Jurnal Delima Harapan, Vol 3, No.2 Agustus-Januari 2014: 38-46
Hubungan Motivasi Dengan Keaktifan Ibu Membawa Balita Ke Posyandu Di Kelurahan Tonatan Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo. (Relationship Motivation With Mom liveliness Brings Toddler to Posyandu in the Village Tonatan District Ponorogo Ponorogo. Sumini ABSTRACT Motivation is a state that encourages the person to indulge in achieving goals. One of the factors which influencing liveliness of toddler to Posyandu is the maternal motivation. From the preliminary study showed 60.58% rate of motherto-posyandu activity and targets that should be achieved is 85% toddler visits to neighborhood health center from 2011-2012. His can be caused by many mothers of toddlers who are less aware or weigh the importance of bringing their babies to Posyandu. The purpose of this study to determine the relationship of motivation with liveliness mothers bring infants to the Posyandu in the Village District Tonatan Ponorogo Ponorogo. Quantitative research with correlation studies. The population in this study were all mothers of children aged 0-5 years had as many as 307 in the neighborhood health center in the village Tonatan district Ponorogo with Simple Random Sampling technique, and the number of samples used by 76 respondents. The experiment was conducted on the second Friday in May 2013. The variables studied were maternal motivation (independent) and Motivation to toddler Mom Takes Posyandu (dependent). Methods of data collection using questionnaire instruments and KMS. To analyze the relationship between two variables using a statistical test Chi Square Test. Based on the results of the study showed that the majority of mothers infants (55.3%) had a positive motivation to come to the neighborhood health center, and the most active mom comes to neighborhood health center (65.8%). Based on Chi Square statistical test showed p = 0.034 with a significance level of 5%, so 0.034 <0.05 then H1 is accepted means that there is a relationship with the mother's motivation liveliness mothers carrying toddlers to posyandu and the low level of the relationship with the contingency coefficient value of 0.237. Active mothers are expected to come to the Posyandu to obtain counseling or routine weighing to monitor their children's growth, although not in the months giving Vitamin A. Nurse or midwife should conduct a home visit (home care) to foster community interest with posyandu activities. Keywords: Motivation, Liveliness, bring Toddler to Posyandu PENDAHULUAN Motivasi berasal dari kata latin Moreve yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau needs or what. (Notoatmodjo,2007:218)
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana program ini dapat dilaksanakan dibalai dusun, balai kelurahan, maupun tempat-tempat 38
Jurnal Delima Harapan, Vol 3, No.2 Agustus-Januari 2014: 38-46
lain yang mudah didatangi oleh masyarakat. (Ismawati,2010:3) Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dan sasaran Pembangunan Milenium Goals (MDG 2015) adalah menurunnya prevelensi Gizi kurang pada anak balita menjadi dibawah 15% (<15%) pada tahun 2014. Strategi utama untuk menurunkan prevelensi gizi kurang adalah meningkatkan kegiatan pencegahan melalui pemantauan pertumbuhan anak di Posyandu (Menkes RI 2012). Didalam Renstra Kementrian Kesehatan 2010-2014 dan Instruksi Presiden RI No.3 tahun 2010 telah ditetapkan bahwa pada tahun 2014 sekurangnya 80% anak ditimbang secara teratur di Posyandu. Pencapaian kegiatan pemantauan pertumbuhan pada tahun 2011 adalah 71,4% dan beberapa provinsi telah mencapai diatas 80%, sedangkan disebagian provinsi lainnya masih rendah (Menkes RI 2012). Terkait dengan upaya tersebut, Kementrian Kesehatan Memutuskan menyelenggarakan Bulan Penimbangan pada setiap bulan November dimulai bulan November 2012 bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional (Menkes RI 2012). Pada laporan bulanan program kesehatan ibu dan anak di Provinsi Jawa Timur tahun 2011 telah mencapai 84,.2% (Menkes RI 2011). Dan pada laporan bulanan dikota Ponorogo tahun 2011 balita yang mendapat pelayanan kesehatan mencapai 75% dari 47.631 anak balita,dan pada tahun 2012 dari bulan Januari sampai bulan Agustus mencapai 43.790 dari 56.257 (77,83%) anak balita. Dan untuk
jumlah kunjungan ibu balita yang datang di kecamatan Ponorogo 3045 dari 4609 (66%) (Dinkes Kota Ponorogo bulan Januari-Agustus 2012). Laporan bulanan kesehatan ibu dan balita di Puskesmas Ponorogo Selatan pada bulan Juni 2012 mencapai 1411 dari 2216 (63.67%) anak balita. Sedangkan data SKDN dari Kelurahan Tonatan S=307 K=189 D=186 N=138 dan presentase kunjungan ibu balita mencapai 186 dari 307 (60,58%), (Rekam medik Puskesmas Ponorogo selatan bulan Juni tahun 2012). Dilihat dari presentase diatas dapat dinyatakan bahwa kunjungan ibu balita di kelurahan Tonatan Kurang dimana pencapaian target dikatakan baik yaitu mencapai 85% sehingga pada Posyandu di kelurahan Tonatan perlu diupayakan peningkatan pencapaian target (Dinkes kota Ponorogo 2012). Dari hasil studi pendahuluan yang diperoleh berdasarkan wawancara sementara dengan 10 ibu balita didapatkan hasil bahwa ketidakaktifan kunjungan mereka ke Posyandu disebabkan karna ibu balita yang bekerja 5 orang (50%), sudah mendapat vitamin A 3 orang (30%), dan kurangnya pengetahuan 2 orang (20%). Dampak dari ibu balita yang tidak aktif memeriksakan atau membawa anaknya ke posyandu adalah tumbuh kembang balita tidak terdeteksi secara dini. Data tahun 2011 hanya 1.193 dari 2.433 (49%) balita yang berat badannya bertambah tiap bulannya, 1248 dari 1804 (69%) balita yang mendapat kapsul vitamin A, 11 balita (0,49%) berat badan di bawah garis merah, dan apabila menderita penyakit tidak dapat segera diketahui. Dari data puskesmas Ponorogo Selatan di Kelurahan Tonatan balita yang berat badannya 39
Jurnal Delima Harapan, Vol 3, No.2 Agustus-Januari 2014: 38-46
naik 138 dari 186 (74%) dan balita yang menderita gizi buruk ada 2 balita. Berdasarkan data kunjungan ibu balita tahun 2012 masih belum memenuhi standart yang ditetapkan maka perlu adanya penyuluhan dan pendekatan untuk meningkatkan motivasi ibu agar lebih aktif dalam kunjungan ke Posyandu terutama untuk ibu-ibu yang bekerja dan setelah balita mendapatkan Vitamin A. Dengan berbagai kondisi tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui hubungan motivasi ibu dengan keaktifan ibu membawa balita ke posyandu di kelurahan Tonatan Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Motivasi Motivasi itu mempunyai arti dorongan berasal dari bahasa latin Movere yang berarti mendorong/menggerakkan. Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk berperilaku beraktifitas dalam pencapaian tujuan. Istilah motivasi berasal dari kata motif yang artinya adalah dorongan yang datang dari dalam untuk berbuat suatu tindakan. Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau to move. Karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat atau merupakan driving force. Jadi motivasi itu merupakan suatu dorongan yang timbul adanya rangsangan -rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya. Dengan sasaran sebagai
berikut: mendorong manusia untuk melakukan suatu aktifitas yang berdasarkan atas pemenuhan kebutuhan yang dalam hal ini motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kebutuhan yang akan dipenuhi, menentukan arah tujuan yang hendak dicapai, dan menentukan perbuatan yang harus dilakukan. Konsep Keaktifan Keaktifan berasal dari kata aktif yang memiliki arti giat, gigih, dinamis, dan bertenaga atau sebagai lawan statis atau lambang dan mempunyai kecenderungan menyebar atau berkembang (Suharso dan Retnoningsih, 2005: 24). Keaktifan merupakan suatu perilaku yang bisa dilihat dari keteraturan dan keterlibatan seorang untuk aktif dalam kegiatan (Nurdia, 2010: 7). Faktor yang berhubungan dengan keaktifan 1) Pendidikan Tingkat rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan ketidakaktifan ibu yang memiliki balita untuk berkunjung ke posyandu, serta kesadarannya terhadap program posyandu yang bermanfaat khususnya untuk kesehatan balitanya. Tingkat pendidikan ibu yang memiliki balita yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang posyandu terhambat atau terbatas. 2) Status Pekerjaan Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan sendiri maupun keluarga. Faktor bekerja saja nampak berpengaruh pada peran ibu yang memiliki balita sebagai timbulnya suatu masalah pada ketidakaktifan ibu berkunjung ke posyandu, karena 40
Jurnal Delima Harapan, Vol 3, No.2 Agustus-Januari 2014: 38-46
3)
4)
5)
6)
mereka mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan yang belum cukup, yang berdampak pada tidak adanya waktu para ibu balita untuk aktif pada kunjungan ke posyandu, serta tidak ada waktu ibu untuk mencari informasi kerena kesibukan mereka dalam bekerja. Tingkat Pendapatan Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi daya beli seseorang untuk membeli sasuatu. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas maupun kualitas makanan sehingga ada hubungan yang erat antara pendapatan dan keadaan balita. Namun, pendapatan yang meningkat tidak merupakan kondisi yang menunjang bagi keadaan kesehatan balita yang memadai. Tingkat Pengetahuan Kurang pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor yang penting dalam masalah ketidakaktifan ibu balita karena kurang percaya dirinya para kader kesehatan menerapkan ilmunya serta kurang mampu dalam menerapkan informasi penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari. Umur Balita Faktor umur balita merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kunjungan ibu yang memiliki balita ke posyandu, umur balita yang berkunjung di posyandu yaitu anak batita umur 12-35 bulan dan anak balita umur 36-59 bulan. Sedangkan umur balita dari 12-35 bulan merupakan umur yang paling berpengaruh pada kunjungan ke posyandu. Jumlah Balita Jumlah balita merupakan individu yang menjadi tanggungan kelurga. Jumlah balita dalam suatu keluarga
mempengaruhi perhatian seorang ibu kepada balitanya, di mana semakin banyak anak dalam keluarga akan menambah kesibukan ibu dan pada akhirnya tidak punya waktu untuk keluarga dan akan gagal membawa balita ke posyandu. 7) Jarak Posyandu Jarak antara rumah dengan posyandu juga dapat mempengaruhi kehadiran balita ke posyandu, dari penelitian terdahulu didapat bahwa responden pengguna posyandu terutama mengatakan karena letak posyandu dekat. 8) Sarana Penunjang Kegiatan posyandu yang dilaksanakan dipengaruhi oleh sarana penunjang yaitu Puskesmas dan Rumah Sakit yang senantiasa siap siaga menerima balita yang kena masalah gizi misalnya gizi buruk, dimana dalam kegiatannya langsung dilakukan penanganan secara intensif (Sutrismang, 2010: 17-22). Kriteria Keaktifan Kunjungan balita ke Posyandu paling baik adalah aktif setiap bulan atau 12 kali pertahun. Untuk itu kunjungan balita diberi batasan 8 kali pertahun. Posyandu yang frekuensi penimbangan atau kunjungan balitanya kurang dari 8 kali pertahun dianggap masih rawan. Sedangkan bila frekuensi penimbangan sudah 8 kali atau lebih dalam kurun waktu 1 tahun dianggap sudah cukup baik, (Dinkes Prov. Jateng, 2007) METODE PENELITIAN Jenis penelitian kuantitatif dengan studi korelasi yaitu suatu penelitian untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau 41
Jurnal Delima Harapan, Vol 3, No.2 Agustus-Januari 2014: 38-46
bebepara variable. (Arikunto, 2010: 27). Desain penelitian yang di gunakan adalah “cross sectional” yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali, pada satu saat. (Nursalam, 2003: 85). Waktu penelitian dilakukan pada jadwal posyandu hari Jum’at minggu kedua bulan Mei 2013. Populasi penelitian ini adalah semua Ibu yang mempunyai balita usia 0-5 tahun sebanyak 307 di posyandu di Kelurahan Tonatan kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo. Sampel yang digunakan adalah ibu balita Di 5 Posyandu sebanyak 76 di Kelurahan Tonatan yang sesuai dengan kriteria inklusi. Pengambilan sampling adalah Probability sampling dengan teknik pengambilan secara Simple Random Sampling. Instrumen yang digunakan adalah angket/kuesioner dan keaktifan menggunakan data kunjungan pada KMS, dilihat jumlah kunjungan balita ke posyandu selama 1 tahun terakhir Berikut ini adalah hasil penelitian dalam bentuk tabel.
a. Motivasi Ibu Membawa Balita Ke Posyandu 50,0
40,0 30,0
42 55.3%
20,0
34 44.7%
10,0
0,0 Positif
Sumber: Kuesioner Bulan Mei
Negatif
Penelitian
Gambar
1 Diagram Batang Motivasi Responden
Berdasarkan gambar 1 didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi positif yaitu ada 42 ibu (55.3%), dan hampir setengah responden memiliki motivasi negatif yaitu ada 34 ibu (44.7%). Motivasi positif yang dimiliki oleh sebagian besar responden (55.3%) dapat disebabkan karena pendidikan responden yang rata-rata SMA ada 29 Ibu (38.2%) dan sarjana ada 15 ibu (19.74%). Seseorang yang berpendidikan tinggi akan mudah menerima informasi, sehingga mudah termotivasi untuk melakukan kunjungan secara rutin ke Posyandu bagi balitanya. Menurut YB. Mantra dikutip dari Notoatmodjo (2003) pendidikan merupakan proses belajar sehingga terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih matang, dan dapat mempengaruhi motivasi seseorang. Dengan demikian pendidikan sangat penting guna menambah pengetahuan serta wawasan yang dapat menjadikan seseorang lebih dewasa dan lebih matang dalam berpikir. Pada penelitian ini didapatkan pula responden yang mempunyai pendidikan dasar SMP yaitu ada 19 ibu (25%). Seseorang yang pendidikannya menengah akan lebih mudah menerima informasi bila dibanding dengan seseorang yang pendidikannya lebih rendah (SD). Namun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi responden yang berpendidikan rendah motivasinya tinggi. Dari hasil penelitian, didapatkan 13 ibu (17.11%) responden berpendidikan 42
Jurnal Delima Harapan, Vol 3, No.2 Agustus-Januari 2014: 38-46
SD, hal tersebut bisa terjadi karena meskipun pendidikannya rendah tetapi bila ibu rajin menggali sumber informasi baik lewat televisi maupun media massa tentang kesehatan balita maka pengetahuan ibu bertambah dan dapat meningkatkan motivasi dalam melakukan kunjungan secara rutin ke Posyandu. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2003), semakin banyak seseorang memperoleh informasi lewat media cetak maupun elektronika, maka akan semakin banyak pula wawasan dan pengetahuan yang didapat sehingga dapat mempengaruhi motivasi seseorang. Jadi, walaupun responden berpendidikan rendah, tapi mempunyai motivasi yang positif dikarenakan responden mempunyai pengetahuan yang cukup. Pada penelitian diatas juga didapatkan responden yang memiliki motivasi negatif sebesar 34 responden (44.7%) yang dapat disebabkan oleh karena kurang dorongan dari orang sekitar. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hasmi F (2000) bahwa pergaulan lingkungan sosial yang ada memberikan dampak positif dan negatif. Pergaulan yang positif akan menanamkan motivasi yang baik. Berdasarkan gambar 1 data yang didapatkan bahwa responden hampir setengah berusia 26-30 tahun yaitu 27 ibu (35.5%), sedangkan hanya sebagian kecil responden berusia 41-45 tahun yaitu 4 ibu (5.3%). Motivasi juga dapat disebabkan karena factor usia. Dimana usia 26-30 tahun adalah usia yang lebih matang untuk menghadapi masalah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1996) bahwa usia merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi tingkat motivasi seseorang karena usia dapat menjadi tolak ukur kesiapan fisik dan mental seseorang dalam menghadapi masalah. Jadi, motivasi yang tinggi tidak tergantung dari tolak ukur pendidikan seseorang tetapi juga dari dorongan sekitar dan usia orang tua yang sudah terhitung matang dan mampu untuk menggali semua masalah, karena kenyataannya ibu lebih rasional dalam berfikir dan mampu membedakan mana yang lebih menguntungkan dan merugikan. Jadi jika kita melakukan kegiatan akan lebih semangat jika ada dorongan dari luar. Dukungan yang positif akan menguntungkan kita dan dukungan yang negatif juga akan merugikan kita. Namun demikian para orang tua harus lebih meningkatkan motivasi serta pengetahuan tanpa batas waktu. b. Keaktifan Ibu Membawa Balita Ke Posyandu. 60 40
50 65.8 %
26 34.2%
20 0 Aktif
Tidak Aktif
Sumber : Kuesioner Penelitian Bulan Mei Gambar 2. Diagram Batang Keaktifan Responden Berdasarkan gambar 2 didapatkan bahwa sebagian besar responden aktif datang ke posyandu yaitu ada 50 ibu (65.8%), dan hampir setengah responden tidak aktif datang ke posyandu yaitu ada 26 ibu (34.2%). 43
Jurnal Delima Harapan, Vol 3, No.2 Agustus-Januari 2014: 38-46
Keaktifan kunjungan ke Posyandu juga disebabkan karena jenis pekerjaan responden. Dimana hampir setengah responden adalah ibu rumah tangga yaitu 25 ibu (32.89%) yang tidak terkait oleh jam kerja secara formal dalam melakukan aktivitasnya sehingga responden memiliki banyak waktu luang untuk menyempatkan hadir di Posyandu secara rutin. Sedangkan untuk responden yang tidak aktif datang ke Posyandu kemungkinan disebabkan karena pekerjaan responden yang menyita waktu, seperti 18 ibu (23.68%) sebagai tani, 20 ibu (26.3%) bekerja sebagai karyawan swasta dan 13 ibu (17.11%) sebagai PNS sehingga tidak ada waktu luang untuk datang ke Posyandu. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal (PRO-HEALT, 2009). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh (Effendy, 1998) yaitu tingkat pengetahuan, ketrampilan serta sikap tenaga perawat dalam memberikan pelayanan ke Posyandu sangat berpengaruh terhadap ibu balita dalam melakukan kunjungan secara rutin ke Posyandu. Dalam kenyataan di lapangan tenaga kesehatan dan kader aktif dalam kegiatan Posyandu dan selalu memberikan dukungan/dorongan kepada ibu balita untuk meningkatkan kunjungan secara aktif ke Posyandu. Kondisi wilayah juga sangat mempengaruhi kunjungan ibu ke Posyandu, dalam penelitian ini lokasi pelayanan Posyandu mudah dijangkau
oleh kendaraan umum roda 2 maupun roda 4. Jarak paling dekat 100 m, dan jarak paling jauh 1.000 m dari tempat pelayanan Posyandu. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pelayanan Posyandu yang jauh dan sulit dijangkau oleh masyarakat akan mempengaruhi motivasi ibu dalam melakukan kunjungan teratur ke Posyandu (Azwar, 2009). Jadi keaktifan dapat terpengaruhi oleh pekerjaan ibu balita, ibu yang menjadi ibu rumah tangga lebih aktif membawa balita ke posyandu karena mereka mempunyai banyak waktu untuk mengikuti kegiatan posyandu, dan hanya beberapa ibu yang datang keposyandu karena ada kegiatan yang mendorong seperti halnya pemberian vitamin A dibulan Februari dan Agustus. Ibu yang memiliki anak berusia lebih dari 3 tahun dan bekerja sudah jarang membawa balita ke posyandu karena para ibu yang bekerja lebih senang menyekolahkan balita di PAUD, jadi pada waktu bulan posyandu balita jarang ditimbangkan meskipun ibu memiliki motivasi yang positif. Dan dari jarak yang dekat ataupun jauh hampir setengah ibu balita datang ke Posyandu jalan kaki secara bersamaan dengan ibu balita yang lain, dan hanya sebagian kecil ibu balita yang diantar atau yang naik sepeda motor. 2. Analisis Multivariat Tabel 1 Tingkat Keeratan Hubungan Dengan Coefficient Contigency Asym p. Std. Error( Approx Value a) . T(b) Nomin al by
Conti ngen
.237
Appr ox. Sig. .034
44
Jurnal Delima Harapan, Vol 3, No.2 Agustus-Januari 2014: 38-46
Nomin al
cy Coeff icient Interva Pears l by on's Interva R l Ordinal Spear by man Ordinal Corre lation N of Valid Cases
.244
.112
2.161
.244
.112
2.161
76
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji statistik chi square dengan tingkat signifikasinya ρ < 0.05 di dapatkan nilai ρ = 0.034 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan motivasi dengan keaktifan ibu membawa balita ke posyandu di Kelurahan Tonatan Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo dengan tingkat keeratan hubungan rendah dapat dilihat pada tabel Coefficient Contigency dengan nilai 0.237. Keadaan ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003) bahwa motivasi, suatu dorongan yang positif dari dalam diri yang tinggi akan menimbulkan rasa percaya diri dan perbandingan yang positif terhadap orang lain. Banyak hal yang dapat mempengaruhi atau memberikan motivasi untuk seseorang melakukan sesuatu hal. Motivasi itu mulai dari dorongan dalam diri sendiri dan dari lingkungan sekitar dan orang sekitar. Keaktifan dalam melakukan kunjungan ke posyandu juga terpengaruh dari beberapa hal yaitu pekerjaan ibu yang tidak menyita waktu dan usia ibu yang sudah matang dalam menerima dan menyelesaikan masalah. Motivasi yang dimiliki ibu akan menjadikan
ibu untuk berusaha memenuhi kebutuhan kesehatan balitanya dan mengontrol tumbuh kembang balita melalui kunjungan secara rutin ke .034( Posyandu. c) Hasil penelitian ini didukung juga oleh penelitian (Sunarti, 2006) dengan judul Hubungan Motivasi .034( dengan Keteraturan Kunjungan balita c) setelah mendapat imunisasi lengkap di Posyandu Dusun Durenan Wilayah Kerja Puskesmas Mlilir Kabupaten Madiun, yang hasil penelitiannya menyatakan sebagian besar responden memiliki motivasi tinggi sebesar 73,3%, sebagian kecil responden memiliki motivasi rendah 26,7%. Responden yang teratur melakukan kunjungan ke Posyandu 73,3% dan tidak teratur 26,7%. Hasil uji chi square didapatkan X2 = 11.513 > X tabel = 3.841, sehingga Ho ditolak. Artinya ada hubungan antara motivasi dengan keteraturan kunjungan balita ke Posyandu. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di posyandu Kelurahan Tonatan Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo dapat disimpulkan sebagai berikut; 1) Sebagian besar ibu balita (55.3%) mempunyai motivasi positif ke posyandu. 2) Sebagian besar responden aktif datang ke posyandu (65.8%). 3) Ada hubungan motivasi dengan keaktifan ibu membawa balita ke posyandu di Kelurahan Tonatan Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo dengan nilai probabilitas (0.034) dan tingkat keeratan hubungan rendah (0.237). Saran 1) Bagi Ibu Balita 45
Jurnal Delima Harapan, Vol 3, No.2 Agustus-Januari 2014: 38-46
Ibu balita diharapkan lebih aktif membawa balita ke posyandu meskipun bukan bulan pemberian vitamin A, dan ada berbagai macam cara untuk menambah pengetahuan ibu yaitu seperti membaca buku-buku kesehatan, majalah, koran, leaflet, mendengarkan radio, melihat acara televisi tentang kesehatan balita sehingga dapat menambah tingkat motivasi dalam melakukan kunjungan secara rutin ke Posyandu. 2) Bagi Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan memberikan penyuluhan kepada ibu balita mengenai pentingnya kunjungan secara rutin ke Posyandu, memberikan pelayanan secara paripurna, dan bidan melakukan kegiatan kunjungan rumah (home care) untuk menumbuhkan minat dari masyarakat.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi .revisi. Jakarta : Rineka Cipta. Nurdia, D. 2010. Keaktifan Kader.(Online). (Jtptunimusgdl-dewinurdia-52083.bab2.pdf, diakses 16 Desember 2012) Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung : Alfabeta. Sutrismang. 2010. Ketidak aktifan datang ke posyandu. (Online). (Jtptunimus-gdl-Sutrismang5293-3.bab2.pdf, diakses 16 Desember 2012)
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Depkes RI. 2012. Penyelenggaraan Bulan Penimbangan. (Online). (http://depkes. go.id/downloads/dinkesprov2 012.pdf , diakses 30 November 2012). Hidayat, AA. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Kemenkes RI. 2011. Buku panduan Kader Posyandu Menuju Keluarga Sadar Gizi. Jakarta: Direktorat Bina Gizi.
46