MOENTONO : VARIETAS P ADI TAHAN REBAH
Identifikasi Varietas Padi Tahan Rebah M. D. Moentono Balai Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi
ABSTRACT. Identification of Rice Varieties with Lodging Resistance. This trial was conducted in the wet season 1998/99 in Sukamandi to identify rice varieties with high straw strength and lodging resistance and to study the straw strength and other related straw characters that could be used as the selection criteria for high lodging resistance. A total of 23 varieties were direct seeded in a randomized block design with three replications. The row spacing was 25 cm, with a planting density of 60 seeds per meter length. Thus a plot consisted of 12 rows with 5 meter length. Levels of NPK fertilizer were (150 kg N + 50 kg P2O5 + 50 kg K2O)/ha. A whole P and K were applied in 20 days after planting and three time N application 50 + 50 + 50 in 20, 55 and 65 days after planting. Variety IR64 was used as the check. The results showed that: 1. Eleven out of 23 varieties tested in direct seeding evaluation gave lodging index of 1 (resistance to lodge) i. e., Cibodas, Way Seputih, Cipunagara, Citanduy, Cimandiri, Cilamaya Muncul, IR36, IR42, IR48, IR54, and IR70. 2. All modern varieties tested with plant height lower than 115 cm in direct seeding method with straw strength higher than 0.100 kg gave lodging index = 1 (resistant to lodge), i.e. IR48, Cilamaya Muncul, Way Seputih, and Cibodas. 3. All varieties tested with plant height lower than 90 cm in direct seeding method gave lodging index = 1 (resistant to lodge) i.e.: IR36, IR70, and Citanduy. 4. Straw strength could be used as the selection criteria of selection for high lodging resistance. Straw rind thickness and dry weight of 5 cm straw section could be used as the alternatives for straw strength as the selection criteria for height lodging resistance with their respective coefficient r = 0.517 and r = 0.551*. Key words: Rice, direct seeding, straw strength, lodging resistance. ABSTRAK. Dalam sistem Tabela diperlukan varietas yang mempunyai ketahanan rebah yang tinggi. Penelitian dilakukan pada musim hujan 1998/99 di Sukamandi untuk mengidentifikasi varietas padi dengan ketahanan rebah yang tinggi. Sebanyak 23 varietas padi ditanam secara langsung (Tabela) dengan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan, jarak antarbarisan 25 cm, kerapatan tanam 60 biji per meter barisan, satu petak percobaan terdiri atas 12 baris tanaman sepanjang 5 meter. Tanaman dipupuk dengan 150 kg N + 50 kg P2O 5 + 50 kg K2O/ha. Seluruh pupuk P dan K diberikan 20 hari setelah tanam (HST) dan N tiga kali, masing-masing 50 kg N/ha pada 20, 55 dan 65 HST. Varietas IR64 digunakan sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) 11 dari 23 varietas yang diuji menampilkan indeks kerebahan 1 (tahan rebah), yaitu Cibodas, Way Seputih, Cipunagara, Citanduy, Cimandiri, Cilamaya Muncul, IR36, IR42, IR48, IR54 dan IR70. (2) Varietas modern yang tingginya di bawah 115 cm dalam sistem Tabela dan kekuatan batang di atas 1,0 kg menampilkan indeks kerebahan 1 (tahan rebah), yaitu IR48, Cilamaya Muncul, Way Seputih, dan Cibodas. (3) Varietas yang tingginya di bawah 90 cm dalam sistem Tabela menampilkan indeks kerebahan 1 (tahan rebah), yaitu IR36, IR70, dan Citanduy. (4) Kekuatan batang dapat dipakai sebagai kriteria seleksi untuk ketahanan rebah. Tebal kulit batang dan bobot kering potongan batang dapat dipakai sebagai alternatif penentuan kekuatan batang untuk kriteria seleksi ketahanan rebah berturut-turut dengan koefisien korelasi r - 0.517* dan r- 0.551*. Kata Kunci: Padi, tanam benih langsung, kuat batang, ketahananan rebah.
K
etersediaaan air yang lebih terjamin akibat perbaikan dan perluasan jaringan irigasi, tersedianya herbisida yang harganya relatif murah, adanya varietas padi modern berumur pendek, dan naiknya upah tenaga kerja telah mendorong para petani di Malaysia, Filipina, dan Thailand menggunakan teknologi tanam benih langsung (De Datta dan Nantasomsaran 1991). Di Indonesia, Departemen Pertanian pernah melakukan pengkajian teknologi sistem usahatani berbasis padi dengan muatan alih tenologi Tabela (Manti et al. 1996). Varietas modern yang dirakit untuk sistem tanam pindah (Tapin) juga dipakai untuk Tabela. Varietas tersebut seringkali berpenampilan sama, tetapi kadang-kadang hasilnya lebih rendah bila ditanam secara Tabela (De Datta and Nantasomsaran 1992). Dingkuhn et al. (1996) mengetengahkan syaratsyarat mendasar tipe tanaman untuk sistem Tabela, di antaranya adalah: 1) ketegaran bibit (seedling vigor) tinggi, 2) batang kuat (stiff straw), 3) daya cengkeram akar (root anchorage) kuat, dan tahan rebah. Penelitian IRRI (1988) dan Mackill et al. (1996) menunjukkan bahwa ketahanan rebah tanaman padi bergantung pada varietas yang ditanam. Varietas berumur pendek cenderung lebih mudah rebah daripada varietas berumur panjang, terutama jika berbunga pada saat hujan. Tingkat kerebahan tanaman dinilai dengan indeks 0-9. Indeks 0 (nol) berarti tanaman tidak rebah, sedangkan indeks 9 berarti tanaman rebah di atas 80%. Hasil penilaian bervariasi, bergantung pada pengaruh lingkungan. Kemampuan membedakan secara tepat diperlukan untuk mengidentifikasi tanaman tahan rebah, tetapi hal ini belum cukup jika lingkungan tumbuh yang diperlukan untuk ekspresinya tidak ada (Allard 1967). Agar dapat melakukan seleksi ketahanan rebah, pemulia perlu mempunyai alat bantu seleksi. Alat bantu pengukuran ketahanan rebah yang banyak dipakai adalah ketahanan pelengkungan (bending-resistance (O"Toole 1984), dengan cara melengkungkan batang tanaman padi setengah jalan, kemudian melepaskannya dengan mengukur kecepatan lurus kembali (Jenning 1979). Amanda dan Mackill (1988) mendapatkan bahwa tanaman dengan tingkat ketahanan pelengkungan tinggi relatif tahan rebah daripada tanaman dengan 81
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN P ANGAN V OL. 22 NO. 2 2003
tingkat ketahanan pelengkungan rendah. Di samping tinggi tanaman, Wang dan Hashikawa (1991) serta Okawa dan Ishihara (1993) menyebut faktor-faktor lainnya yang menunjang ketahanan rebah tanaman yaitu: ketebalan kulit batang (straw ring thickness), diameter batang (straw diameter), tingkat penutupan buku batang oleh pelepah daun, dan densitas lignin. Batang besar umumnya mempunyai tangkai malai yang besar dan memiliki lebih banyak jaringan pembuluh (vascular bundles) (Vergara et al. 1996). Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi varietas tahan rebah (indeks rebah 0 atau 1); 2) mempelajari sifat-sifat batang yang dapat dipakai sebagai kriteria seleksi untuk ketahanan rebah.
BAHAN DAN METODE Sebanyak 23 varietas padi sawah ditanam pada MH 1998/99 di Sukamandi dengan cara Tabela dalam rancangan acak kelompok tiga ulangan. Ukuran petak percobaan 3 m x 5 m. Jarak tanam baris 25 cm, kerapatan tanam 60 biji/m, sehingga setiap petak percobaan terdiri atas 12 barisan sepanjang 5 m. Tanaman dipupuk dengan 150 kg N + 50 kg P 2O5 + 50 kg K 2O/ha. Pupuk P dan K diberikan 20 hari setelah tanam (HST) dan N diberikan tiga kali, masing-masing 50 kg/ha, pada 20, 55, dan 65 HST. Sebagai varietas pembanding adalah IR64. Pengamatan terhadap ketahanan rebah tanaman dilakukan dua kali, yaitu pada saat berbunga (80 HST) dan pada saat panen (IRRI 1988). Penilaian dinyatakan dengan indeks seperti yang diusulkan pula oleh Mackill (1996) yaitu: 0 = tidak ada tanaman rebah; (sangat tahan); 1 = tanaman rebah kurang dari 20% (tahan); 3 = tanaman rebah 21-40% (agak tahan); 5 = tanaman rebah 41 60% (sedang); 7 = tanaman rebah 61-80% (peka). Parameter yang terkait dengan ketahanan rebah tanaman padi adalah kekuatan batang, diameter batang, bobot kering potongan batang, dan tebal kulit batang. Kekuatan batang ditentukan berdasarkan beban rata-rata yang diperlukan untuk mematahkan 10 contoh batang (ruas kedua atau ketiga) yang disangga dengan jarak 10 cm, beban diukur dengan timbangan katrol. Pengamatan dilakukan pada 80 HST. Diameter batang adalah diameter rata-rata ruas batang kedua atau ketiga dari 10 contoh batang, yang diukur dengan sigmat pada 80 HST, sebelum pengukuran kekuatan batang. Bobot kering potongan batang adalah bobot ratarata potongan batang berukuran 5 cm yang sudah dikeringkan dalam oven.
82
Tabel 1. Indeks kerebahan beberapa varietas yang ditanam dalam sistem Tabela. Sukamandi, MH 1998/99. Indeks kerebahan Varietas
Kekuatan batang (kg)
IR48 Cilamaya Muncul Cisanggarung Way Seputih Cibodas Cipunagara Cimandiri IR36 Citrata Citarum IR70 Sadang Digul Way Apoburu IR56 S969b-265-1-4-1 IR54 Ciliwung IR42 Citanduy Memberamo IR64 IR50
1,37 a 1,12 b 1,12 b 1,02 bc 1,02 bc 0,97 bcd 0,97 bcd 0,92 cde 0,92 cde 0,92 cde 0,90 cde 0,90 def 0,82 defg 0,80 defg 0,79 defg 0,77 efgh 0,77 efgh 0,75 efgh 0,75 efgh 0,72 fgh 0,72 gh 0,60 hi 0,50 i
Rata-rata
0,28
80 HST
Saat panen
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 7 1 1 1 1 1 1 5 5
1 1 5 1 1 1 1 1 7 5 1 3 9 9 9 5 1 3 1 1 3 9 9
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 Duncan
Tebal kulit batang adalah tebal rata-rata dari 10 contoh kulit batang dari ruas kedua atau ketiga yang sudah dikeringkan, diukur dengan mikrometer. Pengamatan juga dilakukan terhadap hasil tanaman padi pada kadar air 14%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Indeks Kerebahan Pengamatan pada 80 HST menunjukkan bahwa dari 23 varietas yang diuji terdapat 19 varietas yang mempunyai indeks 1 (tahan rebah), satu varietas (IR64) mempunyai indeks 3 (agak tahan rebah), dan tiga varietas memberikan indeks 5 dan 7 (sedang dan agak peka) (Tabel 1). Pada saat panen, indeks kerebahan tanaman menunjukkan perubahan pada varietas-varietas tertentu, sedangkan varietas lainnya masih memiliki nilai indeks tetap seperti pada 80 HST. Varietas yang tetap menampilkan indeks 1 pada saat panen adalah Cibodas, Way Seputih, Cipunagara, Citanduy, Cimandiri, Cilamaya Muncul, IR36, IR42, IR48, IR54, dan IR70. Varietas-varietas ini memang termasuk yang menampilkan indeks kerebahan yang
MOENTONO : VARIETAS P ADI TAHAN REBAH Tabel 2. Sifat-sifat yang terkait dengan kekuatan batang dari beberapa varietas dalam sistem Tabela. Sukamandi, MH 1998/99. Sumber keragaman
d.b
Daya hasil (t/ha)
Ulangan Varietas galat
2 22 44
0.216 4.872** 0.046
0.030 0.016** 0.009
0.048 0.159** 0.154
0.045 0.680** 0.050
0.006 0.005** 0.002
5.4
11.1
7.6
14.9
13.6
KK(%)
Kekuatan batang (kg)
rendah dalam uji Tabela beberapa musim tanam di Sukamandi (Moentono et al. 1998). Varietas yang menampilkan indeks 5, 7 atau 9 (sedang, agak peka atau peka kerebahan adalah Cisanggarung, Citarum, Digul, Way Apoburu, Cirata, IR50, IR56, IR64, dan S969b-265-1-4-1 (Tabel 1). Kekuatan Batang Sidik ragam menunjukkan bahwa variabilitas kekuatan batang sangat nyata antarvarietas (Tabel 2). Kekuatan batang berkisar antara 0,50 kg (IR50) sampai 1,37 kg (IR48). Varietas IR48 mempunyai batang yang nyata lebih kuat daripada IR64 (Tabel 1). Sebanyak 13 varietas mempunyai kekuatan batang yang sama atau tidak berbeda nyata dengan IR64, yaitu Cilamaya Muncul, Cisanggarung, Way Seputih, Cibodas, Cipunegara, Cimandiri, IR36, Cirata, Citarum, IR70, Sadang, Digul dan Way Apoburu. Varietas yang mempunyai tingkat kekuatan batang yang nyata lebih rendah daripada IR64 adalah IR56, S9696b-265-1-4-1, IR54, Ciliwung, IR42, Citanduy, Memberamo, dan IR50 (Tabel 1). Koefisien korelasi kekuatan batang dengan indeks kerebahan tidak nyata (r = 0,104). Ketahanan rebah tidak hanya bergantung pada kekuatan batang, tetapi juga ditentukan oleh tinggi tanaman. Tanaman yang pendek dan sedang cenderung lebih tahan rebah daripada tanaman yang lebih tinggi. Varietas-varietas tradisional umumnya tanggap terhadap pemupukan, terutama nitrogen, dengan pertumbuhan vegetatif yang berlebihan sehingga lebih mudah rebah (Mackill 1986). Varietas yang mempunyai indeks kekuatan batang di atas 0,1 kg adalah IR48, Cilamaya Muncul, Cisanggarung, Way Seputih dan Cibodas. Tinggi tanaman IR48 dalam sistem Tabela adalah 107 cm, Way Seputih 98 cm, Cibodas 113 cm, Cipunegara 109 cm, dan Cisanggarung mencapai 119 cm. Karena itu dari lima varietas yang mempunyai kekuatan batang diatas 0,1 kg semuanya menampilkan indeks kerebahan 1 (tahan rebah) kecuali Cisanggarung yang memberikan indeks
Diameter batang (cm)
Bobot kering potongan batang (g)
Tebal kulit batang (mm)
5 (sedang). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil percobaan Amanta dan Mackill (1988) yang menyatakan bahwa tanaman dengan ketahanan pelengkungan yang tinggi cenderung tidak mudah rebah daripada tanaman dengan ketahanan pelengkungan yang rendah. Terdapat 11 dari 15 varietas dengan kekuatan batang lebih rendah dari 0,1 kg dengan tinggi tanaman di atas 90 cm. Kelompok varietas ini mempunyai indeks kerebahan 3, 5, 7 atau 9 (agak tahan, sedang agak peka atau peka kerebahan). Hanya empat dari 15 varietas yang menampilkan indeks kerebahan 1 (tahan rebah). Varietas-varietas dengan kekuatan batang lebih rendah dari 0,1 kg tetapi tinggi tanaman di bawah 90 cm adalah IR36 (79 cm), IR70 (87 cm), dan Citanduy (89 cm), semuanya memberikan indeks rebah 1 (tahan rebah). Walaupun kekuatan batangnya di bawah 0,1 kg dan batangnya pendek tetapi varietas ini tahan rebah. Pada kondisi sawah, tanaman padi dengan postur pendek sampai sedang cukup tahan rebah. Pada kondisi air sedang sampai dalam, tanaman dengan postur semi "dwarf" dapat rebah. Sayangnya seleksi ketat untuk ketahanan rebah dalam kondisi ini dapat mengakibatkan turunnya hasil gabah, karena tanaman yang hasilnya rendah kurang peka terhadap rebah. Jadi hasil gabah dan ketahanan rebah harus diseleksi bersamasama (Mackill et al. 1996). Tebal Kulit Batang Sidik ragam menunjukkan bahwa variabilitas tebal kulit batang sangat nyata antarvarietas (Tabel 2), berkisar antara 0,23-0,41 mm. IR48 merupakan varietas yang mempunyai kulit batang lebih tebal daripada IR64. Varietas yang mempunyai kulit batang lebih tebal daripada 0,35 mm adalah IR48, Cipunagara, Sadang, Cimandiri, dan Cilamaya Muncul. Varietas IR48 dan Cilamaya Muncul mempunyai kulit batang di atas 0,1 kg. Tebal kulit batang merupakan salah satu faktor yang menentukan kekuatan batang. Analisis korelasi juga menunjukkan koefisien korelasi yang nyata (r = 0,517*) (Tabel 5). Pada gilirannya berarti pula tebal kulit
83
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN P ANGAN V OL. 22 NO. 2 2003
batang merupakan salah satu faktor yang menentukan ketahanan rebah tanaman. Hubungan antara tebal kulit batang dengan indeks kerebahan tanaman sangat nyata (r = -0,585**). Koefisien korelasi antara kekuatan batang dengan indeks kerebahan adalah r = -0.104. Koefisien korelasi negatif berarti makin tebal kulit batang makin kecil nilai indeks kerebahan, dan hubungannya sangat nyata. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mackill (1966) yang didasari oleh penelitian Hashikawa (1991) serta Ookawa dan Ishihara (1993) yang mengemukakan bahwa faktor-faktor yang menentukan ketahanan rebah tanaman adalah ketebalan kulit batang, diameter batang, tingkat penutupan buku batang oleh pelepah daun, dan densitas lignin. Tabel 3. Tebal kulit batang (mm) dari varietas-varietas unggul padi sawah dalam sistem Tabela. Sukamandi, MH 1998/99.
Varietas
Tebal kulit batang (mm)
Diameter batang (cm)
Bobot kering 5 cm potongan batang
IR48 Cipunegara Sadang Cimandiri Cimalaya Muncul IR42 Cirata Cisanggarung Cibodas Way Seputih IR70 Memberamo Citanduy IR54 Citarum IR64 IR36 Ciliwung IR50 IR56 Way Apu Boru S969b-265-1-4-1 Digul
0,41 a 0,36 ab 0,36 ab 0,35 abc 0,35 abc 0,34 abc 0,33 abcd 0,33 abcd 0,33 abcd 0,32 bcd 0,32 bcd 0,32 bcd 0,32 bcd 0,32 bcd 0,31 bcde 0,30 bcde 0,30 bcde 0,28 cde 0,28 cde 0,28 cde 0,25 de 0,25 de 0,23 e
0,65 a 0,57 bc 0,57 bcd 0,55 cde 0,53 cdefg 0,47 efgh 0,54 cdefg 0,63 ab 0,58 bc 0,54 cdef 0,52 cdefg 0,49 defg 0,52 cdefg 0,49 defg 0,48 efg 0,50 defg 0,47 efgh 0,51 cdefg 0,39 i 0,46 gh 0,47 fgh 0,40 hi 0,48 efgh
2,4 a 1,9 bcd 2,3 a 1,8 cde 2,3 ab 1,7 defg 1,5 defghi 1,3 ghij 2,1 ab 1,3 defghi 1,2 ijkl 1,2 ijkl 1,0 jkl 1,1 ijkl 1,7 cdef 1,7 cde 1,6 defgh 1,5 defghi 0,8 kl 1,3 ghij 1,1 jkl 0,8 l 0,9 jkl
Rata-rata
0,31
0,51
1,4
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 Duncan
Diameter Batang Sidik ragam menunjukkan bahwa variabilitas diameter batang sangat nyata antarvarietas (Tabel 2), berkisar antara 0,39-0,65 cm (Tabel 3). Varietas yang mempunyai diameter batang yang nyata lebih besar daripada IR64 adalah IR48, Cisanggarung, Cibodas, dan Cipunagara. Varietas Sadang, Cimandiri, Way Seputih, Cirata, Cilamaya Muncul, Citanduy, IR70, Ciliwung, IR54, Memberamo, Citarum, Digul, IR36, IR42, S969b-265-1-4-1, dan Way Apoburu memiliki diameter yang sama dengan IR64. Varietas yang mempunyai diameter lebih kecil dari IR64 adalah IR56 dan IR50. Varietas IR48, Cisanggarung, dan Cibodas termasuk yang mempunyai kekuatan batang di atas 0,1 kg. Dia- meter batang merupakan salah satu faktor yang me- nentukan kekuatan batang. Analisis menunjukkan ko- efisien korelasi yang nyata antara diameter dengan kekuatan batang (r = -0,756*) (Tabel 4). Batang besar cenderung mempunyai tangkai malai yang besar untuk menyangga malai tidak mudah rebah. Batang yang besar memiliki lebih banyak jaringan pembuluh (Vergara et al. 1996). Bobot Kering Potongan Batang Sidik ragam menunjukkan bahwa variabilitas bobot kering 5 cm potongan batang sangat nyata antarvarietas (Tabel 2), berkisar antara 0,8-2,4 g (Tabel 3). Varietas yang mempunyai bobot kering 5 cm potongan batang yang nyata lebih besar daripada IR64 adalah IR48, Sadang, Cilamaya Muncul, dan Cibodas. Varietas Cipunagara, Cimandiri, Citarum, IR42, IR36, Cirata, Ciliwung, dan Way Seputih memiliki bobot kering potongan batang yang sama dengan IR64. Varietas yang mempunyai bobot kering potongan batang lebih kecil daripada IR64 adalah Cisanggarung, IR56, Memberamo, IR70, IR54, Way Apoburu, Citanduy, Digul, IR50, dan S969b-265-1-4-1. Analisis menunjukkan adanya korelasi yang nyata antara bobot kering potongan batang dengan kekuatan batang (r = 0,551*). Ini berarti bobot kering potongan
Tabel 4. Matrik korelasi antarkuat batang dan sifat-sifat yang terkait dengan kuat batang. Indeks kerebahan Indek kerebahan Kuat batang Tinggi tanaman tebal kulit batang Berat kering batang
84
1,000 -0,104 0,155 -0,585 -0,361
Kuat batang -0,104 ns 1,000 0,409 0,517 0,551
Tinggi tanaman 0,155 ns 0,409 ns 1,000 0,515 0,472
Tebal kulit batang
Berat kering batang
-0,585** 0,517* 0,515* 1,000 0,753
-0,361 ns 0,551* 0,472* 0,753** 1,000
Diameter batang -0,215 0,756 0,651 0,709 0,574
MOENTONO : VARIETAS P ADI TAHAN REBAH
batang dapat dipakai sebagai kriteria seleksi kekuatan batang.
KESIMPULAN Varietas Cibodas, Way Seputih, Cipunagara, Citanduy, Cimandiri, Cilamaya Muncul, IR36, IR42, IR48, IR54, dan IR70 menampilkan indeks kerebahan 1 (tahan rebah). Varietas modern yang tingginya di bawah 115 cm dalam sistem Tabela dan kekuatan batang di atas 0,1 kg menampilkan indeks kerebahan 1 (tahan rebah), yaitu IR48, Cilamaya Muncul, Way Seputih, dan Cibodas. Varietas-varietas dengan tinggi tanaman di bawah 90 cm dalam sistem Tabela menampilkan indeks kerebahan 1 (tahan rebah) adalah IR36, IR70, dan Citanduy. Kekuatan batang dapat dipakai sebagai kriteria seleksi untuk ketahanan rebah. Tebal kulit batang dan bobot kering potongan batang dapat dipakai sebagai kriteria seleksi ketahanan rebah.
DAFTAR PUSTAKA Allard, R. W. 1067. Principles of plan breeding. John Wiley J Son. New York. Amante, M.M. and Mackill, D.J. 1988. Performance of rice breeding lines under medium deep water conditions. Int. Rice. Res. News. 13(5):17-18. De Datta and P. Nantansomsaran. 1992. Status and prospects of direct seeded flooded rice in tropical Asia. In: Direct seeded flooded rice in the tropics. IRRI. Los Banos. Laguna. Philippines.
Dingkuhn M., F.W.T. Penning de Vries, S.K. De Datta, and H.H. Van Laar. 1991. Concepts for a new plant type for direct seeded flooded tropical rice. In: Direct seeded flooded rice in the tropics. IRRI-International Rice Research Institute. 1988. Standard evaluation System for Rice. Los Banos. Philippines Jennings, P.R., Coffman, W.R. and Kauffman H.E. 1979. Rice Improvement. International Rice Research Institute. Manila, Philippines. Mackill, D. J. 1986. Varietal improvement for rainfed low land rice in south and south east Asia: Result of survey. p.115-144 in Progress in rainfed low land rice. IRRI. Manila. Philippines. Manti, I, N. Hosen, dan A. Taher . 1966. Sutpa Sumatera Barat. Lokakarya Manajemen Penelitian: Analisis Keragaan Pengkajian Teknologi Sistem Usahatani Berbasis Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Mackill, D. J. , W. R. Coffman, and D. P. Garrity. 1996. Rainfed lowland rice improvment. IRRI. Manila. Philippines. Moentono, M. D., E. Sumadi, M. Suherman, A. Somad, dan S.M. Toyib. 1998. Penelitian perakitan varietas padi sawah untuk sistem Tabela. Balitpa. Sukamandi. Ookawa, T. and Ishihara K. 1993. Varietal difference of the cell wall components affeeting the bending stress of the culm in relation to the lodging resistance in paddy rice. Jpn. J. Crop sci. 62:578-384. O" Toole, J. C. 1984. Lodging resisteance in cereal-review. Mimea. available from International Rice Research Institut, Manila, Philippines. Vergara , B. S., B. Verkateswarlu, M. Janoria, J. K. Ahn, J. K. Kim, and R.M. Visperas. 1991. Concept for a new plant type for direct seed flooded tropical rice. In: Direct seeded flooded rice in the tropics. Wang, S. B. and K. Hoshikawa. 1991. Studies on lodging in rice plants: 2. Moephological characteristics of the stem at the breaking position. Jpn. J. Crop Sci. 60: 506-573. Yong, T. C. 1995. Panicle stability for yield improvment in direct seeded rice. 18 th . Advisory Committee Meeting, 12-13 Nopember 1955. IRRI. Philippines.
85