Identifikasi Efisiensi Waktu Pemancangan Tiang Pancang Tipe Hidrolik Dan Diesel Hammer (Studi Kasus Pembangunan World Class University dan Perluasan Balairung UI) Benny Artha In the planning stages of a construction project, needs to be estimated duration of the work. In this thesis is the comparison duration of working time devoted to the installation of piles with diesel system and hydraulic hammer. In this paper the author tried to find a comparison of the duration of time mounting pile with hydraulic systems and diesel hammer seen from the large volume of the pole was undertaken. The benefits to be gained is to select the optimal tool use in the installation of pile foundations is more efficient in terms of time. Keyword: duration efficiency, diesel hammer, hydraulic yang terletak di Universitas Indonesia,
PENDAHULUAN
serta efisiensi waktu kerja alat diesel Semakin
berkembangnya
waktu dan teknologi para ahli dalam dunia konstruksi membuat teknologi baru dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Juga
pengembangan
sistem
dalam pondasi,
banyak yang dapat diterapkan dalam membuat suatu pondasi konstruksi bangunan. Salah satu sistem pondasi yang dapat dipakai adalah dengan menggunakan
Pondasi
Tiang
Pancang. Pondasi ini diterapkan pada konstruksi bangunan yang menahan beban
besar,
seperti
:
gedung,
jembatan, fly over dan bangunan yang manahan beban besar lainnya. Pada penelitian ini, parameter yang menjadi acuan efisiensi waktu kerja alat hidrolik adalah pada gedung
hammer pada proyek Perluasan Balairung Universitas Indonesia ditambah dengan data alat diesel hammer pada proyek Gedung
Pupuk
di
Bontang,
Kaltim.
Bangunan World Class University of Indonesia ini terdiri dari enam bagian yaitu bagian satu gedung kantin, bagian dua gedung E, bagian tiga gedung C, bagian empat gedung B, bagian lima gedung A dan bagian enam gedung D. Pada penilitian ini akan difokuskan pada gedung World Class University pada gedung E. Pada gedung ini akan dicari efisiensi waktu kerja dari alat tiang pancang hidrolik, lalu membandingkan hasil kerja lapangan antara alat hidrolik dan diesel hammer yang nantinya akan memperoleh kualitatif.
World Class University of Indonesia
Identifikasi efisiensi..., Benny Artha, FT UI, 2013.
hasil
secara
deskriptif
Untuk
Proyek
Perluasan
yang berfungsi meneruskan beban pada
Balairung digunakan alat pancang
tanah, baik beban dalam arah vertikal
diesel hammer pada bagian bangunan
maupun
arah
yang berada pada sisi di dekat Danau
fondasi
tiang
UI yang jauh dari sisi gedung utama,
bangunan, apabila tanah dasar dibawah
tujuannya agar bunyi serta getaran
bangunan tersebut tidak mempunyai daya
dari tumbukan alat diesel hammer
dukung yang cukup untuk memikul berat
tidak mengenai atau merusak bagian
bangunan dan bebannya, atau apabila
dari gedung utama.
tanah
keras
horizontal. pancang
yang
Pemakaian pada
mempunyai
suatu
daya
dukung yang cukup untuk memikul berat Batasan
masalah
dalam
penelitian ini adalah:
sangat dalam. (Ir. Sardjono HS, 1988)
Alat tiang pancang yang akan diteliti adalah pada Proyek Gedung World Class
University
bangunan dan bebannya tetapi letaknya
yang
berada
Tiang pancang pada umumnya digunakan untuk beberapa maksud yaitu:
di
Universitas Indonesia, Depok. Gedung
1. Untuk meneruskan beban bangunan
yang akan diteliti pada Proyek Gedung
yang terletak diatas air atau tanah
World Class University adalah pada
lunak, ke tanah pendukung yang
gedung E. Perbandingan kecepatan
kuat.
waktu kerja alat Pile Driver Hydraulic
2. Untuk meneruskan beban ke tanah
pada Proyek Gedung World Class
yang relatif untuk sampai kedalam
University akan dibandingkan dengan
tertentu sehingga fondasi bangunan
waktu kerja alat Pile Driver Hammer
mampu memberikan dukungan yang
pada Proyek Pengembangan Balerung
cukup
Universitas Indonesia. Data waktu dari
mendukung beban tersebut oleh
lima
gesekan sisi tiang dengan tanah
faktor
pemancangan
tiang
diperoleh dari hasil wawancara penulis dengan
ketiga
site
engineer
dari
masing-masing proyek.
untuk
mendukung
disekitarnya. 3. Untuk mengangker bangunan yang dipengaruhi oleh gaya angkat ke
Secara umum pondasi tiang pancang merupakan elemen struktur
atas akibat tekanan hisdrostatis atau momen penggulingan.
Identifikasi efisiensi..., Benny Artha, FT UI, 2013.
4. Untuk
menahan
horisontal
dan
gaya-gaya gaya
yang
ditabulasikan
dengan
menggunakan
software Microsoft Office Excel kemudian diolah dengan Metode Productivity Delay
arahnya miring.
Model (PDM). 5. Untuk memadatkan tanah pasir, sehingga
kapasitas
Metode productivity delay model
dukung
merupakan salah satu metode yang dapat
tanah tersebut bertambah.
digunakan untuk menghitung produktivitas 6. Untuk
mendukung
bangunan
yang
fondasi permukaan
tanahnya mudah tergerus air. Jadi dengan
dengan
alat
yang
pada
suatu
proyek
konstruksi.
Metode ini menghitung produktivitas kerja dengan mengacu pada keterlambatan
mengetahui
apa
kerja
bisa
(delay) yang terjadi selama jam kerja. Seperti yang sudah dijelaskan di atas,
memberikan efisiensi waktu kerja yang
faktor
lebih cepat serta akurat dari alat
keterlambatan terdiri dari 5 faktor antara
tersebut
dan
dapat
lain lingkungan (environment), peralatan
dampak
yang
signifikan
memberikan terhadap
waktu keja / durasi kerja proyek yang sedang
berlangsung.
pemancangan
maka
dapat
menimbulkan
keterlambatan
waktu
terhadap
pekerjaan
lainnya.
Ada
beberapa hal yang sering dijumpai pada saat proses pemancangan. Pada umumnya yang sering terjadi antara lain adalah kerusakan tiang, pergerakan tanah pondasi hingga pada masalah pemilihan peralatan.
dapat
mengakibatkan
(equipment), pekerja (labor), material, dan management.
Apabila
pekerjaan tersita oleh satu pekerjaan
yang
Adrian (1974) mengatakan bahwa metode productivity delay model (PDM) adalah
teknik
traditional
time
hasil
modifikasi
dan
motion
dari study
concepts. Metode ini dikembangkan untuk membantu perusahaan jasa konstruksi dalam
perhitungan,
perkiraan,
dan
peningkatan metode produktivitas kerja. Metode ini terhubung dengan dengan bagian dari teknik lain seperti work sampling, production function analysis,
METODE PENELITIAN
statistical
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan
di
lapangan
analysis,
time
study,
and
balancing models yang saling mendukung
akan
Identifikasi efisiensi..., Benny Artha, FT UI, 2013.
satu sama lain untuk meyakinkan
mengoperasikan
aplikasi
digunakan.
dari
hasil
perhitungan
produktivitas.
3. Pekerja:
Metode
productivity
peralatan
pekerja
yang
yang
malas,
pekerja yang mengalami kelelahan,
delay
model ini dapat dilakukan dengan
pekerja yang tidak produktif karena
empat tahap yaitu: pengumpulan data,
tidak
data
harus
dan
akan dilakukan.
dan pengimplementasian data. Pada pengumpulan
pengetahuan
pelatihan mengenai pekerjaan yang
pengolahan data, penyusunan data,
tahap
memiliki
4. Material : tidak tersedianya material
terdapat 3 konsep dasar dari metode
ketika
PDM, antara lain (1) jumlah produksi,
pekerjaan
(2)
yang tidak sesuai spesifikasi, tidak
siklus
produksi,
(3)
metode
pemanfaatan sumber daya. Pada
metode
menghitung waktu
jumlah
juga
keterlambatan
ini,
selain
produksi
material
5.
Manajemen : perencanaan yang kurang baik, seperti penempatan
proses
sumber daya yang kurang baik (baik
memperhitungkan
material maupun pekerjanya), penataan
di
site lay-out yang kurang baik.
lapangan.
Pada metode ini, pengamatan dan pendokumentasian
oleh 5 faktor antara lain. 1. Lingkungan : kondisi tanah yang
pembatas
lapangan,
proses
dan
Keterlambatan itu sendiri dipengaruhi
buruk,
di
untuk
sempurna atau rusak.
berlangsungnya
produksi
dibutuhkan
perubahan
dinding
area
proyek,
perubahan batas jalan, hujan deras, angin topan dan lain-lain.
tiap
penyebab
keterlambatan pada masing- masing item pekerjaan
membutuhkan
keterampilan
dan ketelitian agar didapatkan hasil yang pasti/maksimal. Bentuk proses pengolahan data:
melakukan
Baris A: Non delayed production cycle,
perawatan terhadap peralatan-
merupakan hasil pencatatan waktu
peralatan
siklus
2. Peralatan
:
yang
ada,
cara
pemancangan
yang
tidak
mengalami keterlambatan. Baris ini terdiri dari : jumlah waktu keseluruhan
Identifikasi efisiensi..., Benny Artha, FT UI, 2013.
dan nilai rata-rata pada non delayed production cycle times; berapa banyak
kejadian
production
non
cycles.
delayed Kemudian
faktor penyebab keterlambatan yang ditinjau. Baris D: Total added time, merupakan besarnya
pertambahan
waktu
menghitung besarnya nilai variasi
pemancangan akibat keterlambatan
adalah:
yang terjadi. Besarnya pertambahan
∑(│(non-delayed cycle time)(mean non-delayed cycle time)│) / n………………..…(1)
waktu
Baris B: Overall production cycles,
untuk
masing
–
masing
penyebab keterlambatan ditampilkan di sini. Jika besarnya pertambahan waktu
untuk
masing
–
masing
keterlambatan
telah
merupakan hasil pencatatan waktu
penyebab
siklus
secara
diketahui, maka dapat dihitung jumlah
keseluruhan, baik yang mengalami
pertambahan waktu untuk masing –
keterlambatan maupun yang tidak
masing
mengalami keterlambatan. Baris
keterlambatan.
pemancangan
ini terdiri dari: Jumlah total dari seluruh production cycle times dan nilai rata - rata dari production cycle times. Dan menunjukkan banyaknya
kejadian
production
cycles. Kemudian nilai variasinya dapat
dihitung
dengan
cara
sebagai berikut: ∑(│(overall cycle time) – (mean overall cycle time)│) / n ………………………….……….(2) Baris
C: Occurrences,
merupakan
Baris
E:
faktor
Probability
penyebab
of
occurrence,
merupakan besarnya kemungkinan / peluang terjadinya keterlambatan saat proses
pemancangan.
Besarnya
probability of occurrence masing – masing
penyebab
keterlambatan
(delay) dapat dihitung dengan cara: Occurrences / banyaknya overall production cycles ……………………………………….… ..(3) Baris F: Relative severity, merupakan
banyaknya kejadian keterlambatan
besarnya
saat proses pemancangan.Baris
masing – masing faktor penyebab
ini sederhana karena hanya berisi
keterlambatan yang terjadi. Besarnya
jumlah kejadian untuk tiap – tiap
relative
Identifikasi efisiensi..., Benny Artha, FT UI, 2013.
tingkat
severity
kerumitan
dari
masing-masing
penyebab keterlambatan (delay) dapat
keterlambatan siklus pemancangan yang
dihitung dengan cara :
diharapkan. Besarnya expected percent delay time for production cycle ini dapat
(Total
added
occurrences)
*
time
mean
/
dihitung dengan cara :
overall Probability
production cycle tim…....………..(4) relative Baris G : Expected percent delay time for
production
besarnya
cycle,
prosentase
of
occurrence
severity
100%....................................(5)
merupakan waktu
Identifikasi efisiensi..., Benny Artha, FT UI, 2013.
x x
Tabel 3.4 Form Pengolahan Data Metode PDM Metode PDM Processing Date :
Production Unit :
__/__/____ Method :
Example
Unit
Total Production
Production
Mean Cycle
Cycle Times
Cycles
Times
Σ(|(Cycle Time)(Non-Delay Cycle Time)|)/n
A) Non-delayed production cycles B) Overall production cycles DELAY INFORMATION Delay
Environment
Equip ment
Labor
Mater
Manageme
ial
nt
C) Occurrences D) Total added time E) Probability of occurrence * F) Relative severity ** G) Expected % delay time per production cycle ***
* Delay cycles / total number of cycles ** Mean added cycle time / mean overall cycle time = (row D / row C) / row B *** Row E times row F times 100 %
Identifikasi efisiensi..., Benny Artha, FT UI, 2013.
HASIL DAN PEMBAHASAN
diteliti
secara
tepat,
referensi
(unud-117-
1141990280-bab iii metode penelitian.p). NO
BATASAN
UKURAN
1
<1
Sangat efisien
2
2
Efisien
3
3
Kurang efisien
4
4
Tidak efisien
5
>5
Sangat tidak
Nama Site Engineer
Agus ST
Oqi Mulyana ST
Nama Proyek Pemancangan
Proyek Perluasan Balairung
Gedung Rumpun Ilmu Kesehatan UI, Depok
Alat
Diesel Hammer
Hidrolik
Material
26
22
Peralatan
13
34
Pekerja
12
12
Lingkungan
20
53
Manajemen
0
18
efisien
Tabel 4.1 Ukuran Ketidak efisiennan Pekerjaan Pemancangan (Diesel Hammer dan Hidrolik)
Nama Site Engineer
Nama Proyek Pemancangan
Agus ST
Proyek Perluasa n Balairung
Oqi Mulyana ST Gedung Rumpun Ilmu Kesehatan UI, Depok
Total Waktu Anefisien Kerja (menit)
Tabel 4.3 Hasil Survey Lapangan dengan site engineer Diesel Hammer dan Hidrolik)
A. Data Hasil Diesel Hammer Alat
Diesel Hammer
Hidrolik Proses MPDM
Faktor -faktor yang Tidak efisien
Material
2
3
Peralatan
5
4
Pekerja
2
5
Lingkunga n
3
1
Manajemen
0
3
Pekerjaan Pondasi : Titik 1s/d 10
Satuan : Menit
Total Waktu Produksi
Jumlah Siklus
Rataan Waktu Produksi
0
0
0
171,29
10
17,13
Jenis
Tabel 4.2 Hasil wawancara dengan site engineer (Diesel Hammer dan Hidrolik)
Data wawancara
ini merujuk
kepada seorang pakar bernama Lerbin R yang menjelaskan bahwa validitas suatu
A) Siklus yang efisien B) Seluruh Siklus (yang Efisien dan yang Tidak Efisien)
ukuran data dikatakan valid apabila dapat
Tabel 4.6 Metode PDM pada Pekerjaan Tiang
mengungkapkan data dari variable yang
Pancang Diesel Hammer (Variabel Bebas)
Identifikasi efisiensi..., Benny Artha, FT UI, 2013.
Untuk jumlah siklus kerja diperoleh dari Delay Efisiensi Waktu Kerja
studi di lapangan, data ini diperoleh berdasarkan
(menit)
tinjauan langsung ke lapangan dan wawancara langsung ke karyawan yang bekerja di lapangan.
Faktor-faktor yang Tidak efisien Material Peralata Pekerja Lingkungan n
Manajeme n
C) Jumlah Siklus Kerja
2
5
2
3
0
D) Total Waktu Kerja an-efisien
26
13
8
19
0
E) Probabilitas Kerja
0.2
0.5
0.2
0,3
0
F) % Tidak efisien/10 Titik
15,18
7,59
14,67
11,09
0.00
=
=
=
=
=
39%
20%
12%
29%
0%
Maka diperoleh jumlah siklus kerja pada diesel hammer, poin C dari pengecekan di lapangan diperoleh beberapa kali keterlambatan akibat suatu hal ke dalam 10 titik pemancangan. Dengan jumlah siklus kerja untuk poin C yang tidak efisien adalah: a.
Material sebesar 2,
b.
Peralatan sebesar 5,
c.
Pekerja sebesar 2,
d.
Lingkungan sebesar 3 dan,
e.
Manajemen tidak terjadi delay/tidak efisien.
Tabel 4.7 Metode PDM pada Pekerjaan Tiang Pancang Diesel Hammer (Variabel Terikat)
Dari hasil pengolahan data tiang pancang diesel hammer dengan program Excel dan metode PDM, diperoleh seluruh siklus
kerja
proyek
yang
mengalami
Pada poin D nilai ini diperoleh dari lamanya waktu yang tidak efisien disaat proyek berlangsung. Untuk total waktu yang tidak efisien pada alat diesel hammer:
ketidakefisiennan dengan total waktu
a.
Material sebesar 26 menit,
produksi sebanyak 171,28 dari sepuluh
b.
Peralatan 13 menit,
c.
Pekerja 8 menit,
serta dengan waktu delay selama 3 hari
d.
Lingkungan 19 menit dan,
dari waktu yang kerja yang direncanakan
e.
Manajemen tidak mengalami hal yang
titik pemancangan pondasi dan rataan waktu produksi sebesar 17,13 menit
yaitu 15 hari kerja. Sedangkan untuk siklus yang tidak efisien sebesar 0 (nol), karena
disetiap
pemancangan
tiang
siklus
pekerjaan
pondasi
terjadi
beberapa kali ketidakefisienan pekerjaan.
tidak efisien. Untuk poin E, Nilai ini diperoleh dari hasil bagi
Poin C yaitu jumlah siklus kerja dibagi
dengan
10
titik
pemancangan,
sehingga
diperoleh nilai pada masing – masing factor yang
Identifikasi efisiensi..., Benny Artha, FT UI, 2013.
tidak efisien pekerjaannya. Probabilitas Proses MPDM
tidak efisien kerja, yaitu: b.
Material sebesar 0,2,
c.
Peralatan 0,5,
c.
Pekerja0,2,
d.
Lingkungan 0,3 serta,
e.
Pekerjaan Pondasi : Titik 1s/d 10
Jenis
Manajemen tidak terjadi hal yang tidak efisien.
Sedangkan untuk poin F, Nilai ini
Satuan : Menit
Total Waktu Produksi
Jumlah Siklus
Rataan Waktu Produksi
0
0
0
499,54
23
21,72
A) Siklus yang efisien B) Seluruh Siklus (Efisien dan Tidak Efisien)
diperoleh dari Poin D dibagi dengan Poin C yang dikalikan dengan rata –
Tabel 4.14 Metode PDM pada Pekerjaan Tiang
rata seluruh siklus pada Poin B dan
Pancang Hidrolik (Variabel Bebas)
dikali 100%, Rumusnya: Delay Efisiensi Waktu Kerja
% keterlambatan/10titik = (D / (C
(menit)
* Rataan waktu produksi di B)) * E x 100,
Jenis Tidak efisien
diperoleh: a.
Material
Peralat an
Pekerja
Lingkunga n
Manajeme n
Material 15,18 = 39%,
d.
Peralatan 7,59 = 20%,
c.
Pekerja 4,67 = 12%,
d.
Lingkungan 11,09 = 29% dan,
e.
Manajemennya tidak mengalami hal yang tidak efisien = 0%
B. Data Hasil Hidrolik
C) Jumlah Siklus Kerja
3
4
6
1
3
D) Total Waktu anefisien Kerja
22
34
11
53
18
0,1
0,2
0,3
0,04
0,1
4,40
6,81
2,20
10,61
8,70
=
=
=
=
=
13%
21%
7%
32%
27%
E) Probabilitas Kerja yang tidak Efisien
F) % Tidak efisien/10 Titik
Tabel 4.15 Metode PDM pada Pekerjaan Tiang Pancang hidrolik (Variabel Terikat)
Dari
hasil
pengolahan
data
tiang
pancang hidrolik menggunakan program Excel
Identifikasi efisiensi..., Benny Artha, FT UI, 2013.
d.
Lingkungan 53 menit dan,
e.
Manajemen 18 menit.
dan metode PDM, diperoleh seluruh siklus kerja proyek yang tidak efisien dengan total waktu produksi sebanyak 211,41
Nilai ini Untuk poin E diperoleh dari hasil
dari sampel sepuluh titik pemancangan
bagi jumlah siklus kerja dibagi dengan 10 titik
pondasi dan rataan waktu produksi
pemancangan, sehingga diperoleh nilai pada
sebesar 21,14 menit, dengan lamanya
masing – masing factor sebesar:
waktu kerja terjadwal yaitu 37 hari kerja
a.
Material sebesar 0,1,
b.
Peralatan 0,2,
(1bulan 1minggu) dengan waktu yang tidak
efisien
hari
kerja.
yang
tidak
c.
Pekerja 0,3,
mengalami tidak efisien sebesar 0 (nol),
d.
Lingkungan 0,04 serta,
e.
Manajemen 0,1
Sedangkan karena
selama
untuk
siklus
disetiap
pemancangan
8
siklus
tiang
pekerjaan
pondasi
terjadi
Sedangkan untuk poin F, Nilai ini
beberapa kali tidak efisien kerja. Pada hidrolik, jumlah siklus kerja untuk poin C diperoleh dari siklus kerja
diperoleh dari Poin D dibagi dengan Poin C yang dikalikan dengan rata – rata seluruh siklus pada Poin B dan dikali 100%, Rumusnya
dilapangan sebesar:
% keterlambatan/10titik = (D / (C * Rataan waktu
a. Material sebesar 3,
produksi di B)) * E x 100, diperoleh: b. Peralatan 4, a.
Material 4,40 = 13%,
b.
Peralatan 6,81 = 21%,
c.
Pekerja 2,20 = 7%,
d.
Lingkungan 10,61 = 33% dan,
e.
Manajemennya 8,70 = 27%
c. Pekerja 6, d. Lingkungan 1 dan, e.Manajemen 3. Pada poin D nilai ini diperoleh dari lamanya waktu yang tidak efisien disaat
proyek
demikian
berlangsung.,
diperoleh
dengan
total waktu
tidak
ANALISA HASIL MASING-MASING ALAT A. DIESEL HAMMER
efisien pada alat hidrolik yaitu: Material memberikan dampak yang cukup besar a.
Material sebesar 22 menit,
b.
Peralatan 34 menit,
adanya ketidakefisienan waktu mobilisasi pondasi
c.
Pekerja 11menit,
dari tempat produksi ketempat kerja proyek,
yaitu 39%, hal ini terjadi disebabkan karena
Identifikasi efisiensi..., Benny Artha, FT UI, 2013.
sehingga
menyebabkan
kurangnya
produktivitas waktu pekerjaan pondasi.
1. Lingkungan memberikan dampak yang cukup besar yaitu 33%, hal ini disebabkan karena curah hujan yang cukup tinggi pada saat bulan
memberikan
Pekerja
dampak
yang
cukup besar pada peringkat ke-dua yaitu 12%,
hal
ini
disebabkan
karena
Oktober di daerah Depok dan sekitarnya menyebabkan
terjadinya
penurunan
produktifitas kerja.
kurangnya tenaga kerja yang ditempatkan untuk
pekerjaan
sehingga
pondasi
berdampak
pada
tersebut kurang
cekatannya para pekerja dalam bekerja. Lingkungan diperingkat ke-tiga dengan 29%, curah hujan yang cukup tinggi pada
2. Manajemen pada peringkat ke-dua dengan 26%, hal ini terjadi disebabkan karena adanya: Perencanaan
yang
kurang
baik,
seperti
penempatan sumber daya yang kurang baik (baik material maupun pekerjanya),
saat bulan Oktober di daerah Depok dan
penataan site lay-out pekerjaan yang kurang
sekitarnya
baik, dan
menyebabkan
terjadinya
penurunan produktifitas kerja, hal ini disebabkan juga karena daerah Depok
adanya
sedikit
permasalahan
dengan
lingkungan masyarakat sekitar proyek,
dipengaruhi oleh cuaca pada daerah penghujan
seperti
daerah
Bogor.
Sedangkan data untuk curah hujan sendiri saya ambil dari data LAB Air Sipil,UI.
adanya perbedaan sudut pandang antara konsultan perencana dari luar negeri dengan engineer yang bekerja pada proyek rumpun ilmu
kedokteran
Peralatan pada peringkat empat dengan
terlambatnya
delay produktivitas sebesar 20%, hal ini
direncanakan.
terjadi karena alat yang digunakan ada yang rusak dan kurangnya pemeliharaan terhadap
alat,
sehingga
mengurangi
produktifitas kerja proyek.
jadwal
kerja
menyebabkan yang
sudah
3. Peralatan pada peringkat ketiga dengan 21%, ini disebabkan karena adanya alat yang digunakan ada yang rusak dan kurangnya pemeliharaan terhadap alat kerja proyek.
Sedangkan pada peringkat lima ada manajemen dengan nol persen (efisien), karena manajerial yang baik berdampak pada penjadwalan kerja yang sesuai dengan jadwal yang telah diDatakan sebelumnya.
tersebut
4. Material diperingkat empat dengan 13% , material yang bermasalah seperti adanya retak dan patah menyebabkan terjadinya delay produktivitas kerja pada alat hidrolik, serta mobilisasi
pengirimiman
material
terlambat sampai ke tempat proyek.
B. Hidrolik
Identifikasi efisiensi..., Benny Artha, FT UI, 2013.
yang
5. Pekerja pada peringkat lima dengan
a)
7%, hal ini disebabkan adanya pekerja
Ahuja, Hira N. (1983). Techniques in planning and controlling construction
yang kelelahan dan sakit, sehingga mengurangi
produktifitas
masing
project. New York: John Wiley And Sons.
–
masing kerja pada saat pemancangan b)
pondasi.
Antonioes P.G., 2009, Studi Awal Produktivitas
KESIMPULAN Dari
Limanto, S., Kusuma, Y.H.., Sumito, P.N.,
penelitian
Alat Pancang Jack-In Pile: Tugas Akhir Teknik
tentang
pemancangan dengan dua alat yang
Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya.
berbeda ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
c)
1. Faktor-faktor
yang
dominan
terhadap
berpengaruh
Olomolaiye, Paul O., et all (1998). Construction productivity management. Edinburgh: Addison
efisiensi Wesley Longman.
pemancangan pondasi masing-masing proyek berbeda-beda sesuai dengan keadaan tanah dan lingkungan tempat
d)
pemancangan tiang pancang pada bangunan
proyek dilaksanakan. 2. Waktu
data
hasil
tinggi.
masing-masing
alat,
http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s2/sip5/2007/jiu
reduksi
pengamatan
Limanto, Sentosa (2007). Analisis produktivitas
dari
sebagai berikut: nkpe-ns-s2-2007-010506007-10137
Alat hidrolik dapat mereduksi waktu level_effort-chapter2.pdf. Universitas Kristen
kerja sebesar 47 jam atau 2 hari lebih cepat
dari
waktu
kerja
Petra, Surabaya.
yang
dijadwalkan oleh site engineer yaitu 23 e)
hari kerja.
Limanto, Sentosa (2009). Analisis produktivitas
Alat diesel hammer dapat mereduksi
pemancangan tiang pancang dengan jack in
waktu kerja sebesar 15 jam dari waktu
pile. http://fportfolio.petra.ac.id/user_files/99-
kerja yang dijadwalkan site engineer yaitu 10 hari kerja.
DAFTAR PUSTAKA
011/30%20sentoso_limanto.pdf Seminar Nasional 2009 – Jurusan Teknik Sipil, FTUKM.
Identifikasi efisiensi..., Benny Artha, FT UI, 2013.