KINERJA ANTIKOROSI ZINK DIALKILDITIOFOSFAT BERDASARKAN STUDI TERMODINAMIKA DAN KINETIKA DENGAN TEKNIK POLARISASI POTENSIODINAMIK
DENAR ZULIANDANU
DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kinerja Antikorosi Zink Dialkilditiofosfat Berdasarkan Studi Termodinamika dan Kinetika dengan Teknik Polarisasi Potensiodinamik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Denar Zuliandanu NIM G44090103
ABSTRAK DENAR ZULIANDANU. Kinerja Antikorosi Zink Dialkilditiofosfat Berdasarkan Studi Termodinamika dan Kinetika dengan Teknik Polarisasi Potensiodinamik. Dibimbing oleh KOMAR SUTRIAH dan MOHAMMAD KHOTIB. Zink Dialkilditiofosfat (ZDTP) merupakan aditif pelumas yang memiliki banyak fungsi di antaranya sebagai antifriksi, antiaus, antioksidan, dan antikorosi. Kinerja ZDTP sebagai antikorosi dapat diukur menggunakan teknik polarisasi potensiodinamik. Tiga jenis ZDTP dibuat berdasarkan panjang rantai alkil. Pengukuran menunjukkan bahwa ZDTP 8 memiliki efektivitas inhibisi korosi paling besar dibandingkan dengan ZDTP 4 dan ZDTP 16. Efektivitas inhibisi ZDTP 8 pada logam Cu mencapai 80% pada konsentrasi larutan inhibitor 2%. Hasil penelitian ini juga menjelaskan adanya pengaruh panjang rantai alkil ZDTP terhadap kinerja antikorosi. Verifikasi parameter termodinamika menunjukkan spontanitas korosi berkurang dengan kehadiran inhibitor. Energi aktivasi proses korosi dengan kehadiran ZDTP 8 sebesar 38.60 kJ mol-1, nilai ini lebih besar daripada energi aktivasi blangko yakni 31.14 kJ mol-1. Fenomena ini menunjukkan adanya penurunan laju korosi yang berkaitan dengan kenaikan energi minimum reaksi. Kata kunci: efektivitas inhibisi, kinetika, polarisasi, termodinamika, ZDTP
ABSTRACT DENAR ZULIANDANU. The Performance of Zinc Dialkyldithiophosphates as Anti-Corrosion Based on Thermodynamic and Kinetic Study with Potentiodynamic Polarization Technique. Supervised by KOMAR SUTRIAH and MOHAMMAD KHOTIB. Zinc Dialkyldithiophosphates (ZDTP) is lubricant additives and has function as anti-friction, anti-wear, antioxidant, and anti-corrosion. ZDTP Performances as anti-corrosion is measured by potentiodynamic polarization technique. Three types of ZDTP were prepared, based on the alkyl chain length. The Measurement shows that ZDTP 8 has the highest corrosion inhibition affectivity as compared to ZDTP 4 and ZDTP 16. The inhibition affectivity of ZDTP 8 to metal Cu reaching 80% in the concentration 2% of inhibitor solution. This research result also explains the influence of alkyl chain length on the performance of ZDTP as anti-corrosion. Thermodynamic parameter verification shows corrosion spontaneity decrease by the present of inhibitor. Corrosion activation energy with present ZDTP 8 is 38.60 kJ mol-1, the value is bigger than blank activation energy namely 31.14 kJ mol-1. This phenomena shows that decreasing corrosion rate relate with increasing minimum energy of reaction. Keywords: inhibition affectivity, kinetic, polarization, thermodynamic, ZDTP
KINERJA ANTIKOROSI ZINK DIALKILDITIOFOSFAT BERDASARKAN STUDI TERMODINAMIKA DAN KINETIKA DENGAN TEKNIK POLARISASI POTENSIODINAMIK
DENAR ZULIANDANU
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi
Nama NIM
Kinerja Antikorosi Zink Dialkilditiofosfat Berdasarkan Studi Terrnodinamika dan Kinetika dengan Teknik Polarisasi Potensiodinamik Denar Zuliandanu G44090103
Disetujui oleh
--
Dr Komar Sutriah, MS Pembimbing I
Mohammad Khotib, SSi, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
MS
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi : Kinerja Antikorosi Zink Dialkilditiofosfat Berdasarkan Studi Termodinamika dan Kinetika dengan Teknik Polarisasi Potensiodinamik Nama : Denar Zuliandanu NIM : G44090103
Disetujui oleh
Dr Komar Sutriah, MS Pembimbing I
Mohammad Khotib, SSi, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Maret sampai Juni 2013. Tema yang dipilih ialah antikorosi, dengan judul Kinerja Antikorosi Zink Dialkilditiofosfat Berdasarkan Studi Termodinamika dan Kinetika dengan Teknik Polarisasi Potensiodinamik. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Komar Sutriah, MS dan Bapak Mohammad Khotib, SSi, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, serta Bapak Dr Zainal Alim Mas’ud, DEA, Bapak Novryandi Hanif, MSc, DSc, dan Bapak Drs Muhammad Farid, MSi yang telah memberi saran. Penghargaan juga disampaikan kepada Rismawati, SSi dan Itoh Khitotul Hayati, SSi yang telah membantu penelitian. Di samping itu, terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr Henny Purwaningsih, SSi, MSi dan Mas Eko atas fasilitas Laboratorium Bersama Departemen Kimia IPB. Terima kasih juga untuk Sujono, SSi, Indah, Ibrahim, dan staf analis Laboratorium Terpadu IPB, serta Bapak Yani dari Bengkel Fisika IPB yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua serta seluruh keluarga atas doa dan motivasinya. Terima kasih juga disampaikan kepada mahasiswa penelitian di Laboratorium Terpadu IPB, rekan-rekan mahasiswa Laboratorium Kimia Fisik dan Lingkungan, serta teman-teman angkatan Kimia 46 atas doa dan dukungannya. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, September 2013 Denar Zuliandanu
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Waktu dan Tempat Penelitian
2
METODE
2
Bahan dan Alat
2
Sintesis Zink Dialkilditiofosfat (Dinoiu et al. 2007)
2
Pencirian Produk
3
Pengukuran dengan Teknik Polarisasi Potensiodinamik
3
Parameter Termodinamika Proses Korosi
4
Kinetika Laju Korosi dengan Tinjauan Energi Aktivasi
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Hasil Sintesis ZDTP dan penciriannya
4
Efektivitas Inhibisi Korosi ZDTP Berdasarkan Polarisasi Potensiodinamik
7
Pengaruh Panjang Rantai ZDTP pada Kinerja Antikorosi
8
Pengaruh Suhu pada Arus Korosi
9
Parameter Termodinamika dan Kinetika Korosi
10
SIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
14
RIWAYAT HIDUP
22
DAFTAR TABEL 1 2 3 4
Rendemen sintesis ZDTP 5 Parameter korosi dan efektivitas inhibisi korosi larutan ZDTP yang diukur pada suhu 28 oC dan lama pencelupan 15 detik 7 Pengaruh suhu pada arus korosi 10 Parameter termodinamika dan kinetika korosi 11
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7
Rute sintesis ZDTP Produk sintesis ZDTP 4 (a), ZDTP 8 (b), dan ZDTP 16 (c) Spektrum inframerah produk sintesis Model adsorpsi molekul ZDTP 8 yang telah dioptimisasi energi dengan metode mekanika molekuler menggunakan perangkat lunak HyperChem Hubungan konsentrasi larutan ZDTP dengan efektivitas inhibisi korosi Aluran kurva persamaan Arrhenius keadaan transisi Aluran kurva persamaan Arrhenius
5 6 6 8 9 11 12
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7
Diagram alir penelitian Rangkaian alat sintesis ZDTP Elektrode Cu, reservoir, dan rangkaian alat pengukuran elektrokimia Bobot reaktan dan perhitungan sintesis ZDTP Contoh perhitungan data polarisasi potensiodinamik Kurva polarisasi zink dialkilditiofosfat Pengolahan data variasi suhu dan perhitungan CR
15 16 17 18 19 20 21
PENDAHULUAN Latar Belakang
Korosi merupakan suatu fenomena permukaan yang terjadi akibat adanya reaksi oksidasi-reduksi antara permukaan logam dan lingkungannya. Benda yang terserang korosi akan mengalami penurunan mutu dan apabila korosi dibiarkan terus-menerus akan semakin fatal akibatnya. Bukan hanya kerugian dari segi ekonomi, korosi dapat juga berefek pada keamanan dan keselamatan, misalnya proses korosi yang menyerang infrastruktur jalan, bangunan, serta tangki dan pipa penyaluran minyak. Rapuhnya logam akibat korosi dapat membuat infrastruktur tersebut menjadi rusak dan ambruk. Oleh karena itu, kajian mengenai korosi menjadi begitu penting, terutama kajian mengenai senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas inhibisi korosi, sehingga dampak yang terjadi dapat diminimumkan. Antikorosi merupakan zat kimia yang mampu menginhibisi laju korosi lingkungan terhadap logam. Antikorosi dapat berupa senyawa organik, anorganik, dan senyawa kompleks koordinasi. Contoh senyawa kompleks koordinasi yang dapat bertindak sebagai antikorosi ialah senyawa zink dialkilditiofosfat (ZDTP) (Sangvanich et al. 2008). Pada mulanya senyawa ZDTP banyak digunakan sebagai pelumas pada industri automotif (Becchi et al. 2001), tetapi kemudian diketahui bahwa senyawa ini juga mampu bertindak sebagai antikorosi (Loftus 2002). Senyawa ZDTP dapat teradsorpsi pada antarmuka logam, sehingga melindungi logam dari serangan korosi. Selain sebagai antikorosi, senyawa ini juga memiliki kemampuan sebagai antifriksi, antiaus, dan antioksidan (Rudnick 2009). Rantai alkil pada ZDTP dapat dibuat beragam sesuai dengan kebutuhan pemakaian, rantai alkil yang berbeda tentunya akan memberikan sifat fisikokimia yang berbeda. Menurut Yu et al. (2007) gugus alkil sekunder memberikan kinerja antiaus yang lebih baik daripada alkil primer atau aril. Semakin panjang rantai alkil dari ZDTP, semakin tinggi kestabilannya terhadap panas. ZDTP dari alkohol sekunder kurang stabil terhadap panas, tetapi memiliki sifat antioksidan dan pelumasan yang lebih baik dari rantai primer (Evstaf’ev et al. 2001). Pada minyak pelumas komersial, ZDTP yang banyak digunakan memiliki rantai alkil C4 sampai C10 (Sangvanich et al. 2008). Saat ini belum banyak penelitian yang melaporkan kinerja antikorosi ZDTP dengan alkohol rantai panjang (fattyalcohol). Struktur yang lebih teratur dan rapat dari ZDTP dengan rantai fattyalcohol diduga akan memberikan kinerja antikorosi yang lebih baik daripada ZDTP yang umum digunakan pada minyak pelumas komersial saat ini. Menurut Peng et al. (2011), struktur ZDTP yang lebih teratur dan rapat memberikan kinerja antikorosi yang lebih baik dibandingkan dengan struktur yang lebih meruah dan bercabang. Zink dialkilditiofosfat (ZDTP) yang diukur kinerja antikorosinya memiliki rantai alkil linear C4, C8, dan C16 dengan beragam konsentrasi. Pengukuran dilakukan menggunakan teknik polarisasi potensiodinamik dengan ekstrapolasi Tafel. Teknik ini merupakan teknik elektrokimia yang banyak digunakan untuk mengukur kinerja antikorosi berdasarkan pantauan arus korosi. Parameter polarisasi seperti arus korosi, potensial korosi, dan kemiringan Tafel dapat dijadikan parameter pengukur kinerja antikorosi dari ZDTP.
Selain parameter polarisasi, besaran termodinamika dan kinetika juga dapat digunakan untuk mengukur kemudahan suatu reaksi korosi terjadi. Parameter termodinamika juga dapat memberi informasi mengenai transfer energi di antara sistem dan lingkungannya (Atkins dan Paula 2006). Derajat ketidakteraturan sistem dijelaskan dengan perubahan entropi (∆S) dan kespontanan suatu reaksi mampu dijelaskan melalui perubahan energi bebas Gibbs (∆G). Tinjauan mengenai kinetika korosi dapat dijelaskan berdasarkan nilai energi aktivasi (Ea) proses korosi. Nilai perubahan besaran termodinamika dan energi aktivasi tersebut bisa didapatkan berturut-turut melalui persamaan Arrhenius keadaan transisi dan persamaan Arrhenius (Rafiquee et al. 2008).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengukur kinerja antikorosi ZDTP, mengukur nilai parameter termodinamika dan kinetika korosi menggunakan teknik polarisasi potensiodinamik, serta mempelajari pengaruh panjang rantai ZDTP pada aktivitas inhibisi korosi pada logam Cu .
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di Laboratorium Terpadu IPB Baranangsiang dan Laboratorium Bersama Departemen Kimia IPB.
METODE Bahan dan Alat
Penelitian ini terdiri atas 2 bagian, pertama ialah sintesis ZDTP dan penciriannya, bagian kedua ialah pengukuran elektrokimia (Lampiran 1). Bahanbahan yang digunakan untuk sintesis ZDTP antara lain P2S5 (Merck), n-butanol (Univar), 1-oktanol (Merck), setil alkohol, ZnO (teknis), n-heptana (AnalaR), dan HNO3 pekat. Untuk pengukuran elektrokimia, digunakan aseton, ampelas silikon karbida 100 CW, HCl 5%, dan kupon tembaga (elektrode kerja). Adapun peralatan yang digunakan antara lain adalah labu didih, termometer, pemanas, pengaduk magnetik, neraca analitik, stopwatch, potensiostat EA160 yang dilengkapi program EChem® versi 2.1, perangkat lunak HyperChem® versi 6, dan spektrofotometer inframerah transformasi Fourier (FTIR) Prestige-21 Shimadzu.
Sintesis Zink Dialkilditiofosfat (Dinoiu et al. 2007)
Zink dialkilditiofosfat (ZDTP) dibuat dengan cara mereaksikan P2S5 dan alkohol dengan nisbah 1:4 dalam pelarut n-heptana (reaksi tahap 1) selama 12 jam
3
di dalam labu didih (Lampiran 2). Produk samping reaksi ini berupa gas H2S, oleh karena itu labu didih disambungkan dengan rangkaian alat penjerap H2S (Hayati 2013). Pemanasan dan pengadukan dilakukan pada suhu 70−90 oC pada penangas air. Reaksi tersebut akan membentuk asam dialkilditiofosfat (ADTP). Sebanyak 1 mol ZnO ditambahkan pada reaktor yang sama untuk membentuk ZDTP. Dilakukan pengadukan tanpa pemanasan selama 12 jam pada reaksi tahap 2 untuk pembentukan ZDTP. Produk sintesis kemudian dipisahkan dengan cara diekstraksi menggunakan 20 mL n-heptana dan dicuci dengan 20 ml air (Rismawati 2013). Ekstraksi dan pencucian dilakukan hingga fase air terlihat jernih. Fase organik yang diambil kemudian diuapkan pelarutnya dan ditimbang bobot ZDTP untuk mendapatkan rendemennya.
Pencirian Produk ZDTP hasil sintesis dicirikan dengan menggunakan FTIR yang bertujuan menentukan gugus fungsi atau ikatan kimia yang terdapat pada produk. Pengukuran dilakukan dengan cara menggerus produk dengan KBr, kemudian dibuat pelet dan diukur.
Pengukuran dengan Teknik Polarisasi Potensiodinamik
Elektrode kerja tembaga (Cu) dipreparasi dengan cara diampelas permukaannya kemudian dibilas dengan akuades dan aseton (Lampiran 3). Setelah itu, elektrode Cu dimasukkan ke dalam reservoir yang berisi larutan uji NaCl 1%. Reservoir diberikan sirkulasi air pada dindingnya untuk memelihara kestabilan suhu. Elektrode Ag/AgCl dan kawat Pt berturut-turut dipasang sebagai elektrode pembanding dan elektrode pembantu. Kabel warna hijau, kuning, dan merah dari potensiostat EA160 berturut-turut disambungkan pada elektrode kerja, pembanding, dan pembantu. Larutan uji dibiarkan mencapai kesetimbangan dengan elektrode sekitar 5 menit. Setelah itu, program EChem pada perangkat komputer dinyalakan dan dipilih teknik linear polarization pada kotak dialog. Pengukuran blangko dilakukan pada rentang potensial 60 sampai 120 mV untuk anode dan 60 sampai −50 mV untuk katode dengan scan rate 0.25 mV/s. Setelah pengukuran blangko selesai, elektrode Cu dibersihkan kembali dengan cara dibilas HCl 5% kemudian dicuci dengan akuades dan diampelas kembali. Setelah itu, dicuci kembali menggunakan akuades dan aseton. Elektrode Cu yang telah dibersihkan kemudian dicelupkan ke dalam larutan ZDTP selama 15 detik dan ditiriskan beberapa saat. Elektrode kerja kemudian dirangkaikan kembali pada reservoir dan dilakukan lagi pengondisian sekitar 2 menit. Setelah pengondisian selesai, sampel diukur pada rentang potensial yang sama baik untuk anode maupun katode. Data yang didapatkan kemudian diproses menggunakan perangkat lunak EChem dengan ekstrapolasi Tafel dan Microsoft Excel sehingga didapatkan kurva polarisasi. Dari kurva tersebut, diperoleh informasi berupa potensial korosi (Ecorr), tetapan Tafel anode (βa) dan katode (βc), serta arus korosi (icorr) (Perez 2004). Efektivitas inhibitor dihitung sesuai persamaan berikut:
4 %EI
х 100%
Parameter Termodinamika Proses Korosi
Parameter termodinamika ditentukan berdasarkan persamaan Arrhenius keadaan transisi (Rafiquee et al. 2008): ln
∆
ln
∆
Parameter ΔH* dan ΔS* berturut-turut merupakan perubahan entalpi dan entropi keadaan transisi, sedangkan NAh adalah tetapan Planck molar (3.99 x 10−10 J S mol−1). Dengan memvariasikan suhu (T), maka ΔH* dan ΔS* dapat ditentukan dari kurva ln( /T) vs 1/T, sedangkan perubahan energi bebas Gibbs transisi (ΔG*) dihitung menurut persamaan termodinamika berikut: ∆
∆
∆
Kinetika Laju Korosi dengan Tinjauan Energi Aktivasi
Kemudahan terjadinya suatu reaksi bergantung pada energi minimum yang dibutuhkan agar reaksi tersebut berjalan. Energi aktivasi dapat dihitung berdasarkan aluran data antara ln Icorr dan 1/T berdasarkan persamaan Arrhenius berikut (Morad dan El-Dean 2006): e ln
ln
dengan A ialah tetapan Arrhenius yang ditentukan secara empirik, Ea adalah energi aktivasi proses korosi (kJ mol-1), R adalah tetapan gas ideal (8.314 J mol1 -1 K ), dan T adalah suhu (K).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sintesis ZDTP dan penciriannya
Sintesis zink dialkilditiofosfat (ZDTP) dilakukan menggunakan teknik konvensional dengan mencampurkan alkohol dan fosforus pentasulfida dalam pelarut n-heptana untuk membentuk intermediet asam dialkilditiofosfat (ADTP). ADTP yang terbentuk kemudian direaksikan dengan zink oksida untuk
5
membentuk ZDTP. Rute sintesis diperlihatkan pada Gambar 1. Diketahui bahwa metode sintesis ZDTP yang berbeda akan berpengaruh pada kinerjanya sebagai aditif pelumas (Dinoiu et al. 2007). Fosforus pentasulfida yang direaksikan dibuat berlebih untuk memastikan alkohol yang direaksikan pada tahap 1 habis terpakai. Jika terdapat alkohol yang tersisa dikhawatirkan akan terjadi persaingan adisi pada tahap 2 antara alkohol sisa dan ADTP terhadap zink oksida yang memungkinkan berkurangnya rendemen ZDTP yang dihasilkan. Zink oksida yang ditambahkan juga dibuat berlebih agar ADTP dipastikan habis bereaksi membentuk ZDTP.
Gambar 1 Rute sintesis ZDTP Keberhasilan sintesis ZDTP tentunya bergantung pada keberhasilan pembentukan senyawa intermediet ADTP. Reaksi adisi alkohol terhadap fosforus pentasulfida berlangsung secara eksotermik. Tabel 1 menunjukkan rendemen yang dihasilkan dari 3 ZDTP yang berbeda panjang rantai alkilnya. Perolehan rendemen ZDTP 4 dan ZDTP 16 mendekati sama, tetapi rendemen ZDTP 8 jauh lebih kecil daripada keduanya. Bobot reaktan dan perhitungan rendemen disajikan pada Lampiran 4. Tabel 1 Rendemen sintesis ZDTP Senyawa
Gugus alkil Suhu sintesis (◦C) Rendemen (%)
ZDTP 4 CH3(CH2)3 ZDTP 8 CH3(CH2)7 ZDTP 16 CH3(CH2)15
70 90 90
86.14 62.22 82.06
Penggunaan alkohol berbeda panjang rantai berpengaruh pada proses adisi nukleofili. Semakin panjang rantai alkohol yang digunakan, efek sterik akan meningkat, proses adisi menjadi lebih lambat akibat pengaruh halangan ruang. Agar proses adisi tetap berlangsung, perlu pasokan energi yang lebih besar untuk rantai alkohol yang lebih panjang. Oleh karena itu, suhu sintesis ZDTP 8 dan ZDTP 16 dibuat lebih besar dari ZDTP 4. Namun, jika suhu yang digunakan terlalu tinggi, asam dialkilditiofosfat dapat terurai kembali (Jaenudin 1998).
6
ZDTP 4 yang dihasilkan berwujud cair seperti minyak (oily) yang bercampur dengan kristal-kristal kecil. ZDTP 8 tampak seperti minyak berwarna kuning sama seperti ZDTP 4. Akan tetapi, ZDTP 16 hasil sintesis berbeda warna dari kedua produk lainnya, ZDTP 16 berwarna putih dan berwujud seperti bubur (Gambar 2).
(a)
(b)
(c)
Gambar 2 Produk sintesis ZDTP 4 (a), ZDTP 8 (b), dan ZDTP 16 (c) Spektrum FTIR (Gambar 3) digunakan untuk mengidentifikasi ikatan-ikatan kimia yang terdapat pada produk sintesis. Regang C-H dengan intensitas tajam terbaca pada bilangan gelombang 3000−2850 cm-1, -CH2- dan -CH3 berturut-turut terdapat di sekitar 1465 dan 1375 cm-1 (Pavia et al. 2001). Adanya ikatan P-O-C terlihat dari serapan pada 1000-980 cm-1. Serapan pada rentang 650−540 cm-1 menunjukkan adanya ikatan P-S. Berdasarkan interpretasi spektrum tersebut,
Keterangan gambar: (ZDTP 16),
(ZDTP 8),
(ZDTP 4)
Gambar 3 Spektrum inframerah produk sintesis
7
dapat dikatakan bahwa produk yang terbentuk adalah ZDTP. Hilangnya serapan OH di sekitar 3500−3200 cm-1 menunjukkan bahwa alkohol telah habis bereaksi membentuk produk. Sementara itu, serapan Zn-S pada daerah inframerah jauh 400−300 cm-1 tidak diukur.
Efektivitas Inhibisi Korosi ZDTP Berdasarkan Polarisasi Potensiodinamik
Kinetika elektrokimia dari perkaratan logam dapat dicirikan dengan menentukan minimum 3 parameter polarisasi, yaitu arus korosi (icorr), potensial korosi (Ecorr), dan kemiringan Tafel (β). Sifat korosi dapat didekati dengan kurva polarisasi (Lampiran 6) yang didapat dari alur E vs log i (Perez 2004). Arus korosi didapatkan dari perpotongan antara kurva Tafel anode dan Tafel katode (Lampiran 4). Tabel 2 menunjukkan penurunan arus korosi dan kenaikan efektivitas inhibisi seiring dengan kenaikan konsentrasi dari ketiga larutan ZDTP. Arus korosi sampel menjadi lebih kecil dibandingkan dengan arus korosi blangko. Tabel 2 Parameter korosi dan efektivitas inhibisi korosi larutan ZDTP yang diukur pada suhu 28 oC dan lama pencelupan 15 detik Larutan
ZDTP 4
ZDTP 8
ZDTP 16
Konsentrasi (%) Blangko 1 2 4 5 Blangko 0.5 1 2 3 5 Blangko 0.5 1 2 3 4
Potensial korosi (mV) 77.50 76.58 60.55 62.78 62.32 79.68 81.81 77.74 68.39 59.49 59.36 77.17 71.20 74.33 64.54 61.26 61.96
Arus korosi (mA) 5.1667 2.7419 1.8064 1.5476 1.4400 4.7895 2.1481 1.3226 1.1333 0.8333 0.8182 5.6470 4.4000 3.0952 2.6818 2.0741 1.9032
% EI
Ѳ
46.93 65.04 70.05 72.13 55.15 72.39 76.34 82.60 82.92 22.08 45.19 52.51 63.27 66.30
0.47 0.65 0.70 0.72 0.55 0.72 0.76 0.83 0.83 0.22 0.45 0.52 0.63 0.66
CR (mmpy) 35.02 18.59 12.24 10.49 9.76 37.51 16.82 10.36 8.88 6.53 6.41 38.50 30.00 21.10 18.29 14.14 12.98
Kenaikan konsentrasi inhibitor tidak selalu diikuti dengan kenaikan efektivitas inhibisi secara linear. Ketiga sampel menunjukkan bahwa pada konsentrasi tertentu, penambahan konsentrasi tidak lagi meningkatkan efektivitas inhibisi secara signifikan. Diduga konsentrasi tersebut adalah dosis efektif ZDTP dalam menginhibisi arus korosi. ZDTP 8 menginhibisi arus korosi maksimum sampai 0.8 mA. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan ZDTP 4 yang menginhibisi maksimum pada 1.5 mA dan ZDTP 16 yang hanya mampu
8
menginhibisi arus korosi sampai 2.0 mA (Tabel 2). Kehadiran inhibitor mengakibatkan potensial korosi (Ecorr) cenderung menurun, hal ini berarti daerah polarisasi anode berkurang dan reaksi oksidasi menjadi lebih terhambat. Meningkatnya efektivitas inhibisi diikuti oleh kenaikan derajat penutupan permukaan (Ѳ). Nilai Ѳ tinggi mengindikasikan penutupan penuh permukaan oleh inhibitor (El-Lateef et al. 2012). ZDTP teradsorpsi pada permukaan dan menutupi permukaan logam dari medium korosif. Laju korosi (CR) dapat diwakili oleh laju kehilangan bobot atau laju penetrasi permukaan oleh konstituen korosif. Besaran ini menunjukkan disolusi logam yang berkaitan dengan penetrasi permukaan per tahunnya (Perez 2004). ZDTP mampu menurunkan laju penetrasi permukaan logam dengan membentuk lapisan protektif. Dengan demikian, penurunan mutu logam dapat diminimumkan dan masa pakai meningkat dengan adanya ZDTP.
Pengaruh Panjang Rantai ZDTP pada Kinerja Antikorosi
ZDTP memiliki inti organologam yang bersifat hidrofilik dapat teradsorpsi pada permukaan elektrode dan membentuk lapisan pasif (pasivasi) sehingga permukaan menjadi tidak terlalu aktif untuk terkorosi. Gambar 4 memperlihatkan model adsorpsi molekul ZDTP 8 pada permukaan. Diduga atom zink yang berperan utama pada proses adsorpsi, namun atom lain yang terdapat pada bagian hidrofilik ZDTP seperti sulfur (Benali et al. 2006), fosforus, dan oksigen (Gece 2011) juga dapat teradsorpsi. Rantai alkil (hidrofobik) dari ZDTP juga dapat bertindak sebagai penghalang (barrier) yang melindungi permukaan logam dari serangan konstituen korosif. Kedua mekanisme inhibisi inilah yang akhirnya menurunkan arus korosi.
Gambar 4
Model adsorpsi molekul ZDTP 8 yang telah dioptimisasi energi dengan metode mekanika molekuler menggunakan perangkat lunak HyperChem
Dosis efektif ditentukan dari kurva hubungan konsentrasi inhibitor dengan efektivitas inhibisi. Dosis efektif diambil berdasarkan titik belok pada kurva (Gambar 5). Bentuk kurva logaritmik tersebut sebanding dengan kurva derajat penutupan permukaan sebagai fungsi dari konsentrasi adsorbat (Houston 2001). Terlihat pada Gambar 4 bahwa pada dosis efektifnya, efektivitas inhibisi ZDTP 8 lebih besar dibandingkan dengan ZDTP 4, sedangkan efektivitas inhibisi ZDTP 16 paling rendah. ZDTP 8 memiliki dosis efektif pada konsentrasi larutan inhibitor 2% dengan efektivitas inhibisi sekitar 80%. Hal Ini menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi ZDTP 8 di atas 2% tidak lagi meningkatkan efektivitas
9
inhibisi secara signifikan. ZDTP 4 juga memiliki dosis efektif 2%, dengan efektivitas inhibisi 68%, sedangkan dosis efektif ZDTP 16 lebih tinggi, yaitu 2.5% dan efektivitasnya hanya 58%. Hal tersebut menunjukkan bahwa panjang rantai berpengaruh pada kinerja antikorosi dari ZDTP. Kinerja meningkat ketika ZDTP dengan gugus butil panjangnya ditingkatkan 2 kali menjadi gugus oktil, tetapi menurun ketika panjang rantai dinaikkan lagi 2 kali lipatnya menjadi gugus setil. Kehadiran gugus alkil rantai panjang memiliki potensi melindungi logam dari media korosif (Wahyuningrum et al. 2008). Namun, halangan sterik yang lebih besar dapat mengurangi kemudahan molekul ZDTP untuk teradsorpsi pada permukaan logam. Selain itu, sifat hidrofobik ZDTP meningkat seiring memanjangnya rantai alkil sehingga pada saat pencelupan elektrode pada larutan ZDTP, interaksi hidrofobik antara ZDTP dan pelarut organik (n-heptana) lebih disukai dibandingkan dengan proses adsorpsi permukaan. Diduga faktor-faktor tersebut yang mengakibatkan lebih sedikit molekul ZDTP 16 teradsorpsi dengan waktu pencelupan dan pelarut yang sama sehingga kemampuannya menginhibisi arus korosi menjadi lebih kecil dibandingkan dengan ZDTP 4 dan ZDTP 8. 90 80
% EI
70 60 50 40 30 20 0
1
2
3
4
5
Konsentrasi larutan (%) Keterangan :
(ZDTP 16),
(ZDTP 8),
(ZDTP 4)
Gambar 5 Hubungan konsentrasi larutan ZDTP dengan efektivitas inhibisi korosi
Pengaruh Suhu pada Arus Korosi
Konsentrasi dan orde reaksi tidak peka akan perubahan suhu. Tetapan laju reaksilah yang peka akan perubahan suhu (Atkins dan Paula 2006). Dalam kinetika elektrokimia korosi, arus korosi peka pada perubahan suhu (Rafiquee et al. 2008). Oleh karena itu, parameter tetapan laju sebanding dengan arus korosi. Kenaikan suhu memberikan energi lebih pada sistem. Energi tersebut akan meningkatkan gerakan konstituen korosif (Cl−) menjadi lebih aktif. Akibatnya, arus korosi meningkat dengan kenaikan suhu seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3. Arus korosi blangko maupun sampel meningkat hampir 2 kalinya dengan kenaikan suhu 10 oC pada rentang suhu pengujian 30−50 oC. Akan tetapi, ketika
10
suhu dinaikkan lebih lanjut dari 50 oC ke 60 oC, arus korosi tidak berubah signifikan baik untuk blangko ataupun sampel. Diduga kenaikan suhu yang lebih tinggi ini menyebabkan pergerakan konstituen korosif semakin acak dan cepat dalam reservoir. Hal tersebut mengakibatkan efektivitas ion klorida untuk kontak dengan logam berkurang. Proses korosi menjadi tidak meningkat disebabkan waktu kontak antara konstituen korosif dan permukaan logam terlalu cepat. Dari fenomena ini diketahui bahwa arus korosi maksimum untuk logam Cu terjadi pada suhu 50 oC. Artinya penggunaan logam Cu dalam medium NaCl akan mengalami perkaratan maksimum jika suhu sistem yang digunakan di atas suhu tersebut. Proses inhibisi juga akan menjadi lebih sulit akibat kenaikan suhu. Tabel 3 Pengaruh suhu pada arus korosi Suhu (oC)
Larutan
b a b 40 a b 50 a b 60 a Keterangan: b = blangko a = sampel 30
Garis Tafel anode y = −0.013x + 0.156 y = −0.004x + 0.087 y = −0.005x + 0.122 y = −0.019x + 0.109 y = −0.004x + 0.125 y = −0.003x + 0.079 y = −0.002x + 0.105 y = −0.013x + 0.128
katode y = 0.012x + 0.026 y = 0.025x + 0.043 y = 0.004x + 0.025 y = 0.008x + 0.046 y = 0.004x + 0.006 y = 0.004x + 0.043 y = 0.003x + 0.015 y = 0.001x + 0.052
Arus korosi (mA) 5.200 1.517 10.625 2.333 16.250 5.142 16.160 5.428
Parameter Termodinamika dan Kinetika Korosi
Parameter termodinamika korosi didapatkan melalui aluran kurva ln (i/T) terhadap 1000/T (Gambar 6) sesuai dengan persamaan Arrhenius keadaan transisi. Pengolahan data variasi suhu disajikan pada Lampiran 7. Tabel 4 memperlihatkan bahwa nilai ΔH* sampel lebih besar daripada blangko. Hal ini mengindikasikan bahwa dibutuhkan energi yang lebih besar untuk terjadinya korosi dengan adanya ZDTP pada permukaan logam. Perubahan entropi transisi menjelaskan derajat ketidakteraturan sistem. Adanya inhibitor ZDTP pada sistem meningkatkan derajat ketidakteraturan sistem yang dimanifestasikan dalam kenaikan ∆S* yang terukur (Morad dan El-Dean 2006). Spontanitas reaksi dapat dijelaskan oleh nilai ∆G*. Nilai ∆G* positif menunjukkan bahwa proses elektrokimia korosi berlangsung tidak spontan. Perubahan energi bebas Gibbs transisi sampel lebih positif daripada blangko. Hal ini menunjukkan bahwa kespontanan korosi menurun dengan adanya ZDTP sebagai inhibitor. Dengan kata lain, proses korosi terhambat oleh kehadiran inhibitor.
11
0.00 2.90
3.00
3.10
3.20
3.30
3.40
Ln (i/T)
‐1.00 ‐2.00
y = -3.432x + 7.440 R² = 0.864
‐3.00 ‐4.00 ‐5.00
y = -4.328x + 9.001 R² = 0.920
‐6.00
1000/T (K)
Keterangan gambar: blangko( ), sampel ( ) Gambar 6 Aluran kurva persamaan Arrhenius keadaan transisi Tabel 4 Parameter termodinamika dan kinetika korosi
∆H* (kJ mol-1) ∆S* (J mol-1K-1) ∆G* (kJ mol-1) Blangko Sampel
28.53 35.98
-135.68 -122.7
69.64 73.16
Ea (kJ mol-1) 31.14 38.60
Identifikasi kinetika korosi dimanifestasikan melalui parameter energi aktivasi (Ea). Nilai Ea didapat melalui aluran kurva Arrhenius (Gambar 7). Kemiringan kurva dikalikan tetapan gas ideal (R) merupakan nilai Ea yang didapatkan. Penambahan ZDTP didapati berpengaruh meningkatkan energi aktivasi (Tabel 4), yang berarti bahwa terjadi peningkatan energi minimum reaksi korosi. Semakin tinggi energi aktivasi, proses korosi menjadi lebih sulit, karena kebutuhan energi minimum sebagai syarat suatu reaksi terjadi menjadi lebih besar. Dengan kata lain, laju korosi menurun dengan kehadiran inhibitor. Nilai ∆S* yang negatif dan ∆H* positif bila dimasukkan dalam fungsi Gibbs akan menghasilkan nilai ∆G* yang selalu positif berapapun nilai suhu (T) yang digunakan. Hal ini memberikan gambaran bahwa reaksi selalu berjalan tidak spontan disemua rentang suhu. Artinya, diperlukan energi atau kerja tambahan dari luar agar reaksi tersebut dapat berjalan. Hadirnya ZDTP meningkatkan ketidakspontanan proses korosi,terlihat dari perbedaan nilai besaran termodinamika korosi. Hal ini berarti bahwa dibutuhkan energi atau kerja tambahan yang lebih besar bagi konstituen korosif untuk dapat mengkarat permukaan logam ketika ZDTP hadir membentuk lapisan protektif dipermukaan.
12
3.5 y = -3.746x + 14.19 R² = 0.884
Ln i (mA)
3 2.5 2 1.5 1
y = -4.643x + 15.75 R² = 0.930
0.5 0 2.9
3
3.1
3.2
3.3
1000/T (K)
3.4
Keterangan gambar: blangko ( ), sampel ( ) Gambar 7 Aluran kurva persamaan Arrhenius
SIMPULAN
Kinerja antikorosi zink dialkilditiofosfat telah berhasil ditentukan dengan teknik polarisasi potensiodinamik. ZDTP 8 memiliki efektivitas inhibisi korosi logam Cu paling besar, yakni mencapai 80%, sedangkan ZDTP 4 dan ZDTP 16 berturut-turut sebesar 68% dan 58%. Nilai tersebut menunjukkan pula adanya pengaruh panjang rantai terhadap aktivitas antikorosi terutama dari segi halangan ruangnya. ZDTP mampu menurunkan spontanitas korosi yang terukur berdasarkan peningkatan ∆G* dari 69.64 kJ mol-1 menjadi 73.16 kJ mol-1. Nilai Ea sampel didapati lebih besar daripada blangko, yang artinya bahwa laju korosi menurun dengan kehadiran ZDTP.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins P, Paula JD. 2006. Physical Chemistry Ed ke-8. New York (US): WH Freeman. Becchi M, Perret F, Carraze B, Beziau JF, Michael JP. 2001. Structural determination of zinc dithiophosphates in lubricating oils by GCMS with electron impact and electron-capture negative ion chemical ionization. J Chrom. 905:207–222. Benali O, Larabi L, Mekelleche SM, Harek Y. 2006. Influence of substitution of phenyl group by naphthyl in a diphenylthiourea molecule on corrosion inhibition of cold-rolled steel in 0.5 M HSO4. J Matter Sci. 41:7064– 7073.doi:10.1007/s10853-006-0942-6.
13
Dinoiu V, Danilian F, Bogatu L. 2007. The influence of synthesis method of zinc dialkyldithiophosphates on the process of additivation. Rev Chim (Bucureºti) 58(2):183-185. El-Lateef HM, Aliyeva LI, Abbasov VM, Ismayilov TI. 2012. Corrosion inhibition of low carbon steel in CO2 -saturated solution using anionic surfactant. Adv Appl Sci Res. 3(2):1185−1201. Evstaf’ev VP, Kononova EA, Levin AYa, Trofimova, Ivanova OV. 2001. A new dithiophosphate additive for lubricating oils. Chem and Tech of Fuels and Oils. 37(6):427-431. Gece G. 2011. Review drugs: A review of promising novel corrosion inhibitors. Corr Sci. 53:3873-3898.doi:10.1016/j.corsci.2011.08.006. Hayati IK. 2013. Pengaruh pelarut pada rendemen sintesis zink bis(dibutilditiofosfat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Houston PL. 2001. Chemical Kinetics and Reaction Dynamics. New York (US): McGraw-Hill. Jaenudin. 1998. Pembuatan Zn-Diisobutilditiofosfat dan penggunaanya sebagai aditif minyak lumas otomotif [tesis]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Lotfus S. 2002. Zinc Dialkildithiophosphate Category. New York (US): The American Chemistry Council. Morad MS, El-Dean AMK. 2006. 2,2'-Dithiois(3-cyano-4,6-dimethylpyridine): A new class of acid corrosion inhibitors for mild steel. Corr Sci. 48(11):33983412.doi:10.1016/j.corsci.2005.12.006. Pavia DL, Lapman GM, Kriz GS. 2001. Intoduction to Spectroscopy Ed ke-3. Washington (US): Thomson Learning. Peng L, Li F, Ren T, Wu H, Ma C. 2011. The tribological behaviour of a novel triazine derivative and its combination with ZDDP as additive in mineral oil. Ind L Tribology. 63(3):216-221.doi: 10.1108/00368791111126644. Perez N. (2004). Electrochemistry and Corrosion Science. New York (US): Kluwer Academic Publishers. Rafiquee MZA, Saxena N, Khan S, Quraishi MA. 2008. Influence of surfactants on the corrosion inhibition behavior of 2-aminophenyl-5-mercapto-1-oxa3,4-diazole (AMOD) on mild steel. M Chem and Phys. 107(2-3):528-533. doi:10.1016/j.matchemphys.2007.08.022. Rismawati. 2013. Pengaruh jenis alkohol pada rendemen sintesis zink dialkilditiofosfat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rudnick LR. 2009. Lubricant Additives Chemistry and Applications Ed ke-2. Prancis: CRC Pr. Sangvanich P, Jannate T, Amorn P. 2008. Analysis of ZDTP additives in commercial lubricating oil using matrix assisted laser of flight mass spectrometry. Acta Chim Slov 55:582-587. Wahyuningrum D, Achmad S, Syah YM, Buchari, Bundjali B, Ariwahjoedi B. 2008. The Correlation between structure and corrosion inhibition activity of 4,5-diphenyl-1-vinylimidazole derivative compounds towards mild steel in 1% NaCl solution. Int J Electrochem Sci. 3:154-166. Yu LG, Yamaguchi ES, Kasrai M, Bancroft GM. 2007. The chemical characterization of tribofilms using XANES — Interaction of nanosize calcium containing detergents with zinc dialkyldithiophosphate. Can J Chem. 85:675-684.
14
LAMPIRAN
15
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Alkohol 1
P2S5 1
ZnO 2 Sintesis ZDTP
CRUDE PRODUK
1. Pemisahan 2. Pencucian
ZDTP
Karakterisasi dengan FT-IR
Kinerja antikorosi (Potensiostat EA160)
16
Lampiran 2 Rangkaian alat sintesis ZDTP
(sumber: Hayati 2013) Keterangan: a. campuran pereaksi b. penangas air c. rangkaian alat penjerap H2S
17
Lampiran 3 Elektrode Cu, reservoir, dan rangkaian alat pengukuran elektrokimia
Elektrode Cu
Reservoir
Potensiostat EA160
Perangkat komputer dan potensiostat
18
Lampiran 4 Bobot reaktan dan perhitungan sintesis ZDTP
Sampel
Alkohol
ZDTP 4
n-butanol
Bobot reaktan yang ditimbang (g) P2S5 Alkohol ZnO 8.0096 8.9100 2.9302
ZDTP 8
1-oktanol
16.0026
31.2228
ZDTP 16
Setil alkohol
8.0085
29.0079
Bobot ZDTP (g)
Rendemen (%)
14.1510
86.14
5.8623
28.8032
62.22
2.9291
30.0230
82.06
Contoh perhitungan rendemen (ZDTP 4): Mol n-butanol (reaktan pembatas) = =
bobot butanol Mr butanol 8.91 g 74.12 g/mol
= 0.12 mol Mol produk
= ¼ x mol butanol = ¼ x 0.12 mol = 0.03 mol
Bobot teoritis ZDTP 4 = mol teoritis x Mr ZDTP 4 = 0.03 mol x 547.58 g/mol = 16.4274 g Rendemen (%) = =
bobot percobaan bobot teoritis 14.1510 g 16.4274 g
= 86.14%
x 100%
x 100%
19
Lampiran 5 Contoh perhitungan data polarisasi potensiodinamik Suhu (celcius)
Garis Tafel anode
katode
Arus korosi (mA)
y = ‐0,013x + 0,156 y = ‐0,004x + 0,087 y = ‐0,005x + 0,122 y = ‐0,019x + 0,109 y = ‐0,004x + 0,125 y = ‐0,003x + 0,079 y = ‐0,002x + 0,105 y = ‐0,013x + 0,128
y = 0,012x + 0,026 y = 0,025x + 0,043 y = 0,004x + 0,025 y = 0,008x + 0,046 y = 0,004x + 0,006 y = 0,004x + 0,043 y = 0,003x + 0,015 y = 0,001x + 0,052
5.200 1.5172 10.625 2.333 16.250 5.1428 16.160 5.428
Larutan b a b a b a b a b = blangko a = sampel
30 40 50 60
Perhitungan Ekstrapolasi Tafel •
Arus blangko Persamaan garis Tafel anode ==> y1 = 0.156 – 0.013x Persamaan garis Tafel katode ==> y2 = 0.026 + 0.012x Arus korosi (X), saat terjadi perpotongan (y1 = y2) maka, y1 = y2 0.156 – 0.013x = 0.026 + 0.012x 0.025x = 0.13 x = 5.2000 mA
•
Efektivitas Inhibisi
%EI=
icorr blangko - icorr (inhibitor) x 100% icorr (blangko) =
5.2000 mA - 1.5172 mA 5.2000 mA
x 100%
= 70.82% •
Derajat penutupan permukaan Ѳ =1 =1 -
icorr (inhibitor) icorr (blangko) 1.5172 5.200
= 0.71
% EI
Ѳ
70.82
0.71
78.04
0.78
68.35
0.68
66.41
0.66
20
Lamppiran 6 Kuurva polarisaasi zink diallkilditiofosffat Z ZDTP 4
0.120
Potensial (volt)
0.100 0.080
blangko
0.060
1%
0.040
2%
0.020
4% 5%
0.000 0
2
4
6
8
10
Aruss (mA)
Z ZDTP 8
P t i l (V Potensial (Volt) lt)
0.120 0.100 B Blangko
0.080
0 0.5%
0.060
1 1%
0.040
2 2%
0.020
3 3%
0.000
5 5% 0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
Aruss (mA)
Z ZDTP 16
Potensial (Volt)
0.120 0.100
Blan ngko
0.080
0.50 0%
0.060
1% 0.040
2%
0.020
3%
0.000
4% 0.00 0
2.0 00
4.00
6.00
Aruss (mA)
8.00
10 0.00
21
Lampiran 7 Pengolahan data variasi suhu dan perhitungan CR
Larutan
Suhu (k)
1000/T
I (mA)
Ln i
i/T
Ln (i/T)
303
3.30
5.4483
1.6953
0.0180
-4.0184
313
3.19
10.6250
2.3632
0.0339
-3.3830
323
3.09
16.2500
2.7881
0.0503
-2.9896
333
3.00
16.1600
2.7825
0.0485
-3.0256
303
3.30
1.5172
0.4169
0.0050
-5.2969
313
3.19
2.3333
0.8473
0.0075
-4.8989
323
3.09
5.1428
1.6376
0.0159
-4.1401
333
3.00
5.4285
1.6917
0.0163
-4.1165
Blangko
1% ZDTP 8
Contoh perhitungan laju korosi CR (blangko ZDTP 4): CR =
RF ρ
icorr Aw CR = A zFρ 5.1667 x 10-3 A 63.54 g mol-1 2 1.71 cm CR = 2 96500 A s mol-1 8.96 g cm-3 CR = 1.1102 x 10-7 cm s-1 CR = 35.02 mm y-1
22
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 3 Juli 1990 sebagai putra ketiga dari lima bersaudara pasangan Dadang Iskandar dan Siti Nuraeni. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Leuwiliang Bogor dan pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Kimia Anorganik pada tahun ajaran 2010/2011, asisten praktikum Kimia lingkungan, asisten praktikum Kimia Dasar I pada tahun ajaran 2011/2012, asisten praktikum Kimia Fisik, asisten praktikum Kimia Polimer, dan asisten praktikum Kimia Dasar II pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga pernah ikut serta sebagai anggota tim khusus pembuatan soal Chemistry Challenge pada acara Pesta Sains Nasional IPB. Bulan Juli−Agustus 2012 penulis melaksanakan Praktik Lapang di Balai Besar Industri Agro (BBIA) Bogor dengan judul Variasi Konsentrasi Kalium Sebagai Modifier pada Penentuan Natrium Menggunakan Spektrometri Serapan Atom Nyala.