan sehat serta tercipta mutu pelayanan menuju Solo sehat 2010. Dalam mencapai tujuannya tersebut Dinas Kesehatan Kota Surakarta memiliki misi yang diemban agar pencapaian tujuan dapat berjalan dengan baik yaitu memberdayakan kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, melaksanakan penanggulangan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, meningkatkan upya kesehatan yang bermutu, merata, terjangkau serta membangun manajemen kesehatan yang dinamis dan akuntabel. Seiring mahalnya biaya kesehatan, membuat masyarakat miskin pada khususnya di Kota Surakarta kesulitan untuk memperoleh layanan kesehatan yang sesuai dengan apa yang mereka harapkan karena terbentur masalah biaya. Setelah mengetahui kebutuhan masyarakat miskin akan pelayanan kesehatan, maka Dinas Kesehatan Kota Surakarta berusaha merespon tuntutan dan harapan masyarakat yaitu dengan mengeluarkan program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta (PKMS) Dalam penelitian kali ini untuk menilai kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan Program PKMS digunakan 4 indikator, yaitu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
responsivitas, responsibilitas, akuntabilitas dan efektivitas. Keempat indikator tersebut digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS. Keberhasilan kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjanya baik faktor penghambat maupun faktor pendukung kinerja dalam mencapai tujuannya. Dengan melakukan penilaian terhadap kinerjanya maka dapat dilakukan perbaikan atas kinerjanya secara lebih terarah dan sistematis sehingga akhirnya Dinas Kesehatan mampu mewujudkan tujuannya dalam pelaksanaan program PKMS yaitu terpenuhinya kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat secara merata dan menyeluruh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
Gambar II. 3 Kerangka Pemikiran
Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam Pelaksanaan Program PKMS Visi dan misi Dinas Kesehatan Kota Surakarta
1. Responsivitas 2. Responsibilitas 3. Akuntabilitas 4. Efektivitas
Faktor Pendukung dan Penghambat Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam Pelaksanaan Program PKMS
commit to user
Keberhasilan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif kualitatif menurut Bogdan dan
Taylor (dalam Lexy J. Moleong, 2002:3) yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang diamati yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena sosial tertentu. Penelitian ini menjelaskan tentang kinerja Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan program PKMS dengan rincian mengenai masing-masing indikator pengukuran sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. B. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Dinas Kesehatan Kota Surakarta yang berada di Jalan Jendral Sudirman nomor 2 Surakarta Kode Pos 57111. Dinas Kesehatan Kota Surakarta merupakan instansi yang berwenang
dan
bertanggungjawab dalam melaksanakan program PKMS. Deskripsi detail tentang lokasi penelitian dijabarkan dalam bab IV. C. Jenis Data Data merupakan fakta atau keterangan dari obyek yang diteliti. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
commit 48to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
a) Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari orang-orang yang mempunyai posisi tertentu dan memiliki informasi yang dapat dipercaya terkait dengan permasalahan yang diteliti (Azwar, 2007:36). Data primer ini diperoleh dari narasumber atau informan yang memiliki informasi yang dapat dipercaya terkait dengan program PKMS. b) Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui dokumen, arsip, laporan, catatan statistik, buku-buku dan data lain yang berkaitan dengan penelitian (Azwar, 2007:36). D. Teknik Penentuan Informan Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive yaitu peneliti memiliki kecenderungan untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan permasalahannya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (HB. Sutopo, 2002:56). Peneliti cenderung memilih informan yang benar-benar dianggap mengetahui betul mengenai pelaksanaan program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS). Informan dalam penelitian ini meliputi : 1. Kepala UPTD PKMS 2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha PKMS 3. Kasi Manajemen Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Surakarta 4. Petugas dari Puskesmas Gajahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Wawancara Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data atau informasi dengan bertanya langsung pada informan atau narasumber. Menurut Lexy J. Moleong (2002:135), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Untuk mempermudah dalam proses wawancara, peneliti membuat pedoman wawancara yang memuat garis-garis pokok pertanyaan dan apabila dianggap perlu, peneliti dapat mengajukan pertanyaan diluar pedoman wawancara tersebut. Pedoman wawancara disusun berdasar pada kisi-kisi instrument penelitian. Kisikisi yang dimaksud merupakan penyusunan variabel penelitian, indikator serta pengukuran pada masing-masing indikator dengan berdasar pada teori yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti. 2. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari asip dan dokumen, baik yang berada di tempat penelitian maupun yang berada di luar tempat penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Studi dokumentasi ini merupakan penelaahan terhadap referensi-referensi yang berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian (HB. Sutopo, 2002:54).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
Dokumen-dokumen yang dimaksud adalah dokumen resmi, referensireferensi, foto-foto dan rekaman kaset. Data ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menguji, menafsirkan bahkan meramalkan jawaban dari fokus permasalahan yang diteliti. Dokumen-dokumen yang digunakan dalam penelitan ini antara lain : 1) Profil Dinas Kesehatan Kota Surakarta tahun 2009 2) Pedoman pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta 3) Arsip-arsip yang berhubungan dengan penelitian : a. UU No. 8 Tahun 2007 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan b. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah c. Peraturan Walikota Surakarta Nomor 3B tahun 2011 tentang Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta 3. Observasi Observasi dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan (lokasi Penelitian). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non partisipan. Obserrvasi non partisipan adalah pengamatan mengenai fenomena-fenomena yang diteliti dengan tidak ikut dalam peristiwa atau kegiatan yang diamati secara langsung (Lexy J. Moleong, 2002:125). Dalam observasi ini peneliti melakukan pengamatan yang dilaksanakan bersamaan dengan dilakukannya wawancara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
F. Validitas Data Untuk menguji kebenaran data yang diperoleh, peneliti menggunakan teknik trianggulasi. Menurut Lexy J. Moleong (2002:178) Trianggulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam teknik trianggulasi yaitu trianggulasi sumber, metode, teori dan penyidik (peneliti). Penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi sumber. Menurut HB. Sutopo (2002:79) Trianggulasi sumber dilakukan dengan membandingkan data yang sama pada informan yang berbeda, artinya apa yang diperoleh dari narasumber satu, dapat lebih teruji kebenarannya jika dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari narasumber lain sehingga keakuratan data dapat dipertanggungjawabkan. Trianggulasi sumber yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menanyakan kembali informasi yang diperoleh dari sumber utama (informan) kepada masyarakat. Konfirmasi kepada masyarakat pengguna layanan dilakukan untuk mengetahui keakuratan informasi yang diperoleh. G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif dari Miles dan Huberman (dalam HB. Sutopo, 2002:96). Dalam analisis ini ada tiga komponen utama dalam analisis data yaitu: reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan serta verifikasinya. Tiga komponen tersebut terlibat dalam proses analisis dan saling berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
Proses analisis data dalam penelitian ini diawali dengan reduksi data yaitu proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote. Proses ini dimulai dengan menyusun kerangka kerja konseptual. Kerangka kerja konseptual berisi pokok-pokok dari keseluruhan penelitian yang dilakukan terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan program PKMS. Dalam menyusun kerangka konseptual, peneliti melakukan pemilihan kasus yang akan dijadikan sebagai obyek penelitian, menyusun pertanyaan penelitian atau pedoman wawancara dengan berdasara pada kisi-kisi instrumen penelitian yang dijadikan acuan nantinya dalam proses pengumpulan data maupun informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti serta menentukan waktu dan cara pengumpulan data atau informasi yang yang akan digunakan. Data atau informasi yang telah terkumpul supaya mudah dibaca maka dilakukan proses penyajian data. Penyajian data yang dilakukan berdasar pada hasil pengumpulan data dan informasi yang diperoleh dengan melakukan wawancara dengan narasumber atau informan yang berkaitan dengan program PKMS. Proses penyajian data yang dilakukan dalam penelitian ini, dengan merakit kalimat yang disusun secara logis dan sistematis. Kedalaman dan kemantapan hasil analisis dalam penelitian ini sangat ditentukan oleh kelengkapan penyajian datanya.. Proses penarikan kesimpulan akhir dan verifikasi. Dalam proses ini peneliti harus memahami betul apa arti dari berbagai hal yang ia temui dengan melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi sehingga kesimpulan akhir dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
dibuat. Kesimpulan akhir dalam penelitian ini mengacu pada hasil analisis pengukuran dari masing-masing indikator yang dilakukan selama penelitian berlangsung. Simpulan akhir yang diperoleh dalam penelitian ini, perlu diverifikasi
agar
dapat
diuji
kebenarannya
dan
benar-benar
bisa
dipertanggungjawabkan. Apabila proses penarikan kesimpulan dirasa kurang mantap dikarenakan kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajian datanya, maka peneliti dapat melakukan pengumpulan data lagi untuk melengkapi kekurangan. Proses analisis data dala penelitian ini, menggunakan model analisis interaktif, yang mana dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar II.1 Model Analisis Interaktif Pengumpulan data
Reduksi data
Sajian data
Penarikan simpulan/verifikasi
(H.B. Sutopo, 2002: 96)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI LOKASI 1. Dasar Pelaksanaan dan Lokasi Instansi Dinas Kesehatan Kota Surakarta merupakan salah satu lembaga pemerintah yang bersifat non departemen. Dinas ini memiliki kewenangan dalam menjalankan setiap kebijakan atau program yang dikeluarkan oleh pemerintah yaitu kebijakan di bidang kesehatan. Dalam menjalankan tugasnya sebagai ujung tombak dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kota Surakarta, Dinas Kesehatan Kota Surakarta harus selalu tunduk dan patuh pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lembaga ini dalam menjalankan tugasnya berada dibawah kewenangan pemerintah daerah atau Pemerintah Kota Surakarta. Setiap lembaga atau organisasi pemerintah selalu berpedoman pada peraturan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Begitu pula Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam menjalankan tugas dan kewenangan selalu berdasar peraturan ada. Sesuai dengan Undang-Undang nomer 32 tahun 2004 pasal 13 tentang kewenangan Kabupaten/Kota untuk menjalankan kegiatan pemerintahannya. Sehubungan dengan hal itu maka kewenangan atau tanggung jawab pemerintah
Kota Surakarta dalam hal ini Dinas
Kesehatan Kota Surakarta berperan penting dalam peningkatan kesehatan masyarakat kota Surakarta secara merata dan menyeluruh.
commit 55to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
Letak Dinas Kesehatan Kota Surakarta berlokasi di Jalan Jendral Sudirman No. 2 Surakarta, yang tepatnya berada di dalam kompleks perkantoran Balaikota Surakarta. Lokasi Dinas Kesehatan Kota Surakarta yang berada di tengah atau pusat kota Surakarta, memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mencapainya. 2. Visi, Misi, dan Struktur organisasi Dalam menjalankan setiap tugas dan kewenangan yang diberikan oleh Pemerintah Dinas Kesehatan Kota Surakarta memiliki visi dan misi. Dengan ditetapkan visi dan misi organisasi maka dapat diketahui tujuan akhir yang ingin dicapai oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Visi dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta adalah “Terwujudnya budaya perilaku hidup bersih dan sehat serta mutu pelayanan untuk menyongsong Solo Sehat 2010”. Dalam rangka pencapaain tujuan atau visi tersebut Dinas Kesehatan Kota Surakarta memiliki beberapa misi agar pencapaian visi dapat berjalan dengan baik. Misi Dinas Kesehatan Kota Surakarta adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, memberikan kontribusi nyata dalam pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. Dalam suatu organisasi publik diperlukan adanya pembagian tugas atau kerja agar organisasi tersebut berjalan dengan efektif. Oleh karena itu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
untuk memperjelas tugas-tugas dari seluruh anggota organisasi maka perlu dibentuk struktur organisasi. Struktur organisasi ini menggambarkan tugas dari masing-masing bagian yang ada dalam organisasi sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam arti seluruh anggota organisasi menajalan tugasnya sesuai
dengan
bidangnya masing-masing.
Demikian
halnya Dinas
Kesehatan Kota Surakarta memiliki struktur organisasi yang didalamnya menggambarkan uraian tugas dari setiap bagian yang ada atau tinggal dalam lingkup Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam menjalankan tugas dan kewenangannya membuat struktur organisasi guna memperjelas tugas dari masing-masing bagian yang ada di dalamnya. Struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota Surakarta digambarkan secara hierarkis mulai dari atasan sampai dengan bawahan. Bawahan selalu melaporkan hasil kinerjanya kepada atasan sebagai wujud pertanggungjawabanan kepada pihak pemberi mandat atau tugas. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota tersebut akan dijelaskan dalam skema dibawah ini. Kepala
Dinas
memiliki
tugas
melaksanakan
urusan-urusan
pemerintahan khususnya di bidang kesehatan. Kepala Dinas dalam menjalankan tugasnya tidak bekerja secara sendirian melainkan dibantu oleh bawahan yang terdiri dari Sekretariat, Kelompok jabatan fungsional, Kepala Bidang serta UPT (Unit Pelaksana Teknis). Kepala Dinas dibantu oleh sekretariat yang terdiri dari sub-sub bagian, diantaranya ada sub bagian perencanaan, evaluasi dan pelaporan, sub bagian keuangan dan sub bagian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
umum dan kepegawaian. Disamping itu Kepala Dinas dibantu oleh beberapa bidang yang dikepalai oleh seorang Kepala Bidang (Kabid). Bidang-bidang yang berada langsung dibawah kewenangan Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta meliputi Bidang Promosi Kesehatan, Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan, Bidang Upaya Kesehatan dan Bidang Bina Kesehatan Masyarakat. Setiap bidang mempertanggungjawabkan kinerjanya langsung kepada kepala Dinas Kesehatan kota Surakarta. Dalam mempermudah dan meringankan tugasnya Kepala Bidang dibantu oleh beberapa seksi. Setiap seksi dikepalai oleh seorang Kepala Seksi (Kasi). Masing-masing seksi melaporkan hasil kinerjanya kepada atasan yaitu Kepala Bidang. Kepala Bidang Promosi Kesehatan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa seksi diantaranya Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan, Seksi Manajemen Informasi Kesehatan dan Seksi Pengembangan Promosi Kesehatan. Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa kepala seksi yang meliputi Seksi Pencegahan Penyakit dan Penanggulangan KLB, Seksi Pengendalian Penyakit dan Seksi Penyehatan Lingkungan. Bidang lainnya yang bertanggungjawab langsung kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta adalah Bidang Upaya Kesehatan. Kepala Bidang upaya kesehatan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa Kepala Seksi
seperti Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi
Kefarmasian Makanan, Minuman dan Perbekalan, Seksi Akreditasi dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
Resgistrasi. Terdapat pula Bidang Bina Kesehatan Masyarakat. Kepala Bidang Bina Kesehatan Masyarakat membawahi beberapa seksi diantaranya Seksi Kesehatan Ibu Anak dan KB, Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat dan Seksi Kesehatan Remaja dan Lansia. Kelompok Jabatan Fungsional dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari pranata komputer, arsiparis, pustakawan, dokter, tenaga perawat, pranata laboratorium kesehatan, penyuluh kesehatan masyarakat, administrator kesehatan. Kelompok jabatan ini bertanggungjawab langsung kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta. 3. Tujuan dan Program Pembangunan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pembangunan kesehatan masyarakat di kota Surakarta memiliki tujuan yang tercantum di dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Tujuan yang tercantum dalam Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta tersebut menggambarkan target yang ingin dicapai oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pembangunan kesehatan masyarakat di kota Surakarta. Tujuan akhir dari pembangunan kesehatan masyarakat yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta adalah untuk meningkatkan pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan yang berhasil guna, berdaya guna serta terjangkau oleh segenap lapisan masyarakat dengan menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif, meningkatkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
kemitraan dengan masyarakat, swasta, organisasi profesi dan dunia usaha guna memenuhi ketersediaan sumber daya, meningkatkan penatalaksanaan pembangunan kesehatan yang efektif, efisien dan akuntabel serta memelihara
kesehatan
individu,
keluarga,
masyarakat
beserta
lingkungannya. Dalam mendukung pencapaian tujuan Dinas Kesehatan Kota Surakarta yaitu terwujudnya budaya perilaku hidup bersih dan sehat serta mutu pelayanan untuk menyongsong Solo Sehat 2010, Dinas Kesehatan Kota Surakarta memiliki beberapa program kesehatan diantaranya program Obat dan Perbekalan Kesehatan, Program Upaya Kesehatan, program Pengawasan Obat dan Makanan, program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, program Perbaikan Gizi Masyarakat, program Pengembangan Lingkungan Sehat, program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, program Standarisasi Pelayanan Kesehatan, program Peningkatan Sarana dan Prasarana Puskesmas dan Jaringannya, program Peningkatan Saran dan Prasarana Rumah Sakit, program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan, program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita, program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia, program Pertolongan Persalinan Bagi Ibu Hamil Kurang Mampu dan program unggulan Dinas Kesehatan Kota Surakarta yaitu program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta (PKMS). Perwujudan
kepedulian Pemerintah
Kota Surakarta terhadap
berbagai permasalahan kesehatan di Kota Surakarta salah satunya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
ditunjukkan dengan mengeluarkan program PKMS. Program PKMS merupakan salah satu program unggulan yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Program PKMS yang diluncurkan oleh Pemerintah Kota Surakarta tersebut bertujuan untuk memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan secara komprehensif bagi masyarakat terutama masyarakat miskin dan tidak mampu serta masyarakat Surakarta secara umum yang belum tercakup dalam program jaminan kesehatan baik pribadi oleh pemerintah maupun swasta. Pelayanan kesehata yang dijamin dalam program PKMS yaitu pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas secara gratis, pelayanan rawat inap di RSD Kota Surakarta secara gratis serta bantuan biaya pelayanan rawat inap di Rumah Sakit. 4. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta juga membawahi UPT (Unit Pelaksana Teknis), oleh karenanya UPT dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab langsung kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Pada Dinas Kesehatan Kota Surakarta terdapat beberapa UPT diantaranya ada UPT Puskesmas, UPT Instalasi farmasi, UPT Laboratorium Kesehatan dan UPT PKMS. Masing-masing UPT melaporkan hasil kinerjanya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Dinas Kesehatan Kota Surakarta selaku lembaga pemerintah yang bergerak di bidang kesehatan memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan suatu program atau kebijakan pemerintah seperti program PKMS. Meskipun di dalam Dinas Kesehatan Kota Surakarta terdapat beberapa bidang maupun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
sub bagian. Akan tetapi yang diberi tugas dan kewenangan untuk menjalankan program PKMS tersebut diserahkan kepada pihak UPT Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS). UPT Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS) itu sendiri merupakan Unit Pelaksana Teknis yang ada dalam Dinas Kesehatan Kota Surakarta yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional atau kegiatan penunjang Dinas di bidang pemeliharaan kesehatan masyarakat Surakarta. Dibentuknya UPT PKMS Dinas Kesehatan Kota Surakarta bertujuan untuk memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh masyarakat Kota Surakarta secara merata dan menyeluruh. UPT PKMS secara rutin melaporkan pekembangan program PKMS kepada atasan yaitu Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta disamping itu UPT PKMS juga melakukan analisa terhadap pembiayaan dalam pelaksanaan program PKMS.
commit to user
Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Seksi Pencegahan Penyakit dan Penanggulangan KLB
Seksi Pengendalian Penyakit
Seksi Penyehatan Lingkungan
Bidang Promosi Kesehatan
Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan
Seksi Manajemen Informasi Kesehatan
Seksi Pengembangan Promosi Kesehatan
Kelompok Jabatan
UPT UPT
UPT
KEPALA
commit to user Seksi Akreditasi dan Registrasi
Seksi Kefarmasian Makanan, Minuman dan Perbekalan
Seksi Pelayanan Kesehatan
Bidang Upaya Kesehatan
Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
Seksi Kesehatan Remaja dan Lansia
Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat
Seksi Kesehatan Ibu Anak dan KB
Bidang Bina Kesehatan Masyarakat
Sub Bagian Keuangan
Sekretariat
Gambar IV. 1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Surakarta
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
B. HASIL PENELITIAN 1. Kinerja Dinas Kesehatan dalam Pelaksanaan Program PKMS Di dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian tentang kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam Pelaksanaan Program PKMS. Untuk mengetahui bagaimana kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS digunakan empat indikator pengukuran kinerja yaitu responsivitas, responsibilitas, akuntabilitas dan efektivitas. a. Indikator Responsivitas Reponsivitas Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam memahami apa yang menjadi kebutuhan masyarakat ditunjukkan dengan adanya komunikasi yang baik antara masyarakat dengan pihak Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Hal ini mengingat bahwa keluhan, tuntutan, kritik dan saran dari masyarakat akan membantu Dinas untuk lebih responsif dalam mengenali kebutuhan masyarakat. Dengan demikian untuk
mengetahui
kebutuhan
masyarakat
diperlukan
adanya
komunikasi antara Dinas Kesehatan Kota Surakarta dengan masyarakat secara langsung. Komunikasi tersebut dilaksanakan antara lain melalui pertemuan rutin. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kasubag TU PKMS sebagai berikut : “Dalam mengenali kebutuhan masyarakat kami melakukan beberapa pertemuan rutin dengan beberapa warga untuk membahas permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. dalam pertemuan tersebut pihak kami berusaha mendengarkan aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Dalam diskusi atau pertemuan tersebut dibahas mengenai masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Di dalam pertemuan atau
diskusi tersebut
pihak
Dinas Kesehatan
Kota Surakarta
mendengarkan aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat mengenai permasalahan yang mereka hadapi. Dengan dilakukannya pertemuan atau diskusi tersebut Dinas Kesehatan Kota Surakarta dapat tahu apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Kepala UPTD PKMS sebagai berikut : “Kami mengadakan pertemuan rutin guna membahas apa yang dibutuhkan masyarakat. Di dalam pertemuan itu juga kami juga mengundang warga untuk membahas masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Semua aspirasi atau keluhan yang disampaikan oleh masyarakat dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.” (hasil wawancara tanggal 16 Agustus 2011) Temuan ini dibenarkan oleh penuturan salah seorang peserta PKMS serta pernyataan dari Kepala Kelurahan Semanggi berikut ini : “Saya pernah diajak oleh beberapa warga untuk menghadiri pertemuan di keluruhan dengan pihak Dinkes guna membahas permasalahan yang dihadapi oleh warga sini terutama di bidang kesehatan.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011) “Saya pernah memperoleh undangan untuk hadir dalam pertemuan warga dengan pihak Dinkes. Di dalam pertemuan tersebut pihak dinas mendengarkan setiap aspirasi yang disampaikan oleh warga.” (hasil wawancara tanggal 19 Agustus 2011) Namun didalam pertemuan yang dilakukan antara Dinas Kesehatan kota Surakarta dengan pihak masyarakat seringkali ada juga dari mereka yang enggan datang dalam forum atau pertemuan yang diadakan. Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dirasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
masih sangat kurang. Hal ini disebabkan oleh sebagian dari mereka merasa tidak peduli akan apa yang dilakukan oleh pemerintah. Hal tersebut seperti yang diutarakan oleh salah seorang peserta PKMS sebagai berikut: “Saya pernah diajak oleh tetangga saya untuk menghadiri pertemuan kampung di kelurahan dengan pihak Dinkes terkait kesulitan apa yang dihadapi masyarakat di bidang kesehatan. Tetapi, saya tidak datang karena mungkin sudah ada perwakilan dari kampung yang datang ke pertemuan tersebut.” (hasil wawancara tanggal 19 Agustus 2011) Dengan adanya pertemuan yang dilakukan antara pihak Dinas dengan masyarakat maka dapat diketahui apa masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Dari pertemuan yang dilakukan tersebut diperoleh hasil bahwa masyarakat dihadapkan pada permasalahan pemenuhan kebutuhan kesehatan. Masyarakat terutama yang berasal dari kalangan atau keluarga miskin seringkali kesulitan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dikarenakan terbentur biaya. Mereka kesulitan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit
dikarenakan biaya untuk berobat cukup mahal.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kepala UPTD PKMS sebagai berikut : “Dari pertemuan yang dilakukan tersebut diperoleh hasil bahwa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat yaitu masalah pemenuhan kebutuhan kesehatan. Masyarakat butuh pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau seiring dengan semakin mahalnya biaya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.” (hasil wawancara tanggal 16 Agustus 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
Dari hasil diskusi atau pertemuan yang dilakukan oleh pihak Dinas Kesehatan Kota Surakarta dengan masyarakat kemudian diambil suatu keputusan bahwa masyarakat dihadapkan pada permasalahan yaitu membutuhkan suatu pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau. Untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut maka segara dibuat perencanaan guna penyusunan suatu kebijakan. Hal tersebut seperti yang diutarakan oleh Kepala UPTD PKMS sebagai berikut : “Setelah dilakukan diskusi dan pertemuan dengan masyarakat, maka dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat butuh pelayanan kesehatan yang murah. Kami segera menindaklanjuti permasalahan tersebut. Kami segera melakukan analisa dan membuat perencanaan terkait dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat tersebut.” (hasil wawancara tanggal 16 Agustus 2011) Data-data atau informasi yang telah diperoleh akan dijadikan sebagai acuan untuk menyusun agenda atau perencanaan diperoleh dari berbagai sumber. Data atau informasi yang diperoleh menggambarkan kondisi atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat khususnya masyarakat miskin di kota Surakarta. Hal tersebut diperlukan agar datadata yang diperoleh tersebut dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kasubag TU PKMS sebagai berikut : “Dalam menyusun rumusan kebijakan kami selalu memprioritaskan kepentingan masyarakat sebagai pihak yang dilayani. Kami mendasarkan pada temuan atau data-data yang diperoleh dari berbagai sumber baik berasal dari data atau temuan dari Rumah Sakit, Puskesmas maupun RSUD. Data atau temuan di lapangan tersebut dianalisa dan segera dibuat perencanaan untuk selanjutnya dibuat kebijakan.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
Dari data-data atau temuan yang diperoleh dilapangan tersebut kemudian mendapat tindaklanjut. Dinas Kesehatan Kota Surakarta kemudian membentuk team yang berperan dalam perumusan kebijakan tersebut. Team koordinasi tersebut bertugas menyusun draft atau rumusan kebijakan dan detailnya. Dari proses perumusan tersebut maka dihasilkan suatu rumusan kebijakan yang nantinya diajukan kepada walikota untuk disahkan, baru kemudian bisa diimplementasikan. Hal ini diungkapkan oleh Kasubag TU PKMS bahwa : “Dari hasil temuan tersebut kemudian dibuat perencanaan atau perumusan kebijakan. Rumusan kebijakan yang telah dibuat kemudian kami ajukan kepada Badan Hukum, Bappeda, DPPKA, Dispendukcapil. Ini diperlukan untuk mengkroscekkan datanya, bagaimana perencanaannya, keuangannya dan hukumnya dan apa saja yang mau diajukan.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011) Hal yang sama juga dikemukakan oleh Kepala UPTD PKMS sebagai berikut : “Data-data dan informasi yang ditemukan di lapangan tersebut digodok sedemikian rupa untuk dibuat suatu rumusan kebijakan. Rumusan kebijakan tersebut berupa peraturan (Perwali). Rumusan kebijakan yang telah dibuat tersebut kemudian kami ajukan ke walikota untuk mendapatkan persetujuan atau disahkan agar bisa dilaksanakan.” (hasil wawancara tanggal 16 Agustus 2011) Berdasar pendapat yang dikemukakan diatas maka dapat diketahui bahwa pemerintah mengeluarkan kebijakan baru di bidang kesehatan yaitu program PKMS yang mana kebijakan tersebut ditujukan bagi seluruh masyarakat khususnya mayarakat miskin dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
tidak mampu di kota Surakarta. Dalam pelaksanaannya berada dibawah kewenangan Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Dalam rangka mengembangkan dan memperkenalkan program PKMS kepada masyarakat, maka Dinas Kesehatan Kota Surakarta memiliki beberapa kegiatan untuk mensosialisasikan kebijakan tersebut kepada masyarakat. Kegiatan sosialisasi dilakukan ke beberapa tempat seperti
kecamatan
dan
kelurahan.
Hal
ini
bertujuan
untuk
menyampaikan informasi yang berkaitan dengan program PKMS. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kasubag TU PKMS sebagai berikut: “Kami dalam mendukung pelaksanaan program PKMS ini memiliki program seperti Turba (Turun ke Bawah). Yang didalamnya terdapat beberapa kegiatan seperti Juge dan Buge. JUGE yaitu kegiatan jalan jalan pagi ke rumah warga yang dilakukan oleh pegawai Dinkes Kota Surakarta untuk mempromosikan program PKMS langsung kepada masyarakat. Sedangkan BUGE yaitu kegiatan saresehan pada malam hari bersama sejumlah masyarakat. Kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan untuk memperkenalkan program PKMS kepada masyarakat.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011) Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh salah seorang petugas dari Puskesmas Gajahan serta penuturan salah seorang peserta PKMS yang mengatakan bahwa : “Kami pernah mengadakan sosialisasi dengan sejumlah warga baik di tingkat RT, RW di kelurahan untuk sharing mengenai cara pendaftaran dan pelayanan kesehatan apa saja yang dapat dinikmati oleh warga jika menjadi peserta PKMS dikarenakan masih ada sejumlah warga yang belum paham.” (hasil wawancara tanggal 19 Agustus 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
“Kampung saya pernah didatangi petugas dari Dinkes dalam rangka mensosialisasikan program PKMS kepada masyarakat. Pada waktu itu dijelaskan mengenai bagaimana supaya masyarakat bisa mendapatkan pelayanan kesehatan melalui program PKMS dan pelayanan kesehatan apa saja yang bisa diperoleh warga jika menjadi peserta PKMS.” (hasil wawancara tanggal 19 Agustus 2011) Namun didalam memperkenalkan program PKMS tersebut masih ada kendala yaitu ada sebagian masyarakat yang tidak datang dalam pertemuan tersebut sehingga proses penyampaian informasi kepada masyarakat sedikit terhambat. Hal tersebut tercermin dalam penuturan salah seorang peserta warga peserta PKMS sebagai berikut : “Saya tahu kalo ada sosialisasi mengenai PKMS, namun saya tidak bisa datang karena saya masih sedang bekerja. Tapi saya sudah tahu apa itu PKMS. Saya bisa memperoleh pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas dan Rumah Sakit dengan memakai kartu PKMS.” (hasil wawancara tanggal 19 Agustus 2011) Dari wawancara tersebut dapat diketahui bahwa meskipun warga sudah mengetahui ada kegiatan sosialisasi program PKMS, mereka enggan datang dalam kegiatan sosialisasi tersebut. Mereka menganggap itu hanyalah program biasa yang nantinya akan mudah dimengerti setelah mendaftar menjadi peserta dan ketika menggunakan layanan kesehatan. Kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam memperkenalkan program PKMS juga dilaksanakan secara tidak langsung.
Informasi-informasi
terkait
dengan
program
PKMS
disampaikan melalui berbagai media. Hal ini diutarakan oleh Kasi Manajemen Informasi Kesehatan sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
“Pihak kami telah menyampaikan sejumlah informasi seputar PKMS dengan memberitahukannya dan mencantumkannya lewat internet melalui website (PKMS.surakarta.go.id) dan kami sampaikan juga melalui selebaran atau leflet yang ditempelkan pada beberapa tempat seperti kelurahan, kecamatan, puskesmas, apotek dan rumah sakit. Didalamnya berisi informasi mengenai prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi agar bisa mendapatkan pelayanan PKMS.” (hasil wawancara tanggal 15 Agustus 2011) Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Kasubag TU PKMS dan pernyataan salah seorang peserta PKMS sebagai berikut : “Informasi seputar PKMS kami beritahukan melalui leflet dan spanduk yang ditempel pada beberapa mobil Puskesmas keliling milik kami serta kami juga memperkenalkan program PKMS tersebut melalui siaran radio.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011) “Saya rasa informasi yang disampaikan oleh Dinas terkait dengan program PKMS sudah cukup jelas. Saya tahu program PKMS dari selebaran yang ditempel di papan pengumuman yang berada di depan kelurahan dekat rumah saya. Didalamnya berisi prosedur dan persyaratan jika ingin menjadi peserta PKMS.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011) Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa pihak Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam memperkenalkan program PKMS telah melakukan kegiatan sosialisasi dan menyampaikan informasi seputar PKMS secara terbuka. Informasi-informasi seputar PKMS disampaikan kepada masyarakat baik melalui pertemuanpertemuan rutin dengan melakukan pendekatan kepada masyarakat secara langsung maupun disampaikan secara tidak langsung melalui siaran radio, selebaran, spanduk, leflet dan web atau internet. Dengan adanya sosialisasi atau penyuluhan tersebut pihak Dinas Kesehatan Kota Surakarta berharap agar masyarakat menjadi sadar akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
pentingnya pemenuhan kebutuhan kesehatan. Hal ini dikarenakan kesehatan sekarang mahal harganya. Oleh karena itu dengan adanya program PKMS ini dapat membantu masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau. Sebagai pihak penyelenggara pelayanan publik di bidang kesehatan Dinas Kesehatan Kota Surakarta harus mampu menanggapi semua keluhan dari masyarakat dengan tangan terbuka. Keluhan dari masyarakat dapat dijadikan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan atau program selanjutnya yang lebih baik. Keluhan yang disampaikan oleh masyarakat terkait dengan program PKMS kepada pihak Dinas Kesehatan Kota Surakarta diungkapan oleh Kasi Manajemen Informasi Kesehatan dan Kepala UPTD PKMS sebagai berikut : “Keluhan yang disampaikan oleh masyarakat terkait dengan PKMS yaitu alur pelayanan PKMS. Berjenjang dalam arti jika mereka sakit mereka berobat ke puskesmas dahulu apabila penyakitnya tidak dapat ditangani oleh pihak puskesmas maka baru akan dibuat surat rujukan ke rumah sakit atau RSUD. Masyarakat tahunya kalo sakit mereka langsung saja periksa ke Rumah Sakit.” (hasil wawancara tanggal 16 Agustus 2011) “Keluhan atau aspirasi yang pernah disampaikan oleh masyarakat kepada pihak kami kaitannya dengan PKMS yaitu pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit tidak sesuai dengan apa yang diharapkan peserta PKMS yang berobat.” (hasil wawancara tanggal 15 Agustus 2011 Hal tersebut kemudian dibenarkan oleh pernyataan dua peserta PKMS sebagai berikut : “Saya pernah waktu itu berobat ke rumah sakit. Pikir saya dengan berobat disana dengan pakai kartu PKMS saya bisa mendapat pelayanan kesehatan yang memadai. Akan tetapi ternyata pelayanannya tdak sesuai yang saya harapkan. Mereka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
terkesan mengabaikan pasien yang berobat dengan PKMS dan pelayanannyapun dibeda-bedakan antara peserta PKMS dengan masyarakat umum atau terkesan adanya diskriminatif dalam pemberian layanan kesehatan.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011) “Ketika saya periksa di Rumah Sakit dengan memakai kartu PKMS, ternyata pihak Rumah Sakit tidak bisa melayani, karena harus disertai surat rujukan dulu dari Puskesmas. Akibatnya saya harus bolak balik ke Puskesmas lalu ke Rumah Sakit.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011).” Responsivitas Dinas Kesehatan Kota Surakarta ditunjukkan dalam menanggapi setiap keluhan yang disampaikan oleh masyarakat terkait dengan pelaksanaan PKMS yaitu dengan menyediakan sarana atau tempat untuk menampung keluhan dari masyarakat tersebut. Setiap keluhan atau aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat akan ditampung dan akan mendapatkan tindak lanjut dari pihak Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Kepala UPTD PKMS sebagai berikut : “Kami telah menyediakan tempat untuk menampung keluhan kaitannya dengan PKMS. Kami menyediakan kotak saran yang terletak didepan kantor dan juga bisa disampaikan kepada UPTD secara langsung atau via telepon.” (hasil wawancara tanggal 16 Agustus 2011) Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Kasi Manajemen Informasi Kesehatan dan dibenarkan salah seorag peserta PKMS sebagai berikut : “Setelah laporan mengenai keluhan tersebut masuk kemudian kami tidak langsung menanggapinya. Kami terlebih dahulu melakukan verifikasi apakah keluhan yang disampaikan tersebut benar adanya. Kami mencari data-data dan informasi terkait dengan keluhannya tersebut kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pelayanan program PKMS. Jadi informasi-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
informasi yang didapat diperoleh dari berbagai sumber sehingga dapat dicari solusi atau pemecahan yang terbaik atas keluhan yang disampaikan sehingga tidak ada pihak-pihak yang dirugikan nantinya.” (hasil wawancara tanggal 15 Agustus 2011) “Memang disini sudah disediakan kotak saran sebagai tempat pengaduan keluhan, akan tetapi saya belum pernah menggunakannya untuk menyampaikan keluhan seputar PKMS.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011) Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa Dinas Kesehatan Kota Surakarta telah menyediakan tempat untuk menyampaikan keluhan masyarakat seputar PKMS, meskipun demkian masih belum digunakan semaksimal mungkin oleh masyarakat. Keluhan yang disampaikan oleh masyarakat diterima secara terbuka oleh pihak Dinas Kesehatan Kota Surakarta dan segera mendapatkan tindaklanjut. Dengan demikian keluhan atau masukan tersebut nantinya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atau perbaikan program selanjutnya. Mengacu pada upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta sebagai wujud responsivitasnya terhadap masyarakat maka dapat disimpulkan bahwa secara umum Dinas Kesehatan Kota Surakarta telah dapat dikatakan responsif terutama dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat
dan
menanggapi
setiap
keluhan
yang
disampaikan oleh masyarakat. Namun demikian tetap diperlukan adanya peningkatan daya tanggap dari seluruh aparat Dinas Kesehatan Kota Surakarta agar masyarakat semakin puas terhadap pelayanan yang diberikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
b. Indikator Responsibilitas Responsibilitas Dinas Kesehatan Kota Surakarta dapat dilihat dari sejauh mana pelaksanaan program PKMS tersebut sesuai dengan ketentuan atau aturan serta prinsip-prinsip administrasi yang telah ditetapkan oleh organisasi. Dalam melakukan tugasnya sebagai pihak yang memberikan pelayanan
di bidang kesehatan bagi masyarakat,
Dinas Kesehatan Kota Surakarta mempunyai beberapa pedoman atau acuan yang digunakan dalam memberikan pelayanan terkait dengan program PKMS. Sebagaimana disampaikan oleh Kasubag TU PKMS sebagai berikut : “Disamping ketentuan-ketentuan dalam pemberian pelayanan kesehatan pada umumnya, dalam melaksanakan tugas pelayanan, acuan yang kami gunakan ada banyak mas, antara lain keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 417/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin, UU RI No 36 Tahun 2009 tentang upaya pembangunan kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dan tradisional. Serta juga ada Perwali (Peraturan Walikota) No 3 B Tahun 2011 perubahan peraturan sebelumya No 25 tahun 2010.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011) Dengan demikian dapat diketahui Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam pelaksanaan program PKMS selalu berpedoman pada ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelayanan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS sudah diatur dalam Perda No. 8 Tahun 2007 tentang retribusi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
pelayanan kesehatan, yang di dalamnya berisi ketentuan mengenai biaya atau tarif pelayanan. Pelaksanaan program PKMS sesuai dengan ketentuan yang berlaku tersebut dikemukakan oleh Kepala UPTD PKMS dan Kasi Manajemen Informasi Kesehatan sebagai berikut : “Acuan hukum yang kami gunakan sabagai dasar pelaksanan program PKMS sekarang yaitu Perda No 8 Tahun 2007 tentang retribusi pelayanan kesehatan. Kami sering menggunakan aturan itu mas dalam pelaksanaan pelayanan program PKMS.” (hasil wawancara tanggal 16 Agustus 2011) “Dalam pemberian pelayanan kami selalu menerapkannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penyimpangan prosedur yang telah ditetapkan, serta adanya kejelasan mengenai tata cara, persyaratan, dan biaya pelayanan.” (hasil wawancara tanggal 15 Agustus 2011) Dari beberapa pernyataan yang dikemukakan diatas maka dapat dilihat bahwa dalam pemberian pelayanan program PKMS, pihak Dinas Kesehatan selalu berpedoman pada ketentuan dan peraturan perundangundangan yang berlaku. Hal ini diperlukan agar proses pemberian pelayanan
dapat berjalan dengan
baik
sehingga tidak
terjadi
penyimpangan. Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam mendukung pelaksanaan program PKMS membuat pedoman atau tata laksana program PKMS. Tata laksana dalam pelaksanaan program PKMS mengacu pada program
Jamkesmas
yang terlebih
dahulu
diinstruksikan
oleh
pemerintah. Dengan demikian pihak Dinas Kesehatan Kota Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
dalam memberikan pelayanan harus berpedoman pada ketentuan atau aturan yang telah ditetapkan. Berdasar pada program Jamkesmas yang diinstruksikan oleh Pemerintah maka tata pelaksanaan kepesertaan PKMS meliputi : 1) Peserta program PKMS adalah setiap orang miskin dan tidak mampu yang tinggal di wilayah Surakarta dibuktikan dengan KTP/KK yang belum termasuk dalam program Askes PNS, Askes swasta, Askeskin atau Asuransi Kesehatan yang lainnya. 2) Jumlah sasaran peserta Program PKMS ditetapkan oleh SK Walikota bersumber dari data Badan Pusat Statistik (BPS). 3) Untuk mendapatkan peserta sesuai data BPS, diperlukan tim sinkronisasi dan kelengkapan data melalui tim sinkronisasi di kabupaten/kota. 4) Tim sinkronisasai sebagaimana dimaksud di atas, dibentuk oleh Walikota yang terdiri dari unsur kependudukkan, Pemda, Dinas Kesehatan, BPS serta unsur terkait lainnya. Untuk kelancaran pelaksanaan sinkronisasi dan kelengkapan data mekanismenya diatur dan menjadi tanggungjawab Dinas Kesehatan. 5) Setelah data tersebut lengkap, Walikota menerbitkan surat keputusan tentang nama dan alamat masyarakat miskin sebagai sasaran Program PKMS. 6) Pemerintah daerah mempunyai tanggungjawab penuh terhadap penerbitan SKM.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
7) Penerbitan dan distribusi kartu menjadi tanggungjawab Dinas Kesehatan. 8) Kartu PKMS tersebut hanya berlaku dalam jangka waktu 1 tahun setelah itu warga harus memperpanjangnya jika ingin mendapatkan pelayanan melalui program PKMS. Dengan adanya tata laksana kepesertaan PKMS diatas maka Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam memberikan pelayanan PKMS selalu mengacu pada ketentuan dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Tanggapan masyarakat terkait dengan tata pelaksanaan program PKMS yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta dituturkan oleh salah seorang peserta PKMS bahwa : “Saya sudah paham mengenai tata pelaksanaan program PKMS yang ditetapkan Dinas. Tata pelaksanaan PKMS yang ditetapkan oleh Dinas tersebut berisi aturan dalam menentukan kepesertaan PKMS.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011) Dalam mendukung pemenuhan kebutuhan layanan kesehatan bagi masyarakat, maka Dinas Kesehatan Kota Surakarta juga menyusun prosedur tetap dalam pengajuan PKMS. Dengan adanya prosedur tetap dalam pengajuan PKMS maka masyarakat dapat mengetahui bagaimana prosedur yang harus dilalui masyarakat yang mengajukan PKMS. Program PKMS itu sendiri terbagi kedalam dua kategori yaitu PKMS gold dan PKMS silver. PKMS gold diperuntukkan bagi masyarakat miskin yang terdaftar di Keputusan Wali Kota tentang penetapan masyarakat miskin tetapi belum tertampung di Program ASKESKIN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
Pemerintah Pusat. Sedangkan untuk PKMS silver diperuntukkan bagi semua masyarakat kota Surakarta yang mendaftar sebagai peserta PKMS. Oleh karenanya prosedur dalam pengajuan PKMS baik gold maupun silver yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta pun berbeda. Berdasar ketentuan Dinas Kesehatan Kota Surakarta mengenai prosedur tetap dalam pengajuan PKMS maka prosedur atau tahapan yang harus diikuti oleh masyarakat yang hendak mengajukan PKMS silver yaitu : 1. Masyarakat datang ke tempat pendaftaran PKMS di Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta dengan membawa persyaratan pendaftaran PKMS silver. 2. Melengkapi persyaratan-persyaratan yang sudah ditentukan : a. Membawa fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan menunjukkan aslinya. b. Membawa fotocopy Kartu Keluarga (KK) dan menunjukkan aslinya. c. Membawa surat keterangan domisili 3 tahun dari RT, RW dan Kelurahan d. Membawa 2 lembar foto ukuran 2 x 3 e. Membayar biaya 1000.3. Dilakukan proses verifikasi berkas persyaratan dan verifikasi kepesertaan dan proses input data.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
4. Apabila lolos dari verifikasi masyarakat dapat langsung ke proses cetak kartu PKMS (sehari langsung jadi). Prosedur atau tahapan yang yang harus diikuti oleh masyarakat yang ingin mengajukan PKMS gold sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta yaitu 1. Masyarakat datang ke tempat pendaftaran PKMS di UPT PKMS Dinas Kesehatan Kota Surakarta dengan membawa persyaratan pendaftaran PKMS gold. 2. Melengkapi persyaratan-persyaratan yang sudah ditentukan : a. Membawa foto copy kartu PKMS Silver yang masih berlaku dan membawa aslinya b. Membawa foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku dan menunjukkan aslinya c. Membawa foto copy Katu Keluarga (KK) dan menunjukkan aslinya d. Foto kuran 2 x 3 cm sebanyak 2 lembar e. Membawa surat keterangan domisili 3 tahun, surat keterangan miskin dari RT, RW dan Kelurahan dan denah lokasi rumah untuk di survey. 3. Dilakukan proses verifikasi persyaratan dan dilakukan survei atau kunjungan ke rumah peserta pendaftar baru PKMS. Verifikasi di lapangan tersebut dilakukan maksimal dalam waktu 7 hari. Dalam verifikasi lapangan dilihat apakah masyarakat tersebut berhak atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
memenuhi syarat atau kriteria miskin yang ditentukan oleh pihak Dinas. 4. Apabila yang bersangkutan memenuhi syarat atau kriteria miskin yang ditentukan oleh Dinas maka dapat langsung ke tahap cetak kartu PKMS. Prosedur atau tahapan dalam pengajuan PKMS yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta telah dinyatakan dengan jelas. Dengan adanya prosedur tetap serta persyaratan yang harus dipenuhi masyarakat dalam pengajuan PKMS diharapkan akan mempermudah masyarakat yang hendak mengajukan PKMS. Dengan demikian masyarakat dapat paham dan mengerti bagaimana prosedur mengajukan PKMS yang baik dan benar. Prosedur dalam pengajuan PKMS tersebut pada umumnya telah jelas dan mudah dimengerti oleh masyarakat. Berikut tanggapan masyarakat berkaitan dengan prosedur pengajuan PKMS yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Seperti yang dikemukakan oleh dua orang peserta PKMS sebagai berikut : “Prosedur pelayanan pengajuan PKMS yang ditetapkan sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku karena saya yakin pihak sini telah berusaha untuk memberikan pelayanan yang maksimal.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011) “Saya rasa prosedur pelayanan pengajuan PKMS cukup sederhana sehingga mudah untuk dipahami dan dalam pelayanan untuk mendapatkan kartu PKMS tidak berbelitbelit.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
Dari hasil wawancara diatas dapat dilihat tanggapan masyarakat terhadap prosedur pelayanan dalam pengajuan PKMS yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta bahwa prosedur yang ditetapkan cukup sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat yang ingin mengajukan PKMS. Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan program PKMS juga menetapkan alur pelayanan yang harus diikuti oleh masyarakat peserta PKMS yang ingin memperoleh pelayanan kesehatan melalui PKMS baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit. Alur pelayanan kesehatan tersebut ditetapkan sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku. Alur pelayanan tersebut dijadikan acuan pihak pemberi layanan dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi peserta PKMS. Berdasar ketentuan Dinas Kesehatan Kota Surakarta mengenai alur pelayanan kesehatan. Alur pelayanan yang harus diikuti oleh masyarakat peserta PKMS yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit meliputi : 1) Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan datang berkunjung ke puskesmas dan jaringannya. 2) Untuk
mendapatkan
pelayanan
kesehatan
peserta
harus
menunjukkan kartu PKMS. Dalam masa transisi, peserta masih dapat menggunakan SKTM/Kartu Sehat/Kartu SLT/Kartu Gakin.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
3) Apabila peserta memerlukan pelayanan kesehatan rujukan, maka peserta yang bersangkutan dapat dirujuk dengan disertai surat rujukan dan semua persyaratan yang ditunjuk sejak awal berobat. 4) Pelayanan rujukan diatas meliputi : a) Pelayanan rawat jalan spesialistik di puskesmas b) Pelayanan rawat inap/persalinan di puskesmas c) Pelayanan rawat jalan lanjutan di rumah sakit d) Pelayanan rawat inap kelas III di rumah sakit e) Pelayanan kesehatan spesimen dan penunjang diagnosik 5) Pada kondisi gawat darurat, peserta tidak diwajibkan atau diharuskan menggunakan surat rujukan. Alur pelayanan dalam dalam pelaksanaan program PKMS diatas merupakan tata cara yang harus diikuti oleh masyarakat pemegang kartu PKMS yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan. Dengan adanya alur pelayanan, diharapkan dapat mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan melalui program PKMS secara cepat dan tidak melalui birokrasi yang berbelit-belit. Tanggapan masyarakat peserta PKMS bahwa alur pelayanan yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta sudah lumayan bagus. Hal ini dikemukakan oleh dua orang peserta PKMS sebagai berikut : “Kalau pakai PKMS bisa mendapat pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan saya. Kalau soal pelayanan ya sudah cukup baik lah karena sudah ada ketentuan yang mengaturnya. (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
“Karena saya sudah lama berobat disini, pelayananannya ya sudah lumayan bagus kok, mas. Kalau pakai kartu PKMS ya bisa dapat pelayanan disini dan biayanya murah. Kalo di Puskesmas sini kan bisa juga minta surat rujukan ke Rumah Sakit.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011) Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa alur pelayanan yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan cukup jelas. Alur pelayanan tersebut juga dapat dijadikan acuan bagi pihak-pihak pemberi pelayanan seperti Puskesmas dan Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta PKMS. Dengan demikian telah terjadi kesesuaian antara pelayanan yang diberikan dengan tanggapan atau respon yang diberikan oleh masyarakat. Berdasar
pendapat
diatas maka dapat
diketahui bahwa
responsibilitas Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS telah dilakukan sesuai dengan ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal tersebut terlihat dari telah ditetapkannya prosedur pengajuan PKMS, tata pelaksanaan PKMS dan alur pelayanan PKMS sesuai dengan ketetntuan dan aturan yang ditetapkan oleh organisasi. Dengan adanya prosedur, tata laksana dan alur pelayanan tersebut, sehingga dapat meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pelayanan PKMS yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta . c. Indikator Akuntabilitas Dalam penelitian ini, akuntabilitas digunakan sebagai indikator yang menunjukkan kesesuaian antara pelaksanaan program PKMS yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
dilakukan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dengan nilai dan norma yang berkembang di masyarakat. Akuntabilitas publik dapat digunakan untuk menunjukkan seberapa besar kebijakan atau program Dinas Kesehatan Kota Surakarta tersebut dapat konsisten dengan harapan masyarakat sebagai pihak yang dilayani. Dalam kaitannya dengan pertanggungjawaban Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, maka semua pihak baik yang langsung maupun tidak langsung terlibat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat harus bekerja dengan penuh profesionalitas dan kedisiplinan. Hal di atas perlu ditekankan mengingat tugas besar yang dibebankan kepada Dinas Kesehatan Kota Surakarta sebagai satusatunya pihak yang menjadi pelopor dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Dinas Kesehatan Kota Surakarta memegang peranan penting dalam menjalankan tugasnya tersebut. Dalam menjalankan tugasnya, Dinas Kesehatan Kota Surakarta harus mempunyai laporan yang bisa dipertanggungjawabkan. Laporan pertanggungjawaban tersebut sebagai bukti pelaksanaan tugasnya dalam kurun waktu tertentu. Laporan pertanggungjawaban atas kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS telah dilakukan secara berkala. Hal ini diungkapkan oleh Kasubag TU PKMS dan Kepala UPTD PKMS sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
“Disini telah dilakukan pelaporan pertanggungjawaban atas kinerja kami. Setiap seksi-seksi melaporkan pelaksanaan tugasnya, setelah terkumpul baru dijadikan satu dengan seksiseksi lainnya. Tidak hanya itu mas, setiap program yang kami laksanakan pasti kita buat laporannya. Jadi dari laporan itu, nantinya akan diketahui hasil yang dicapai maupun hambatanhambatan yang dihadapi sehingga selanjutnya dapat dilakukan perbaikan untuk program selanjutnya.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustusi 2011) “Begini mas, suatu organisasi publik dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota Surakarta merupakan organisasi publik yang memberikan pelayanan kepada publik dalam bidang kesehatan dan Dinas ini ada karena ada kewenangan dari pemerintah. Oleh karenanya perlu adanya laporan pertanggungjawaban kepada pemberi mandat.” (hasil wawancara tanggal 16 Agustus 2011) Dari
pernyataan
diatas
diketahui
bahwa
untuk
mempertanggungjawabkan kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam
pelaksanaan
program
PKMS
dibuat
laporan
pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban tersebut dapat dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan program-program berikutnya. Laporan
pertanggungjawaban
atas
kinerja
Dinas
dalam
pelaksanaan program PKMS dilakukan tiap bulan dan di akhir tahun. Hal
ini
diperlukan
agar
pemerintah
mengetahui
bagaimana
perkembangan pelaksanaan program PKMS. Hal ini dikemukakan oleh Kepala UPTD PKMS sebagai berikut : “Pelaporan pertanggungjawaban atas kinerja kami dalam pelaksanaan program PKMS ini berupa laporkan bulanan dan laporan pada akhir tahun.” (hasil wawancara tanggal 16 Agustus 2011) Dari semua laporan pertanggungjawaban yang telah dibuat oleh Dinas selanjutnya akan dilaporkan secara langsung kepada pihak yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
memberi mandat. Pihak pemberi mandat disini adalah Walikota Surakarta. Hal ini diungkapkan oleh
Kepala UPTD PKMS
dan
Kasubag TU PKMS bahwa : “Pertanggungjawaban dari semua program maupun kegiatan yang kami lakukan langsung pada Walikota, yang berupa laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (Lakip) dan laporan-laporan keuangan. Hal ini dikarenakan Walikota yang memberi mandat kepada kami untuk melaksanakan program tersebut.” (hasil wawancara tanggal 16 Agustusi 2011) “Pengawasan langsung dilakukan oleh Walikota sebagai pihak yang memberi mandat. Seluruh laporan pertanggungjawaban atas kinerja kami dalam pelaksanaan PKMS, kami laporkan langsung kepada pihak yang memberi mandat yaitu walikota.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustusi 2011) Respon atau tanggapan dari Walikota yaitu berupa laporan perbaikan atas kinerjanya dalam pelaksanaan program PKMS yang ditujukan
kepada
Dinas
Kesehatan
Kota
Surakarta.
Hal
ini
dikemukakan oleh Kepala UPTD PKMS bahwa : “Respon atau tanggapan pihak yang memberi mandat yaitu laporan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja. Secara intern kepala dinas kemudian melakukan evaluasi dengan mengadakan rapat koordinasi dalam jangka waktu tertentu. Dengan rapat tersebut dapat diketahui pekerjaan-pekerjaan yang belum mencapai target, pekerjaan-pekerjaan yang sudah terlaksana sejauh mana, sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan.” (hasil wawancara tanggal 16 Agustus 2011) Dari penjelasan di atas diketahui bahwa pelaksanaan program PKMS
oleh
Dinas
Kesehatan
Kota
Surakarta
telah
dapat
dipertanggungjawabkan kepada Walikota Surakarta, disini pihak yang memberikan
wewenang
dan
mandat.
Dengan
adanya
laporan
pertanggungjawaban Dinas kepada Walikota maka dapat dilihat sejauh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
mana kinerjanya, sehingga apabila masih ada kekurangan maka Dinas dapat segera melakukan evaluasi atau perbaikan atas kinerjanya. Pelaporan pertanggungjawaban atas kinerja yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta sebatas dilaporkan kepada pihak pemberi mandat atau walikota Surakarta. Dinas Kesehatan Kota Surakarta tidak melaporkan hasil dari kinerjanya dalam pelaksanaan program PKMS kepada masyarakat. Temuan ini didasarkan pada pernyataan KepalaUPTD PKMS dan Kasi Manajemen Informasi Kesehatan bahwa : “Wujud pertanggungjawaban mengeni hasil kinerja kami selama ini, hanya kami laporkan kepada pihak yang memberi mandat yaitu walikota, sedangkan pertanggungjawaban Dinas kepada masyarakat hanya sebatas pada penyampaian informasi yang berkaitan dengan PKMS, bukan pelaporan hasil kinerja kami dalam pelaksanaan program PKMS.” (hasil wawancara tanggal 16 Agustus 2011) “Kami tidak melaporkan hasil kinerja kami dalam pelaksanaan program PKMS kepada masyarakat, dikarenakan tidak semuanya dilaporkan kepada publik. Publik sebatas mengetahui informasi-informasi yang berkaitan dengan program PKMS saja.” (hasil wawancara tanggal 15 Agustus 2011) Berdasar
pendapat
diatas maka dapat diketahui
bahwa
akuntabilitas Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS telah dapat dipertanggungjawabkan secara transparan kepada pihak yang memberi mandat. Namun demikian Dinas hanya melaporakannya
kepada
pertanggungjawaban
kepada
pemberi publik
mandat tidak
saja,
pelaporan
dilakukan
mengingat
pelaporan kinerja Dinas sifatnya tertutup hanya kepada pemerintah atas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
Publik hanya sebatas mengetahui informasi yang berkaitan dengan PKMS. Dapat dikatakan pertanggungjawaban Dinas Kesehatan Kota Surakarta kepada publik tidak dilakukan secara transparan. d. Indikator Efektivitas Efektivitas dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk melihat apakah kinerja suatu organisasi itu baik atau buruk, dalam hal ini efektivitas diukur dari perbandingan antara target yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut dengan hasil yang telah dicapai. Apabila hasil yang dicapai organisasi telah sesuai dengan target yang ditetapkan, maka dapat dikatakan bahwa organisasi tersebut efektif, sedangkan jika hasil yang dicapai oleh organisasi belum sesuai dengan target yang ditentukan maka organisasi tersebut belum efektif. Demikian halnya dengan Dinas Kesehatan Kota Surakarta, sebagai sebuah organisasi publik, Dinas Kesehatan Kota Surakarta juga mempunyai target-target yang ingin dicapai. Target-target yang ingin dicapai oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta tercantum dalam Renstra Dinas Kesehatan Kota Surakarta tahun 2006-2010. Dalam penelitian ini konsep efektivitas dilihat dari tercapainya tujuan organisasi. Suatu organisasi yang berhasil dapat diukur dengan melihat pada sejauh mana organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam organisasi publik untuk mengukur efektivitas dapat dilakukan dengan membandingkan target yang telah ditetapkan dengan hasil atau capaian yang diperoleh oleh organisasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
dalam kurun waktu tertentu. Efektivitas dalam penelitian ini dapat dipahami dengan mengkaji sejauh mana kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS, yang dilakukan dengan cara membandingkan target yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan hasil atau capaian organisasi sesuai dengan kenyataan di lapangan. Sebagai instituis pelayanan publik yang bergerak di bidang peningkatan derajat kesehatan masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Surakarta mempunyai tujuan yang ingin dicapai dalam hal pemenuhan kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Hal ini sesuai dengan visi Dinas Kesehatan
Kota
Surakarta
yaitu
menjadi
lembaga
penggerak
pembangunan kesehatan guna terwujudnya budaya hidup bersih yang sehat serta mutu pelayanan menuju Solo Sehat 2010. Dalam rangka mewujudkan budaya perilaku hidup bersih dan sehat serta mutu pelayanan dalam menyongsong Solo Sehat 2010, Dinas Kesehatan Kota Surakarta berupaya memaksimalkan kinerjanya agar dapat meraih tujuan dengan baik. Hal ini diungkapan oleh Kasi Manajemen Informasi Kesehatan dan Kepala UPTD PKMS sebagai berikut : “Tujuan yang ingin kami capai dengan adanya program PKMS yaitu memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat kota Surakarta terutama bagi masyarakat miskin yang berupa pelayanan pengobatan baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit.” (hasil wawancara tanggal 15 Agustus 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
“Dengan adanya program PKMS ini dapat memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat yang mana dilakukan melalui berbagai upaya baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.” (hasil wawancara tanggal 16 Agustus 2011) Hal tersebut dibenarkan oleh penyataan salah seorang peserta PKMS bahwa “Dulu sebelum ada PKMS untuk berobat saya harus pinjam uang saudara. Setelah ikut PKMS, saya tidak harus lagi membayar biaya berobat alias gratis karena biayanya sudah ditanggung dengan kartu PKMS.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011) Dari pernyataan yang dikemukakan diatas maka dapat diketahui bahwa
tujuan
diluncurkannya
program
PKMS
adalah
untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan pola hidup bersih dan
sehat, terjaminnya
kesehatan
masyarakat
dan pemenuhan
kebutuhan layanan kesehatan yang bermutu merata dan terjangkau. Dengan demikian dapat diketahui bahwa program PKMS yang diluncurkan oleh pemerintah Kota Surakarta sangat mendukung dalam rangka pencapaian target organisasi. Sebagai bukti pelaksanaan dan pencapaian target atau sasaran dalam program PKMS dapat dilihat dari jumlah peserta PKMS yang tercatat di Dinas Kesehatan Kota Surakarta sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
Tabel IV. 1 Jumlah Target atau Sasaran PKMS Di Kota Surakarta Jenis Kartu PKMS PKMS Silver PKMS Gold Total
Jumlah Sasaran hingga 30 September 2011 209.241 peserta 12.790 peserta 222.031 peserta
Jumlah Sasaran/ Target tahun 2011 320.000 peserta 320.000 peserta
(Sumber : Dinas Kesehatan Kota Surakarta) Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah peserta PKMS yang tercatat pada akhir bulan September 2011 sebesar 222.031. Jumlah sasaran atau target yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta sebanyak 320.000 peserta yang mencakup peserta PKMS silver dan PKMS gold. Namun pada tahun ini pencapaian target Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS baru tercapai kurang lebih 69 %. Hal ini berarti bahwa pencapaian target atau sasaran Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS masih kurang atau belum mencapai target yang telah ditetapkan. Kondisi ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Kepala UPTD PKMS sebagai berikut : “Kami memiliki sasaran dalam pelaksanaan program PKMS yaitu sebanyak 320.000 peserta. Sasaran ini ditetapkan berdasarkan hasil pendataan masyarakat atau penduduk oleh Badan Pusat Statistik. Yang berhak ikut dalam program PKMS adalah semua penduduk asli Surakarta yang tidak mampu, dibuktikan dengan KK/ KTP dan belum termasuk dalam Program Askes PNS, Askes Swasta, Jamkesmas atau Asuransi Kesehatan lainnya. Namun demikian, jumlah peserta PKMS yang sudah tercatat disini sampai dengan bulan september
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
2011 sebesar 222.031 peserta.” (hasil wawancara tanggal 16 Agustus 2011) Dengan demikian dapat diketahui bahwa Dinas Kesehatan Kota Surakarta belum efektif dalam pelaksanaan program PKMS. Hal ini dibuktikan dengan masih belum tercapainya target atau sasaran kepesertaan masyarakat dalam pelaksanaan program PKMS. Dari keseluruhan 320.000 peserta, baru sekitar 222.031 masyarakat yang tercatat sebagai peserta PKMS atau pencapaian sasaran baru tercapai + 70 %. Dengan membandingkan hasil pencapaian target sekarang dengan sebelumnya maka dapat diketahui bahwa Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam penyelenggaraan program PKMS masih belum efektif dikarenkan belum tercapainya target atau sasaran kepesertaan PKMS sesuai dengan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil pengukuran dari masing-masing indikator penilaian kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS yaitu responsivitas, responsibilitas, akuntabilitas dan efektivitas dapat diketahui bahwa kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS sudah cukup baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam Pelaksanaan Program PKMS Kinerja suatu organisasi publik sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam organisasi maupun dari luar organisasi. Faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh dalam arti negatif yatu menghambat kinerja, maupun yang positif yaitu mendukung kinerja. Dalam penelitian ini akan dibahas hasil temuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Dinas Kesehatan Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS, faktor faktor tersebut meliputi : a. Faktor Pendukung Faktor pendukung kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS adalah faktor kemitraan dengan institusi kesehatan lainnya. Institusi lainnya disini yaitu pihak pihak yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat pemegang kartu PKMS. Pihak-pihak tersebut diantaranya Puskesmas dan Rumah Sakit. Hal ini diungkapan oleh Kasi Manajemen Informasi Kesehatan serta Petugas dari Puskesmas Gajahan sebagai berikut : “Kami dalam melaksanakan program PKMS bekerjasama dengan pihak lain seperti Puskesmas dan Rumah Sakit yang ada di wilayah Surakarta. Kami selalu berkoordinasi dengan pihak Puskesmas dan Rumah Sakit tersebut mengenai pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat peserta PKMS sehingga proses kegiatan pelayanan dapat berjalan dengan baik.” (hasil wawancara tanggal 16 Agustus 2011) Hal tersebut dibenarkan oleh pernyataan salah seorang petugas dari Puskesmas Gajahan bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
“Kami selalu berkoordinasi dengan pihak Dinkes dan melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan PKMS kepada Dinas sehingga apabila terjadi masalah dapat langsung melaporkannya kepada Dinas untuk segera mendapatkan penanganan.” (hasil wawancara tanggal 19 Agustus 2011) Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kerjasama antara pihak Dinas Kesehatan Kota Surakarta dengan beberapa Puskesmas dan Rumah Sakit di kota Surakarta. Hal ini memberikan kemudahan bagi Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam upaya memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh masyarakat melalui program PKMS, serta peningkatan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian kerjasama antar berbagai lembaga sangat penting untuk mendukung pelaksanaan program PKMS agar dapat berjalan dengan baik. b. Faktor Penghambat Faktor-faktor yang menghambat kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS meliputi : 1) Dana atau Anggaran Dalam pelaksanaan program PKMS di Kota Surakarta, Dinas Kesehatan Kota Surakarta menemui faktor penghambat dalam hal dana. Sumber dana dalam pelaksanaan program PKMS ini berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surakarta. Dana untuk pembiayaan program PKMS setiap tahun begitu besar. Meskipun begitu dana sebesar itu masih dianggap kurang mencukupi untuk membiayai pelaksanaan program PKMS karena seiring dengan semakin banyaknya masyarakat yang menjadi peserta PKMS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
Berkaitan dengan pendanaan dan pembiayaan dalam pelaksanaan program PKMS. Hal ini diutarakan oleh Kasubag TU PKMS dan Kepala UPTD PKMS sebagai berikut : “Masalah dana memang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan program PKMS ini. Jumlah dana yang kami ajukan kepada pemerintah untuk pembiayaan PKMS dari tahun ketahun semakin besar jumlahnya. Hal ini dikarenakan terjadi peningkatan jumlah peserta PKMS di Kota Surakarta.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011) “Memang dana yang kami ajukan tiap tahunnya jumlahnya semakin besar. Hal ini disebabkan oleh adanya indikasi perpindahan warga luar kota Solo ke Kota Solo demi mendapatkan pelayanan kesehatan yang murah dan gratis melalui program PKMS.” (hasil wawancara tanggal 16 Agustus 2011) Dari beberapa pernyataan diatas maka dapat diketahui bahwa permasalahan yang dihadapi oleh pihak Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS yaitu adanya indikasi perpindahan warga luar kota solo ke kota solo agar bisa memperoleh pelayanan kesehatan melalui program PKMS. Hal tersebut mengakibatkan semakin besarnya jumlah pembiayaan atau dana yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk membayar pelayanan kesehatan yang diterima oleh peserta PKMS dan mengakibatkan terjadinya pemborosan anggaran PKMS. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dana tersebut yaitu dengan mengajukan dana kepada Pemkot Surakarta. Disamping itu juga dilakukan pengawasan secara ketat dalam pelaksanaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
program PKMS dengan berkoordinasi dengan pihak kelurahan dan kecamatan. 2) Fasilitas atau Sarana Penunjang Kendala lain yang dihadapai Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS yaitu dinas belum mempunyai Rumah Sakit sendiri. Rumah sakit yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta hanya ada satu buah yaitu RSUD yang terletak di kawasan Banjarsari. RSUD tersebut tidak bisa memberikan pelayanan kepada seluruh peserta PKMS yang begitu besar jumlahnya. Minimnya fasilitas dan sarana prasarana yang dimiliki oleh RSUD tersebut membuat pelayanan yang diberikan kepada masyarakat menjadi kurang maksimal. Hal ini dikemukakan oleh Kasi Manajemen Informasi Kesehatan bahwa : “Rumah sakit yang berada di bawah kewenangan kami hanya satu yaitu RSUD Banjarsari. RSUD tersebut dirasa belum mampu memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal dikarenakan peralatan dan fasilitas yang dimiliki kurang memadai.” (hasil wawancara tanggal 15 Agustus 2011) Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Dinas Kesehatan hanya memiliki satu Rumah Sakit saja yaitu RSUD yang terletak di Banjarsari, sehingga tidak semua peserta PKMS dapat dilayani oleh RSUD tersebut. Selain itu juga fasilitas dan prasarana yang dimiliki kurang memadai sehingga proses pemberian pelayanannya kurang maksimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
3) Partisipasi Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS dihadapkan pada permasalahan yaitu kurangnya partisipasi
masyarakat dalam
pelaksanaan program
PKMS.
Masyarakat seringkali tidak peduli dengan kebijakan yang digulirkan oleh pemerintah. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program PKMS ditunjukkan dari mengurus perpanjangan kartu PKMS. Hal ini diungkapkan Kasi Manajemen Informasi Kesehatan dan Kepala UPTD PKMS sebagai berikut : “Partisipasi mayarakat dirasa masih kurang. Khususnya dalam mengurus perpanjangan kartu PKMS. Mereka baru mau mengurusnya ketika sedang sakit saja sehingga pas berobat ke rumah sakit mereka baru sadar kalo masa berlaku kartu PKMS nya sudah habis, sehingga mereka kebingungan ketika disuruh membayar biaya berobat. Karena masa berlakunya sudah habis maka mereka tidak bisa mendapatkan pelayanan PKMS.” (hasil wawancara tanggal 15 Agustus 2011) “Masyarakat masih enggan untuk mengurus perpanjangan PKMS meskipun sudah habis masa berlakunya. Padahal persyaratan untuk perpanjangan kartu PKMS relatif mudah.” (hasil wawancara tanggal 16 Agustus 2011) Hal tersebut dibenarkan oleh penuturan salah seorang peserta PKMS yang mengatakan bahwa : “Pernah waktu itu kartu PKMS saya sudah habis masa berlakunya. Namun, saya belum sempat memperpanjangnya karena belum ada waktu.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011) Dari
pernyataan
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan bagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
diri mereka sehingga apabila sakit saja mereka baru mau mengurus PKMS. Disamping itu juga masyarakat kurang aktif mengurus perpanjangan kartu PKMS meskipun sudah lewat batas berlakunya. Apabila tidak diperpanjang maka kartu PKMS tersebut dianggap tidak berlaku lagi dalam memperoleh layanan kesehatan baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat cenderung ingin mendapatkan haknya saja dan tidak mau melakukan kewajibannya yaitu mengurus PKMS. 4) Belum Paham Mengenai Prosedur Pelayanan
Hambatan
lain
yang
mempengaruhi
kinerja
Dinas
Kesehatan dalam pelaksanaaan program PKMS adalah masih belum pahamnya masyarakat akan prosedur dalam pelayanan PKMS yang sifatnya berjenjang. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Kepala UPTD PKMS sebagai berikut : “Masyarakat pemegang kartu PKMS masih belum paham mengenai prosedur pelayanan PKMS. Apabila sakit mereka langsung saja berobat ke Rumah Sakit padahal pelayanan PKMS sifatnya berjenjang yaitu mereka bila sakit seharusnya memeriksakan ke Puskesmas dulu, apabila dirasa sakitnya parah dan butuh penanganan medis maka baru akan dirujuk ke Rumah Sakit. Tetapi masih ada juga masyarakat pemegang PKMS yang belum paham mengenai hal tersebut.” (hasil wawancara tanggal 16 Agustus 2011) Hal tersebut dibenarkan oleh pernyataan dua orang peserta PKMS sabagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
“Saya tahunya dengan PKMS kita bisa periksa di Puskesmas dan Rumah Sakit. Namun pas saya sakit saya lebih suka periksa di Rumah Sakit karena lebih terjamin obatnya dibandingkan periksa di puskesmas.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011) “Kalo dirawat di Rumah Sakit fasilitasnya lebih memadai, sehingga apabila kenapa-napa dapat segera langsung ditangani oleh dokter dan perawatnya yang jaga selama 24 jam nonstop.” (hasil wawancara tanggal 18 Agustus 2011) Dari
pernyataan
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
masyarakat pemegang kartu PKMS belum paham mengenai pelayanan dalam program PKMS yang sifatnya berjenjang. Seharusnya apabila sakit mereka harus memeriksakan sakitnya terlebih dahulu ke Puskesmas, apabila sakitnya tidak mampu ditangani maka akan diberi surat rujukan ke Rumah sakit. Disamping itu, masyarakat apabila sakit lebih suka dirawat di rumah sakit daripada di puskesmas, karena mereka berfikir bila dirawat di rumah sakit dapat segera lekas sembuh, padahal biaya pelayanan di rumah sakit itu sangat mahal, tapi dengan adanya PKMS mereka bisa memperoleh pelayanan kesehatan dengan murah ataupun gratis. Namun, hal tersebut mengakibatkan semakin besarnya jumlah pembiayaan yang harus ditanggung oleh pemerintah atas pelayanan kesehatan yang diterima oleh peserta PKMS. Berdasarkan keseluruhan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS senantiasa dipengaruhi oleh faktor-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
faktor baik yang mendukung maupun menghambat kinerjanya. Faktor pendukung yang dapat meningkatkan kinerjanya yaitu adanya kemitraan atau kerjasama dengan pihak lain seperti Puskesmas dan Rumah Sakit. Sedangkan Faktor yang menghambat kinerjanya meliputi dana, fasilitas atau sarana penunjang, kurangnya partisipasi masyarakat dan belum pahamnya masyarakat mengenai pelayanan PKMS yang sifanya berjenjang.
commit to user
1.
No
1) Telah dilakukan proses komunikasi antara pihak Dinas Kesehatan Kota Surakarta dengan mengadakan pertemuan rutin dengan sejumlah warga untuk membahas permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat. 2) Dalam perumusan kebijakan melibatkan berbagai pihak dengan mengacu pada kebutuhan dan aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat. 3) Dilakukannya pengembangkan program atau kegiatan dalam rangka memperkenalkan program PKMS kepada masyarakat 4) Memberi kesempatan kepada masyarakat untuk menyampaikan keluhan kaitannya dengan program PKMS. 1) Dinas telah melaksanakan pelayanan sesuai dengan ketentuan atau prinsip-prinsip administrasi yang telah ditetapkan. 2) Terselenggaranya kegiatan pelayanan PKMS yang meliputi tata pelaksanaan PKMS, prosedur pelayanan dalam pengajuan PKMS serta alur pelayanan kesehatan melalui program PKMS sesuai denga ketentaun yang ada. 3) Tanggapan positif masyarakat mengenai prosedur pelayanan kaitannya dengan program PKMS yang ditetapkan oleh Dinas.
b. Responsibilitas
Secara umum kinerja Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan program PKMS sudah cukup baik. Temuan ini di dukung atas temuan pada masing-masing indikator pengukuran kinerja yaitu responsivitas, responsibilitas, akuntabilitas dan efektivitas telah sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Keterangan
a. Responsivitas
Variabel atau Indikator Kinerja
Matriks Hasil Penelitian Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam Pelaksanaan Program PKMS
Tabel IV. 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
102
commit to user
Faktor pendukung
Faktor Penghambat
3.
Masalah dana atau anggaran untuk pembiayaan PKMS yang tiap tahun mengalami peningkatan. Kurangnya partisipasi masyarakat serta belum pahamnya masayrakat mengenai pelayanan PKMS yang sifatnya berjenjang dan kurangnya fasilitas atau sarana prasarana yang dimiliki oleh RSUD Banjarsari.
1) Terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang terjangkau melalui program PKMS. 2) Tercapainya target atau sasaran dalam kepesertaan PKMS di Kota Surakarta + 69% dari keseluruhan target atau sasaran kepesertaan yang telah ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta . Adanya kemitraan atau kerjasam antara Dinas Kesehatan Kota Surakarta dengan Puskesmas dan Rumah Sakit terutama dalam memberikann pelayanan PKMS.
d. Efektivitas
2.
1) Adanya laporan pertanggungjawaban yang berupa laporan bulanan dan laporan tahunan. 2) Laporan pertanggungjawaban atas kinerjanya dilaporkan kepada Walikota kota Surakarta. 3) Belum transparannya pertanggungjawaban atas kinerja Dinas kepada publik.
c. Akuntabilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
103
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pengukuran
kinerja
Dinas
Kesehatan
Kota
Surakarta
dalam
pelaksanaan program PKMS dilakukan dengan menggunkan empat indikator yaitu responsivitas, responsibilitas, akuntabilitas dan efektivitas. Kesimpulan hasil temuan penelitian pada masing-masing indikator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Indikator Responsivitas Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS telah melakukan kegiatan identifikasi masalah yang dilakukan sebagai perwujudan untuk mengenali kebutuhan masyarakat yang dilakukan melalui pertemuan dengan sejumlah warga untuk mendengarkan aspirasi masyarakat, sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam perumusan kebijakan. Dinas Kesehatan Kota Surakarta telah mengembangkan program dan kegiatan untuk memperkenalkan program PKMS kepada masyarakat. Disamping itu Dinas Kesehatan Kota Surakarta menerima dengan terbuka setiap keluhan yang disampaikan oleh masyarakat terkait dengan program PKMS. Dapat disimpulkan bahwa Dinas Kesehatan Kota Surakarta dapat dikatakan telah responsif dalam melaksanakan program PKMS tersebut.
commit to user 104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105
2. Indikator Responsibilitas Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKM telah melaksanakan
kegiatan
pelayanan
sesuai
dengan
prinisip-prinsip
administrasi yang benar dan ketentuan yang berlaku. Kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surkarta terkait dengan program PKMS yaitu kepesertaaan PKMS, prosedur dalam pengajuan PKMS dan alur pelayanan kesehatan dalam program PKMS. Pelayanan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta selalu berdasarkan pada ketentuan yang ada, sehingga dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pelayanan PKMS yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Dapat disimpulkan responsibilitas dalam kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Dinas Kesehata Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS telah sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang ditetapkan. 3. Indikator Akuntabilitas Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS telah melakukan pelaporan atas hasil kinerjnaya kepada pihak yang berhak mendapatkan pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban tersebut berupa laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) dan laporan keuangan yang dilaporkan tiap bulan dan di akhir tahun. Laporan mengenai hasil kinerjanya dalam pelaksanaaan progra PKMS, dilaporkan langsung kepada walikota. Akan tetapi, Dinas Kesehatan Kota Surakarta tidak melaporkan kinerjanya tersebut kepada publikatau masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106
Publik hanya sebatas tahu mengenai informasi yang berkaitan dengan PKMS saja. Dapat diketahui bahwa akuntabilitas Dinas Kesehatan Kota Surakarta dapat dipertanggungjawabkan kepada pemberi mandat, namun belum dapat dipertanggungjawabkan secara transparan kepada publik. 4. Indikator Efektivitas Dinas Kesehatan Kota Surakarta telah efektif dalam pelaksanaan program PKMS. Hal ini dibuktikan dengan telah tercapainya tujuan dari program PKMS
yaitu
terpenuhinya
kebutuhan
pelayanan
kesehatan
bagi
masyarakat serta tercapainya target sasaran kepesertaan masyarakat dalam pelaksanaan program PKMS + 69 persen dari keseluruhan target atau sasaran yang telah dicapai atau ditetapkan. Dengan demikian
dapat
diketahui bahwa pencapaian target atau sasaran dalam pelaksanaan program PKMS telah cukup berhasil, akan tetapi masih belum efektif dalam mencapai target atau sasaran PKMS yang telah ditentukan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan juga ditemukan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan PKMS. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor pendukung dan penghambat kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS. Faktor pendukung dalam pelaksanaan program PKMS adalah terjalinnya kerjasama antara Dinas Kesehatan Kota Surakarta dengan institusi pelayanan kesehatan lainnya seperti Puskesmas dan Rumah Sakit. Hal ini memberikan kemudahan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107
upaya memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh masyarakat melalui program PKMS. Faktor penghambat yang mempengaruhi kinerja yaitu dalam hal dana. Dana yang disediakan masih kurang mencukupi
untuk membiayai
pelaksanaan program PKMS karena seiring dengan semakin banyaknya jumlah masyarakat yang menjadi peserta PKMS. Faktor penghambat lainnya yaitu Rumah Sakit yang berada dibawah kewenangan Dinas Kesehatan Kota Surakarta hanya RSUD Banjarsari, dengan sarana dan fasilitas yang masih minim.
Dikarenakan jumlah
peserta
PKMS
tiap
tahun
mengalami
peningkatan maka RSUD tersebut kurang mampu memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal kepada para peserta PKMS. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program PKMS juga menjadi faktor penghambat kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam pelaksanaan program PKMS. Masyarakat masih belum paham mengenai prosedur pelayanan PKMS yang sifatnya berjenjang yaitu terlebih dahulu harus ke Puskesmas dan apabila tidak dapat ditangani akan dirujuk ke Rumah Sakit. B. Saran Berdasar hasil temuan penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran bagi Dinas Kesehatan Kota Surakarta terkait dengan pelaksanaan program PKMS sebagai berikut : 1. Perlu
dilakukan
sosialisasi
kepada
masyarakat
sasaran
untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai program PKMS. Sosisalisasi dapat dilakukan melalui pertemuan warga yang dilakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108
secara rutin di setiap wilayah sehingga dapat lebih efektif karena disampaikan secara langsung kepada masyarakat. 2. Untuk menunjang pelaksanaan program PKMS, perlu dilakukan perbaikan dan peningkatan kualitas sarana dan fasilitas RSUD sebagai tempat rujukan akhir dalam pelayanan program PKMS. 3. Dinas Kesehatan Kota Surakarta agar lebih selektif dalam menentukan masyarakat yang benar-benar berhak mendapatkan pelayanan melalui program PKMS, mengingat adanya indikasi perpindahan warga luar kota Surakarta ke Surakarta. Monitoring dan pengawasan ketat antar lain dengan berkoordinasi dengan pihak kelurahan dan kecamatan setempat. 4. Perlu dilakukan pelaporan hasil kinerja Dinas kepada publik sehingga publik mengetahui sejauhmana pencapaian kinerja Dinas dalam pelaksanaan program PKMS sehingga dapat memunculkan respon atau tanggapan yang dapat menjadi masukan bagi perbaikan kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta.
commit to user