Keunikan Penderitaan Kristus – Senny Pellokila
KEUNIKAN PENDERITAAN KRISTUS Oleh: Senny Pellokila,S.E.
I. Pendahuluan Yesus Kristus merupakan Firman yang telah menjadi manusia (Yoh 1:1)1 dan pernah tinggal diantara kita. Kedatangan-Nya sangat diharapkan oleh banyak orang Israel (Luk. 2:28) tetapi keberadaan-Nya ditolak oleh orang yang menantikan dia (Yoh 1:11). Sebagai seorang manusia sejati Ia juga mengalami sifat dan permasalahan manusia: Ia lahir dari seorang wanita (Mat 1:8 - 2:11), Ia berkembang secara normal (Luk 2:40, Luk 2:52), Ia mempunyai nama manusia (Mat 1:21), Ia pernah lelah (Yoh 4:6), lapar (Mat 4:2), haus (Yoh 19:28), pernah tidur (Mat 8:24), dicobai (Luk 4:13, Mat 4:1-11), dan mengharapkan kekuatan dari Bapak-Nya yang di sorga (Mark 1:35, Yoh 6:15)2. Hidupnya sangat singkat umur 30 tahun barulah Ia keluar melayani (Luk 3:23)3, dan Ia hanya melayani kurang lebih 3,5 tahun, dalam pelayanan-Nya Ia hanya punya 12 murid, Ia tidak pernah mendirikan gereja, tetapi setelah kematian dan kebangkitan-Nya berjuta orang rela menderita dan mati demi nama-Nya. Ia mempunyai sejarah kehidupan yang begitu berbeda dengan manusia umumnya: Pada waktu lahir meminjam palungan, (Luk 2:7) Selama karyaNya tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap (Luk 9:58), pada waktu hidup dikagumi (Luk 19:37-38) tetapi pada waktu mati dipinjamkan kuburan (Luk 23:53, Mat 27:60). Ia sangat tahu bahwa Ia datang untuk menderita, ditolak oleh pemimpin-pemimpin agama, imam-imam kepala dan akhirnya dibunuh (Mark 8:31, 9:31). Hidupnya penuh keunikan dan penderitaan, Alexander White mengatakan: "On every Page of the four gospel, you will read how went about doing good with all patience and long-suffering and loving-kindness4. Oleh karena itulah saya tertarik untuk menulis satu bagian dari karya Kristus yaitu keunikan penderitaan-Nya.
Page 1
Keunikan Penderitaan Kristus – Senny Pellokila
II. KEUNIKAN PENDERITAAN KRISTUS Kristus mengalami penderitaan baik tubuh maupun jiwa. Hal ini dikarenakan bahwa tubuh dan jiwa manusia seluruhnya telah dipengaruhi oleh dosa, maka hukuman atas dosa juga mencakup keduanya. Oleh karena itu Kristus harus mengalami penderitaan pada tubuh dan jiwa-Nya agar ia bisa menebus dosa manusia secara sempurna5. Karena jika Ia tidak punya pengalaman-pengalaman manusia maka Ia tidak pernah merasakan apa yang manusia alami, maka penderitaan dan penebusannya tidak mempunyai nilai. Pada waktu Kristus dicambuki dan disalibkan jelas itu merupakan penderitaan jasmani. Pada waktu Ia dihina, diludahi, nyaris ditelanjangi di depan umum, dan terutama ditinggalkan oleh Bapa-Nya, itu merupakan penderitaan jiwa atau rohani6. Jadi dalam hal ini penderitaan Kristus bukanlah sekadar rasa sakit fisik yang tercakup dalam esensi penderitaanNya tetapi juga rasa sakit yang disertai penderitaan rohani dan kesadaran sebagai seorang pengantara atas dosa umat manusia yang ditanggung-Nya. Tetapi walaupun ia mengalami penderitaan tubuh dan jiwa yang hampir sama dengan manusia pada umumnya tetapi penderitaan tersebut adalah penderitaan yang unik, yang begitu berbeda dengan penderitaan yang dialami manusia pada umumnya, keunikan itu antara lain: 1. Kristus Mengalami Penderitaan Sepanjang Hidup-Nya. Berkhof menyatakan, kita cenderung berpikir bahwa penderitaan Kristus di kayu salib merupakan penggenapan dari seluruh penderitaan-Nya, tetapi sesungguhnya keseluruhan hidup-Nya adalah penderitaan7. Ada dua aasan yang menunjukkan bahwa Kristus mengalami penderitaan selama hidupNya.
A. Akibat Inkarnasi Kristus Kristus adalah Allah yang harus dihormati, ditinggikan, dimuliakan, tetapi Ia rela menjadi manusia berdosa. Berkhof mengatakan: Ia harus mengambil rupa seorang hamba, padahal Ia adalah Allah semesta langit. Ia Page 2
Keunikan Penderitaan Kristus – Senny Pellokila
yang tidak berdosa setiap hari harus berhubungan dengan manusia berdosa. Hidup-Nya yang kudus harus menderita di dalam dunia yang terkutuk karena dosa8. Surat Ibrani 2:9 menyatakan: "Tetapi Dia untuk waktu yang singkat dibuat lebih rendah daripada malaikat-malaikat..." Bukan sama dengan malaikat-malaikat yang adalah ciptaan-Nya tetapi lebih rendah. Maka sulit dibayangkan penderitaan yang dialami Kristus akibat perubahan kedudukan tersebut. Berkhof merinci penderitaan-Nya sebagai berikut: (1) Kenyataan bahwa Ia adalah Tuhan atas alam semesta harus menempati kedudukan manusia, bahkan kedudukan sebagai budak atau hamba yang terikat, dan bahwa Ia yang memiliki segala hak untuk memerintah sekarang harus diperintah dan harus taat. (2) Kenyataan bahwa Ia yang murni dan kudus harus hidup dalam lingkungan dan suasana yang sudah dicemari dosa, tiap hari harus bergaul dengan orang berdosa, dan senantiasa harus diingatkan tentang betapa besarnya dosa yang harus dipikul-Nya oleh karena dosa umat-Nya. (3) Kemahatahuan dan Kesadaran-Nya yang sempurna dan antisipasinya yang jelas sejak awal kehidupan-Nya tentang penderitaan yang akan dialami-Nya nanti, jelas tidak menimbulkan kegembiraan9. Bahkan Nifrik dan Boland mengatakan: Jika Injil Matius menceritakan bahwa Yesus mengusir roh-roh jahat dan menyembuhkan banyak orang, itu tidak bisa diartikan sebagai tanda kekuasaan atau kemuliaan karena Ia adalah Allah, tetapi sebagai tanda bahwa Yesus hamba Tuhan yang menderita,10 Mat 8:16-17 "menjelang malam dibawa kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan semua orang... Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh Nabi Yesaya: Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita". Jadi karena Kristus rela menjadi manusia menyebabkan Ia harus mengalami penderitaan sepanjang hidup-Nya.
Page 3
Keunikan Penderitaan Kristus – Senny Pellokila
B. Akibat Ketaatan-Nya Kepada Allah Kristus menderita bukan karena Ia tidak taat pada Allah, tetapi Ia menderita karena ketaatan-Nya. Dan ketaatan ini haruslah ketaatan yang sempurna, karena sekali ia jatuh dalam dosa / tidak taat pada Allah maka Ia tidak layak menjadi juruselamat. Iblis berusaha untuk menjatuhkan Dia (Mat. 4:1-11, Luk. 4:1-13)11 tetapi tidak berhasil, bahkan dalam Lukas 4:13 dikatakan Iblis menunggu kesempatan yang tepat untuk menjatuhkan Dia. Hal itu menunjukkan dua hal: (1) Ada suatu continuitas dalam pencobaan terhadap diri Tuhan Yesus. (2) Kata kesempatan (Yunani: kairos) menunjukkan bahwa Iblis mencari kesempatan di mana Tuhan Yesus betul-betul lemah secara fisik sehingga bisa tidak kuat menghadapi pencobaan. Tujuan Iblis mencobai agar seseorang itu tidak taat pada Allah dan meninggalkan Allah, maka Iblis akan mencobai terus-menerus orang yang dekat dengan Tuhan. Secara logika kalau seseorang itu bisa bertahan dalam menghadapi pencobaan, maka Iblis pasti akan berusaha dengan pencobaan yang lebih berat atau lebih kuat untuk menjatuhkan dia, maka menurut penulis dalam hidup-Nya, Kristus menghadapi pencobaan yang semakin lama semakin berat. Apalagi pencobaan yang semakin berat itu juga terjadi pada saat secara fisik Kristus begitu lemah, yaitu pencobaan pada waktu masa penyaliban. Pencobaan yang sangat berat itu terlihat dari doa Kristus yang menolak cawan tersebut sebanyak 3 kali, walaupun akhirnya tetap taat pada Allah. Dan kondisi paling lemah secara fisik pun dialami, karena mulai dari hari Kamis Ia tidak tidur, kemudian dianiaya dan dicambuk sebanyak 39 kali sebelum digantung di kayu salib pada hari Jumat, sehingga pada waktu di salib, secara fisik Ia tidak mampu lagi bertahan, tetapi Ia tetap taat kepada Allah. Jadi karena hidup-Nya yang suci, yang terus taat kepada Allah, maka Ia menghadapi pencobaan yang semakin lama semakin berat. Dan kondisi/perasaan kesucian seperti ini tidak pernah dialami oleh siapapun di dunia.
Page 4
Keunikan Penderitaan Kristus – Senny Pellokila
2. Kristus Mengalami Penderitaan Bukan Karena Kesalahan-Nya Kalau seseorang itu menderita karena kesalahannya, itu adalah hal yang wajar karena ia harus menanggung konsekuensi akibat kesalahan yang dibuat. Tetapi hal itu tidak berlaku bagi diri Yesus. Karena Perjanjian Baru yang mengkisahkan tentang hidup Yesus, secara jelas menunjukkan bahwa Ia tanpa dosa dan tidak pernah berbuat dosa selama hidup-Nya. Bahkan kepada orang-orang Yahudi yang menekan Dia, Ia menentang mereka, "Siapakah diantaramu yang membuktikan Aku berbuat dosa?" (Yoh. 8:46) Bahkan Pilatus seorang penguasa Romawi mengatakan: "Saya tidak menemukan kesalahan apapun pada-Nya"12. Dalam hal ini penilaian Pilatus sangat obyektif karena ia bukan Yahudi sehingga tidak berpengaruh dengan kesukuan. Walaupun Ia tidak bersalah tetapi tetap menderita. Kenapa? Selain karena Ia taat kepada Allah seperti pada point 1b, penderitaan tersebut juga dialami karena Ia menanggung dosa-dosa kita. Yes. 53:6 menulis: Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi Tuhan telah menimpakan kepada-Nya kejahatan kita sekalian. Thiessen mengatakan: Penderitaan yang dialami oleh Kristus bukan merupakan penderitaan seorang sahabat yang menaruh rasa simpati, melainkan penderitaan yang bersifat menggantikan dari Anak Domba Allah karena dosa seisi dunia13. Maksudnya: kalau seorang "sahabat" berarti ada hubungan relasi di antara keduanya tetapi "menggantikan" berarti mutlak terjadi walaupun tidak ada hubungan relasi keduanya. Kristus pada waktu mati untuk kita, kita adalah seteru Allah bukan sahabat Allah (Rom. 5:8). Kita adalah orang-orang berdosa sehingga tidak mungkin bisa menebus diri kita sendiri. Maka Kristuslah yang layak menanggung dosa manusia. Dalam kehidupan di dunia mungkin ada sahabat yang mau mati bagi sahabatnya tetapi jarang ada orang yang menderita bahkan sampai mati untuk musuhnya yang dibencinya, dan kalaupun ada orang yang mau menderita dan mati bagi musuhnya tetap tidak ada nilainya. Tetapi dengan kematian Kristus, maka umat manusia yang adalah seteru Allah ditebus dosanya jika mereka mau berbalik kepada Allah.
Page 5
Keunikan Penderitaan Kristus – Senny Pellokila
Maka Kristus menderita sampai mati bukan karena Ia bersalah tetapi karena menanggung kesalahan manusia.
Dalam kehidupan di dunia mungkin ada sahabat yang mau mati bagi sahabatnya tetapi jarang ada orang yang menderita bahkan sampai mati untuk musuhnya yang dibencinya, dan kalaupun ada orang yang mau menderita dan mati bagi musuhnya tetap tidak ada nilainya.
3. Kristus Menderita Karena Ketidakpercayaan Umat-Nya Yesus datang ke dalam dunia untuk menebus dosa umat manusia, dan secara khusus Ia datang kepada umat Pilihan-Nya yaitu "bangsa Israel" pada konteks itu. Dalam Injil Mat. 15:24, di mana pada waktu seorang perempuan bukan Yahudi meminta pertolongan-Nya, Ia mengatakan: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel". Tetapi ternyata umat-Nya tidak menerima Dia (Yoh 1:11) bahkan dalam Yoh 10:20-21 mereka mengatakan bahwa Ia kerasukan setan. Orang-orang di Nazareth yang merupakan tempat asal-Nya pun menolak Dia, mereka kecewa terhadap Dia karena menganggap Ia bukan Allah (Mrk. 6:1-4). Bahkan ironisnya saudara-saudara-Nya pun tidak percaya pada-Nya (Yoh. 7:3-5) mereka menganggap Ia sudah tidak waras lagi. Akhirnya umat Pilihan (baca: Orang-orang Yahudi) inilah yang memakai segala kelicikan dan dusta untuk menyatakan kesalahan Yesus dihadapan penguasa-penguasa yang tidak adil dan meminta Barabas untuk dibebaskan dan Kristus disalibkan. Maka sulit dibayangkan betapa hancurnya hati Yesus karena cinta-Nya kepada mereka, Ia rela datang ke dalam dunia dengan maksud Page 6
Keunikan Penderitaan Kristus – Senny Pellokila
mengorbankan diri-Nya untuk menyelamatkan mereka, tetapi ternyata mereka membalasnya dengan begitu keji.
4. Penderitaan Akibat Terputusnya Persekutuan Dengan Allah Bapa Penderitaan-Nya semakin lama semakin hebat dan mencapai puncaknya di kayu salib. Salib merupakan pertemuan antara kasih dan keadilan Allah yang dinyatakan kepada Kristus, di satu pihak Allah begitu mengasihi manusia (Yoh. 3:16)14 tetapi di pihak lain manusia harus dihukum, maka sebagai substitusi Kristus harus menerima murka Allah atau murka Allah ditimpakan kepada-Nya. Stephen Tong menyatakan pada waktu Kristus berteriak Eli, Eli Lama Sabakhtani, hal itu menunjukkan perbedaan status di mana Ia berteriak sebagai orang berdosa, Ia berdiri menggantikan kita15. Sehingga pada saat itu merupakan saat yang menyakitkan dalam hidupNya karena Ia terpisah hubungan persekutuan dengan Bapak. Penderitaan ini adalah penderitaan yang tidak bisa dialami oleh siapapun juga, Herman Hoeksema berkata: No one, therefore, even in hell, can even suffer what Christ suffered during His entire life and especiallu on the cross. For in first place, no one can posibbly taste the worth og God as the sinless one. And the second place, no one could possibly bear the complete burden of the warth of God against the sin of the world. Even in hell everyone will suffer according to his personal sin and his personal.16 Yesus telah memikul murka Allah yang diakibatkan oleh pemberontakan manusia, Ia telah membuat segala-galanya menjadi penanggungan-Nya sendiri.
III. Kesimpulan Dan Implikasi Penderita Kristus adalah penderitaan yang begitu unik, berbeda dengan siapapun, karena Ia mengalami penderitaan akibat inkarnasi (Allah yang menjadi manusia dan tinggal ditengah-tengah orang berdosa), Ia menghadapi kualitas pencobaan dan penderitaan yang begitu hebat dari Page 7
Keunikan Penderitaan Kristus – Senny Pellokila
siapapun juga, keberadaan-Nya ditolak oleh bangsa-Nya sampai keluargaNya, dan Ia satu-satu-Nya orang yang bisa menanggung murka Allah akibat dosa dari seluruh umat manusia. Karena kesucian-Nya Kristus mengalami penderitaan akibat dosa umatNya, Ia yang tidak bersalah dinyatakan bersalah. Maka seharusnya sebagai umat yang sudah ditebus, dalam sikap hidup kita, kita harus memberikan yang terbaik kepada Allah, karena untuk tujuan hidup kita Ia juga telah memberikan yang terbaik yaitu melalui pengorbanan Anak-Nya yang tunggal. Soli Deo glory.
(Penulis adalah Staff mahasiswa Perkantas Kupang yang sedang menyelesaikan studi di STTB, Bandung)
Keterangan (endnotes) 1
Donal Guthrie, Teologi Perjanjian Baru I, (BPK Gunung Mulia, 2001) 248. Tidak dapat diragukan bahwa Yohanes ingin memberi kesan bahwa apabila Logos (firman) itu telah menjadi manusia maka Ia benar-benar daging. Firman yang sudah ada sebelum segala sesuatu ada itu telah menjadi manusia sejati.
2
Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika (Malang: Gandum Mas, 2000) 336.
3
. Stephen Tong, Siapakah Kristus, (Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1992) 50. Hukum Taurat tidak memperbolehkan seseorang itu menjadi Imam sampai usianya genap 30 tahun, maka sebagai seorang Imam Besar (Ibr. 4:14,15) yang hidup di bawah Hukum Taurat maka Ia harus taat kepada Hukum Taurat. 4
. Alexander Whyte, The Walk Conversation And Character of Jesus Christ Our Lord (Grand Rapids: Baker Book House, 1975) 318.
5
Luis Berkhof, Teologi Sistematika (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1996) 80. Page 8
Keunikan Penderitaan Kristus – Senny Pellokila
6
Budi Asali, Christology (Surabaya: GKRI Exodus___) 74.
7
Luis Berkhof, Teologi Sistematika 79.
8
Ibid
9
Ibid 80
10
G.C. Van Niftrik dan B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini (BPK Gunung Mulia cet. II, 1999) 243.
11
Banyak teolog Reformed yang menyatakan bahwa Kristus tidak mungkin bisa jatuh dalam dosa karena ada natur Ilahi dalam diri-Nya, kecuali yang penulis tahu adalah C. Hodge yang mengatakan bahwa Kristus bisa jatuh pada saat dicobai. Menurut mereka walaupun Kristus tidak bisa jatuh dalam dosa tetapi Ia harus mengalami pencobaan dan penderitaan supaya Ia bisa secara nyata merasakan penderitaan yang kita alami (Ibr. 4:15). [Walaupun Kristus tidak bisa jatuh pada saat dicobai tetapi hal itu bukan berarti pencobaan yang dialami ringan. Tetapi ketaatan-Nya membuat Pencobaan semakin lama semakin tinggi kualitasNya]. 12
Wayne Grudem, Systematic Theology (Grand Rapids: Zondervan, 2000) 535. Kalau ingin membaca lebih lengkap tentang ketidakberdosaan Kristus baca sub bab "sinlessnes". 13
Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika 358-359.
14
Leon Moris, Salib Yesus (Malang: Seminary Alkitab Asia Tenggara, 2000) 4. Alkitab mengungkapkan fakta yang mengherankan bahwa dihadapan dosa kita Allah tetap mengasihi kita. Dia tetap mengasihi karena Dia adalah kasih, naturnya adalah mengasihi. 15
Stephen Tong, 7 Perkataan Salib, (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia 1992) 78. Pernyataan Eli, Eli lama Sabakhtani adalah suatu pernyataan yang cukup sulit dimengerti bahkan Martin Luther menepuk dadanya dan berkata bagaimana mungkin Allah bisa meninggalkan Allah.
Page 9
Keunikan Penderitaan Kristus – Senny Pellokila
16
Herman Hoeksma, Reformed Dogmatics (Grand Rapids, Reformed Freepub Asc) 41.
Sumber: Buletin Disciples Buletin BPC Perkantas Regional Jawa Timur Edisi: Maret - April 2005 Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan: Dikutip dari http://www.geocities.com/thisisreformed/artikel/pi_keselamatan.html
Page 10