1
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL DI SEKOLAH DASAR Sapira, Margiati, Siti Halidjah Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar FKIP UNTAN, Pontianak. Email : sapiraama @yahoo.com Abstrak: Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajran IPA menggunakan media audio visual di kelas III SDN 25 Ambarang. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Bentuk penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan kelas yang bersifat kolaboratif. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus. HGasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Kemampuan guru dalam merancang pembelajaran pada siklus I sebesar 3,28 dan pada siklus II sebesar 3,64, terjadi peningkatan 0,44 (2) Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada siklus I sebesar 3,46 dan pada siklus II adalah sebesar 3,87 terjadi peningkatan sebesar 0,44 (3) Hasil belajar siswa pada siklus I adalah 72,89 dan pada siklus II adalah 81,91, terjadi peningkatan 9,02. Peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan media audio visual dalam pembelajaran IPA di kelas III SDN 25 Ambarang. Hasil ter formatis dari 31 siswa, yang mendapat nilai 60-70 sebanyak 2 orang, nilai 80-90 sebanyak 28 orang, nilai 100 sebanyak 1 orang. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan media audio visual pada pembelajaran IPA terlaksana sesuai dengan apa yang dirancang. Dengan demikian peneliti menggunakan media Audio Visual dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SDN 25 Ambarang, kabupaten Landak. Kata Kunci: Media Audio Visual, Pembelajaran IPA Abstract: This study was conducted with the aim of improving student learning outcomes in pembelajran IPA use audio-visual media in class III SDN 25 Ambarang. The method used is descriptive method. Forms of research is classroom action research collaborative. This study was conducted in two cycles. The results showed that: (1) The ability of teachers in designing learning in the first cycle of 3.28 and the second cycle of 3.64, an increase of 0.44 (2) The ability of teachers in implementing the learning in the first cycle of 3.46 and on the second cycle is equal to an increase of 0.44 3.87 (3) The results of students in the first cycle was 72.89 and the second cycle was 81.91, an increase of 9.02. Improving student learning outcomes by using audio-visual media in learning science in grade III SDN 25 Ambarang. Results ter formatis of 31 students, who scored as many as 2 people 60-70, 80-90 score as many as 28 people, the value of 100 as many as 1 person. The ability of teachers in implementing the learning using audiovisual media in learning science accomplished in accordance with what was designed. Thus researchers used Audio Visual media in science teaching can improve learning outcomes third grade students of SDN 25 Ambarang, Porcupine district. Keywords: Improving Results Learning, Media Audio Visual, Learning science
U
ntuk mendapatkan hasil belajar yang berkualitas dan bermutu sangat bergantung kepada beberapa aspek antara lain ialah siswa, guru, mata pelajaran, kurikulum, metode pengajaran, serta sarana dan prasarana yang mendukung. Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pembelajaran karena terlibat langsung dalam upaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan
2
peserta didiknya. Selain guru, cara atau metode yang digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran juga sangat berpengaruh karena apabila guru dapat menyajikan materi pembelajaran yang sangat menarik maka dapat meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran tersebut dan otomatis akan berpengaruh terhadap hasil belajaranya pula. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran wajib yang dipelajari di SD. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan diluar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. IPA atau ilmu kealaman adalah tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Berdasasrkan observasi peneliti terhadap proses pembelajaran dan perolehan nilai siswa dalam pembelajaran IPA di SDN 25 Ambarang, hasil belajar siswa kelas III masih terbilang cukup rendah. Dari 31 orang siswa, yang mendapat nilai di atas KKM 75 hanya 9 orang siswa 22 (29,03%) dan ada 22 orang siswa (70,96%) yang mendapat nilai di bawah KKM yang telah ditetapkan. Rendahnya hasil belajar siswa merupakan salah satu indikator bahwa pembelajaran IPA di SDN 25 belum maksimal, hal ini disebabkan karena proses pembelajaran IPA di SDN 25 Ambarang masih terkesan kurang menarik bagi siswa, cara guru dalam menyampaikan materi masih cenderung bersifat informatif dan pembelajaran masih berpusat pada guru. Siswa masih menganggap bahwa materi IPA merupakan materi yang membosankan dan banyak teorinya. Selain itu, sebagian besar siswa menganggap bahwa mata pelajaran IPA cukup sulit karena harus menghafal berbagai macam teori. Kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran IPA sangat berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar siswa. Keadaan tersebut perlu diperhatikan oleh pendidik khususnya guru kelas III agar selalu berusaha untuk menciptakan inovasi dalam proses pembelajaran sebagai solusi untuk meningkatkan minat belajar siswa sehingga hasil belajar siswanya mengalami peningkatan. Salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa adalah orientasi belajar yang lebih berpusat pada guru harus mulai ditinggalkan dan diganti dengan orientasi belajar lebih berpusat pada siswa dengan cara guru menjadi fasilitator. Dengan menjadi fasilitator guru akan dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, yaitu merupakan proses pembelajaran di mana seorang guru harus dapat menciptakan suasana yang sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan juga mengemukakan gagasannya. Keaktifan siswa ini sangat penting untuk membentuk generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan juga orang lain. Dan juga guru harus dapat membuat proses pembelajaran yang menyenangkan, yaitu berkaitan erat dengan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat memusatkan perhatianya secara penuh pada belajarnya dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan media. Azhar (2006:2) berpendapat, “proses pembelajaran yang terjadi di sekolah dapat lebih ”. Adapun kata media itu sendiri menurut Arief S. Sadiman dkk (2014 :6), berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Jadi, media adalah “alat yang berperan menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran”, sedangkan media pembelajaran menurut Ilam (dalam gurupaismaalmuttaqin, 2008) adalah ”segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan, merangsang pikiran, perasaaan, perhatian dan kemauan
3
siswa sehingga dapat mendorong proses belajar, yang pada akhirnya mampu mengantarkan siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran”. Audio visual adalah alatalat ( audible ) artinya dapat didengar dan alat-alat ( Visible ) artinya dapat dilihat. Alatalat audio visual gunanya untuk membuat cara berkomonikasi menjadi lebih efektif. Jadi media audio visual adalah alat-alat yang dapat didengar dan dapat dilihat. Pemilihan media audiovisual di dalam penelitian ini adalah dalam bentuk video pembelajaran dengan menggunakan media komputer/laptop dan multimedia projector atau LCD (Liquid Crystal Display) sebagai sarana dalam menyajikan video pembelajaran ini. Dengan media ini diharapkan dapat membantu siswa dalam mempelajari materi secara mandiri. Pada hakekatnya Ilmu Pengetahuan Alam terdiri dari tiga komponen, yaitu: sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Hal ini berarti bahwa Ilmu Pengetahuan Alam tidakhanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam fakta yang dihafal, tetapi juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam ynag belum dapat direnungkan. Menurut Mulyasa (2007:110) IPA adalah “Ilmu yang sistematis dan dirumuskan, ilmu ini berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan terutama didasarkan atas pengamatan dan induksi”. IPA juga berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya konsep-konsep atau prinsipprinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi serta dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. E. Mulyasa (2006:110) menjelaskan, Pembelajaran IPA diharapkan bisa menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam penerapan dalam kehidupan sehari-hari dan proses pembelajarannya menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar. Menurut Muchlas Samani (2014:183) Istilah Pemebelajaran setara dengan istilah teaching atau instruction. Artinya kita tidak harus secara diametral mempertentangkan antara pengajaran (teacher-centered) dengan pembelajaran (student centered). Dengan demikian, di sini juga harus dimaknai bahwa dalam pengajaran guru belajar, sedangkan siswa dalam belajar juga mengajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Pembelajaran menurut Dimyanti Mudjiono dalam Sagala (2012: 61) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dalam pembelajaran diharapkan dapat menghasilkan sebuah perubahan tidak hanya perubahan tingkah laku tetapi perubahan terhadap mutu hasil belajar siswa. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa inggris ‘science’ yang artinya ilmu. Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam bahasa latin ‘scientia’ yang berarti saya tahu. ‘Science’ terdiri dari social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam) (Firman dan Widodo, 2007: 28). IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan diluar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. IPA atau ilmu kealaman adalah tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Menurut H.W Fowler dalam Trianto (2010:136) mendefinisikan “IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan,
4
yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi”. Firman dan Widodo (2007:199) mengemukakan bahwa pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkanIPA dengan kehidupan sehari – hari siswa. Menurut Hendro dan Jenny R.E Kaligis (1993 : 6) , tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar adalah : 1. Memahami alam sekitarnya, meliputi benda-benda alam dan buatan manusia serta konsep-konsep IPA yang terkandung didalamnya. 2. Memiliki ketrampilan untuk mendaptkan ilmu, khususnya IPA berupa ketrampilan proses atau metode ilmiah yang sederhana. 3. Memiliki sikap ilmiah didalam mengenal alam sekitaarnya dan memecahkan masalah yang dihadapi serta menyadari kebesaran penciptanya. 4. Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. E.Mulyasa (2006:112) menyebutkan ruang lingkup yang merupakan kajian pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada tingkat Sekolah Dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a. Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan dan tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan. b. Benda atau materi sifat-sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat, gas. c. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. d. Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya dan benda langit lainnya. Harlen (Patta Bundu 2006:10) menyatakan bahwa ada tiga karakteristik utama sains,yaitu : pertama, memandang bahwa setiap orang mempunyai kewenangan untukmenguji validitas (kesahihan) prinsip dan teori ilmiah meskipun kelihatannya logis dan dapat dijelaskan secara hipotesis. Teori dan prinsip hanya berguna jika sesuai dengan kenyataan yang ada. Kedua , memberi pengertian adanya hubungan fakta-fakta yang diobservasi yang memungkinkan penyusunan prediksi sebelum sampai pada kesimpulan. Fakta-fakta dan data-data yang teruji kebenarannya. Ketiga, memberi makna bahwa teori sains bukanlah kebenaran yang akhir tetapi akan berubah atas dasar perangkat pendukung teori tersebut. Hal ini memberi penekanan pada kretivitas dan gagasan tentang perubahan yang telah lalu dan kemungkinan perubahan di masa depan, serta pengertian tentang persoalan itu sendiri. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar mempunyai karakteristik yang berbeda dengan karakteristik pembelajaran IPA di Sekolah Menengah. Berdasarkan jenjang dan karakteristik perkembangan intelektual anak seusia siswa sekolah dasar maka penyajian konsep dan ketrampilan IPA harus dimulai dari yang nyata (konkrit) ke yang abstrak, dari mudah ke sukar, dari sederhana ke rumit dan dari dekat ke jauh. Dengan kata lain mulailah dari apa yang ada/di sekitar siswa dan yang dikenal, diamati sderta diperlukan siswa. Secara psikologis anak usia Sekolah Dasar berada dalam dunia bermain. Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki prilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), dan keterampilan
5
(psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif) (Sadiman, 2006:2). Belajar lebih ditekankan pada proses kegiatannya dan proses belajar lebih ditekankan pada hasil yang dicapai oleh siswa. Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Menurut Hamalik, 2001:155 dalam Adriyanto (2013:3), menyatakan bahwa hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan ketrampilan. Hasil belajar dari kegiatan belajar disebut juga prestasi belajar. Hasil belajar atau prestasi siswa dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui sejauhmana peserta didik dapat menguasai bahan pelajaran yang sudah dipelajari.Menurut Woodworth dan Marquis (dalam Sri, 2004:43), prestasi belajar adalah suatu kemampuan yang dapat diukur secara langsung dengan tes.Dengan demikian prestasi belajar merupakan kemampuan yang dapat diukur dan berwujud penguasaan ilmu pengetahuan ,sikap, ketrampilan dan nilainilai yang dicapai oleh siswa sebagai hasil belajar dari proses belajar di sekolah. Dengan kata lain ,prestasi belajar merupakan hasi yang dicapai siswa dari perbuatan dan usaha belajar dan merupakan ukuran sejauhmana siswa telah menguasai bahan yang dipelajari atau diajarkan. Menurut Hasibuan bahwa prestasi belajarsiswa adalah gambaran kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil penilaian proses belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran Purwanto menyatakakan bahwa kegunaan prestasi belajar diantaranya adalah: (1) Untuk mengetahui efisiensi hasil belajar yang dalam hal ini diharapkan mendorong siswauntuk lebih giat, (2) Untuk menyadarkan siswaterhadap tingkat kemampuannya. Dengan melihat hasil tes atauhasil ujiannya siswa dapat menyadari kelemahan dan kelebihannya sehingga dapat mengevaluasi dan bagaimana cara selama ini, (3) untuk petujukusaha belajar siswa , (4) untuk dijadikan dasar untuk memberikan penghargaan. Ngalim Purwanto (2010:106) menyebutkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: 1. Faktor dari luar a) Faktor lingkungan alam, lingkungan sosial. b) Faktor instrumental, berkaitan dengan kurikulum ataubahan ajar, guru sebagai pengajar, sarana dan fasilitas yang tersedia, administrasi dan manajemen 2. Faktor dari dalam a) Faktor biologi berkaitan dengan bagaimana kondisi fisik, panca indra, dan sebaginya. b) Faktor psikologi,sperti minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi, kemanpuan kognitif dan sebagainya. Faktor yang mempengaruhi hasilbelajar siswa dalam penelitian ini adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal), yaitu faktor instrumental. Faktor instrumental dalam penelitian .Dalam penelitian ini sarana dan prasarana yang dimaksud adalah media audio visual.Kata media berasal dari bahasa latin, yaitu medius yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, dkk, 2014:6). Kegiatan pembelajaran itu pada hakikatnya merupakan proses komunikasi. Dalam proses komunikasi, biasanya guru berperan sebagai komunikator yang bertugas menyampaikan pesan sedangkan siswa dalam hal ini bertindak sebagai komonikan atau penerima pesan. Agar pesan atau bahan ajar yang disampaikan guru dapat diterima oleh siswa maka diperlukan wahana penyalur pesan yaitu media pembelajaran (Hernawan, dkk, 2007:4).
6
Sadiman (2014:17) mengemukakan secara umum tentang media pendidikan yang mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka) 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. Misalnya dalam menghadirkan objek-objek yang terlalu besar bisa diganti dengan gambar, objek yang terlalu kecil dibantu dengan proyektor mikro, gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography, objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan diagram, konsep yang terlalu luas dan kejadian-kejadian yang terjadi di masa lalu dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar atau dalam bentuk video. 3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif peserta didik. Dalam hal ini: 1) Menimbulkan kegairahan belajar, 2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataanya, 3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri menurut kemampuan dan minatnya. 4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam: a) Memberikan perangsang yang sama. b) Mempersamakan pengalaman. c) Menimbulkan persepsi yang sama. Jadi, media pembelajaran sangat penting untuk mendukung terciptanya lingkungan belajar sehingga tercapai tujuan proses belajar yang tercermin dalam hasil belajar peserta didik. Media pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan sistem pembelajaran. Dengan demikian pemilihan media pembelajaran menjadi penting agar memiliki kesesuaian dengan tujuan, isi, strategi, dan waktu yang tersedia dalam proses pembelajaran. Dasar pertimbangan dalam memilih media dapat dikaji dalam dua bagian (Hernawan, dkk 2007:53-55) yaitu: 1. Alasan secara teoritis pemilihan media membahas bahwa alasan guru melakukan pemilihan media karena secara teoritik media merupakan salah satu komponen utama dalam pembelajaran selain tujuan, materi, metode, dan evaluasi, maka sudah seharusnya dalam pembelajaran guru menggunakan media. Jadi media merupakan bagian dari sistem pembelajaran yang perlu dipilih kesesuaiannya dengan pembelajaran. Proses pemilihan media secara teoritis dapat merajuk pada Gerlach dan Elly dengan memperhatikan beberapa komponen. Pengkajian sistem pembelajaran yang dikembangkan oleh Gerlach dan Elly tersebut menempatkan komponen media sebagai bagian integral dalam keseluruhan sistem pembelajaran. Dengan memperhatikan kesesuaian dengan tujuan (specification of objective), kesesuaian dengan isi (specification of content), strategi pembelajaran (determination of strategy), dan waktu yang tersedia (allocation of time). 2. Alasan praktis pemilihan media sebagai berikut: a) Demonstration, dalam hal ini media dapat digunakan sebagai alat untuk mendemonstrasikan sebuah konsep, alat, objek, kegunaan, cara mengoperasikan, dan lain-lain. b) Familiarity, penggunaan media pembelajaran memiliki alasan pribadi mengapa ia menggunakan media, yaitu karena sudah terbiasa menggunakan media tersebut, merasa sudah menguasai media tersebut, jika menggunakan media lain belum
7
tentu bisa dan untuk mempelajarinya membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya, sehingga secara terus menerus ia menggunakan media yang sama. c) Clarity, untuk lebih memperjelas pesan pembelajaran dan memberikan penjelasan ynang lebih konkrit, sehingga banyak pengguna media memiliki alas an bahwa menggunakan media adalah untukmembuat informasi lebih jelas dan konkrit sesuai kenyataan. d) Active learning, media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukan oleh guru diantaranya adalah siswa harus berperan secara aktif baik secara fisik, mental, dan emosional. Dalam prakteknya guru tidak selamanya membuat siswa aktif hanya dengan ceramah, Tanya jawab, dan lain-lain namun diperlukan media untuk menarik minat atau gairah belajar siswa. Adapun jenis dan karakteristik media pembelajaran yang dijelaskan oleh Hernawan, dkk (2007:22-34) sebagai berikut: a) Media Visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan. 1) Media visual yang diproyeksikan 2) Media visual yang tidak diproyeksikan 3) Media tiga dimensi dalam hal ini media realita dan media model. b). Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat di dengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan para siswa untuk mempelajari bahan ajar. Jenis media audio terdiri dari program kaset suara, CD audio, dan Program radio. Penggunaan media audio dalam kegiatan pembelajaran pada umumnya untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan. Adapun kelebihan dalam menggunakan media audiovisual ini adalah: 1) Menarik, bahwa pembelajaran yang diserap melalui penglihatan (media visual), sekaligus dengan pendengaran (media audio), dapat mempercepat daya serap peserta didik dalam memahami pelajaran yang disampaikan. salah satu keuntungan penggunaan media audiovisual adalah tampilannya dapat dibuat semenarik mungkin, agar anak tertarik untuk mempelajarinya. Misalnya dengan beberapa animasi kartun yang dikemas dalam cerita yang menarik. 2) Bisa menampilkan gambar, grafik, diagram, ataupun cerita. 3) Variatif, karena jenisnya beragam dan guru dapat menggunakan beragam film, tiga dimensi atau empat dimensi, dokumenter dan yang lainnya. Hal ini dapat menciptakan sesuatu yang variatif dan tidak membosankan bagi para siswa. Langkah-langkah Pembelajaran dengan menggunakan Media audio visual adalah sebagai berikut: 1). Persiapan. Sebelum memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut: a) Menyusun jadwal pemanfaatan disesuaikan dengan topik dan program yang sudah dibuat. b) Memeriksa peralatan termasuk menyesuaikan tegangan peralatan dengan tegangan listrik yang tersedia di sekolah. c) Mempelajari bahan penyerta. d) Mempelajari isi program sekaligus menandai bagian-bagian yang perlu atau tidak perlu disajikan dalam kegiatan pembelaran. e) Memeriksa kesesuaian isi program video dengan judul yang tertera. f) Meminta siswa mempersiapkan buku, alat tullis, dan peralatan lain yang diperlukan.
8
g) Mengatur tempat duduk siswa agar semua siswa dapat melihat dan mendengar. 2). Pelaksanaan Selama memanfaatkan program video pembelajaran ,guru hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut: a) Sebelum menghidupkan/ memulai program video pembelajaran, ajak siswa agar memperhatikan materi yang akan dipelajari dengan baik. b) Memberikan penjelasan terhadap materi yang diajarkan. c) Menjelaskan tujuan dan materi pokok yang akan dimanfaatkan. d) Memberikan isyarat atau persepsi pengetahuan/pelajaran sebelumnya. e) Mempersiapkan program sesuai dengan petunjukpemanfaatan/ petunjuk teknis dan bahan penyerta. f) Mengamati/memantau kegiatan siswa selama mengikuti program. Selama program diputar guru tidak perlu maju kedepan menunjuk gambar yang dilayar atau mondar-mandir berkeliling kelas. Lebih baik guru mengajarkan: 1) Menjaga agar suasana kelas tetap tertib. 2) Usahakan agar volume suara ( narasi ) jelas terdengar oleh seluruh siswa yang ada di ruangan. 3) Mengatur kekontrasan dan kecerahan gambar pada pesawat televisi atau layar sehingga gambar terlihat jelas oleh siswa. 4) Memberi penguatan/penegasan/pengayaan terhadapp tayangan program. 5) Memutar ulang program video pembelajaran jika diperlukan 6) Membuat kesimpulan materi/isi program sesudah memberikan evaluasi pada siswa. 3). Tindak lanjut a) Memberikan tugas kepada siswa. b) Memberi pertayaan atau umpan balik c) Bagi mata pelajaran yang memerlukan praktikum dilaboratorium, guru mengajak siswa untuk mengadakan praktikum dilaboratorium. d) Bagi mata Pelajaran yang memerlukan tambahan referensi yang lebiih lengkap, guru mengajak siswa untukbelajardi perpustakaan. e) Menginformasikan tentang pentingnya memperhatikan, mendengarkan program video pembelajaran untuk pemenfaatan porgram video pembelajaran berikutnya. f) Mengajak siswa untuk memperkaya materi melalui sumber belajar lain yang relevan dengan materi yang dipelajari.
METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.suharsimi Arikunto dkk (2007:56) mengartikan metode deskriptif merupakan paparan (deskripsi) informasi tentang suatu gejala, peristiwa, kejadian sebagaimana adanya. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk mengukapkan dengan apa adanya tentang peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam menggunakan Media audio Visual di kelas III SDN 25 Ambarang, sedangkan dalam mendeskripsikan permasalahan yang diteliti dipergunakan rancangan penelitian dengan mengumpulkan data menggunakan tes dan analisa data. Bentuk penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Alasan menggunakan PTK karena penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, serta mengatasi masalah pembelajaran.
9
Suharsimi Arikunto dkk (2014:57) menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru,bekerjasam dengan peniliti ( atau dilakukan oleh guru yang juga bertidak sebagai peniliti ) dikelas atau sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajara. Penilitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya (Arikunto, 2012:58). Sedangkan pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Suyanto 1997 (Muslich 2010:9) adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakantindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara professional. Penilitian ini bersifat kolaboratif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kolaborasi adalah kerjasama (Ferdinansyah & Hj.Winarni (356). Jadi sifat penilitian ini adalah kerjasama yang melibatkan beberapa pihak baik guru, kepala sekolah. Dengan demikian, kolaboratif merupakan penilitian yang melibatkan pihak lain sebagai rekan kerja dalam penilitian yang disebut kolaborator. Adapun kolaborator dalam penilitian ini adalah teman sejawat yang juga mengajar di SDN 25 Ambarang, dimana peniliti melakukan penilitian. 1. Perencanaan Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang: a) Apa yang dilakukandalamtindakanpenelitian, b) Mengapapenelitiandilakukan c) Kapanpenelitiadilakukan d) Dimanapenelitiandilakukan e) Siapa yang melakukanpenelitian f) Bagaimanapenelitiandilakukan 2. Pelaksanaan Dalam tahap ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi dau penerapan dari isi rancangan, yaitu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP pada materi Lingkungan Sehat dan Lingkungan Tidak Sehat. 3.Pengamatan Pengamatan dilakukan oleh pengamat. Pengamatan dilakukan oleh pengamat selama kegitan pembelajaran berlangsung dengan lembar pengamatan 4.Refleksi Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan, yaitu (1) Merecanakan strategi pembelajaran, (2) Merencanakan tindakan pembelajaran. Untuk menjawab sub masalah satu dan dua tentang kemampuan guru dalam menyusun program pembelajaran dan kemampuan guru,yaitu : 1. Jenis data yang diamati pada penelitian ini berdasarkan dari sub masalah sebagai berikut: Dianalisis dengan rata-rata sebagai berikut:
Skor yang diperoleh Rata- rata skor = Jumlah komponen 2.
Sub masalah kedua dengan rata-rata sebagai berikut:
10
Skor yang diperoleh Rata- rata skor = Jumlah komponen 3.
Untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa ketuntasan sebagai berikut: Jumlah Nilai a. Rata-rata nilai =
X 100 % Jumlah siswa Jumlah siswa yang tuntas
b. Rata-rata nilai = Jumlah siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ini dilakukan dalam bentuk penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus dalam proses pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan perolehan data kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam menggunakan media audio visual. Diperoleh hasil kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran. Pengamatan dilakukan oleh kolaborator yaitu Ibu Esnawati terhadap peneliti yaitu Ibu Sapira dengan panduan lembar observer yang telah disiapkan oleh peneliti pada saat pembelajaran sedang berlangsung, kolaborator menulis hasil pengamatannya pada saat peneliti melaksanakan pembelajaran. Kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan media audio visual dalam pembelajaran IPA dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Rekapitulasi Kemampuan Guru Merancang Rencana Pembelajaran Aspek yang diamati
Skor Siklus I
Skor Total
Skor Rata-rata
Siklus II
13,84
14,75
3,46
3,64
11
Berdasarkan tabel 1 terjadi peningkatan kemampuan guru merencanakan pembelajaranmenggunakan media audio visual. Hasil yang dieroleh pada siklus I yaitu dengan skor ratarata 3,46 meningkat menjadi 3,64, terdapat selisih nilai 0,18 dari siklus I kesikus II. Berasarkan hasil penelitian terhadap kemampuan guru melaksanakan pembelajaran menggunakan media audio visual yang dilaksanakan sebanyakdua siklus dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas III SDN 25 Ambarang. Diperoleh hasil kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat melalui dpada tabel 4.2 di bawah ini: Tabel 2 Rekapitulasi Kemampuan guru melaksanakan Pembelajaran Aspek yang diamati
Siklus
Siklus I
Siklus II
Skor Total
13,84
15,75
Skor Rata-rata
3,46
3,87
Berdasarkan tabel 2, terjadi peningkatan kemampuan guru merencanakan pembelajaran menggunakan media audio visual. Hasil yang dieroleh pada siklus I yaitu dengan skor ratarata 3,46 meningkat menjadi 3,87, terdapat selisih nilai 0,41 dari siklus I kesikus II. Berdasarkan hasil penelitian terhadap hasil belajar siswa yang dilakukan sebanyak dua siklus dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam menggunakan media audio visual di SDN 25 Ambarang Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak. Diperoleh hasil belajar siswa yang dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Perolehan Hasil Belajar Siswa
Siklus I
Siklus II
Rata-rata Hasil Belajar Siswa
72,89
80,32
Berdasarkan tabel 4.1 terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang dieroleh pada siklus I yaitu dengan skor rata rata 72,89 meningkat menjadi 80,32, terdapat selisih nilai 7,43 dari siklus I kesikus II.
12
Pembahasan Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri dari hasil observasi kolaborator terhadap peneliti dan Rencana pelaksanaan Pembelajaran, dengan penggunaan media audio visual yang berdampak terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.Kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran meningkat karena ada persiapan yang matang dalam menyusun perencanaan pembelajaran dengan menggunakan media audio visual. Peningkatan kemampuan guru dalam melakasanakan pembelajaran ternyata pada siklus I dengan kemampuan guru rata-rata 3,28 dilanjutkan pada siklus II menjadi 3,64selisih skor 0,36 artinya dengan penggunakan media audio visual dalam pembelajaran Ilmu Penegetahuan Alam sudah berhasil. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajran Ilmu Pengetahuan Alam yang dibuat oleh guru kelas III SDN 25 Ambarang dengan menggunakan media audio visual yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran dapat membantu guru sendiri dan proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Kemampuan guru dalam merencankan pembelajaran Ilmu Penegetahuan Alam pada siklus I yakni: 3,28, dan pada siklus II adalah: 3,64, hal ini terjadi karena terjadipeningkatan sebesar : 0,36. Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada siklus I adalah 3,46 dan pada siklus II adalah 3,87 hal ini terjadi karena telah terjadi peningkatan sebesar 0,41. Hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu penegetahuan Alam pada siklus I adalah nilai rata-rata 72,89, siswa yang mencapai KKM yang ditentukan sekolah berjumlah 19 orang, persentase ketuntasan siswa 61,29 %, siswa yang belum mencapai KKM atau belum tuntas 12 orang dengan persentase 38,70 %, hal ini berarti hasil belajar yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran Ilmu pengetahuan Alam dengan penggunaan media audio visual pada siklus I belum mencapai standar ketuntasan yang ditentukan sekolah yaitu 75,00. Dilanjutkan pada siklus II hasilnya nilai rata-rata siswa adalah 80,32. Siswa yang mendapat nilai tuntas sesuai KKM berjumlah 29 orang dengan persentase 93,54 %, siswa yang mendapat nilai tidak tuntas karena belum mencapai KKM berjumlah 2 orang dengan persentase 6,45 %. Dengan demikian hasil belajar yang diperoleh pada siklus II sudah mencapai standar ketuntasan minimal yang ditentukan sekolah yaitu 75,00. Dengan demikian hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pembelajaran Ilmu Penegetahuan Alam dengan menggunakan media audio visual pada siklus II mengalami peningkatan,yaitu nilai rata-rata kelas pada siklus I, yaitu 72,89 dan pada siklus II yaitu 80,32 hal ini berarti nilai rat-rata kelas meningkat 7,43 dan persentase ketuntasan pada siklus I yaitu 61,29% dan pada siklus II yaitu 93,54%, hal ini berarti persentase ketuntasan meningkat 32,25% maka dengan demikian hasil belajar peserta didik dengan penggunaan media audio visual tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya atau dihentikan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari Penelitian diatas dapat disimpulkan, sebagai berikut: (1) emampuan guru dalam merancang pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menggunakan media audio visual pada siklus I, skor rata-rata sebesar 3,28 dan pada siklus II sebesar 3,64. Hal ini berarti kemampuan guru dalam merancang pemebelajaran menggunakan media audio visua pada siklus I dan siklus II memengalami peningkatan sebesar 0,44. (2) Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan media audio visual pada siklus I skor rata-rata sebesar 3,46 dan pada siklus II sebesar 3,87. Hal ini
13
berarti kemampuan guru melaksanakan pemebelajaran menggunakan media audio visual pada siklus I dansiklus II mengalami peningkatan sebesar 0,41. (3) Hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam menggunakan media audio visual pada siklus I, nilai terendah 50, dan nilai tertinggi 80,dengan nilai rata-rata 72,89 dan yang mencapai ketuntasan 19 orang, yang tidak mencapai ketuntasan sebanyak 12 orang, persentase ketuntasan sebesar 61,29 % dan pada siklus II nilai terendah 60, nilai tertinggi 100,dengan nilai rata-rata 80,32, peserta didik yang mencapai ketuntasan sebanyak 29 orang, dan yang tidak mencapai ketuntasan sebanyak 2 orang, persentase ketuntasan sebesar 93,54%. Hal ini berarti persentase ketuntasan belajar peserta didik pada siklus I dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 32,25 %. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang terbukti guru mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam serta guru mampu meningkatkan hasil belajar siwa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam menggunakan media audio visual barang di kelas III SDN 25 Ambarang pokok bahasan Lingkungan Sehat dan Lingkungan Tidak Sehat, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: (1) Guru Sebaiknya Guru dalam mengajar menggunakan media audio visual untuk mempermudah siswa atau peserta didik memahami materi yang disampaikan guru maka hasil belajar siswa akan meningkat. (2) Sekolah, Sekolah diharapkan untuk melengkapi peralatan yangmenunjang kegiatan pembelajaran, seperti LCD, Laptop, VCD player dan speaker agar pembelajaran dengan menggunakan media audio visual dapat berjalan dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Darmodjo Hendro & Kaligis R.E. Jenny, 1992. Pendidikan IPA II. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dimyati dan Mudjiono, 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Ferdinansyah dan Winarni. 2010. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: CV Utan Kayu. Hariyanto, 2012. Sains Untuk Sekolah Dasar kelas III. Jakarta: Erlangga Huda, Miftahul, 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar Purwanto, Ngalim, M., 2014. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sadiman, Arif dkk. 2014. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Sukidin dkk. 2008. Manajemen penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendekia Sumantri dan Permana, 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Maulana Suyono dan Hariyanto, 2014. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Darmodjo Hendro & Kaligis R.E. Jenny, 1992. Pendidikan IPA II. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
14