Berita: PDM Kabupaten Sidoarjo
Ketua Umum PP Muhammadiyah: Lazismu Harus Jadi Kekuatan Perubahan Jum'at, 08-04-2016
Ketua Umum PP Muhammadiyah, DR Haedar Nashir, memberikan taushiyah dalam pembukaan Rakornas Lazismu (foto: aan haryanto)
Sidoarjo - PWMU.C0 | Umat Islam di Indonesia harus menjadi bangsa yang produktif, mandiri, dan berdaya saing. Tiga sikap ini merupakan pilar kehidupan bangsa yang bermartabat. Gerakan pemberdayaan zakat, infaq, dan shadaqah yang
dilakukan Muhammadiyah melalui Lazismu, adalah salah satu sumbangan untuk Umat Islam Indonesia. Demikian tausyiah Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Haedar Nashir dalam pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Lazismu, di The
Sun Hotel Sidoarjo, hari ini (7/4).
Haedar mengungkapkan pentingnya Muhammadiyah mendayagunakan potensi zakat, infak, dan shadaqah agar mampu menjadi kekuatan, pelaku, dan inspirator perubahan. Untuk itu peran Lazismu harus terus dikuatkan dan ditingkatkan. Lebih lanjut, Haedar berharap agar Rakornas yang bertemakan “Reposisi Lazismu Sebaga Amil Zakat Berkemajuan” menjadi awal dari gerakan zakat modern. Maka Lazismu harus secara efektif dan efisien dalam pengelolaannya. Karena hal itu merupakan bagian dari syiar Islam. “Potensi yang ada harus bisa didayagunakan sepenuhnya secera efektif dan efisien. Untuk itu Lazismu harus mampu menjadi kekuatan, pelaku, dan inspirator perubahan,” paparnya.
Dengan berbagai kegiatan pemberdayaan Lazismu, bangsa ini akan sangat mungkin mampu merubah mindset para pemudanya menjadi bangsa yang produktif, mandiri, dan berdaya saing. ”Penting bagi pemuda untuk merubah mindset berfikirnya, dari orientasi
teologi mati syahid, menjadi hidup syahid. Sehingga bisa memberikan manfaat dan hidup bermakna,” ujar dia. Dengan hidup syahid, maka seseorang juga turut serta memuliakan harkat martabat manusia lainnya. (aan)
+++++++++++++++++++++++++
page 1 / 10
Berita: PDM Kabupaten Sidoarjo
Hajriyanto: Zakat, Gerakan Otentik Muhammadiyah
page 2 / 10
Berita: PDM Kabupaten Sidoarjo
Ketua PP Muhammadiyah, Hajriyanto Y. Thohari, menyampaikan sambutan dalam acara Rakornas Lazismu, 7 April (foto: aan)
Sidoarjo - PWMU.CO | Gerakan zakat adalah gerakan yang otentik dari Muhammadiyah. Selain karena ia bagian dari rukun Islam, otentitas ini juga terletak pada kelahiran keputusan organisasi yang “purba” di Indonesia dalam menyerukan gerakan zakat yang
terorganisir. Begitulah salah satu sambutan yang disampaikan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang membidangi zakat, Hajriyanto Y. Thohari MA dalam Rakornas Lazismu se-Indonesia di Sidoarjo, (7/4).
“Bayangkan saja pada tahun 1950 saja Muhammadiyah sudah punya putusan tentang gerakan zakat yang terorganisir,” begitu kata Hajri merujuk pada pidato iftitah yang disampaikan Ketua Lazismu PP Muhammadiyah, Hilman Latief PhD. Hal ini, tambah Hajri,
berbeda dengan amal usaha sekolah ataupun rumah sakit yang menjadi kewajiban negara. “Jadi, mendirikan sekolah itu sebenarnya tidak begitu wajib bagi Muhammadiyah karena negara sudah menjaminnya,” selorohnya disambut tawa peserta Rakornas.
Lazismu, tambah mantan Wakil Ketua MPR RI ini, merupakan lembaga yang bertugas mengumpulkan zakat untuk dakwah. “Jadi dakwah tak hanya tabligh, tapi juga mengangkat harkat dan martabat manusia.” Menurut berbagai penelitian, potensi zakat di Indonesia
sebenarnya mencapai 200 triliun rupiah. Tapi baru 25 triliun yang terealisasi di berbagai amal zakat.
Lazismu harus menjadi motor bagi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, atau Pimpinan Ranting. “Muhammadiyah kalau mau mandiri, harus ada Lazismu,” jelasnya sambil menyatakan bahwa ia sangat penting
bagi dakwah Persyarikatan. Seperti mengirim para da’i ke tempat-tempat terpencil, menolong korban bencana alam, mendorong pertanian yang produktif, dan lain sebagainya.
Lima tahun ke depan, PP Muhammadiyah berharap agar Lazismu menjadi badan amil zakat yang terbaik di Indonesia. “Dengan melihat kemampuan para pengurus Lazismu, seharusnya ini bisa dilakukan. Apalagi ketuanya adalah doktor luar negeri, doktornya juga
doktor zakat, mosok ngurusi zakat tidak bisa,” pungkas Hajri disambung dengan salam penutupan. (ilmi)
[][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][]
page 3 / 10
Berita: PDM Kabupaten Sidoarjo
Ketua Lazismu Hilman Latief:
page 4 / 10
Berita: PDM Kabupaten Sidoarjo
Lazismu, Dari Kaum Muslim, Oleh Muhammadiyah, Untuk Bangsa Indonesia
Pembukaan Rakornas Lazismu se-Indonesia di Hotel Sun City, Sidoarjo (tama)
PWMU.CO – Dengan kordinasi yang ekselen, diharapkan dana yang diterima dan disalurkan Lazismu semakin besar. Dalam penelitian disertasi yang telah dilakukan, potensi zakat dari warga Muhammadiyah mencapai 530 miliar tiap tahun. Tapi yang baru terealisir
masih kurang 100 miliar pertahun. Karena itu, Rapat Kordinasi Nasional (Rakornas) Lembaga Zakat Infaq, dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu) diharapkan mampu melahirkan kebijakan dan strategi yang lebih jitu dan efektif.
page 5 / 10
Berita: PDM Kabupaten Sidoarjo
Demikian salah satu inti poin dari ifitah Ketua Badan Pengurus Pimpinan Pusat Lazismu, Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Hilman Latief PhD, dalam Rakornas Lazismu se-Indonesia di The Sun Hotel, Sidoarjo (7/4). Hilman menyatakan, kelas menengah Muslim yang
berpotensi menjadi muzakki di Indonesia semakin cerdas. Mereka tidak mau begitu saja memberikan dana sosial mereka melalui lembaga yang tidak jelas visinya, tidak disiplin pencatatannya, tidak akurat distribusinya dan tidak terbuka pelaporannya. “Inilah yang
menjadi pekerjaan besar lembaga-lembaga amil di Indonesia, termasuk Lazismu,” jelasnya.
Karena itu, Lazismu PP Muhammadiyah berharap Rakornas selama 3 hari ke depan itu dapat menghasilan berbagai rumusan strategis untuk memperkuat gerakan Muhammadiyah sebagai amil zakat nasional. Yang tidak kalah pentingnya, juga menghasilkan
rumusan yang dapat mengedukasi masyarakat Indonesia, termasuk warga Muhammadiyah tentang praktik dan pengelolaan zakat.
Sesuai dengan Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-47 Tahun 2015, Lazismu diamanahi untuk menjadi lembaga amil zakat nasional yang berkemajuan. Muktamar mengamanatkan, bahwa diperlukan sistem informasi dan manajemen (SIM) ZIS yang terintegrasi
di semua tingkatan pimpinan dan meningkatkan kordinasi Lazismu secara regional dan nasional serta meningkatkan kerjasama Lazismu dan AUM dalam memobilisasi, mengelola dan memanfaatkan dana ZIS yang memberdayakan. “Mulai hari inilah kita semua akan
menjawab amanat muktamat itu secara bersama-sama,” urai dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu.
Dengan berbagai pertimbangan, sesungguhnya tidak lagi ada alasan yang bisa diterima tidak serius mengelola Lazismu karena ia adalah amanah. Tidak ada lagi alasan untuk tidak menjadi lembaga amil zakat yang memberikan kemaslahatan umat dan masyarakat
luas, karena itu adalah kewajiban. Serta, tidak ada lagi alasan untuk tidak bersikap professional, karena kita semua adalah warga Muhammadiyah.
“Lazismu, dari kaum Muslim, oleh Muhammadiyah, untuk bangsa Indonesia,” pungkas Hilman bersemangat menutup pidato iftitahnya. (kholid)
OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO
Hilman Latief: Rakornas Lazismu Integrasikan Sistem Pelaporan
page 6 / 10
Berita: PDM Kabupaten Sidoarjo
Ketua Lazizmu Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Hilman Latief PhD (foto: doc)
Sidoarjo - PWMU.CO | Selama tiga hari, 7-9 April, Lembaga Zakat, Infaq, dan Shadaqah (Lazizmu) punya gawe besar di Sidoarjo, Jatim. Bertempat di The Sun Hotel dan Gedung Kampus Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, acara ini bertemakan “Terciptanya
konsolidasi yang kuat, legal, dan profesional”. Selain sebagai ajang meneguhkan Lazismu sebagai amil zakat nasional, Rakornas juga dijadikan sebagai ajang integrasi sistem pelaporan Lazismu seluruh Indonesia.
Demikian salah satu target Rakornas yang disampaikan Ketua Lazizmu PP Muhammadiyah, Hilman Latief PhD, kepadapwmu.co, (6/4). “Pasca Rakornas diharapkan seluruh entitas pengelola ZIS di Muhammadiyah dapat mengintegrasikan sistem pelaporannya
dengan Lazismu PP,” jelas Hilman.
Yang tidak kalah pentingnya, tambah doktor “Zakat” ini, Rakornas juga sebagai ajang pemersatu langkah Lazismu se-Indonesia untuk menyesuaikan kelembagaannya dengan Undang-Undang dan peraturan baru yang berlaku. Terutama UU 23/ 2011 tentang Zakat,
dan legislasi turunannya: Peraturan Pemerintah 14/ 2014 dan Keputusan Menteri Agama 333/2015. “Konsekuensi dari itu adalah pimpinan Lazizmu di tingkat wilayah, daerah, dan cabang harus memahami UU dan peraturan yang ada, serta memiliki visi yang sama,”
tambah Hilman.
Visi yang sama tentu akan meneguhkan Lazismu sebagai gerakan nasional yang solid, kredibel, akuntabel, efisien, dan inklusif. Acara Rakornas sendiri, direncanakan akan dihadiri Ketua Umum PP Muhammadiyah DR Haedar Nashir, Gubernur Jatim DR Soekarwo,
dan Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Pusat, Prof Bambang Sudibyo. (kholid)
page 7 / 10
Berita: PDM Kabupaten Sidoarjo
***************************************
Ketua Lazismu: Spirit Menggembirakan Zakat Sejak Tahun 1950
Ketua Badan Pengurus Pimpinan Pusat Lazismu, Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Hilman Latief PhD, menyampaikan pidato iftitah dalam Rakornas Lazismu di Hotel Sun City, Sidoarjo (7/4) (foto: aan)
page 8 / 10
Berita: PDM Kabupaten Sidoarjo
Sidoarjo - PWMU.CO | Mengambil spirit masa silam dengan bernostalgia ke tahun 1950. Demikian Ketua Badan Pengurus Pimpinan Pusat Lazismu, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Hilman Latief PhD, mengawali pidato dalam Rapat Kordinasi Nasional
(Rakornas) Lazismu se-Indonesia di The Sun Hotel, Sidoarjo (7/4). Hilman meminta izin ke peserta untuk mengutip pernyataan Pimpinan Pusat (dulu Pengurus Besar) yang terhimpun dalam buku “Kitab Zakat”.
“Silahkan Cabang atau Ranting memeriksa anggota Muhammadiyah yang tertulis dalam buku anggota. Berapakah yang masih dapat menjalankan Zakat dan berapa pula yang belum kuat menjalankannya… Tunjukanlah jalan kemampuan, dan berilah anjuran dengan
gerakan yang dapat melatih mereka yang belum dapat memenuhi kewajiban zakat itu. Begitu juga kepada anak-anak kita supaya dilatih pula cara berzakat, dari uangnya yang masih sedikit itu, sehingga besarnya kelak dapat memenuhi kewajiban berzakat dengan
sesungguhnya,” baca Hilman dengan merubahnya ke ejaan sekarang.
Menganalisa putusan Majelis Tarjih dalam Muktamar tahun 1950 yang sekaligus revisi putusan tahun 1942, kata Hilman, terdapat beberapa kata kunci dari pernyataan para pendahulu itu. “Pertama, Pengurus Besar Muhammadiyah mendorong semua anggota atau
warganya untuk “menggembirakan” zakat. Artinya, berzakat bukan hanya keharusan karena adanya perintah agama, tapi juga kebutuhan manusia sebagai makhluk yang hidup secara kolektif.”
Kata kunci kedua, tambah penulis buku “Melayani umat: filantropi Islam dan ideologi kesejahteraan kaum modernis” ini, adalah Muhammadiyah menginginkan zakat menjadi gerakan yang terorganisir. Kalimat memeriksa anggota yang tercatat dalam buku anggota,
kata Hilman, menunjukkan berzakat bukan sekedar beramal saleh, tetapi juga berorganisasi, yang memerlukan kecakapan, ketelatenan, dan kehati-hatian. “Catat-mencatat adalah salah satu inti dari pengelolaan zakat, yang dalam era sekarang disebut sebagai
bagian dari akuntabilitas,” tegasnya.
Ketiga, Muhammadiyah memaknai praktik berzakat bukan sekedar memenuhi kaidah-kaidah fiqhiyyah semata-mata, melainkan membangun tradisi dan etos untuk menyemaikan nilai-nilai kebaikan kepada sesama. “Untuk menanamkan tradisi berzakat (berinfak),
perlu sistem pendidikan yang baik dan harus diterapkan sejak dini kepada anak-anak,” tegas Ketua Lembaga Pengembangan Pendidikan, Penelitian, dan Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu.
“Pernyataan yang dirumuskan lebih dari setengah abad yang lalu itu, tentu masih dapat kita gunakan sebagai landasan untuk menjaga semangat dalam membangun solidaritas dan merekatkan ukhuwah melalui kegiatan berzakat, infak dan sedekah.” Meskipun
demikian, tambah Hilman, menggembirakan zakat di era sekarang ini bukanlah perkara gampang. “Diperlukan kerja-kerja keras dan strategis untuk dapat menggembirakan ajaran salah satu rukun Islam ini,” pungkasnya. (kholid)
sumber: www.pwmu.co
page 9 / 10
Berita: PDM Kabupaten Sidoarjo
page 10 / 10 Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)