Abdul Gaffar Ruskhan, Keunikan Nama-Nama Geografi Indonesia: Dari Nama Generik ke Spesifik
Keunikan Nama-Nama Geografi Indonesia: Dari Nama Generik ke Spesifik Abdul Gaffar Ruskhan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Abstrak: Nama-nama geografi di Indonesia memiliki bentuk yang bermacam-macam, baik yang berasal dari bahasa Indonesia maupun yang berasal dari bahasa daerah masing-masing. Keberbagaian itu merupakan keunikan nama geografi yang kaya dengan budaya bangsa, termasuk bahasanya. Suatu hal yang tidak dapat dibantah bahwa terdapat pula nama geografi yang berasal dari bahasa asing. Namun, penggunaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai nama geografi merupakan pilihan yang tidak dapat diabaikan. Dalam nama geografi, ada unsur generik dan unsur spesifik yang menjadi hal yang penting. Unsur generik itu merupakan unsur yang mengandung makna umum berupa kenampakan alam, seperti daratan dan perairan, serta. kawasan khusus, buatan, dan administratif. Sementara itu, nama spesifiknya adalah nama yang membatasi unsur generiknya. Unsur spesifik itu muncul dari penamaan masyarakatnya, yang tidak lepas dari nama generiknya. Masing-masing memiliki aspek historisnya. Kata kunci: nama geografi, unsur generik, dan unsur spesifik Abstract: The Indonesian geographical names are various in terms of its origins language. The are many geographical names are derived from the national language (Indonesian) and the local languages. The diversities are the uniqueness that are rich with ethnicity and culture, including languages. The geographical names are consisting of the generic names and specific names. The generic names are the names that applied in general, either associated with the natural appearance, artificial area, or administration area. The generic names are potentially derived both from the national language (Indonesian) and from the local languages. Their use makes them became specific. However, there are many specific names in the form of the generic elements only. Many names that people who have created can not be separated from the history of the names. Key words: geographical names, generic factor, and specific factor
Latar Belakang dan Masalah Indonesia kaya dengan nama geografi. Kekayaan itu
hayati di dunia nyata berupa acuan yang ditunjukkan
menjadi keunggulan budaya Indonesia. Di samping
lambang tersebut. Dengan demikian, kata dapat
nama-nama geografi yang berasal dari bahasa
disebut sebagai sebuah benda yang menjadi label
Indonesia, banyak juga yang berasal dari bahasa
dari setiap benda itu.
daerah. Sebagaimana diketahui, ada 736 bahasa
Lebih lanjut, Aristoteles (dalam Pateda, 2001)
daerah di Indonesia yang semuanya memberikan
menyebutkan bahwa nama harus sesuai dengan
sumbangan yang berarti terhadap nama geografi
acuan yang diberi nama itu. Menurutnya, penamaan
di Indonesia.
adalah perjanjian atau konvensi. Penamaan
Sebuah nama, menurut Plato sebagaimana
itu bersumber dari berbagai kalangan seperti
dikutip Pateda (2001), memiliki hubungan hayati
pakar, penulis, pengarang, wartawan, dan tokoh
dengan benda. Namun, ia pun mempertanyakan
masyarakat.
apakah pemberian nama terhadap suatu benda
Berkaitan dengan penamaan geografi, timbul
didasarkan atas kesewengan seseorang atau
pertanyaan apakah penamaan itu muncul secara
kelompok atau didasarkan atas penjanjian bersama.
tiba-tiba atau ada kesepakatan di kalangan
Jika berbicara tentang nama, hal itu tentu tidak lepas
masyarakat. Oleh karena itu, penamaan geografi
dari pembicaraan tentang lambang dan makna.
dapat dikaitkan dengan mengapa masyarakat
Lambang adalah label terhadap kata dalam suatu
menamakan suatu nama geografi dengan sesuatu.
bahasa, sedangkan makna adalah objek yang kita
Misalnya, Bukit Barisan merupakan barisan bukit
363
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 3, Mei 2011
kusumah Astraatmadja. Di dalam tulisannya, ia
Experts on Geographical Names (UNGEGN) dan
mengemukaan berbagai persoalan yang timbul
United Nations Conference on Standardization of
dari nama-nama geografi, seperti nama-nama yang
Geographical Names (UNCSGN). Beberapa resolusi
bercirikan kedaerahan, penulisannya, dan upaya
organisasi itu tentang penamaan dan standardisasi
pembakuaannya.
unsur-unsur nama geografi dikemukakan dalam
Ruskhan (1998) dalam majalah Kebudayaan, edisi 14, Tahun VII pernah menulis artikel yang
makalah itu. Hal itu dikaitkan pula dengan upaya standardi-sasi nama geografi di Indonesia.
berjudul “Penggunaan Bahasa Indonesia dalam
Untuk memahami lebih lanjut keunikan nama
Nama Geografi”. Tulisan itu berbicara tentang
geografi Indonesia, berikut ini dikemukakan
berbagai penggunaan bahasa daerah dalam nama
beberapa masalah yaitu: 1) Bagaimana keunikan
geografi. Ada beberapa tawaran yang dike-mukakan
nama geografi Indonesia?; 2) Unsur apa saja yang
dalam nama geografi, yaitu pemanfaatan kosakata
menyebabkan nama geografi Indonesia itu unik?;
bahasa Indonesia dan bahasa daerah, pertimbangan
dan 3) Apa saja cakupan unsur geografi di Indonesia
ejaan, penerjemahan, penerimaan sepenuhnya
yang unik itu?
karena keinternasionalan, dan pertimbangan strukturnya.
Mengingat beragam dan uniknya penamaan geografi di Indonesia, tujuan kajian ini mem-berikan
Selanjutnya, Ruskhan (2003) menulis makalah
gambaran dan analisis tentang: 1) ke-unikan nama-
dalam Forum Bahasa Media Massa dengan judul
nama geografi di Indonesia; 2) unsur generik dan
“Ihwal Nama Geografi di Indonesia”. Makalah
spesifik nama georafi di Indonesia; dan 3) cakupan
itu menekan berbaga persoalan yang ditemukan
nama-nama geografi di Indonesia.
dalam nama-nama geografi, di samping berbahasa Indonesia ada pula nama geografi yang nama
Kajian Literatur
daerah dan bahasa asing. Maraknya muncul nama-
Landasan Teoretis
nama properti yang berbahasa asing menjadi
Nama
persoalan yang perlu dicarikan jalan keluarnya.
atau memanggil orang (tempat, binatang, dan
Pengindonesiaan melalui penerjemah-an dan
sebagainya) (Sugono, 2008). Terkait dengan nama
penyerapan adalah alternatif yang diberikan.
geografi berarti kita harus berbicara tentang kata
Selanjutnya, pada tahun 2006 Presiden mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 112
merupakan kata untuk menyebutkan
sebagai satuan yang mewakili konsep yang ingin disampaikan (dalam hal ini nama geografi itu).
Tahun 2006 tentang Tim Nasional Pembakuan Nama
De Saussure (1974) mengajukan konsep signe
Rupabumi. Di dalam peraturan itu, dimuat upaya
(sign = tanda) untuk menunjukkan gabungan
dan tujuan pembakuan nama rupabumi (geografi)
signifie (signinified) ‘yang dijelaskan’ dan signifiant
dan
(signifier) ‘yang menjelaskan’. Signifie (yang Rais (2009) sebagai Ketua Tim Pembakuan
dijelaskan) yang dimaksukan itu tidak lain adalah
Nama Geografi Nasional memberikan prinsip dan
makna atau konsep dari signifient (yang men-
prosedur penamaan geografi. Prinsip, antara lain,
jelaskan) yang wujudnya adalah bunyi-bunyi
penggunaan abjad Romawi, penggunaan nama
bahasa. Baik signifie maupun signifient merupakan
lokal, penggunaan bahasa Indonesia atau bahasa
signe linguistique sebagai satu kesatuan yang
daerah, dan paling banyak tiga kata.
merujuk kepada satu acuan berupa benda atau hal-
Selain itu, Rais (tanpa tahun) pernah menulis
hala lain yang berada di luar bahasa. Jadi, signifie
makalah “Arti Penting Penamaan Unsur Geografik,
dalam keonteks ini adalah makna, sedangkan
Definisi, Kriteria, dan Peranan PBB dalam Toponimi:
signifient adalah satuan linguistik berupa kata. Jika
Kasus Nama-Nama Pulau di Indonesia”. Di dalam
kita mengambil contoh nama gografi sesuai dengan
makalahnya, Rais membicarakan pengertian nama
konsep yang diajukanya, misalnya, Medan dan
unsur georafi dan kriteria penamaan geografi. Di
Bukittinggi. Keduanya adalah nama yang berwujud
samping itu, dikemukakan pula peranan Perserikatan
kata yang tentu memiliki makna sebagai konsep
Bangsa-Bangsa dalam nama-nama unsur geografi.
yang ingin diwakili kata Medan dan Bukittingi.
Ada dua organisasi PBB yang menangani penamaan
Selain itu, kata menurut Sapir (1921) mewakili
unsur geografi, yaitu United Nations Group of
suatu konsep tunggal atau suatu kombinasi konsep
364
Abdul Gaffar Ruskhan, Keunikan Nama-Nama Geografi Indonesia: Dari Nama Generik ke Spesifik
di sepanjang Pulau Sumatra. Begitu pula nama
Tangerang diganti dengan Duren Village. Dengan
spesifik yang mengandung nama generik, seperti
adanya nama Duren Village, Pedurenan masih ada
Bukittinggi dan Kotabaru merupakan nama kota
sebagai nama diar kompleks itu.
yang terdiri atas nama generik yang membentuk
Penamaan geografi yang akan dibicarakan yaitu
nama spesifik. Jika kita mengatakan bukit, nama
nama geografi yang berupa gabungan kata (frase).
itu adalah generik yang terdapat pada Bukittinggi.
Nama yang pertama berasal dari nama generik
Posisi kotanya terletak di daerah ketinggian seperti
geografi, sedangkan yang berikut-nya adalah nama
bukit sehingga dinamakan Bukittinggi. Sementara
spesifik sehingga penggabungan itu membentuk
itu, Kotabaru merupakan kota yang dibangun lebih
nama itu menjadi spesifik.
akhir sehingga dinamakan Kotabaru. Begitu pula
Penamaan geografi di Indonesia tampaknya
nama Kebonkacang, Kebonmanggis, dan Kebon
memiliki keteraturan. Nama-nama geografi itu
-rambutan tentu ada kaitan generik kebon (kebun)
ada yang berbahasa Indonesia, berbahasa daerah,
sebagai lahan yang ditanami pohon tertentu. Begitu
bahkan ada yang berbahasa asing. Pembakuan
diikuti nama jenis pohon sebagai spesifik, nama
nama-nama geografi itu harus memperhatikan
untuk geografi itu akan menjadi spesifik pula.
keragaman bahasa yang menjadi sarana nama
Kebonkacang, Kebonmanggis, dan Kebonrambutan
geografi itu. Jika nama-nama itu harus ditundukkan
menjadi nama geografi yang masing-masing adalah
ke dalam kaidah bahasa Indonesia, banyak nama
nama spesifik di Jakarta.
yang terlalu sulit diindonesiakan. Karena itu, salah
Kita memahami keragaman etnis dan bahasa
satu pinsip, yakni mempertahankan nama lokal
di Indonesia sehingga memberikan pengaruh besar
merupakan jalan terbaik untuk mengukuhkan nama
terhadap penamaan geografi Indonesia. Keragaman
lokal ke tingkat nasional. Masalah yang dihadapi
itu memberikan pemahaman terhadap latar budaya
selama ini adalah beragamnya bahasa daerah
masyarakatnya. Misalnya, di Sumatra Barat banyak
sehingga sulit dindonesiakan. Walaupun begitu, hal
ditemukan nama geografi yang menggunakan
itu dapat diatasi dengan mengembali-kan prinsip
angka, misalnya Situjuh, Ampekkoto, Limapuluh
penamaan itu dalam tata nama geografi.
Koto, Kambing tujuh, Limakaum, Tigobaleh,
Pembahasan dalam artikel ini lebih diarahkan
Tigakampung, dan Kelok Ampekpuluh Ampek. Hal itu
pada nama geografi berbahasa Indonesia—dalam
menggambarkan bahwa masyarakat Minangkabau
hal tertentu daapat pula disandingkan dalam bahasa
lebih terbiasa dan mudah menggunakan angka-
daerah yang mendekati kata bahasa Indonesianya,
angka (metematis) dalam mengukur sesuatu,
seperti Muarobungo yang dapat ditemukan
biasanya diwujudkan dengan perniagaan.
pula penulisannya Muarabunga. Itu pun lebih
Lain lagi nama geografi di Jawa Barat yang lebih akrab dengan air (ci) sehingga nama-nama
dititikberatkan pada nama generik yang menjadi nama gabungan dalam nama spesifik.
geografi lebih banyak menggunakan ci. Misalnya,
Pembicaraan tetntang nama geografi pernah
Cianjur, Ciamis, Cipanas, Cirankjang, Cimacan,
dilakukan, seperti Santoso (1993), Sandy (1994),
Cibogo, Cipayung, Cileduk, dan Cikoneng. Di
Ruskhan (1998) dan (2003), Rais (2009) dan (Tanpa
Jakarta, misalnya, karena dahulu daerah ini terdiri
Tahun), serta Keputusan Presiden No. 112/2006.
atas rawa-rawa dan kebun, nama-nama geografi
Santoso (1993) membahas atruran-aturan
pun menggambarkan keadaan daerah itu. Misalnya,
pemberian nama geografi di Indonesia. Ataruan
Rawamangun, Rawabuaya, Rawabadak, Rawakemiri,
itu dihimpun dalam Panduan Pembakuan Nama-
Rawabangke, dan Rawabelong serta Kebonjeruk,
Nama Geografi. Di dalamnya dikemukakan upaya
Kebonnanas, Kebonsirih, Kebonkopi, Kebonmanggis,
pembakuan nama-nama geografi Indonesia yang
dan Kebonkacang. Walaupun zaman sudah berubah,
memperlihatkan nama-nama yang berlaku di
nama-nama itu masih tetap bertahan sampai
daerah masing-masing. Penamaan itu menghasil-
sekarang. Memang ada upaya sebagian pengembang
kan adanya upaya pembakuan dengan memper-
yang ingin perumahannya di-pandang bergengsi
timbangkan kekhasan di daerah masing-masing.
menamakan perumahannya dengan nama keinggris-
Sandy (1994) pernah menulis artikel
inggrisan. Misalnya, Pedurenan di Ciledug, Kota
“Masalah-Masalah Nama Geografi” dalam antologi yang disunting Maskun Iskandar dan Atma-
365
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 3, Mei 2011
Misalnya, Pulaupanjang, Pulogadung, Pulogebang,
memiliki kandungan perak (dapat juga penghasil),
Pulomas, dan Pulosari. Sebagai nama spesifiknya,
mas, dan pasir. Tanjungbarat berkaitan dengan arah
ada adjektiva dan nomina. Nama terakhir seperti
tempat itu sebelah barat.
panjang, gadung, gebang, mas, dan sari memiliki makna tertentu berkaitan dengan generiknya.
Padang
Panjang boleh jadi struktur daerah-nya berbentuk
Nama generik berupa padang dalam bahasa
pulau yang memanjang. Begitu pula penambahan
Indonesia sebagai nama generik geografi jarang
kata panjang, gadung, gebang, mas, dan sari
ditemukan. Misdalnya, dalam nama geografi di luar
berkemungkinan memiliki kaitan dengan kata
Indonesia ditemukan Padang Gobi dan
generiknya.
Sahara. Namun, nama generik padang itu dapat
Padang
bergabung sebagai pembentuk nama spesifik banyak Gunung dan Bukit
ditemukan. Misalnya, Padangpanjang, Padangluar,
Nama gunung dan bukit ditemukan juga dalam
Padangjapang, Padangsidempuan, Padanglaweh,
nama geografi yang menjadi nama generik geografi,
Padangpasir, Padangsibusuk, Padangkandih, dan
seperti Gunung Singgalang, Gunung Slamet,
Padangbaru. Nama generik padang diikuti oleh
dan Bukit Barisan. Nama generik itu dapat pula
nomina seperti japang, sidempuan, pasir, sibusuk,
membentuk nama geografi yang bermakna spesifik.
dan kandih serta adjektiva seperti panjang, laweh,
Misalnya, Gunungsitoli, Gunungkidul, Gunungtua,
dan baru.
Gunungmas, Bukittinggi, Bukit-cangang, Bukitapit,
Penamaan nama generik dengan spesifik
Bukitdago, Bukitlawang, dan Bukitsari. Baik gunung
itu tidak lepas dari makna yang terkandung
maupun bukit ada yang dikuti oleh adjektiva seperti
dalam nama itu. Padangpanjang, Padanglaweh,
Gunungkidul, Gunungtua, dan Bukittinggi dan ada
Padangbaru mengandung makna padang berbentuk
pula yang diikuti oleh nomina seperti Gunungmas,
panjang, luas, dan lebih baru dari yang lain. Padang
Bukitdago, Bukitlawang, dan Bukitsari, Selain itu,
luar bisa jadi posisinya sebelah luar dari posisi Kota
ada yang diikuti oleh verba, seperti Bukitcangang
Bukittinggi. Bagaimana dengan
Padangjapang,
dan Bukitapit.
Padangsidempuan, Padangpasir,
Padangsibusuk,
Kembali kepada nama spesifik yang mengikuti
Padangkandih? Padangjapang adalah padang
generiknya, tentu ada kaitan makna yang dapat
tempat orang Jepang pada pendudukan Jepang
diungkap. Nama kidul (selatan) dan tinggi berkaitan
bermarkas; Padangsidempuan, Padansibusuk, dan
dengan posisi kota itu. Sementara itu, nama tua
Padangkandih ada kaitan dengan kondisi tempat itu.
merupakan penamaan terhadap usia tempat itu.
Misalnya, Padangsibusuk dan Padangkandih banyak
Tanjung
ditumbuhi oleh pohon sibusuk dan kadih.
Nama tanjung sebagai nama generik dalam geografi, misalnya, Tanjung Cina dan Tanjung Api.
Generik berupa Perairan
Nama generik dapat bergabung dengan nama
Perairan, antara lain, meliputi sungai/kali/batang,
spesifik yang membentuk nama geografi yang
ci, muara, dan rawa. Nama itu menjadi generik
spesifik. Misalnya, Tanjungpriok, Tanjungpinang,
dalam nama geografi.
Tanjungpura, Tanjungmas, Tanjungperak, Tanjungpandan, Tanjungpasir, dan Tanjungbarat. Dalam
Sungai, Kali, Batang, Ci-
contoh itu nama generik tanjung diikuti oleh
Nama generik
nama spesifik berupa nomina. Nama spesifik yang
banyak ditemukan dalam nama-nama geografi.
mengikuti generiknya memiliki makna yang dapat
Peng-gunaannya mencirikan kekhasan di daerah
dirunut. Baik bentuk tanjung maupun kandungan
tertentu. Nama sungai digunakan secara umum,
tumbuhan yang ada akan menghasilkan nama
seperti Sungai Musi, Sungai Kapuas, dan Sungai
spesifiknya. Tanjungpriok ada kemungkinan
Mahakam. Nama generik sungai dapat pula
bentuknya seperti periuk; Tanjungpinang dan
membentuk nama geografi yang bersifat spesifik,
Tanjungpandan kemungkinan daerah itu ditumbuhi
misalnya, Sungaipenuh, Sungailiat, Sungaibatang,
oleh pohon pinang dan pandan. Sementara itu,
Sungaitanang, Sungailandai, Sungaibaru,
Tanjungperak, Tanjungmas, dan Tanjungpasir
Sungaiduri, dan Sungaipuar.
366
sungai, kali, batang, dan ci-
Abdul Gaffar Ruskhan, Keunikan Nama-Nama Geografi Indonesia: Dari Nama Generik ke Spesifik
yang saling berhubungan sedemikian rupa sehingga
perairan, serta buatan dan administratif, sementara
membentuk kesatuan psikologis. Dengan begitu,
spesifiknya adalah nama yang diberikan untuk
kata menjadi lambang dari konsep yang
tempat (Rais, 2009).
dapat
berupa kat tungal atau gabungan dari beberapa
Bentuk kenampakan alam meliputi, antara
kata yang memili acuan tertentu. Karena itu, contoh
lain, pulau (pulo), gunung, bukit, laut, gunung,
Medan dan Bukittingi merupakan kata, baik satu
dan teluk pada Pulau Sumatra, Bukit Barisan, Laut
kata seperti Medan, maupun kombinasi kata, seperti
Jawa, Gunung Merapi, dan Teluk Tomini. yang
Bukittingi. Masing-masing mewakili konsep berupa
terdiri atas unsur generik pulau, laut, gunung,
makna yang melekat pada nama itu
kota, dan kampung sebagai unsur generik dan
Lyons (1977) menjelaskan bahwa nama sebagai
Sumatra, Barisan, Jawa, Merapi, dan Tomini sebagai
mana yang digunakan dalam setiap perilaku bahasa
unsur spesifiknya. Sementara itu, bentuk perairan,
memiliki dua fungsi khusus, yakni fungsi referensial
antara lain, adalah sungai/kali,/batang, ci, muara,
dan fungsi vokatif. Fungsi referensial berkaitan
dan rawa pada Sungai Kapuas, Kali Brantas, dan
dengan hubungan referen dengan bentuk bahasa
Muara Padang. Sementara itu, nama kawasan,
yang dipakai untuk mewakilinya. Sementara itu,
buatan, administratif meliputi yang terkait dengan
fungsi vokatif merupakan fungsi yang digunakan
nama kawasan, nama yang dibangun manusia,
untuk menarik perhatian seseorang dari apa yang
dan administrasi pemerin-tahan. Mengingat nama
disebut atau dipanggil. Dalam konteks
nama
generik dapat saja terdapat pada unsur geografinya
georgafi, nama yang diberikan mengandung fungsi
dan adakalanya terdapat dalam nama geografi yang
referensial yang dapat dilihat dari nama-nama
menjadi spsifiknya. Walaupun begitu, segi-segi
yang pemberian masyarakat terhadap tempat
nama generik yang menjadi unsur dalam nama
yang berkaitan dengan referennya. Di samping itu,
spesifik akan menjadi fokus pembahasan.
nama geografi itu yang berfungsi vokatif tampak
Selanjutnya, suatu nama geografi ada-kalanya
bahwa nama itu akan membangkitkan perhatian
terdiri atas satu, dua kata, atau lebih. Masing-
orang terhadap panggilan suatu tempat, baik nama
masing ditandai dengan adanya unsur generik dan
penampakan alam, nama buatan, maupun nama
unsur spesifik. Jika nama geografi itu hanya satu
adminstratif yang diberikan.
kata, unsur generiknya dapat saja implisit, seperti
Jika kita menganalisis nama geografi, tentu
Bogor. Unsur generik yang implisit itu adalah,
tidak lepas dari kata yang satuan-satuan bahasa
Misalnya Kota Bogor atau Kabupaten Bogor. Kota
yang terdapat dari nama itu. Masing-masing
dan kapupaten merupakan unsur generiknya,
memiliki unsur generik dan unsur spesifiknya,
sedangkan Bogor merupakan unsur spesifiknya.
seperti yang dikemukakan oleh Rais (tanpa tahun).
Begitu seterusnya dengan nama geografi yang
Unsur generiknya terdapat dari untuk yang melekat
terdiri atas dua kata atau lebih.
sebagai nama, seperti pulau, laut, gunung, bukit,
Generik berupa Kenampakan Alam
teluk, tanjung atau terkait dengan wilayah seperti
Tidak semua nama kenampakan alam dibicarakan
provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, atau desa.
dalam pembahasan ini. Yang disinggung adalah
Begitu pula, sebuah nama geografi adakalanya
hal-hal yang berkaitan dengan nama generik yang
unsur generik dapat menjadi unsur spesifik,
berpotensi menjadi nama pembentuk gabungan
seperti Pulogadung, Gunungsitoli, Bukittinggi,
kata yang menghasilkan nama spesifik, antara lain,
dan Kotabaru. Jadi, pulo, gunung, bukit, atau
sebagai berikut.
kota sebagai unsur generik menjadi bagian dari spesifiknya.
Pulo/Pulau
Dalam hubungan itu, unsur generik dari suatu
Pulau/pulo merupakan nama generik. Misalnya,
nama geografi adalah kata yang mngandung
Pulau Sumatra, Pulau Bangka, Pulau Tarakan, dan
makna umumnya, sedangkan yang spesifik adalah
Pulau Bali. Nama generik itu
kata yang mengandung makna yang membatasi-
generik dalam nama geografi. Lazimnya, nama itu
nya sebagai suatu kekhususan dari generiknya.
dikuti oleh kata sebagai spesifiknya. Namun, nama
Karena itu, nama geografi generiknya berkaitan
generiknya dapat bergabung dengan nama spesifik
dengan penampakan alam, baik daratan maupun
sehingga membentuk nama spesifik geografi.
digunakan sebagai
367
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 3, Mei 2011
sepeti pada Pekanbaru, Pakansenayan, Pakansalasa,
dan Ladangtibarau. Karena sifat kebun/kebon/
Pakanrabaa, dan Pakankamih. Sementara itu, balai
parak/ladang sebagai lahan pertanian, nama
digunakan pada contoh Balaisalasa, Balaikambang,
spesifiknya adalah flora seperti jeruk, kacang,
dan Balai-mansiro. Baik pasar, pekan, maupun balai
kelapa, manggis, sirih, karabia (kerambil), karakah,
merupa-kan generik dari spesifik yang mengikutinya.
dan tibarau. Namun, ada juga yang bermakna
Akhirnya, nama generik itu bergabung dengan
ukuran, yakni laweh (luas) pada Paraklaweh dan
spesifiknya menghasilkan nama kota, desa, atau
Ladanglaweh. Sementara itu, ada juga verba seperti
kampung dalam geografi Indonesia.
tinggal (tinggal).
Perkembangan pusat belanja modern akhir-
Nama generik taman dapat dijumpai dalam
akhir ini makin pesat. Munculnya mal, pasar-
contoh Tamanmelati, Tamankota, Tamansari,
swalayan, dan toserba mendatangkan kemudah-an
Tamanmenteng, Tamanlawang, Tamananggrek,
bagi masyarakat pembeli. Karena itu, bermunculan
Tamanpuring. Tampaknya nama spesifik umumnya
pula nama-nama pusat belanja modern, misalnya,
nama bunga, seperti melati, sari, menteng, lawang,
Mal Ciputra, Mal Kelapagading, dan Pasarswalayan
anggrek, dan puring. Namun, ada juga yang berupa
Ramayana. Walaupun begitu, nama generik pasar
kawasan, yakni kota pada Tamankota. Nama-nama
modern belum potensial membentuk nama spesifik
yang unsur generiknya taman ditemukan di Jakarta.
seperti halnya pasar, pekan, dan balai. Generik berupa Nama Administratif Generik berupa Hunian
Ada dua nama administrati yang melekat pada nama
Hunian dapat saja berupa pondok, hotel, vila,
geografi, yakni kota dan kampung, misalnya, Kota
grama, sangraloka. Hunian itu merupakan generik
Tangerang dan Kota Bogor serta Kampung Ciputat
dalam nama yang membentuk nama hunian.
dan Kampung Pondokserut (di Ciledug). Nama
Misalnya, Pondokindah, Pondokpinang, Pondok-kopi
generic itu dapat berfungsi sebagai namapembentuk
Pondokbambu. Gryakencana, Griyaloka, Griyalestari,
nama spesifik. Misalnya, nama kota adalah
Hotel Indonesia, Hotel Aston, Vila Melati, Vila
Kotabaru, Kotabumi, Kotacane, Kota-bunga,
Pamulang, Grama Palma, Grama Sumberpalma,
Kotagede, Kotanopan, dan Kotapinang. Nama
Sanggraloka Tira, dan Sanggraloka Tebing Bali,
spesifiknya ada yang adjektiva seperti baru dan
Nama hunian itu pada dasarnya terdiri atas generik yang dapat menjadi spesifik setelah
gede. Sementara itu, nama spesifik berupa nomina, misalnya, bumi, cane, bunga, nopan, dan pinang.
bergabung dengan nama berikutnya. Perlu dicatat
Sementara itu, nama generik berupa kampung
bahwa munculnya berbagai nama untuk hunian
dapat ditemukan seprti pada Kampung-ambon,
disebabkan adanya pemadanan kata asing ke dalam
Kampungmelayu, Kampungjawa, Kampungnaga,
bahasa Indonesia. Vila, dukuh, dan grama dari villa/
Kampungrambutan,
village, sanggraloka dari resort.
Kampungmadura, dan Kampungmakasar. Unsar
Kampung-asam,
Tampaknya ada nama generik yang dapat
spesifiknya adalah nomina etnis, seperti Ambon,
membentuk nama spesifik seperti Pondokindah,
Melayu, Jawa, Madura, dan Makassar serta nomina
Pondokpinang, Pondokkopi, Pondokbambu,
flora/fauna seperti rambutan, asam, dan naga.
Pondokacang. Namun, beberapa di antaranya tidak
Ada juga unsur generik berupa kota dan koto di
dapat membentuk nama spesifik, seperti vila, hotel,
beberapa daerah di Indonesia. Unsur kota, misanya,
grama, dan sanggraloka.
Karena itu, penulisannya
Kotabaru (Sumatra, Kalimantan), Kotacane (Aceh),
tetap dipisah antara nama generik dan spesifiknya.
dan Kotanopan (Sumatra Utara). Sementara itu, koto banyak ditemukan di Sumatra Barat, seperti
Generik berupa Lahan Tanam
Kototinggi, Kototuo, Kotopanalok, Kototangah,
Nama generik berupa lahan tanam adalah kebun/
Kotogadang, dan Kotomarapak.
kebon/parak/ladang dan taman. Nama generik kebun/kebon/parak dapat ditemukan, misalnya,
Simpulan dan Saran
pada Kebonjeruk, Kebonkacang, Kebonkelapa,
Simpulan
Kebonmanggis, Kebonsirih, Parakkarambia,
Nama-nama geografi di Indonesia memiliki
Parakkarakah, Paraklaweh, Paraktinga, Ladanglaweh,
keberagaman. Nama-nama geografi itu ada yang
368
Abdul Gaffar Ruskhan, Keunikan Nama-Nama Geografi Indonesia: Dari Nama Generik ke Spesifik
Selanjutnya, nama kali lebih banyak diguna-kan
Nama rawa sebagai nama generik umumnya
di Pulau Jawa, misalnya, Kali Berantas, Kali Kresek,
ditemukan di Jakarta. Namun, nama itu sebagai
dan Kali Malang (sebagai nama kali). Nama generik
nama geografi menjadi nama pembentuk nama
kali sebagai salah satu pembentuk nama geografi
spesifik geografi. Misalnya, Rawamangun,
yang bersifat spesifik, seperti Kalideres, Kalimalang
Rawabunga, Rawabuaya, Rawebadak, Rawa-
(nama tempat), Kalipasir, Kalijodoh, Kaliurang,
kambing, Rawabelong, Rawaseneng, Rawa-bening,
Kalibaru, Kalibata, Kalimas, dan Kalisari. Sementara
Rawakemiri, Rawamelati, dan Rawa-kebembem.
itu, nama batang digunakan di Sumatra bagian
Nama generik itu diikuti oleh nama spesifik nomina
tengah yang bersinonim dengan sungai. Misalnya,
seperti mangun, bunga, buaya, badak, kambing,
Batang Hari, Batang Antokan, Batang Sianok,
kemiri, melati, dan kebembem serta adjektiva
dan Batang Tambuo. Nama batang sebagai nama
belong, seneng, dan bening. Nama generik nomina
generik terdapat pula pada nama geografi yang
terdiri atas nomina flora seperti mangun, bunga,
membentuk nama spesifik. Misalnya, Batangkandis,
kemiri, melati, dan kebembem serta fauna seperti
Batangsariak, dan Batangkapeh. Namun, nama
buaya, badak, dan kambing. Ada kemungkinan
batang itu dapat juga berhomonim dengan batang
nama spesifik itu menunjukkan terjadinya pada
’pohon’.
masa dahulu “tempo doeloe” dalam sejarah Jakarta.
Nama ci banyak sekali ditemukaan di daerah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, misalnya, Ci
Lubuk
Tarum, Ci Manuk, dan Ci Sadane. Nama generik ci
Nama lubuk yang berarti ‘bagian yang dalam dari
sangat potensial menjadi nama pembentuk nama
sungai (laut, danau, dansebaginya) atau jeluk’
geografi seperti nama kota, kecamatan, dan desa.
sebagai unsur generik dalam nama geografi dapat
Misalnya, Cibadak, Cimacan, Cilandak, Cibiru,
ditemukan di Indonesia. Misalnya, Lubukbasung,
Cibereum, Cikoneng, Cipanas, Cipete, Cimanggis,
Lubukmatakucing, Lubukminturun, Lukbagaluang,
Cinangka, Cisalak, Cipayung, Ciranjang, Cipaku,
dan Lubuklinggau, Penggunaan nama generik
Cianjur, Cisaat, dan Cileduk, Jika diungkap, nama
lubuk ditemukan di Sumatra Barat dan Sumatra
spesifik yang mengikuti nama generik itu bervariasi,
Selatan. Sementara itu, unsur spesifiknya: basung,
misalnya, ada nama fauna badak, macan, dan
mata kucing, minturun, bagalung, dan linggau
landak; ada juga warna: biru, bereum (’merah’),
tampak-nya mengandung makna nama pohon/
dan koneng (’kuning’); ada pula jenis flora: anjur,
bagian kayu, binatang, kemiripan, dan bentuk.
peta (petai) manggis, nangka, dan salak; terdapat
Makna pohon adalah basung dan linggau; binatang
juga nama benda: payung, ranjang, paku; ada juga
adalah minturun; kemiripan adalah mata kucing,
sifat air: panas, saat (’kering’), dan leduk (’kotor’);
yakni lubuk yang mirip mata kucing; bentuk adalah
dan sebagainya.
bagalung (bergelung).
Muara
Generik berupa Nama Buatan
Nama generik berupa muara (muaro) dapat
Nama buatan dalam nama ggeografi adalah nama
ditemukan pada nama geografi seperti Muara
yang dibangun, diolah, dan dikelola manusia yang
Padang. Nama generik itu dapat membentuk nama
muncul belakangan, misalnya, pusat belanja,
spesifik geografi, seperti Muaraangke, Muarabatu,
pertanian, dan hunian.
Muaraenim, Muarakarang, Muara-mahat, Muarasipongi, Muarateweh, dan Muaro-bungo. Nama
Generik berupa Pusat Belanja
generik muara/muaro diikuti oleh nama spesifiknya
Ada beberapa pusat belanja tradisional yang
berupa nomina angke,
batu, enim, karang,
dilambangkan dengan kata pasar, pekan, dan
mahat, sipongi, teweh, dan bungo (bunga) yang
balai (dalam bahasa Minangkabau). Nama itu
menghasilkan nama spesifik tempat. Nama spesifik
merupakan generik yang terdapat dalam nama
yang mengikutinya memiliki kaitan nama dengan
geografi. Misalnya, Pasarahad, Pasarminggu,
nama generik yang dinamai.
Pasarsenen, Pasarrebo, Pasarkemis, Pasarjumat, Pasarbaru,Pasarusang, Pasarsenggol, dan Pasarular.
Rawa
Di samping itu, penggunaan pekan (pakan) terdapat
369
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 3, Mei 2011
Penamaan geografi dapat dilakukan dengan menggabungkan nama generik, baik berupa kenampakan alam, perairan, kawasan, maupun buatan. Segi kenampakan alam lebih potensial
Rais, Jacob. 2009. “Pembakuan Penulisan Nama Geografi di Indonesia”. Bogor: Bakosurtanal. Ruskhan, Abdul Gaffar. 1998. “Penggunaan
daripada yang lain. Penamaan itu terdapat dalam
Bahasa Indonesia dalam Nama Geografi”.
nama geografi seperti kota, kecamatan, desa, dan
Dalam Kebudayaan, 14. (Tahun VII).
kampung.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Saran
Ruskhan: 2003. “Ihwal Nama Geografi di
Berkaitan dengan simpulan di atas, ada beberapa
Indonesia”. Makalah dalam Forum Media
saran yang menjadi perhatian penulis sebagai
Massa di Jakarta, 5 Juni 2003. Jakarta.
berikut. Pertama, Nama geografi yang begitu unik
Sandy, I Made. 1994. “Masalah-Masalah Nama
di Indonesia perlu mempertimbangkan penggunaan
Geografi”. Dalam Maskun Iskandar dan
bahasa Indonesia, tetapi tidak mengabaikan
Atmakusumah Astraatmadja (Penyunting)
penggunaan bahasa daerah jika mengan-dung nilai
“Masalah Bahasa dan Nama Geografi
kesejarahan, Kedua: 2) Pembakuan nama geografi
dalam Pers Indonesia Masa Kini”. Jakarta:
di Indonesia perlu dilakukan di setiap daerah dengan
Lembaga Pers Dr. Soetomo.
mengikuti aturan penamaan yang bersifal nasional.:
Santoso, Widodo Edy (Penyunting). 1993.
3) Nama generik dapat dikembangkan oleh pihak
“Panduan Pembakuan Nama-Nama
yang diberi wewenang, baik di pusat maupun di
Geografis”. Jakarta: Bogor: Panitia Tetap
daerah, untuk memberi nama baru nama georgafi
Nasional Nama-Nama Geografis.
yang belum bernama atau mengganti nama georgafi
Sapir, Edward. 1921. Language: Introduction to
yang tidak sesui dengan prinsip dan kriteria yang diatur.
the Study of Speech. Saussure, Ferdinand de. 1974. Course in General
Pustaka Acuan
Linguistics. New York: Mc Graw-Hill Book
Keputusan Presiden Nomor 112 Tahun 2006
Company.
Tentang Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi. Merriam-Webster. 1993. Merriam Webster’s Collegiate Dictionary. Edisi 10. Springfield: Merriam-Webster. Pateda, Mansur. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Reneka Cipta. Rais, Jacob. Tanpa Tahun. “Arti Penting Penamaan Unsur Geogfrafik, Definisi, Kriteria, dan Peranan PBB dalam Toponomi: Kasus Nama-Nama Pulau di Indonesia”. Bogor: Bakosurtanal.
370
Sugono, Dendy, Sugiyno, dan Meity Taqdir Qudratillah. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Abdul Gaffar Ruskhan, Keunikan Nama-Nama Geografi Indonesia: Dari Nama Generik ke Spesifik
menggunakan bahasa Indonesia dan di samping menggunakan bahasa daerah. Keragaman itu merupakan keunikan Indonesia yang kaya dengan etnis dan budayanya, termasuk bahasa. Jika di lihat dari unsurnya, nama geografi terdiri atas nama generik dan nama spesifik. Nama generik merupakan nama yang berlaku secara umum, baik berupa nama kenampakan alam, buatan, kawasan, dan administratif. Nama-nama generik itu berpotensi dalam bahasa Indonesia—termasuk bahasa daerah—menjadi nama spesifik. Dengan kata lain, nama spesifik dibentuk dari nama generik dan spesifik. Walaupun begitu, ada kemungkinan nama spesifik itu berupa nama generik dan nama generik. Nama yang diciptakan masyarakat tidak lepas dari sejarah penamaannya. Ada kalanya penamaan dengan nama generik itu merupakan penandaan terhadap sesuatu yang ada pada nama generiknya. Misalnya, tempat yang banyak ditumbuhi oleh tanaman di rawa, pondok atau kebun (kebon) atau memiliki bentuk dan posisi tertentu.
371