Geografi Islam: Indonesia Bursa, 19 Maret 2016 Salah
satu
program
Ikamat wilayah Bursa
dalam
periode
ini adalah mengadakan seminar dengan tujuan memperkenalkan Indonesia secara umum dan juga Aceh secara khususnya kepada masyarakat Turki di sebuah kota yang juga merupakan tempat peristirahatan terakhir Osman Gazi dan anaknya Orhan Gazi tersebut. Seminar ini dilaksanakan pada hari sabtu dengan tema İslam Coğrafyası Günleri 8; Endonezya. Program yang diselenggarakan oleh İkamat Bursa dan juga bekerja sama dengan İpek Yolu (NGO Turki dibawah payung ÜDEF) ini mengangkat tema Aceh yang mana sebuah daerah yang merupakan pintu masuknya islam bagi Nusantara, tanah Rencong yang bergelar Serambi Mekkah. Dalam seminar ini, Ikamat Bursa mengundang saudara Muhammad Haykal dan Rahmat Ashari sebagai pembicara. Setelah bapak Ebu Bekir Armağan, selaku pemimpin dernek İpek Yolu, beliau menyampaikan sambutannya sekaligus membuka acara tersebut. Selanjutnya, pembicaraa pertama, Muhammad Haykal, tampil ke podium menjelaskan sejarah Nusantara dan Indonesia. Didampingi oleh slide yang telah dipersiapkannya, Haykal berbicara mengenai Indonesia dan Nusantara selama kurang lebih empat puluh lima sampai lima puluh menit. Dalam penjelasannya Haykal memaparkan sejarah Nusantara yang telah menganut agama Hindu – Buddha sejak abad keempat setelah kelahiran Isa a.s hingga datangnya Islam dengan teori Gujarat, Persia dan Mekkah pada abad kedua belas masehi. Dalam seminarnya Muhammad Haykal juga memaparkan beberapa pemikiran Mehmet Özay mengenai Nusantara dan Aceh.
Seminar dilanjutkan dengan tampilnya pembicara kedua Rahmat Ashari yang mengangkat bicara mengenai Açe, Mekke kapısı (Aceh, Serambi mekkah). Rahmat memaparkan sejarah singkat Aceh beserta Rencong yang merupakan simbol tanah ini. Tentunya episode sejarah yang paling penting tidak dilupakan oleh si pembicara, yaitu kisah Persahabatan Lada Sicupak. Masa dimana Osmanlı dan masyarakat Aceh ibarat saudara yang saling melindungi satu sama lain. Dalam slidenya Rahmat juga menampilkan bukti sejarah berupa surat dari sultan Alauddin Riayat Syah Al-Qahhar kepada sultan Ustmani Suleyman Agung. Surat yang dikirim dengan maksud meminta bantuan alat perang melawan Portugis yang dijawab oleh Sultan dengan mengirimkan kapal-kapal perang beserta meriam yang dinamai “lada sipucak”utusan dari Aceh membawa rempah-rempah untuk dihadiahkan kepada sultan, untuk mengenang kisah tersebut Seperti yang
meriam ini pun ditulis oleh
dinamai Lada Sicupak-. peneliti sosiologi
Muslim dari Turki, Dr . Mehmet Ozay “Meriam tersebut dikenal sebagai meriam Lada Sicupak,”. Rahmat juga menambahkan bahwa meriam ini telah dibawa ke Belanda oleh penjajah saat negeri Kincir Angin itu menjajah Tanah Seminar
Air. pun
di
akhiri
setelah
beberapa
pertanyaan
dari peserta dijawab oleh pembicara. Acara pun ditutup dengan penyerahan sertifikat kepada Rahmat dan Haykal sebagai pembicara dan juga kepada pihak İpek Yolu derneği yang diserahkan oleh ketua Ikamat, Muhammad Reza Fahlevi yang juga ikut hadir di tempat. Program pun dilanjutkan dengan nge-çay dan bincang santai bersama rekan-rekan Ikamat. Di luar gerimis mulai membasahi bumi, matahari pun telah mengucapkan salam perpisahannya sejak tadi. Saudara anak adam
sedang berbincang hangat di dalam ruangan bergaya klasik peninggalan kerajaan Usmani. Sejauh mana kita melangkah, selalu ada saudara yang kita temukan. Begitu juga sejauh mana waktu meninggalkan persahabatan “Lada Sicupak”, sejarah tetap mencatat, kita di sini bertugas untuk meneruskannya. Salam dari Ikamat Bursa
Kampung Wakaf Milik Sultan Oleh ZULKHAIRI ARAFAH FARABY, Mahasiswa Administrasi Bisnis, Uludag University, melaporkan dari Turki. ISTANBUL dan Ankara. Inilah dua kota penting bagi Turki. Istanbul menjadi ibu kota Usmani sejak Muhammad Al-Fatih menaklukkan Konstantinopel kemudian berganti nama menjadi Islambol (Islam melimpah). Cikal bakal Dinasti Usmani justru dimulai dari Bursa sebelum dipindah ke Edirne setelah kekalahan Usmani dari Timur Leng. Rumah-rumah, istana, dan masjid dihancurkan, rata dengan tanah. Beruntungnya, Cumalikkizik dan Kizik-kizik lainnya bertahan sampai sekarang. Cumalikkizik (baca: Jumalekkezek) merupakan perkampungan tua di pinggiran Kota Bursa yang berumur lebih dari 700 tahun. Cumalikkizik berasal dari kata “Cuma”, berarti Jumat dan “Kizik” bermakna perempuan. Dari dulu perkampungan ini selalu ramai pada hari Jumat, baik oleh aktivitas perdagangan maupun shalat Jumat berjamaah. Perkampungan bersejarah ini terletak di Distrik Yildirim, kurang lebih 10 km ke arah timur Kota Bursa. Tapi tak perlu khawatir, karena ada banyak dolmus (angkot Turki) jurusan
Cumalikkizik, apalagi ada metro (kereta bawah tanah) yang bisa diakses dari mana saja. Anda hanya perlu turun di Stasiun Cumalikkizik, kemudian teruskan perjalanan dengan otobus hingga sampai di kaki Gunung Uludag. Perkampungan ini dibangun Sultan Orhangazi sebagai perkampungan wakaf. Mata pencaharian masyarakatnya adalah bercocok tanam dan berdagang. Tanamannya pun beragam, mulai dari anggur, raspberry, dan gandum. Hasil panen tersebut kemudian dijajal pada hari Jumat di lapangan pintu gerbang masuk perkampungan. 25 Ferbuari 2000 Cumalikkizik ditetapkan Unesco sebagai cagar budaya warisan dunia. Perkampungan ini mulai dikenal dunia ketika menjadi lokasi syuting drama Turki berjudul “Henna in the Snow”. Drama tersebut meraih sukses di eranya, kemudian muncullah rogram tv lainnya yang tertarik untuk meliput keunikan Cumalikkizik. Rumah-rumah Cumalikkizik masih mempertahankan kemurnian arsitektur Usmani. Dua atau tiga rumah saling terhubung ke jalan kampung dengan satu pintu gerbang yang terbuat dari kayu. Di samping pintu berdiri kokoh tembok pembatas rumah yang tinggi. Tembok-tembok tersebut terbuat dari tanah liat ataupun pahatan batu. Dinding rumah di sini ada yang terbuat dari pecahan batu bercampur tanah liat, batu bata zaman Usmani, tripleks, bahkan ada yang hanya terbuat dari tanah liat dicampur dengan serabut rumput. Hal unik lainnya adalah bentuk jendela di lantai atas yang membentuk pola geometris dan buncit ke depan. Cumalikkizik bisa dibilang mirip dengan “rumoh Aceh”, di mana dapur, kamar tidur, dan ruang tamu berada di lantai atas. Artinya, setiap rumah mempunyai tangga masuk ke ruang utama. Sedangkan di lantai dasar diberi papan penutup yang berfungsi sebagai gudang penyimpanan hasil panen kebun, kayu bakar, ataupun tempat penyimpanan peralatan kebun. Jalan-jalan kampung yang menghubungkan rumah ke rumah juga terbuat dari pecahan batu yang ditumbuk rata, tapi diberi celah di tengahnya agar air hujan atau salju cair dapat mengalir ke sungai.
Cumalikkizik terdiri atas 270 rumah. Beberapa di antaranya sedang dalam proses restorasi. Hanya 180 di antaranya berpenghuni dan 85 dari rumah tersebut terdaftar sebagai model bangunan Dinasti Usmani. Pemerintah daerah juga memasang tv touchscreen di gerbang masuk perkampungan untuk memandu turisturis lokal maupun mancanegara. Keasrian Cumalikkizik tak hanya pada bangunannya, melainkan juga gaya hidup masyarakat setempat. Gaya hidup ala Usmani masih melekat di kampung yang berpenduduk 750 jiwa ini. Cara berpakaian, cara memasak, dan memanggang roti semuanya masih sama dengan 700 tahun lalu. Tapi mereka bukan primitif. Penduduknya juga menggunakan handphone atau tv layaknya penduduk kampung lainnya. Hanya saja dari segi tertentu sentuhan modern tak dapat diterima. Cara hidup dan dekorasi kamar juga disesuaikan dengan perubahan musim. Cumalikkizik kini menjadi objek wisata andalan Provinsi Bursa. Lambat laun mata pencaharian masyarakat pun mulai berubah. Mayoritas masyarakat setempat kini beralih untuk membuka restoran-restoran “Kahvalti” (untuk sarapan) dengan menggunakan teras rumah sebagai rumah makan dan pembeli dapat menyaksikan langsung proses pembuatan makanan yang masih menggunakan cara tradisional. Perhatian serius terhadap tempat-tempat bersejarah tak hanya dilakukan di Provinsi Bursa, tapi juga di seluruh Turki. Cumalikkizik merupakan bagian dari ribuan tempat bersejarah yang mendapat perhatian khusus. Pemerintah pusat dan provinsi terus bekerja untuk mempertahankan dan merawat tempat-tempat bersejarah. Benda-benda sejarah peninggalan Bizantium, Dinasti Selçuk, Dinasti Usmani, maupun era republik masih utuh dan terjaga. Tujuannya, untuk mendidik anak-anak bangsa agar cinta dan menghargai jasa pendahulu yang berjuang membangun Turki. Di sisi lain, aneka peninggalan sejarah tersebut mampu mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara ke Turki setiap
tahunnya. Artikel asli: Serambi Indonesia
Memburu Kebab Bustanussalatin
Turki
di
BANDA ACEH – “Tau tidak? Saya datang ke bazar ini khusus mau rasa kebab Turki. Kabarya yang bikin kebabnya orang Turki langsung loh,” kata seorang perempuan calon pembeli kepada teman perempuannya, Sabtu (06/03), di Sultanussalatin (Taman Sari), Banda Aceh. Perempuan-perempuan berparas plus, lagi bergaya mentereng dan gaul itu, sudah antre belasan menit lalu, juga terlihat kilau keringat di wajah mereka. Ada juga beberapa keluarga keturunan (ciri orang Turki) yang lalu lalang dan ikut antre. Tapi kebanyakan perempuan usia kuliahan ikut mejeng dan menyantap kebab, langsung di arena bazar. “Cafe” dadakan dengan beberapa kursi kayu gaya minimalis berpelitur, agak memberi dimensi ala Timur Tengah. Apalagi rata-rata panitia bazar mengenakan kopiah bulat merah. Meriah juga akhirnya lokasi yang berluas sekitar 600-an meter itu. Entah karena Sabtu sore menjelang malam Minggu? Atau
memang sebagian pengunjung ingin berburu kebab. Yang jelas, para “tamu” masih betah duduk usai santap kebab. Barangkali karena disuguh teh Turki yang Rp 2.000 saja per gelas, yang untuk tamu spesial bersifat gratis. “Sebentar ya buk,” terdengar seorang lelaki Turki yang melayani transaksi kekab. Sosok atletis dan tampan itu pun tak luput dari senyum tipisnya. Keningnya kelihatan berkeringat juga. Ia sibuk dengan pembelinya, kendati sore itu, cuaca terbilang adem. Di arena pojok depan Bustanussalatin itu, sebenarnya stand aneka jus, penganan dalam negeri, aksesoris makanan kering dari Turki. Tapi rata-rata pengunjung meja pembuatan kebab. Seru juga menyaksikan mereka dengan sabar mengantre. Memang ada juga yang tak
ada juga imitasi, antre di berjajar sabaran.
“Sebentar, sebentar, tunggu ya, yang isi ayam kan?” kata kru kebab, yang ketika ke Aceh, sudah belajar bahasa Indonesia semala tiga bulan. Dalam situasi padat pembeli itu, kadangkadang mereka hanya mengangguk menanggapi pesanan. Uniknya, pengunjung bisa melihat langsung para “pendekar” kebab bekerja dengan gesitnya. Mulai dari membulirkan daging sapi giling atau merajangtipiskan daging ayamnya. Di menjelang senja “meriah” itu serambinews.com mendapati ada tujuh orang ada tujuh orang asal Turki, yang langsung datang dari Turki. Satu orang dari Malaysia, Cek Kamaruzzaman (yang menanangi pencincangan ayam dengan menggunakan alat pencincang sekaligus pemanggang daging ayam, doner namanya). Lelaki ini khusus mengambil cuti untuk bazar penggalangan dana bagi sekolah hafal Alquran tersebut. Padahal dia hanya mengerti cara mengiris ayam kebab yang pernah dilakukannya di Malaysia. Tapi bukan pekerja di perusahaan kebab. “Sampai setakat ni sudah tiga doner habis. Satu doner ni 30 puloh kilo grem ayam,” jelasnya bersemangat. Iya tetap nyaman bekerja kendati doner mengeluarkan panas seperti kita berdiri dekat panggangan kambing guling. Bazar juga melibatkan sejumlah santri Tahfizul Quran Ponpes
Sulaimaniyah, Aceh Besar. Agak kontras dengan stand kebab, dua siswa yang menunggugui jajanan Nusantara, hampir tak ada peminat. Sebaliknya, di barisan aneka jus, tiga siswa cukup sibuk juga melayani pembeli. Sama seperti di meja penjual penganan kering serba Turki. Laris manis, terutama coklat yang dikemas seperti permen, yang harganya Rp10.000/enam buah. Pada Sabtu malam, bazar sedianya ditutup pukul 22.00 Wib, namun melihat ramainya pengunjung yang belanja, gebyar “kebab” baru tutup pukul 24.00 Wib. Pada hari penututupan bazar Minggu malam, kebab Turki masih menjadi primadona. Ajang ini simpel dan sangat sederhana, sebenarnya. Yang membuat kita mesti mengadopsinya adalah, kreatifitas keluarga besar Yayasan Sulaimaniyah Tahfidz Center Aceh, untuk “menghidangkan” warna lain dalam bazarnya. Tak ada umbul-umbul atau dekor spektakuler. Tapi tetap tampil beda dengan bazar umumnya. Faktanya, ini memiliki daya jual lebih, dengan menghadirkan “aroma” Turki, baik kebabnya, tehnya, aneka coklatnya, makanan keringnya, maupun kurma Pearl Dates AlAnsar, dalam kemasan sebesar kotak kertas nasi, dengan netto 1000 gram kurma, dan dibanderol Rp50 ribu/kotak. Seperti penuturan komunikasi bazar,
Ustadz Muzakki, kegiatan jualan
bidang sambil
informasi dan berderma ini,
bertujuan untuk membiayayi calon penghafal Alquran tiga pesantren di Aceh. Ada 70 calon penghafal Alquran yang menanti uluran tangan. Tahun 2015 sudah diwisuda 15 orang penghafal 30 juz Alquran. Anda tahu dari mana modal usaha ala anak sekolahan ini? “Dari kaum muslimin muslimat Turki. Donasinya berupa uang tunai, bahan makanan, makanan kemasan, dan pakaian. Ini diberikan secara gratis,” ungkap Ustad Muzakki. Menurut Muzakki, hingga malam Minggu lalu, khusus untuk produksi kebab, dapur yang dipimpin oleh Abi Tajuddin itu,
telah menghabiskan 140 ekor ayam, 30 Kg daging sapi. Kebab ayam disebut doner kebab (satu doner 30 ekor daging ayam), kebab daging sapi disebut adana kebab (Adana nama sebuah kota di Turki yang mula-mula membuat kebab). “Ayamnya kami sembelih sendiri secara syariat,” jelas Muzakki lagi. Satu kebab berisikan setengah ons daging, seiris tomat, sejumput selada, dan bumbu-bumbu seperti merica, cabe bubuk, dan lain-lain. Satu kebab adana dihargakan Rp20.000, dan satu kebab doner Rp15.000. Satu produk lagi, miazum namanya (kulit kebab yang permukaannya dibubuhi daging giling berbumbu), dihargakan Rp10.00/lembar. Hanya saja bila hendak dikonsumsi harus dipanggang dulu. Bazar yang dibuka Walikota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal (bakda Jumat, 4/3) ini ditutup Minggu malam lalu. Panitia, berhasil mengumpulkan sejumlah dana. Cukupkah untuk membiayayi segala sesuatu bagi 70 calon penghafal Quran? Tapi, hasil usaha “keroyokan” ini semoga bermanfaat dan berkah adanya.(nani hs) Artikel asli: Serambi Indonesia
‘Catatanku di Istanbul’ https://www.youtube.com/watch?v=dWV4ch2htAA
BULEKAT
Aceh dan Turki Ustmani
Beasiswa Turki Beasiswa Turki (Türkiye Bursları) Turki bisa menjadi tujuan studi menarik yang bisa Anda coba. Ada beberapa beasiswa kuliah yang tersedia. Salah satu yang patut dicoba adalah Türkiye Scholarships. Beasiswa ini disediakan Pemerintah Turki setiap tahun. Apa saja peluangnya? Melalui skema terbaru 2016 Türkiye Scholarships. Pelamar internasional (selain Turki) bisa melanjutkan studi S1, S2, maupun S3 melalui beasiswa Turki 2016 – 2017 tersebut. Negeri kebab ini menyediakan beasiswa penuh
melalui
Türkiye
Scholarships
untuk
kuliah
di
universitas-universitas terbaik yang ada di Turki. Beasiswa Pemerintah Turki 2016 mencakup tunjangan bulanan sebesar 600 TL (± Rp 2,7 juta) bagi penerima beasiswa S1 Turki, 850 TL (± 3,8 juta) per bulan untuk beasiswa S2 Turki, dan 1.200 TL (± 5,4 juta) buat penerima beasiswa S3 Turki. Selain tunjangan menanggung semua biaya
bulanan,
Beasiswa
Turki
juga
kuliah, akomodasi cuma-cuma, tiket pesawat PP ke Turki, asuransi kesehatan, serta kursus bahasa Turki selama satu tahun sebelum perkuliahan dimulai. Yang menarik dari Beasiswa Turki 2016 ini adalah pelamar tidak perlu mengajukan aplikasi terpisah untuk mendaftar ke universitas. Mereka menggunakan sistem tunggal. Ketika mendaftar beasiswa secara online, Anda juga sudah bisa mendaftar langsung ke universitas yang diminati menggunakan formulir aplikasi yang sama. Kebanyakan program studi yang ditawarkan menggunakan bahasa Turki. Tapi, jangan khawatir ada juga program yang menggunakan bahasa pengantar
Inggris, Arab, atau Perancis. Pelamar hanya perlu memastikan mereka memiliki sertifikat kemampuan bahasa yang diakui internasional untuk memilih program tersebut, seperti TOEFL dan IELTS. Kemungkinan besar pelamar juga akan dimintai nilai tes GRE, GMAT, atau SAT. Sebelum mengirim aplikasi, sebaiknya Anda sudah mengetahui bahasa pengantar yang digunakan tersebut ketika memilih program. Tentunya, dengan bekal kursus bahasa Turki selama setahun itu juga akan membantu. Persyaratan: Program sarjana: 1. Merupakan warganegara berkewarganegaraan
selain
Turki
(mereka
yang
Turki sebelumnya tidak dapat mendaftar) 2. Tidak terdaftar sebagai mahasiswa di universitas Turki pada jenjang studi yang dilamar 3. Telah lulus atau bakal lulus dari SLTA 4. Berusia di bawah 21 tahun (lahir setelah 01-01-1995) 5. Memperoleh setidaknya (nilai) yang ditentukan (90 persen untuk ilmu kedokteran, 70 persen untuk program sarjana lainnya) nilai
rata-rata, nilai ijazah, nilai ujian nasional atau ujian internasional. 6. Memiliki kesehatan yang baik Program pascasarjana: 1. Merupakan warganegara berkewarganegaraan
selain
Turki
(mereka
yang
Turki sebelumnya tidak dapat mendaftar) 2. Tidak terdaftar sebagai mahasiswa di universitas Turki pada jenjang studi yang dilamar 3. Meraih gelar sarjana atau master paling lambat 30 Juli 2016 4. Berusia di bawah 30 tahun untuk program master (lahir tidak lebih awal dari 01-01-1986) 5. Berusia di bawah 35 tahun untuk program doktor (lahir tidak lebih awal dari 01-01-1981) 6. Memperoleh IPK setidaknya 75 persen 7. Memiliki kesehatan yang baik Dokumen aplikasi: Program sarjana: 1. Aplikasi online 2. Salinan ijazah SLTA atau dokumen yang menjelaskan bahwa calon
merupakan siswa tingkat akhir 3. Salinan transkrip nilai SLTA 4. Salinan identitas diri yang sah (paspor, KTP, atau akte kelahiran) 5. Foto ukuran paspor Program pascasarjana: 1. Aplikasi online 2. Salinan ijazah sarjana atau master atau dokumen yang menjelaskan bahwa kandidat merupakan mahasiswa sarjana/master tingkat akhir 3. Salinan transkrip nilai sarjana atau master 4. Salinan identitas diri yang sah (paspor, KTP, atau akte kelahiran) 5. Foto ukuran paspor Pendaftaran: Pengajuan Beasiswa Pemerintah Turki 2016 dilakukan secara online melalui laman Türkiye Scholarships: http://www.turkiyeburslari.gov.tr/index.php/en/ Buatlah akun terlebih dahulu melalui laman tersebut pada bagian “Apply Now”. Isi formulir registrasi, kemudian periksa email untuk aktivasi. Selanjutnya Anda sudah bisa log in kemudian mengajukan aplikasi online berdasarkan
dokumen aplikasi yang diminta. Perlu diperhatikan, sebaiknya sebelum mendaftar Anda terlebih dahulu menemukan jurusan dan perguruan tinggi yang tepat untuk studi. Silakan dilihat di kolom yang tersedia. Pendaftaran online dibuka 29 Februari – 31 Maret 2016. Silakan daftar lebih awal sebelum deadline berakhir. Bagi kandidat yang lolos seleksi administratif, akan mengikuti tahap wawancara yang akan diberitahukan melalui email yang didaftarkan.
Wawancara
tersebut
dapat
dilakukan
melalui
telepon atau internet. Masalah teknis pendaftaran lainnya bisa menghubungi Türkiye Bursları Call Center : 0850 455 0 982 atau cek melalui laman Türkiye Scholarships. Selamat mencoba! http://www.beasiswapascasarjana.com
Kegiatan Rakan IKAMAT
Di Istanbul pun Ada ‘Meugang’ Kamis, 18 Juni 2015 15:34 OLEH RAHMAT ASHARI, Mahasiswa S1 Universitas 29 Mei Istanbul dan Koordinator Ikatan Masyarakat Aceh di Turki (Ikamat) Wilayah Istanbul, melaporkan dari Istanbul. Jika disebut kata meugang, maka yang paling pertama terlintas di pikiran saya adalah daging sapi atau kerbau. Sebagai seorang yang pernah tinggal di Banda Aceh, saya sangat teringat bagaimana suasana pada hari mak meugang di ibu kota Provinsi Aceh itu. Setiap pasar dan sudut-sudut jalan dipenuhi oleh pedagang daging. Mereka menggantungkan daging sapi ataupun daging kerbau di atas meja tempat daging-
daging itu dipotong dan dijual. Di rumah-rumah orang Aceh pada hari meugang puasa atau meugang Lebaran hampir selalu dihidangkan berbagai macam masakan yang berbahan dasar daging. Bahkan ada juga yang dikeringkan, sehingga disebut “sie thoe” atau “sie balu”. Tapi tahun ini, suasana yang saya rasakan sangat berbeda. Saya harus melewati hari meugang puasa kali ini justru di Istanbul, bukan lagi di Banda Aceh. Sebagai Koodinator Ikatan Masyarakat Aceh di Turki (Ikamat) untuk Wilayah Istanbul, saya telah sepakat bersama 15 dari 32 mahasiswa Aceh yang tinggal di wilayah Istanbul untuk melaksanakan hari meugang pada Kamis, 11 Juni 2015, seminggu sebelum datangnya bulan yang paling mulia, Ramadhan. Acara meugang ini terpaksa kami adakan beberapa hari lebih cepat karena beberapa teman kami akan pulang ke Aceh pada satu atau dua hari sebelum Ramadhan.Di Istanbul kita bisa mendapatkan daging di market-
market terdekat. Tapi tak ada yang menjual daging dengan cara menggantung terbalik kaki sapi atau kerbau, seperti yang lazim kita lihat di Aceh. Jujur saja, saya sangat rindu pada pemandangan unik itu. Harga daging sapi di Istanbul tergolong sangat mahal. Walaupun di Indonesia harga daging paling mahal justru di Aceh, apalagi di hari-hari meugang yang terkadang bisa sampai Rp 170.000 per kg, tapi masih belum bisa mengalahkan harga daging sapi di Istanbul yang mencapai 40 TL per kg. Jika dirupiahkan, harganya sekitar Rp 200.000/kg. Sebagai mahasiswa yang uangnya terbatas, kami merasa agak berat jika menyiapkan semua lauk pada hari meugang ini dengan bahan daging sapi, mengingat harganya yang sangat luar biasa. Akhirnya kami siasati dengan menambah 3 kg daging ayam plus 1 kg daging sapi. Syukurnya lagi, dengan izin Tuha Peuet Ikamat, Muhammad Arhami, kami diperbolehkan memakai rumah beliau yang berada di Davut Pasa Istanbul bagian Eropa untuk acara meugang ini, sehingga kami tak perlu
merogoh kocek untuk sewa tempat. Saya dan seorang teman bernama Muhammad Haykal datang lebih awal sebelum teman-teman yang lain untuk menyiapkan santapan siang yang dibantu oleh ibu pemilik dapur. Dalam tempo dua jam saja kami telah menyelesaikan empat jenis makanan, yaitu kari daging, ayam kecap, telur balado, dan gulai pliek-u alakadarnya. Seusai shalat Zuhur, teman-teman yang lain pun berdatangan. Pada saat itu makanan telah kami hidangkan di meja dan yang sudah mengambil makanan, langsung saja Bismillah, tanpa perlu sungkan. Ini hajatan dari anak Aceh untuk anak Aceh yang kebetulan sedang berada di rantau orang. Beginilah cara kami, mahasiswa Aceh di Istanbul, berupaya menghilangkan rasa rindu akan hari selanjutnya bisa
meugang.
Mudah-mudahan
pada
meugang
kami nikmati di Aceh bersama keluarga dan kerabat. Banyak sekali sisi positif yang saya dapatkan dari tradisi meugang ini. Salah satunya adalah silaturahmi antara mahasiswa Aceh di Istanbul yang sempat
terputus karena semua kami sibuk mempersiapkan diri mengikuti ujian semester, kini tersambung kembali. Meugang pun bisa mengusir stress dan rasa sepi, karena kami menikmatinya beramai-ramai di negeri orang. Meugang kali ini juga telah menjadi washilah bagi kami untuk saling memaafkan, sehingga kami bisa menyambut bulan suci Ramadhan dengan lapang dada, tanpa dendam dan permusuhan.
IKAMAT IKAMAT atau singkatan sari Ikatan Masyarakat Aceh-Turki, adalah sebuah organisasi yang di bentuk pada 15 Oktober 2011 di Istanbul, Turki. Pembentukan IKAMAT didasarkan oleh semakin banyaknya masyarakat Aceh di Turki dan juga bertujuan untuk mempererat silaturrahmi antara masyarakat Aceh