KEWIRAUSAHAAN BAGI KELOMPOK UPPKS-PROKESRA Budiman Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
ABSTRAK Mengelola usaha memerlukan sikap kewirausahaan, yang disimpulkan menjadi : “bekerja dengan keyakinan memperoleh hasil pada usaha yang tepat, bukan hanya untuk memperoleh uang tetapi juga dapat mengelola uang dengan benar.” Dalam konteks tersebut harus dikenali pola arus kas antara aset dan liabilitas. Dalam usaha skala sangat kecil, pengembangan usaha kelompok dimulai dari pengembangan diri anggota kelompok, dengan melakukan: Meet, Learn, dan Multiply (MLM), dan mengikuti urutan aspek pengembangan : organisasi, produksi, pemasaran dan pendanaan. Kata kunci: sikap kewirausahaan, Meet, Learn, Multiply (MLM), aset, liabilitas
PENDAHULUAN Kelompok UPPKS-Prokesra adalah kelompok yang anggotanya ibu-ibu peserta Keluarga Berencana (KB). Dalam kelompok tersebut ada program pemberian dana usaha bagi usaha masing-masing anggota kelompok. Jumlah besaran dananya berkisar dari Rp. 20.000,- sampai dengan Rp. 320.000,- per orang anggota kelompok. Dana yang diberikan diharapkan dapat menjadi stimulan bagi pengembangan usaha masing-masing anggota atau usaha kelompok untuk menjadi lebih langgeng dan jika mungkin menjadi lebih besar. Kegiatan masing-masing anggota adalah kegiatan ekonomi-produktif yang dikreasi oleh masing-masing anggota atau oleh kelompok untuk mereka lakukan secara sendiri-sendiri atau secara berkelompok. Kebanyakan jenis usaha yang dilakukannya adalah usaha kecil. Berdasarkan hasil pendataan pada Tahun 1999 diketahui bahwa pelaksana usaha umumnya (46%) adalah usaha perorangan dan jenis usaha yang dominan diminati adalah dagang (42,11%) (Budiman, BUDIMAN, KEWIRAUSAHAAN BAGI …
1999). Berdasarkan karakteristik data di atas maka kelompok UPPKS-Prokesra merupakan kelompok usaha kecil, bahkan sangat kecil. Dalam konteks ekonomi produktif diperlukan sikap kewirausahaan bagi kelompok untuk dapat mengembangkan kelompoknya; oleh karena itu uraian berikut membahas mengenai kewirausahaan khususnya bagi kelompok UPPKS-Prokesra yang mempunyai skala usaha sangat kecil. Skala usaha kelompok yang seperti itu memerlukan sebuah konsep sederhana bagi penerapan teori untuk pengembangan usahanya; oleh karena itu konsep kewirausahaan yang dikembangkan diarahkan pada pengembangan diri-pribadi pelaku usaha di masingmasing kelompok. Uraian berikut oleh karenanya dikembang kan ke topik khusus menyangkut pengembangan diri wirausaha, yang secara umum mencakup kewirausahaan dan sikap dasar wirausaha serta konsep pencatatan keuangan (melek finansial).
99
Tujuan dari tulisan ini adalah membahas aspek-aspek kewirausahaan yang tepat-guna bagi pengembangan kelompok UPPKS-Pro-kesra, yang mempunyai skala usaha sangat kecil. Dengan uraian tersebut diharap kan dapat diperoleh manfaat berupa pengembangan kelompok dengan lebih baik berdasarkan kaidah-kaidah kewirausahaan umum dengan mempertimbangkan kondisi kelompok yang melakukan kegiatan ekonomi-produktif.
PEMBAHASAN Kewirausahaan Dan Sikap Dasar Wirausaha Sebelum dibahas lebih lanjut mengenai kewirausahaan (enterpreunership) maka ada baiknya di bahas dulu perbedaan antara wirausaha dan wirausahawan/wati. Wirausaha adalah sebuah kegiatan yang dilakukan berupa usaha ekonomi untuk memperoleh nafkah hidup seharihari, sedangkan wirausahawan/wati adalah pelaku yang melaksanakan kegiatan wirausaha. Dengan demikian siapa yang mau menjadi seorang wirausahawan/wati harus melakukan kegiatan ekonomi, dalam apapun bentuknya, dalam skala sebesar apapun, dan dengan tujuan untuk memperoleh nafkah hidup, apakah itu nantinya akan dipergunakan untuk memperbesar skala usaha ekonomi usaha yang dilakukannya ataupun hanya untuk sekedar memperoleh pendapatan sampingan sebagai tambahan dari kegiatan usaha/kerja lainnya yang sudah dilakukan sebelumnya. Dalam sebuah buku secara ringkas kewirausahaan itu disebutkan mencakup tiga kegiatan, yaitu: Meet, Learn, dan Multiply (MLM). Artinya bahwa: - meet (bertemu): dalam melakukan kegiatan usaha, si pengusaha haruslah menemui orang lain untuk dijadikan mitra kerja atau dijadikan sebagai pembeli/pelanggannya. 100
-
learn (belajar): maksudnya dalam melakukan kegiatan usaha, si pengusaha haruslah melakukan proses belajar “awal” (disebutkan dengan learn bukan study). Dengan demikian si pengusaha haruslah mau mengamati kegiatan yang dilakukannya sekaligus mengamati perkembangan yang terjadi terkait dengan usahanya, begitu pula dengan kegiatan lain yang memang berbeda harus dipelajari. - multiply (penggandaan), artinya; jika kedua kegiatan di atas sudah dilakukan dengan baik oleh si pengusaha maka hasil akhir yang harus atau dapat dicapai oleh pelaksana usaha adalah melipatgandakan hasil yang diperoleh dari usahanya tersebut. Dalam proses ini, bentuk kegiatan bisa berupa investasi barang ataupun uang, atau dapat juga berupa tabungan untuk investasi berikut nya. Ketiga bentuk kegiatan di atas harus dilakukan, baik oleh perorangan sebagai wirausahawan/wati maupun oleh kelompok sebagai kelompok usaha, baik berupa kelompok formal atau organisasi maupun non-formal. Dijelaskan pula bahwa seseorang wirausahawan/wati mempunyai beberapa kriteria atau sikap sebagai berikut: Pertama, Melakukan bisnis; bisnis diartikan sebagai aktivitas komersial yang diselenggarakan untuk memperoleh nafkah hidup seharihari. Dengan demikian, dalam kewirausahaan kegiatan yang dilakukan dan tujuan yang akan dicapai sudah jelas, yaitu kegiatan komersial atau kegiatan yang dapat memberikan pendapatan yang menguntungkan. Tujuan umumnya adalah untuk dapat memanfaatkan pendapatan dari kegiatan tersebut bagi kepentingan pemenuhan hidup sehari-hari. Kedua uraian tersebut adalah uraian secara umum. Penekanan bagi perluasan kegiatan atau tujuan yang akan dicapai dapat di sesuai-kan, khususnya
JURNAL EKONOMI & BISNIS NO. 2, Jilid 7, Tahun 2002
jika kegiatan komersial yang dilakukan mempunyai prospek pengembangan yang luas atau dapat mencapai skala ekonomi usaha yang besar. Begitu pula tujuan kegiatan, pada saat awal hanya untuk diri pribadi, akan tetapi jika mengalami perkembangan yang baik dapat ditingkatkan ke pencapaian tujuan-tujuan yang lebih banyak dan besar seperti meningkatkan kesejahteraan keluarga pribadi dan lingkungan tempat tinggal, dan lain sebagainya. Kedua, tujuan bisnis bukan uang, “uang bukan tujuan kegiatan”. Seperti di uraikan sebelumnya, seorang wirausaha melakukan pertemuan. Pertemuan dimaksudkan supaya dengan berkumpul tujuan wirausaha dapat dicapai. Dengan berkumpul terbuka kesempatan yang lebih besar baik kesempatan untuk pertukaran informasi maupun kesempatan untuk melakukan transaksi perdagangan. Melalui transaksi perdagangan tentunya akan membuka kesempatan untuk memperoleh uang. Ketiga, mengetahui hukum tentang uang, ada beberapa hukum tentang uang yaitu: a. Agar uang bertambah banyak, maka orang perlu belajar mulai dari mengendalikan keinginannya dan pengeluarannya – tidak boleh lebih besar dari penghasilan rutin nya. b. Agar uang bertambah banyak, orang perlu belajar untuk tidak hanya menyimpannya, tetapi menginvestasikan nya kembali dengan bijak. c. Agar uang bertambah banyak, ia tidak boleh dipergunakan secara sembarangan tanpa kearifan. d. Agar uang bertambah banyak, orang perlu belajar membedakan antara berinvestasi secara rasional dengan berjudi atau mengharap kan kekayaan berlipat ganda dalam sekejap mata tanpa usaha yang nyata (bekerja)
BUDIMAN, KEWIRAUSAHAAN BAGI …
Uraian yang lebih lengkap mengenai pengelolaan uang dibahas dalam butir 2 di bawah. Keempat, mempunyai keyakinan yang baik. Yang dimaksud dengan keyakinan di sini adalah percaya bahwa apa yang dilakukan akan memberikan sesuatu yang positif, yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Dalam uraian yang lain dijelaskan, seorang wirausaha harus dapat membedakan antara kondisi “miskin” dan “bangkrut”. Seorang wirausaha yang mempunyai keyakinan akan lebih berani menghadapi resiko usahanya seperti “bangkrut” di atas. Kelima, mau melakukan proses. Salah satu ungkapan seorang ahli tentang pentingnya proses ini adalah: “keberhasilan itu 1% karena inspirasi (ide) dan 96% karena perspirasi (keringat, kerja keras). Seorang wirausaha harus menyadari bahwa apa yang diyakininya hanya akan diperoleh dari suatu proses bekerja dan bukan beranganangan, dan dia juga harus melakukan kegiatan dengan kesadaran bahwa di dunia ini semua berjalan dengan mengikuti “hukum pertanian”: tidak ada yang bisa langsung sekaligus jadi sesuatu yang menjadi besar dengan tiba-tiba. Keenam, mampu memilih perusahaan yang akan dimasuki atau mampu memilih usaha apa yang dapat dilakukan oleh pribadi masing-masing anggota maupun kelompok. Tidak ada ukuran yang mutlak untuk memilih jenis usaha yang akan dilakukan, akan tetapi prinsip umum yang harus diperhatikan untuk pemilihan jenis usaha adalah sesuai dengan kemampuan “diri” pribadi maupun kelompok. Hal itu berarti sesuai dengan beberapa kondisi pokok yaitu: a. Kondisi lingkungan di mana usaha dilakukan b. Kemampuan yang dikuasai dan dipunyai c. Keinginan yang muncul d. Pendapatan yang ingin di capai
101
Dalam melakukan wirausaha maka harus diingat bahwa kegiatan ter-sebut mencakup kegiatan memper-gunakan input (masukan), melaku-kan proses, dan kemudian memberi-kan output (hasil). Secara skematis, proses inputprosesoutput tersebut adalah sebagai berikut: Proses Input
Output
Input merupakan masukan atau bahan baku yang dipergunakan dalam proses untuk menghasilkan sebuah produk baik itu produk barang maupun jasa. Input dalam proses wirausaha dapat berasal dari lingkungan internal maupun dari eksternal. Input dari lingkungan internal misalnya dari halaman rumah berupa tanam-tanaman obat yang dengan sengaja ditanam untuk membuat serbuk jahe siap diminum (jahe instant). Input dari lingkungan eksternal bisa berupa tepung terigu untuk membuat adonan kue. Output berupa hasil dapat pula disalurkan ke lingkungan intern maupun ekstern. Lingkungan intern misal nya menjual kue-kue basah di lingkungan rumah, lingkungan satu rukun tetangga, atau lainnya, sedangkan lingkungan ekstern misalnya melakukan pemasaran ke luar daerah atau bahkan berorientasi ekspor ke manca negara jika memungkinkan. Proses yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan dan pengembangan kewirausahaan bagi kelompok dapat dibagi menjadi empat, yang secara berurutan adalah sebagai berikut: Pertama, proses penataan organisasi. Salah satu indikator dari tertib tidaknya organisasi adalah adanya pertemuan rutin kelompok. Aspek lain yang juga penting dari penataan organisasi adalah pencatatan kegiatan sosial maupun ekonomis yang dilakukan, dan susunan kepengurusan kelompok di mana masingmasing pengurus nantinya dapat 102
melakukan kerjasama antara pihak-pihak terkait. Hal ini penting mengingat pencapaian tujuan dan stabilitas usaha akan lebih baik dan lebih cepat jika dilakukan secara berkelompok. Kedua, proses produksi. Dalam proses ini pengusaha menghasilkan sesuatu untuk dijual kepada orang lain, baik itu jasa maupun materi. Disyaratkan untuk ciri kedua ini bertemu dengan pihak-pihak yang dapat memberikan bimbingan produksi, apakah itu dari pemerintah atau dari non-pemerintah. Dalam proses produksi, ada aspek yang juga perlu diperhatikan secara berurutan jika diinginkan terjadinya perbesaran ekonomi dan skala usaha yang dilakukan, aspek-aspek tersebut adalah: a. Kuantitas: jumlah produksi yang akan dihasilkan dari usaha yang dijalankan b. Kualitas: mutu hasil produksi yang dihasilkan c. Kontinuitas: keberlanjutan proses produksi untuk menghasilkan produk d. Kemasan: bentuk fisik hasil produk, seperti bungkus, besar produk, dan lain sebagai nya. Ketiga, proses pemasaran, yaitu proses mendistribusikan produk yang di hasilkan ke orang lain dalam sebuah transaksi perdagangan. Kegiatan pemasaran ini dapat dilakukan di lingkungan sekitar atau lingkungan luar tergantung dari jenis dan skala ekonomi usaha yang dilakukan. Berdasarkan pengalaman di lapangan, jenis usaha yang dilakukan oleh ibu-ibu anggota kelompok Prokesra-UPPKS umumnya adalah menjual kue-kue makanan sehari-hari (jajanan). Pada jenis produksi tersebut pemasaran dapat dilakukan hanya di lingkungan sekitar (internal) RT atau Rw. Menurut pengalaman yang telah lalu terlihat bahwa usaha jualan kue-kue jajanan sehari-hari seperti itu yang dikelola dengan baik oleh kelompok Prokesra-UPPKS dapat menghasilkan pendapatan bagi masing-masing anggota kelompok dan sekaligus bagi
JURNAL EKONOMI & BISNIS NO. 2, Jilid 7, Tahun 2002
kelompok Pro-kesra-UPPKS bersangkutan sehingga mampu membeli inventaris kelompok dari hasil penjualan kelompok yang dilakukan. Keempat, proses pendanaan usaha. Usaha berikhtiar untuk memperoleh sumber dana bagi pelaksanaan usaha yang dijalankannya. Dana dapat berasal dari internal kelompok, seperti iuran kelompok, maupun eksternal kelompok dari sumber-sumber dana luar seperti bank atau program pemerintah terkait dengan pendanaan usaha kecil-menengah. Masing-masing kelompok Pro-kesra-UPPKS sebenarnya mempunyai potensi untuk menghimpun dana mandiri, dan hal itu dapat terjadi hanya jika ada kepengurusan dan pengelolaan kelompok yang baik. Contoh dari kelompok binaan TATLPM menunjukkan bahwa akumulasi modal dari usaha bersama kelompok dalam internval waktu tertentu mampu menghasilkan modal untuk digulirkan di dalam kelompok. Jumlah modal yang terkumpul tidak terlalu besar akan tetapi modal tersebut adalah modal mandiri yang dalam jangka panjang dengan pengelolaan yang lebih baik akan menjadi lebih besar.
Pencatatan Keuangan (Melek Finansial) Berwirausaha bertalian dengan pengelolaan arus kas. Dalam uraian ini dijelaskan mengenai pola arus kas secara umum bagi karakteristik wirausahawan yang menghendaki kesuksesan dan yang akan mengalami kegagalan. Hal ini perlu dilakukan mengingat sebuah proses kewirausahaan merupakan satu proses akumulasi kas dari usaha yang dilakukan sehingga dapat diperoleh jumlah modal yang semakin besar yang berarti semakin terbukanya kesempatan bagi wirausahawan untuk memperbesar skala usaha yang dilakukannya. Secara umum dikenal konsep yang disebut sebagai aset (kekayaan) dan
BUDIMAN, KEWIRAUSAHAAN BAGI …
liabilitas (kewajiban). Aset adalah sesuatu yang menaruh atau memasukkan uang kedalam saku (kas) “saya”, sedangkan liabilitas adalah sesuatu yang mengeluarkan uang dari saku (kas) “saya”. Pencatatan keuangan pada dasarnya merupakan sebuah proses penulisan akan aset dan liabilitas yang diperoleh dalam proses usaha untuk dijadikan dasar bagi pengambilan keputusan tindakan usaha yang berikutnya. Perbandingan keduanya merupakan dasar bagi pengambilan tindakan. Jika ternyata jum-lah aset lebih besar maka dapat dilakukan perluasan usaha menggunakan kelebihan aset yang dimiliki, tetapi jika sebaliknya liabilitas lebih besar maka yang terbaik adalah melakukan penghematan pengeluaran. Lebih besar atau kecilnya jumlah aset atau liabilitas dinilai oleh masing-masing wirausaha. Dengan melakukan proses perbandingan aset dan liabilitas secara terus-menerus, seorang wirausaha dapat mencapai kondisi “kaya” atau “miskin” finansial. Hal itu berarti seorang wirausaha dapat mengetahui dan dengan kesadarannya mengambil keputusan tindakan yang tepat bagi usaha yang di lakukannya. Dalam uraian berikut akan diberikan skema mengenai pola arus kas aset dan liabilitas secara umum, dan pola arus kas mereka yang “miskin”, “menengah” dan “kaya” secara finansial. Pola arus kas aset dan liabilitas secara umum, seperti tertera dalam skema 1, sebenarnya dalam akuntansi dikenal dengan nama Laporan Rugi-Laba atau Laporan UntungRugi (Income Statement/Profit and Loss Statement) untuk kotak yang di bagian atas, dan dikenal dengan nama Neraca (Balance Sheet) untuk kotak yang di bagian bawah. Gambarannya secara umum seperti tertera pada Gambar 1. Dari Gambar 1 dapat di ketahui bahwa aset menambah pemasukan kas, sebaliknya liabilitas menyebabkan berkurangnya kas karena pengeluaran.
103
Proses pencatatan arus kas dalam proses kewirausahaan sebenarnya adalah proses mengatur keseimbangan antara pola arus kas masuk (aset) dengan pola arus kas keluar (liabilitas). Pola Arus Kas sebuah Aset
Pengelolaan arus kas antara aset dan liabilitas akan menghasilkan minimal tiga bentuk keadaan akhir yaitu “miskin” (Gambar 1), “menengah” (Gambar 2), dan “kaya” (Gambar 3). Pola Arus Kas sebuah Liabilitas
Pemasukan
Pemasukan
Pengeluaran
Pengeluaran
Aset
Liabilitas
Aset
Liabilitas
Gambar 1. Pola Umum Arus Kas : Aset Dan Liabilitas
Pekerjaan Pemasukan Pola arus kas orang miskin mengalir dari pekerjaan ke pemasukan dan kemudian pemasukan dialirkan kembali ke pengeluaran, dengan demikian tidak ada bagian dari arus kas yang masuk ke dalam aset ataupun liabilitas. Hal tersebut membuat tidak terjadinya akumulasi kas. Pola ini menunjukkan bahwa semakin besar kenaikan dalam uang kas yang diterima akan berbuntut pada kenaikan dalam pengeluaran. “Orang bodoh dan uangnya adalah satu pesta besar”
Pengeluaran
Aset
Liabilitas
Gambar 2. Pola Arus Kas Orang Miskin.
104
JURNAL EKONOMI & BISNIS NO. 2, Jilid 7, Tahun 2002
Pekerjaan Pemasukan Dalam pola arus kas ini pekerjaan yang menghasilkan uang kemudian dikeluarkan kembali dengan pembelian barang-barang, misalnya dengan pembelian barang secara kredit dalam jumlah berlebih. Pemasukannya selalu diikuti oleh pengeluaran dan tidak pernah diinvestasikan dalam set. Akibatnya, liabilitas, seperti utang-utang kartu kredit, lebih besar daripada asetnya. Pengeluaran ini menambah pada kolom liabilitas yang kemudian akhirnya kembali menjadi arus kas keluar dengan tidak menambah aset apapun, dan dalam jangka panjang akan merupakan beban yang harus ditanggung dalam jumlah yang makin lama semakin besar atau bertambah di banding dengan pemasukan.
Pengeluaran
Aset
Liabilitas
Gambar 3. Pola Arus Kas Orang Menengah
Pola arus kas dalam skema ini menun-
Pemasukan jukkan bahwa pemasukan yang diperoleh dari pekerjaan langsung dirubah menjadi unsur-unsur yang dikategorikan ke dalam kolom aset, dengan demikian, seperti haPengeluaran kikatnya kolom aset, terjadi penambahan pemasukan kas dengan bertambahnya pendapatan. Kolom aset menghasilkan lebih dari sekadar pemasukan yang cukup untuk menutup pengeluaran, dengan keseimbangan yang diinvestasikan kembali ke dalam kolom aset. Kolom aset teAset Liabilitas rus tumbuh dan, karena itu, pemasukan yang dihasilkannya juga tumbuh bersamanya. Gambar 4. Pola Arus Kas Seorang Kaya Dari ketiga skema di atas, skema kas “orang miskin” menunjukkan keadaan di mana pola arus kas masuk (aset) lebih BUDIMAN, KEWIRAUSAHAAN BAGI …
kecil dibanding dengan pola arus kas keluar (liabilitas) (aset < liabilitas). Pola arus kas “orang menengah” menunjukkan 105
keadaan di mana pola arus kas masuk dan keluar kurang lebih sama (aset = liabilitas), dan pola arus kas “orang kaya” menunjukkan bahwa pola arus kas masuk lebih besar dibanding dengan pola arus kas keluar (aset > liabilitas). Kondisi tersebut juga menunjuk kan kepada kita di mana sebenarnya kita bekerja, apakah untuk pemilik usaha, untuk pemerintah, untuk bank, untuk diri sendiri. Kesemuanya digambarkan dalam skema berikut ini (Gambar 5). Pemasukan
(1)
Pengeluaran
(2)
Aset ( 3)
Liabilitas (4)
Gambar 5. Hubungan antara unsur-unsur pengelolaan finansial dengan pihak dimana kita bekerja (1) Anda bekerja untuk orang lain (pemilik). Kebanyakan orang, yang bekerja untuk mendapatkan upah, membuat si pemilik menjadi kaya. Usaha dan keberhasilan anda akan membantu memberikan keberhasilan dan pensiun (dini) bagi si pemilik. (2) Anda bekerja untuk pemerintah. Pemerintah mengambil bagian nya dari upah anda, bahkan sebelum anda melihatnya, lewat pemotongan pajak penghasilan. Dengan bekerja lebih keras, anda hanya akan menaikkan jumlah pajak yang diambil oleh pemerintah. Kalau dihitung-hitung orang bekerja dari Januari sampai Mei hanya untuk pemerintah. (3) Anda bekerja untuk bank. Setelah pajak, pengeluaran terbesar anda berikutnya biasanya adalah hipotek/cicilan kredit rumah dan kartu kredit anda. Semua itu masuk ke kas bank. 106
(4) Anda bekerja untuk diri sendiri. Pekerjaan anda adalah sebuah proses pemasukan kas yang dialokasikan menjadi aset-aset yang kemudian secara otomatis bekerja memberi pemasukan baru bagi kolom pemasukan, dan jika penghasilan yang dihasilkan oleh aset lebih banyak dibanding dengan pengeluaran bulanan diri maka kita sudah bekerja untuk diri sendiri.
PENUTUP Uraian di atas merupakan sebuah uraian umum mengenai prinsip bagi pelaksanaan kewirausahaan bagi kelompok kecil seperti kelompok UPPKS-Prokesra, dan tidak dibahas mengenai uraian-uraian teknis rinci. Tujuannya untuk memberikan gambaran mengenai prinsip-prinsip dasar mengenai kewirausahaan, yaitu kewirausahaan dan sikap dasarnya, dan “melek finansial” sebagai basis keuangan usaha. Dalam prakteknya perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan kondisi yang di hadapi di lapangan. Sikap diri merupakan titik-tolak yang pertama dan pengelolaan keuangan merupakan ketrampilan awal bagi berkembangnya sebuah kegiatan ekonomi-produktif dalam konteks kewirausahaan. Diri sebagai dasar, dan pengelolaan keuangan bukanlah melihat angka-angka yang tertera tetapi “alur cerita” yang ada dari uraian angka-angka yang dimiliki. Secara umum ada prinsip yang penting kaitannya dengan pengelolaan keuangan “bukan pemasukan yang diatur, tetapi pengeluaranlah yang harus di kendalikan”. Perolehan akumulasi aset dimulai dari pengendalian pengeluaran karena hal tersebut di dalam cakupan kontrol diri karena jumlah pengeluaran lebih dapat di prediksi dengan tingkat kepastian yang lebih tinggi. Sebaliknya pemasukan seringkali berada di luar kontrol diri dimana kita tidak pernah bisa memastikan berapa
JURNAL EKONOMI & BISNIS NO. 2, Jilid 7, Tahun 2002
jumlah pemasukan yang akan kita terima dari usaha yang kita lakukan. Pengelolaan wirausaha kelompok haruslah bermula dari diri masing-masing anggota kelompok. Diri yang kuatlah yang akan membentuk kelompok yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA Budiman. 1999. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat: Kuliah Kerja Nyata Usaha (KKNU) dan Magang Kewirausahaan (MKU), di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan pada periode 31 Agustus 1998 s/d 31 Januari 1999. Diselenggarakan atas kerjasama Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPM) Universitas Gunadarma (UG) dan Kanwil BKKBN DKI Jakarta (tidak dipublikasikan). LPMUG. Jakarta.
BUDIMAN, KEWIRAUSAHAAN BAGI …
Harefa, Andrias. 2001. Meet, Learn, and Multiply: Pembelajaran Wirausaha Mandiri. Penerbit Kompas. Jakarta. Kiyosaki, Robert T. dan Sharon L. Lechter C.P.A. 2001. Rich Dad, Poor Dad. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
107