iv
ABSTRACT Hasbi Siraj. 1111046100079. The Influence of Go Public Policy to Financial Health Level in PT. Bank Panin Syariah. Concentration of Islamic Banking, Muamalat Department (Islamic Economics), Faculty of Sharia and Law, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. xiv pages + 73 pages + 5 pages. The needed of big funds inspired the companies to sell a part of its shares in the capital market. One of methods that used here is to be a public company (go public). PT. Bank Panin Syariah since January 15, 2014 has officially listed its shares on the Indonesia Stock Exchange and become the first Islamic bank to go public. This research aims to (1) analyze the financial health level of PT. Bank Panin Syariah before going public, (2) analyze the financial health of PT. Bank Panin Syariah after going public, and (3) analyze the influence of the go public policy to the financial health of PT. Bank Panin Syariah. The data which is used in this research is the secondary data, they are qualitatively and quantitatively data. The data were obtained from literature studies, internet, journals and literature relevant to the research. The used of data analysis method is to compare the financial health of bank pre- go public with post- go public. The used of the analysis was the analysis of financial ratios of components contained in RBBR (risk-based bank rating). The study began by analyzing the financial health of pre- and post- go public through ratios contained in the earnings and capital factors in RBBR the ROA (return on assets), NOM (net operating margin) and CAR (capital adequacy ratio). Further research continued on comparison phase between the financial health of the pre- go public with a post- go public by using comparison test paired-sample t test. The results showed that before going public or in the period 2010 – 2013 Panin Bank Syariah overall changed to a better level. Likewise, after going public, Panin Bank Syariah showed significant growth. However, based on the results of further tests with comparison test paired-sample t test with SPSS 22, showed that only CAR ratio that represented the capital factor, there was the average difference between pre- and post- go public. While the ROA and NOM representing earnings factor, there was no average difference between pre- and post- go public. Keywords: Go Public, ROA, NOM, CAR, Paired sample t test Supervisor: AiniMasruroh, S.EI, MM Bibliography: 2001 – 2014
v
ABSTRAK Hasbi Siraj. 1111046100079. Pengaruh Kebijakan Go Public Terhadap Tingkat Kesehatan Keuangan PT. Bank Panin Syariah. Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. xiv halaman + 73 halaman + 5 halaman. Kebutuhan dana yang besar menginspirasi perusahaan menjual sebagian sahamnya di Pasar Modal. Salah satu cara yang digunakan ialah menjadi perusahaan publik (go public). Bank Panin Syariah sejak 15 Januari 2014 secara resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dan menjadi bank syariah pertama yang go public. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah sebelum go public, (2) menganalisis tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah setelah go public, dan (3) menganalisis pengaruh kebijakan go public terhadap tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data tersebut diperoleh dari studi kepustakaan, internet, jurnal serta literatur-literatur yang relevan dengan penelitian. Metode analisis data yang digunakan yaitu dengan membandingkan kesehatan keuangan bank pra go public dengan pasca go public. Analisis yang digunakan adalah dengan analisis komponen rasio keuangan yang terdapat pada RBBR (risk-based bank rating). Penelitian dimulai dengan menganalisis kesehatan keuangan pra dan pasca go public melalui rasio yang terdapat pada faktor earning dan capital dalam RBBR yakni rasio ROA (return on assets), NOM (net operating margin) dan CAR (capital adequacy ratio). Selanjutnya penelitian dilanjutkan pada tahap perbandingan antara kesehatan keuangan pra go public dengan pasca go public dengan menggunakan uji beda paired-sample t test. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum go public atau pada periode 2010 – 2013 Bank Panin Syariah secara keseluruhan mengalami perubahan ke tingkat yang lebih baik. Begitu juga setelah go public, Bank Panin Syariah menunjukan pertumbuhan yang sangat signifikan. Namun berdasarkan hasil uji lanjutan dengan uji beda paired-sample t test dengan SPSS 22 menunjukan bahwa hanya pada rasio CAR yang mewakili faktor capital, ada perbedaan rata-rata antara pra go public dan pasca go public. Sedangkan pada rasio ROA dan NOM yang mewakili faktor earning, tidak ada perbedaan rata-rata antara pra go public dan pasca go public. Kata Kunci
: Go Public, ROA, NOM, CAR, Paired sample t test
Pembimbing : Aini Masruroh, S.EI, MM Daftar Pustaka : Tahun 2001 s.d. tahun 2014
vi
KATA PENGANTAR الر ِحي ِْم ِ ِبس ِْم َ الر ْح َم ِن َ هللا Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat dengan menurunkan islam sebagai petunjuk bagi umat manusia dengan ajaran yang sempurna dan menyeluruh. Shalawat dan salam tercurahkan kepada sang pembawa berita gembira, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari kegelapan kepada cahaya, dari zaman jahiliyah ke zaman berperadaban. Alhamdulilllah, penelitian yang berjudul “Pengaruh Kebijakan Go Public Terhadap Tingkat Kesehatan Keuangan PT. Bank Panin Syariah” telah dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit tantangan dan dinamika yang dihadapi. Namun, atas bimbingan, kerja keras, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik langsung ataupun tidak, memberikan semangat bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis haturkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak A.M Hasan Ali, MA dan Abdurrauf, Lc, MA sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa
vii
memberikan arahan dan semangat serta yang dengan sabar telah membantu proses pengajuan judul hingga tahap akhir penyelesaian skripsi. 3. Ibu Aini Masruroh, S.EI, MM, selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa memberikan masukan, arahan dan dorongan kepada penulis serta telah meluangkan waktu agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 4. Pimpinan Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan. 5. Segenap Dosen dan Staf Akademik Faklutas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan tambahan ilmu kepada penulis. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan menjadi amal jariyah yang terus mengalir sampai hari akhir. 6. Kedua orang tua tercinta, Bapak Sanusi, S.Pd dan Umi Nurhasanah yang telah banyak memberikan semangat, inspirasi, saran, doa dan dukungan baik secara moril maupun materil bagi penulis. Serta untuk kedua adik tercinta Khairunnisa (Icut) dan Syihab Azkia (Eneng) yang selalu menjadi penyemangat kepada penulis untuk menggapai kesuksesan. 7. Someone special in my heart, Siska Puspitasari yang selalu ada dan senantiasa menemani serta memberikan perhatian yang begitu besar untuk penulis agar terus semangat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 8. Kawan-kawan Perbankan Syariah B 2011 yang selama empat tahun ini berjuang bersama dalam mewujudkan cita-cita. Khususnya Subhi, Sherty, Nimas dan Fina.
viii
9. Kawan-kawan seperjuangan yang dipersatukan oleh Internasional Seminar FSH dan menjadi keluarga kedua di Ciputat. Bunga, Suci, Rina, Wiza, Eko, Bu Indah, Ka Indra, Ka Dayat. 10. Keluarga Ideologis, Center For Islamic Economics Studies (C.O.I.N.S) lembaga kajian keilmuan yang selama ini menjadi tempat penulis berdiskusi dan berdialektika serta mengembangkan diri. 11. Keluarga besar HMI Komfaksy, BEM FSH, HMPS Muamalat, Q-Pro Academy, Pengurus Harian Pojok Bursa IPOT, KKN P.E.A.R.L yang menjadi tempat penulis belajar berorganisasi dan bersosialisasi. 12. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, namun tidak mengurangi rasa terima kasih. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dengan pahala yang berlipat ganda. Dalam menyusun skripsi ini, penulis telah berusaha dengan semaksimal mungkin memberikan yang terbaik. Akan tetapi penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dikarenakan adanya beberapa keterbatasan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita.
Jakarta, 19 Agustus 2015
ix
Penulis DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .........................................................ii LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................iii LEMBAR PERNYATAAN .....................................................................................iv ABSTRACT .............................................................................................................v ABSTRAK ...............................................................................................................vi KATA PENGANTAR ..............................................................................................vii DAFTAR ISI .............................................................................................................x DAFTAR TABEL.....................................................................................................xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................xiv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...............................................................................................1 B. Pembatasan Masalah ......................................................................................8 C. Rumusan Masalah ..........................................................................................9 D. Tujuan Penelitian ...........................................................................................9 E. Manfaat Penelitian .........................................................................................10 F. Kerangka Pemikiran .......................................................................................10 G. Sistematika Penulisan.....................................................................................12
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ............................................................................................13
x
1. Bank .........................................................................................................13 2. Bank Syariah ............................................................................................14 3. Go Public .................................................................................................16 4. Kesehatan Bank ........................................................................................22 5. Risk-based Bank Rating ...........................................................................23 B. Penelitian Terdahulu ......................................................................................30
BAB III : METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................................37 B. Jenis Penelitian ...............................................................................................37 C. Metode Penentuan Sampel .............................................................................40 D. Metode Analisis Data .....................................................................................41 1. Analisis Kesehatan Keuangan Bank Syariah ...........................................41 2. Uji Beda Paired sample t test...................................................................45
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Singkat Bank Panin Syariah .................................................................47 B. Kondisi Kesehatan Bank Panin Syariah Pra Go Public .................................50 C. Kondisi Kesehatan Bank Panin Syariah Pasca Go Public .............................57 D. Analisis Hasil Uji Beda Paired sample t test .................................................66
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................................69 B. Saran...............................................................................................................71 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL Halaman 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ..............................................16 2.2 Penilaian Tingkat GCG .......................................................................................26 2.3 Ringkasan Penelitian Terdahulu .........................................................................34 3.1 Sumber Data Kuantitatif Penelitian .....................................................................40 3.2 Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan ...............................................................41 4.1 Corporate Values Bank Panin Syariah ................................................................49 4.2 Peringkat Profil Risiko .........................................................................................52 4.3 Hasil Self Assessment Penilaian GCG ..................................................................52 4.4 CAR Bank Panin Syariah .....................................................................................55 4.5 Pemegang Saham Pra Go Public dan Pasca Go Public .......................................58 4.6 Peringkat Komposit Profil Risiko dan GCG ........................................................61 4.7 Rasio Keuangan Bank Panin Syariah Pra Go Public dan Pasca Go Public .........66 4.8 Output Penghitungan ROA, NOM dan CAR dengan SPSS 22 ...........................67
xii
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ..........................................................................11 2.1 Proses Penawaran Umum Saham .......................................................................21 3.1 Evaluasi Data Sekunder .....................................................................................39 4.1 Sejarah Singkat Bank Panin Syariah ..................................................................48 4.2 Grafik Fluktuasi Laba Bersih ............................................................................53 4.3 Grafik Fluktuasi BOPO ......................................................................................53 4.4 Grafik Fluktuasi ROA ........................................................................................54 4.5 Grafik Fluktuasi CAR ........................................................................................55 4.6 Grafik Pertumbuhan Total Aset .........................................................................55 4.7 Grafik Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga ............................................................56 4.8 Grafik Perbandingan Total Ekuitas ....................................................................59 4.9 Grafik Perbandingan CAR .................................................................................59 4.10 Grafik Perbandingan Laba Bersih ......................................................................60 4.11 Grafik Perbandingan BOPO ...............................................................................60 4.12 Grafik Perbandingan ROA ................................................................................60 4.13 Grafik Perbandingan Total Aset.........................................................................62 4.14 Grafik Perbandingan ROA Bank Panin Syariah Periode 2013 – 2014 .............63 xiii
4.15 Grafik Perbandingan NOM Bank Panin Syariah Periode 2013 – 2014 ............64 4.16 Grafik Perbandingan CAR Bank Panin Syariah Periode 2013 – 2014 .............65
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
:Ikhtisar Keuangan Bank Panin Syariah Periode 2010 – 2014
Lampiran II
:Ikhtisar Keuangan Triwulan Bank Panin Syariah Periode 2013 – 2014
Lampiran III :Output Penghitungan Uji Paired-sample t test dengan SPSS 22
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank Syariah telah menjadi primadona lembaga keuangan di Indonesia. Terbukti dari berbagai pencapaian yang diraihnya sejak pertama kali berdiri tahun 1992 yakni Bank Muamalat Indonesia. Prestasi yang sering dibicarakan terkait bank syariah tidak lain ialah prestasi tentang pencapaian dalam meningkatkan pangsa pasar dan peningkatan pertumbuhan aset. Sudah begitu banyak didengungkan dalam berbagai seminar, diskusi dan bahkan pelajaran diruang-ruang kelas perkuliahan terkait dengan hal tersebut. Tidak terhitung berapa banyak media cetak maupun media online yang menggemborkan berita positif terkait bank yang dijalankan tanpa riba ini. Total aset bank syariah di tahun 2011 berkembang begitu pesat. Bahkan pertumbuhan total aset bank syariah pada saat itu mencapai angka 49%. Angka tersebut meningkat dari Rp 97 triliun di tahun 2010 menjadi Rp 149 triliun di tahun 2011.1 Dengan melihat pesatnya perkembangan keuangan syariah di Indonesia, khususnya perbankan syariah. Optimisme terus ditancapkan oleh seluruh pihak yang berkepentingan. Bahkan dalam ajang Global Islamic Finance Report (GIFR) 2011, Indonesia berhasil menempati peringkat keempat terbesar di dunia. Penilaian tersebut 1
Subkhan, Aset Bank Syariah Naik 49 Persen, Tempo (www.tempo.co), 23 Januari 2012, Diakses pada 4 Februari 2015
1
2
didasarkan pada
Islamic
Finance Country
Index
(IFCI)
dengan melihat
pengembangan institusi keuangan di tiap negara. Peringkat Indonesia hanya berada dibawah negara-negara yang memang lebih dahulu menerapkan sistem keuangan syariah yakni Iran, Malaysia dan Saudi Arabia.2 Sulit rasanya menghitung sudah berapa banyak raihan-raihan yang telah dicapai bank dengan konsep bagi hasil tersebut. Bahkan hingga awal tahun 2014 kemarin masih begitu banyak berita-berita yang bernada positif. Hingga akhirnya mungkin pasar perbankan syariah di Indonesia mulai menunjukan titik jenuhnya. Bank syariah yang sebelumnya terus memberikan raihan positif dan bahkan digadang-gadang mampu menandingi eksistensi perbankan konvensional yang lebih dulu hadir ternyata ditemukan banyak mengalami stagnansi. Diberbagai daerah muncul pemberitaan yang kurang baik bagi pengembangan bank syariah di Indonesia secara keseluruhan, salah satunya di daerah Riau. Bank Indonesia menyatakan kondisi bank umum syariah untuk triwulan II-2014 di Provinsi Riau menunjukkan kondisi yang relatif stagnan. Stagnansi ini terlihat dari pertumbuhan aset, penghimpunan dana maupun pembiayaan yang lebih rendah dari periode sebelumnya.3 Keadaan serupa juga terjadi di daerah lainnya. Salah satu yang cukup mengkhawatirkan terjadi di daerah Banten. Daya tarik bank syariah dikatakan belum 2
Subkhan, Indonesia Berpeluang Jadi Pusat Perbankan Syariah Dunia, Tempo (www.tempo.co), 06 Februari 201, Diakses pada 4 Februari 2015 3 Irwan Kelana, Bank Syariah di Riau Stagnan, Republika (www.republika.co.id), 01 Oktober 2014. Diakses pada 4 Februari 2015
3
mampu menandingi daya tarik dari suku bunga perbankan konvensional yang mengalami kenaikan dari 7,52% menjadi 7,93%. Ketidakberdayaan ini berdampak pada pertumbuhan aset. Pertumbuhan aset perbankan syariah di Banten mengalami anjlok pada kuartal II tahun 2014 menjadi 4,15% jika dibanding dengan pertumbuhan sebesar 8,21% pada kuartal yang sama tahun sebelumnya. 4 Rupanya jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas beragama islam bukan menjadi jaminan perkembangan keuangan syariah bergerak cepat. Ini dibuktikan dengan tidak beranjaknya pangsa pasar perbankan syariah yang hanya berkisar diangka 5 persen. Dan total aset yang dimiliki perbankan syariah secara nasional hanya Rp 250 triliun. Ini masih jauh dibandingkan dengan perbankan konvensional yang mencapai Rp 5 ribu triliun.5 Untuk menganalisis permasalahan yang terjadi, Jagdish N.Sheth menjawab lewat buku The Self Destructive Habits of Good Companies (2007). Menurutnya ada tujuh kebiasaan buruk perusahaan sukses yang menyeret mereka ke pusaran masalah dan jurang keterpurukan. Tiga teratas adalah menolak realitas baru (denial), sombong (arrogance) dan berpuas diri atas pencapaian yang ada (complacency).6 Ketiga poin yang disampaikan oleh Sheth menjadi cambuk tersendiri bagi seluruh pihak yang berkecimpung dalam pengembangan keuangan syariah di Indonesia.
4
Cahyo Eko, Stagnan, Industri Perbankan Syariah di Banten, Berita Moneter (www.beritamoneter.com), 21 Agustus 2014, Diakses pada 4 Februari 2015 5 Stagnan, Perkembangan Perbankan Syariah, Radar Jogja (www.radarjogja.co.id), 05 Januari 2015, Diakses pada 4 Februari 2015 6 Teguh S Pambudi. Menu Wajib di Buku Agenda. SWA, 25, XXIX (November, 2013), h.27
4
Sehingga stagnansi yang terjadi menjadi suatu hal yang cukup serius untuk dikaji dan mendapat perhatian khusus. Banyak argumen yang dihasilkan dari berbagai pengamatan yang dilakukan terkait stagnansi. Sebagian pendapat mengatakan bahwa lemahnya sumber daya manusia dari sisi kualitas maupun kuantitas, kurangnya sosialisasi yang dilakukan perbankan syariah, jaringan kantor yang masih sedikit dan regulasi yang belum berpihak.7 Melihat berbagai permasalahan yang dihadapi bank syariah, dibutuhkan sebuah strategi pengembangan yang dapat mencakup keseluruhan aspek untuk diselesaikan. Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia beberapa waktu lalu dikatakan tengah menggodok rancangan strategi untuk pengembangan pasar keuangan syariah pada umumnya dan bank syariah khususnya. Strategi tersebut dikatakan harus memiliki lima pilar utama, diantaranya adalah pengembangan instrumen keuangan syariah, optimalisasi
dana
publik,
supervisi
regulasi,
keterlibatan
aktif
dilembaga
internasional, dan sosialisasi.8 Dengan kelima pilar yang dipaparkan tersebut, jika realisasinya berjalan dengan baik maka optimisme untuk pertumbuhan bank syariah kembali positif tentu kembali meningkat. Inovasi produk ternaungi dalam pilar pertama, kemudian kesulitan pendanaan dapat diatasi dengan pilar kedua, dan begitulah selanjutnya sampai pada 7
A. Syarifudin, Peluang dan Tantangan Bank Syariah. Jurnal Bimas Islam Vol.4 No.4 (2011). h.645 8 Ini Lima Pilar Strategi Pengembangan Keuangan Syariah, (www.mysharing.co), 29 Oktober 2014, Diakses pada 9 Februari 2015
5
pemahaman masyarakat terkait dengan ekonomi islam dapat ditanamkan dengan berbagai sosialisasi yang masif. Dari lima pilar yang dikatakan mampu menjawab permasalahan stagnansi perbankan syariah, sepertinya dapat dipersempit menjadi beberapa poin penting. Salah satu yang terpenting adalah pilar kedua yakni optimalisasi dana publik. Pilar kedua ini menjadi penting karena jika pilar kedua tidak terpenuhi, maka sangat besar kemungkinan bahwa pilar kesatu inovasi produk dan pilar kelima sosialisasi tidak dapat terlaksana. Argumennya cukup jelas, karena pilar kesatu dan kelima memerlukan dana yang cukup besar untuk dilaksanakan. Pilar pengembangan perbankan syariah yang berfokus pada penambahan modal atau dana terdapat di pilar kedua. Dan tidak tanggung-tanggung bahwa dana yang akan dioptimalisasi adalah dana publik yang begitu besar jumlahnya. Terlebih lagi jika alternatif pilihan yang diambil adalah dengan menjadi perusahaan publik (Go Public). Untuk menjadi perusahaan publik, bank syariah dapat melakukan penawaran umum perdana (Initial Public Offering / IPO). Istilah Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering/IPO) saham atau disebut juga sebagai Go Public dapat didefiniskan sebagai kegiatan untuk pertama kalinya suatu saham ditawarkan/dijual kepada publik/masyarakat. Selain saham, istilah Penawaran Umum Perdana (IPO) juga dapat dikaitkan dengan penawaran/penjualan obligasi perusahaan kepada publik.
6
Namun untuk Go Public, istilah tersebut hanya berlaku untuk IPO saham atau penawaran umum perdana saham.9 Sedangkan dalam Undang-undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal tidak terdapat definisi dan penjelasan khusus mengenai istilah go public. Adapun yang dijelaskan adalah mengenai penawaran umum efek dan mekanismenya, dimana saham dan obligasi termasuk dalam kategori efek. Perusahaan yang akan melakukan IPO atau penawaran umum perdana harus mengajukan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam-LK untuk memperoleh pernyataan efektif.10 Awal 2014, tepatnya tanggal 15 Januari 2014, Bank Panin Syariah menjadi bank syariah pertama yang mencatatkan nama di Bursa Efek Indonesia.11 Bank Panin Syariah yang notabene merupakan bank syariah yang lebih muda jika dibandingkan dengan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri telah melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering / IPO). Tentu menjadi hal yang patut ditelaah lebih dalam terkait dengan kebijakan yang diambil bank Panin Syariah ini. Terlebih lagi kebijakan tersebut diambil ditengah keadaan dimana bank-bank syariah besar belum melakukan penawaran saham perdana. Keputusan untuk go public merupakan keputusan bisnis yang dipilih setelah memperhitungkan berbagai manfaat dan konsekuensinya. Banyak sekali manfaat 9
Nor Hadi, Pasar Modal : Acuan Teoritis dan Praktis di Instrumen Keuangan Pasar Modal (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h.36 10 Ibid. h.36 11 Sri Wiyanti, Panin Bank Syariah Jadi Bank Syariah Pertama IPO di Indonesia, (www.merdeka.com), 15 Januari 2014, Diakses pada 9 Februari 2015
7
yang dapat diperoleh perusahaan ketika menjadi perusahaan yang go public namun ada pula beberapa konsekuensi yang harus dipertimbangkan. Keuntungan perusahaan yang go public dengan melakukan penawaran umum, diantaranya:12
Perusahaan dapat meningkatkan potensi mendapatkan tambahan modal daripada harus melalui kredit pembiayaan (debt financing)
Peningkatan likuiditas perusahaan terhadap kepentingan pemegang saham utama dan pemegang saham minoritas
Dapat melakukan penawaran efek di pasar sekunder
Meningkatkan prestise dan publisitas perusahaan
Kemampuan untuk mengadopsi karyawan kunci dengan menawarkan opsi (option)
Sedangkan konsekuensi dari go public adalah:
Adanya tambahan biaya untuk mendaftarkan efek pada penawaran umum
Meningkatkan pengeluaran dan pemaparan potensi kewajiban berkenaan dengan registrasi dan laporan berkala
Hilangnya control terhadap persoalan manajemen karena terjadi dilusi kepemilikan saham
12
M. Irsan Nasarudin. dkk, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Cet.7 (Jakarta: Kencana, 2011) h.215-216
8
Keharusan untuk mengumumkan besarnya pendapatan perusahaan dan pembagian deviden
Efek yang diterbitkan mungkin saja tidak terserap oleh masyarakat sesuai dengan perhitungan perusahaan
Jika dilihat sekilas, memang konsekuensi yang dihadapi perusahaan yang melakukan go public tidak sebesar manfaat yang akan diraih. Diperlukan sebuah studi komprehensif lebih lanjut terkait dengan permasalahan yang dipaparkan diatas. Berdasarkan urgensi dari kebijakan go public dan untuk merealisasikan pilar-pilar pengembangan
keuangan
syariah
khususnya
pilar
kedua
serta
menjawab
kekhawatiran yang dihadapi pengambil keputusan di bank syariah, peneliti hendak melakukan penelitian terkait dengan bagaimana pengaruh kebijakan go public yang dilakukan Bank Panin Syariah terhadap tingkat kesehatan bank. Penelitian dilakukan dengan membandingkan data sebelum dan sesudah dilakukan kebijakan go public. Adapun judul dalam penelitian ini yaitu “Pengaruh Kebijakan Go Public terhadap Tingkat Kesehatan Keuangan PT. Bank Panin Syariah”. B. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, agar tidak terlalu meluas pembahasannya penulis membatasi masalah sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan dengan membandingkan data dari laporan keuangan PT. Bank Panin Syariah pra dan pasca go public yakni tahun 2013 dan 2014.
9
Namun, analisis deskriptif kondisi kesehatan keuangan Bank Panin Syariah disajikan mulai tahun 2010. 2. Variabel yang diteliti adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat dalam metode Risk Based Bank Rating (RBBR) yakni pada faktor Earning dan Capital. Faktor Risk Profile dan Good Corporate Governance (GCG) tidak digunakan karena fokus penelitian hanya sebatas laporan keuangan bank yang dipublikasikan. Adapun variabel yang diteliti adalah ROA, NOM, CAR. C. Rumusan Masalah Adapun pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dalam penilitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah pra Go Public? 2. Bagaimana tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah pasca Go Public? 3. Bagaimana Pengaruh Kebijakan Go Public terhadap tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah pra Go Public 2. Menganalisis tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah pasca Go Public 3. Menganalisis pengaruh kebijakan Go Public terhadap tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah.
10
E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Praktis a. Bagi Pihak Perseroan (Perbankan) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi pihak manajemen perseroan dalam penetapan kebijakan terutama menyangkut keuangan dan kebijakan lain berdasarkan rasio keuangan. b. Bagi Pihak Investor Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan berupa sumbangan informasi bagi pihak investor untuk mengambil keputusan dalam penentuan investasi. 2. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber informasi dan referensi untuk memungkinkan penelitian lebih lanjut mengenai topik-topik yang berkaitan, baik yang bersifat melanjutkan atau melengkapi. F. Kerangka Pemikiran Laporan keuangan perbankan merupakan hal yang menarik untuk dianalisis, karena dengan melihat laporan keuangan dapat diketahui bagaimana kondisi keseluruhan bank tersebut. Dengan metode analisis yang tepat, dapat diketahui bagaimana tingkat kesehatan bank. Metode analisis kesehatan perbankan terbaru berdasarkan peraturan Bank Indonesia No 13/1/PBI/2011 adalah metode penilaian kesehatan bank dengan pendekatan berdasarkan risiko (Risk-based Bank rating).
11
Dalam metode RBBR terdapat 4 (empat) faktor yang diperhitungkan, yakni Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning dan Capital. Namun dalam penelitian ini hanya digunakan 2 (dua) faktor yaitu earning dan capital. Laporan keuangan yang digunakan berbeda, yakni, laporan keuangan pra dan pasca bank go public. Setelah diketahui kondisi tingkat kesehatan keuangan bank, maka analisis selanjutnya adalah untuk mengetahui apakah kebijakan go public memiliki pengaruh atau tidak. Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Bank Panin Syariah
Laporan Keuangan Pra
Laporan Keuangan
Go Public
Pasca Go Public
Analisis RBBR (Metode RGEC)
Analisis RBBR (Metode RGEC)
Kondisi Kesehatan Bank Pra Go
Kondisi Kesehatan Bank Pasca Go
Public (ROA, NOM, CAR)
Public (ROA, NOM, CAR)
Paired Sample t Test
Kesimpulan
12
G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari 5 (lima) bab dengan rincian sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini terdiri dari latar belakang, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penilitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini terdapat uraian teori-teori terkait dengan bank, bank syariah, Go Public, Kesehatan Bank dan RBBR. Selain itu disajikan juga terkait dengan penelitian terdahulu yang relevan. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab terdapat pembahasan mengenai ruang lingkup penelitian, jenis penelitian, metode penentuan sampel, dan metode analisis data. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini disajikan hasil penelitian berupa Profil terkait Bank Panin Syariah, Kondisi kesehatan pra go public, Kondisi kesehatan pasca go public dan Analisis hasil Uji beda Paired-sample t test. BAB V
: PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Bank Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dari definisi bank diatas dapat ditarik kesimpulan, yaitu bank merupakan suatu lembaga yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, seperti tabungan, deposito maupun giro, dan menyalurkan dana simpanan tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan, baik dalam bentuk kredit maupun bentuk-bentuk lainnya. Maka bank bisa juga disebut sebagai lembaga perantara yang bergerak dibidang keuangan (financial intermediary). Berdasarkan UU No.10 Tahun 1998, terdapat dua cara yang dapat ditempuh oleh bank dalam menjalankan usahanya, yaitu: a. Secara Konvensional Dalam hal ini bank menggunakan cara-cara yang biasa dipraktekan dalam dunia perbankan pada umumnya, yaitu menggunakan instrumen “bunga” (interest). Bank akan memberikan jasa bunga tertentu kepada penabung, deposan atau giran. Disisi lain, bank akan mengenakan jasa atau biaya bunga kepada debitur, tentunya dengan tingkat yang lebih tinggi. 13
14
b. Prinsip Syariah Pada butir 13 Pasal 1 UU Nomor 10 Tahun 1998, dijelaskan bahwa “Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain atau penyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual-beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)”. 2. Bank Syariah Bank Syariah atau yang biasa disebut juga Bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan tidak menggunakan instrumen bunga (interest). Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang operasional dan produknya dikembangkan dengan berlandaskan Al Qur’an dan Al Hadits. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008, bahwa Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan usahanya. Sedangkan Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang operasionalnya berdasarkan prinsip syariah.1 1
Djawahir Hejazziey, Perbankan Syariah Dalam Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), h.11
15
Secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam. Saat ini banyak istilah yang diberikan untuk menyebut entitas bank islam itu sendiri, yakni Bank Tanpa Bunga (Interest-Free Bank) dan Bank Syariah (Sharia Bank) atau Bank Prinsip Bagi Hasil (Loss and Profit Sharing). Di Indonesia sendiri secara teknis yuridis penyebutan Bank Islam memperguanakan istilah resmi “Bank Syariah”, atau yang secara lengkap disebut “Bank Berdasarkan Prinsip Syariah”. 2 Dalam beberapa hal, bank konvensioanl dan bank syariah memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan, dan sebagainya. Akan tetapi, terdapat banyak perbedaan mendasar diantara keduanya. Perbedaan itu menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja.3 Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum islam. Sebagai pengawas operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan ketentuan syariah, maka dalam struktur organisasinya terdapat Depan Pengawas Syariah. Selain itu, jika pada perbankan syariah terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabahnya, kedua belah pihak tidak menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi sesuai tata cara dan hukum materi syariah. 2
Ibid, h.11 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.29 3
16
Adapun perbedaan bank syariah dengan bank konvensional disajikan pada tabel berikut: Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Aspek
Bank Syariah
Bank Konvensional
Jual-beli, Bagi Hasil, Jasa
Bunga, Jasa
Multiproduk
Produk Tunggal (Kredit)
Cara Memperoleh Keuntungan Produk Pembiayaan/Kredit
OJK, BI, DSN MUI dan Lembaga Pengawas
OJK dan BI DPS
Orientasi Bisnis
Profit dan Falah Oriented
Profit Oriented
Sumber: data diolah
3. Go Public Go Public dapat didefiniskan sebagai kegiatan untuk pertama kalinya suatu saham ditawarkan/dijual kepada publik/masyarakat. Semua perusahaan tertutup memiliki kesempatan untuk menjadi perusahaan publik dengan menawarkan dan menjual sebagian sahamnya kepada publik dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal tidak terdapat definisi dan penjelasan khusus mengenai istilah go public. Adapun yang dijelaskan adalah mengenai penawaran umum efek dan mekanismenya, dimana saham dan obligasi termasuk dalam kategori efek. Perusahaan yang akan melakukan IPO atau
17
penawaran umum perdana harus mengajukan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam-LK untuk memperoleh pernyataan efektif.4 Adapun manfaat go public yang dikutip dari Buku Panduan Go Public yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut: a. Memperoleh sumber pendanaan baru Dana untuk pengembangan, baik untuk penambahan modal kerja maupun untuk ekspansi usaha, adalah faktor yang sering menjadi kendala banyak perusahaan. Dengan menjadi perusahaan publik, kendala tersebut akan lebih mudah diselesaikan. b. Memberikan
keunggulan
kompetitif
(Competitive
Advantage)
untuk
pengembangan usaha. Dengan menjadi perusahaan publik, perusahaan akan memperoleh banyak competitive advantage untuk pengembangan usaha dimasa yang akan datang. c. Melakukan merger atau akuisisi perusahaan lain dengan pembiayaan melalui penerbitan saham baru. Pengembangan usaha melalui merger atau akuisisi merupakan salah sau cara yang cukup banyak diminati untuk mempercepat pengembangan skala usaha perusahaan. Saham perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa memiliki nilai pasar tertentu. Dengan demikian, bagi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, pembiayaan untuk merger atau akuisisi dapat lebih 4
Nor Hadi, Pasar Modal : Acuan Teoritis dan Praktis di Instrumen Keuangan Pasar Modal (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h.36
18
mudah dilakukan yaitu melalui penerbitan saham baru sebagai alat merger atau akuisisi tersebut. d. Peningkatan kemampuan Going Concern Kemampuan Going Concern bagi perusahaan adalah kemampuan untuk tetap dapat bertahan dalam kondisi apapun termasuk dalam kondisi yang dapat mengakibatkan bangkrutnya perusahaan, seperti terjadinya kegagalan pembayaran utang kepada pihak ketiga, perpecahan diantara para pemegang saham pendiri, atau bahkan karena adanya perubahan dinamika pasar yang dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk tetap dapat bertahan dibidang usahanya. e. Meningkatkan Citra Perusahaan (Company Image) Dengan Go Public suatu perusahaan akan selalu mendapat perhatian media dan komunitas keuangan. Hal ini memberikan keuntungan bagi perusahaan tersebut untuk mendapat publikasi secara cuma-cuma, sehingga dapat meningkatkan citranya. Peningkatan citra tersebut tentunya akan memberikan dampak positif bagi pengembangan usaha di masa depan. Hal ini sangat dirasakan oleh banyak perusahaan yang berskala kecil hingga menengah karena dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, citra mereka menjadi setara dengan perusahaan besar lainnya yang telah memiliki skala bisnis yang besar dan pengalaman historis yang lama. f. Meningkatkan Nilai Perusahaan (Company Value) Dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, setiap saat dapat diperoleh valuasi terhadap nilai perusahaan. Setiap peningkatan
19
kinerja operasional dan kinerja keuangan umumnya akan mempunyai dampak terhadap harga saham di Bursa, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan konsekuensi yang harus diambil diantaranya, sebagai berikut: a. Berbagi Kepemilikan Hal ini dapat diartikan bahwa persentase kepemilikan akan berkurang. Banyak perusahaan yang hendak Go Public merasa enggan karena khawatir akan kehilangan kontrol/kendali perusahaan. Sebenarnya hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena jumlah minimum saham yang dipersyaratkan untuk dijual kepada publik melalui proses Penawaran Umum (Initial Public Offering/IPO) tidak akan mengurangi kemampuan pemegang saham pendiri untuk tetap dapat mempertahankan kendali perusahaan. b. Mematuhi Peraturan Pasar Modal yang Berlaku Pasar modal memang menerbitkan berbagai peraturan. Namun semua ketentuan tersebut pada dasarnya justru akan membantu perusahaan untuk dapat berkembang dengan cara yang baik di masa mendatang. Para pemegang saham, pendiri dan manajemen perusahaan tidak perlu khawatir dengan berbagai pemenuhan peraturan tersebut karena terdapat pihak profesional yang dapat dimanfaatkan jasanya untuk membimbing dan membantu pemenuhan peraturan tersebut.
20
Proses penawaran umum saham dapat dikelompokan menjadi 4 tahapan utama yang harus dilalui, yaitu:5 a. Tahap Persiapan b. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran c. Tahap Penjualan Saham (pemasaran dan penawaran umum) d. Tahap Pencatatan di Bursa Efek Indonesia Adapun untuk gambaran secara lebih terperinci, dijelaskan pada gambar dibawah ini:
5
ibid, h.40
21
Gambar 2.1 Proses Penawaran Umum Saham Pra
Proses
Pasca
Pencatatan
Pencatatan
Pencatatan
Internal
Bapepam-LK
Pasar
Pasar
Perusahaan
(OJK)
Perdana
Sekunder
1. Rencana Go Public 2. RUPS 3. Penunjukan : Underwriter Profesi Penunjang Lembaga Penunjang 4. Mempersiapkan Dokumen 5. Konfirmasi kepada Agen Penjual dan Penjamin Emisi 6. Kontrak Pendahuluan dengan Bursa Efek 7. Public Expose 8. Penandatanganan Perjanjian
1. Emiten Menyampaikan Pernyataan Pendaftaran 2. Ekpose Terbatas di Bapepam-LK (OJK) 3. Evaluasi: Kelengkapan Dokumen Kecukupan dan Kejelasan Informasi Keterbukaan 4. Komentar Tertulis dalam 45 hari 5. Pernyataan Pendaftaran Dinyatakan Efektif
1. Penawaran oleh Sindikasi Penjamin Emisi dan Agen Penjual 2. Penjatahan Kepada Pemodal 3. Penyerahan Efek Kepada Pemodal
Sumber: Nor Hadi (2013)
1. Emiten Mencatatkan Efeknya di Bursa 2. Perdagangan Efek di Bursa
Pelaporan
1. Laporan Berkala 2. Laporan Kejadian Penting dan Relevan
22
4. Kesehatan Bank Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank wajib memelihara kesehatannya. Kesehatan Bank yang merupakan cerminan kondisi dan kinerja bank merupakan sarana bagi otoritas pengawas dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap bank. Selain itu, kesehatan bank juga menjadi kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen), dan masyarakat pengguna jasa bank.6 Perkembangan usaha bank yang senantiasa bersifat dinamis dan berpengaruh pada tingkat risiko yang dihadapi, maka metodologi penilaian Tingkat Kesehatan Bank perlu disempurnakan agar dapat lebih mencerminkan kondisi bank saat ini dan di waktu yang akan datang. Penyesuaian tersebut perlu dilakukan agar penilaian Tingkat Kesehatan Bank dapat lebih efektif digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja bank termasuk dalam penerapan manajemen risiko dengan fokus pada risiko yang signifikan, dan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku serta penerapan prinsip kehati-hatian. Penyesuaian tersebut dilakukan dengan menyempurnakan penilaian Tingkat Kesehatan Bank menggunakan pendekatan berdasarkan risiko dan menyesuaikan faktor-faktor penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Sesuai PBI No. 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
6
Aditya Wira Perdana Setiawan, Pengaruh Komponen Risk-base Bank Rating Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008 – 2011, (Skripsi S1 Universitas Diponegoro, 2012), h.17 – 18
23
Umum, Bank Indonesia telah menetapkan sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank berbasis risiko (RBBR) menggantikan penilaian CAMELS yang dulunya diatur dalam PBI No.6/10/PBI/2004. Penilaian
Tingkat
Kesehatan
Bank
dengan
menggunakan
pendekatan
berdasarkan risiko (Risk-based Bank Rating) merupakan penilaian yang komprehensif dan terstruktur terhadap hasil integrasi profil risiko dan kinerja yang meliputi penerapan tata kelola yang baik, rentabilitas, dan permodalan. Pendekatan tersebut memungkinkan Bank Indonesia sebagai pengawas melakukan tindakan pengawasan yang sesuai dan tepat waktu. Karena penilaian dilakukan secara komprehensif terhadap semua faktor penilaian dan difokuskan pada risiko yang signifikan serta dapat segera dikomunikasikan kepada Bank dalam rangka menetapkan tindak lanjut pengawasan. Selain itu sejalan dengan penerapan pengawasan berdasarkan risiko maka pengawasan tidak cukup dilakukan hanya untuk bank secara individual tetapi juga harus dilakukan terhadap bank secara konsolidasi termasuk dalam penilaian tingkat kesehatan. Oleh karena itu, penilaian Tingkat Kesehatan Bank juga harus mencakup penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara konsolidasi. 5. Risk Based Bank Rating Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011, mentode penilaian kesehatan bank dengan pendekatan berdasarkan risiko (Risk-base Bank Rating) merupakan metode penilaian tingkat kesehatan bank menggantikan metode penilaian yang sebelumnya yaitu metode yang berdasarkan Capital, Assets, Management,
24
Earning, Liquidity dan Sensitivity to Market Risk (CAMELS). Metode RBBR menggunakan penilaian terhadap empat faktor berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP adalah sebagai berikut: a. Profil Risiko (Risk Profile) Profil risiko menjadi dasar penilaian tingkat kesehatan bank pada saat ini dikarenakan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh bank sangat memungkinkan akan timbulnya risiko. Bank Indonesia menjelaskan risiko-risiko yang diperhitungkan dalam menilai tingkat kesehatan bank terdiri dari: 1) Risiko Kredit 2) Risiko Pasar 3) Risiko Operasional 4) Risiko Likuiditas 5) Risiko Hukum 6) Risiko Stratejik 7) Risiko Kepatuhan 8) Risiko Reputasi b. Good Corporate Governance (GCG) Penilaian terhadap GCG merupakan penilaian manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia. Penetapan peringkat faktor GCG dilakukan berdasarkan analisis atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG Bank sebagaimana dimaksud pada kecukupan tata kelola (governance) atas struktur, proses dan hasil penerapan GCG pada Bank dan
25
informasi lain yang terkait dengan GCG Bank yang didasarkan pada data dan informasi yang relevan. Berdasarkan Surat Edaran BI, bank harus melaksanakan penilaian sendiri (self assessment) secara berkala yang paling kurang meliputi 11 (sebelas) Faktor Penilaian Pelaksanaan GCG yaitu: 1) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris 2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi 3) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite 4) Penanganan benturan kepentingan 5) Penerapan fungsi kepatuhan 6) Penerapan fungsi audit intern 7) Penerapan fungsi audit ekstern 8) Penerapan manajemen risiko termasuk sistem 9) Pengendalian intern 10) Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) 11) Penyediaan dana besar (large exposure) 12) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank 13) Laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan internal 14) Rencana strategis bank Berikut adalah tingkat penilaian GCG yang dilakukan secara self assessment oleh Bank:
26
Tabel 2.2 Penilaian Tingkat GCG Kriteria
Nilai
Nilai Komposit < 1.5
Sangat Baik
1.5 < Nilai Komposit < 2.5
Baik
2.5 < Nilai Komposit < 3.5
Cukup Baik
3.5 < Nilai Komposit < 4.5
Kurang Baik
Nilai Komposit > 4.5
Tidak Baik
Sumber: Aditya Wira Perdana Setiawan (2012)
Semakin kecil nilai komposit self assessment GCG menunjukan semakin baik kinerja GCG perbankan. GCG merupakan mekanisme untuk mengatur dan mengeloa bisnis serta untuk meningkatkan kemakmuran perusahaan. Mekanisme GCG yang baik akan memberikan perlindungan kepada para investor dan kreditur untuk memperoleh kembali hasil investasi dengan wajar, tepat dan seefisien mungkin serta memastikan bahwa manajemen bertindak sebaik yang dilakukannya untuk kepentingan perusahaan.7 c. Rentabilitas (Earning) Rasio Rentabilitas merupakan alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Penilaian
7
Muhamad Ibadil M, Analisis Pengaruh Risiko, Tingkat Efisiensi dan GCG Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan (Pendekatan Beberapa Komponen Metode Risk-based Bank Rating SEBI 13/24/DPNP/2011), (Skripsi S1 Universitas Diponegoro, 2013) h. 35
27
rentabilitas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam menghasilkan laba.8 Penilaian terhadap faktor rentabilitas meliputi penilaian tehadap kinerja, sumbersumber dan keberlanjutan dari rentabiltas bank. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, stabilitas rentabilias bank dan perbandingan kinerja bank dengan peer group baik melalui aspek kuantitatif maupun kualitatif.9 Adapun rasio utama yang digunakan dalam mengukur rentabilitas adalah Net Interest Margin (NIM) pada Bank Konvensional atau Net Operating Margin (NOM) pada Bank Syariah. NIM merupakan rasio antara pendapatan bunga terhadap rata-rata aktiva produktif. Sedangkan NOM adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba melalui perbandingan pendapatan operasional dengan rata-rata aktiva produktif. Selain NIM/NOM terdapat pula rasio penunjang dalam pengukuran rentabilitas yakni Return On Assets (ROA). ROA adalah rasio rentabilitas yang menunjukan antara laba (sebelum pajak) dengan total asset bank, rasio ini menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan.10
8
Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, (Tangerang: UIN Jakarta Press, 2013) h.99 9 Muhamad Ibadil M, Analisis Pengaruh Risiko, Tingkat Efisiensi dan GCG Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan, h. 35 10 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, h.101
28
d. Permodalan (Capital) Rasio permodalan ini berfungsi untuk mengukur kemampuan bank dalam menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindari lagi serta dapat pula digunakan untuk mengukur besar-kecilnya kekayaan bank tersebut atau kekayaan yang dimiliki para pemegang sahamnya. Perhitungan aspek permodalan bank dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko yang mungkin timbul dari pembiayaan yang diberikan bank kepada pihak lain.11 Dalam melakukan perhitungan permodalan, Bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi Bank Umum. Selain itu, dalam melakukan penilaian kecukupan permodalan, bank juga harus mengaitkan dengan profil risiko bank. Semakin tinggi profil risiko bank, semakin besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi risiko tersebut.12 Adapun rasio utama yang digunakan dalam aspek permodalan yaitu rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau lebih dikenal sebagai rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki bank. CAR sendiri yaitu merupakan rasio modal (Modal Inti + Modal Pelengkap +Modal Pelengkap Tambahan) setelah dikurangi dengan Penyertaan terhadap 11
Ibid, h. 90 Muhamad Ibadil M, Analisis Pengaruh Risiko, Tingkat Efisiensi dan GCG Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan, h. 36 12
29
Aktiva Teritmbang Menurut Risiko (ATMR). ATMR adalah nilai total masingmasing aktiva bank setelah dikaitkan dengan masing-masing bobot risiko aktiva tersebut. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan aktiva yang paling berisiko diberi bobot 100%. Dengan demikian ATMR menunjukan nilai aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup. 13 Dalam ATMR, aktiva yang dihitung mencakup aktiva yang tercantum dalam neraca dan aktiva yang bersifat administratif. Terhadap masing-masing jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot risiko yang besarannya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri. ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal aktiva yang bersangkutan dengan bobot resiko dari pos aktiva neraca tersebut. ATMR aktiva adminstratif dihitung dengan cara
mengalikan nilai
nominal
rekening
administratif yang bersangkutan dengan pos rekening tersebut. Langkah terakhir dalam menghitung ATMR yaitu menjumlahkan semua perkalian nominal pos – pos aktiva neraca dengan bobot resiko. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk bank yang sehat harus memiliki CAR minimal 8%. Hal ini didasarkan pada ketentuan yang ditetapkan oleh Bank for International Settlement (BIS).14
13
Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, h.93 Muhamad Ibadil M, Analisis Pengaruh Risiko, Tingkat Efisiensi dan GCG Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan, h. 36 14
30
B. Penelitian Terdahulu Indah Suci Lestari (2011) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Initial Public Offering (IPO) Terhadap Kinerja Keuangan Pada PT Bank Jawa Barat dan Banten Periode 2009 – 2010”. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis perubahan struktur modal pra dan pasca IPO, (2) Menganalisis kesehatan perseroan pra IPO dengan analisis rasio keuangan, (3) Menganalisis kesehatan perseroan pasca IPO dengan analisis rasio keuangan, (4) Menganalisis pengaruh IPO terhadap kinerja keuangan perseroan. Metode analisis data yang digunakan yaitu membandingkan kinerja keuangan perseroan pra IPO dengan pasca IPO. Analisis yang digunakan untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan analisis rasio keuangan termasuk rasio CAMEL (Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity) di dalamnya. Penelitian dimulai dengan menganalisis perubahan struktur modal pra dan pasca IPO, lalu menganalisis kinerja keuangan pra dan pasca IPO dengan analisis rasio, seperti ROA, ROE, NPM, OPM, DER, PBV, EPS, PER, CAR, ATTM, NIM, BOPO, dan LDR. Setelah dianalisis kinerja keuangan pada masing-masing periode, selanjutnya penelitian dilanjutkan pada tahap perbandingan antara kinerja keuangan pra IPO dengan pasca IPO dengan menggunakan uji beda paired-sample t test. Hasil dari analisis perubahan struktur modal menunjukkan bahwa pendanaan bank BJB lebih banyak menggunakan modal sendiri dibandingkan dengan pendanaan dari kewajiban jangka panjang. Pendanaan bank BJB di tahun 2010 mengalami perubahan yang sangat signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (pra IPO). Setelah
31
penawaran umum, pendanaan bank BJB 73,95 persennya diambil dari ekuitas pemegang saham, sedangkan sisanya didanai oleh utang jangka panjang. Kinerja keuangan bank BJB dari tahun ke tahun baik sebelum IPO maupun setelah IPO selalu menempati peringkat komposit antara 1 dan 2 sehingga tergolong kategori baik/sehat. Hal ini juga dibuktikan dengan tetap bertahannya harga saham bank BJB pada level di atas Rp 1.100,00 di mulai dari saat IPO 8 Juli 2010 sampai 1 Maret 2011 yang memiliki nilai PBV 2,34 kali. Kemudian untuk hasil dari Paired-Samples t Test dengan SPSS 15, diperoleh t hitung < t tabel (1,899 < 2,201) dan signifikansi (0,084 > 0,05) sehingga Ho diterima, ini artinya tidak ada perbedaan rata-rata kinerja keuangan antara sebelum IPO dengan setelah IPO. Maka dapat disimpulkan bahwa IPO tidak mempengaruhi kinerja keuangan bank BJB untuk periode 2009 hingga 2010. Hening Asih Widyaningrum, dkk (2014) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating (RBBR) (Studi kasus pada Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam IHSG Sub Sektor Perbankan Tahun 2012)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam sub sektor perbankan tahun 2012. Penilaian dengan metode Risk-Based Bank Rating terdiri dari empat faktor risk profile, Good Corporate Governance, earning dan capital dari setiap bank. Penelitian ini melakukan penilaian terhadap dua faktor dari keempat faktor yang ada, yakni earning dengan rasio Return On Asset (ROA) dan Net Interest Margin (NIM), serta capital
32
dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian yang diperoleh dari Return On Asset menunjukkan masih terdapat bank yang tidak sehat dengan nilai Return On Asset di bawah 1,25%. Penilaian Net Interest Margin menunjukkan keseluruhan bank yang menjadi sampel penelitian dapat digolongkan ke dalam bank sehat. Penilaian terhadap faktor capital dengan rasio Capital Adequacy Ratio menunjukkan hasil yang positif pada setiap bank, secara keseluruhan setiap bank memiliki nilai Capital Adequacy Ratio di atas 10% sehingga masuk ke dalam bank sehat. Muhamad Ibadil M (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Risiko, Tingkat Efisiensi dan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan (Pendekatan Beberapa Komponen Metode Risk-based Bank Rating SEBI 13/24/DPNP/2011)”. Penelitian ini bertujuan untuk menganlisis pengaruh NPL, NIM, LDR, BOPO, CAR, PDN, dan GCG terhadap tingkat kinerja keuangan perbankan yang diukur dengan ROA. Metode pendekatan yang dipakai adalah RBBR, sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia SEBI 13/24/DPNP/2011. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua Bank Umum di Indonesia. Sampel yang digunakan adalah 20 bank umum di Indonesia (periode 2008 – 2012). Pengambilan sampel yang digunakan dengan teknik sampling dan analisis metode purposive. Dan analisis data dengan regresi linier berganda.
33
Berdasarkan hasil pengujian, dapat dicatat bahwa ROA dipengaruhi oleh NPL, NIM, LDR, BOPO, CAR, PDN dan GCG. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji parsial (t test), uji penentuan koefisien dan tes signifikansi simultan (f test). Hasil penelitian menunujukan bahwa NPL, NIM CAR dan BOPO berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA). Akan tetapi LDR, PDN dan GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA). Nurul Shiyam Aprila (2013), melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mega Indonesia dengan Menggunakan Metode RGEC Periode 2008-2012”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan pada Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mega Indonesia dengan menggunakan metode RGEC dan untuk mendeskripsikan perbedaan tingkat kinerja keuangan bank teresbut. Peneilitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan data sekunder. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah independent sample t test dengan menggunakan SPSS 19.0. Hasil analisis menunjukan bahwa secara keseluruhan kinerja kedua bank dari metode analisis rasio keuangan yang ditinjau dari aspek REC pada periode 20082012 yang meliputi NPF1, NPF2, PDN, FDR, ROA, CAR1 dan CAR2 dapat diperoleh kesimpulan bahwa secara deskriptif kinerja Bank Syariah Mega Indonesia lebih baik dibandingkan Bank Muamalat Indonesia. Analisis NPF1, NPF2, PDN, ROA dan CAR1 yang digunakan dalam analisis rasio keuangan pada Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mega Indonesia pada periode 2008 – 2012 menunjukan bahwa
34
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja. Akan tetapi untuk rasio FDR dan CAR2 membuktikan terdapatnya perbedaan yang signifikan antara Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mega Indonesia. Berikut disajikan ringkasan penelitian terdahulu pada table berikut : Tabel 2.3 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No.
1
Peneliti dan Judul
Model Analisis & Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan
Indah Suci Lestari.
Uji beda paired
IPO tidak
Skripsi. IPB
sample t test
mempengaruhi
model analisis
penelitian
kinerja
Uji beda
antara Bank
ROA, ROE,
keuangan bank
paired sample
Pembangunan
Pengaruh Initial
NPM, OPM,
BJB untuk
t test
Daerah
Public Offering
DER, PBV,
periode 2009
(IPO) Terhadap
EPS, PER,
hingga 2010.
Kinerja Keuangan
CAR, ATM,
terkait
Pada PT Bank
NIM, BOPO
pengaruh IPO
Jawa Barat dan
dan LDR
(2011)
- Penggunaan
Perbedaan
- Tema penelitian
- Objek
dengan Bank Syariah - Penggunaan variabel penelitian
Banten Periode 2009 – 2010 2
Hening Asih
Deskriptif
Dari ROA
Widyaningrum,
dengan
menunjukan
metode
penelitian
dkk. Jurnal
Pendekatan
masih ada
analisis
antara satu
Administrasi
Kuantitatif
bank yang
kesehatan
Bank
tidak sehat.
Risk-based
Syariah
Penilaian NIM
Bank Rating
yang listing
Bisnis. Universitas Brawijaya (2014)
ROA, NIM,
- Penggunaan
- Objek
35
CAR
dan CAR
- Penggunaan
di BEI
Analisis Tingkat
menunjukan
variabel
dengan
Kesehatan Bank
keseluruhan
penelitian
seluruh
dengan
bank sehat.
ROA, CAR
Bank yang
Menggunakan
dan NIM
listing di
Metode Risk-based
(pada bank
BEI
Bank Rating
syariah
(RBBR) (Studi
NOM)
pada Bank yang Terdaftar di BEI dalam IHSG Subsektor Perbankan Tahun 2012) 3
Muhamad Ibadil
Regresi linier
Variabel NPL,
- Penggunaan
M. Skripsi.
berganda
NIM, CAR dan
pendekatan
tema
Universitas
BOPO
metode
penelitian
Diponegoro (2013) Dependen :
berpengaruh
analisis
yang sangat
ROA
signifikan
kesehatan
berbeda
Analisis Pengaruh
Independen :
terhadap ROA.
Risk-based
Risiko, Tingkat
NPL, NIM,
Sedangkan
Bank Rating
Efisiensi dan Good LDR, BOPO,
LDR, PDN dan
Corporate
CAR, PDN dan
GCG tidak
Governance
GCG
berpengaruh
Terhadap Kinerja
signifikan
Keuangan
terhadap ROA
Perbankan (Pendekatan
- Objek dan
36
Beberapa Komponen Metode Risk-based Bank Rating SEBI 13/24/DPNP/2011) 4
Nurul Shiyam
Independent
Variabel NPF1,
Aprila. Skripsi.
sample t test
NPF2, PDN,
pendekatan
metode
ROA dan
metode
analisis yang
NPF1, NPF2,
CAR1 tidak
analisis
sedikit
PDN, FDR,
terdapat
kesehatan
berbeda
Analisis
ROA, CAR1
perbedaan
Risk-based
antara paired
Perbandingan
dan CAR2
signifikan
Bank Rating
sample t test
UIN Jakarta (2013)
- Penggunaan
- Penggunaan
Kinerja Bank
diantara kedua
dan
Muamalat
bank. Akan
independent
Indonesia dan
tetapi FDR dan
sample t test
Bank Syaraiah
CAR2 terdapat
Mega Indonesia
perbedaan yang
Menggunakan
signifikan.
Metode RGEC Periode 2008 – 2012
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup yang bersifat mikroekonomi yakni PT Bank panin syariah.
Penelitian ini difokuskan pada
pengaruh yang diakibatkan oleh
kebijakan go public manajemen terhadap tingkat kesehatan keuangan Bank Panin Syariah. Analisis yang digunakan dengan cara membandingkan kondisi kesehatan bank pra go public dan pasca go public yakni periode 2013 dan 2014. Namun, analisis deskriptif kondisi kesehatan keuangan Bank Panin Syariah disajikan mulai tahun 2010. Tingkat kesehatan keuangan bank tersebut dianalisis dengan metode RBBR (Risk Based Bank Rating). Dalam metode RBBR terdapat 4 faktor yang diperhitungkan yakni Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning dan Capital (RGEC). Adapun variabel yang digunakan untuk melihat kesehatan keuangan bank tersebut adalah ROA, NOM dan CAR yang terdapat dalam faktor earning dan capital. Selanjutnya untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh go public terhadap ROA, NOM dan CAR digunakan analisis dengan uji beda paired sample t test. B. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian Data Sekunder atau yang dikenal juga dengan nama Penelitian Meja (Desk Study). Dalam penelitian ini peneliti tidak perlu mencari data melalui survey, baik lewat kuesioner ataupun lewat wawancara. Peneliti juga tidak perlu melakukan observasi di lapangan. Semua data sudah tersedia,
37
38
hanya perlu untuk mengumpulkan melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik.1 Media cetak yang dapat dijadikan sumber diantaranya adalah buku-buku yang relevan, laporan penelitian sebelumnya, jurnal-jurnal yang diterbitkan lembaga, laporan prospektus perusahaan dan lain-lain. Adapun media elektronik yang dapat dijadikan sumber adalah internet. Namun data yang diperoleh harus dievaluasi sebelum dimasukan ke dalam laporan. Evaluasi dari data sekunder yang diperoleh dapat dilakukan dengan cara dibawah ini:
1
Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metode Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Gramata Publishing, 2013), h.94-95
39
Gambar 3.1 Evaluasi Data Sekunder Apakah data dapat membantu menjawab pertanyaanpertanyaan dalam penelitian?
Berhenti
Apakah data dapat diaplikasikan sesuai dengan periode waktu penelitian? Relevan dengan tujuan penelitian
Apakah data dapat memenuhi sample yang diteliti?
Apakah istilah dan klasifikasi variabel sesuai dengan data yang ada?
Apakah data dapat diolah?
Apakah variabel yang diukur adalah sebanding?
Apakah terdapat kemungkinan terjadi kesalahan?
Berhenti
Dapatkah data yang dikumpulkan diverifikasi?
Berhenti
Pemakaian Data Sumber : Hendri Tanjung & Abrista Devi (2013)
40
C. Metode Penentuan Sampel Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data tersebut diperoleh dari studi pustaka, internet, jurnal, serta literaturliteratur terkait yang mendukung penelitian. Metode Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik sampling yang dilakukan berdasarkan karakteristik yang ditetapkan terhadap elemen populasi target yang disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian.2 Adapun data kuantitatif yang digunakan adalah yang bersumber dari laporan keuangan Bank Panin Syariah. Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan triwulan dari periode maret 2013 – desember 2014. Periode tahun 2013 adalah laporan keuangan sebelum go public dan periode tahun 2014 adalah laporan keuangan setelah go public. Tabel 3.1 Sumber Data Kuantitatif Penelitian No
Pra Go Public
Pasca Go Public
1
Laporan Keuangan Bulan Maret 2013
Laporan Keuangan Bulan Maret 2014
2
Laporan Keuangan Bulan Juni 2013
Laporan Keuangan Bulan Juni 2014
3
Laporan Keuangan Bulan September 2013
4
Laporan Keuangan Bulan Desember 2013
2
ibid, h.117
Laporan Keuangan Bulan September 2014 Laporan Keuangan Bulan Desember 2014
41
D. Metode Analisis Data 1. Analisis Kesehatan Keuangan Bank Syariah Penelitian ini bertujuan membandingkan kesehatan keuangan Bank Panin Syariah pra go public dan pasca go public. Kesehatan bank secara eksplisit direpresentasikan oleh rasio keuangan yang yang terdapat dalam faktor earning dan capital. Meskipun tidak menafikan bahwa pada akhirnya bank akan dinilai kesehatannya juga oleh faktor lain. Namun informasi yang umumnya dikonsumsi publik adalah dalam bentuk rasio keuangan. Adapun dalam penelitian ini, rasio keuangan yang di analisis adalah ROA, NOM dan CAR. Berikut ini Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan: Tabel 3.2 Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan Rasio
Keterangan 1. Laba sebelum pajak adalah sebagaimana tercatat dalam laba rugi bank tahun berjalan sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku mengenai Laporan Stabilitas
Earning ROA (Return On Assets)
Moneter dan Sistem Keuangan Bulanan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, yang disetahunkan. 2. Rata-rata total aset adalah rata-rata total aset dalam laporan posisi keuangan sebagaimana tertera pada Laporan Stabilitas Moneter dan Sistem Keuangan Bulanan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
42
1. Pendapatan Penyaluran Dana Setelah Bagi Hasil adalah pendapatan penyaluran dana NOM (Net Operating Margin)
setelah dikurangi beban bagi hasil dan beban operasional. Pendapatan penyaluran dana meliputi seluruh pendapatan dari penyaluran dana, sedangkan bagi hasil meliputi seluruh beban bagi hasil dari penghimpunan dana. 2. Beban Operasional adalah beban operasional termasuk bagi hasil dan bonus. 1. Perhitungan modal dan Aktiva Tertimbang
Capital
Menurut Risiko (ATMR) berpedoman pada
CAR (Capital Adequacy Ratio)
ketentuan yang berlaku mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum Syariah 2. Rasio dihitung per posisi penilaian termasuk memperhatikan trend KPMM
Sumber: SEOJK No. 10/SEOJK.03/2014 (data diolah)
Penjelasan singkat rasio keuangan untuk mengukur kesehatan bank: a. Return On Assets (ROA) Rasio ini digunakan bank untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan bank tersebut dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak adalah laba
43
bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata-rata total aset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva. 3 Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan. Dengan rasio ini dapat dinilai apakah bank efisien dalam memanfaatkan aktivitasnya pada kegiatan operasional. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas bank karena menunjukan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. b. Net Operating Margin (NOM) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola
aktiva
produktifnya
untuk
menghasilkan
laba
melalui
perbandingan pendapatan operasional dan beban operasional dengan rata-rata aktiva produktif.4 Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja bank dalam menghasilkan laba. c. Capital Adequacy Ratio (CAR) CAR merupakan rasio utama dalam aspek permodalan. CAR merupakan perbandingan modal bank dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko, atau dengan kata lain CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko yang ikut dibiayai dari 3
Indah Suci Lestari, Pengaruh Initial Public Offering (IPO) Terhadap Kinerja Keuangan Pada PT Bank Jawa Barat dan Banten Periode 2009 – 2010, (Skripsi S1, Institut Pertanian Bogor, 2011), h.33 4 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, (Tangerang: UIN Jakarta Press, 2013) h.101
44
modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank. Semakin tinggi risiko CAR mengindikasikan bank tersebut semakin sehat permodalannya. Pemenuhan CAR minimum 8% mengindikasikan bank memenuhi regulasi permodalan.5 Dalam perhitungan CAR terdapat ATMR, dimana pada ATMR aktiva yang dihitung mencakup aktiva yang tercantum dalam neraca dan aktiva yang bersifat administratif. Terhadap masing-masing jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot risiko yang besarannya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri. ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal aktiva yang bersangkutan dengan bobot resiko dari pos aktiva neraca tersebut. ATMR aktiva adminstratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan pos rekening tersebut. Langkah terakhir dalam menghitung ATMR yaitu menjumlahkan semua perkalian nominal pos – pos aktiva neraca dengan bobot resiko. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif
5
Indah Suci Lestari, Pengaruh Initial Public Offering (IPO) Terhadap Kinerja Keuangan Pada PT Bank Jawa Barat dan Banten, h.32
45
2. Uji Beda Paired-sample t test Data yang telah dikumpulkan dan dihitung terkait dengan tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini, selanjutnya diolah dengan uji beda rata-rata dengan menggunakan uji dua sampel berpasangan (Paired-sample t test). Paired-sample t test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang berpasangan (berhubungan). Maksudnya di sini adalah sebuah sampel tetapi mengalami dua perlakuan yang berbeda. Dua perlakuan yang berbeda dalam penelitian ini adalah sampel pertama sebelum Bank Panin Syariah go public dan sampel kedua setelah Bank Panin Syariah go public sehingga output-nya akan terlihat ada atau tidaknya perbedaan rata-rata dari kinerja keuangan bank Panin Syariah yang diwakili dengan rasio ROA, NOM dan CAR pra go public dan pasca go public. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh kebijakan go public terhadap rasio ROA Bank Panin Syariah H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata rasio ROA pra go public dan pasca go public Ha : Ada perbedaan rata-rata rasio ROA pra go public dan pasca go public 2. Pengaruh kebijakan go public terhadap rasio NOM Bank Panin Syariah H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata rasio NOM pra go public dan pasca go public Ha : Ada perbedaan rata-rata rasio NOM pra go public dan pasca go public 3. Pengaruh kebijakan go public terhadap rasio CAR Bank Panin Syariah H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata rasio CAR pra go public dan pasca go public Ha : Ada perbedaan rata-rata rasio CAR pra go public dan pasca go public
46
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi α = 5%. Tingkat signifikansi dalam hal ini berarti kita mengambil risiko salah dalam pengambilan keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya 5%. Signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian. Setelah penentuan hipotesis dan tingkat signifikansi, proses dilanjutkan dengan menentukan t hitung dengan menggunakan software SPSS 22 dan t tabel dengan melihat pada tabel distribusi t. Pada tabel distribusi t, dicari α = 5%, dengan menggunakan pengujian 2 sisi serta menggunakan derajat kebebasan (df). Adapun rumus untuk mencari df adalah: df = n – 1.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Singkat Bank Panin Syariah PT Bank panin syariah merupakan bank umum syariah yang juga merupakan anak perusahaan dari Bank Panin. Bank Panin sendiri adalah bank umum peringkat ke-6 terbesar di Indonesia yang telah beroperasi selama lebih dari empat dasawarsa dalam melayani masyarakat Indonesia. Awalnya Bank Panin Syariah didirikan dengan nama PT Bank Pasar Bersaudara Jaya pada tahun 1972 di Malang. Kemudian di tahun 1990 berubah nama menjadi PT Bank Bersaudara dan kembali berubah nama menjadi PT Bank Harfa di tahun 1997. Di tahun 2008 terjadi akuisisi seluruh saham Bank Harfa oleh PT Bank Pan Indonesia. Hal ini menjadikan Bank Harfa sebagai salah satu anak perusahaan dari Bank Pan Indonesia. Baru kemudian di tahun 2009, Bank Harfa merubah kegiatan usahanya dari bank yang beroperasi secara konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah sekaligus merubah nama menjadi PT Bank Panin Syariah. Perubahan usaha bank didasarkan pada surat izin Dewan Gubernur Bank Indonesia Nomor 11/52/KEP.GBI/DpG/2009 tanggal 06 Oktober 2009. Perubahan nama kembali terjadi di tahun 2013 yakni menjadi PT Bank panin syariah. Hal ini sehubungan dengan perubahan status yang semula merupakan perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka. Pada tanggal 30 Desember 2013, perseoran memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan dengan surat No. S-483/D.04/2013 untuk melakukan penawaran umum saham perdana.
47
48
Gambar 4.1 Sejarah Singkat Bank Panin Syariah
Pendirian awal bank dengan nama PT Bank Bersaudara Jaya di Malang
1972
1990
Perubahan nama menjadi PT Bank Bersaudara
Kembali berubah nama menjadi PT Bank Harfa
1997
Akuisisi seluruh Saham Bank Harfa oleh PT Bank Panin
2008
Perubahan keigiatan usaha dari bank konvensional menjadi bank syariah dan perubahan nama menjadi PT Bank Panin Syariah
2009
Menyatakan diri menjadi perusahaan publik dan kembali berubah nama menjadi PT Bank Panin Syariah Tbk
2013
2014
Bank Syariah pertama dan satu-satunya yang mencatakan saham di Bursa Efek Indonesia
Sumber: (data diolah)
PT Bank panin syariah berkantor pusat di Jakarta tepatnya berlamat di Gedung Panin Life Center, Jl. Letjend S. Parman Kav.91. Dan hingga tahun 2014 telah memiliki 7 kantor cabang dan 5 kantor cabang pembantu dengan jumlah karyawan sebanyak 374 orang. Sebagaimana perbankan-perbankan lain, Bank Panin Syariah juga memiliki visi dan misi. Visi dari Bank Panin Syariah adalah “Bank Syariah Pilihan yang menjadi
49
Role Model berbasiskan Kemitraan dan Ekonomi Rakyat”. Sedangkan misi yang dimiliki adalah:
Menyediakan produk dan layanan yang kreatif, inovatif dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
Mengembangan kemitraan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi rakyat
Mengembangkan
sumber
daya
insani
berintegritas
dan
profesional
berlandaskan nilai-nilai spiritual berbasis sistem merit
Menerapkan tata kelola perusahaan dan pengendalian yang terintegrasi sesuai prnsip syariah
Meningkatkan nilai tambah pada stakeholder
Dalam rangka mewujudkan visi dan misinya Bank Panin Syariah memiliki lima nilai positif yang merefleksikan semangat perusahaan dan tercermin pada setiap perilaku sumber daya insani perusahaan. Nilai-nilai tersebut termuat dalam nilai-nilai perusahaan (corporate values). Corporate values tersebut disingkat dengan I CARE. Tabel 4.1 Corporate Values Bank Panin Syariah Corporate values Integrity Collaboration Accountability Respect
Perilaku Sumber Daya Insani Jujur Beretika Amanah Pro aktif Solutif Sinergi Terukur Bertanggung jawab Akurat Objektif Rendah hati Saling menghargai Empati
50
Exellence
Cepat Tepat
Ramah
Sumber: www.paninbanksyariah.co.id (data diolah)
Bank Panin Syariah merupakan Bank Umum Syariah pertama yang mencatatkan saham perdananya (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Januari 2014. Bank Panin Syariah menawarakan saham kepada publik sejumlah 4.750.000.000 lembar saham kepada masyarakat disertai dengan 950.000.000 waran seri I yang diberikan secara cuma-Cuma. Harga penawaran saham Rp. 100 per lembar saham dimana dana yang diperoleh sekitar Rp. 475 miliar. Pelepasan saham ke masyarakat ini setara dengan 50 persen dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh. Dengan demikian, komposisi kepemilikan saham Bank Panin Syariah setelah IPO telah mengalami perubahan sehubungan dengan adanya kepemilikan saham oleh publik. B. Kondisi Kesehatan Bank Panin Syariah Pra Go Public Informasi keuangan yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan/bank dapat memberikan gambaran kondisi kesehatan keuangan, juga dapat menilai kinerja manajemen bank yang bersangkutan sehingga diharapkan dapat menjaga transparansi kepada publik. Pengukuran kondisi kesehatan keuangan Bank Panin Syariah didasarkan pada Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 yakni dengan pendekatan berdasarkan risiko (risk-based bank rating). Didalam peraturan tersebut telah dijelaskan bagaimana bank menilai kesehatannya yaitu dengan melakukan penilaian terhadap beberapa faktor diantaranya risk profile, good corporate governance, earning dan capital. Selain faktor tersebut, dilihat juga berbagai
51
indikator keuangan lain yang umumnya digunakan diantaranya total aset, dana pihak ketiga dan laba bersih. Adapun ikhtisar keuangan Bank Panin Syariah yang digunakan adalah periode tahun 2010 hingga 2013 dan dapat dilihat pada Lampiran 1. 1. Risk Profile dan GCG Seperti bank lainnya, Bank Panin Syariah juga melaporkan tingkat kesehatannya berdasarkan PBI tentang risk-based bank rating tersebut. Pada faktor risk profile secara berturut-turut sejak tahun 2010 hingga 2013 selalu berada dalam peringkat yang aman dari kemungkinan resiko yang besar, low, low, low to moderate dan low to moderate. Artinya pada tahun 2010 dan 2011 kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari risiko inheren komposit tergolong sangat rendah dan kualitas penerapan manajemen risiko secara komposit sangat memadai. Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat diabaikan. Kemudian di dua tahun berikutnya yakni 2012 dan 2013, kemungkinan kerugian masih tergolong rendah dan kualitas penerapan manajemen risiko memadai. Namun kelemahan minor yang ada harus mendapat perhatian dari manajemen. Berikut ini tabel dari Peringkat Profil Resiko tahun 2010 hingga 2013. Penilaian terhadap faktor GCG (Good Corporate Governance) pada Bank Panin Syariah juga menunjukan bahwa manajemen bank telah melakukan penerapan GCG dengan baik di tahun 2010 dan 2011. Artinya secara umum apabila terdapat kelemahan dalam penerapan GCG, maka kelemahan tersebut kurang berarti signifikan dan dapat diselesaikan dengan tindakan normal. Lalu dua tahun berikutnya yakni 2012 dan 2013 terjadi peningkatan peringkat GCG menjadi sangat baik.
52
Tabel 4.2 Peringkat Profil Resiko Tahun Peringkat Komposit 2010 Low (1) 2011 Low (1) 2012 Low to Moderate (2) 2013 Low to Moderate (2) Sumber: Laporan Tahunan (data diolah)
Tabel 4.3 Hasil Self Assessment Penilaian GCG Tahun Nilai Predikat 2010 2.2 Baik 2011 1.95 Baik 2012 1.35 Sangat Baik 2013 1.35 Sangat Baik Sumber: Laporan Pelaksanaan GCG (data diolah)
2. Earning Pada faktor earning tentunya banyak rasio keuangan yang dapat dijadikan tolak ukur. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa ukuran dari profitabilitas yang biasa digunakan adalah ROA. Sebelum menganalsis ROA, ada indikator yang juga perlu dilihat pada Bank Panin Syariah, yakni laba bersih dan BOPO (Beban Operasional dan Pendapatan Operasional) yang diraih bank. Periode 2010 – 2013 terjadi fluktuasi yang cukup tinggi pada laba bersih Bank Panin Syariah. Bahkan di tahun 2010, bank mengalami kerugian sebesar Rp. 7,2 Miliar. Kerugian diakibatkan besarnya biaya operasional yang digunakan selama tahun 2010, hal ini dibuktikan dengan tingginya angka BOPO yang mencapai 182,31%. Yang artinya manajemen tidak mampu menekan biaya operasional sehingga terjadi pembengkakan. Namun di tahun berikutnya bank mampu memperbaiki kinerjanya dan menjadi lebih efisien hingga akhirnya mencatatkan laba Rp. 37 miliar dengan BOPO 47,6% di tahun 2012. Meskipun kembali mengalami penurunan laba di tahun 2013 menjadi Rp. 21 miliar yang kembali diakibatkan beban operasional yang meningkat dengan BOPO 81,31%.
53
Gambar 4.2 Grafik Fluktuasi Laba Bersih (Rp juta) 37,099 21,332 10,900
2010 -7,173
2011
2012
2013
Sumber: Laporan Tahunan Bank Panin Syariah (data diolah)
182.31%
Gambar 4.3 Grafik Fluktuasi BOPO (%) 81.31%
69.30% 47.60%
2010
2011
2012
2013
Sumber: Laporan Tahunan Bank Panin Syariah (data diolah)
Bank Panin Syariah pada periode 2010 – 2013 mengalami fluktuasi dalam kinerjanya ditinjau dari ROA. Dengan rata-rata ROA 1,01% per tahun, kemampuan bank untuk menghasilkan laba tentu dipertanyakan. Terlebih lagi angka rata-rata tersebut berada dibawah standar yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu 1,25%. Akan tetapi angka rata-rata tidak serta merta berarti bank tidak mampu menghasilkan laba sama sekali. Terbukti di tahun 2012 ROA Bank Panin berada diangka 3,48%.
54
Gambar 4.4 Grafik Fluktuasi ROA 3.48% (%) 2.06% 1.03%
2010
2011
2012
2013
-2.53% Sumber: Laporan Tahunan Bank Panin Syariah (data diolah)
3. Capital Faktor terakhir yang dinilai untuk melihat tingkat kesehatan bank adalah capital. Dari faktor ini akan dapat diketahui kualitas dan kecukupan permodalan yang dimiliki bank. Rasio yang umumnya dilihat pada faktor earning adalah CAR. CAR Bank Panin Syariah periode tahun 2010 – 2013 memiliki rata-rata sebesar 42,48%, angka ini jauh melebihi batasan minimum CAR yang disyaratkan oleh Bank Indonesia yaitu 8% dari ATMR. Hal ini menunjukan bahwa Bank Panin Syariah mampu mempertahankan
modal
yang
mencukupi
dan
manajemen
bank
mampu
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko yang timbul yang dapat mempengaruhi besarnya modal. Berikut tabel dan grafik CAR Bank Panin Syariah Periode tahun 2010 – 2013.
55
Gambar 4.5 Grafik Fluktuasi CAR (dalam %)
Tabel 4.4 CAR Bank Panin Syariah Tahun
CAR
2010 2011 2012 2013 Rata-rata
54.81% 61.98% 32.30% 20.83% 42.48%
54.81%
61.98% 32.30%
2010
Sumber: Laporan Tahunan (data diolah)
2011
2012
20.83%
2013
Sumber: Laporan Tahunan Bank Panin Syariah (data diolah)
Selain dari faktor-faktor yang terdapat dalam metode risk-based bank rating, terdapat pula beberapa indikator keuangan lainnya yang biasa dilihat diantaranya total aset dan penghimpunan dana pihak ketiga. Bank Panin Syariah membukukan kenaikan aset yang sangat besar pada periode 2010 – 2013 yakni sebesar 783,5%. Kenaikan total aset Bank Panin Syariah setiap tahun dalam periode ini berada diratarata
107%. Kenaikan ini menunujukan kinerja yang begitu mengesankan yang
ditunjukan oleh manajemen. Tercatat total aset Bank Panin Syariah per desember 2013 mencapai Rp. 4,05 triliun.
Gambar 4.6 Grafik Pertumbuhan Total Aset (Rp juta)
4,052,701
2,140,482 1,018,681 458,713
2010
2011
2012
Sumber: Laporan Tahunan Bank Panin Syariah (data diolah)
2013
56
Pada periode yang sama tercatat pula peningkatan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun. Tidak tanggung-tanggung, dari DPK tahun 2010 sebesar Rp. 309 miliar menjadi Rp. 2,87 triliun di tahun 2013 atau terjadi peningkatan sebesar 826%. Ratarata kenaikan setiap tahun juga menunjukan angka yang sangat besar yakni mencapai 120% per tahun. Gambar 4.7 Grafik Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
2,870,310
(Rp juta) 1,223,290
309,763
420,757
2010
2011
2012
2013
Sumber: Laporan Tahunan Bank Panin Syariah (data diolah)
Secara keseluruhan kondisi keuangan Bank Panin Syariah dari tahun 2010 hingga 2013 mengalami peningkatan, mulai dari jumlah asetnya yang meningkat sangat pesat sampai dengan penghimpunan dana pihak ketiga yang juga meningkat. Meski di lain sisi ada beberapa indikator yang masih perlu pembenahan. Hal ini menjadi bukti bahwa Bank Panin Syariah serius dalam mewujudkan visi misinya, sehingga kondisi keuangan tersebut menjadi gerbang kesuksesan saat IPO pada tahun berikutnya yaitu tahun 2014 karena sudah melakukan persiapan yang matang.
57
C. Kondisi Kesehatan Bank Panin Syariah Pasca Go Public Bank Panin Syariah resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 15 Januari 2014. Bank Panin Syariah menjadi bank syariah pertama yang melakukan initial public offering (IPO) di Indonesia. Selain itu, Bank Panin Syariah juga menjadi perseroan pertama yang mencatatkan diri di bursa pada tahun 2014. Saham yang ditawarkan Bank Panin Syariah dalam penawaran umum yaitu 4.750.000.000 lembar saham. Bank Panin Syariah mengadakan Program Alokasi Saham Karyawan (Employee Stock Allocation atau “ESA”) dengan mengalokasikan 475.000.000 lembar saham atau 10% dari jumlah saham yang ditawarkan dalam Penawaran Umum. Jumlah seluruh saham yang dicatatkan pada BEI adalah 9.643.000.000 lembar saham atau 99% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh. Hal ini sesuai dengan PP No.29 tahun 1999 tentang Pembelian Saham Bank Umum, dimana 1% dari seluruh saham perusahaan tidak dicatatkan dan dimiliki oleh PT Bank Panin Tbk. Dana hasil dari penawaran umum sebesar Rp. 475 miliar kemudian dikurangi biaya-biaya emisi efek, 80% digunakan sebagai modal kerja perseroan guna memperkuat struktur pendanaan jangka panjang dalam rangka mendukung ekspansi pembiayaan dan sekitar 20% untuk pengembangan jaringan termasuk didalamnya infrastruktur perseroan. Kondisi kesehatan keuangan Bank Panin Syariah setelah go public mengalami perubahan dalam permodalan, aset maupun profitabilitas. Untuk melihat beberapa perubahan antara pra go public dan pasca go public, dapat dilihat berikut ini.
58
1. Capital Hal yang pertama dan secara pasti mengalami perubahan akibat kebijakan go public adalah berpindahnya sebagian saham Bank Panin Syariah. Tercatat diakhir tahun 2013, hampir 100% saham dimiliki oleh PT Bank Panin Tbk dan hanya 0,000964% saham saja yang dimiliki pihak lain. Namun setelah go public, kepemilikan PT Bank Panin tbk atas Bank Panin Syariah hanya tersisa sebesar 52,11% meski tetap menjadi Pemegang Saham Pengendali (PSP). Adapun sejumlah 24,71% saham lainnya dimiliki oleh Dubai Islamic Bank serta sisanya sebesar 23,17% dimiliki oleh masyarakat yang tersebar ke berbagai pihak namun jumlah kepemilikan tiap masing-masing pemegangnya kurang dari 5%. Tabel 4.5 Pemegang Saham Pra Go Public dan Pasca Go Public 2013 2014 Nama Pemegang No Jumlah Presentase Jumlah Presentase Saham Saham (%) Saham (%) 1 PT Bank Panin Tbk 4,999,951,790 99.99904 5,119,951,790 52.112879 2 Ahmad Hidayat 48,210 0.000964 3 Dubai Islamic Bank 2,427,750,000 24.710592 4 Masyarakat 2,277,032,310 23.176529 Total Saham 5,000,000,000 100 9,824,734,100 100 Sumber: Laporan Tahunan dan Prospektus Bank Panin Syariah (data diolah)
Dari sisi permodalan, total ekuitas Bank Panin Syariah di tahun 2014 meningkat sangat signifikan dari Rp. 525 miliar menjadi Rp. 1,07 triliun atau sebesar 104%. Dan CAR yang tercatat di akhir tahun 2014 adalah 25,69%. Kecukupan modal tersebut menjadi landasan kuat untuk pengembangan usaha melalui peningkatan penyaluran pembiayaan di masa depan.
59
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Total ekuitas (Rp juta)
Gambar 4.9 Grafik Perbandingan CAR (%) 25.69%
1,072,795
20.83%
525,995
2013
2014
Sumber: Laporan Tahunan (data diolah)
2013
2014
Sumber: Laporan Tahunan (data diolah)
2. Earning Di akhir tahun 2014 Bank Panin Syariah mencatat laba bersih senilai Rp. 70,9 miliar. Peningkatan ini sangat signifikan dibandingkan dengan yang dicatat di akhir tahun 2013 senilai Rp. 21,3 miliar. Jika dipersentasekan maka kenaikan laba bersih mencapai 232%. Pencapaian tersebut didukung kinerja manajemen bank yang baik tercermin melalui peningkatan penyaluran pembiayaan dengan kualitas yang terjaga pada tingkat yang sehat. Selain itu, pencapaian tersebut juga ditunjang dengan semakin efisiennya Bank Panin Syariah dalam beroperasi disepanjang tahun 2014. Tercatat rasio efisiensi (BOPO) dari tahun sebelumnya, tahun 2013 yang mencapai 81,31% menjadi 68,47% diakhir tahun 2014.
60
Gambar 4.11 Grafik Perbandingan BOPO (%)
Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Laba Bersih (Rp juta) 70,939
81.31%
68.47%
21,332
2013
2013
2014
Sumber: Laporan Tahunan (data diolah)
2014
Sumber: Laporan Tahunan (data diolah)
Dalam kaitannya dengan profitabiltas, pencapaian yang diraih Bank Panin Syariah di tahun 2014 juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013. Hal ini ditunjukann oleh rasio ROA yang di tahun 2013 bahkan tidak mencapai standar yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu 1,25% dan Bank Panin Syariah hanya menyentuh angka 1,03%. Tahun 2014 terjadi peningkatan ROA menjadi 1,99% yang berarti telah melampaui standar yang ditetapkan Bank Indonesia. Gambar 4.12 Grafik Perbandingan ROA (%) 1.99%
1.03%
2013
2014
Sumber: Laporan Tahunan Bank Panin Syariah (data diolah)
61
3. Risk Profile dan GCG Penilaian kesehatan bank syariah yang berbasis risiko (RBBR) membuat penilaian yang dilakukan terhadap Bank Panin Syariah tidak lengkap jika tidak memperitmbangkan faktor risk profil dan GCG. Seperti bank-bank lainnya, Bank Panin Syariah juga melaporkan hasil self assessmentnya terhadap faktor risiko dan GCG. Adapun hasilnya adalah berikut ini. Tabel 4.6 Peringkat Komposit Profil Risiko dan GCG GCG Peringkat Komposit Profil Tahun Resiko Nilai Predikat 2013 Low to Moderate 1.35 Sangat Baik 2014 Low to Moderate 1.4 Sangat Baik Sumber: Laporan Tahunan Bank Panin Syariah (data diolah)
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa Peringkat Komposit Profil Resiko dari Bank Panin Syariah memiliki nilai Low to moderate. Artinya pada tahun 2013 dan 2014 kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari risiko inheren komposit tergolong rendah dan kualitas penerapan manajemen risiko secara komposit memadai. Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat diatasi dengan mendapat perhatian dari manajemen dan tidak mengabaikannya. Penilaian terhadap faktor GCG (Good Corporate Governance) pada Bank Panin Syariah juga menunjukan bahwa manajemen bank telah melakukan penerapan GCG dengan sangat baik di tahun 2013 dan 2014. Artinya secara umum apabila terdapat kelemahan dalam penerapan GCG, maka kelemahan tersebut tidak berarti signifikan dan dapat segera diselesaikan oleh manajemen bank.
62
Selain faktor-faktor diatas, Bank Panin Syariah juga mencatatkan total aset yang mencapai Rp. 6,2 triliun di akhir tahun 2014. Pertumbuhan yang terjadi sangat signifikan yakni menyentuh angka Rp. 2,15 triliun atau setara dengan 53,08% dibandingkan dengan total aset di akhir tahun 2013 senilai Rp. 4,05 triliun. Gambar 4.13 Grafik Perbandingan Total Aset (Rp juta)
6,207,678 4,052,701
2013
2014
Sumber: Laporan Tahunan Bank Panin Syariah (data diolah)
Dari berbagai uraian diatas, sekilas terlihat peningkatan kinerja dari Bank Panin Syariah periode 2013 – 2014. Periode tersebut merupakan masa peralihan Bank Panin Syariah dari Perusahaan Tertutup (private) menjadi Perusahaan Terbuka (go public). Namun perlu analisis lebih lanjut untuk menjawab apakah kebijakan go public yang diambil oleh manajemen Bank Panin Syariah memiliki pengaruh terhadap kesehatan keuangannya. Sebelum dilakukan analisis lanjutan terkait dengan pengaruh kebijakan go public, maka terlebih dahulu disajikan rasio-rasio yakni ROA,NOM dan CAR yang digunakan dalam penelitian ini dalam analisis deskriptif. Adapun ikhtisar keuangan
63
triwulan Bank Panin Syariah yang digunakan adalah periode tahun 2013 hingga 2014 dan dapat dilihat pada Lampiran 2. 1. Return On Assets (ROA) Berdasarkan laporan keuangan triwulan Bank Panin Syariah Periode 2013 – 2014, rasio ROA di tahun 2013 atau pra go public memiliki kecendrungan yang tinggi diawal tahun, namun terus mengalami penurunan di akhir tahun. Tercatat pada bulan maret 2013 berada diangka 2,72% namun turun hingga ke angka 1,03% pada bulan desember 2014. Sementara pada tahun 2014 kondisi yang terjadi berbanding terbalik. Di tahun 2014 ini memiliki kecendrungan yang rendah diawal tahun dan terus meningkat hingga akhir tahun. Tercatat pada maret 2014, rasio ROA berada di angka 1,45% kemudian terus meningkat hingga 1,99% di bulan desember 2014.
Gambar 4.14 Grafik Perbandingan ROA Bank Panin Syariah Periode 2013 2014 (%) ROA Pra Go Public
2.72
ROA Pasca Go Public
2.34
1.45
2.18 1.64
1.99
1.82
1.03
Maret
Juni
Sumber: Laporan Triwulan Bank Panin Syariah (data diolah)
September
Desember
64
2. Net Operating Margin (NOM) Rasio NOM Bank Panin Syariah pada periode tahun 2013 memiliki kecendrungan yang sama dengan rasio ROA di tahun 2013 yakni tinggi di awal tahun dan terus turun hingga akhir tahun. Pada maret 2013 NOM berada diangka 6,46% dan turun menjadi 4,26% pada desember 2013. Kondisi yang sama dengan rasio ROA tahun 2014 juga terjadi pada rasio NOM yakni rendah diawal tahun dan terus meningkat hingga akhir tahun. Pada maret 2014 NOM berada diangka 4,1% dan terus meningkat hingga diangka 5,88% pada desember 2014. Gambar 4.15 Grafik Perbandingan NOM Bank Panin Syariah Periode 2013 - 2014 (%)
6.46
6.15
5.88
5.59
5.5 4.97
4.26
4.1
Maret
Juni
September
NOM Pra Go Public NOM Pasca Go Public
Desember
Sumber: Laporan Triwulan Bank Panin Syariah (data diolah)
3. Capital Adequacy Ratio (CAR) Berdasarkan laporan keuangan triwulan Bank Panin Syariah Periode 2013 – 2014, rasio CAR di tahun 2013 atau pra go public memiliki fluktuasi yang cenderung turun. Pada bulan maret 2013 CAR berada diangka 27,09% dan pada bulan desember 2013 turun hingga menyentuh angka 20,83%. Di tahun 2014
65
kecendrungan yang sama juga terjadi yakni meski terjadi fluktuasi, penurunan tetap terjadi. Pada bulan maret 2014 CAR berada diangka 31,15% dan turun hingga ke angka 25,69% pada bulan desember 2014. Gambar 4.16 Grafik Perbandingan CAR Bank Panin Syariah Periode 2013 - 2014 (%) 31.15
CAR Pra Go Public
27.09
CAR Pasca Go Public 26.16
25.52
25.69
23.11 19.75
Maret
Juni
September
20.83
Desember
Sumber: Laporan Triwulan Bank Panin Syariah (data diolah)
Dengan melihat data deskriptif dari rasio-rasio yang diuji dalam penelitian ini, dapat dilihat bahwa secara kasat mata terjadi pengingkat kinerja yang ditunjukan oleh ROA, NOM dan CAR. Peningkatan ROA dan NOM menunjukan bahwa Bank Panin Syariah mengalami peningkatan dari sisi rentabilitas. Kemudian, penurunan pada CAR menunjukan bahwa Bank Panin Syariah menjadi lebih efektif dalam penggunaan modal yang dimiliki dan angka ini tetap berada diatas standar minimum yang ditetapkan. Setelah melihat secara deskriptif rasio ROA, NOM dan CAR maka untuk selanjutnya dilakukan uji lanjutan untuk mengetahui perbedaan kondisi antara pra dan pasca go public.
66
D. Analisis Uji Beda Paired-sample t test 1. Uji Beda Paired-sample t test Input yang digunakan untuk uji beda paired-sample t test dalam penelitian ini adalah rasio keuangan yang mewakili faktor earning dan capital yaitu ROA, NOM dan CAR. Periode yang diambil untuk dijadikan sebagai sampel dalam uji ini yaitu satu tahun sebelum go public dan satu tahun setelah go public dengan mengunakan data yang bersumber dari laporan keuangan triwulan yang dikeluarkan Bank Panin Syariah. Adapun data ROA, NOM dan CAR adalah sebagai berikut. Tabel 4.7 Rasio Keuangan Bank Panin Syariah Pra Go Public dan Pasca Go Public Status Bank
Pra Go Public
Pasca Go Public
Periode
ROA (%)
NOM (%)
CAR (%)
Mar-13 Jun-13 Sep-13 Des-13 Mar-14 Jun-14 Sep-14 Des-14
2,72 2,34 2,18 1,03 1,45 1,64 1,82 1,99
6,46 6,15 4,97 4,26 4,1 5,5 5,59 5,88
27,09 23,11 19,75 20,83 31,15 25,52 26,16 25,69
Sumber: Laporan Triwulan Bank Panin Syariah (data diolah)
Hasil paired-sample t test dengan menggunakan SPSS 22, menunjukan tidak adanya perbedaan rata-rata kinerja keuangan pada variabel ROA dan NOM antara pra go public dan pasca
go public untuk periode 2013 hingga 2014. Namun ada
perbedaan rata-rata yang ditunjukan variabel CAR antara pra go public dan pasca go public untuk periode yang sama.
67
Terllihat pada tabel 4.8, t hitung variabel ROA sebesar 0,724 dan signifikansi 0,521. Dan diperoleh t tabel pada tingkat signifikansi α = 0,05 untuk data penelitian ini sebesar 2,776. Jadi t hitung ROA (0,724) < (2,776) t tabel dan signifikansi 0,724 > 0,05 sehingga H0 diterima, ini berarti tidak ada perbedaan rata-rata rasio ROA pra go public dan pasca go public. Sama halnya dengan variabel ROA, pada variabel NOM juga tidak ada perbedaan rata-rata kinerja keuangan yang ditunjukan antara satu tahun sebelum go public dan satu tahun setelah go public. Dimana t hitung variabel NOM sebesar 0,224 dan signifikansi 0,837. Dan diperoleh t tabel sebesar 2,776 pada tingkat signifikansi α = 0,05 . Jadi t hitung NOM (0,224) < (2,776) t tabel dan signifikansi 0,837 > 0,05 sehingga H0 diterima. Pada variabel CAR terdapat hasil yang berbeda. Terlihat dalam tabel 4.8, t hitung variabel CAR sebesar -5,325 dan signifikansi 0.013. Dan diperoleh t tabel 2,776 pada tingkat signifikansi α = 0,05. Jadi t hitung CAR (5,325) > (2,776) dan siginfikansi 0,013 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya ada perbedaan rata-rata rasio CAR pra go public dan pasca go public. Tabel 4.8 Output Penghitungan ROA, NOM dan CAR dengan SPSS 22 Variabel t hitung t tabel Signifikansi ROA 0,724 2,776 0,521 NOM 0,224 2,776 0,837 CAR -5,325 2,776 0,013 Sumber: Output SPSS (data diolah)
68
2. Interpretasi Hasil Uji Beda Paired-sample t test Seperti dipaparkan pada bagian sebelumnya, dimana jika dilihat sekilas maka secara kasat mata perkembangan Bank Panin Syariah terjadi sangat signifikan. Dimulai dari berbagai indikator yang ada pada faktor earning, capital hingga pada faktor risk profile dan penerapan GCG serta indikator dalam laporan keuangan lainnya. Namun pada kenyataannya setelah dilakukan uji beda paired-sample t test, terlihat hasil yang berbeda. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji beda rata-rata paired sample t test Bank Panin Syariah, hanya ada perbedaan rata-rata rasio CAR yang mewakili faktor capital. Hal ini berarti bahwa pasca go public modal yang dimiliki Bank Panin Syariah mengalami perubahan. Hal tersebut menjadi lumrah adanya karena kebijakan go public memang menitikberatkan perseroan untuk mendapatkan tambahan modal yang signifikan dari masyarakat (public). Namun kebijakan go public belum menunjukan perubahan yang signifikan terhadap faktor earning yang diwakili oleh rasio ROA dan NOM. Walau demikian, Bank Panin Syariah pasca go public telah mengalami banyak perubahan dalam banyak hal demi mewujudkan visi misinya.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kondisi kesehatan keuangan Bank Panin Syariah saat menjadi perusahaan tertutup (private) periode 2010 – 2013 secara keseluruhan telah banyak mengalami perubahan ke tingkat yang lebih baik. Terlihat dari jumlah total aset dan penghimpunan dana pihak ketiga yang terus meningkat setiap tahunnya. Kinerja keuangan Bank Panin Syariah dianalisis dengan menggunakan faktorfaktor yang ada dalam risk-based bank rating yakni risk profile, GCG, earning dan capital. Pada faktor risk profile dan GCG peringkat komposit yang diraih selalu dalam kondisi baik dan sangat baik. Sedangkan faktor earning yang diwakili rasio ROA mengalami fluktuasi, bahkan di tahun 2010 dan 2013 berada dibawah standar yang ditetapkan Bank Indonesia yakni 1,25%. Kemudian untuk faktor capital yang diwakili oleh rasio CAR selalu berada diatas 8% yang ditetapkan Bank Indonesia sebagai batas minimal, sehingga Bank Panin Syariah dinyatakan sehat. 2. Kebijakan go public yang diambil Bank Panin Syariah di tahun 2014 membuat bank ini menjadi bank syariah pertama yang menjadi perusahaan terbuka (go public). Dan di tahun 2014, kondisi kesehatan keuangan Bank Panin Syariah menunjukan pertumbuhan yang sangat signifikan. Terlihat dari total aset, total
69
70
ekuitas dan laba bersih yang mengalami peningkatan sangat drastis. Total aset meningkat 53,08%, total ekuitas meningkat 104% dan laba bersih meningkat 232% dari tahun 2013. Kemudian untuk faktor-faktor yang ada dalam risk-based bank rating juga mengalami perubahan, terutama pada faktor earning dan capital. Rasio ROA yang mewakili faktor earning mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebesar 1,03% menjadi 1,99% di tahun 2014, hal ini menjadikan Bank Panin Syariah mampu melampaui standar minimal yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 1,25%. Dan rasio CAR yang mewakili faktor capital juga mengalami perubahan dari tahun 2013 sebesar 20,83% menjadi 25,69% di tahun 2014. Sedangkan Pada faktor risk profile dan GCG memperoleh nilai komposit yang sama antara tahun 2013 dan 2014 yakni low to moderate dan Sangat Baik. 3. Berdasarkan analisis kesehatan keuangan yang dilakukan pada Bank Panin Syariah pra go public dan pasca go public menunjukan adanya peningkatan kinerja secara keseluruhan. Namun, untuk lebih memperkuat apakah perubahan yang terjadi ini dipengaruhi oleh kebijakan go public, maka dilakukan uji lanjutan dengan uji beda paired-sample t test pada faktor earning dan capital yang diwakili oleh rasio ROA, NOM dan CAR. Hasil dari paired-sample t test dengan SPSS 22, untuk rasio ROA diperoleh t hitung < t tabel (0,724 < 2,776) dan signifikansi (0,521 > 0,05) sehingga H0 diterima. Kemudian untuk rasio NOM diperoleh t hitung < t tabel (0,224 < 2,776) dan signifikansi (0,837 > 0,05) sehingga H0 diterima. Sedangkan untuk rasio CAR diperoleh t hitung > t tabel (5,325 > 2,776) dan signifikansi (0,013 < 0,05) sehinga H0 ditolak dan Ha
71
diterima. Artinya bahwa pada rasio ROA dan NOM yang mewakili faktor earning, tidak ada perbedaan rata-rata antara pra go public dan pasca go public. Sedangkan pada rasio CAR yang mewakili faktor capital, ada perbedaan rata-rata pra go public dan pasca go public. Maka dapat disimpulkan bahwa go public tidak berpengaruh terhadap faktor earning (ROA dan NOM) namun berpengaruh terhadap faktor capital (CAR) Bank Panin Syariah untuk periode 2013 – 2014. B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya yaitu diperlukan data peneltian yang lebih banyak (lebih dari satu tahun) dan variabel yang juga lebih komprehensif dalam menilai kesehatan keuangan bank syariah (tidak hanya tiga rasio). Hal tersebut guna memberikan kemungkinan yang lebih besar akan terlihatnya pengaruh yang signifikan terhadap faktor selain permodalan.
DAFTAR PUSTAKA Aprila, Nurul Shiyam. Analisis Perbandingan Kinerja Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mega Indonesia dengan Menggunakan Metode RGEC Periode 2008 – 2012. Skripsi. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013 Badan Pengawas Pasar Modal & Lembaga Keuangan Republik Indonesia. Ikhtisar Ketentuan di Bidang Pasar Modal, Buku 1. Jakarta: Bapepam-LK. 2010 Bursa Efek Indonesia (BEI). Panduan Go Public. Jakarta: BEI Bursa Efek Jakarta (BEJ). Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia. Jakarta: BEJ. 2001 Fitri, Yudarsi Eka dkk. Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Sistem Risk Based Bank Rating (RBBR): Aplikasinya Pada Bank Bengkulu. The Manajer Review Jurnal Ilmiah Manajemen Vol. 13, Nomor 2, Oktober 2012. Hadi, Nor. Pasar Modal : Acuan Teoritis dan Praktis Investasi di Instrumen Keuangan Pasar Modal. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2013 Hejazziey, Djawahir. Perbankan Syariah dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Deepublish. 2014 Ibadil M, Muhamad. Analisis Pengaruh Risiko, Tingkat Efisiensi dan Good Corporate Governance Terhadap Tingkat Kinerja Keuangan Perbankan (Pendekatan Beberapa Komponen Metode Risk-based Bank Rating SEBI 13/24/DPNP/2011). Skripsi . Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang. 2013 Ihsan, Dwi Nur’aini. Analsis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. Tangerang: UIN Jakarta Press. 2013 Karim, Adiwarman A. Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, cet. 9. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2013 Lestari, Suci Indah. Pengaruh Initial Public Offering (IPO) terhadap Kinerja Keuangan Pada PT Bank Jawa Barat dan Banten Periode 2009-2010. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB). 2011 Martalena dan Maya Malinda. Pengantar Pasar Modal. Yogyakarta: ANDI. 2011 Nasarudin, M Irsan. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Kencana. 2011
Pambudi, Teguh S. Menu Wajib di Buku Agenda. SWA, 25, XXIX. (November, 2013). h. 26-27 Rochaety, Ety, dkk. Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2009 Setyawan, Aditya Wira Perdana. Pengaruh Komponen Risk Based Bank Rating Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008 – 2011. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang. 2012 Simbolon, Tulus Christian. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Divestasi dan Spin-Off (Periode 2007-2012). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang. 2013 Syafi’I Antonio, Muhammad. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press. 2001 Syarifudin, A. Peluang dan Tantangan Bank Syariah. Jurnal Bimas Islam Vol.4 No.4 tahun 2011 Tanjung, Hendri dan Abrista Devi. Metode Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta: Gramata Publishing. 2013 Wibawa, Redy Afriyansyah. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Perusahaan Pasca IPO dengan Menggunakan Analisis Multinomial Logit. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah. 2009 Widyaningrum, Hening Asih dkk. Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Metode Risk Based Bank Rating (RBBR) (Studi Kasus pada Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam IHSG Sub Sektor Perbankan tahun 2012). Jurnal Administrasi dan Bisnis (JAB) Vol. 9 No. 2 April 2014. www.beritamoneter.com [4 Februari 2015] www.merdeka.com [9 Februari 2015] www.mysharing.co [9 Februari 2015] www.paninbanksyariah.co.id [10 – 11 Juli 2015] www.radarjogja.co.id [4 Februari 2015] www.republika.co.id [4 Februari 2015] www.tempo.co [4 Februari 2015]
LAMPIRAN Lampiran I : Ikhtisar Keuangan Bank Panin Syariah Periode 2010 – 2014 Ikhisar Keuangan Bank Panin Syariah Periode 2010 – 2014 (dalam Rp Juta) 2014 2013 2012 2011 2010 Neraca 6.207.678 4.052.701 2.140.482 1.018.681 458.713 Total Aktiva 4.736.314 2.581.882 1.517.342 705.619 174.825 Pembiayaan 151.574 137.507 138.624 133.773 59.263 Penempatan Surat Berharga 5.076.082 2.870.310 1.223.588 420.757 309.763 Dana Pihak Ketiga 395.881 109.930 187.499 19.925 Giro 504.061 329.545 30.040 7.661 Tabungan 4.176.150 2.430.835 1.006.049 393.171 Deposito 1.072.795 525.995 491.663 454.564 149.520 Total Ekuitas Laba/Rugi Pendapatan Pengelolaan Dana 525.191 273.812 146.346 70.332 21.376 oleh Bank sebagai Mudharib Hak Pihak Ketiga atas Bagi 295.597 146.009 57.585 27.026 9.300 Hasil Dana Syirkah Temporer Pendapatan Operasional 79.623 9.947 5.760 4.005 1.253 Lainnya Penyisihan Penghapusan 83.646 25.234 4.700 2.125 2.286 Aktiva Poduktif 128.061 83.441 40.382 30.655 22.015 Beban Operasional Lainnya 97.510 29.075 49.439 14.521 Laba Operasional 676 87 133 111 3.799 Laba (Rugi) Non Operasional 2.455 Zakat 95.732 29.162 49.572 14.632 Laba Sebelum Pajak 70.939 21.332 37.099 10.900 -7.173 Laba (Rugi) Bersih Rasio Keuangan Penting (dalam %) Rasio Kecukupan Modal 25,69 20,83 32,20 61,98 54,81 (CAR) Pembiayaan Bermasalah Kotor 0,53 1,02 0,20 0,82 0,00 (NPF gross) Pembiayaan Bermasalah 0,29 0,77 0,19 0,69 0,00 Bersih (NPF netto) Tingkat Pengembalian Aset 1,99 1,03 3,48 2,06 -2,53 (ROA) 7,66 4,44 8,20 3,31 -4,71 Tingkat Pengembalian Ekuitas
(ROE) Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Pembiayaan terhadap Dana Pihak Ketiga (FDR) Giro Wajib Minimum (GWM) Posisi Devisa Netto Presentase Pelanggaran Batas Minimum Pemberian Pembiayaan (BMPP)
68,47
81,31
47,60
69,30
182,31
94,04
90,40
105,66
167,70
69,76
5,20 0,00
5,57 0,00
5,25 0,00
5,42 0,00
0,00 0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Lampiran II : Ikhtisar Keuangan Triwulan Bank Panin Syariah 2013 – 2014
Neraca Total Aktiva Kas Penempatan Pada BI Penempatan Pada Bank Lain Surat Berharga Yang Dimiliki Piutang Pembiayaan Dana Pihak Ketiga Giro Tabungan Deposito Total Ekuitas Laba/Rugi Pendapatan Dari Penyaluran
Ikhisar Keuangan Triwulan Bank Panin Syariah Periode 2013 – 2014 (dalam Rp Juta) 2013 2014 Maret Juni September Desember Maret Juni September Desember 2,282,803 2,606,410 3,208,744 4,052,701 4,302,538 4,692,020 5,260,655 6,207,679 3,852 3,701 4,917 4,853 5,552 6,279 8,457 9,708 225,644
253,790
401,705
343,882
810,468
1,246,472
10,708
8,998
8,250
11,393
12,254
11,347
10,114
9,011
137,678
135,830
137,693
137,457
137,227
136,995
136,759
136,524
1,180,562 1,238,142 684,389 919,055
1,426,010 101,671
1,231,835 1,083,060 1,339,066 1,902,398
889,409 3,218,692
736,902 3,487,121
617,336 4,098,889
1,557,923 1,764,391
2,296,565
2,870,310 2,674,295
2,967,373
3,834,621
5,076,082
96,593 219,761 208,108 367,930 1,253,222 1,176,700 498,933 521,202
297,215 373,875 1,625,475 532,400
109,930 456,491 329,545 224,147 2,430,835 1,993,657 525,995 962,099
296,692 309,102 2,361,579 1,013,533
277,450 530,190 3,026,981 1,039,260
395,881 504,051 4,176,150 1,072,795
212,005
360,803
525,191
54,915
115,867
191,993
1,277,885 1,098,566
273,812
94,418
Dana Bagi Hasil untuk Investor Dana 25,758 Investasi Tidak Terikat Pendapatan Operasional 7,748 Lainnya Penyisihan Penghapusan 10,036 Aktiva Poduktif Beban Operasional 11,894 Lainnya Laba 14,975 Operasional Laba (Rugi) Non 48 Operasional Laba Sebelum 15,023 Pajak Laba (Rugi) 11,276 Bersih Rasio Keuangan Penting Rasio Kecukupan 27,09% Modal (CAR) Pembiayaan Bermasalah 0,62% Kotor (NPF gross) Pembiayaan Bermasalah 0,60% Bersih (NPF netto) Tingkat Pengembalian 2,72% Aset (ROA) Tingkat Pengembalian 9,97% Ekuitas (ROE)
52,569
91,751
146,009
57,279
116,697
197,795
295,597
13,320
16,714
9,947
7,449
27,507
41,431
34,598
16,861
20,033
25,234
9,557
36,856
59,030
38,621
32,438
55,019
83,441
26,412
57,584
89,998
128,061
27,319
41,904
29,075
8,619
28,375
55,411
97,510
62
157
87
5,567
5,544
5,507
(1,778)
27,381
42,061
29,162
14,186
33,919
45,678
95,732
20,536
31,734
21,332
10,640
25,439
71,673
70,939
23,11%
19,75%
20,83%
31,15%
25,52%
26,16%
26,69%
0,57%
1,05%
1,02%
1,03%
0,76%
0,81%
0,53%
0,56%
1,01%
0,77%
0,94%
0,57%
0,43%
0,29%
2,34%
2,18%
1,03%
1,45%
1,64%
1,82%
1,99%
8,92%
8,94%
4,44%
5,27%
5,75%
6,68%
7,66%
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Pembiayaan terhadap Dana Pihak Ketiga (FDR) Giro Wajib Minimum (GWM) Posisi Devisa Netto Presentase Pelanggaran Batas Minimum Pemberian Pembiayaan (BMPP)
59,42%
64,34%
64,17%
81,31%
80,67%
76,90%
72,90%
68,47%
120,91%
123,60%
112,46%
90,40%
112,84%
140,48%
111,79%
94,04%
5,31%
5,27%
5,20%
5,57%
5,32%
5,20%
5,36%
5,20%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
0,00%
Lampiran III : Output Penghitungan Uji Paired-sample t test dengan SPSS 22
1. Hasil Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROA_pra ROA_pasca NOM_pra NOM_pasca CAR_pra CAR_pasca N Normal Parameters
a
Mean Std. Deviation
4
4
4
4
4
4
2.0675
1.7250
5.4600
5.2675
22.6950
27.1300
.72780
.23245
1.02570
.79504
3.24754
2.69363
Most Extreme
Absolute
.311
.159
.249
.365
.217
.391
Differences
Positive
.185
.143
.184
.221
.217
.391
Negative
-.311
-.159
-.249
-.365
-.182
-.275
Kolmogorov-Smirnov Z
.623
.317
.499
.730
.434
.781
Asymp. Sig. (2-tailed)
.833
1.000
.965
.661
.992
.575
a. Test distribution is Normal.
2. Hasil Uji Beda Paired-sample t tets Paired Samples Statistics Mean Pair 1
Pair 2
Pair 3
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
ROA_pra
2,0675
4
,72780
,36390
ROA_pasca
1,7250
4
,23245
,11623
NOM_pra
5,4600
4
1,02570
,51285
NOM_pasca
5,2675
4
,79504
,39752
CAR_pra
22,6950
4
3,24754
1,62377
CAR_pasca
27,1300
4
2,69363
1,34682
Paired Samples Correlations N
Correlation
Sig.
Pair 1
ROA_pra & ROA_pasca
4
-,920
,080
Pair 2
NOM_pra & NOM_pasca
4
-,777
,223
Pair 3
CAR_pra & CAR_pasca
4
,859
,141
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence
Mean
Std.
Interval of the
Std.
Error
Difference
Deviation
Mean
Lower
Sig. (2-
Upper
t
df
tailed)
Pair 1
ROA_pra - ROA_pasca
,34250
,94602
,47301 -1,16283
1,84783
,724
3
,521
Pair 2
NOM_pra - NOM_pasca
,19250
1,71782
,85891 -2,54093
2,92593
,224
3
,837
Pair 3
CAR_pra - CAR_pasca
-4,43500
1,66558
,83279 -7,08531 -1,78469
-5,325
3
,013