GRAVITY Vol. 2 No. 2 (2016) http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/Gravity ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA: PROFIL DAN SETTING PEMBELAJARAN UNTUK MELATIHKANNYA Siswanto1, Yusiran1, M.F. Fajarudin2 1
Program Studi Pendidikan Fisika, STKIP Taman Siswa Bima 2 Program Studi Pendidikan Fisika, STKIP Surya Email:
[email protected] Abstract
Research was conducted to analyze the profile of science process skills and independent learning at the junior high school students in the District Grobogan . The study was conducted by using descriptive method with research subjects were 60 students in the two Schools in the District Grobogan. Data were collected using multiple-choice tests , questionnaires , observation sheets , and interviews. The results showed that the science process skills needs special attention to be developed and trained in each students because only of 20% -50% are owned by the students, especially the skills to interpret graphs and communicate . In addition, the independence of student learning in general is still low, so need to be trained continuously in students. Innovation project-based learning model using the scientific approach can be used to improve science process skills and independence of student learning. Keywords : independence of student learning, science process skills, project-based learning, scientific approach Abstrak Telah dilakukan penelitian untuk menganalisis profil keterampilan proses sains dan kemandirian belajar siswa SMP pada sekolah di Kabupaten Grobogan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan subjek penelitian sebanyak 60 siswa pada dua Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Grobogan. Data dikumpulkan menggunakan tes pilihan berganda, angket, lembar observasi, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan proses sains perlu mendapat perhatian khusus agar dikembangkan dan dilatihkan dalam setiap diri siswa karena hanya dikuasasi oleh 20%-50% siswa, terutama keterampilan menginterpretasikan grafik dan berkomunikasi. Selain itu, kemandirian belajar siswa secara umum masih rendah sehingga perlu dilatihkan secara terus menerus dalam diri siswa. Inovasi model pembelajaran berbasis proyek menggunakan pendekatan saintifik dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan kemandirian belajar siswa. Kata Kunci : kemandirian belajar siswa, kemampuan proses sains, pembelajaran berbasis proyek, pendekatan saintifik
190 Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
Siswanto / Kemandirian Belajar Siswa 2 (2016), 190 - 202
191
mendisiplinkan
PENDAHULUAN
dirinya.
Selain
itu,
Pendidikan yang dilaksanakan di
sikap-sikap dalam kemandirian belajar
Indonesia memiliki peran diantaranya
tersebut perlu dimiliki oleh siswa
untuk mengembangkan segala potensi
sebagai peserta didik karena hal tersebut
yang ada dalam diri siswa, serta dapat
merupakan ciri dari kedewasaan ketika
membentuk
sedang belajar.
siswa
yang
mandiri,
termasuk salah satunya adalah mandiri
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
dalam belajar. Hal ini tercantum dalam
merupakan salah satu mata pelajaran
undang-undang No. 20 Tahun 2003
yang ada dalam kurikulum pendidikan
tentang Sistem Pendidikan Nasional
SMP. Pembelajaran IPA mencakup
yang menyebutkan bahwa Pendidikan
pengetahuan akan fakta-fakta yang ada
nasional
untuk
dalam peristiwa alam sehari-hari dan
mengembangkan potensi peserta didik
juga termasuk mengetahui bagaimana
agar menjadi manusia yang beriman dan
pengetahuan tersebut dibangun. Hal ini
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
sesuai
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
(2009) yang mengatakan bahwa proses
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
pembelajaran IPA seharusnya dilakukan
warga negara yang demokratis serta
melalui pencarian aktif terhadap sebuah
bertanggung jawab.
pengetahuan,
bertujuan
Berdasarkan salah satu tujuan yang tercantum dalam undang-undang
dengan
pendapat
karena
Wenning
IPA
bukan
mengajarkan sejarah. Fisika
adalah
bagian
dari
tersebut, kemandirian belajar siswa
pembelajaran IPA. Oleh karena itu,
menjadi salah satu hal penting yang
proses pembelajaran Fisika seharusnya
perlu ditumbuhkan dalam diri siswa.
ditekankan untuk melakukan kegiatan
Menurut Tirtarahardja, U. & Sulo, L.
yang sesuai dengan bagaimana ilmu
(2005),
belajar
tersebut diperoleh. Misalnya dengan
adalah aktivitas belajar yang lebih
melakukan observasi, percobaan atau
didorong oleh kemauan sendiri, pilihan
kegiatan
sendiri dan tanggung jawab sendiri.
menuntun siswa untuk membangun
Kemandirian belajar siswa diperlukan
pengetahuannya
agar
pembelajaran
jawab
kemandirian
mereka
dalam
mempunyai
dalam
tanggung
mengatur
dan
memahami
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
praktikum
yang
sendiri. fisika
bukan
konsep-konsep
dapat
Proses hanya fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Siswanto / Kemandirian Belajar Siswa 2 (2016), 190 - 202
192
semata, melainkan juga mengajak siswa
kepada siswa dan hanya menekankan
berpikir konstruktif. Oleh sebab itu,
pada penguasaan konten materi saja; (2)
dalam pembelajaran IPA khususnya
proses pembelajaran yang dilakukan
Fisika,
tidak
sebagian besar masih berpusat pada
pengembangan
guru, sehingga potensi-potensi yang ada
proses
terlepas
pembelajaran
dari
keterampilan proses sains.
dalam
Rustaman mengemukakan
bahwa
diri
siswa
menjadi
tidak
(2006)
berkembang termasuk potensi untuk
keterampilan
mandiri dalam belajar; (3) siswa harus
proses sains (KPS) sebagian besar
menunggu
perintah
merupakan kecerdasan intelektual pada
melakukan
sesuatu
pendidikan
menengah.
pembelajaran, seperti ketika bertanya,
Keterampilan proses sains meliputi
diskusi, atau menyampaikan pendapat;
keterampilan
mengamati,
(4) kebanyakan siswa sudah terpaku
mengklasifikasi,
pada mindset bahwa fisika itu sulit yang
berkomunikasi,
hanya berupa sekumpulan teori dan
berhipotesis, merencanakan percobaan,
rumusan matematis saja, sehingga fisika
menerapkan konsep, dan mengajukan
bukan merupakan bagian dari proses
pertanyaan.
untuk mengetahui bagaimana teori itu
dasar
menginterpretasi, memprediksi,
Berdasarkan
dan
uraian
di
atas,
dalam
diri
selama
proses
Oleh sebab itu, berdasarkan
dalam
masalah yang ditemukan dan melihat
pembelajaran fisika yaitu keterampilan
dari pentingnya keterampilan proses
proses sains dan kemandirian belajar.
sains dan kemandirian belajar siswa,
Keduanya
maka
menjadi
siswa
untuk
dibangun.
maka hal yang perlu ditekankan supaya ada
guru
penting
karena
peneliti
melakukan
sebuah
mendukung terciptanya siswa sebagai
penelitian yang bertujuan untuk melihat
pembelajar yang mampu membangun
gambaran keterampilan proses sains dan
kebermaknaan pengetahuannya sendiri.
kemandirian belajar siswa SMP. Selain
Akan
tetapi,
ada
beberapa
itu,
penelitian
ini
juga
bertujuan
masalah awal yang ditemukan oleh
memberikan sebuah gambaran setting
peneliti pada temuan awal, yaitu (1)
pembelajaran
guru
melatihkan keterampilan proses sains
tidak
pernah
secara
khusus
melatihkan keterampilan proses sains
fisika
yang
dapat
dan kemandirian belajar siswa SMP.
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Siswanto / Kemandirian Belajar Siswa 2 (2016), 190 - 202
193
jumlah seluruh siswa yang menjadi
METODE Penelitian
ini
dilakukan
subjek penelitian. (2) angket, digunakan
menggunakan metode deskriptif dengan
untuk
pendekatan
kemandirian
dipilih
kuantitatif. karena
Metode
peneliti
ini ingin
mendapatkan belajar
meliputi
aspek
gambaran siswa
yang
percaya
diri,
mendeskripsikan suatu keadaan atau
tanggungjawab, inisiatif, dan disiplin.
fenomena tertentu secara apa adanya
Skor terdiri dari rentang 1-3, dimana
dengan melakukan pengumpulan dan
siswa akan memilih rentang skor mana
pengukuran
yang sesuai dengan dirinya. Selanjutnya
diperoleh.
berdasarkan Peneliti
data
yang
mendeskripsikan
dihitung
rata-rata
persentase
untuk
keadaan
siswa tentang ketrampilan
setiap aspeknya. (3) lembar observasi,
proses
sains
digunakan
belajarnya.
dan
Subjek
kemandirian
penelitian
yang
untuk
kemandirian
belajar
mengamati siswa
dipilih yaitu dua SMP di kabupaten
proses
Grobogan kelas VIII. Subjek penelitian
dibutuhkan sebagai data pencocok pada
dipilih sebanyak 60 siswa.
angket yang diisi oleh siswa, serta untuk
Instrumen yang digunakan pada
pembelajaran.
selama
mengamati
aktivitas
Data
siswa
ini
selama
penelitian ini yaitu (1) tes pilihan
proses pembelajaran. Lembar observasi
berganda,
untuk
dibuat berdasarkan pada aspek-aspek
mendapatkan gambaran keterampilan
yang ada dalam kemandirian belajar. (4)
proses
meliputi
wawancara terbuka, digunakan untuk
keterampilan mengamati, mengajukan
mengkroscek semua data yang sudah
hipotesis,
terkumpul.
digunakan
sains
siswa
yang
merencanakan
percobaan,
Wawancara
dilakukan
menginterpretasi data, menginterpretasi
berdasarkan pada temuan masalah dari
grafik, meramal, menerapkan konsep,
data yang sudah terkumpul. Teknik ini
dan berkomunikasi. Jika jawaban benar
dilakukan
maka mendapat nilai 1 dan jika jawaban
mengkroscek kebenaran dari data yang
salah
sudah didapat.
maka
Selanjutnya kuantitatif persentase
mendapat data
dianalisis
dengan jumlah
nilai
0.
tujuan
untuk
secara
menghitung siswa
dengan
yang
menjawab benar dibandingkan dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut keterampilan
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
Rustaman proses
(2006),
melibatkan
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Siswanto / Kemandirian Belajar Siswa 2 (2016), 190 - 202
keterampilan-keterampilan kognitif atau
194
Berdasarkan
hasil
intelektual. Keterampilan proses terdiri
diperoleh
atas sejumlah keterampilan yang satu
masing keterampilan proses sains siswa.
sama
Keterampilan mengamati sebesar 50%,
lain
dipisahkan, khusus
sebenarnya tetapi
ada
dalam
keterampilan
tak
penekanan
masing-masing proses
Keterampilan-keterampilan yaitu
dapat
persentase
keterampilan sebesar
dari
analisis,
mengajukan 47%,
masing-
hipotesa
keterampilan
tersebut.
merencanakan percobaan sebesar 50%,
tersebut
keterampilan menginterpretasikan data
keterampilan
mengamati,
mengajukan hipotesa,
merencanakan
menginterpretasi grafik sebesar 20%,
percobaan, menginterpretasikan data,
keterampilan meramal sebesar 71%,
menginterpretasikan grafik, meramal,
keterampilan
menerapkan
sebesar
konsep,
dan
berkomunikasi.
sebesar
70%,
63%,
keterampilan
menerapkan dan
konsep
keterampilan
berkomunikasi sebesar 40%.
Gambar 1. Profil Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan Tes Berdasarkan pada gambar 1
grafik
tersebut, Keterampilan siswa paling
anlisis
rendah
menginformasikan secara mentah grafik
yaitu
menginterpretasi
keterampilan grafik.
dalam
Hasil
dengan
benar.
Berdasarkan
peneliti,
siswa
tes
yang ada. Hasil analisis tersebut peneliti
menunjukan bahwa hanya sebesar 20%
dapatkan berdasarkan pada jawaban
siswa yang mampu menginterpretasikan
yang dipilih oleh siswa.
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Siswanto / Kemandirian Belajar Siswa 2 (2016), 190 - 202
Pada soal, siswa diminta untuk
195
C (gr.m-1)
menginterpretasikan grafik GLB dan GLBB. Grafik soal ditunjukan seperti pada Gambar 2.
Sekitar 80% siswa
menjawab bahwa berdasarkan grafik tersebut benda mula-mula bergerak
m (gr)
naik, kemudian bergerak pada lintasan datar, lalu
bergerak
pada lintasan
menurun sampai berhenti. Jawaban tersebut
menunjukan
bahwa
Gambar 3. Soal Interpretasi Grafik Hasil wawancara menunjukan
siswa
menginterpretasi grafik secara mentah.
bahwa kebanyakan siswa kurang tepat dalam
menginterpretasikan
grafik
tersebut. Kebanyakan siswa menjawab bahwa berdasarkan grafik tersebut, jika massa benda sangat besar, maka c menjadi besar pula. Alasan mereka bahwa besarnya c ditunjukan oleh garis linier yang memanjang ke kanan. Ada beberapa siswa diam dan beberapa yang Gambar 2. Soal Interpretasi Grafik Selanjutnya,
lain menjawab tidak tahu.
untuk
lebih
tersebut,
peneliti
menginterpretasikan grafik disebabkan
melakukan wawancara terbuka kepada
karena siswa merasa tidak pernah
10 siswa dimana kesepuluh siswa
diajarkan oleh guru untuk membaca
tersebut salah dalam menjawab soal
grafik.
tentang interpretasi grafik yang sudah
mengatakan bahwa selama ini guru
diberikan
Wawancara
tidak pernah mengajarkan kepada siswa
dilakukan dengan menunjukan kepada
tentang bagaimana membaca sebuah
siswa sebuah grafik hubungan antara
grafik. Selanjutnya, peneliti melakukan
massa benda dengan kalor jenis suatu
kroscek data tersebut dengan melakukan
benda seperti pada gambar 3 berikut.
wawancara
memastikan
data
sebelumnya.
Rendahnya
Melalui
keterampilan
wawancara,
terhadap
guru.
siswa
Hasil
wawancara menunjukan bahwa guru
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Siswanto / Kemandirian Belajar Siswa 2 (2016), 190 - 202
196
memang jarang melatihkan siswa untuk
keterampilan berkomunikasi yang baik.
membaca grafik, baik dalam bentuk
Seperti menyampaikan pendapat atau
soal-soal, maupun membaca grafik dari
gagasan.
suatu percobaan.
wawancara dengan guru, guru juga
Keterampilan selanjutnya
proses
yaitu
berkomunikasi. analisa
berkomunikasi
itu,
berdasarkan
sains
tidak pernah menyuruh siswa untuk
keterampilan
menuliskan hasil suatu percobaan dalam
Berdasarkan
data,
Selain
hasil
keterampilan
berada
di
urutan
bentuk tulisan atau laporan. Padahal hal ini
dapat
melatihkan
siswa
untuk
terampil dalam berkomunikasi.
terendah ke dua, yaitu sebesar 40%.
Keterampilan
proses
Artinya, hanya sebesar 40% siswa yang
berikutnya
memiliki keterampilan berkomunikasi.
mengajukan hipotesa, mengamati, dan
Wawancara terbuka dengan 10 siswa
merencanakan percobaan. Berdasarkan
melalui pemberian sebuah pertanyaan
hasil
menunjukan bahwa keterampilan siswa
keterampilan
dalam berkomunikasi memang rendah.
kisaran 46%-50%. Artinya, hanya ada
Soal pada tes yang sudah di isi,
sekitar 46%-50% siswa yang memiliki
kemudian di berikan lagi pada saat
keterampilan-keterampilan
wawancara
dengan baik.
terbuka,
hampir
semua
siswa menjawab salah. Bahkan ada siswa
yang
tidak
berani
untuk
menyampaikan jawabannya. Berdasarkan
analisa
yaitu
sains
analisa
data, tersebut
Berdasarkan
keterampilanberada
pada
tersebut
analisa
peneliti,
baik berdasarkan wawancara maupun observasi,
peneliti,
keterampilan
rendahnya
keterampilan
ini
keterampilan-
dikarenakan
guru
siswa
untuk
rendahnya keterampilan berkomunikasi
jarang
disebabkan oleh guru yang jarang
melakukan sebuah percobaan. Guru
melatihkan siswanya untuk terampil
mengakui
dalam berkomunikasi. Hasil analisa ini
pembangunan
sesuai dengan observasi yang dilakukan
dilakukan
oleh
proses
Menurutnya, hal ini disebabkan oleh
proses
tuntutan
peneliti
pembelajaran.
dalam Selama
pembelajaran, guru memang jarang
mengajak
bahwa
memang
proses
pengetahuan
jarang
dengan
pada
percobaan.
penguasaan
konsep
semata. Pada beberapa materi, guru
melatihkan siswa untuk dapat memiliki
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Siswanto / Kemandirian Belajar Siswa 2 (2016), 190 - 202
197
hanya menceritakan saja percobaan-
Selama
percobaan secara sekilas kepada siswa.
sering mengakaitkan antara konsep
Keterampilan
menginterpretasi
proses
yang
pembelajaran,
dipelajari
dengan
guru
aplikasi
data, meramal, dan menerapkan konsep
kehidupan sehari-hari meskipun hanya
termasuk pada keterampilan yang paling
melalui cerita.
banyak dikuasai siswa yaitu pada kisaran
63%
wawancara,
dan
70%.
didapatkan
Melalui
kesimpulan
Kemandirian merupakan sebuah perilaku yang meliputi perilaku mampu berinisiatif,
mampu
mengatasi
bahwa keterampilan menginterpretasi
hambatan/masalah,
data, dan meramal, sering dijumpai
percaya diri dan dapat melakukan
pada saat pelajaran matematika. Mereka
sesuatu sendiri tanpa bantuan orang.
sering diajari guru matematika dalam
Berdasarkan hasil angket, diperoleh
menginterpretasikan
dan
gambaran kemandirian belajar siswa.
meramal. Baik itu dalam bentuk soal-
Aspek percaya diri diperoleh skor
soal ulangan, tugas-tugas, maupun pada
sebesar 56%, aspek tanggungjawab
saat pelaksanaan pembelajaran di kelas.
sebesar 58%, aspek inisiatif sebsar 50%,
Tingginya menerapkan analisa
keterampilan
konsep,
peneliti,
grafik
berdasarkan
disebabkan
karena
memang dalam proses pembelajarannya
mempunyai
rasa
dan aspek disiplin sebesar 75%. Hasil analisa
angket
disajikan
seperti
kemandirian pada
belajar
Gambar
4
berikut.
guru lebih berorientasi pada konsep.
Gambar 4. Profil Kemandirian Belajar Siswa Berdasarkan Hasil Angket
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Siswanto / Kemandirian Belajar Siswa 2 (2016), 190 - 202
Berdasarkan
angket
pada
aspek
percaya diri, kebanyakan siswa mengatakan
198
bahwa dirinya akan belajar hanya ketika disuruh orang lain.
bahwa mereka lebih percaya pendapat orang
Tanggungjawab
yang
tinggi
lain dari pada pendapat sendiri. Siswa kurang
ditunjukan siswa ketika tanggungjawab itu
memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan
diberikan oleh guru dengan perintah langsung
kemampuannya. Sehingga, selama proses
dari guru. Berdasarkan wawancara, siswa
pembelajaran,
pertanyaan-
memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi
pertanyaan atau pendapat yang disampaikan
ketika ada ancaman hukuman dari guru, atau
siswa kepada guru. Hal ini mengakibatkan
ada rasa takut dimarahi oleh guru. Hasil ini
tidak adanya interaksi dari siswa ke guru.
sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan
selain itu, ketika guru mengajukan pertanyaan
oleh peneliti. Hasil observasi menunjukan
disela proses pembelajaran, siswa tidak ada
bahwa siswa bersedia mengerjakan sesuatu
yang mengacungkan tanganya secara sukarela
hanya ketika disuruh oleh guru. Misalnya
untuk menjawab pertanyaan, kecuali ditunjuk.
ketika disuruh untuk maju ke depan kelas
Berdasarkan pada hasil analisa angket,
menyelesaikan soal, menjawab pertanyaan
peneliti kemudian melakukan wawancara
guru yang disampaikan secara lisan, atau
terbuka kepada 10 siswa terkait temuan
menyampaikan pendapat terhadap sesuatu
peneliti pada aspek percaya diri. Hasil
yang disampaikan oleh guru.
jarang
ada
wawancara menunjukan bahwa, kebanyakan dari
siswa
takut
yang
yaitu aspek inisiatif. Berdasarkan hasil analisa
diberikan salah. Ada beberapa siswa yang
angket, aspek inisiatif berada pada kisaran
juga mengatakan bahwa mereka ragu-ragu
persentase paling rendah. Siswa tidak terbiasa
untuk menjawab atau tidak. Padahal, mereka
untuk melakukan sesuatu atas kehendak yang
sudah memikirkan jawabannya.
timbul dari dirinya sendiri. Hasil observasi
Selanjutnya,
ketika
jawaban
Aspek kemandirian belajar berikutnya
pada
aspek
pun sesuai pada temuan dari hasil angket yang
tanggungjawab, siswa kurang memliki rasa
diisi siswa. Bahwa, hampir semua aktivitas
tanggungjawab terhadap proses pembelajaran,
siswa pada proses pembelajaran, adalah
terutama ketika tidak ada guru. Berdasarkan
aktivitas yang dilakukan karena perintah dari
angket, siswa mengakui bahwa ketika guru
guru.
tidak masuk, maka siswa tidak belajar fisika.
Dalam wawancara terbuka, siswa
Selain itu kebanyakan siswa mengatakan
mengatakan bahwa pada umumnya mereka takut dan kurang percaya diri bahwa yang
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Siswanto / Kemandirian Belajar Siswa 2 (2016), 190 - 202
199
mereka lakukan adalah benar. Sebagai contoh,
mengikuti
siswa ragu-ragu dan tidak berani untuk
beberapa siswa menjawab takut kalau guru
menjawab pertanyaan, bertanya, atau bahkan
marah. Hal ini menunjukan bahwa sikap
menyampaikan
displin yang ada, bukan muncul karena
pendapat,
kecuali
jika
diperintah oleh guru secara langsung.
percaya
tanggungjawab
diri,
inisiatif,
disebabkan
oleh
pembelajaran,
bahkan
kehendak sendiri, atas kesadaran pribadi
Analisa peneliti bahwa rendahnya aspek
proses
dan
siswa, tetapi karena rasa takut terhadap hukuman dari ketidakdispilinan siswa.
proses
Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
pembelajaran yang dilakukan guru kurang
dan melihat pentingnya keterampilan proses
membekali siswa untuk memiliki keyakinan
sains dan kemandirian belajar siswa, maka
akan kemampuan dirinya sendiri. Proses
perlu diupayakan suatu solusi agar dapat
pembelajaran
cenderung
mengatasi masalah pada temuan tersebut.
berpusat pada guru, sehingga terkesan guru
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
lah yang berhak untuk menyampaikan sesuatu
masalah tersebut adalah dengan melakukan
dalam proses pembelajaran. Akibatnya, siswa
suatu
tidak dibiasakan untuk memiliki peran aktif
membantu
terhadap proses pembelajaran.
pengetahuannya sendiri. Sehingga, proses
Aspek
yang
dilakukan
kemandirian
belajar
yang
terahir yaitu aspek disiplin. Berdasarkan hasil
inovasi
pembelajaran
siswa
untuk
yang
dapat
membangun
kebermaknaan dalam diri siswa sebagai pembelajar akan dapat tercapai.
analisa data angket, aspek disiplin berada
Untuk
dapat
meningkatkan
pada persentase paling tinggi, yaitu pada
keterampilan proses sains siswa terutama
kisaran persentase 75 %. Pada umumnya,
pada aspek keterampilan menginterpretasikan
angket yang diisi siswa menunjukan bahwa
grafik
siswa memiliki sikap disiplin yang tinggi. Hal
pembelajaran
tersebut juga sesuai dengan hasil pengamatan
menggunakan pendekatan saintifik. Dengan
yang dilakukan oleh observer.
menggunakan pendekatan saintifik dalam
Akan tetapi, pada saat dilakukan
proses
dan
berkomunikasi dapat
maka
dilakukan
pembelajarannya,
tidak
proses dengan
hanya
wawancara terbuka dengan beberapa siswa,
keterampilan menginterpretasikan grafik dan
ditemukan bahwa sikap kedisplinan siswa
berkomunikasi saja yang dapat ditingkatkan,
timbul karena rasa takut akan punishmen
tetapi juga semua aspek-aspek yang ada
yang diberikan oleh guru. Hukuman itu
dalam keterampilan proses sains.
berupa nilai yang dikurangi, tidak boleh
pembelajaran dengan menggunakan metode
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
Proses
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Siswanto / Kemandirian Belajar Siswa 2 (2016), 190 - 202
200
saintifik memiliki lima langkah yaitu (1)
dengan menerapkan model pembelajaran
mengamati, (2) menanya, (3) menalar, (4)
yang menekankan pada pemberian proyek,
mencoba, (5) membentuk jejaring. Kelima
dimana proyek yang diberikan berupa proyek
langkah tersebut dapat memfasilitasi guru
sains yang berkaitan dengan materi yang
untuk dapat meningkatkan berbagai macam
diajarkan. Hal ini sesuai dengan penelitian
keterampilan proses sains yang ada dalam diri
yang sudah dilakukan oleh Yunita (2012);
siswa.
Siswanto Selain
itu,
untuk
meningkatkan
(2013b),
pembelajaran
yang
pemberian
dapat
kemandirian belajar siswa.
inovasi
dalam
proses
proses
menekankan
kemandirian belajar dalam diri siswa, guru melakukan
proyek
bahwa
dapat
pada
meningkatkan
pembelajarannya. Inovasi dapat dilakukan Tabel 1. Sintak Model Pembelajaran Berbasis Proyek Menggunakan Pendekatan Saintifik Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Pendekatan Saintifik
Aspek KPS
Aspek Kemandirian Belajar
Tahap pemberian proyek
Mengamati
Mengamati
Percaya diri, inisiatif
Tahap penanaman konsep
Semua tahapan pendekatan saintifik
Semua aspek KPS
Percaya diri, inisiatif, tanggungjawab, disiplin
Tahap pembuatan proyek
Menalar, mencoba, membentuk jejaring
Semua aspek KPS
Tanggungjawab, disiplin
Tahap pertanggungjawaban proyek
Membentuk jejaring
Menginterpretasi data dan grafik, berkomunikasi
Tanggungjawab, disiplin
Tahap pembentukan kelompok
Oleh
dalam
proses
efektif dalam upaya meningkatkan berbagai
untuk
dapat
macam keterampilan yang ada dalam diri
meningkatkan keterampilan proses sains dan
siswa termasuk keterampilan proses sains,
kemandirian
dapat
meningkatkan rasa ketertarikan pada diri
dilakukan suatu inovasi pembelajaran dengan
siswa, serta meningkatkan semangat belajar
menerapkan model pembelajaran berbasis
siswa.
proyek menggunakan pendekatan saintifik.
dilakukan oleh Baran dan Maskan (2010);
pembelajaran
sebab
itu,
Fisika,
belajar
siswa,
maka
Beberapa studi literatur menunjukan
Seperti
penelitian
yang
sudah
Eskrootchi and Oskrochi (2010); Altun, dkk
bahwa pembelajaran berbasis proyek sangat
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Siswanto / Kemandirian Belajar Siswa 2 (2016), 190 - 202
(2009); Hussain, dkk (2011); Yalcin (2009);
201
Saran
Siswanto (2013a).
Berdasarkan temuan-temuan selama
Sintak model pembelajaran berbasis
melakukan
penelitian,
maka
disarankan
proyek menggunakan pendekatan saintifik
kepada guru untuk terampil dalam membuat
agar
setting
dapat
meningkatkan
KPS
dan
pembelajaran
yang
dan
dapat
kemandirian belajar siswa dapat dilihat seperti
mengembangkan
melatihkan
pada Tabel 1.
keterampilan proses sains dan kemandirian belajar siswa
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
UCAPAN TERIMA KASIH
Berdasarkan temuan pada kegiatan
Peneliti mengucapakan terimakasih
penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa (1)
kepada SMP N 4 Purwodadi dan SMP N 2
Sebagian besar keterampilan proses sains
Geyer yang sudah memberikan kesempatan
siswa masih rendah seperti keterampilan
kepada peneliti untuk melakukan penelitian di
mengamati,
hipotesa,
sekolah tersebut. Selain itu, peneliti juga
merencanakan percobaan,menginterpretasikan
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Yunita
data, menginterpretasikan grafik, meramal,
Dwi Febriastuti, S.Pd. yang sudah berkenan
menerapkan konsep, dan berkomunikasi.
untuk dilibatkan menjadi observer selama
Keterampilan menginterpretasikan grafik dan
kegiatan penelitian berlangsung.
mengajukan
berkomunikasi merupakan keterampilan yang paling rendah dimiliki oleh siswa, sehingga
DAFTAR PUSTAKA
perlu mendapat perhatian khusus dari guru. (2) Rata-rata kemandirian belajar siswa masih
Altun, S., Turgut, U. & Buyyukasap, E.
cukup rendah sehingga perlu ditingkatkan
(2009). The Effect of Project Based
dalam diri siswa. Aspek-aspek yang perlu
Learning
ditingkatkan dalam kemandirian belajar yaitu
Undergraduates’
aspek percaya diri, tangggungjawab, inisiatif,
Electricity,
dan disiplin. (3) Untuk meningkatkan KPS
Physics and Scientific Process
dan kemandirian belajar siswa, maka dapat
Skills. International Online Journal
dilakukan suatu inovasi pembelajaran melalui
of Educational Sciences, 1(1): 81-
model pembelajaran berbasis proyek yang
105.
on
Science Learning
Attitude
towards
dipadukan dengan pendekatan saintifik.
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
of
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Siswanto / Kemandirian Belajar Siswa 2 (2016), 190 - 202
Baran, M. & Maskan, A. 2010. The effect of
202
interested of junior high school
project-based learning on pre-
students
service
teachers
International
Seminar
on
electrostatic achievements. Cypriot
mathematics,
science,
and
Journal of Educational Sciences, 5:
computer science education, UPI,
242-257.
19 Oktober 2013.
physics
in
physics
learning?.
Eskrootchi, R. & Oskrochi, R.G. (2010). A
Tirtarahardja, U. & Sulo, L. 2005. Pengantar
Study of the Efficacy of Project-
Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka
based Learning Integrated with
Cipta.
Computerbased
Simulation
–
STELLA. Educational Technology
Wenning,
& Society, 13 (1), 236–245.
Carl
J.
2009.
Scientific
How
Scientists
Epistemology:
Know What They Know. Journal Rustaman,Y.N. et.al. 2006. Strategi Belajar Mengajar
Biologi.
TextBook
JICA
Bandung:
Jurusan
Physics Teacher Education Online.
Common
Edisi
5 (2) :3-15.
Revisi.
Pendidikan
Yalcin, A.S., Turgut, U. & Buyyukasap, E.
Biologi FPMIPA UPI.
2009. The Effect of Project Based Learning
Siswanto, Manurung, Kamisani, dkk. 2013a. Scientific
Project
Learning:
on
Undergraduates’ Electricity,
Science Learning
Attitude
of
towards
Bagaimana Model Pembelajaran
Physics and Scientific Process
Tersebut
Meningkatkan
Skills. International Online Journal
Keterampilan Proses Sains Dan
of Educational Sciences, 1(1): 81-
Motivasi Siswa Terhadap Materi
105.
Fisika?. Seminar Nasional Fisika, UNNES, 12 Oktober 2013. Siswanto. 2013b. Science Project Learning Model : How it can increase the student’s self learning and the
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976