STRATEGI DISIPLIN DALAM PENGASUHAN DITINJAU DARI BUDAYA KELUARGA DAN TEMPERAMEN ANAK DI KECAMATAN SAKO KELURAHAN SIALANG PALEMBANG (DISCIPLINE STRATEGY IN MOTHERING FROM FAMILY CULTURE AND TEMPERAMENT CHILD OF IN DISTRICT SAKO KELURAHAN SIALANG PALEMBANG)
Itryah Arfianto Universitas Bina Darma Jln. Ahmad Yani No.12, Plaju, Palembang Pos-el:
[email protected] Abstracts: The purpose of this reseacrh was to determine and analyses (1) The relation of discipline strategy in mothering ( parenting) evaluated from family culture and temperament of chlid; ( 2) the relation of discipline strategy in mothering ( parenting) evaluated from family culture; ( 3) the relation of discipline strategy in mothering ( parenting) evaluated from temperament of chlid. The Population in this research is parent ( father and mother) is remaining together in household, Age spread 25 - 49 years, Has chlid which average of having age 2 to 12 years, Research subject majority resides in Kecamatan Sako Kelurahan Sialang. Based on the results of research data analysis, known p=0.000 (p<0.01). It means there is a very significant relationship between discipline strategy in mothering ( parenting) evaluated from family culture and temperament child of in Kecamatan Sako Kelurahan Sialang Palembang Keywords: discipline strategy, mothering ( parenting), family culture, temperament of chlid Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis (1) Hubungan strategi disiplin dalam pengasuhan (parenting) ditinjau dari budaya keluarga dan temperamen anak; (2) hubungan strategi disiplin dalam pengasuhan (parenting) ditinjau dari budaya keluarga; (3) hubungan strategi disiplin dalam pengasuhan (parenting) ditinjau dari temperamen anak. Populasi dalam penelitian ini adalah orangtua (ayah dan ibu) yang tinggal bersama-sama dalam rumah tangga, Rentang usia 25 - 49 tahun, Memiliki anak yang rata-rata berusia 2 sampai 12 tahun, Mayoritas subyek penelitian bertempat tinggal di Kecamatan Sako Kelurahan Sialang. Berdasarkan hasil analisis data penelitian, diketahui nilai p=0,000 (p<0,01). Hal ini berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara strategi disiplin dalam pengasuhan (parenting) ditinjau dari budaya keluarga dan temperamen anak di Kecamatan Sako Kelurahan Sialang Palembang Kata-kata Kunci: strategi disiplin, pengasuhan, budaya keluarga, temperamen anak
1.
PENDAHULUAN
sosial yang terjadi. Ikatan dalam keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari
bersifat pilihan, yang dipilih oleh manusia untuk
suatu komunitas. Keluarga terbentuk dalam
dirinya dan bahkan diusahakannya, sebab tanpa
sebuah ikatan pernikahan antara laki-laki dan
ikatan itu dirinya akan terancam. Ikatan ini
perempuan.
tempat
bersifat alami dan tidak dapat diputuskan, seperti
pertumbuhan dan perkembangan seorang anak
yang terlihat dalam penciptaan manusia yang
yang dihasilkan dari ikatan pernikahan tersebut.
dilahirkan secara tawanan bagi sekumpulan sifat-
Kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikis mula-mula
sifat fisiologis, misalnya tinggi, rendah, kurus
terpenuhi dari lingkungan keluarga. pengertian
dan gemuk, warna kulit, mata dan seterusnya.
sempit
pada
Pendidikan anak dalam keluarga merupakan
umumnya) dan pengertian luas. Latar belakang
awal pusat bagi seluruh pertumbuhan dan
perbedaan pengertian ini adalah kondisi-kondisi
perkembangan anak untuk menjadi dewasa,
Keluarga juga sebagai
(sebagaimana
yang
dikenal
33
dengan demikian menjadi hak dan kewajiban
Ketika anak berangsur-angsur menjadi dirinya
orangtua sebagai penanggung jawab yang utama
sendiri, pengasuhan terhadap anak dapat menjadi
dalam mendidik anak-anaknya. Tugas orangtua
hal
adalah melengkapi anak dengan memberikan
berhadapan dengan seseorang yang memiliki
pengawasan yang dapat membantu anak agar
keinginan dan pikiran sendiri, tetapi masih harus
dapat menghadapi kehidupan dengan sukses.
belajar banyak mengenai perilaku yang sesuai
Perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh
dalam masyarakat. Lebih dari itu, setiap anak
berbagai hal, antara lain perbedaan keluarga dan
berbeda
pengasuhan.
dalam
mempengaruhi tipe pola asuh yang diterima oleh
keluarga yang berbeda-beda. Sebagian anak
anak (Feldman, 2009). Salah satu faktor dalam
tinggal dalam keluarga yang belum pernah
keluarga yang dapat menimbulkan masalah pada
mengalami
anak adalah ketidakmampuan orangtua dalam
Anak-anak
bertumbuh
perceraian, sebagian yang
lain
yang
menantang.
dan
Orang
karakteristik
tua
individual
harus
ini
sepanjang masa awal anak-anak tinggal dalam
menerapkan disiplin secara tepat.
keluarga orangtua tunggal, dan sebagian anak-
Pada
anak yang lain tinggal dalam keluarga tiri.
dilakukan oleh orang tua bertujuan untuk
Beberapa anak hidup di dalam kemiskinan,
mengatur perilaku anak agar menjadi anak yang
sedangkan anak-anak lain hidup dalam keluarga
baik. Namun kenyataannya, sering kali disiplin
yang beruntung secara ekonomis. Sebagian ibu
diterapkan secara kaku tanpa melihat kebutuhan
anak-anak
dan
perkembangan anak. Dengan pengertian lain,
menitipkan anak-anaknya dipanti rawat siang,
dalam menanamkan disiplin, sering kali dipakai
sementara ibu-ibu lain tinggal dirumah bersama
ukuran-ukuran orang dewasa. Terkadang disiplin
anak-anaknya (Santrock, 2002).
diterapkan secara tidak konsisten, misalnya anak
Sadar ataupun tidak sadar, bahwa kegagalan
dihukum karena melakukan perbuatan yang
orang
anak-anaknya
salah, namun pada kesempatan lain anak
bukanlah urusan yang sepele. Ini urusan sangat
dibiarkan saja walaupun melakukan perbuatan
besar, anak mungkin tetap beranjak dewasa,
yang sama. Anak memerlukan gambaran yang
tetapi menjadi sosok manusia yang mempunyai
jelas tentang tingkah laku yang diperbolehkan
pola berpikir kacau, bersikap mental negatif, dan
dan yang dilarang. Anak merasa lebih aman
berkarakter
apabila mengetahui secara pasti batas-batas
tua
itu
bekerja
dalam
lemah.
purna
mendidik
Jika
waktu
bangsa
Indonesia
dasarnya,
penanaman
disiplin
yang
didominasi oleh manusia-manusia seperti itu,
perbuatan yang diizinkan.
tidak mungkin bangsa ini akan menjadi besar.
Cara menyatakan batasan pun harus dipikirkan
Bangsa Indonesia tetap menjadi bangsa inferior.
dengan baik. Harus dicari jalan bagaimana
Satu per satu masalah manusia yang terjadi di
mengemukakannya dengan tetap menghormati
bangsa ini dan dicoba menarik kesimpulan, akar
harga diri anak tanpa melukai perasaannya.
penyebabnya di budaya keluarga yang berkaitan
Memberikan larangan harus dilakukan dengan
dengan pola asuh orang tua (Utomo, 2005).
mengungkapkan kewibawaan, bukan penghinaan dan cemoohan. Biasanya orang tua berpikir, akan
34
lebih mudah jika membiarkan pelanggaran anak
masalah dan kebingungan karena tidak mengenal
daripada
aturan bagi dirinya sendiri.
meributkannya.
Karena
disiplin
menuntut usaha keras.
Goleman (1995) mencatat bahwa ada ratusan
Disiplin memiliki konsep yang negatif, sebagai
kajian yang memperlihatkan bahwa bagaimana
pengendalian dengan kekuasaan luar, yang
para orangtua memberi perlakuan terhadap anak-
biasanya
sembarangan,
anaknya apakah dengan kekuasaan, disiplin yang
bentuknya adalah pengekangan melalui cara
keras atau dengan pemahaman yang empatik,
yang tidak disukai dan menyakitkan. Dalam
dengan acuh tak acuh atau dengan kehangatan,
kehidupan masyarakat secara umum, metode
dan lain sebagainya memiliki konsekuensi yang
yang
mendalam dan abadi dalam kehidupan emosional
diterapkan
paling
secara
sering
mendisiplinkan
digunakan
warganya
untuk
adalah
dengan
anak.
Disiplin
(discipline)
adalah
metode
pemberian hukuman. Hal yang sama dilakukan
pembentukan karakter serta pengajaran kontrol
juga oleh sebagian besar orang tua dalam
diri dan perilaku yang dianggap pantas. Hal ini
mendidik anak-anak . Kerugiannya adalah
dapat menjadi alat yang baik untuk sosialisasi
disiplin yang tercipta merupakan disiplin jangka
dengan tujuan mengembangkan disiplin diri.
pendek, artinya anak hanya menurutinya sebagai
Menurut Feldman (2009) menjelaskan bahwa
tuntutan sesaat, sehingga seringkali tidak tercipta
jika hanya melihat imbalan dan hukuman saja
disiplin
mungkin terlalu menyederhanakan bagaimana
diri
pada
mereka.
Hal
tersebut
disebabkan karena dengan hukuman anak lebih
cara
banyak mengingat hal-hal negatif yang tidak
Penelitian kontemporer lebih berfokus pada tiga
boleh dilakukan, daripada hal-hal positif yang
kategori strategi yang lebih luas dari disiplin
seharusnya dilakukan.
yaitu
Dampak lain dari penggunaan hukuman adalah
penarikan kasih sayang.
perasaan tidak nyaman pada anak karena harus
Kebanyakan orangtua menggunakan lebih dari
menanggung hukuman yang diberikan orang
satu strategi, bergantung pada situasi. Orangtua
tuanya
cenderung
jika
ia
melanggar
batasan
yang
orangtua
mempengaruhi
penonjolan
kekuasaan,
menggunakan
orang
induksi
argument
lain.
dan
untuk
ditetapkan. Tidak mengherankan jika banyak
membuat anak memperhatikan orang lain.
anak memiliki persepsi bahwa disiplin itu adalah
Orangtua menunjukkan penonjolan kekuasaan
identik dengan penderitaan. Persepsi tersebut
ketika permainan menjadi terlalu kasar dan
bukan hanya terjadi pada anak-anak tetapi juga
mereka
seringkali dialami oleh orang tua mereka.
menangani kebohongan dan pencurian (Grusec
Akibatnya tidak sedikit orang tua membiarkan
& Goodnow, 1994).
anak-anak “bahagia” tanpa disiplin. Tentu saja
2. TEORI
menggunakan
keduanya
STRATEGI
hal ini merupakan suatu kekeliruan besar, karena
DALAM
di masa-masa perkembangan berikutnya maka
DITINJAU
individu tersebut akan mengalami berbagai
KELUARGA
untuk
DISIPLIN
PENGASUHAN DARI
BUDAYA DAN
35
TEMPERAMEN,
METODE,
2. Teknik induktif (inductive techniques) yaitu
HIPOTESIS DAN ANALISIS
dirancang
untuk
mendorong
2.1 Pengertian Disiplin
perilaku
yang
Menurut Hurlock (2002) menjelaskan bahwa
menekan
perilaku
konsep dari disiplin adalah sama dengan
inginkan) melalui argument dengan
‘hukuman’.
anak
Menurut
konsep
ini,
disiplin
;
dalam
diinginkan yang
hal
tidak
ini
di
termasuk
digunakan hanya bila anak melanggar peraturan
penerapan
dan perintah yang diberikan oleh orangtua, guru,
konsekuensi
atau orang dewasa lain yang berwewenang
tindakan,
mengatur kehidupan bermasyarakat, tempat anak
berdiskusi, dan memperoleh ide dari
itu tinggal.
anak mengenai hal yang dianggap adil.
Kata disiplin berasal dari bahasa Latin –
batasan,
(atau
logis
menunjukkan dari
memberikan
sebuah
penjelasan,
3. Penarikan kasih sayang (withdrawal of
disciplina – berarti mengajar, yang mengandung
love)
yaitu
dapat
berbentuk
pengertian positif dan membangun. Disiplin dan
pengabaian, isolasi, atau menunjukkan
hukuman adalah dua hal yang berbeda. Disiplin
ketidaksukaan pada anak.
merupakan suatu proses untuk melatih pikiran
Menurut Cole ( Tan, 2009) menjelaskan
dan karakter untuk menghasilkan kontrol diri,
ada empat tipe orang tua dalam mendisiplinkan
sedangkan hukuman adalah untuk menyebabkan
dan mendidik anak-anaknya antara lain :
rasa sakit dan tidak nyaman akibat perilaku yang
1. Orang tua yang kasihnya tinggi tapi
salah. Hukuman merupakan bagian dari disiplin,
disiplinnya rendah yaitu produk yang
tapi
dapat
akan dihasilkan oleh orang tua yang
dilakukan orangtua untuk mengatasi perilaku
sangat mengasihi anaknya tapi tidak
buruk anak. (Sukamto, 2010)
pernah
2.2 Strategi Disiplin
melahirkan anak yang manja.
bukan
satu-satunya
cara
yang
. Menurut Feldman (2009) strategi disiplin
mendisiplinkannya
akan
2. Orang tua yang kasihnya rendah tapi
terfokus dalam tiga kategori yang lebih luas
disiplinnya tinggi
yaitu :
Tipe orang tua seperti ini selalu kekuasaan
(power
menghukum anaknya dengan kasar
ditujukan
untuk
tanpa memberikan gambaran kepada
menghentikan atau menekan perilaku
anaknya bahwa sesungguhnya mereka
yang tidak diinginkan melalui kontrol
mengasihi anaknya. Menganggap jika
orangtua yang dilakukan secara verbal
kasih terlalu diperlihatkan maka anak
atau fisik; dalam hal ini termasuk
akan menjadi cengeng dan kurang
meminta, ancaman, penarikan hak-hak,
ajar.
1. Penonjolan assertion)
memukul, lainnya.
36
atau
bentuk
hukuman
3. Orang tua yang memiliki kasih dan disiplin yang rendah
Manusia tidak hanya membutuhkan
menjawab
pertanyaan-pertanyaan
makan dan minum tapi juga butuh
anak, dan bersikap toleran.
perhatian, kasih sayang, didikan dan
Menurut Baumrind (Matsumoto, 2004)
penjagaan. Jika tidak mendapatkan
mengidentifikasikan tiga pola utama pengasuhan
semua itu anak akan menjadi rapuh ,
(parenting) orang tua yaitu :
gampang
putus
asa,
gampang
a. Orang tua yang Otoriter yaitu gaya
menyerah dan bermental lemah.
pengasuhan yang menuntut kepatuhan
4. Orang tua yang memiliki kasih dan
mutlak dan menganggap anak butuh
disiplin yang tinggi
untuk dikendalikan atau dikontrol.
Ini seharusnya dimiliki orang tua
b. Orang tua yang Permisif yaitu gaya
ketika orang tua menerapkan disiplin,
pengasuhan
orang tua juga mengulurkan kasih
anak untuk mengatur hidup mereka
kepada anak-anaknya. Dengan kata
sendiri dan menyediakan hanya sedikit
lain, bila suatu saat orang tua harus
panduan baku.
menghukum
anaknya
yang
memperbolehkan
maka
Orang tua yang Otoritatif yaitu gaya pengasuhan
sesudahnya mereka harus memeluk
yang tegas, adil dan masuk akal. Gaya ini
dan
dianggap
memberikan
keyakinan
pada
dapat
mendorong
berkembangnya
anaknya bahwa sesungguhnya mereka
anak-anak yang mandiri, kompeten, dan sehat
mengasihinya.
secara psikologis yang mudah bekerja sama dan
2.4. Pengasuhan (Parenting) Andayani
&
nyaman dalam berbagai situasi social.
Koentjoro
(2004)
menjelaskan bahwa pengasuhan (parenting) adalah suatu proses sosialisasi yaitu cara seorang
2.5 Pengertian Temperamen Temperamen
dideskripsikan
sebagai
individu belajar nilai, sikap, dan cara berperilaku
bagaimana seseorang bertingkah laku;bukan apa
yang khas pada masyarakat di mana ia berada.
yang orang lain lakukan, tapi bagaimana mereka
Menurut
Baldwin
(Ahmadi,
2007)
membagi dua kategori pengasuhan yaitu :
melakukannya (Feldman, 2009). Rothbart, dkk (2000) menjelaskan bahwa
1.Pengasuhan Otoriter yaitu orang tua
seorang anak mungkin tidak bertingkah laku
menaruhkan banyak larangan-larangan
sama di berbagai situasi. Juga, temperamen
yang diberikan kepada anak-anak yang
mungkin bukan saja mempengaruhi bagaimana
harus mereka laksanakan tanpa bersoal
pendekatan dan reaksi anak terhadap dunia luar,
jawab.
tetapi juga bagaimana mereka mengatur fungsi
2.Pengasuhan Demokratis yaitu didikan di mana orang tuanya sering berembuk mengenai
tindakan
yang
mental, emosional, dan perilaku mereka. Matsumoto (2004) temperamen biasanya
harus
dipandang sebagai gaya interaksi dengan dunia
diambil, menerangkan alasan-alasan
yang berakar pada biologi dan sudah ada sejak
daripada
lahir. Menurut Allport (Hall, Lindzey, &
peraturan-peraturan,
37
Campbell, 1998), temperamen adalah adalah
2.6. Budaya Keluarga
disposisi perilaku individu yang berkaitan erat
Istilah
budaya
menurut
Brown
dengan determinan biologis atau fisiologis. Oleh
(Kertamuda, 2009) adalah sebuah sistem aturan
sebab itu temperamen sedikit sekali mengalami
yang dinamis, eksplisit, dan implisit, yang
modifikasi di dalam perkembangan. Dalam hal
dibangun
ini peranan faktor keturunan pada temperamen
menjalin kelangsungan hidup mereka. Budaya
lebih besar daripada peranan faktor keturunan
melibatkan sikap, nilai keyakinan, norma, dan
pada aspek-aspek kepribadian yang lain.
perilaku yang dianut bersama oleh sebuah
Menurut Rothbart, dkk (2000) temperamen
oleh
kelompok-kelompok
yang
kelompok tetapi dijaga secara berbeda oleh
adalah perbedaan mendasar pada reaktivitas dan
setiap
self-regulation,
ini
dikomunikasikan lintas generasi, relatif stabil
berhubungan dengan perbedaan biologis yang
tetapi mempunyai peluang untuk berubah seiring
menetap pada individu yang dipengaruhi oleh
waktu.
faktor
di
mana
hereditas,
perbedaan
perkembangan,
dan
pengalaman.
unik
spesifik
di
dalam
kelompok,
Kertamuda (2009) menjelaskan bahwa keluarga merupakan lingkungan dimana seorang
Thomas & Chess (Matsumoto, 2004)
anak untuk pertama kalinya mengenal orang-
menggambarkan bahwa ada tiga kategori utama
orang
temperamen yaitu :
masyarakat secara luas, sehingga peran keluarga
1. Temperamen
gampangan
yaitu
sangatlah
penting
sebelum untuk
berafiliasi
ke
perkembangan
dicirikan oleh gaya perilaku yang
kepribadian seorang anak. Pada masyarakat kita,
wajar, mudah menyesuaikan, agak
keluarga adalah tempat seorang bergantung ,
intens, positif dan responsive
baik secara ekonomi maupun untuk kehidupan
2. Temperamen sulit yaitu gaya penarikan
sosial lainnya, sekaligus juga berperan dominan
diri yang tidak stabil dan intens , yang
dalam
secara umum biasanya dicirikan oleh
keputusan.
suasana hati yang negatif. 3. Temperamen
menentukan Loundon &
dan
mengambil
suatu
Bitta (Kertamuda, 2009)
lambat-untuk-mulai
menjelaskan bahwa istilah keluarga (family) dan
(slow-to-warm-up) yaitu membutuhkan
rumah tangga (household) tidak selalu bermakna
waktu untuk memulai suatu transisi
sinonim karena terdapat hal yang membedakan
dalam
dari keduanya. Pada sebuah rumah tangga
aktivitas
Temperamen
dan
ini
pengalaman.
pada
awalnya
tercakup didalamnya hubungan antara anggota
atau
keluarga dan bukan anggota keluarga yang
merespon secara negatif, apabila diberi
tinggal di sebuah rumah. Rumah tangga bisa
waktu dan dukungan mereka akan bisa
terdiri atas keluarga dan bukan keluarga,
menyesuaiakan diri dan bereaksi secara
sedangkan keluarga cakupannya lebih terbatas
positif.
dan hanya terdiri atas dua orang atau lebih
mungkin
38
disekitarnya
akan
menarik
diri
berdasarkan ikatan darah, pernikahan, atau
yang didalamnya termasuk sejumlah
adopsi.
keluarga ini adalah salah satu ciri dari
Menurut merupakan penting
Ahmadi
kelompok
di
dalam
(2007)
primer
Keluarga
yang
masyarakat.
paling
Keluarga
merupakan sebuah group yang terbentuk dari
keluarga Indonesia, dimana ikatan darah
menjadi
pemersatu
dalam
hubungan satu dengan yang lain. 3. Keluarga
konjugal
atau
pertalian
perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan
(conjugal family)
mana sedikit banyak berlangsung lama untuk
Keluarga ini terdiri atas pasangan
menciptakan dan membesarkan anak-anak.
suami
Menurut
Kertamuda
(2009)
istri
beserta
anak
dan
bahwa
mempunyai hubungan dengan kerabat
keluarga di Indonesia sangat kuat dipengaruhi
dari keluarga yang berorientasi pada
oleh suatu sistem, baik itu kekerabatan, budaya,
salah satu atau kedua belah pihak
aturan-aturan yang berlaku, dan juga sistem nilai
Keluarga konjugal yang sering kali
yang ada. Bentuk keluarga juga erat kaitannya
kita temui adalah adanya kerabat
dengan semakin kompleksnya kehidupan saat ini
(bukan dari ikatan darah) yang tinggal
yang ditimbulkan oleh status sosial dan ekonomi
dalam keluarga tersebut.
dan juga dinamika yang terjadi dalam keluarga Indonesia.
4. Keluarga dengan orang tua tunggal (singel parent family)
Lebih
lanjut
Kertamuda
(2009)
Keluarga dengan orang tua tunggal
menjelaskan beberapa tipe/bentuk keluarga, di
merupakan keluarga yang hanya salah
antaranya adalah sebagai berikut :
satu dari orang tua yang tinggal
1. Keluarga batih (nuclear family)
bersama
anaknya
(mungkin
ibu,
Merupakan satu unit keluarga terkecil
mungkin ayah) dan bertangung jawab
yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak.
sepenuhnya
Keluarga batih memiliki keunggulan
kematian
yaitu, keakraban yang terjalin dalam
atau karena kelahiran anak di luar
hubungan
nikah. Bentuk keluarga ini cenderung
satu
anggota
keluarga
dengan anggota lain.
atas
anak
pasangannya,
setelah
perceraian,
mulai banyak terjadi di indonesia.
2. Keluarga luas (extended family)
2.7 Subjek Penelitian
Keluarga luas terdiri atas beberapa
Populasi adalah wilayah generalisasi yang
keluarga batih. Salah satu ciri keluarga
terdiri dari objek atau subyek yang menjadi
luas adalah joint family, yang terdiri
kuantitas dan karakteristik tertentu yang
beberapa orang kakak beradik beserta
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
anak-anak
mereka,
dan
saudara
kandung perempuan mereka yang belum
menikah.
Keluarga
luas
(extended family) merupakan keluarga
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah orangtua (ayah dan ibu) yang tinggal
39
bersama-sama dalam rumah tangga, Rentang usia 25 - 49 tahun, Memiliki anak yang rata-
Untuk mencari jumlah sampel keseluruhan
rata berusia 2 sampai 12 tahun, Mayoritas
dengan tingkat presisi sebesar 5% digunakan
subyek penelitian bertempat tinggal di
rumus:
n=
Kecamatan Sako Kelurahan Sialang. Adapun jumlah populasi
5441
N N.d2 + 1
Kepala Keluarga
Laki-laki (Data Kependudukan Kecamatan Sako Kelurahan Sialang Tahun 2010) orang. Berdasarkan Table Krejcie dan Morgan dengan presentase sampel 5 % , maka sampel yang diambil sebanyak 373 orang. Pengambilan
sampel
ini
2.8
Variabel Penelitian Secara
operasional
variable
perlu
didefinisikan yang bertujuan untuk menjelaskan makna (
variable
Riduwan,
penelitian.
2008)
Singarimbun
memberikan
pengertian
menggunakan
tentang definisi operasional adalah unsure
teknik proporsional random sampling, yaitu
penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana
teknik pengambilan sampel dari populasi
variable itu diukur. Variabel
yang terdiri dari kategori-kategori, kelompok atau
golongan
yang
sejajar
dengan
mengambil individu yang terdapat pada kategori populasi sesuai dengan proporsinya yang
menggunakan
terdiri
dari
dua
variabel yaitu dua variable bebas dan satu variable terikat : a.
Budaya Keluarga (X1) Variabel Bebas (Independent) yaitu
untuk dijadikan sampel penelitian, dengan randomisasi
penelitian
Suatu cara hidup yang berkembang dan
undian
dimiliki bersama oleh sekumpulan orang
sehingga setiap unsure dari populasi tersebut
(ibu, ayah dan anak) yang hidup bersama
mempunyai kesempatan yang sama untuk
dalam tempat tinggal bersama dan adanya
dipilih.
pertautan
Pengambilan sampel secara proporsional
mempengaruhi,
random sampling memakai rumusan alokasi
menyerahkan diri.
proporsional dari Sugiyono (1999) yaitu :
ni = Ni N Keterangan
b.
40
dan
Temperamen Anak (X2) Variabel Bebas
dapat mendekati dan bereaksi terhadap orang dan situasi, tetapi juga bagaimana mereka
mengatur
fungsi
mental,
emosional, dan perilaku mereka.
= jumlah sampel seluruhnya
N = jumlah populasi seluruhnya
memperhatikan
saling
Sebagai sebuah karakteristik, dimana anak
:
Ni = jumlah populasi menurut stratum
sehingga
(Independent) yaitu
.n
ni = jumlah sampel menurut stratum n
batin
c.
Strategi
disiplin
(Parenting)
(Y),
dalam
Pengasuhan
Variabel
Terikat
(Dependent) yaitu suatu proses sosialisasi
Sedangkan untuk memperoleh data mengenai
untuk melatih pikiran dan karakter dengan
variabel temperamen anak, adalah diungkap
cara
cara
dengan menggunakan Tes Temperamen.
berperilaku yang khas pada masyarakat di
Berdasarkan Teori dasar tentang empat
belajar
nilai,
sikap
dan
mana individu berada untuk menghasilkan kontrol diri (Individu disini adalah anak usia 2-12 tahun). 2.9
Alat Ukur
watak manusia oleh Hipocrates (140 SM370
SM).
Dan
dari
berkembang
berbagai
serangkaian
tes
sini
kemudian
penelitian
untuk
mempermudah
Instrumen penelitian yang digunakan peneliti
memahami
berupa
akan
temperamen ini dibuat oleh Tan (2009) yang
digunakan dalam pengambilan data penelitian.
terdiri dari empat tipe kepribadian anak-anak
Alat ukur yang digunakan untuk memperoleh
yaitu dominan, intim, stabil dan cermat.
data mengenai variabel strategi disiplin dalam
Untuk memperoleh data mengenai variabel
pengasuhan (Parenting) adalah Skala strategi
budaya keluarga, peneliti dapatkan dari
penyusunan
alat
ukur
yang
disiplin dalam pengasuhan yang peneliti susun sendiri berdasarkan strategi disiplin dalam pengasuhan menurut Feldman (2009) terfokus dalam tiga kategori yang lebih luas yaitu : (a) Penonjolan
kekuasaan
(power
assertion)
kepribadian
dan
manusia.
Tes
identitas singkat subyek mengenai jumlah keluarga keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Dari sini akan disimpulkan bentuk keluarga (budaya keluarga) didalamnya.
ditujukan untuk menghentikan atau menekan perilaku yang tidak diinginkan melalui kontrol
3.
HASIL
orangtua yang dilakukan secara verbal atau fisik;
Penelitian ini menggunakan teknik
dalam hal ini termasuk meminta, ancaman,
Chi-Square yang bertujuan untuk menguji
penarikan hak-hak, memukul,
atau bentuk
hipotesis tentang adanya strategi disiplin
hukuman lainnya. (b) Teknik induktif (inductive
dalam pengasuhan (parenting) dilihat dari
techniques) yaitu dirancang untuk mendorong
budaya keluarga dan temperamen anak.
perilaku yang diinginkan (atau menekan perilaku
Setelah melalui analisis pengolahan data
yang tidak di inginkan) melalui argument dengan
diperoleh hasil yang mendukung hipotesis
anak ; dalam hal ini termasuk penerapan batasan, menunjukkan konsekuensi logis dari sebuah tindakan, memberikan penjelasan, berdiskusi, dan memperoleh ide dari anak mengenai hal yang dianggap adil. (c) Penarikan kasih sayang
tersebut. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa
hipotesis
tersebut
terbukti melalui nilai koefisien korelasi yang diperoleh nilai p=0,000. Nilai signifikansi
(withdrawal of love) yaitu dapat berbentuk
sebesar 0,000 menunjukkan signifikansi
pengabaian,
pada taraf uji 1% (p<0,01). Hal ini
isolasi,
ketidaksukaan pada anak.
atau
menunjukkan
menunjukkan bahwa secara bersama-sama 41
variabel budaya keluarga dan temperamen
yang merupakan dasar lahirnya partisipasi
anak memberikan pengaruh terhadap strategi
yang bertanggung jawab. Karena
disipilin dalam pengasuhan (parenting).
paling
Setiap keluarga tanpa disadari memiliki
budaya keluarga ini adalah orang tua. Tanpa
budayanya sendiri-sendiri. Budaya keluarga
disadari orang tua mengindoktrinasi dan
merupakan nilai-nilai yang dianut bersama
mensosialisasikan fikiran dan perasaannya
oleh
yang
kepada anak-anaknya. Bahkan orang tua
merupakan hasil persepsi tiap anggota
memberikan contoh untuk diikuti anak-
keluarga
anaknya. Sehingga fikiran, nilai-nilai, dan
tiap-tiap
anggota
terhadap
keluarga,
kebiasaan
didalam
berperan
terhadap
pembentukan
keluarga mereka sendiri. Budaya keluarga
asumsi-asumsi
merupakan aturan tidak tertulis yang tercipta
terinternalisasi pada diri anak. Penerapan
sejak keluarga itu terbentuk. Keluarga
disiplin yang dilakukan orang tua tidak
merupakan lingkungan dimana seorang anak
terlepas dari seberapa besar orang tua
untuk pertama kalinya mengenal orang-rang
menerapkan disiplin pada dirinya sendiri.
disekitarnya
ke
Karena bagaimanapun juga anak- anak akan
masyarakat secara luas, sehingga peran
meneladani sikap orang tua dan nilai- nilai
keluarga
yang dibawa oleh orang tua.
sebelum sangat
berafiliasi penting
untuk
orang
yang
tua
semakin
perkembangan kepribadian anak. Sebab
Berdasarkan pengertian pedagogis bahwa
keluarga
kuat
keluarga merupakan “satu” persekutuan
dipengaruhi oleh suatu sistem, baik itu
hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara
kekerabatan, budaya, aturan-aturan yang
pasangan
berlaku, dan juga sistem nilai yang ada. Hal
dikukuhkan
ini jelas bahwa budaya keluarga sangat erat
bermaksud untuk saling menyempurnakan
kaitan dengan pembentukan dan pemilihan
diri. Dalam usaha saling melengkapi dan
strategi disiplin orang tua dalam mengasuh
saling menyempurnakan diri itu tergantung
anak-anak mereka.
perealisasian peran dan fungsi sebagai orang
Seperti yang diungkapkan oleh Balson
tua ( Shochib, 2000), artinya bahwa dalam
(Shochib,
hal
berbagai dimensi dan pengertian keluarga
mengajukan strategi pendisiplinan terhadap
tersebut, esensi keluarga (ayah dan ibu)
anak-anak berdasarkan pelibatan anak dalam
adalah kesatuarahan dan kesatutujuan atau
perencanaan dan proses pembudayaannya,
keutuhan
termasuk pemberian sanksi. Sebab esensi
memiliki dan mengembangkan dasar-dasar
kehidupan sosial dalam keluarga adalah
disiplin. Salah satu faktor yang penting
saling merasakan antara anggota keluarga
adalah keutuhan keluarga (ayah dan ibu)
42
di
Indonesia
2000)
bahwa
sangat
dalam
dua
jenis
dalam
dalam
manusia
yang
pernikahan,
yang
mengupayakan
anak
dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan
Templar (2008) bahwa penerapan disiplin
dalam membantu anak untuk memiliki dan
yang konsisten pun dari orangtua perlu
mengembangkan dasar-dasar disiplin.
dilakukan. Jika tidak anak akan merasa
Berdasarkan
hasil
dan
kebingungan, frustasi, dan meremehkan
menjawab hipotesis yang ke dua bahwa ada
orangtua. Bukan hanya itu saja tetapi
hubungan yang sangat signifikan antara
kepercayaan
strategi
pengasuhan
batasan yang telah dibuat dan ditetapkan
(parenting) dilihat dari budaya keluarga.
juga akan menurun. Jika strategi disiplin
Pearson Chi-Square = 22,135 dengan p
diterapkan dengan konsisten anak-anak akan
=0,005 (p<0,05) dan jika dilihat dari tipe
merasa aman dan saling mendukung satu
keluarga yang menerapkan strategi disiplin
sama lain dan juga saling berbagi tugas yang
dalam
yaitu
sulit. Semua itu cukup berharga untuk
keluarga inti (nuclear family) sejumlah =
dilakukan dan anak-anak akan merasa lebih
198 orang dari 300 subyek yang diteliti.
bahagia, lebih jelas terhadap batasan-batasan
Keluarga inti (nuclear family) merupakan
dan
keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu
mereka.
dan anak. Sehingga dalam hal perlakuan dan
Bila
penerapan
pengasuhan
disiplin
pengasuhan
strategi
penelitian
dalam
ini
(parenting)
disiplin
dalam
mereka
anak
akan
dianalisis,
terhadap
menghormati strategi
(parenting)
batasan-
orangtua
disiplin
dalam
orangtua
yang
pengasuhan (parenting) lebih mudah dan
dibangun atas dasar prinsip demokrasi.
terkontrol.
inti
tidak
Secara logis, demokratisasi dalam kehidupan
fungsional
yang
keluarga merupakan penciptaan iklim sosial
berorientasi pada kerabat dari keluarga salah
yang akan melahirkan sikap saling percaya
satu pihak. Keluarga inti ini memiliki
diri di antara sesama anggota keluarga.
keunggulan yaitu, keakraban yang terjalin
Kebersamaan dalam tanggung jawab yang
dalam hubungan satu anggota keluarga
menjadi esensi demokrasi merupakan lahan
dengan anggota lain. Keakraban dapat
subur bagi terciptanya keluarga yang dapat
menciptakan suatu komunikasi yang baik
mengundang
satu dengan yang lain.
mengarahnya
Perkembangan kehidupan dalam keluarga
pengaruh
merupakan proses yang harus dijalani oleh
terciptanya kesan dalam diri anak tentang
setiap anggota keluarga. Perkembangan yang
lingkungan keluarga.
diharapkan adalah menuju suatu bentuk
Selanjutnya untuk hipotesis yang ketiga,
keluarga yang solid dan seimbang sehingga
berdasarkan hasil penelitian
terbentuk keluarga yang harmonis. Menurut
hubungan strategi disiplin dalam pengasuhan
menjalin
Sebab hubungan
keluarga
dan
mempengaruhi
perhatian
lingkungan
anak
anak,
terhadap
keluarga,
dan
tidak ada
43
(parenting) jika dilihat dari temperamen
berdiskusi, dan memperoleh ide dari anak
anak. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang
mengenai hal yang dianggap adil. Dengan
diperoleh dari Pearson Chi-Square = 13,706
nilai frekuensi Mean = 40,59, sejalan dengan
dengan p = 0,621(p>0,05) dengan demikian
hasil temperamen anak kebanyakan menjadi
hipotesis ditolak. Analisis terhadap hasil
B = Intim dengan N = 212.
hipotesis ini, bahwa kebanyakan orangtua
Menurut Grusec & Goodnow menjelaskan
menggunakan
bahwa
lebih
dari
satu
strategi,
keefektifan
disiplin
orang
tua
tergantung pada situasi. Grusec & Goodnow
mungkin tergantung pada seberapa baik anak
(Feldman,
memahami dan menerima pesan dari orang
2009)
menjelaskan
bahwa
orangtua cenderung menggunakan argumen
tuanya,
untuk membuat anak memperhatikan orang
emosional (Feldman, 2009). Sebab untuk
lain.
penonjolan
menerima pesan anak harus menyadari
kekuasan ketika permainan menjadi terlalu
bahwa itu adalah hal yang sesuai sehingga
kasar dan mereka menggunakan keduanya
orangtua harus adil dan akurat serta jelas dan
untuk
konsisten dalam ekspektasi mereka, anak
Mereka
menunjukkan
menangani
kebohongan
dan
baik
secara
harus
Lebih lanjut dijelaskan bahwa memang pada
kesalahan dan tingkat kognitif, emosional,
dasarnya tingkat kognitif, temperamen dan
dan temperamen anak. Anak akan lebih
emosi merupakan faktor utama yang dapat
termotivasi untuk menerima pesan jika
mempengaruhi respon anak (Grusec et al.,
orangtua hangat dan responsif serta bila
1994) Panduan yang lembut tampaknya
mereka
sangat sesuai pada anak yang cemas dan
seseorang yang sudah menjadi korban
takut, yang cenderung menjadi sedih ketika
kesalahan anak.
mereka
hasil
Sesuai dengan hipotesis pertama bahwa ada
penelitian yang diperoleh bahwa hubungan
hubungan yang sangat signifikan antara
strategi
strategi
(parenting) teknik
salah.
Dari
disiplin
dalam
pengasuhan
lebih
banyak
menggunakan
induktif
yaitu
dirancang
untuk
menumbuhkan
disiplin
disiplin
maupun
pencurian.
berperilaku
menyesuaikan
kognitif
empati
dalam
dengan
terhadap
pengasuhan
(parenting) ditinjau dari budaya keluarga dan temperamen anak. Artinya jika orang tua
mendorong perilaku yang diinginkan (atau
menggunakan
menekan perilaku yang tidak di inginkan)
pengasuhan terhadap anak-anak mereka
melalui argument dengan anak ; dalam hal
dengan cara demokratis atau menggunakan
ini
batasan,
teknik induktif, serta dipengaruhi oleh
menunjukkan konsekuensi logis dari sebuah
budaya keluarga yang konsisten tanpa
tindakan,
campur tangan orang lain dalam keluarga
44
termasuk
penerapan
memberikan
penjelasan,
strategi
disiplin
dalam
inti hanya ada ayah dan ibu serta anak-anak.
rasa hormat terhadap diri sendiri dan diri
Maka akan menghasilkan anak dengan
orang lain harus terus dibina. Menegakkan
temperamen yang Stabil dengan aspek-
disiplin
aspeknya yaitu ramah, sabar, kooperatif,
keterampilan khusus yang tentu saja dapat
setia, berempati, mediator, mengalah, suka
dipelajari oleh semua orang tua khususnya
damai,
ragu,
kemampuan untuk memahami perasaan dan
kompromi, pesimis, terlalu hati-hati, puas
keinginan anak dan kemampuan untuk
diri, lambat, dan batasi diri.
mengekspresikan suasana emosional.
Setiap orang tua pasti menyayangi anaknya
Dalam pendekatan disiplin yang dianjurkan,
dan
untuk
saat orang tua mendisiplinkan anaknya,
anak-
orang tua mengijinkan anak berterus terang
menginginkan anak – anak
tentang perasaan mereka, namun perlu
bersikap manis, baik, tidak menimbulkan
memberikan batasan- batasan atas semua
masalah, dan mau menuruti perilaku disiplin
tindakan.
yang
sebaiknya disampaikan dengan cara yang
berkorban,
berusaha
memberikan anaknya.
pasif,
sedapat yang
apatis,
mungkin
terbaik
bagi
terapkan dalam keluarga. Namun
adakalanya anak – anak yang
pada
anak
membutuhkan
Pembatasan
dan
larangan
cintai ini
tidak menyinggung harga diri anak dan
bertindak tidak sesuai dengan harapan .
orang tua, tidak bersifat sewenang- wenang
Kondisi ini memicu konflik antara orang tua
atau sembarangan.
dan anak. Sebenarnya perilaku anak- anak
mewajibkan orang tua bersikap penuh kasih
ini
masih
sayang, sabar dan berwibawa namun juga
mengembangkan kecerdasan emosionalnya.
tegas. Bila orang tua sudah yakin dan tegas
Tugas orang tualah yang membimbing anak
terhadap suatu larangan dan larangan itu
untuk mengetahui perbuatan mana yang
disampaikan dengan bahasa yang tidak
benar dan mana yang salah. Para orang tua
ofensif, biasanya anak- anak akan menurut
diwajibkan menjalankan aturan yang sama
dan menyesuaikan diri. Penerapan disiplin
dalam proses pendisiplinan anak yaitu
yang dilakukan orang tua tidak terlepas dari
jangan sampai merusak suasana emosional
seberapa
anak.
disiplin
wajar,
Pada
karena
dasarnya
mereka
disiplin
adalah
besar pada
Proses pendidikan
orang dirinya juga
tua
menerapkan
sendiri.
anak-
anak
Karena
menemukan alternative yang efektif untuk
bagaimanapun
akan
menghukum.
meneladani sikap orang tua dan nilai- nilai
Dalam upaya menegakkan disiplin, segala
yang dibawa oleh orang tua.
hal yang menimbulkan kemarahan harus
Orang tua harus berusaha untuk selalu
dihindari. Sebaliknya segala sesuatu yang
membuat disiplin itu tepat dan mengena.
dapat meningkatkan rasa percaya diri dan
Kecakapan dan ketangkasan dalam hal ini 45
membawa hasil yang akan membimbing anak untuk hidup tertib. Akhirnya, dengan sendirinya
anak
kesalahannya
akan
sehingga
menyadari ia
dapat
memperbaikinya kemudian. Menjalankan disiplin harus dengan suasana tenang. Penyampaian atau penjelasan arti disiplin harus dilakukan dengan lemah lembut dan akrab. Hal tersebut akan menolong kesalahannya
anak
untuk
dan
menyadari
mendorong
dia
memperbaikinya. Dalam mendisiplin anak, hendaknya orang tua bisa bersikap tenang dan tidak melakukannya dengan marah, agar si anak menjadi yakin bahwa orang tua tidak hanya sekadar menghukum, tetapi juga mendisiplin
mereka.
Dalam
menilai
kesalahan anak, sebaiknya orang tua dapat bersikap jujur. Menilai kesalahan dengan cara jujur akan memberi kesempatan pada diri sendiri untuk mencari tahu letak kesalahan 4.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis data, maka penulis menyimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara strategi disiplin dalam pengasuhan (parenting) ditinjau dari budaya keluarga dan temperamen anak di Kecamatan Sako Kelurahan
Sialang
Palembang
(nilai
p=0,000). Hal ini menunjukkan bahwa budaya keluarga dan temperamen anak memberikan
pengaruh
terhadap
strategi
disipilin dalam pengasuhan (parenting). 46
DAFTAR RUJUKAN Anshor & Ghalib. 2010. Parenting with Love. P.T. Mizan Pustaka. Jakarta Andayani & Koentjoro. 2004. Psikologi Keluarga, Peran Ayah Menuju Coparenting. Citra Media. Surabaya. Ahmadi, A. 2007. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta. Feldman, O.P. 2009. Human Development: Perkembangan Manusia. P.T. Salemba Humanika. Jakarta Goleman, D. 1995. Emotional Intelligance. New York : Bantam Books Grusec & Goodnow, 1994. Impact of Parental Discipline Methods on The Child’s Internalization of Values: Areconceptualization of Current Points of View. Developmental Psychology. Horn dkk, 2004. Discipline In The Afrika American Community; The Impact of Socioeconomic Status On Beliefe and Practices. Pediatrics. Hurlock, B.E. 2002. Perkembangan anak; jilid 2. Erlangga. Jakarta. Irene & Hezberg, 1985. Family therapy: An Overview. Second Edition. Publishing Company. California Kochhanska. 1997. Multiple Pathways to Conscience for Children With Different Temperaments: From Toddlerhood to Age 5. Developmental Psychology. Kertamuda. 2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia. Salemba Humanika. Jakarta.
Matsumoto, D. 2004. Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Na’imah, K. 2009. Coparenting Pada Keluarga Muslim. Jurnal Ilmiah Psikologi d.h. Kognisi. Indigeneus. Surakarta Nasir, M. 1988. Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia. Riduwan. 2008. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta. Bandung Rothbart, dkk. 2000. Temperament and Personality: Origins and Outcomes. Journal of Personality and Social Psychology. Santrock, W. J. 2002. Life Span Development. Erlangga. Jakarta Shochib. 2000. Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Mengembangkan Disiplin. Rineka Cipta. Jakarta Sugiyono, 2002. Metode Bandung. Alfabenta
Penelitian.
Sukamto, E.M. 2010. Permasalahan pada anak: menerapan disiplin pada anak. Surabaya Post. Surabaya. Sarwono, J. 2006. Panduan Cepat dan Mudah SPSS 14. Andi Offset. Yogyakarta Templar, R. 2008. The Rules Parenting. Erlangga. Jakarta
Of
Tan, T & Kristianty, W. 2009. Smart Parenting. PT. Alex Media Komputindo. Gramedia. Jakarta Utomo, T. 2005. Mencegah Dan Mengatasi Krisis Anak Melalui Pengembangan Sikap Mental Orangtua. PT. Grasindo. Jakarta 47
48