Kamis, 06 Agt 2015 Edisi
3
Dari meja redaksi…. Salam sejahtera bagi kalian semua…
K
Kejatuhan Pertama
etika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, mereka diusir dari Firdaus. Mengapa manusia dicipta di tempat yang begitu indah akhirnya harus diusir keluar? Saudara ingin menjadi seorang pemuda menuju kemenangan di masa tua atau menjadi keluarga miskin di pinggir jalan? Saya lahir di keluarga kaya, tetapi di usia 3 tahun papa saya meninggal, rumah tidak bisa dijual, menjadi sangat miskin. Saat itu saya tidak mengerti apa-apa. Mama saya mengatakan “berjuang, bersandar Tuhan, jangan bersandar pada manusia. Kantong kosong tidak usah takut, hati kosong baru takut.” Dalam perjuangan iman yang bersandar pada Tuhan, saya menjadi
KIN Flash
orang yang tidak mau berkompromi. Tuhan kita hidup, sejati, dan memelihara. Tuhan mendengar doa ibuku dan membuktikan Dia sanggup membesarkan semua anak piatu dan membela janda, sehingga nama Tuhan dipermuliakan. Hidup saya merupakan bukti dan saksi. Dari tujuh saudara lima menjadi pendeta, karena seorang janda yang setia, jujur, cinta Tuhan, bekerja banting tulang untuk menghidupkan anak-anaknya. Kenapa ada orang sukses akhirnya gagal, punya kekayaan akhirnya habis berjudi, anak piatu berjuang sehingga mampu menolong orang lain? Karena ada atau tidaknya iman.
Praise the LORD for His mercy in day 2 of KIN. Vic. Maria Mazo opens the day with a morning devotion preaching on the theme of suffering and preserverance; God uses suffering to produce endurance that keeps us going, growing, and trusting. Rev. Ivan Kristiono expounds Augustine’s epistemic theory; knowledge finds its origin in the youths in the age that truth must be both absolute and personal. Vic. Jethro Rachmadi explains the Triune God in terms of a relationship among all Persons in the Godhead, each submitting himself for the others. Vic. Titus Ndoen preaches apologetically, dismissing the Moslem’s argument that the New Testament has been corrupted by Christians and provides counter arguments for its reliability. Rev. Sutjipto Subeno explains why understanding and living out Christ’s suffering is the most powerful weapon Christians may have against sins. In his morning session, Rev. Stephen Tong asserts that it is more reasonable to believe in the existence of God than to deny his existence. In the evening session, Rev. Tong preaches on the first Fall: despite created in holiness, righteousness, glory, and in love yet they fell. The fall begins when man relativizes God’s word and erect in its place epistemological pluralism and skepticism. We pray that God continue to work among us today. (mk/dt)
Kemarin kalian telah menikmati limpahnya firman yang telah kalian pelajari sepanjang hari. Hari ini kembali begitu banyak firman yang siap dibagikan oleh para hamba Tuhan yang telah Tuhan pilih untuk menjadi berkat bagi kalian. Namun, mungkin bagi beberapa rekan, ada bahan-bahan yang masih cukup sulit kalian mengerti. Itu hanya karena kalian masih belum terbiasa dengan materi-materi yang begitu luas dan limpah. Nanti setelah kalian terbiasa, kalian akan mudah untuk menyerap banyak pembahasan firman yang baik dan mendalam. Juga kalian bisa lebih memperkembangkan kapasitas hidup yang Tuhan sudah berikan. Bukan hanya mendapat bahan yang mendalam dan limpah, tetapi juga merupakan pembentukan karakter dan mental bagi kehidupan kita. Hidup kita diubah dan menjadi lebih berani berjuang, bekerja keras, dan mau belajar serius bagi Tuhan. Ayo…mari kita berjuang kembali di hari ketiga ini. Tuhan menyertai kalian.
Tim Redaksi.
SEKILAS Adam dan Hawa dicipta dengan kemuliaan Tuhan di dalam diri mereka. Tetapi kesucian itu hilang dari mereka sehingga mereka jadi manusia yang berdosa. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang perlu busana. Ini tidak bisa dimengerti melalui agama mana pun. Manusia berbusana hanya bisa dijawab di Kejadian 3. Sebelum berdosa, kemuliaan Tuhan mengelilingi kita. Setelah berdosa, kemuliaan hilang, menjadi malu terhadap diri sendiri. Tubuh manusia, bentuk seni yang tertinggi, mengapa perlu ditutup, takut dilihat orang lain? Ini rahasia yang tidak bisa dimengerti kebudayaan mana pun, tetapi dicatat di Alkitab. Ketika Adam di taman Eden, Tuhan memberikan firman: “Jangan engkau makan buah yang di tengah taman. Hari engkau makan engkau akan mati.” Firman Tuhan selalu mendahului kemampuan pemikiran kita. Mereka membiarkan firman Tuhan masuk, tetapi tidak dipikirkan dengan baik. Kejadian 3 adalah sumber untuk menggali dan menemukan semua bibit racun setan yang memengaruhi kebudayaan dan filsafat agama seluruh dunia. Setan bisa memalsukan sesuatu. Kebudayaan palsu bisa memalsukan segala sesuatu. Ada orang kelihatan sopan tapi hatinya jahat. Semua palsu karena setan berkata “tak tentu, tidak perlu takut”. Lalu Hawa jawab, “dengar siapa ya? Dengar firman Tuhan rugi, dengar setan mungkin mata besar.” Jadi dia memetik buah itu dan memakannya. Memang mata mereka melek, tetapi bukan bisa melihat Allah, atau melihat setan, melainkan melihat diri yang telanjang. Setelah engkau berdosa, engkau menjadi berpusat pada diri sendiri, bersandar diri, mementingkan diri. Setan menyuruh engkau mengikuti kalimat dia dan membuang kalimat Tuhan. Di taman Eden ada dua suara, suara setan dan suara Tuhan. Suara Tuhan adalah suara yang pasti, suara setan adalah suara yang ragu. Allah menciptakan manusia memang tidak sempurna sehingga mungkin jatuh. Kemungkinan berdosa adalah salah satu hal yang penting. Kalau tidak ada, maka sama seperti mencipta batu. Batu tidak bernilai karena tidak mempunyai kebebasan, sehingga tidak ada kemungkinan bermoral. Yang berkemungkinan bermoral berarti mungkin berdosa. Allah tidak mau
2
menjadikan manusia robot. Allah mau manusia mempunyai kebijaksanaan untuk memilih yang benar atau salah. Jika engkau bisa memilih yang benar, maka itu menjadi bernilai. Yang tidak mau percaya Tuhan, akan tersesat, liar, dan ngawur. Allah membebaskan Adam dan Hawa dalam kondisi netral. Tidak memaksa dan sayang sekali mereka tidak mengerti semua ini. Begitu mendengar kalimat yang menghasut, janji palsu, langsung taat. Celakalah manusia yang terlalu gampang mendengar suara setan. Bukankah Tuhan menanamkan hati nurani? Setan adalah pencemar kebenaran. Ia selalu mulai dengan menjanjikan keuntungan. Tuhan mengatakan “hari engkau makan, hari itu engkau mati.” Ternyata tidak mati, maka kelihatan setan sukses. Kalimat Tuhan kelihatannya tidak jadi. Itu sebabnya orang bisa bosan ke gereja. Kalimat Tuhan tidak jadi, kalimat setan jadi. Adam setelah makan buah masih hidup 930 tahun. Orang Kristen yang tidak mendengar khotbah yang benar, sedang membuka pintu untuk setan. Manusia sering bosan baca Alkitab, karena percaya Tuhan sepertinya tidak menguntungkan, sementara tawaran setan begitu enak. Maka engkau tutup pintu untuk Tuhan dan buka pintu untuk setan. Manusia jatuh karena: 1) penipuan epistemologi; 2) penipuan melalui janji yang palsu: Tuhan melarang kita makan, karena Tuhan tidak mau kita tahu dan kita jadi seperti Tuhan. Dia mau monopoli pengetahuan. Di sini kita dibawa kepada Skeptisisme. Skeptisisme memecahkan 2 orang yang hubungan erat dengan menanamkan benih kecurigaan. Setelah Adam jatuh mereka mulai menyesal dan mereka merasa dingin. Kejatuhan menjadikan manusia melihat dirinya, melihat ketelanjangannya, dan menjadi malu. Manusia malu kecuali dalam pernikahan yang sah. Mereka takut dan melarikan diri dari hadapan Tuhan. Tuhan mulai bertanya: “Adam, di manakah engkau?” Kini Adam ada di tangan setan. Ketika orang tidak tahu diri, dia akan kehilangan arah; ketika dia tidak tahu firman Tuhan, dia tidak tahu di mana dia. Manusia yang jatuh terhilang dari posisinya, kedudukan yang Tuhan berikan kepada kita melalui anak-Nya.
KIN
Ada empat status: 1. Status asli (dicipta menurut peta dan teladan Alllah); 2. Status kejatuhan (lebih celaka dari binatang); 3. Status penebusan Tuhan (melalui Yesus berdamai dengan Allah, ditebus, diberikan hidup yang kekal); 4. Status kesempurnaan (ketika kita kembali ke sorga bersama Tuhan). Melalui Kristus kita mendapatkan apa yang kita hilang di dalam Adam. Tuhan bukan menyelamatkan kita untuk mendapatkan status yang sudah pernah dimiliki. Justru Tuhan menjanjikan kita status yang lebih tinggi dari Adam. Itu sebabnya Tuhan ciptakan Adam dengan kemungkinan berbuat dosa. Manusia punya keharusan yaitu kita diberikan kemungkinan berbuat dosa. Di situlah nilai dan fungsi kebebasan yang membentuk potensi nilai moral. Jika tidak ada, maka manusia bukan makhluk moral. Tetapi jika mungkin menyeleweng, bertobat maka akan mendapatkan yang lebih tinggi. Bagaimana menjadi manusia yang menang? Manusia bersandarkan hidup dari firman Tuhan. Manusia selalu berdosa dari materi, karena menginginkan makan enak, kenikmatan seks. Kita jatuh karena kita membeli materi yang fana dengan menjual rohani yang kekal. Sama sepeti Adam, Esau, dll., mereka menukar sesuatu yang sementara dengan mengorbankan yang kekal. Bahagia hidup kekal telah engkau buang demi mendapatkan kenikmatan sementara. Bagi orang yang melecehkan Tuhan menganggap itu tidak penting dan jatuh. Setelah Kejatuhan, Adam takut mendengar Tuhan datang. Mengapa manusia takut Tuhan? Orang berdosa takut Tuhan, karena engkau tidak beres, tidak hidup intim dengan Tuhan. Dosa dibuktikan karena tidak mau mengaku dosa. Saya kira dari hari pertama itu hingga sekarang tidak ada perubahan. Ketika engkau melarikan diri dari Tuhan, mengindahkan tipu muslihat setan, engkau mengetahui perasaan hatimu seperti apa. Ini adalah hal yang terjadi setiap hari dan setiap orang. Ajarkan saya menghargai firman, menolak cobaan dari setan dan segala kenikmatan yang tidak beres, hidup suci, dan memuliakan nama-Mu. Amin.
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
SEKILAS
KIN
Iman yang Kalahkan Ketakutan oleh Charles Spurgeon
O
rang percaya setelah diperdamaikan dengan Allah tidak gemetar saat memikirkan tentang keperkasaan Tuhan. Dia tidak bertanya, “Akankah Tuhan melawanku dengan kekuatan-Nya?” melainkan katanya, “Tidak. Kekuatan ini, yang dahulu merupakan kengerianku, sekarang menjadi perlindungan dan harapanku, sebab Dia akan menaruh kekuatan itu di dalamku. Lihatkah engkau, Sang Mahakuasa bersemayam dalam takhta-Nya? Kedaulatan yang mengerikan, aku dapat melihat tangan-Nya yang dahsyat. Mungkinkah itu untuk menghancurkan orang berdosa? Mungkinkah Dia membinasakan semuanya dengan kekuatanmu?” “Tidak,” kata-Nya, “datanglah kemari, anakku.” Dan jika engkau menghadap takhta-Nya, “Lihatlah,” kata-Nya, “tangan yang membuatmu bergoncang, lihatlah, tangan yang sama ini Kuberikan padamu. Pergi dan hidupilah. Aku telah membuat engkau perkasa seperti Aku, untuk mengerjakan pekerjaan-Ku; Aku akan menaruhnya dalammu. Keperkasaan yang semestinya meremukkanmu sekarang akan berada di dalammu, supaya engkau dapat mengerjakan pekerjaan yang besar.” Sekarang, kekuatan besar ini dapat muncul dalam doa. Pernahkah engkau mendengar seseorang yang Tuhan jadikan raksasa berdoa? Oh, jika pernah, mungkin engkau berkata bahwa ini adalah sesuatu yang luar biasa untuk mendengar seorang yang berdoa dengan penuh kuasa. Aku melihatnya seperti seorang yang menangkap malaikat, dan menariknya turun, lalu ia tergelincir dalam pergulatannya. Tetapi, bak seorang raksasa, dia bangkit kembali lalu melempar malaikat itu ke tanah, seperti Yakub. Aku juga melihat dirinya tersungkur memegang takhta belas kasihan itu, dan berkata, “Tuhan, aku tidak akan
pergi jika Engkau tidak memberkati aku”, yang terus bertahan di depan gerbang sorga yang kelihatan sudah ditutup dan berkata, “Wahai gerbang, terbukalah lebar di dalam nama Yesus” dan aku pun melihat gerbang itu terbuka di hadapannya, seakan-akan dia adalah Tuhan sendiri; sebab ia diperlengkapi dengan keperkasaan Tuhan . Dia tidak akan pergi sebelum doanya dijawab; sebab doa menggerakkan lengan yang menggerakkan dunia. “Doa adalah sendi/otot Allah, demikianlah doa menggerakkan lengan-Nya” dan memang benar demikian. Sesungguhnya, dalam doa, dengan kekuatan hati yang beriman, ada penggenapan yang indah dari sebuah teks, “Dia akan meletakkan kekuatan itu padaku.” Lihatlah betapa agungnya seorang yang tidak hanya dalam doa, tetapi juga dalam tugas, memiliki iman yang agung kepada Allah! Apakah kamu pernah membaca cerita para pahlawan besar yang mengusir seluruh tentara dan menceraiberaikan raja-raja? Tidakkah engkau pernah mendengar mereka yang tak takut kepada musuh dan maju terus di hadapan lawan mereka, seperti mereka hidup dan sebentar lagi mati? Suatu kali, aku membaca sebuah kasus dari sebuah gereja tua di Skotlandia. Andrew Melville dan beberapa temannya diutus untuk menghadap sang raja. Ketika
Betapa agungnya seorang yang tidak hanya dalam doa, tetapi juga dalam tugas, memiliki iman yang agung kepada Allah! mereka berjalan dengan membawa gulungan, mereka diperingatkan untuk pulang dan berhati-hati sebab mereka dalam bahaya. Terdiamlah sejenak mereka, lalu
Andrew berkata, “Saya tidak takut ataupun berkecil hati tentang kabar Kristus; biarlah terjadi apa pun yang dikehendaki Tuhan, tugas kami harus tetap dijalankan.” Utusan-utusan tersebut mendapatkan keberanian dan melangkah maju. Sesampainya di kerajaan, dan setelah mendapat audiensi, mereka baru menyadari bahwa sang raja sedang mendapat kunjungan dari Lennox dan Arran, dan beberapa raja lainnya dari Inggris. Mereka mempresentasikan bantahan dan argumen di hadapan para raja. Arran, mengangkat gulungan, lalu menghadap para menteri dan dengan geram berkata, “Siapa berani menandatangani artikel pengkhianatan ini?” “Kami berani,” kata Andrew Melville, “dan mempertaruhkan nyawa kami dalamnya.” Setelah dilontarkannya kalimat itu, dia datang ke depan meja, mengambil pena, menandatangani dengan namanya, lalu diikuti oleh saudaranya. Semua orang terkejut dan hanya terdiam. Demikian bahwa leluhur kita berhadapan dengan raja-raja, tetapi juga tidak malu. “Para petinggi mengancam mereka dengan gencar, namun tetap tidak mau melanggar dari perintah Allah.” Sang raja lebih gemetar melihat mereka dibandingkan melihat seluruh pasukan musuh di depan gerbangnya; kenapakah demikian? Sebab Tuhan telah memberikan kekuatan-Nya kepada mereka dan menjadikannya orang yang berkuasa dalam pekerjaannya. Engkau pun memiliki hal yang serupa di tengahtengahmu. Mereka begitu dihina, tetapi Tuhan menjadikan mereka seperti prajurit Daud yang berani, menghabisi seekor singa di musim dingin yang pekat. Ada orang sedemikian di gereja kami, tetapi tidak banyak, aku akui, yang tidak takut untuk melayani Tuhan mereka, berdiri dan bersuara terhadap Injil Tuhan dan panji putih Kristus yang murni, tidak dikotorkan oleh doktrin yang manusia rancang. Beginilah baru mereka kuat! Kenapa mereka
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
3
SEKILAS kuat? Karena Tuhan memberikan kekuatan kepada mereka. “Dan akankah aku bertahan hingga akhir?” kata orang percaya itu. Ya, sebab kekuatan Tuhan ada di dalammu. “Mungkinkah aku dapat bertahan dalam pencobaan yang terus menerus?” Ya, engkau pasti bisa. Tidak bisakah Kemahakuasaan membendung arus deras pencobaan ini? Sang Mahakuasa ada di dalam engkau; sebab, seperti Ignatius, engkau adalah pembawa nama Tuhan; engkau menyandang nama Tuhan di pundakmu. Hatimu adalah Bait Suci Roh Kudus. “Tetapi bisakah aku terus berdiri teguh dengan banyaknya kejahatan setiap hari?” Oh, pasti engaku bisa, sebab Dia menaruh kekuatan-Nya padamu! Beberapa waktu lalu aku berada di kantor dan seseorang bertanya, “Saudara, jika ada ancaman lagi di Smithfield, aku khawatir mereka akan menemukan sangat sedikit dari kita yang akan dibakar.” “Ya,” kataku, “aku tidak tahu tentang bagaimana
kamu akan membakar; tetapi ini yang kutahu dengan pasti, bahwa kita tidak akan pernah kekurangan orang yang siap mati untuk Kristus.” Jika sekarang seratus dari kita dipanggil untuk mati bagi Kristus, saya percaya bukan hanya seratus, mungkin lima ratus yang mau mati bahkan sambil bernyanyi. Setiap kali aku menemukan iman, aku percaya bahwa Tuhan akan memberikan kekuatan kepadanya; dan aku tidak pernah berpikir sesuatu pun yang mustahil bagi orang beriman kepada Tuhan, karena ada tertulis, “Dia akan meletakkan kekuatan itu padaku.” Apakah engkau berharap untuk berenang di sungai Yordan dengan tubuhmu? Engkau akan tenggelam, kecuali Yesus, seperti Aeneas meluputkkan Anchises dari api Romawi di atas bahunya, mengangkat engkau dari sungai Yordan dan membawamu melintasinya. Engkau tidak akan bisa menghadapi tiran dan tersenyum di
KIN
mukanya, kecuali engkau memiliki jaminan yang bernilai kekal. Engkau perlu berikatpinggangkan keilahian, atau pinggangmu akan lepas dan kekuatanmu akan hilang ketika engkau membutuhkannya. Banyak orang nekat pergi ke sungai Yordan sendiri; tetapi lihat bagaimana dia berteriak dan menjerit ketika ombak pertama baru menyentuh kakinya! Tetapi tidak akan pernah seorang pecundang mati jika Tuhan besertanya, dia akan menjumpai dirinya lebih kuat dari liang kubur. Berjalanlah terus, orang Kristen, sebab ini janji-Nya, “Dia akan meletakkan kekuatan itu padaku.” “Biarpun aku lemah, namun melalui keperkasaan-Nya, semuanya dapat kukerjakkan.” Pergilah, jangan gentar terhadap kekuatan Tuhan, tetapi bersukacitalah akan ini, bahwa Dia akan memberikan keperkasaan-Nya kepadamu; Dia tidak akan menggunakannya untuk menghancurkanmu.
”Orang yang mengasihi Allah tetapi tidak takut kepada Allah adalah orang yang mengasihi Allah dengan motivasi ingin memperalat Allah.” -Pdt. Dr. Stephen Tong
Sambungan dari hal.5 Pdt. Aiter....
dipadu dengan semangat Injili untuk mau terus giat menginjili. STEMI adalah badan penginjilan Reformed yang terus-menerus mempersiapkan penginjil-penginjil awam untuk berkeliling ke seluruh Indonesia dari kota besar sampai ke pedalaman Indonesia.
4
Pdt. Aiter terkenal dengan kerelaannya berkorban, masuk ke pedalaman yang sangat minim. Kondisi medan yang berat dan sulit. Naik sampai ke gunung yang tinggi, tempat terpencil, mencari anak-anak di pelosok untuk memberitakan Injil kepada mereka. Banyak guru dan Kepala Sekolah menangis melihat tim KKR Regional yang dipimpinnya masuk ke desa-
desa pelosok demi untuk membawa Injil bagi anak-anak, apalagi begitu miskin dan terbelakang, yang sering kali dianggap tidak berharga dan diabaikan begitu saja. Kiranya semangat dan perjuangan yang muncul dari hati yang dibakar oleh Injil ini juga boleh ada pada kita semua yang dipenuhi oleh Roh Kudus.
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
SEKILAS
KIN
Mengenal:
Pdt. Aiter, S.Kom.,M.Div
K
KR Regional, sebuah proyek penginjilan STEMI (Stephen Tong Evangelistic Ministries International) dan GRII (Gereja Reformed Injili Indonesia), adalah suatu gerakan yang sangat dahsyat bagi Indonesia. Proyek penginjilan ini pada tiga tahun berturut-turut memberitakan Injil kepada lebih dari satu setengah juta siswa di seluruh Indonesia setiap tahunnya. Dari siswa-siswi di kota hingga di ujung gunung diajak mengenal Tuhan Yesus. Dan tokoh utama yang berada di balik kesuksesan ini adalah Pdt. Aiter. Ia membawa belasan regu pergi dari Sumatera hingga Papua, memberitakan Injil ke lebih dari 500.000 siswa setiap tahun. Mari kita mengenal hamba Tuhan yang satu ini. Pak Aiter, dilahirkan tahun 1971 di sebuah kota kecil di Sumatera Utara, yaitu Rantau Prapat, sekitar 300 km dari kota Medan. Dibesarkan dalam keluarga Kristen, dari kecil beliau sudah mengenal iman Kristen dan pengajaran Kristen dari Sekolah Minggu Gereja Methodist Indonesia Rantau Prapat. Setelah lulus SMA tahun 1989, beliau melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Nusantara (STIMIK Binus) di Jakarta (saat ini dikenal sebagai Universitas Binus). Pada awal datang di Jakarta, sekitar tahun 1989-1990 beliau bergereja di sebuah gereja kharismatik terbesar di Jakarta, dan mulai dipengaruhi ajaran kharismatik yang terkenal dengan “senjata ampuh”-nya yaitu bahasa lidah. Namun, pada awal tahun 1990 beliau diajak seorang teman untuk pergi ke GRII di gedung Granadha, SemanggiJakarta. Teman beliau mengatakan:
“Mari kita pergi ke gereja, yang kalau kita dengar khotbahnya, kita tidak mengerti.” Beliau heran ada khotbah yang “ketika mendengar tidak mengerti”. Ketika beliau datang kebaktian di GRII, yang baru berjalan 16 minggu, Pdt. Dr. Stephen Tong sedang melakukan eksposisi Injil Yohanes dan masih di ayat-ayat awalnya. Itulah pertama kali beliau mengenal seorang yang bernama Stephen Tong, melihat orangnya dan mendengar khotbahnya. Selama satu tahun penuh beliau mengalami kesulitan mengerti khotbah Pdt. Stephen Tong yang sangat filosofis dan mendalam. Muncul pertanyaan: “Apakah Pdt. Stephen Tong tidak bisa berkhotbah sehingga saya tidak bisa mengerti, ataukah saya yang terlalu bodoh sehingga saya tidak bisa mengerti?” Dari pertanyaan itu, beliau mulai menyadari bahwa selama ia menjadi Kristen, banyak hal sebenarnya yang beliau belum tahu sama sekali, karena sudah terbuai oleh ajaranajaran yang terlalu praktis dan tidak membawanya ke akar iman Kristen yang mendalam. Pergumulan yang serius mulai bergolak di dalam diri beliau. Tahun 1992-1995 beliau mulai mencoba memperdalam iman dan pengertian theologisnya dengan belajar di STRIJ (Sekolah Theologi Reformed Injili Jakarta), sebuah sekolah theologi untuk awam. Dari situ beliau lanjut studi penuh waktu di Institut Reformed di Jakarta dan menjadi angkatan pertama di situ. Ia menyelesaikan program Master of Divinity di sekolah ini. Di sini pengertian firmannya ditata menjadi Reformed.
Selain itu, beliau juga mulai menyadari keunikan Pdt. Stephen Tong yang bukan saja menjadi seorang pendeta dan theolog, tetapi juga filsuf, arsitek, penggubah lagu, dan lain-lainnya. Pdt. Stephen Tong juga begitu rajin dan bersemangat penuh di dalam memberitakan Injil Kristus. Khotbah-khotbahnya sangat menekankan Injil Kristus dan mendorong semua hamba Tuhan, dosen-dosen theologi, dan mahasiswa-mahasiswa theologi untuk terus bergiat memberitakan Injil. Dari pergumulan pengenalannya akan figur Pdt. Stephen Tong, beliau mulai dibakar oleh Tuhan dengan api Injil. Ia mulai menyadari bahwa ia harus giat memberitakan Injil. Pdt. Aiter adalah pendeta yang sangat menyadari bahwa Roh Kuduslah yang memanggil dan memimpin seluruh hidup dan pelayanannya. Pengertian dan pergumulan yang semakin mendalam menjadikan beliau menyadari paduan antara theologi Reformed dan semangat penginjilan merupakan senjata yang ampuh untuk menghadapi dan menantang zaman, membawa manusia berdosa kembali kepada ajaran yang sehat berdasarkan Alkitab dan beriman kepada Tuhan Yesus, satu-satunya Juruselamat bagi hidupnya. Di lain pihak, pergumulan kehidupannya juga telah membuat ia menjadi seorang hamba Tuhan yang sangat kokoh dan kuat. Di GRII dia menyadari bahwa paduan GRII dan STEMI merupakan paduan yang sangat sinkron. GRII mengajarkan doktrin yang benar berdasarkan Alkitab dengan khotbah eksposisi yang konsisten dan dinamis, juga
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
Bersambung ke hal.4
5
SEKILAS Sambungan dari hal.8 David Brainerd....
oleh Tuhan dan mulai mengerti dan menerima kebenaran yang ditolaknya itu. David menyadari bahwa manusia tidak mungkin meraih keselamatan dengan usahanya sendiri dan segala kebaikan yang dilakukannya selama ini dilakukan dengan rasa “pantas” mendapatkan hadiah keselamatan daripada Tuhan. Segala hal yang dilakukannya selama ini adalah untuk dirinya sendiri dan tidak pernah untuk kemuliaan Tuhan. David akhirnya menjadi orang yang paling bergumul mengenai hal ini, yaitu menyatakan kemuliaan Tuhan melalui hidupnya. Pada saat David berumur 21, dia mulai masuk ke Yale University. Di tempat ini David sungguh-sungguh bekerja keras. Bukan hanya soal akademik, tetapi juga melawan kelemahan tubuhnya. David pernah dipulangkan karena muntah darah di Yale dan studinya terhenti beberapa minggu. Meski demikian, David menjadi murid yang memiliki prestasi tertinggi di Yale. Hal yang mengagetkan mengenai masa studi David di Yale adalah dia dikeluarkan dari Yale setelah setahun di sana. Mengapa? Bukan karena nilainya, tetapi karena adanya perseteruan pihak mahasiswa dengan pihak universitas. Kejadian ini sangat memukul David. Tetapi pengeluarannya dari Yale ini justru menjadi langkah awal David menjawab panggilannya sebagai misionaris ke suku Indian Amerika. Pada saat itu berlaku hukum bahwa yang ingin melayani menjadi pendeta pastoral harus lulus dari Universitas Yale, Harvard, atau universitas Eropa lainnya. Setelah keluar dari Yale, David mengambil waktu menumpang di rumah Jedediah Mills, hamba Allah yang sejati. Di sana dia banyak merenung sampai akhirnya muncul kerinduan di hatinya untuk membawa Injil kepada suku Indian. Waktu pelayanan David kepada suku Indian tidaklah banyak. Pelayanannya hanya berlangsung 3-4 tahun saja sebelum meninggal
6
dunia. Selama satu tahun David diutus dalam masa percobaan ke Kaunaumeek, lalu ditahbiskan dan melayani selama sisa hidupnya di Crossweeksung, Cranberry, dan Susquehanna. David akhirnya meninggal di usia 29 tahun, pada tanggal 9 Oktober 1747. Pelayanan David begitu singkat dan mungkin membuat kita bertanya-tanya, “mengapa orang yang melayani begitu singkat ini sangat terkenal? Mengapa banyak misionaris setelahnya banyak sekali yang terinspirasi dan tergugah dengan hidup David? Apa spesialnya orang ini?” Jika kita melihat begitu saja secara singkat, kita pasti tidak akan menemukan jawabannya. Jawabannya akan terlihat ketika kita mengenal pergumulan David, apa yang dialaminya saat-saat sebelum dan sesudah melayani. Pertama, David terus sakit secara konstan dalam hidupnya, tetapi dia tetap setia melayani. Pada bulan September 1746 David menuliskan, “Exercised with a violent cough and a considerable fever; had no appetite to any kind of food; and frequently brought up what I ate, as soon as it was down; and oftentimes had little rest in my bed, by reason of pains in my breast and back: was able, however, to ride over to my people, about two miles, every day, and take some care of those who were then at work upon a small house for me to reside in amongst the Indians.” Bayangkan, pada zaman itu belum ada kendaraan bermotor dan bepergian harus menggunakan kuda. Perjalanan bisa memakan beberapa hari dan harus bertahan hidup sendirian di alam liar untuk beberapa hari dengan keadaan David yang sakit-sakitan.
KIN
open my spiritual sorrows, and with whom I might take sweet counsel in conversation about heavenly things, and join in social prayer.” Ketiga, David yang menjadi misionaris tidak mungkin membawa harta kekayaannya, sehingga sering kali harus hidup susah, sering kelaparan, menumpang di rumah penduduk, budaya yang tidak sama, dan kesulitan jasmaniah lainnya. David Brainerd mengalami seluruh kesulitan itu. Mungkin jika kita yang ditempatkan menjadi David, tidak akan sanggup. Tetapi David melewati seluruh kesulitan itu dan tetap setia kepada panggilan Tuhan sampai mati. David tidak menyerah dan tidak mengasihani dirinya. Mengapa David bisa seperti itu? Apa yang membuatnya bisa melakukannya? Jawabannya adalah karena David melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan. Di hadapan matanya terlihat kemuliaan Tuhan bersinar ketika pekerjaan Tuhan dilakukan dan jiwa-jiwa kembali kepada Kristus. David telah menang terhadap pergumulannya. Mari lihat kutipan di awal artikel ini, di sana David mengatakan bahwa dia dulunya tidak pernah melakukan segala sesuatu bagi kemuliaan Tuhan, hanya mencari keuntungan diri sendiri. Tetapi David tidak tinggal diam dengan keadaannya. David bertumbuh dan mengusahakan dirinya suka terhadap kemuliaan Tuhan. David menjadi orang yang kesukaan paling besarnya adalah melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan. Kesukaannya terhadap kemuliaan Tuhan inilah yang membuatnya tetap melayani walaupun sakit, tetap berjuang meski susah dan rugi.
Apakah yang menjadi pendorong kita? Sudahkah kita Kedua, David bergumul dengan hidup rasa kesepian. David merupakan mengusahakan diri kita lebih misionaris perintis pada saat itu. bersukacita terhadap kemuliaan Belum ada yang Kristen sama Allah dibandingkan dengan sekali. Tidak ada orang lain baginya keuntungan diri sendiri? Maukah untuk menceritakan kesulitannya kita memiliki pandangan yang dan pergumulan spiritualnya. David seperti David Brainerd mengenai mengatakan, “Most of the talk I hear kemuliaan Allah? Mari kita bergumul is either Highland Scotch or Indian. sebagai pemuda dan serahkan I have no fellow Christian to whom hidup yang terbaik kepada Tuhan I might unbosom myself and lay sesuai panggilan dari-Nya.
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
Refleksi Hari ke-2
SEKILAS
KIN
Vik. Maria W. Mazo, M.Div. Membangun karakter Kristen yang semakin menyerupai Kristus tidak terlepas daripada penderitaan, yang di dalamnya kita harus bermegah. Dari penderitaan bagi Kristus, muncul ketekunan yang berarti faith that keeps going, growing, and trusting. Kedua hal ini dilakukan bukan tanpa arah tetapi dengan adanya suatu pengharapan akan janji dari Tuhan yang setia, yang sudah Ia berikan kepada umat-Nya. Di saat kita sudah melalui semua ini, kita akan melihat kasih Tuhan yang dengan deras dicurahkan kepada kita untuk membangun karakter Kristen yang sejati. Pdt. Ivan Kristiono, S.Sn., M.Div., M.Hum. Tiga hal yang dipelajari dalam epistemologi Bapa Gereja Agustinus: Pertama, konfrontasi dengan skeptisisme yang menyatakan bahwa baik skeptisisme itu benar atau salah tetap menyatakan adanya kebenaran. Kedua, teori iluminasi yang menyatakan bahwa kita mengetahui kebenaran karena baik apriori (pengetahuan sebelum belajar) dan aposteriori (pengetahuan setelah belajar) bisa berfungsi karena ada iluminasi yang diberikan oleh Tuhan. Ketiga, kaitan antara kasih dan pengetahuan, di mana Love mengarahkan assensus/ persetujuan nalar informatif kita sehingga yang penting adalah siapa yang kita cintai? Tuhan atau keberdosaan? Sdr. Ivan Adi Raharjo, B.S.E. Kehidupan fisik dipikirkan oleh manusia di dalam kesehariannya, tetapi sedikit yang memikirkan mengenai metafisika. Metafisika berbicara mengenai kebenaran yang mendasari fisik keseharian. Kebenaran yang mendasari haruslah kebenaran sejati yang mutlak, dan Kristus adalah kebenaran tersebut. Kebenaran yang menuntut keseluruhan hidup kita dipersembahkan untuk Tuhan dan menjunjung tinggi nama-Nya, bukan berdasarkan kebenaran diri. Kebenaran yang tidak menindas, tetapi kebenaran yang memberikan hidup kepada kita. Vik. Jethro Rachmadi, B.Mus., M.Th. Melalui pendekatan relasional, kita akan mengerti bahwa doktrin Allah Tritunggal adalah doktrin yang paling indah. Kesulitan kita selama ini adalah karena kita sering berpikir perbedaan mengancam persamaan, tetapi dalam harmoni musik perbedaan malah membawa kesatuan yang jauh lebih indah. Kita juga sering berpikir hidup egois, padahal Tritunggal mengajarkan kita untuk memberikan diri bagi yang lain seperti Kristus yang memberikan diri-Nya bagi kita. Di dalam Tritunggal perbedaan menjadi sumber persatuan bukan pertikaian. Vik. Titus Ndoen, M.Div. Islam mengatakan Alkitab sudah diubah. Ada empat kemungkinan 1) Alkitab diubah oleh Konsili Nicea sebelum Muhammad 2) setelah Muhammad 3) Injil yang dikutip berbeda dengan Injil yang kita pegang 4) Injil yang kita pegang sama dengan yang disebutkan Alquran. Tetapi keempat kemungkinan ini tidak memiliki dasar yang jelas karena gereja tidak mungkin berkonspirasi, Taurat dan Injil masih ada dan dipakai oleh umat Yahudi zaman Muhammad. Terjemahan Alkitab sekarang adalah berdasarkan manuskrip kuno. Tuhan memelihara Kitab Suci sampai saat ini dan itu bukti cinta Tuhan kepada kita. Pdt. Sutjipto Subeno, S.Th., M.Th. Menjadi seorang spiritual giant dalam kekristenan bukan hal yang mudah karena kekristenan berada dalam warfare dan kita perlu dipersenjatai dengan pemikiran mendalam tentang penderitaan Kristus. Empat peristiwa dalam kehidupan Petrus tersebut adalah saat dipanggil, saat peristiwa transfigurasi, saat ketahuan oleh budak perempuan, hingga kembalinya Petrus kepada Kristus yang sudah bangkit. Melalui 4 peristiwa ini, Petrus berubah menjadi spiritual giant. Siapkah kita hidup menjadi pengikut Kristus sejati walaupun ditentang oleh dunia?
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa
7
SEKILAS
KIN
David Brainerd (20 April 1718 - 9 Oktober 1747)
A Constant Stream “There was no more goodness in my praying than there would be in my paddling with my hands in the water… because (my prayers) were not performed from any love or regard to God… I never once prayed for the glory of God. I never once intended his honor and glory…” – David Brainerd David Brainerd lahir di Haddam, Connecticut, Amerika Serikat pada tahun 1718. David adalah seorang misionaris yang Tuhan pakai untuk pergi memperkenalkan Kristus kepada suku-suku Indian di Amerika. Ayah David Brainerd bernama Hezekiah dan ibunya bernama Dorothy. Ada sembilan anak lain dalam keluarga Brainerd selain David. David adalah anak yang keenam. Keluarga Brainerd adalah keluarga yang benar-benar memperhatikan bagaimana iman dan keagamaan dijalankan dalam kehidupan seharihari. Ayah David melatih anakanaknya untuk disiplin dalam banyak hal, seperti membaca Alkitab, membaca buku, berdoa, berpuasa, saling mengasihi, bangun pagi, tidak bermalas-malasan, mengutamakan hal-hal rohani daripada jasmani, dan banyak hal kedisiplinan lainnya. Maka pada akhirnya David menjadi anak yang sangat memperhatikan kerohaniannya dan senang melakukannya dengan baik. David tidak suka jika ada hal yang kurang atau bolong dari apa yang harusnya dikerjakan. David tidak suka menunda pekerjaannya. Selain dari kerohanian yang sangat ketat, David juga mewarisi kelemahan
tubuh dan sifat melankolis keluarga Brainerd. Dari begitu banyak anak keluarga Brainerd, kebanyakan umurnya pendek dan mati di masa muda mereka. David adalah salah satunya yang juga mati di usia muda. Kebanyakan dari keluarga Brainerd juga sangat melankolis, sangat serius, dan berlarut-larut jika memikirkan atau mengerjakan suatu hal. Inilah yang akhirnya juga menjadi penyebab dari kesulitan pertobatan David. Meskipun David dididik dengan cara yang sedemikian ketat, tidak menjamin dia otomatis menjadi orang Kristen. David sendiri mengakui bahwa pada masa awal hidupnya dia tidak pernah menjadi Kristen sungguh-sungguh dan tidak pernah mengerti anugerah Tuhan. David terlalu terpaku kepada menjaga aktivitas-aktivitas disiplin rohaninya yang sempurna itu dan hal itu menjadi sumber kesenangan David satu-satunya. Hidup yang seperti demikian terus dijalaninya sampai dia beranjak ke usia remaja. Pada saat David berumur 19 tahun, David memutuskan untuk pergi bercocok tanam di lahan yang dia dapatkan dari warisan orang tuanya. David melatih tubuhnya dan melakukan segala pekerjaan ladang yang diperlukan, tetapi semakin lama dia melakukannya, dia semakin menyadari bahwa ini bukanlah yang dia inginkan. David sebenarnya lebih ingin masuk universitas dan mempersiapkan dirinya untuk melayani jemaat sebagai pendeta pastoral. David berpikir bahwa dengan melakukan pelayanan, dia telah mengabdikan
diri sepenuhnya kepada Tuhan. Pada saat mempersiapkan diri untuk memasuki universitas, David membaca Alkitab dua kali berturutturut. Di masa-masa itulah David mulai sadar bahwa ada kebenarankebenaran Alkitab yang tidak bisa Dia terima. Hal yang tidak bisa dia terima adalah mengenai hukumhukum Allah, keselamatan hanya melalui iman semata, dan tentang kedaulatan Tuhan. David dibesarkan dalam keluarga yang sangat ketat keagamaannya dan ini menyebabkan David sangat kesal karena tidak bisa memenuhi seluruh hukum Allah dengan sempurna. Betapa pun kerasnya dia berusaha, semakin jauh rasanya dari kesempurnaan yang dituntut oleh hukum Allah dalam Alkitab. David juga tidak setuju dengan iman semata yang membawa kepada keselamatan. Dia bahkan kesal dengan kebenaran ini karena dia tidak paham apa itu iman dan tidak tahu bagaimana caranya bisa mendapatkannya. Tapi kebenaran yang paling menjengkelkan bagi David adalah mengenai kedaulatan Allah. Bagaimana bisa Tuhan berlaku kepada manusia semenamena, menghukum yang mau Dia hukum, menyelamatkan yang mau Dia selamatkan? Jika demikian, di mana peran manusia? Untuk apa manusia berjuang hidup saleh dalam dunia ini? David sangat tidak mengerti. Setelah bergumul cukup lama, pada musim panas tahun 1739 David mulai mendapatkan titik terang. David diberikan pertobatan sejati Bersambung ke hal.6
TIM REDAKSI SEKILAS KIN: Penasihat: Pdt. Dr. Stephen Tong; Redaktur umum: Pdt. Sutjipto Subeno M.Th.; Tim Redaksi: Vic. Edward Oei M.C.S., Vic. Dr. David Tong, Mitra Kumara, Johan Murjanto; Rubrik: Vic.Elsa Pardosi, Simon Lukmana, Howard Louis, Lydiawati Shu; Layout: Johannes Kornelius, Adhya Kumara, Nanie K.; Produksi: Adi Lou, Iwan Darwins, Evalina Kwok, Saut P., Yohanes Irwan
8
Pemuda takut akan Tuhan: Pengharapan Gereja & Bangsa