BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Implemetasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) implementasi berarti: pelaksanaan; penerapan. Menurut jeffri L. Pressman dan Aaron B.Wldavski (Charles O.Jones ,1996:265), mengartikan implementasi sebagai suatu proses interaksi antara suatu perangkat tujuan dan tindakan yang mampu untuk meraihnya. Implementasi adalah kemampuan membentuk hubungan-hubungan lebih lanjut dalam rangkaian sebab- akibat yang menghubungkan tindakan dengan tujuan. Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan, Majone dan Wiloldavsky (Nurdin dan Usman, 2002:68), mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Selain itu juga mereka mengemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Pengertian-pengertian
diatas
memperlihatkan
bahwa
kata
implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan terencana dan dilakukan dengan sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Jadi implementasi dapat juga diartikan mempresentasikan hasil desain ke dalam pemrograman.
10
2. Hakikat Pembelajaran a. Pembelajaran Uzer Usman (2002:4) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses yang mengandung serangkaian tindakan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini berarti bahwa guru dan siswa senantiasa berinteraksi dalam suatu proses pembelajaran. Oemar Hamalik (1997:57) menyatakan Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas,
perlengkapan,
dan
prosedur
yang
saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, fotografi, slide, audio ataupun video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadawal dan metode penyampaian informasi, praktik belajar, ujian dan sebagainya. Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruang saja. Sistem pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar dikelas atau disekolah, karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk membelajarkan peserta didik.
11
Biggs (Sugihartono, dkk., 2007: 80-81) mengemukakan bahwa, terdapat tiga pengertian konsep pembelajaran yaitu: 1) Pembelajaran dalam pengertian kuantitatif Secara kuantitatif pembelajaran berarti penularan pengetahuan dari guru ke murid. Guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyampaikannya kepada siswa dengan sebaik-baiknya. 2) Pembelajaran dalam pengertian institusional Secara institusional pembelajaran berarti penataan segala kemampuan mengajar sehingga dapat berjalan efisien. Guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar. 3) Pembelajaran dalam pengertian kualitatif Secara kualitatif pembelajaran berarti upaya guru untuk memudahkan
kegiatan
belajar
siswa.
Peran
guru
dalam
pembelajaran tidak sekedar menjejalkan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga melibatkan siswa dalam aktivitas belajar yang efektif dan efisien. Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik, pendidik, sumber belajar dan lingkungan belajar dalam situasi edukatif sehingga menghasilkan perubahan yang relatif tetap pada pengetahuan dan tingkah laku untuk mencapai tujuan pembelajaran. 12
3. Model pembelajaran generatif a. Pengertian Model Model
adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang
menjelaskan suatu objek, sistem atau konsep, yang sering kali berupa penyederhanaan atau idealisasi (id.m.wikipedia.org). Defenisi lain dari model adalah abstraksi dari sistem sebenarnya, dalam gambaran sebenarnya serta mempunyai tingkat prosentasi yang bersifat menyeluruh. Mills berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba untuk bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan inter pretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem (Agus Suprijono, 2009:45) Sehingga model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya. Model dapat diartikan sebagai acuan yang menjadi dasar atau rujukan dari hal tertentu. b. Pembelajaran Generatif Model
pembelajaran
perlu
dipahami
guru
agar
dapat
melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai
13
dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yag berbeda-beda. Menurut Dahlan, model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk pengajar di kelas. Sedangkan pembelajaran menurut Muhammad Surya merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan ingkungannya (Isjoni , 2013:49). Pembelajaran menurut Gagne, an active process and sugggests that teaching incolves facilitating active mental process by student. Bahwa dalam proses pembelajaran siswa berada dalam posisi proses mental yang aktif, dan guru berfungsi mengkondisikan terjadinya pembelajaran. Dalam penerapannya model pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk model yang tepat, maka perlu diperhatikan relevansinya dengan pencapain tujuan pengajaran (Isjoni, 2013:50). Sedangkan model pembelajaran menurut Joice dan Weil adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedimikan rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk pada pengajar di kelasnya. Selain itu menurut Isjoni (2013:50)
mengemukakan
dalam 14
prakteknya
semua
model
pembelajaran bisa dikatakan baik jika memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut : 1)
Semakin upaya yang dilakukan guru dan semakin besar pula aktivitas belajar siswa.
2)
Semakin sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar.
3)
Sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan.
4)
Dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru tidak ada satupun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis materi, dan proses belajar yang ada. Menurut Eggen dan Kauchak (Agus Suprijono, 2009:46), model
pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Terdapat dua model Pembelajaran
yaitu
pembelajaran
langsung
dan
pembelajaran
kooperatif. Salah satu tujuan penggunaan model pembelajaran adalah untuk Meningkatkan kemampuan siswa selama belajar. Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran, diharapkan
adanya perubahan dari mengingat
(memorizing) atau menghapal (rote learning) kearah berpikir (thinking) dan pemahaman (understanding), dari model ceramah kependekatan discovery learning ataui nquiry learning, dari belajari ndividual ke 15
kooperatif, serta dari subject centered
ke clearer centered atau
terkonstruksinya pengetahuan siswa (Sugihartonodkk.,2013:24). 1)
Pengertian Pembelajaran Generatif Pembelajaran Generatif (PG) merupakan terjemahan dari Generative Learning (GL). Pembelajaran generatif memiliki landasan
teoretik
yang
berakar
pada
teori-teori
belajar
konstruktivisme mengenai belajar dan pembelajaran (Osborne & Wittrock, 1985: 64). Menurut Wittrock, sebagaimana dikutip oleh Kish (2008: 357) bahwa pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Apabila pengetahuan baru itu berhasil menjawab permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan
disimpan dalam memori jangka panjang. Teori belajar generatif merupakan suatu penjelasan tentang bagaimana
seorang siswa
membangun pengetahuan dalam
pikirannya, seperti membangun ide tentang suatu fenomena atau membangun arti untuk suatu istilah dan juga membangun strategi untuk sampai pada suatu penjelasan tentang pertanyaan bagaimana dan mengapa. Menurut Wittrock, sebagaimana dikutip oleh Grabowski (2007:2) mengungkapkan bahwa siswa bukanlah seseorang yang pasif dalam kegiatan pembelajaran, melainkan 16
individu yang aktif dalam membangun informasi yang mereka peroleh sehingga menjadi pengetahuan yang bermakna.
Intisari dari belajar generatif adalah bahwa otak tidak menerima informasi dengan pasif, melainkan justru dengan aktif mengkonstruki suatu interpretasi dari informasi tersebut dan kemudian membuat kesimpulan. 2)
Landasan Teoritik dan Empirik Pembelajaran Generatif Pembelajaran Generatif memiliki landasan teoritik yang berakar pada teori-teori belajar Konstruktivis mengenai belajar dan pembelajaran. Butir-butir penting dari pandangan belajar menurut teori konstruktivis diantaranya adalah : a) Menekankan bahwa perubahan kognitif hanya bisa terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami inforamasi-informasi baru. b) Seseorang belajar jika dia bekerja dalam zona perkembangan terdekat, yaitu daerah perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangannya saat ini. Seseorang belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona tersebut. Seseorang bekerja pada zona perkembangan terdekatnya jika mereka terlibat dalam tugas yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri, tetapi dapat menyelesaikannya jika dibantu sedikit dari teman sebaya atau orang dewasa. 17
c) Penekanan pada prinsip Scaffolding, yaitu pemberian dukungan tahap demi tahap untuk belajar dan pemecahan masalah. Dukungan itu sifatnya lebih terstruktur pada tahap awal, dan kemudian secara bertahap mengalihkan tanggung jawab belajar tersebut kepada siswa untuk bekerja atas arahan dari mereka sendiri. Jadi, siswa sebaiknya lansung saja diberikan tugas kompleks, sulit, dan realistik kemudian dibantu menyelesaikan tugas kompleks tersebut dengan menerapkan scaffolding. d) Lebih menekankan pada pengajaran top-down daripada bottom-up. Top-down berarti siswa langsung mulai dari masalah-masalah kompleks, utuh, dan autentik untuk dipecahkan. Dalam proses pemecahan masalah tersebut, siswa mempelajari keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan untuk memecahkan masalah kompleks tadi dengan bantuan guru/dosen atau teman sebaya yang lebih mampu. e) Menganut asumsi sentral bahwa belajar itu ditemukan. Meskipun jika kita menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi mereka harus melakukan operasi mental atau kerja otak atas informasi tersebut untuk membuat informasi itu masuk ke dalam pemahaman mereka.
18
f)
Menganut visi siswa ideal, yaitu seorang siswa yang dapat memiliki kemampuan pengaturan diri sendiri dalam belajar.
g) Menganggap bahwa jika seseorang memiliki strategi belajar yang efektif dan motivasi, serta tekun menerapkan strategi itu sampai suatu tugas terselesaikan demi kepuasan mereka sendiri, maka kemungkinan sekali mereka adalah pelajar yang efektif dan memiliki motivasi abadi dalam belajar. Pengetahuan dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Tidak semua pembelajaran dapat disampaikan semuanya oleh guru. Siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan di benak mereka sendiri,
menemukan dan menggunakan suatu informasi
kompleks ke situasi lain. Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses ’mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan. 3)
Tahapan Pembelajaran Generatif Langkah-langkah atau tahapan pembelajaran Generatif menurut Osborne dan Cosgrove, sebagaimana dikutip oleh Wena (2009:177) , terdiri atas 5 tahap dengan penjelasan sebagai berikut : a) Tahap-1 : Eksplorasi Tahap eksplorasi dimulai dengan kegiatan guru membimbing siswa untuk melakukan eksplorasi terhadap pengetahuan, ide, 19
atau konsepsi awal. Siswa diberikan kesempatan untuk membangun kesan dan mendapat gambaran visual mengenai topik yang akan dibahas dengan mengaitkan materi dengan pengalaman mereka sehari-hari. Guru dapat memberikan stimulus berupa aktivitas yang dapat menunjukkan data dan fakta terkait dengan konsepsi yang akan dipelajari sehingga mendorong siswa agar dapat melakukan eksplorasi. Aktivitas, gejala, maupun fakta yang disampaikan sebaiknya dapat merangsang siswa untuk berpikir kritis dan menumbuhkan rasa ingin tahu pada diri siswa. Tujuannya agar siswa termotivasi mempelajari konsep tersebut. Guru mengajak dan mendorong siswa untuk mendiskusikan permasalahan yang diberikan kemudian dapat dikembangkan menjadi rumusan, dugaan, atau hipotesis. Langkah selanjutnya, siswa diminta untuk mengungkapkan ide mereka mengenai konsep yang sedang dipelajari. Pada tahapan ini guru berusaha menampung pendapat siswa dan menciptakan suasana yang kondusif dengan tidak menilai mana pendapat yang salah dan mana yang benar agar siswa berani mengungkapkan pendapatnya tanpa rasa takut disalahkan. Dari pendapat yang dikemukakan siswa, guru mengelompokkan dugaan dan penjelasan tersebut di papan tulis.
20
b) Tahap-2 : Pemfokusan Siswa melakukan pengujian hipotesis melalui kegiatan laboratorium atau dalam bentuk kegiatan yang lain. Tugastugas
pembelajaran
yang
diberikan
hendaknya
dibuat
sedemikian rupa sehingga memberi peluang dan merangsang siswa untuk menguji hipotesis dengan cara mereka sendiri. Penyelesaian tugas-tugas dilakukan secara berkelompok yang terdiri atas dua sampai dengan empat siswa sehingga siswa dapat berlatih untuk meningkatkan sikap seperti seorang ilmuwan, antara lain pada aspek kerjasama dengan teman, membantu dalam kerja kelompok, menghargai pendapat teman, tukar pengalaman (sharing idea), dan keberanian bertanya. Dalam kegiatan praktikum, siswa dapat berlatih lebih banyak tentang keterampilan laboratorium, berlatih semua komponen proses sains yaitu mulai dari mengamati (observasi), mengukur, mengendalikan variabel, menggolongkan, membuat grafik, menyimpulkan, memprediksi, dan mengkomunikasikan.
c) Tahap-3 : Tantangan Setelah data diperoleh, selanjutnya siswa mendiskusikan, menyimpulkan, dan menuliskan hasilnya kedalam lembar kerja. Setiap kelompok diminta mempresentasikan temuannya melalui diskusi kelas. Melalui kegiatan diskusi tersebut, akan terjadi proses tukar pengalaman antar siswa. Pada tahapan ini siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik, berdebat, 21
menghargai
pendapat
teman,
dan
menghargai
adanya
perbedaan di antara pendapat teman. Guru bertindak sebagai fasilitator dan moderator agar jalannya diskusi dapat terarah sehingga pada akhir diskusi siswa dapat memperoleh kesimpulan dan pemantapan konsep yang benar. Pada tahap ini terjadi proses kognitif, yaitu terjadi proses mental yang disebut asimilasi apabila konsep siswa sesuai dengan konsep yang benar menurut data eksperimen atau terjadi proses akomodasi apabila konsepsi siswa cocok dengan data empiris.
d) Tahap-4 : Aplikasi Konsep Pada tahapan ini, siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan konsep barunya atau konsep benar dalam situasi baru yang berkaitan dengan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari. Siswa perlu diberi banyak latihan soal karena dengan adanya latihan soal, siswa akan lebih memahami konsep secara mendalam dan bermakna sehingga pada akhirnya konsep yang dipelajari akan masuk kedalam memori jangka panjang.
e) Tahap-5 : Menilai Kembali Dalam suatu diskusi, guru mengajak siswanya dalam menilai kembali kerangka kerja konsep yang telah mereka dapatkan. Dalam proses pembelajaran dengan model Generatif harus benar-benar melaksakan setiap tahap-tahapannya agar hasil dari perubahan siswa setelah belajar dengan model Generatif dapat 22
terlihat. Siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru melainkan siswa berfikir aktif menemukan konsep-konsep baru sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman mereka dan kemudian diterapkan pada permasalahan yang mereka hadapi. 4)
Beberapa Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran Generatif Dalam melaksanakan pembelajaran Generatif, menurut Sutrisno (Purwati, 2009:36), guru perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut : a) Menyajikan demonstrasi untuk menantang intuisi siswa. Setelah guru mengetahui intuisi yang dimiliki siswa, guru mempersiapkan demonstrasi yang menghasilkan peristiwa yang dapat berbeda dari intuisi siswa. Dengan melihat peristiwa yang berbeda dari dugaan mereka maka di dalam pikiran mereka timbul perasaan kacau (dissonance) yang secara psikologis membangkitkan perasaan tidak tenteram sehingga dapat memotivasi mereka untuk mengurangi perasaan kacau itu dengan mencari alternatif penjelasan. b) Mengakomodasi keinginan siswa dalam mencari alternatif penjelasan dengan menyajikan berbagai kemungkinan kegiatan siswa antara lain berupa eksperimen/percobaan, kegiatan kelompok menggunakan diagram, analogi, atau simulasi, pelatihan menggunakan tampilan jamak (multiple representation) untuk mengaktifkan siswa dalam proses 23
belajar. Variasi kegiatan ini dapat membantu siswa memperoleh penjelasan yang cukup memuaskan. c) Untuk lebih memperkuat pemahaman mereka maka guru dapat memberikan soal-soal terbuka (open-ended questions), soal-soal kaya konteks (context-rich problems) dan pertanyaan
terbalik
(reverse
questions)
yang
dapat
dikerjakan secara kelompok. Pembelajaran dengan model generatif guru harus kreatif dalam mendemostrasikan materi dan peka terhadap apa yang ada dalam fikiran siswa sehingga proses pembelajaran sesuai dengan tahapan-tahapan model pembelajaran. 4. Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. (Agus Suprijono, 2009:5). Merujuk ke pemikiran Gagne, hasil belajar siswa berupa : a.
Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
b.
Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,
kemampuan 24
analisi-sintesis
fakta-konsep
dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan melakukan kognitif bersifat khas. c.
Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
d.
Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e.
Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahun, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), aplication (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru, dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valving (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
25
Sementara menurut Lindgren hasil pembelajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Sehingga hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil belajar yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut tidak dilihat secara fragmantaris atau terpisah, melainkan konprehensif. Sehingga untuk menetukan dan menilai hasil belajar perlu diadakannya evaluasi hasil belajar . menurut Oemar Hamalik, evaluasi hasil belajar adalah keseluruh kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pegolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuatan keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Oemar Hamalik, 1994:159). Evaluasi hasil belajar memiliki tujuan-tujuan tertentu : a.
Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajar melalui berbagai kegiatan.
b.
Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatankegiatan belajar siswa lebih lanjut, baik keseluruhan ataupun masingmasing individu.
c.
Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahi kemampuan
siswa,
menetapkan
kesulitan-kesulitannya
menyarankan kegiatan-kegiatan remidial (perbaikan).
26
dan
d.
Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengenal kemajuannya sendiri dan merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan. Selain itu dalam pelaksanaannya evaluasi hasil belajar memiliki sasaran
sendiri, sasaran evaluasi hasil belajar meliputi : a.
Ranah kognitif (pengetahuan/pemahaman) Penilaian
terhadap
pengetahuan
pada
tingkat
satuan
pembelajaran menuntut perumusan secara lebih khusus setiap aspek pengetahuan, yang dikategorikan sebagai : konsep, prosedur, fakta dan prinsip. Dalam menilai pengetahuan dapat digunakan pengujian sebagi berikut : 1)
Sasaran penilaian aspek pengenalan (recognition) Caranya dengan memberikan pertanyan-pertanyaan bentuk pilihan berganda, yang menuntut siswa agar melakukan identifikasi tentang fakta, definisi, contoh-contoh yang betul (correct).
2)
Sasaran penilaian aspek mengingat kembali (recal) Caranya dengan pertanyaan-pertanyan tertutup langsung untuk mengungkapkan jawaban-jawaban yang unik.
3)
Sasaran penilaian aspek pemahaman (komprehension) Caranya
dengan
mengajukan
pertanyaan-pertanyan
yang
menuntut identifikasi terhadap pernyataan-pernyataan yang betul 27
dan yang konklusi atau klasifikasi; dengan daftar pertanyan matcing (menjodohkan yang berkenaan dengan konsep, contoh, aturan, penerapan, langkah-langkah dan urutan, dengan pertanyaa bentuk essay (open ended) yang menghendaki uraian, perumuan kembali dengan kata sendiri, contoh-contoh. b.
Ranah afektif Sasaran evaluasi ranah afekti (sikap dan nilai) meliputi aspekaspek berikut :
c.
1)
Aspek penerimaan
2)
Sambutan
3)
Aspek penilaian
4)
Aspek organisasi
5)
Aspek karakteristik
Ranah keterampilan Sasaran evaluasi keterampilan reproduktif : 1)
Aspek keterampilan kognitif, misalnya masalah-masalah yang familiar untuk dipecahkan dalam rangka menentukan ukuranukuran ketepatan dan kecepatan melalui latihan-latihan (drill) jangka panjang, evaluasi dengan metode-metode objektif tertutup
2)
Aspek keterampilan psikomotorik dengan tes tindakan terdapat pelaksanaan tugas
yang nyata atau disimulasikan, dan
berdasarkan kriteria ketepatan, kecepatan, kualitas penerapan secara objektif. 28
3)
Aspek keterampilan reaktif, dilaksanakan secara langsung dengan pegamatan objektif terhadap tingkah laku pendekatan atau penghindaran, secara tak langsung dengan kuisioner sikap.
4)
Aspek
keterampilan
interaktif,
secara
langsung
dengan
menghitung frekuensi kebiasaan dan cara-cara yang baik yang dipertunjukan dengan kondisi-kondisi tertentu. Selain dengan cara mengevaluasi dari hasil belajar, indikasi lain tentang pencapaian dari apa yang diperoleh oleh siswa dapat juga dilakukan dengan cara melihat tingkat pemahaman siswa tentang materi yang sedang di ajarkan. Pemahaman siswa mengenai materi juga dapat dijadikan acuan mengenai keberhasilan dari cara atau metode pembelajaran yang digunakan. Pemahaman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki kata dasar paham” yang mempunyai arti “tahu benar”. Pemahaman dapat diartikan sebagai proses, perbuatan ataupun cara memahami atau memahamkan (Depdiknas, 2008: 998). Pemahaman termasuk dalam ranah pengetahuan (kognitif). Bloom (Ella Yulaelawati, 2004:71) menyatakan bahwa segala upaya yang menyangkut aktifitas otak termasuk dalam ranah kognitif. Bloom menggolongkan enam tingkatan pada ranah kognitif dari pengetahuan sederhana atau penyadaran terhadap fakta-fakta sebagai tingkatan yang paling rendah ke penilaian yang lebih kompleks sebagai tingkatan yang paling tinggi.
29
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal (C1), memahami (C2), mengaplikasi (C3), menganalisis (C4), mensintesis (C5), dan kemampuan mengevaluasi (C6) (Santrock, 2008: 470). Ranah kognitif yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenjang C2 yaitu pemahaman (comprehension). Hal ini dikarenakan seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep tanpa memahami isinya. Dengan memahami konsep, siswa akan dapat mengingat informasi atau ilmu mengenai konsep tersebut. Ella Yulaelawati (2004: 60) mengatakan bahwa: Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami materi bahan. Proses pemahaman terjadi karena adanya kemampuan menjabarkan suatu materi atau bahan ke materi atau bahan lain. Seseorang yang mampu memahami sesuatu antara lain dapat menjelaskan narasi (pernyataan kosakata) ke dalam angka, dapat menafsirkan sesuatu melalui pernyataan dengan kalimat sendiri atau dengan rangkuman. Pemahaman juga dapat ditunjukkan dengan kemampuan memperkirakan kecenderungan , kemampuan meramalkan akibat-akibat dari berbagai penyebab suatu gejala. Hasil belajar dari pemahaman lebih maju dari ingata sederhana, hafalan atau pengetahuan tingkat rendah. Daryanto (2005:106-107) mengemukakan, kemampuan pemahaman dijabarkan menjadi tiga, yaitu: a.
Menerjemahkan (Translation) Menerjemahkan berarti individu dapat berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda, dengan istilah yang berbeda, atau dengan bentuk komunikasi yang berbeda. 30
b.
Menginterpretasi (Interpretation) Menginterpretasi yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami. Misalnya siswa diminta untuk menfsirkan makna yang terkandung pada suatu diagram, tabel atau grafik.
c.
Mengekstrapolasi (Extrapolation) Mengekstrapolasi yaitu kemampuan membuat pikiran atau prediksi berdasarkan pemahamn terhadap gejala kecenderungan. Hal ini juga melibatkan perbuatan kesimpulan mengenai implikasi, konsekuensi, akibat dan efek yang sesuai dengan kondisi yang dijelaskan. Nuryani (2005: 156) mengungkapkan bahwa kategori memahami mecakup tujuh proses kognitif, yaitu menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying), mengklasifikasikan (classifying), meringkas
(summarizing),
menarik
inferensi
(infering),
membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaning). B. Kajian Penelitian yang Relevan Adapun beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Penelitian tindakan kelas oleh Dita Suryawati “Penerapan
Model
Pembelajaran
Generatif
(2012) dengan judul untuk
Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis dengan Memperhatikan IQ Siwa di MTsN Sumberlawang Sragen”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa Terdapat pengaruh peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dengan 31
menggunakan
model
pembelajaran
generatif.
Hasil
pengujian
menunjukkan nilai Fhitung sebesar 5,229 dengan nilai Ftabel sebesar 4,022 pada taraf signifikansi 5%. (2) Model pembelajaran generatif efektif untuk digunakan dalam pembelajaran fisika di sekolah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai thitung sebesar 9,08 pada model generatif dengan metode translation dan metode conceptualization nilai thitung sebesar 7,56. Berarti kedua metode yang digunakan dalam penelitian ini efektif digunakan dalam pembelajaran di
sekolah untuk
meningkatkan
keterampilan berpikir kritis dengan nilai ttabel sebesar 1,67 (taraf signifikansi = 5%). (3) Terdapat peningkatan motivasi belajar dengan menggunakan
model
pembelajaran
generatif.
Hasil
pengujian
menunjukkan nilai p-value untuk gain motivasi sebesar 0,413 > 0,05 pada taraf signifikansi 5%. Implikasi dari penelitian ini adalah model pembelajaran generatif dengan memperhatikan IQ siswa dapat dijadikan alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis. 2. Penelitian tindakan yang dilakukan kelas oleh Neneng Nuraeni (2013) dengan judul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk meningkatkan pemahaman dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi Komunikasi”. Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen dengan sampel penelitiannya yaitu kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 SMA Negeri 2 Kota Sukabumi dengan desain penelitian Pretest-Posttest Nonequivalent Control Group Design. Instrumen yang 32
digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif berupa pilihan ganda dan angket. Dari hasil penelitian diketahui bahwa model pembelajaran generatif secara signifikan lebih baik dari pada kelas kontrol dilihat dari peningkatan nilai rata-rata hasil pretest dan posttest untuk kelas eksperimen yaitu 13,89 dari nilai rata-rata sebelum pembelajaran yaitu 7,14 dan untuk kelas kontrol yaitu 10,37 dari nilai rata-rata sebelum pembelajaran yaitu 7,11. Dari nilai gain yaitu 0,52 untuk kelas eksperimen dan 0,25 untuk kelas kontrol. Hal ini menunjukan bahwa model pembelajaran generatif efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi. C. Analisis Materi Dalam materi pokok Kepala silinder dan blok sepeda motor (BagianBagian Utama Sepeda Motor) pada pembelajaran PPMO terdapat beberapa sub materi yang harus dikuasai, materi ini tentunya efektif bila disampaikan dengan sistem pembelajaran yang sesuai. Maka dari itu, peneliti menganalisis hal tersebut. Pernahkah kita memperhatikan pada buku pedoman sepeda motor maupun brosur-brosur tentang sepeda motor biasanya
terdapat infomasi
tentang diameter silinder, panjang langkah piston dan perbandingan kompresi. Volume silinder merupakan volume di dalam silinder yang terbentuk dari perubahan langkah piston. Volume silinder ditentukan oleh diameter silinder dan panjang langkah piston. Besar volume silinder dapat dihitung dengan rumus: 33
VL
π 2 D L …………………………(1) 4
VL = Volume langkah …….. cc = Diameter silinder …… cm
L
= Pangjang langkah …….. cm
1.
D
Kepala Silinder (Cylinder Head ) Kepala silinder terletak pada bagian atas mesin dengan fungsi utama sebagai pembentuk ruang bakar dan sebagai tempat terpasangnya busi. Komponen ini terbuat dari bahan paduan aluminium untuk menahan tekanan hasil pembakaran dan kompresi, juga dapat membuang panas dengan lebih baik untuk pendinginan mesin. Pada motor 2 tak konstruksi kepala silinder
lebih sederhana
dibandingkan dengan motor 4 tak. Kepala silinder motor 2 tak terdapat busi dan sirip pendingin, sedangkan pada motor 4 tak terdapat katup, roker arm, poros nok, busi dan saluran pelumas poros nok dan katup. Melepas kepala silinder motor 2 tak cukup melepas baut pengikatnya, sedangkan pada motor 4 tak harus melepas rantai penggerak nok (timing cains). Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang kepala silinder antara lain: a. Bahan: besi tuang atau campuran almunium. Campuran almunium lebih sering digunakan karena ringan, penghantar panas yang baik sehingga
34
memungkinkan merencanakan motor putaran tinggi dan kecepatan tinggi. b. Letak busi: letak busi harus memungkinkan busi mendapatkan campuran gas baru sebagai upaya pendinginan. Lokasi busi yang baik adalah dipusat sehingga tekanan pembakaran menyebar dan menekan piston lebih merata. c. Saluran: saluran masuk dan buang harus didesain untuk meningkatkan torbulansi aliran agar campuran lebih homogen. Hindari sudut mati aliran karena dapat menyebabkan terjadi timbunan karbon pada saluran maupun pada katup. d. Bentuk ruang bakar: bentuk ruang bakar harus memungkinkan terjadi torbulensi aliran, proses perambatan panas yang merata, tekanan pembakaran yang menghasilkan daya dorong ke piston paling optimal, tidak ada sudut mati agar tidak terjadi penumpukan karbon di dalam silinder sehingga dapat menyebabkan detonasi.
Gambar 1. Torbulensi Aliran pada Ruang Bakar Motor 4 Tak Di bagian kepala silinder terdapat bagian yang disebut squish area. Squish area berfungsi untuk mengatur pemusatan campuran bahan bakar 35
yang masuk ke arah busi, torbulensi aliran dan distribusi tekanan hasil pembakaran pada piston. Squish dengan sudut yang terlalu kecil yaitu mendekati nol memungkinkan campuran terjebak di squis area, sehingga torbulensi lemah, temperatur tinggi, peluang detonasi tinggi. Sudut squish yang terlalu besar proses torbulensi lemah dan distribusi tekanan hasil pembakaran kurang terpusat. Sudut squish area yang banyak digunakan adalan 5 – 15º. Selain squish area, torbulensi aliran sangat ditentukan dari disain manifold dan intake port. Bagian yang sering menghambat aliran pada manifold adalah valve guide. Adanya valve guide menyebabkan luasan manifold menyempit dan terjadi pusaran aliran dibelakang valve guide. Pusaran aliran akan menghambat campuran bahan bakar yang masuk ke dalam silinder. Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pemasangannya adalah ketelitian terutama dalam pemasangan gasket sehingga tidak terjadi kebocoran baik berupa gas kompresi maupun kebocoran oli untuk motor 4 tak. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada kepala silinder adalah pemeriksaan kerataan permukaan, keretakan dan keausan lubang busi. Batas servis kerataan yang diijinkan adalah 0,05 – 0,10 mm. 2. Blok Silinder (Cylinder Block) Bersama-sama dengan kepala silinder ,blok silinder membentuk ruang bakar sehingga proses pembakaran bahan bakar dan udara dapat berlangsung. Pada cylinder block inilah piston bekerja. Akibat adanya tekanan tinggi dan gesekan piston dan ring piston maka pembuatannya 36
haruslah telti dan halus. Pada umumnya silinder dibuat dari bahan baja tuang pada mesin besar dan pada mesin kecil (sepeda motor) terbuat dari paduan aluminium yang di bagian dalamnya dipasangkan tabung dari bahan baja tempat bergeraknya piston. Jenis sepeda motor yang menggunakan sistem pendinginan udara, pada bagian luar silindernya terdapat sirip-sirip untuk mempertinggi efisiensi pendinginan. Pada mesin 4 langkah, dinding silindernya rata dan polos, sedangkan pada mesin 2 langkah terdapat rongga-rongga bilas dan rongga pembuangan. Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan dinding silinder terhadap goresan dan keausan. Ukur dan catat diameter dalam silinder pada tiga tempat dan ketinggian pada poros x dan y. Kemudian disesuaikan dengan standar pada buku manualnya. Selain itu perlu juga diperiksa kerataan permukaan silinder. Pemeriksaan Blok Silinder Pemeriksaan
blok
silinder
meliputi
pemeriksaan
kerataan
permukaan dan keausan silinder. Alat yang diperlukan untuk pemeriksaan keausan adalah straight adge dan feeler gauge. Langkah pemeriksaan adalah: a.
Bersihkan permukaan silinder
b. Letakan straight adge pada permukaan blok silinder. Periksa, apakah terdapat celah antara straight adge dengan permukaan blok silinder
37
c.
Sisipkan feeler gauge diantara straight adge dengan permukaan blok silinder, catat tebal feeler yang dapat masuk.
d. Lakukan pada beberapa posisi seperti gambar, bandingkan hasil pemeriksaan dengan spesifikasi. Bila melebihi sepesifikasi ratakan permukaan dengan cara dibubut atau di skrap. Spesifikasi kerataan sebesar 0,05 mm atau feeler 5. Pemeriksaan keausan blok silinder menggunakan alat cylinder gauge. Langkah pemeriksaan adalah sebagai berikut: a.
Bersihkan blok silinder dari kotoran
b. Lihat pada buku pedoman standard diameter silinder, misalkan motor Honda NSR 150R spesifikasi diameter blok silinder adalah: 59,000 – 59,005 mm. c.
Pasang batang ukur sehingga kondisi awal 60,00 mm, periksa menggunakan micrometer untuk memastikan pasisi awal tepat 60,00 mm.
d. Masukkan cylinder gauge ke silinder di tiga tempat pada sumbuh x dan y. Goyang alat sampai penyimpangan maksimal. e.
Catat hasil pengukuran analisa datanya.
Gambar 2. Pembacaan Keausan Maksimum Silinder 38
Hasil pengukuran
Bagian Standard blok
X
Atas Tengah Bawah
Selisih
59,005
Y
59,35
59,30
0,05
59,26
59,23
0,03
59,20
59,20
0
Keausan = hasil pengukuran terbesar – Standard = 59,35 – 59,005 = 0, 345 mm Bentuk keausan adalah oval dan tirus. Keovalan maksimal di bagian atas yaitu sebesar 0,05 mm dan ketirusan sebesar 0,15 mm. Berdasarkan data tersebut berarti keausan 0,345 mm, sehingga perlu over size 50, artinya diameter silinder diperbesar 0,50 mm dari diameter standard. Piston dan ring piston juga harus diganti dengan oversize 50. Ukuran silinder setelah di over size 50 adalah sebesar 59,005 + 0,50 mm = 59,505 mm. Ukuran over size piston dan ring piston yang dipasarkan adalah 25, 50, 75 dan 100. Tanda oversize terletak pada kepala piston dan sisi atas ring piston.
39
Guna mengatasi kelemahan tersebut selain informasi diameter silinder beberapa buku pedoman telah memuat ukuran toleransi atau celah silinder dengan piston sebagai referensi menentukan keausan silinder. Contoh beberapa ukuran toleransi piston dan silinder adalah sebagai berikut. Tabel 1. Toleransi Piston Dengan Silinder No
Merk/ Tipe motor
Toleransi
1
Honda Karisma
0,005 – 0,054
2
Honda NSR150R
0,065 – 0,080
3
Suzuki Shogun
0,03 - 0,04
4
Suzuki Tornado
0,035 – 0,045
5
Yamaha F1ZR
0,055 – 0,060
6
Yamaha α IIR
0,040 – 0,045
7
Yamaha Jupiter R
0,02 – 0,025
Dari penelitian di bengkel
60 % keausan piston dan silinder
berbentuk goresan. Bentuk keausan ini disebabkan oleh pelumasan kurang sempurna atau debu yang masuk ke dalam silinder akibat filter dilepas. Sistem pelumas yang kurang baik karena pemilik kurang taat dalam penggantian oli, adanya kebocoran silinder dan seal sehingga jumlah oli 40
sangat kurang bahkan habis. Selain itu terdapat 5 % disebabkan karena kesalahan proses kolter saat oversize, sehingga celah antara piston dengan dinding silinder terlalu besar. Kapasitas silinder merupakan total volume langkah pada suatu motor. Kapasitas silinder merupakan informasi pokok tentang suatu motor dan sering dijadikan indikator tentang kemampuan motor tersebut. Hal itu dapat dimengerti karena
kapasitas silinder suatu motor relatif tetap
dibandingkan indikator kemampuan motor yang lain seperti daya, maupun momen maksimal. Kapasitas silinder dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu : a.
Diameter silinder
b. Panjang langkah c.
Jumlah silinder
Rumus: Kapasitas Silinder = π/4 x D2 x L x K ................................ (2)
D = Diameter silinder ………
cm
L = Panjang langkah ……….
Cm
K = Jumlah silinder Dari rumus di atas, maka kapasitas silinder merupakan volume langkah kali jumlah silinder.
Kapasitas Silinder = VL x K ...............................................(3) 41
Volume kompresi jarang ditentukan, untuk mencari volume kompresi dapat dilakukan menggunakan rumus:
VC
E
VL E 1
............................................... (4)
= Perbandingan kompresi
VL = Volume langkah …….. cc VC = Volume kompresi …… cc
D. Kerangka Berpikir Permasalahan
yang ditemukan di
kelas adalah sebagaimana
diungkapkan dalam latar belakang masalah yaitu pelajaran PPMO yang disampaikan dengan metode ceramah dan kurang mengajak aktif siswa kelas XI SM B SMK PIRI Sleman. Hal tersebut dapat diamati dari perilaku siswa di kelas ketika sedang mengikuti kegiatan pembelajaran PPMO, siswa terlihat kurang memperhatikan ketika guru menerangkan, bahkan ada yang saling mengobrol dan mengganggu teman yang lain yang sedang memperhatikan pelajaran. Ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran kurang adanya interaksi, sehingga siswa dalam belajar akan cepat bosan dan merasakan keterpaksaan dalam belajar. Masalah lain yaitu kurang optimalnya pemahaman serta rendahnya hasil belajar siswa, yang ditunjukkan dari beberapa tes hasil belajar ataupun 42
hasil ujian Semester. Selain itu, pembelajaran PPMO yang demikian kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga pembelajaran yang berlangsung selama ini kurang mengembangkan keterampilan kerjasama antar siswa. Permasalahan tersebut akan diatasi dengan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model Generatif. Pembelajaran Generatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil menjawab permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam memori jangka panjang. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2010:1) dalam Penelitian Tindakan, bahwa penelitian tindakan dipandang sebagai alat untuk memperbaiki situasi, bukan untuk membangun teori penelitian tindakan ditujukan untuk melakukan perubahan pada semua diri pesertanya dan perubahan situasi tempat penelitian dilakukan guna mencapai perbaikan praktik secara instrumental dan berkelanjutan. Jadi, penelitian tindakan dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang ditemui. Kegiatan pembelajaran diawali dengan diadakannya pretest pada awal pembelajaran dengan soal-soal yang mampu mempersiapkan siswa dalam menghadapi materi yang akan disampaikan. Pada pertemuan sebelumnya, guru memita siswa belajar dan mempersiapkan diri sebelum mengerjakan soal-soal 43
pretest. Sehingga, secara tidak langsung siswa didorong untuk mempelajari materi yang akan disampaikan pada pertemuan selanjutnya. Setelah
dilakukan
pretest,
guru
mulai
melakukan
kegiatan
pembelajaran sesuai dengan rencana. Guru menggunakan model Generatif dalam pelaksanaannya, siswa diminta untuk berkelompok sesuai dengan pembentukan kelompok yang telah dilakukan sebelumnya, ataupun bisa dilakukan secara general tanpa membentuk kelompok. Setelah itu siswa diajak untuk membangun pemikiran awal mengenai materi yang akan disampaikan. Bimbingan dari guru sangat dibutuhkan agar metode tersebut dapat berjalan secara teratur. Kemudian guru mengamati bagaimana aktifitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran, khususnya dalam hal keterampilan kerjasama. Setelah kegiatan inti pembelajaran selesai, guru menjelaskan konsep yang mendasari materi pelajaran dan kegiatan pembelajaran, lalu diadakan posttest berupa persoalan terkait untuk megetahui sejauh mana peningkatan pemahaman konsep siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran PPMO. Kerangka berpikir peneliti disajikan pada Gambar 3.
44
Siswa kurang aktif berinteraksi dan mengembangkan keterampilan kerjasama dalam proses pembelajaran
Pembelajaran PPMO lebih sering menggunakan metode ceramah
Rendahnya hasil belajar menunjukkan bahwa pemahaman konsep siswa masih kurang
masalah
dapat diatasi dengan
Model Pembelajaran Generatif tindakan sehingga
Hasil belajar meningkat
hasil
Gambar 3. Kerangka Berpikir Peneliti
Tahap-tahap tersebut diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar serta pemahaman dan keaktifan siswa dalam kelas. Selain itu siswa dikembangkan dengan pemikiran atau pengetahuan awal mereka mengenai pokok bahasan yang sedang dipelajari. Dengan ini menekankan bahwa perubahan kognitif hanya bisa terjadi jika konsepsikonsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru. Dengan demikian, siswa akan lebih mudah dalam memahami pelajaran PPMO.
45
E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian dan kerangka berpikir tersebut, maka dapat ditarik sebuah dugaan yang bersifat sementara bahwa PTK dengan menggunakan pembelajaran model Generatif dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas XI SM B SMK PIRI Sleman selama kegiatan pembelajaran. Siswa akan lebih mudah dalam memahami konsep pelajaran dan hasil belajar pada mata pelajaran Perawatan Perbaikan Mekanik Otomotif (PPMO) dengan materi pokok bagian-bagian utama pada sepeda motor.
46