MDVI
Vol. 39 No.4 Tahun 2012: 158-164
Artikel Asli
KEUNGGULAN ASAM α-LIPOAT SEBAGAI ANTIOKSIDAN DIBANDINGKAN DENGAN ASAM ASKORBAT DAN TOKOFEROL-α PADA FIBROBLAS DERMIS MANUSIA Lukman Hakim, Arif Widiatmoko, Herwinda Brahmanti Departemen IK Kulit dan Kelamin FK Universitas Brawijaya/RSUP dr. Sjaiful Anwar Malang
ABSTRAK Radikal bebas dan advanced glycation end products (AGEs) merupakan penyebab penuaan tubuh, termasuk kulit. Pemberian antioksidan menurunkan radikal bebas dan AGEs serta meningkatkan superoksid dismutase (SOD), namun disisi lain antioksidan dapat meningkatkan radikal bebas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh asam α-lipoat, asam askorbat, dan tokoferol-α terhadap kadar AGEs, malondialdehid (MDA) dan SOD pada medium kultur fibroblas dermis. Penelitian eksperimental pemberian asam α-lipoat 50µM, asam askorbat 500µM, asam askorbat 5000µM dan tokoferol-α 50µM pada subkultur fibroblas dermis kemudian diinkubasi selama 24 dan 72 jam. Kadar MDA dan SOD medium diukur dengan kolorimetri dan kadar AGEs diukur dengan metode ELISA kompetitif. Analisis statistik menggunakan Anova dan Independent t-test. Hasil kadar MDA paling rendah dan kadar SOD paling tinggi didapatkan pada kelompok yang diinkubasi dengan asam α-lipoat. Terdapat perbedaan bermakna rerata MDA dan rerata SOD antara kelompok asam α-lipoat dengan asam askorbat 5000 µM. Kadar AGEs kelompok asam α-lipoat lebih rendah dibandingkan dengan kelompok asam askorbat dan tokoferol-α Efek antioksidan asam α-lipoat lebih unggul dibanding dengan asam askorbat dan tokoferol-α. (MDVI 2012; 39/4:158-164) Kata kunci : Asam α-lipoat, asam askorbat, tokoferol-α, antioksidan, fibroblas
ABSTRACT Free radicals and advanced glycotion and products (AGEs) is the cause of aging process in the body as well as on the skin. The antioxidant will decrease the amount of free radicals, and increased superoxide dismustase (SOD) but on the other hand antioxidan increase the free radical as well. In order to know the influence of α-lipoc acid, ascorbic acid, and α-tocopherol towards MDA, AGEs and SOD at dermis fibroblast culture medium, an experimental research by giving α-lipoic acid 50uM, ascorbic acid 500uM, ascorbic acid 5000uM, and α-tocopherol 50uM at the second dermis fibrobalst subculture. After being incubated 24 and 72 hours, the level of medium MDA and SOD was measured by using colorimetry and the level of AGEs using the ELISA-competitive method. The data was analysed by using ANOVA and Independent t-test. The lowest level of MDA and the highest SOD level was found in α-lipoic acid. Significant mean difference of MDA and SODs seen between α-lipoic acid with ascorbic acid 5000uM. AGEs level of α-lipoic acid group was lower than ascorbic acid and α-tocopherol group. Antioxidant of α-lipoic acid is superior to the ascorbic acid and α-tocopherol. (MDVI 2012; 39/4:158-164) Key words: α-lipoic acid, ascorbic acid, α-tocopherol, antioxidant, fibroblast
Korespondensi:
Jl. Jaksa Agung Suprapto No.2-Malang Telp.0341-340391 Email:
[email protected]
158
L Hakim dkk
PENDAHULUAN Radikal bebas merupakan salah satu penyebab penuaan, termasuk penuaan kulit. Radikal bebas adalah substansi yang mengandung satu atau lebih elektron bebas yang tidak berpasangan sehingga tidak stabil, sangat reaktif dan mudah berikatan dengan elektron lain. Sebagian besar radikal bebas yang merusak sistem biologi adalah radikal bebas oksigen yang disebut reactive oxygen species (ROS). Radikal bebas oksigen, yaitu anion superoksid (O2-), hidrogen peroksida (H2O2), radikal hidroksil (H2O-) dan oksigen singel (O-).1 Radikal bebas menyebabkan kerusakan pada DNA, membran lipid dan protein sehingga menimbulkan kerusakan dan apoptosis yang diakhiri dengan terjadinya kerusakan organ. Salah satu sel penting di dermis yang dipengaruhi radikal bebas adalah fibroblas. Fibroblas memproduksi matriks ekstraseluler (MES) yang mengisi jaringan ekstraseluler. Kolagen merupakan protein makromolekul yang mengisi 80% dermis dapat mengalami crosslink non enzimatik yang disebut advanced glycation end products (AGEs) yang merupakan salah satu faktor penting pada proses penuaan.2 AGEs melalui receptor AGEs (RAGE) menghasilkan ROS melalui berbagai mekanisme termasuk penurunan antioksidan SOD, glutation, dan katalase.3,4,5 AGEs melalui RAGE menyebabkan apoptosis fibroblas dermis.6 Fibroblas yang disubkultur dapat menyebabkan pembentukan AGE dan semakin banyak dilakukan subkultur semakin tinggi AGEs yang terbentuk.7 Salah satu strategi pengobatan AGEs adalah antioksidan yang bermanfaat selain menurunkan AGEs juga menurunkan ROS.3,8 Superoksid dismutase (SOD) merupakan salah satu antioksidan enzimatik yang penting pada sel mamalia yang diperlukan dalam metabolisme oksigen selular. SOD mengubah radikal superoksid menjadi hidrogen peroksida dan molekul oksigen. Terdapat 3 jenis SOD, yaitu SOD mangan (MnSOD) yang terletak di mitokondria, SOD tembaga dan zink (CuZnSOD) yang terletak di sitoplasma dan nukleus serta SOD ekstraselular (EC-SOD) yang diekspresikan oleh fibroblas dan endotel.9,10 Pada saat terjadi stres oksidasi akibat radikal bebas, SOD akan digunakan sebagai antioksidan enzimatik sehingga menurun kadarnya.5 Malondialdehid (MDA) adalah produk toksik radikal oksigen dan enzimatik yang dipicu oleh peroksidasi lemak.11,12 MDA di dalam kultur sel mampu menghambat fungsi metabolisme dan proliferasi sel fibroblas.13 MDA adalah salah satu indikator peroksidasi lemak yang paling sering digunakan.14 Peran penting radikal bebas dan AGEs pada proses penuaan menyebabkan antioksidan sangat penting dan asam α-lipoat, asam askorbat dan tokoferol-α sering digunakan sebagai antioksidan untuk kesehatan.15 Asam α-lipoat berfungsi sebagai antioksidan melalui beberapa mekanisme, yaitu mengikat ROS, menghambat produksi oksigen reaktif dan memicu pelepasan antioksidan yang
Keunggulan asam α-lipoat sebagai antioksidan
lain.16 Asam askorbat berperan sebagai donor elektron, sehingga mencegah senyawa lain teroksidasi. Namun setelah asam askorbat melepaskan elektronnya, asam askorbat memiliki elektron bebas dan dapat berubah menjadi radikal bebas.17 Fungsi tokoferol-α pada sel adalah melalui perlindungan membran sel terhadap serangan radikal bebas. Tokoferol-α di dalam membran sel melawan peroksidasi dengan cara memberi molekul hidrogen pada lemak dan radikal peroksi lemak. Tokoferol-α memberikan elektron langsung pada oksigen singlet dan anion superoksida, namuntokoferol-α juga dapat menjadi radikal bebas setelah melepaskan elektronnya,dan AA serta glutation dapat menopang efek tokoferol karena dapat menjadi donor ion hidrogen saat terbentuk radikal tokoferol.18 Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh asam α lipoat, asam askorbat, dan tokoferol α terhadap kadar MDA, AGEs dan SOD pada medium subkultur fibroblas dermis.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Kultur sel fibroblas dan perlakuan Fibroblas diperoleh dari jaringan kulit sirkumsisi pada anak usia 8 tahun. Lapisan dermis dipisahkan dari epidermis dan dipotong kecil-kecil.19 Jaringan dibiakkan dalam Petri dish berisi Dulbecco’s Modified Eagle Medium (DMEM) penicilin (100 IU/ml), streptomisin (100 µg/ml) dan fetal bovine serum (FBS) 10%, pada pH 7,4. Kultur diinkubasi dalam inkubator dengan suhu 37ºC dan CO2 5%. Medium kultur diganti setiap 2 hari. Setelah fibroblas berbentuk fusiform dan mencapai kepadatan 80%, dilakukan proses subkultur. Fibroblas murni diperoleh setelah dilakukan subkultur 2 kali, dan kemudian diberikan perlakuan dengan inkubasi asam α lipoat, asam askorbat dan tokoferol α pada medium kultur.
Penentuan dosis Dosis perlakuan asam askorbat 500 µM merupakan dosis tinggi yang masih bersifat antioksidan (kurang dari 1000 µM).20 Dosis asam askorbat tinggi 5000 µM merupakan dosis deret ukur kelipatan 10 kali dosis asam askorbat 500 µM. Dosis pemberian tokoferol α sebesar 50 µM.21 Dosis pemberian asam α lipoat sebesar 50 µM.22 Pengukuran MDA, SOD dan AGEs medium Kadar MDA dan SOD medium diukur menggunakan metode kolorimetri yang dibaca pada spektrofotometer panjang gelombang 500 – 600 nm. Kadar AGEs medium diukur dengan metode ELISA kompetitif.
159
MDVI
Vol. 39 No.4 Tahun 2012: 158-164
Analisis data Data berasal dari rerata kadar MDA, AGEs dan SOD masing-masing kelompok perlakuan. Perbedaan kemaknaan rerata MDA dan SOD antar kelompok perlakuan dihitung dengan metode Anova. Perbedaan dianggap bermakna bila nilai p<0,05. Perbedaan kemaknaan rerata AGEs antara 2 kelompok perlakuan dihitung dengan metode independent t-test.
HASIL PENELITIAN Kadar MDA, AGEs dan SOD dari medium subkultur ke-2 fibroblas dermis diukur setelah diinkubasi dengan asam askorbat dosis 5000 µM, asam askorbat
dosis 500 µM, asam α lipoat 50 µM dan tokoferol α 50 µM pada selama 24 dan 72 jam. Kadar MDA medium Kadar MDA medium setelah inkubasi 24 dan 72 jam paling rendah didapatkan pada medium kultur dengan asam α-lipoat (8,84± 0,19 ng/ml dan 14,84 ± 1,43 ng/ml), sedangkan kadar MDA paling tinggi didapatkan pada medium kultur dengan asam askorbat 5000 µM (19,31± 0,57 ng/ml dan 29,54 ± 0,26 ng/ml) (Gambar 1). Kadar MDA di medium setelah inkubasi 24 jam menunjukkan bahwa pada kelompok asam α lipoat nampak lebih rendah secara bermakna dibandingkan kelompok yang lain (p<0,05) (Tabel 1). Pada inkubasi 72 jam asam lipoat hanya lebih rendah secara bermakna dibandingkan dengan kelompok asam askorbat (Tabel 2).
MDA – 24 jam perlakuan
MDA – 72 jam perlakuan
25,00
35,00 30,00
MDA ng/mL
MDA ng/mL
20,00 15,00 10,00
20,00 15,00 10,00
5,00 15,89
,00 AA 500uM
25,00
19,31
8 84
13,02
5,00
18,37
29,54
14,84
16,40
,00
AA 5000uM ALA 50uM TocA 50um
AA 500uM
AA 5000uM ALA 50uM TocA 50um
Gambar 1. Kadar MDA medium kultur 24 dan 72 jam perlakuan
Tabel 1. Perbandingan kadar MDA medium kultur 24 jam perlakuan Kelompok Kelompok Beda P rerata(ng/ml)
Asamα-lipoat 50uM
Asam askorbat 500uM
rerata(ng/ml) -3,525667*
,026
Asam askorbat 5000uM
-14,701000*
,000
Kadar SOD medium setelah inkubasi 24 dan 72 jam paling tinggi didapatkan pada medium kultur dengan asam α lipoat (23,54± 1,90 ng/ml dan 33,06 ± 0,42 ng/ml),sedangkan kadar SOD paling rendah didapatkan pada medium kultur dengan asam askorbat 5000 µM (18,36 ± 1,24 ng/ml dan 12,01 ± 7,70 ng/ml) (Gambar 2). Kadar SOD medium pasca perlakuan pada kelompok asam α lipoat nampak lebih rendah secara bermakna dibandingkan kelompok asam askorbat 5000 µM, baik setelah inkubasi 24 jam maupun 72 jam (p<0,05) (Tabel 3 dan 4).
Tokoferol-α 50uM
-1,560000
,417
Asam askorbat 500uM
-7,051333*
,000
Asam askorbat 5000uM
-10,470333*
,000
Tokoferol-α 50uM
-4,188333*
,002
* Perbedaan rerata yang bermakna (p<0,05)
Tabel 2. Perbandingan kadar MDA medium kultur 72 jam perlakuan Kelompok Kelompok Beda P Asam-αlipoat 50uM
* Perbedaan rerata yang bermakna (p<0,05)
160
Kadar SOD medium
L Hakim dkk
Keunggulan asam α-lipoat sebagai antioksidan
SOD 72 jam perlakuan
SOD 24 jam perlakuan 40,00
30,00
35,00 30,00
SOD ng/mL
SOD ng/mL
25,00 20,00 15,00 10,00
25,00 20,00 15,00 10,00
5,00 21,52
,00
AA 500uM
18,36
23,54
5,00
21,08
25,01
12,01
33,06
29,72
,00
AA 5000uM ALA 50uM TocA 50um
AA 500uM
AA 5000uM ALA 50uM
TocA 50um
Gambar 2. Kadar SOD medium kultur 24 dan 72 jam perlakuan
Tabel 3. Perbandingan kadar SOD medium kultur 24 jam perlakuan Kelompok Asamα-lipoat 50uM
Kelompok Asam askorbat 500uM
Beda rerata(ng/ml) 2,017667
,600
Asam askorbat 5000uM
5,175333*
,045
Tokoferol-α 50uM
2,456000
,452
P
* Perbedaan rerata yang bermakna (p<0,05)
Tabel 4. Perbandingan kadar SOD medium kultur 72 jam perlakuan Kelompok
Kelompok Asam askorbat 500uM
Beda rerata(ng/ml) 8,053667
Asamα-lipoat 50uM
P ,197
Asam askorbat 5000uM
21,052333*
,002
Tokoferol-α 50uM
3,349333
,793
Kadar AGEs medium Kadar AGEs 24 jam pasca perlakuan pada medium kultur kelompok asam α-lipoat nampak lebih rendah secara bermakna dibandingkan dengan kelompok asam askorbat 500 µM (55,00 ± 11,27 µg/ml dengan 87,67 ± 10,59 µg/ml, p<0,05). Hasil yang sama juga didapatkan pada kadar AGEs 72 jam pasca perlakuan yang menunjukkan hasil kelompok asam α-lipoat lebih rendah secara bermakna bila dibandingkan dengan kelompok asam askorbat 500 µM (36,00 ± 11,14µg/ml dengan 80,33 ± 12,66 µg/ml, p<0,05) (Gambar 3).
* Perbedaan rerata yang bermakna (p<0,05) AGEs 24 jam perlakuan
AGEs 72 jam perlakuan 100,00
120,00
90,00 100,00
P 0,022
80,00
P 0,010
AGEs ug/mL
AGEs ug/mL
70,00 80,00
60,00
40,00
60,00 50,00 40,00 30,00 20,00
20,00 0,00
55,00
87,67
10,00
36,00
80,33
ALA 50uM
vit C 500uM
0,00 ALA 50uM
vit C 500uM
Gambar 3. Perbandingan AGEs medium kultur antara kelompok asam α-lipoat dengan asam askorbat 500 µM
161
MDVI
Vol. 39 No.4 Tahun 2012: 158-164
Kadar AGEs 24 jam perlakuan pada medium kultur kelompok asam α-lipoat nampak lebih rendah secara bermakna bila dibandingkan dengan kelompok tokoferolα 50 µM (55,00 ± 11,27 µg/ml dengan 140,33 ± 27,68 µg/ml, p<0,05). Hasil yang sama didapatkan pada kadar AGEs 72 jam perlakuan yang menunjukkan hasil kelompok asam α-lipoat lebih rendah secara bermakna
bila dibandingkan dengan kelompok tokoferol-α 50 µM (36,00 ± 11,14µg/ml dengan 97,67 ± 11,06 µg/ml, p<0,05) (Gambar 4).
AGEs 72 jam perlakuan
AGEs 24 jam perlakuan 120,00
180,00 160,00
P 0,008
100,00
P 0,002
140,00
AGEs ug/mL
AGEs ug/mL
120,00 100,00 80,00 60,00
80,00 60,00
40,00
40,00 20,00
20,00 55,00
140,33
0,00 ALA 50uM
Tok alfa 50uM
36,00
0,00
ALA 50uM
97,67 Tok alfa 50uM
Gambar 4. Perbandingan AGEs medium kultur antara kelompok asam α-lipoatdengan tokoferol-α 50 µM
PEMBAHASAN
Radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan pada DNA, membran lipid dan protein sehingga menyebabkan apoptosis dan kerusakan organ. Antioksidan yang terdiri atasensimatik dan non ensimatik berperan penting untuk menghilangkan atau menurunkan radikal bebas. Antioksidan ensimatik terdiri atas famili superoksid dismutase (SOD), katalase (CAT), glutation peroksidase (GPx), glutation S-tranferase dan tioredoksin. Antioksidan non ensimatik termasuk vitamin A, asam askorbat, tokoferol α, glutation (GSH), asam α lipoat, karotenoid, koensim Q10, bioflavonoid, antioksidan mineral (copper, zinc, manganese dan selenium). Antioksidan non ensimatik yang larut dalam lemak adalah tokoferol-α dan vitamin A atau karoten; sedangkan yang larut dalam air adalah asam askorbat dan glutation. Kofaktor antioksidan adalah asam folat, vitamin B1, B2, B6, B12.23 Subkultur fibroblas menyebabkan peningkatan radikal bebas dan meningkatkan apoptosis. Penelitian Mammone dkk., menunjukkan peningkatan jumlah subkultur fibroblas menurunkan potensial membran mitokondria, meningkatkan kadar protein C sitokrom dan aktivitas caspase-3 yang kemudian mendorong apoptosis.24 Salah satu penyebab kerusakan oksidatif pada sel yang replikatif adalah gangguan pada mitokondria. Oksidan diproduksi oleh mitokondria selama respirasi mitokondria pada metabolisme aerobik.
162
Meskipun aktivitas dan konsumsi oksigen mitokondria tidak meningkat saat replikasi didalam proses subkultur, peningkatan konsumsi glukosa dan produksi laktat dapat meningkatkan kadar oksidan.25Salah satu indikator yang kita gunakan adalah kadar MDA sebagai produk toksik dari radikal oksigen dan enzimatik yang dipicu oleh peroksidasi lemak.12,14 SOD digunakan sebagai indikator aktivitas antioksidan. SOD akan digunakan sebagai antioksidan bila tidak ada aktivitas antioksidan yang lain. SOD mengkatalisis O2 menjadi H2O2 dan H2O, katalase mengubah H2O2 menjadi H2O + O2 dan glutation peroksidase (GPx) mengurangi H2O2 menjadi H2O melalui oksidasi glutation (GSH). Berbagai ensim tersebut membutuhkan ion logam sebagai kofaktor, termasuk selenium untuk GPx, copper, zink atau manganase untuk SOD dan besi untuk katalase.9 Pada penelitian ini medium kultur fibroblas yang telah diinkubasi dengan asam α-lipoat menghasilkan kadar MDA dan AGEs paling kecil serta SOD paling besar. Perbedaan kadarnya semakin besar dan bermakna bila dibandingkan dengan asam askorbat dosis tinggi. Asam α-lipoat secara alami dihasilkan oleh tumbuhan, binatang dan manusia. Asam α-lipoat adalah senyawa disulfid sebagai koensim untuk piruvat dehidrogenase dan α-ketogutarat dehidrogenase yang terdapat di mitokondria secara alami. Asam α-lipoat bebas merupakan antioksidan yang kuat dan dapat diperoleh dari makanan. Asam αlipoat berperan sebagai antioksidan pada kultur fibroblas
L Hakim dkk
yang mengalami stres oksidasi akibat proses subkultur. Empat sifat antioksidan asam α-lipoat adalah sebagai penangkap ROS, agen chelating logam, regenerasi antioksidan endogen dan kemampuannya memperbaiki kerusakan oksidatif. Beberapa penelitian menunjukkan fungsi asam α lipoat dalam menangkap beberapa radikal bebas seperti radikal hidroksi, asam hipoklor dan oksigen tunggal secara efektif. Asam α-lipoat kurang efektif untuk menangkap hidrogen peroksida dan radikal superoksida meskipun beberapa penelitian lain menunjukkan efektivitas asam α lipoat.20Dehidrolipoic acid (DHLA) yang merupakan bentuk lain asam α-lipoat di banyak jaringan mampu mengikat radikal hidroksil dan radikal peroksil. Asam αlipoat diubah menjadi DHLA oleh lipoamid dehidrogenase dimana baik asam α-lipoat maupun DHLA bersifat antioksidan. Penelitian Arivazhagan pada tikus tua menemukan kadar glutation menurun kemungkinan karena ada peningkatan radikal bebas. Asam α lipoat dapat meningkatkan kadar glutation pada tikus tua. DHLA mengubah glutation sulfat menjadi glutation. Asam α-lipoat berfungsi ganda baik sebagai antioksidan maupun meningkatkan kadar glutation melalui stimulasi sintesisnya.26 Asam α-lipoat terikat dengan protein dan akibatnya asam lipoat bebas tidak dapat dideteksi di tubuh manusia. Walaupun demikian setelah aplikasi terapi, asam α-lipoat bebas dapat dijumpai di sirkulasi.27 Pada penelitian ini menunjukkan pemberian asam askorbat dosis tinggi memberikan kadar MDA lebih tinggi dan kadar SOD lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Asam askorbat berfungsi sebagai antioksidan dan kofaktor ensim. Dengan mendonorkan elektronnya, asam askorbat mencegah senyawa lain teroksidasi. Tetapi setelah asam askorbat melepaskan elektronnya, maka asam askorbat ini sendiri memiliki elektron bebas dan bisa berubah menjadi radikal bebas.11 Sintesis asam askorbat dapat dianggap sebagai bagian integral metabolisme karbohidrat. Hubungan antara kadar asam askorbat dan glikogenolisis pada proses metabolisme glikogen dapat ditunjukkan melalui mekanisme redoxdependent metabolism.21 Pada keadaan tertentu asam askorbat bersifat pro-oksidan dan terbentuk ROS atau terjadi protein glikasi. Asam askorbat bersifat pro-oksidan, terutama bila dikombinasi dengan besi yang meningkatkan peroksidasi lipid. Tokoferol-α terletak dalam membran sel karena larut dalam lemak dan dapat menghilangkan peroksidasi lipid.Tokoferol-α merupakan antioksidan larut dalam lemak yang paling banyak didapatkan di dalam plasma dan sel. Fungsi tokoferol-α pada sel adalah melindungi membran sel terhadap serangan radikal bebas. Tokoferolα di dalam membran sel melawan peroksidasi dengan memberi molekul hidrogen pada lemak dan radikal peroksi lemak. Tokoferol-α juga memberikan elektron langsung pada singlet oksigen dan anion superoksida. Tokoferol-α juga dapat menjadi radikal bebas setelah
Keunggulan asam α-lipoat sebagai antioksidan
melepaskan elektronnya, sehingga pemberiannya bersama asam askorbat bisa membantu memberi sumbangan elektron pada tokoferol-α.18 Kadar AGEs pada penelitian ini nampak lebih rendah secara bermakna pada pemberian asam α-lipoat bila dibandingkan dengan asam askorbat maupun tokoferol-α. AGEs yang merupakan hasil reaksi non enzimatik protein dengan lipid dan glukosa diyakini saat ini menjadi salah satu faktor penting terjadinya proses penuaan.2 Pembentukan AGEs sebagai hasil dari proses glikasi pada diabetes mellitus dapat dikurangi oleh asam α-lipoat akibat peningkatan pembentukan GSH.28
KESIMPULAN Asam α-lipoat 50 µM lebih unggul dalam menurunkan MDA dan AGEs dibandingkan dengan asam askorbat 5000 µM, asam askorbat 500 µM dan tokoferol-α 50 µM pada subkultur fibroblas. Asam askorbat dosis tinggi menyebabkan peningkatan radikal bebas serta penurunan SOD. Pemberian asam askorbat dosis tinggi harus berhati-hati dan dilakukan dengan pengawasan serta monitoring radikal bebas.
DAFTAR PUSTAKA 1. Bedard K, Krause KH. The NOX family of ROS-generating NADPH oxidases: physiology and pathophysiology. Phys rev. 2007;87:245–313. 2. Singh R, Barden A, Mori T, Beilin L. Advanced glycation end-products: a review. Diabetologia. 2001; 44:129–146. 3. Jiang JM, Wang Z, Li DD. Effects of AGEs on Oxidation Stress and Antioxidation Abilities in Cultured Astrocytes. Biom Env Sci. 2004; 17:79–86. 4. Obrosova IG. How does glucose generate oxidative stress in peripheral nerve?.Int Rev Neurobiol. 2002; 50:33–35. 5. YanSD, Schmidt AM, Anderson GM, Zhang J, BrettJ,et al. Enhanced cellular oxidant stress by the interaction of advanced glycation end products with their receptors/binding proteins. JBiol Chem. 1994; 269:9889 –9897. 6. Alikhani M, MacLellan CM, Raptis M, Voraet S, Gravesal DT, et al. Advanced glycation end products induce apoptosis in fibroblasts through activation of ROS, MAP kinases, and the FOXO1 transcription factor. Am J PhysCell Phys. 2007;292:C850–C856. 7. Pei-chang W, Jian Z, Zong-yu Z, Tan-jun T. Aminoguanidine delays the replicative senescence of human diploid fibroblasts. Chinese Med. 2007; 120:2028–2035. 8. Fang YZ, Yang S, Wu G. Free radicals, antioxidants, and nutrition. Nutr. 2002; 18:872–879. 9. Weydert C, Cullen J. Measurement of superoxide dismutase, catalase, and glutathion peroxidase in cultured cells adn tissue. Nat Protoc. 2010; 5:51–66. 10. Serra V. Extracellular Superoxide Dismutase Is a Major Antioxidant in Human Fibroblasts and Slows Telomere Shortening. J Biol Chem. 2002; 278:6824–6830. 11. Das S, Yadav D, Narang R, Das N. Interrelationship between lipid peroxidation, ascorbic acid and superoxide
163
MDVI
12. 13. 14.
15. 16. 17. 18. 19. 20.
dismutase in coronary artery disease. Curr Sci-Bang. 2002; 83:488–491. Niedernhofer LJ. Malondialdehyde, a Product of Lipid Peroxidation, Is Mutagenic in Human Cells. J Biol Chem. 2003; 278:31426–31433. Rittié L, Monboisse JC, Gorisse MC, Gillery P. Malondialdehyde binding to proteins dramatically alters fibroblast functions. Jcelphys. 2002; 191:227–236. Nielsen F, Mikkelsen BB, Nielsen JB, Andersen HR, Grandjean P. Plasma malondialdehyde as biomarker for oxidative stress: reference interval and effects of life-style factors. Clin Chem. 1997; 43:1209-1213. Bequin AA novel micronutrient supplement in skin aging: a randomized placebo-controlled double-blind study. J Cosm Dermatol. 2005;4:277–284. Packer L, Witt EH, Tritschler HJ. Alpha-lipoic acid as a biological antioxidant. Free Rad Biol Med. 1995; 19:227–250. Padayatty SJ, Katz A, Wang Y, Eck P, Kwon O, et al.Vitamin C as an antioxidant: evaluation of its role in disease prevention. JAm Col Nut. 2003; 22:18–35. Zussman J, Ahdout J, Kim J. Vitamins and photoaging: Do scientific data support their use? J Am Acad Derm. 2010; 63:507–525. Keira SM, Ferreira LM, Gragnani A, Duarte IS, Santos IA. Experimental model for fibroblast culture. Acta Cir Bras. 2004; 19:11–16. Hanashima C, Namiki H. Cytotoxic and Growth Inhibitory Effect of Ascorbic Acid on Cultured Bovine Vascular Endothelial Cells. Zoo Sci. 1999; 16:99–104.
164
Vol. 39 No.4 Tahun 2012: 158-164
21. Chepda T, Cadau M, Lassabliere F, Reynaud E, Chamson A. Synergy between ascorbate and a-tocopherol on fibroblasts in culture. Life Sci. 2001; 69:1587–1596. 22. Pirlich M, Kiok K, Sandig G, Lochs H, Grune T. Alpha-lipoic acid prevents ethanol-induced protein oxidation in mouse hippocampal HT22 cells. Neuroscience letters. 2002; 328:93–96. 23. Pinnell SR. Cutaneous photodamage, oxidative stress, and topical antioxidant protection. JAm Acad Dermatol. 2003; 48:1–18. 24. Mammone T, Gan D, Foyouzi-Youssefi R. Apoptotic cell death increases with senescence in normal human dermal fibroblast cultures. Cell Biol Inter. 2006; 30:903–909. 25. Chen Q, Fischer A, Reagean J, Yan L, Ames B. Oxidative DNA damage and senescence of human diploid fibroblast cells. Proc Nat Acad Sci. 1995; 92:4337–4341. 26. Arivazhagan P, Ramanathan K, Panneerselvam C. Effect of DL-[alpha]-lipoic acid on mitochondrial enzymes in aged rats. Chem biol inter. 2001; 138:189–198. 27. Haj-Yehia AI, Assaf P, Nassar T, Katzhendler J. Determination of lipoic acid and dihydrolipoic acid in human plasma and urine by high-performance liquid chromatography with fluorimetric detection. J Chrom. 2000; A870:381–388. 28. Ramamurthy B, Jones AD, Larsson L. Glutathione reverses early effects of glycation on myosin function. Am J Physiol Cell Physiol. 2001; 285:C419–C424.