IMPLEMENTASI
KETERAMPILAN PENGELOLAAN KELAS
DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 1 MRANGGEN
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh : MUTTAQIN NIM : 3104325
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2009
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (Empat) Eksemplar Hal : Naskah Skripsi An. Sdr. Muttaqin
Semarang, 21 Desember 2009 Kepada Yth. DekanFakultasTarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah saya mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka saya menyatakan bahwa skripsi saudara: Nama NIM Jurusan Judul skripsi
: MUTTAQIN : 3104325 : Pendidikan Agama Islam (PAI) : Implementasi Keterampilan Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran PAI di SMP N 1 Mranggen
Telah melalui proses bimbingan, selanjutnya saya mohon agar skripsi saudara tersebut dapat segera dimunaqosahkan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Mengetahui, Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Abdul Rahman, M.Ag NIP. 196911051994031003
Drs. H. Jasuri, M.S.I NIP. 196710141994031005
ii
PENGESAHAN PENGUJI
Tanggal
Tanda Tangan
1. Drs. H. Mat Sholikhin, M. Ag.
____________ _____________
2. Fahrurrozi, M.Ag.
____________ _____________
3. Drs. H. Fatah Syukur, M.Ag.
____________ _____________
4. Dr. H. Hamdani Mu’in, M. Ag.
____________ _____________
iii
ABSTRAK MUTTAQIN (NIM: 3104325). Implementasi Keterampilan Pengelolaan Kelas Dalam Pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Mranggen. Skripsi, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: bagaimana keterampilan pengelolaan kelas dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Mranggen yang meliputi keterampilan dalam pengelolaan tata ruang kelas, pengelolaan waktu, pengelolaan materi dan pengelolaan siswa. Penelitian ini menggunakan metode survei atau observasi yang bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Subyek penelitian ini sebanyak 2 orang guru. Pengumpulan datanya menggunakan instrumen, interview, dan observasi. Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif deskriptif, dimana dalam penelitian ini penulis menggunakan kajian deskriptif yang mana dalam pengumpulan data menggunakan metode observasi dan interview. Sedangkan dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode analisis deskriptif. Dan dari hasil analisis keterampilan pengelolaan kelas menunjukkan bahwa guru mapel PAI di SMP Negeri 1 Mranggen memiliki keterampilan pengelolaan kelas yang baik, dilihat dari kompetensi guru dalam: (1) keterampilan dalam pengelolaan tata ruang kelas guru berada pada kualifikasi baik, meskipun pembelajaran masih berlangsung secara klasikal, tidak ada perbedaan yang berarti, terkait dengan pengaturan tata ruang kelas yang di lakukan guru cukup memadai untuk pembelajaran dan penciptaan suasana belajar mengajar yang menyenangkan. (2) keterampilan dalam pengelolaan waktu ratarata guru berada pada kualifikasi baik, terkait dalam pengalokasian waktu agar terorganisir dalam pelaksanaannya dibagi dalam beberapa tahap antara lain waktu untuk pembukaan, kegiatan inti, kegiatan penutupan, dan penjelasan tugas-tugas, guru merinci alokasi waktu untuk masing masing kegiatan sesuai kebutuhan dalam pengajaran yang mengacu pada perencanaan yang dibuat. (3) keterampilan dalam pengelolaan materi guru mapel PAI rata-rata juga berada pada kualifikasi baik. Dari kompetensi guru dalam pengelolaan materi setiap guru telah membuat perencanaan yang berpedoman pada buku sumber materi pengajaran yang sudah tercantum pada kurikulum yang ada, sehingga materi pelajaran yang tersusun memudahkan penyampaian kepada murid dan untuk menghindari penyampaian materi agar tidak menyimpang guru mengacu pada rencana pembelajaran. (4) keterampilan dalam pengelolaan siswa rata-rata guru berada pada kualifikasi cukup, meski belum semuanya siswa terlibat aktif dalam kegiatan pengajaran tapi minimal sebagian dari siswa sudah menunjukkan partisipasinya dalam proses pengajaran. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi khususnya bagi guru mata pelajaran PAI, dan juga guru-guru bidang studi yang
iv
lain sehingga dapat dijadikan pedoman serta bahan untuk meningkatkan kompetensi guru.
MOTTO x´ {Þá5 ŵR Ée y `N`ÎÙZÉ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. Al Baqarah: 286)1
% Íp¯PoÙÉe y xJ´ Íp¯PoÙÉe ¹/` %4Ü ´ Ü1³R«Æá5 ´ % “Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d : 11)2
1 2
Depag RI, Al-Qur`an dan terjemah, (Jakarta: CV Pustaka Agung Harapan, 2006), hlm.47. Depag RI, ibid. hlm. 370
v
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada : Z Bapak dan ibuku tercinta, yang selalu berjuang, berdo’a dan memberikan restunya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu mencurahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita se-Keluarga. Z Mami, mbak Ut, dan honey yang selalu memberikan dukungan do`a dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Z Sahabat ku (Sugenk, Ngemplik, Mujib, Ucok, Taqin Purwodadi & tementemen yang lain seperjuangan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu). Terima kasih atas dorongan semangat, saran, kritik, kebaikan dan ketulusan kalian. Semoga apa yang kita perbuat akan menjadikan kebaikan kelak & mencapai kesuksesan dunia akhirat. Z Dan untuk Almamater tercinta
vi
KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq serta hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam terlimpahkan selalu kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, para keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan khususnya ilmu keIslaman, sehingga bisa menjadi bekal kita, baik didunia maupun akhirat kelak. Suatu kebanggaan tersendiri, jika suatu tugas dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Bagi peneliti, penyusunaan skripsi merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan dan rintangan dalam proses penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan peneliti sendiri. Kalaupun skripsi ini terselesaikan, tentunya kerena banyak pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu peneliti sampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Abdul Djamil M.A., selaku rektor IAIN Walisongo Semarang. 2. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 3. Ahmad Mutohar, M.Ag., selaku ketua jurusan PAI dan Nasirudin, M.Ag., selaku sekretaris jurusan PAI. 4. Drs. Abdul Rahman, M.Ag., Drs. H. Jasuri, M.S.i selaku Dosen Pembimbing yang selalu sabar dan bijak dalam memberikan arahan-arahan serta dorongan yang sangat bermanfaat guna terselesaikannya skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mengajarkan ilmunya dengan ikhlas kepada penulis selama belajar di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 6. Bapak dan Ibuku tercinta yang mana telah memberikan motivasi, do’a, bimbingan dan segala-galanya kepada penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Walisongo Semarang ini.
vii
7. Kepala SMP Negeri 1 Mranggen yang telah berkenan memberikan izin dalam penelitian skripsi ini. 8. Guru mata pelajaran PAI di SMP Negeri 1 Mranggen yang telah berkenan memberikan bantuan dan meluangkan waktunya dalam penelitian skripsi ini. 9. Kepala TU SMP Negeri 1 Mranggen yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan proses penelitian. 10. Semua yang terkait yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Tiada kata yang pantas diucapkan selain ucapan do’a semoga Allah SWT mencatat jasa baik mereka sebagai amal yang shaleh di sisi-Nya serta diridhoi-Nya.
Tiada kata terindah yang pantas terucap selain do’a peneliti semoga segala kebaikan akan dibalas dengan kasih sayang dan ridha Allah SWT. Akhirnya, semoga skripsi ini selalu bermanfaat bagi peneliti dan para pembaca. Amin.
Semarang, 21 Desember 2009 Penulis,
MUTTAQIN
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii HALAMAN ABSTRAKSI ................................................................................. iv HALAMAN MOTTO .......................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi HALAMAN DEKLARASI ................................................................................ vii KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii DAFTAR ISI ........................................................................................................ x BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Penegasan Istilah ..................................................................... 4 C. Rumusan Masalah ................................................................... 6 D. Tujuan Penelitian .................................................................... 6 E. Kajian Pustaka ......................................................................... 6 F. Metodelogi Penelitian .............................................................. 8 1. Jenis Penelitian………....……………………………......8 2. Metode Pengumpulan Data……………………………...9 3. Metode Analisis Data…………………………………..10
BAB II
: Keterampilan Pengelolaan Kelas Dalam Pembelajaran PAI A. Keterampilan pengelolaan kelas ......................................... 12 1. Pengertian Keterampilan Pengelolaan Kelas………..12 2. Tujuan Pengelolaan Kelas…………………………….14 3. Ruang Lingkup Pengelolaan Kelas…………………..17 4. Prinsip-Prinsip Dalam Pengelolaan Kelas…………….26 5. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas…………28 6. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas ……………….34
ix
B. Pembelajaran PAI………....…………………….....……. 36 1. Pengertian Pembelajaran PAI ………………………36 2. Tujuan Pembelajaran PAI ……………………………37 3. Ruang Lingkup Pembelajaran PAI ………………….38 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran PAI ……………………………………...41 C. Keterampilan pengelolaan kelas dalam pembelajaran PAI ………………43 1. Tahap Persiapan (Pre Condition) ……………………...43 2. Tahap Pelaksanaan (Operating Procedures) ………….43
BAB III
: LAPORAN HASIL PENELITIAN (TINJAUAN TENTANG KETERAMPILAN PENGELOLAAN KELAS GURU PAI DI SMP NEGERI 1 MRANGGEN) A. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Mranggen…………..45 1. Sejarah SMP Negeri 1 Mranggen…………………..45 2. Tinjauan Geografis SMP Negeri 1 Mranggen………46 3. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 1 Mranggen……46 4. Data Guru dan Siswa SMP Negeri 1 Mranggen…….48 5. Strukur Organisasi SMP Negeri 1 Mranggen……….51 B . Implementasi Ketrampilan Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Mranggen………….52
BAB IV
: ANALISIS TERHADAP KETERAMPILAN PENGELOLAAN KELAS GURU PAI DI SMP NEGERI 1 MRANGGEN A. Analisis Pengelolaan/Manajemen Pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Mranggen………….65 B. Analisis Implementasi Keterampilan Pengelolaan Kelas Guru Mapel PAI di SMP Negeri 1 Mranggen ……………………………..69
x
1. Keterampilan dalam Pengelolaan Tata Ruang Kelas ..69 2. Keterampilan dalam Pengelolaan Waktu…………….72 3. Keterampilan dalam Pengelolaan Materi…………….74 4. Keterampilan dalam Pengelolaan Siswa……………..77
BAB V
: PENUTUP A. Kesimpulan ..…………………….……………………...….. 80 B. Saran.………..…………………….………………………... 81 C. Penutup ……..…………………….………………………... 82
DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS
xi
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) untuk dengan penuh tanggung jawab membimbing anak-anak didik ke kedewasaan.1 Seperti halnya dalam pendidikan agama pendidikan ditujukan untuk membimbing anak agar mengerti nilai-nilai ajaran agama kemudian mampu menyelaraskan dan mengamalkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Ditegaskan dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (sisdiknas) pasal 30 ayat 2 ditegaskan bahwa : “Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya atau menjadi ahli ilmu agama”.2 Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun diluar sekolah.3 Mengajar adalah perilaku yang universal. Artinya, semua orang dapat melakukannya, akan tetapi bagi seorang guru untuk dapat mengajar dengan baik diperlukan keahlian. Guru dituntut bukan hanya menguasai materi saja, tetapi juga harus menguasai tentang pendidikan dan pengajaran, di samping syarat-syarat khusus yang lain yang akan menjadikannya sebagai guru yang berkompeten dalam bidangnya, sehingga proses interaksi edukatif dapat berjalan dengan optimal dan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif bagi anak didik.
1
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998),
hlm. 293.
2 Depertemen Pendidikan Nasional, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional), (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2003), hlm. 21. 3 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 32.
1
2
Penyelenggaraan pendidikan formal yaitu
pendidikan
salah
sekolah. Sekolah
satunya
merupakan
melalui tempat
jalur belajar
yang diselenggarakan melalui prasarana yang di lembagakan. Sekolah sebagai organisasi kerja terdiri dari beberapa kelas, baik yang bersifat paralel maupun berjenjang. Setiap kelas merupakan unit kerja yang berdiri sendiri dan berkedudukan sebagai sub sistem yang menjadi bagian dari sebuah sekolah sebagai total sistem. Pengembangan sekolah sebagai total sistem atau satu kesatuan organisasi sangat tergantung pada penyelengaraan dan pengelolaan kelas, baik lingkungan masing-masing sebagai unit kerja yang berdiri sendiri maupun dalam hubungan kerja antara kelas yang satu dengan yang lain.4 Di dalam didaktif terkandung suatu pengertian umum mengenai kelas, yaitu sekelompok sistem yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.5 Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan, dalam arti guru harus selalu menciptakan suasana yang kondusif dalam lingkungan pendidikan dan menjalankan tugasnya di dalam kelas dengan semaksimal mungkin demi tercapainya tujuan pendidikan. Guru memiliki peranan yang sangat sentral, baik sebagai perencana, pelaksana, maupun evaluator pembelajaran.6 Maka seorang guru hendaknya tidak memiliki pandangan bahwa mengajar hanya merupakan tugas yang telah menjadi kebiasaan sehingga dia terpaku dengan cara dan gaya lama, tidak ada dinamika. Tetapi sebaliknya, guru diharapkan untuk selalu melakukan inovasi dan kreativitas untuk mengembangkan proses pembelajaran kearah yang lebih baik, efektif dan efisien. Dengan demikian untuk menciptakan situasi yang kondusif demi untuk memperoleh hasil yang efektif dalam proses belajar mengajar tidaklah
4
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1982), hlm. 115 5 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa; Sebuah Pendekatan Evaluatif, (Jakarta: Rajawali, 1992), hlm. 17. 6 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenagkan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 2005), hlm. 13
3
cukup ditunjang oleh penguasaan materi saja, tetapi guru juga harus mempunyai keterampilan dasar yang diharapkan akan dapat membantu dalam menjalankan tugas
dalam
interaksi
edukatif.
Keterampilan
mengajar
merupakan faktor dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk meningkatkan
mutu
pengajaran,
diantaranya
adalah
keterampilan
pengelolaan kelas yang penting diperhatikan oleh seorang guru dalam menghadapi murid atau anak didiknya. Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman merupakan masalah
adalah yang
pengelolaan
kompleks.
kelas.
Guru
Pengelolaan
kelas
menggunakannya
untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas untuk mencapai tujuan pengajaran secara efisien dan memungkinkan anak didik belajar. Dengan demikian, pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif. Tugas utama dan yang paling sulit dilakukan guru adalah pengelolaan kelas, lebih-lebih tidak ada satupun pendekatan yang dikatakan paling baik.7 Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari, bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan anak didik selalu berubah. Hari ini anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Jadi, pengelolaan kelas adalah suatu upaya memberdayakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.8 Perlu
disadari
bahwa
bekerja
dalam
dunia
pendidikan,
khususnya dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaan kelas, tidak bisa bertindak seperti seorang
juru masak dengan buku resep masakannya.
Suatu masalah yang timbul mungkin dapat berhasil diatasi dengan cara tertentu pada saat tertentu dan untuk seorang atau sekelompok peserta didik
tertentu.
dipergunakan
Akan tetapi
8
tersebut
untuk mengatasi masalah
berbeda, terhadap seorang 7
cara
tak
yang sama, pada waktu
atau sekelompok
Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., hlm. 144. Ibid., hlm. 172-173
mungkin
peserta didik
dapat yang
yang lain.
4
Oleh karena itu keterampilan guru untuk dapat membaca situasi kelas dilakukan tepat guna.9 Dengan mempelajari
sangat penting agar yang
berbagai pendekatan pengelolaan dan mencobanya dalam berbagai situasi kemudian dianalisis secara sistematis, diharapkan agar setiap guru dapat mengelola kelas dengan cara yang lebih baik. Berdasarkan pemikiran inilah yang
mendorong
peneliti
keterampilan
pengelolaan
mengangkat
judul
untuk
kelas.
penelitian
mengadakan
Untuk
penelitian tentang
keperluan
“IMPLEMENTASI
tersebut,
penulis
KETERAMPILAN
PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMPN 1 MRANGGEN”.
B. Penegasan Istilah Agar tidak terjadi salah penafsiran dan kesalahpahaman, maka di sini akan diberikan pengertian yang jelas tentang judul di atas dengan arti atau pengertian, baik masing-masing kata maupun istilah agar mudah dipahami. 1. Implementasi Implementasi berarti "pelaksanaan, penerapan”.10 Dalam hal ini berarti penerapan keterampilan pengelolaan kelas dalam pembelajaran PAI. 2. Keterampilan Pengelolaan Kelas "Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah, seperti menulis, mengetik, olah raga dan sebagainya".11 "Pengelolaan adalah yang memberikan
proses, cara perbuatan mengelola, proses
pengawasan
pada semua hal
yang terlibat
dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan.12 9
123.
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 122-
10 Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 2008), hlm. 529. 11 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 119. 12 Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, op. cit., hlm. 657.
5
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif.13 Dengan kata lain, kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif. Ada dua komponen keterampilan pengelolaan kelas, pertama keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif), kedua, keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi dimilikinya
belajar
yang
optimal.
Dengan
keterampilan pengelolaan kelas diharapkan guru
dapat
mengelola kelas dengan baik dalam kondisi apapun, sehingga siswa dapat menunjukkan ketekunan semangat dalam belajar serta berperan aktif dalam proses pembelajaran. 3. Pembelajaran PAI Pembelajaran adalah proses interaktif yang berlangsung antara guru dan siswa atau juga antara kelompok siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan keterampilan atau sikap serta memantapkan apa yang dipelajari itu.14 Pendidikan menyiapkan
Agama siswa
Islam dalam
(PAI)
adalah
meyakini,
usaha
memahami,
sadar
untuk
menghayati
dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.15 Jadi, pembelajaran PAI adalah proses interaktif yang berlangsung antara guru dan siswa untuk memperoleh pengetahuan dalam meyakini, membantu,
menghayati
dan
mengamalkan
agama
Islam
dari
pelajaran PAI.
13
Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., hlm. 144. S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), hlm. 102 15 Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 75-76. 14
6
C. Rumusan Masalah Dari judul penelitian yang penulis kemukakan di atas, terdapat permasalahan yang penulis rumuskan yaitu: “bagaimana implementasi keterampilan pengelolaan kelas dalam Pembelajaran PAI di SMPN 1 Mranggen?”
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, ada tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu: untuk mengetahui implementasi keterampilan pengelolaan kelas dalam Pembelajaran PAI di SMPN 1 Mranggen?”
E. Kajian Pustaka Dalam
penulisan
skripsi
ini,
penulis
akan
menjelaskan
isi
skripsi dengan menyampaikan beberapa kajian pustaka yang ada kaitannya dengan judul skripsi ini Pertama, buku pengelolaan kelas dan siswa: sebuah pendekatan evaluatif oleh Suharsimi Arikunto. Dalam buku ini dijelaskan tentang pengertian pengelolaan, meliputi pengelolaan kelas dan pengelolaan siswa, salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah kemampuan pengelolaan kelas sebagai bagian dari pengelolaan siswa secara keseluruhan. Dalam bukunya tersebut, tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas itu dapat belajar dengan tertib, sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.16 Kedua,
buku
proses
belajar
mengajar,
oleh
J.J.
Hasibuan
dan Moedjiono. Dalam buku ini dijelaskan macam-macam keterampilan dasar yang
diutamakan
adalah keterampilan
bagi
memberi
seorang
guru.
penguatan,
Keterampilan bertanya,
tersebut
menggunakan
variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, mengajar kelompok kecil dan perorangan, mengelola kelas dan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Melihat sedemikian kompleks keterampilan mengelola 16
Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 68.
7
kelas, maka penguasaan
atau
pemahaman
komponen
dengan
keterampilan menggunakannya harus dikerjakan dan dilatih secara intensif. Ketiga,
buku Pengelolaan
Pengajaran,
HM, dijelaskan mengenai bagaimana permasalahan
dalam
pengelolaan
oleh Ahmad
mengelola kelas
kelas,
usaha
Rohani
yang efektif,
preventif
masalah
pengelolaan kelas. Dan pendekatan dalam pengelolaan kelas, sebagai pekerja profesioanal seorang guru harus mendalami karangka acuan pendekatan-pendekatan terlebih
dahulu
menangani
sebab
menyakinkan
di dalam
penggunaannya
ia
harus
bahwa pendekatan yang pilihnya untuk
suatu kasus pengelolaan kelas merupakan alternatif yang
terbaik sesuai dengan hakikat masalahnya. Keempat, buku Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, oleh Syaiful Bahri Djamarah, dijelaskan setiap guru masuk ke dalam kelas, maka pada saat itu pula ia menghadapi dua masalah pokok, yaitu masalahpengajaran
dan
masalah
manajemen.
Masalah
pengajaran
adalah usaha membantu anak didik dalam mencapai tujuan, khusus pengajaran secara langsung, sedangkan masalah manajemen adaalah usaha untuk menciptakan dan
mempertahankan
kondisi
sedemikian
rupa,
sehingga proses interaksi edukatif dapat berlangsung secara efektif dan efesien.17 Kelima, buku “Menjadi Guru Profesional” oleh Moh Uzer Usman. Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager) guru hendaknya mampu mengelola kelas, karena kelas merupakan lingkungan belajar serta merupakan suatu aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap lingkungan itu turut menentukan sejauhmana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. suatu kondisi belajar yang optimal dapat dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan 17
Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., hlm. 145.
8
pengajaransuatu kondisi belajar yang optimal dapat dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran.18 Selain buku-buku tersebut di atas yang dijadikan landasan teori, penulis juga menggunakan skripsi yang ada kaitannya dengan skripsi ini sebagai bahan perbandingan. Skripsi
karya
Rahmat
Faton
Qulubi,
Nim.
3198200
yang
berjudul “Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Prestasi Belajar Bidang Studi Agama Islam tersebut
di
SLTP
menjelaskan pengertian
Karanganyar pengelolaan
Surakarta”. kelas,
ruang
Skripsi lingkup
pengelolaan kelas, juga tujuan dari pengelolaan kelas. Dengan mempelajari berbagai pendekatan pengelolaan dan mencobanya dalam berbagai situasi kemudian dianalisis secara sistematis, diharapkan agar setiap guru dapat mengelola kelas dengan cara yang lebih baik, kondisi yang kondusif dalam
kelas
merupakan
prasyarat
utama terjadinya proses belajar
mengajar yang efektif.19 Dari beberapa kajian pustaka yang telah disebutkan dan dijelaskan di atas, jelas terlihat adanya perbedaan antara karya-karya ilmiah tersebut dengan tema penelitian yang hendak penulis bahas, s e l a i n i t u penulis belum menemukan pembahasan khusus
tentang
implementasi
keterampilan
pengelolaan kelas dalam suatu pembelajaran.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Ditinjau
dari
segi
metodologi,
penelitian
ini
merupakan
jenis penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah sebagai berikut: Kirk dan Miller mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan 18 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), hlm. 90. 19 Rahmat Faton Quluby, “Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Prestasi Belajar Bidang Studi Agama Islam di SLTP Karanganyar Surakarta”, Skripsi IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2003)
9
sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orangorang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.20 Jenis
penelitian
penelitian naturalistik, Penelitian
ini karena
seringkali sifatnya
juga yang
dikenal alami
sebagai
(mengalir).
ini memandang, bahwa kenyataan sebagai suatu yang
berdimensi jauh, utuh (merupakan satu kesatuan) dan berubah (open ended). Karena itu, tidak mungkin disusun rancangan penelitian yang terinci dan tetap sebelumnya, rancangan penelitian berkembang selama proses berlangsung. 2. Metode Pengumpulan Data Bentuk penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif, sehingga data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata bukan angka seperti penelitian kuantitatif. Dalam analisis data, penulis menempuh
langkah-langkah
melalui
riset
kepustakaan
(library
research), yaitu suatu riset kepustakaan atau penelitian murni.21 Data tersebut akan penulis ambil dari berbagai macam sumber, baik yang membahas topik penelitian ini secara langsung maupun tidak langsung. Adapun sumber primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau
pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.22
Dan sumber
data
primer
ini
terkait
dengan
pokok
permasalahan penelitian, berupa pengamatan langsung (observasi) dan wawancara (interview). Selain
menggunakan
sumber
primer,
penulis
juga
menggunakan sumber sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung untuk memperjelas
sumber data primer berupa data
kepustakaan yang berkorelasi erat dengan pembahasan objek penelitian.23 20 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 3. 21 Sutrisno Hadi, Metode Riset, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1987), hlm. 9. 22 Saifudin A z w a r , Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 91 23 Lexy J. Moleong, op. cit., hlm. 114.
10
Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Metode Observasi "Observasi diartikan sebagai pengatamatan dan pencatatan secara
s istematik
terhadap
gejala
yang
tampak
pada
objek penelitian".24 Objek yang akan diobservasi dalam kajian penelitian ini, yakni seluruh rangkaian kegiatan belajar mengajar (guru,
murid, tempat
belajar)
dan
pengamatan
langsung
terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki meliputi: keterampilan guru mengelola kelas dalam
pembelajaran
PAI
di
SMPN
1
Mranggen dan data-data lain yang diperlukan. b. Metode Wawancara (interview) "Wawancara adalah salah satu metode untuk mendapatkan data melalui sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara".25 Dalam interview,
pewawancara
melaksanakan
membawa pedoman yang hanya garis
besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan. Tanya
jawab
ini
dilakukan oleh peneliti kepada guru yang bersangkutan untuk memperoleh data keterampilan pengelolaan kelas dalam pembelajaran PAI.
3. Metode Analisis Data Menurut Prof. Dr. Sugiono metode analisis data merupakan proses mencari dan menyususun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unitunit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
24
hlm. 158.
S. Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
25 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), hlm. 63.
11
mudah difahami oleh diri sendiri dan orang lain. 26 Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola tertentu atau
menjadi
hipotesis.
Berdasarkan
hipotesis
yang
dirumuskan
berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulangulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan tehnik triangulasi, ternyata hipotesis diterima maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.27
26
Sugiono, M e t o d e Penelitian Pendidikan Pendekatan, Kuantitatif, Kualitaif, dan R & D, (bandung: Alfabeta, 2006), hlm.335. 27 Ibid.
BAB II KETERAMPILAN PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN PAI A. Keterampilan Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran PAI 1. Pengertian Keterampilan Pengelolaan Kelas Keterampilan adalah
kegiatan
yang berhubungan
dengan
urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah, seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya.1 Pengelolaan adalah proses, cara, perbuatan mengelola, proses yang memberikan
pengawasan
pada
semua hal
yang
terlibat
dalam
pelaksanaan dan pencapaian tujuan.2 Sedangkan kelas adalah tempat berlangsungnya pembelajaran yang di dalamnya terdapat guru menyampaikan materi pada siswa pada waktu yang sama.3 Di dalam belajar mengajar, kelas adalah tempat yang mempunyai ciri khas yang digunakan untuk belajar yang memerlukan konsentrasi, untuk menciptakan suasana kelas yang menunjang kegiatan belajar yang efektif.4 Pengelolaan kelas dapat diartikan suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar
seperti
yang
diharapkan.5
Pengelolaan
kelas
merupakan
keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.6 1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 119 2 Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 2008), hlm.657. 3 Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, (Semarang: Rasail, 2008), hlm. 125. 4 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 49. 5 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas Sebuah Pendekatan Evaluatif, (Jakarta: CV Rajawali, 1992), hlm. 67-68. 6 E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenagkan, (Bandung: P.T Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 91.
12
13
Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar, yaitu pengaturan kelas dan pembelajaran itu sendiri.7 Bagi beberapa guru dianggap
benar-benar
“menguasai
kelas”
apabila
mereka
dapat
mendominasi semua kegiatan di kelas dengan menguasai situasi kelasnya sehingga terdapat kebebasan bergerak dan berbicara. Hal ini dikarenakan keberhasilan dalam arti tercapainya suatu tujuan intruksional sangat tergantung pada kemampuan guru mengatur kelas. Kelas yang baik secara kondusif akan selalu menciptakan situasi belajar anak tanpa beban dan selalu menikmati dalam setiap mengikuti proses belajar mengajar tanpa merasa adanya suatu tekanan. Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola di mana dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif. Sebagaimana sejalan dengan tujuan umum pengelolaan kelas, yaitu menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik dan optimal. Agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya.8 Berdasarkan pengertian-pengertian pengelolaan kelas di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas merupakan usaha guru menata kehidupan kelas dengan persiapan yang sudah direncanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. oleh karena itu, posisi guru dalam kelas tidak hanya sebagai penyampai informasi melainkan sebagai pengarah terjadinya proses belajar.
7
hlm. 63.
8
Conny Semiawan, dkk., Pendekatan Ketrampilan Proses, (Jakarta: Gramedia, 1990),
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000). hlm. 47.
14
2. Tujuan Pengelolaan Kelas Keberhasilan guru melaksanakan kegiatan pembelajaran tidak saja dituntut menguasai materi pelajaran, strategi dan metode mengajar, menggunakan media atau alat pembelajaran. Tetapi guru menyediakan atau menciptakan situasi dan kondisi belajar yang kondusif dan menyenangkan yang memungkinkan kegiatan belajar mengajar bisa berjalan dengan baik sesuai perencanaan dan mencapai tujuan sesuai yang dikehendaki. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Qur'an surat AlBaqoroh: 185
oÙ{ÉlÞ É1Æ´ Åke²oÉe.. É1Æ´
Åke²oÉe
y
( 185:…)اﻟﺒﻘﺮةpÚ}ÉÎÞ “…Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu...”(Q.S Al- Baqarah : 185).9 Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, sebagaimana dikutip oleh Djalaludin Abdurrahmلan Bin Abi Bakar As-Suyuti dalam kitab Jami`us shoghir jilid II, Rasuluallah SAW, bersabda :
ﻻ ﺿﺮار وﻻﺿﺮار: ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ:ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﻗﺎل ()رواﻩ اﺣﻤﺪ Dari Ibnu Abas, ia berkata, Rasuluallah SAW. Bersabda janganlah menyusahkan diri sendiri dan janganlah pula menyusahkan orang lain. (HR. Ahmad).10 Ayat
dan
hadits
diatas
dapat
dijadikan
acuan
perlunya
dilakukannya perencanaan pengelolaan yang matang, pengelolaan yang terkoordinasi 9
35.
dan
kondusif
yang
dikerjakan
secara
sistematis,
Depag RI, Al-Qur`an dan Terjemah, (Jakarta: CV Pustaka Agung Harapan, 2006), hlm.
10
Djalaludin Abdurrahman Bin Abi Bakar As-Suyuti, Jami`us ShoghirII, Darul Ihya`AlKitabul `Arobiyah , (Indonesia, t.th.), hlm.203.
15
terorganisasi, terarah dan terawasi untuk mempermudah penciptaan keadaan kelas yang kondusif, sehingga tercapai tujuan yang dikehendaki Semua komponen keterampilan mengelola kelas mempunyai tujuan yang baik untuk anak didik maupun guru, yakni: 1) Untuk Anak didik a) Mendorong anak didik mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri. b) Membantu anak didik mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan memahaminya. Bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan. c) Membangkitkan rasa tanggung jawab untuk melibatkan diri dalam tugas dan pada kegiatan yang diadakan. 2) Untuk Guru a) Mengembangkan pemahaman dalam penyampaian pelajaran dengan pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat. b) Menyadari kebutuhan anak didik dan memiliki kemampuan dalam memberikan petunjuk secara jelas kepada anak didik. c) Mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah laku anak didik yang mengganggu. d) Memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat digunakan, dalam lingkungannya dengan masalah tingkah laku anak didik yang muncul di dalam kelas.11 Pengelolaan kelas yang dilakukan guru bukan tanpa tujuan, karena ada tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas. Darwyn Syah mengutip dari Syaiful Bahri dan Aswan Zain bahwa pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya, dengan pengelolaan kelas produknya harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu dengan penyediaan fasilitas bermacam-macam kegiatan belajar mengajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual di kelas.12 Guru sangat berperan dalam pengelolaan kelas. Apabila guru mampu mengelola kelasnya dengan baik, maka tidaklah sulit bagi guru
11
Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 147-148. Darwyn Syah. dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm. 260. 12
16
untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Adapun menurut John Jarolinek dan Clifford D. Foster tentang pengelolaan yang baik adalah: a) Good classroom management enhances the mental and social development of pupils. b) Good classroom provides intelectual and physical freedom within know parameters. c) Good classroom facilitas the chievement of goals of instruction. d) Good classroom management allows children the develop skills of self direction and independence. e) Good classroom management allows pupils to share some responsibility for classroom management. f) Good classroom management works toward so warm, but from relationship between the teacher and pupils attitudes towards the class. g) Good classroom management result in positive pupils attitude toward the class.13 a) Pengelolaan kelas yang baik mempertinggi perkembangan mental dan sosial murid-murid. b) Pengelolaan kelas yang baik memberi kebebasan intelektual dan fisik dalam karakter yang ditentukan. c) Pengelolaan
yang
baik
memungkinkan
pencapaian
tujuan
instruksional. d) Pengelolaan yang baik mengizinkan kepada murid untuk ikut berpartisipasi atas manajemen kelasnya. e) Pengelolaan
yang
baik
mengizinkan
kepada
murid
untuk
mengembangkan kecakapan sendiri dan tidak tergantung pada orang lain. f) Pengelolaan yang baik membuat suasana yang hangat terhadap hubungan antara guru dan murid. g) Pengelolaan yang baik menghasilkan sikap murid yang positif terhadap kelasnya.
13
B. Suryosubroto, Op. Cit,. hlm. 49.
17
3. Ruang Lingkup pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas yang efektif akan terwujud manakala dengan melaksanakan aspek ruang lingkup di dalamnya. Menurut Dr. Suharsimi Arikunto ada dua aspek yang harus dilakukan menyangkut pengelolaan yang menyangkut siswa dan pengelolaan yang menyangkut fisik (ruangan, perabot, dan alat pelajaran).14 Sedangkan dalam menciptakan suasana yang dapat menimbulkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar, dan memberi bimbingan dan bantuan terhadap siswa diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai untuk menumbuhkan dan mempertahankan kelas yang efektif, yang harus memiliki: tujuan pengajaran, pengaturan waktu yang tersedia, pengaturan ruang dan perabot pelajaran di kelas, dan pengelompokan siswa dalam belajar.15 Dari uraian dua pendapat tersebut sebenarnya dapat diuraikan dan menambahkan, kaitannya menilai kemampuan guru dalam pengelolaan kelas, meliputi: pengelolaan tata ruang kelas, pengelolaan waktu, pengelolaan tentang materi pengajaran dan pengelolaan kaitannya dengan siswa. a. Pengelolaan Tata Ruang Kelas Penataan ruang kelas sangat penting dan tidak memiliki solusi yang sederhana. Yang terpenting, bagaimana ruang kelas digunakan mempengaruhi bagaimana pertisipan di kelas saling berhubungan dan apa yang dipelajari oleh siswa.16 kondisi fisik lingkungan tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil belajar. Sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar di kelas adalah ruang untuk belajar dan alat-alat pengajaran. Agar sarana pengajaran dapat difungsikan secara optimal dan berhasil guna, sebagai usaha guru dalam mencapai tujuan pembelajaran lingkungan fisik 14
maka
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 68 Conny Semiawan, Op. Cit., hlm. 64. 16 Richrad I. Arends, Learning to Teaching (Belajar Untuk Mengajar), tej. Helly Prajitno Soetjipto, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 130. 15
18
pengelolaan ruang harus di perhatikan, diantaranya meliputi: penataan ruang belajar, pengaturan tempat duduk siswa, pengaturan alat-alat pengajaran, penataan keindahan dan kebersihan kelas, dan ventilasi dan tata cahaya.17 1) Penataan ruang belajar Agar terciptanya suasana yang mengairahkan dalam belajar, perlu diperhatikan penataan ruang belajar. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk berkelompok dan guru bergerak secara leluasa untuk membantu siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu: a) Ukuran dan bentuk kelas b) Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa c) Jumlah siswa di dalam kelas d) Jumlah siswa di dalam setiap kelompok e) Jumla kelompok di dalam kelas f) Komposisi siswa dalam kelompok (siswa pandai dengan kurang pandai, pria dengan wanita).18 Dengan melihat kondisi fisik tersebut maka guru dapat mengambil perencanaan dalam menggunakan metode dan strategi pengajaran dalam pembelajaran. 2) Pengaturan tempat duduk siswa Dalam belajar anak didik memerlukan tempat duduk. Karena tempat duduk mempengaruhi dalam belajar anak didik. Sebaiknya tempat duduk anak didik tidak berukuran besar agar mudah diubah-ubah formasinya sesuai kebutuhan. Selain itu, kursi dan meja peserta duduk dan guru juga menunjang perlu ditata (setting kelas) sedemikian rupa sehingga dapat menunjang kegiatan pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik, agar memenuhi prinsip pengelolaan tata ruang kelas, meliputi: (1) Aksebilitas: yaitu peserta didik mudah menjangkau sumber belajar 17 18
Syaiful Bahri Djamarah, Op Cit., hlm. 174-177. Conny Semiawan, Op. Cit., hlm. 65.
19
yang tersedia; (2) Mobilitas: yaitu peserta didik dapat bergerak ke bagian lain kelas; (3) Interaksi: memudahkan interaksi antara guru dan peserta didik maupun antar peserta didik; (4) Variasi kerja peserta didik: yaitu memungkinkan peserta didik bekerjasama secara perorangan, berpasangan, atau kelompok.19 Formasi pengaturan meja kursi yang dapat dikembangkan : Formasi Huruf U, Meja Konferensi, Lingkaran, Susunan Chevron atau huruf V, atau Kelas Tradisional yaitu berjejer atau berbaris serata formasi auditorium. Formasi lainnya yang dapat digunakan disesuaikan dengan tujuan dan strategi pembelajaran yang digunakan atau intensitas interaksi yang digunakan oleh guru. 3) Pengaturan alat-alat pengajaran Di antara alat-alat pengajaran di kelas yang harus diatur adalah: a) Perpustakaan Kelas. b) Alat peraga/media pengajaran. c) Papan tulis, kapur tulis dan lainlain. d) Papan presensi anak didik. 4) Penataan keindahan dan kebersihan kelas Dalam menciptakan penataan
rangka
pemeliharaan
kenyamanan
didalamnya,
komponen-komponen
yang
ruang
kelas
dalam
hubungannya
dalam
terkait,
yang
harus
diperhatikan dalam pemeliharan ruang kelas, antara lain: a) Hiasan dinding. b) Penempatan lemari. c) Pemeliharaan kebersihan. 5) Ventilasi dan tata cahaya. Dalam menjamin kesehatan peserta didik, yang perlu diperhatikan, yaitu: a) Ventilasi sesuai dengan ruangan kelas
19
Darwyn Syah. dkk, Op Cit., hlm. 304.
20
b) Pengaturan cahaya perlu diperhatikan sehingga cahaya yang masuk cukup c) Cahaya masuk dari arah kiri, jangan berlawanan dengan bagian depan.20 Dalam pengelolaan tata ruang kelas ini, kaitannya dalam memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi anak didik dalam belajar, hal-hal berikut dapat dijadikan pegangan para guru, yaitu: 1) Mengatur tempat duduk anak didik harus mencerminkan belajar efektif. Bangku yang disediakan memungkinkan dipindah-pindahkan atau diubah tempatnya. 2) Ruangan kelas yang bersih dan segar akan menjadi anak didik bergairah belajar. 3) Memelihara kebersihan dan kenyamanan suatu kelas/ruang belajar, sama artinya dengan mempermudah anak didik menerima pelajaran.21 b. Pengelolaan Waktu Dalam suatu kegiatan pastinya terdapat perencanaan, dari perencanaan tersebut tentunya terdapat batas-batas waktu, dimana dari waktu tersebut mengatur sekenario-sekenario yang harus dilakukan dalam kegiatan di dalamnya. Sama halnya dalam dunia pendidikan pastinya ada target-target yang harus dicapai, dan tentunya juga harus menyesuaikan waktu yang dipakai dan target yamg harus ditempuh, agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai. Karena banyaknya jam atau waktu adalah faktor penting yang mempengaruhi kesempatan untuk belajar di dalam pelajaran tertentu adalah time on task, yaitu banyaknya waktu didalam pelajaran yang dihabiskan murid untuk terlibat dengan kurikulum dan bukan dengan kegiatan-kegiatan lain.22 Waktu yang tersedia dalam jadual untuk setiap materi pelajaran, untuk setiap semester dan untuk satu tahun ajaran sangat terbatas. Karena itu diperlukan pengaturan waktu atau pengelolaan waktu yang tersedia. Melalui pengaturan waktu tersebut,
20
Syaiful Bahri Djamarah, Op Cit., hlm. 177. Ibid., hlm. 178. 22 Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 116. 21
21
diharapkan siswa dapat melakukan berbagai kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pengajaran.23 Dalam aspek kompetensi pengelolaan waktu seorang pengajar ada sejumlah unsur aktivitas yang perlu diperhatikan dan ditampilkan oleh pengajar agar waktu dapat digunakan secara efisien, yakni: 1) Memulai pengajaran tepat waktu (sesuai jadwal) 2) Meneruskan pengajaran sampai habis waktu yang telah dialokasikan 3) Menghindari penundaan waktu yang tidak diperlukan selama pengajaran berlangsung 4) Menghindari penyimpangan topik yang tidak diperlukan selama pengajaran berlangsung 5) Sikap siswa yang keras ditanggapi dengan memadai 6) Gaya presentase memperhitungkan reaksi-reaksi yang tidak diharapkan siswa.24 Dengan penilaian seorang guru memperhatikan jenis rincian waktu, yaitu: waktu untuk pembukaan, kegiatan inti, kegiatan penutupan, dan penjelasan tugas-tugas.25 Waktu yang tersedia hendaknya diisi dengan dengan kegiatankegiatan, yang selain menggairahkan siswa untuk belajar juga dapat memberikan hasil belajar yang produktif. Karena satu elemen yang jelas tetapi sering diabaikan dalam menejemen kelas adalah memulai pelajaran tepat waktu.26 Tentu saja masalah waktu ini bukan persoalan guru yang bersangkutan saja, dalam pengaturan waktu tersebut juga tidak lepas dari kebijakan sekolah dalam memaksimalkan waktu pelajaran. Menurut Carol Weinstein dan Andrew Mignano, yang dikutip Richrad I. Arends membedakan waktu pengajaran menjadi tujuh kategori: 1) Total time, adalah total waktu yang dihabiskan siswa dikelas. 2) Attended time, Adalah banyaknya waktu yang sebenarnya digunakan siswa untuk hadir di sekolah. 3) Available time, sebagian waktu sekolah yang digunakan untuk kegiatan diluar kegiatan belajar dikelas, seperti: istirahat, makan, rapat dan lain-lain. 23
Conny Semiawan, Op. Cit., hlm. 64. Syafrudin Nurudin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hlm. 110. 25 Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990), hlm. 117. 26 Daniel Muijs dan David Reynolds, Op. Cit., hlm. 117. 24
22
4) Planned academic time, waktu akademik yang direncanakan, dimana ketika guru menyisihkan sejumlah waktu untuk berbagai subjek dan kegiatan, seperti membuat rencana pembelajaran. 5) Actual academic time, banyaknya waktu yang sebenarnya dihabiskan guru untuk berbagai tugas dan kegiatan akademik atau disebut allocated time (waktu yang dialokasikan). 6) Engaged time, (waktu keterlibatan) banyaknya waktu yang sebenarnya dihabiskan siswa untuk kegiatan atau tugas belajar. 7) Academic learning time, (waktu belajar akademik) banyaknya waktu yang dihabiskan siswa untuk terlibat dalam tugas akademik hingga ia dapat meraih kesuksesan.27 c. Pengelolaan Tentang Materi Materi atau bahan pelajaran atau yang dikenal dengan materi pokok merupakan substansi yang akan diajarkan dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru harus menguasai materi atau bahan pelajaran dengan baik. Ada tiga persoalan yang berkaitan dengan penguasaan materi pelajaran, yaitu penguasaan materi pokok, uraian materi pokok, dan materi pelengkap. 1) Materi pokok adalah materi pelajaran bidang studi yang dipegang atau diajarkan oleh guru. 2) Uraian materi pokok adalah pemecahan materi pokok bidang studi yang diajarkan guru ke dalam sub-sub materi pokok. 3) Materi pelengkap merupakan materi penunjang yang dibutuhkan guru untuk membuka wawasan baik dirinya maupun siswa yang diajarkannya dalam menunjang penyampaian materi pokok.28 Bahan pelajaran atau meteri pelajaran adalah gabungan antara pengetahuan (fakta, informasi yang terperinci), keterampilan (langkah, prosedur dan syarat-syarat) dan faktor sikap.29 Untuk itu setiap guru akan
mengajar,
harus
selalu
membuat
perencanaan
untuk
memanajemen bahan materi tersebut, sehingga materi pelajaran yang tersusun memudahkan penyampaian kepada murid dan dimengerti oleh siswa dengan baik. Tujuan pengelolaan atau pengorganisasian meteri pelajaran ialah agar guru dapat memperhatikan sequence atau urutan dari materi 27
Richrad I. Arends, Op. Cit., hlm. 129-130. Darwyn Syah. dkk, Op Cit., hlm. 114. 29 B. Suryosubroto, Op. Cit., hlm. 32. 28
23
yang akan diberikan, sesuai dengan tujuan instruksional yang telah dirumuskan. Sehingga guru dituntut untuk memahami materi ajar yang akan diajarkan, seperti: mengkaji kurikulum, menelaah buku teks ajar, menelaah buku pedoman khusus bidang studi, mengkaji bahan penunjang buku teks, mengkaji bahan penunjang yang relevan dengan profesi guru. Inilah yang membedakan antara guru Pendidikan Agama Islam dan guru umum lainnya, dilihat dari kemampuan pengelolaan kelasnya, yaitu dalam mengembangkan materi yang akan diajarkan. Sebagai guru PAI sebagai pekerjaan mulia juga memiliki tugas yang lebih berat, terkait dalam praktek belajar mengajar di sekolah termasuk madrasah dewasa ini, tipe-tipe prestasi kognitif cenderung lebih dominan dari tipe-tipe afektif dan psikomotor. Untuk itu menjadi pekerjaan rumah dan tugas bagi guru PAI untuk mengembangkan dan menjabarkan ketiga tipe prestasi tersebut untuk mencapai tujuan TIK.30 Sebagai guru PAI ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan dan pengelolaan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam, antara lain: a. Penyiapan materi pelajaran berisi pokok-pokok isi materi yang harus dipelajari siswa sebagai sarana pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator hasil belajar. b. Merinci materi pembelajaran dari batasan ruang lingkupnya baik aspek kognitif, afektif, psikomotor, kemudian diurutkan dan ditunjukkan keterkaitan antara isi materi yang dipelajari dengan nilai fungsi belajar PAI dan penerapan dalam kehiduan seharihari. c. Penyampaian materi Isi materi pembelajarn PAI berkaitan dengan hal-hal yang abstrak seperti konsep keimanan, nilai-nilai, dan hal– hal yang bersifat konkret seperti fakta, dalil, prinsip, hukum, sikap dan prilaku, berakhlak dan amaliah ibadah dalam kehidupan sehari-hari. Disesuaikan kemampuan dan kebutuhan berpikir peserta didik. d. Menggunakan sumber belajar pelajaran PAI yang dapat di peroleh dari Al-Qur`an, hadits, kitab-kitab Aqidah Akhlak, buku teks, media cetak, radio dan lain-lain. 30
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 156.
24
e. Persiapan materi dibuat (1) per satuan waktu dalam Silabus Pembelajaran (SP), (2) Per satuan pembelajaran dalam program rencana pelajaran (RPP). f. Penguasaan materi pelajaran melalui pola kegiatan belajar di dalam kelas dan lingkungan sekolah lainnya. g. Melaksanakan penilaian kesesuaian materi dengan hasil belajar secara terus menerus dengan prinsip penilaian berbasis kelas.31 Menurut Iwan Sumantri S.Pd manajemen kelas yang efektif akan dapat terwujud mana kala melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran antara lain: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Menetapkan aturan kelas Memulai kegiatan tepat waktu Mengatur pelajaran Mengelompokkan siswa Memberi Penilaian hasil belajar Mengakhiri Pelajaran.32
d. Pengelolaan Pengaturan Siswa Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dalam pasal 1 disebutkan siswa atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.33 Definisi tersebut menghendaki guru untuk mampu memanaj potensi siswa secara individu, baik di dalam kelas dalam mengikuti pelajaran dengan baik maupun di luar kelas dengan memberikan tugas. Di dalam kelas biasanya ada keberagaman dalam kemampuan baik itu yang pandai, sedang dan kurang. Karenanya, guru perlu mengatur atau mengelola siswa kapan siswa bekerja perorangan, berpasangan, berkelompok, atau klasikal disesuaiakan jenis kegiatan,
31
Darwyn Syah. dkk, Op Cit., hlm. 117. Iwan Sumantri, “Berbagai Macam Pengelolaan kelas dan Implikasinya Terhadap Pegembangan RPP”, http://iwansmtri.blogspot.com/2008/12/berbagai-macam-pengelolaan-kelasdan.html, hlm, 2. diakses Pada Tanggal 22 Oktober 2009. 33 Depertemen Pendidikan Nasional, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional), (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2003), hlm. 5. 32
25
keterlibatan siswa, interaksi pembelajaran, waktu belajar, serta ketersediaan sarana dan prasarana serta beragam karateristik siswa.34 Langkah-langkah
yang
harus
dilakukan
guru
dalam
pengelolaan siswa dalam belajar harus disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa adalah pengelompokan siswa dalam belajar, seorang guru harus menyusun anggota kelompok siswa tersebut dengan jalan, antara lain: 1) Mengorganisasi siswa Untuk melatih dan menciptakan ketertiban kelas, perlu dibentuk organisasi anak didik di kelas. Pembentukan organisasi kelas merupakan langkah awal melatih dan membina siswa dalam hal berorganisasi. Mereka dilatih untuk belajar bertanggung jawab atas tugas yang dipercayakan. Organisasi siswa juga dapat membantu guru dalam menyediakan
sarana
pengajaran
yang
dibutuhkan,
seperti
menyediakan kapur, alat peraga, buku paket, mengisi presensi dan sebagainya.35 Dan mempunyai
dalam
pengorganisasian
perencanaan
dalam
ini
guru
hal
juga
harus
pengorganisasian
mengembangkan potensi kemampuan peserta didik dengan melibatkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. 2) Pengelompokan siswa Menurut Conny Semiawan dalam pengelompokan anak didik, membagi siswa atas beberapa konsep yaitu: a) Pengelompokan menurut kesenangan berkawan Pada pengelompokan ini anak didik dibagi dalam beberapa kelompok atas dasar perkawanan/ kesenangan bergaul di antara mereka. b) Pengelompokan menurut kemampuan 34 35
Darwyn Syah. dkk, Op Cit., hlm. 305 Syaiful Bahri Djamarah, Op Cit., hlm. 179.
26
Untuk
memudahkan
pelayanan
guru,
anak
didik
dikelompokkan ke dalam kelompok cerdas, sedang, dan lambat. Pengelompokan ini diubah sesuai dengan kesanggupan individual dalam mempelajari mata pelajaran. c) Pengelompokan menurut minat Siswa-siswa yang melakukan kegiatan belajar yang sama dikelompokan. Pada situasi seperti ini, guru perlu terus menerus mengamati setiap siswa. Di samping itu, guru perlu memberi dorongan kepada siswa untuk berpindah dari satu kegiatan kegiatan yang lain.36 4. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas Sebagai upaya memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, sebagai prasyarat menciptakan satu model pembelajaran yang efektif dan efisien, beberapa prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dapat dipergunakan sebagai berikut:37 a. Hangat dan Antusias Suasana hangat dan antusiasme guru diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru guru yang hangat dan penuh keakraban dengan anak didik selalu menunjukkan semangat tanggung jawabnya dan keinginannya untuk melaksanakan tugasnya sebagai guru dengan sebaik-baiknya, hal ini akan berhasil dalam mengimplementasikan manajemen kelas. b. Tantangan Tantangan dapat diberikan kepada siswa dengan menggunakan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan dalam rangka meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. Tantangan
36 37
Conny Semiawan, Op. Cit., hlm. 67-68. Syaiful Bahri Djamarah, Op Cit., hlm. 148.
27
juga, akan menarik perhatian anak didik untuk dapat menambah dan mengendalikan gairah belajar mereka. c. Bervariasi Variasi dalam penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan siswa akan dapat mengurangi munculnya gangguan dalam proses pembelajaran, serta dapat meningkatkan perhatian siswa. Apabila penggunannya bervariasi disesuaiakan serta situasi dan kondisi yang dibutuhkan. Dengan variasi seperti yang telah disebutkan di atas merupakan kunci untuk tercapainya manajemen kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan belajar di kalangan siswa. d. Keluwesan Keluwesan tingkah laku guru untuk
mengubah strategi
mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan dari siswa serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas, dan sebagainya. e. Penekanan pada Hal-hal yang Positif Dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan serta mengarahkan siswa berpikir dan berbuat kepada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif, serta kesadaran guru dalam menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar. f. Penanaman Disiplin Diri Disiplin belajar siswa dan disiplin kelas menjadi tujuan akhir dari pengelolaan
kelas. Dan guru mengupayakan agar siswa dapat
mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjdai teladan mengenai pengendalian diri
28
dan pelaksanaan tanggung jawab. Dan menjadi tuntunan kepada guru untuk selalu berdisiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam berbagai hal. 5. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas Komponen-komponen ketrampilan pengelolaan kelas ini pada umumnya
dibagi
menjadi
dua
bagian,
yaitu
ketrampilan
yang
berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif) dan ketrampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.38 a. Keterampilan
yang
berhubungan
dengan
penciptaan
dan
pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif). Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta kegiatankegiatan yang berhubungan dengan hal-hal tersebut yang meliputi keterampilan sebagai berikut: 1) Menunjukkan sikap tanggap Tanggap terhadap perhatian, keterlibatan, ketidakacuhan, dan keterlibatan siswa dalam tugas-tugas di kelas. Siswa merasa bahwa guru hadir bersama mereka dan tahu apa yang mereka perbuat. Kesan ketanggapan ini dapat ditentukan dengan berbagai cara sebagai berikut: a) Memandang Secara Seksama Memandang
secara
seksama
dapat
mengundang
dan
melibatkan siswa dalam kontak pandangan serta interaksi antar pribadi yang dapat ditampakkan dalam pendekatan guru untuk bercakap-cakap,
bekerja
sama
dan
menunjukkan
rasa
persahabatan. b) Gerak Mendekati Gerak guru dalam posisi mendekati kolompok kecil atau 38
Moh Uzer Usman, Op Cit., hlm. 91-93.
29
individu menandakan kesiagaan, minat dan perhatian guru yang diberikan terhadap tugas serta aktivitas siswa. Gerak mendekati hendaklah dilakukan secara wajar, bukan untuk menakut-nakuti, mengancam, atau memberi kritikan dan hukuman. c) Memberikan Pernyataan Pernyataan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan siswa sangat diperlukan, baik berupa tanggapan komentar, ataupun yang lain. Akan tetapi, haruslah dihindari hal-hal yang menunjukkan dominasi guru. Misalnya dengan komentar atau pernyataan yang mengandung ancaman seperti: "saya tunggu sampai kalian diam ", " saya atau kalian yang keluar?" " atau "siapa yang tidak senang dengan pelajaran saya silahkan keluar!". d)
Memberikan Reaksi Terhadap Gangguan dan Ketakacuhan Siswa Apabila ada siswa yang menimbulkan gangguan atau menunjukkan ketakacuhan, guru dapat memberikan reaksi dalam bentuk teguran. Teguran guru merupakan tanda "ada bersamanya guru". Teguran haruslah diberikan pada saat yang tepat dan sasaran yang tepat pula sehingga dapat mencegah penyimpangan tingkah laku.39
2) Memberikan Perhatian Manajemen kelas yang efektif terjadi bila guru mampu memberi perhatian kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Membagi perhatian dapat dilakukan dengan cara visual dan verbal. a) Visual Mengalihkan pandangan dari suatu kegiatan kepada kegiatan yang lain dengan kontak pandang terhadap kelompok siswa 39
Moh Uzer Usman, Op. Cit, hlm. 91.
30
atau seorang siswa secara individual. b) Verbal Guru dapat memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan, dan sebagainya terhadap aktivitas. 3) Memusatkan Perhatian Kelompok Kegiatan siswa dalam belajar dapat dipertahankan apabila dari waktu ke waktu guru mampu memusatkan perhatian kelompok terhadap tugas-tugas yang dilakukan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara berikut: a) Menyiagakan siswa Maksudnya ialah memusatkan perhatian siswa kepada suatu hal sebelum guru menyampaikan materi pokok. Maksudnya untuk menghindari penyimpangan perhatian siswa. b) Menuntut Tanggung Jawab Siswa Hal ini berhubungan dengan cara guru memegang teguh kewajiban dan tanggung jawab yang dilakukan oleh siswa serta keterlibatan siswa dalam tugas-tugas. Misalnya dengan meminta kepada siswa untuk memperagakan, melakukan dan memberikan respons. 4) Memberikan Petunjuk-petunjuk Yang Jelas Hal ini berhubungan dengan cara guru dalam memberikan petunjuk agar jelas dan singkat dalam pelajaran sehingga tidak terjadi kebingungan pada diri siswa. 5) Menegur Apabila terjadi tingkah laku siswa yang mengganggu kelas atau kelompok dalam kelas, hendaklah guru mengaturnya secara verbal. Teguran verbal yang efektif ialah yang memenuhi syaratsyarat sebagai berikut: a) Tegas dan jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu serta kepada tingkah lakunya yang menyimpang. b) Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan atau yang
31
mengandung penghinaan. c)
Menghindari
ocehan
atau
ejekan,
lebih-lebih
yang
berkepanjangan. 6) Memberi Penguatan Dalam hal ini guru dapat menggunakan dua cara yaitu: Pertama, Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang mengganggu, yaitu dengan jalan menangkap siswa tersebut ketika ia sedang melakukakan tingkah laku yang tidak wajar, kemudian menegurnya. Kedua, Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang bertingkah laku wajar dan dengan demikian menjadi contoh atau teladan tentang tingkah laku positif bagi siswa yang suka mengganggu.40 Dalam kitab Tarbiyah Al- Aulad Fi AlIslam, sebagai berikut:
وﻣﻦ اﻻﻣﻮر اﻟﻬﻤﺔ اﻟﺘﻲ ﻳﻨﺒﻐﻰ ان ﻳﻌﻠﻤﻬﺎ اﻟﻤﺮﺑﻮن ﻓﻲ ﺗﺎدﻳﺐ اﻟﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ هﻮاﺗﺒﺎع اﺳﻠﻮب اﻟﺘﺸﺠﻴﻊ: وﺗﻌﻮﻳﺪﻩ ﻋﻠﻰ ﻣﻜﺎرم اﻻﺧﻼق,ﺧﺼﺎل اﻟﺨﻴﺮ 41
. وﺑﻤﻨﺢ اﻟﻬﺪاﻳﺎ اﺣﻴﺎﻧﺎ,ﺑﺎﻟﻜﻠﻤﺔ اﻟﻄﻴﺒﺔ ﺣﻴﻨﺎ
"Ada hal-hal penting yang harus diketahui oleh para pendidik dalam hal mengajarkan kebaikan kepada anak-anak dan membiasakan mereka berbudi luhur, yaitu mengikuti metode pemberian dorongan dengan kata-kata baik dan memberikan hadiah." Dengan
demikian
pemberian
penguatan
dalam
pembelajaran, adalah penting untuk menumbuhkan motivasi belajar dan rasa percaya diri siswa. b. Ketrampilan yang Berkaitan dengan Pengembalian Kondisi Belajar Yang Optimal Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru terhadap 40
Ibid., hlm. 92 Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, Juz 2, (Beirut: Dar asSalam), hlm. 682. 41
32
gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Dalam batas tingkatan tertentu tertentu. Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru untuk perbaikan tingkah laku siswa yang terus-menerus menimbulkan ganguan di kelas antara lain : 1) Memodifikasi Tingkah Laku Beberapa langkah yang dipergunakan untuk mengorganisasi tingkah laku ialah: a) Mengawasi dan memperhitungkan masalah-masalah perilaku b) Berikan penguat motivasi terhadap perilaku yang anda harapkan. c) Hentikan perilaku yang tidak anda harapkan. d) Ciptakan perjanjian perilaku dengan para siswa. e) Ciptakan perkiraan tentang perilaku yang diinginkan. f) Waktu jeda terkadang membantu para guru dengan menghentikan lingkaran penguat motivasi yang menyebabkan beberapa perilaku yang tidak diharapkan.42 2) Pendekatan Pemecahan Masalah Kelompok Pendekatan pemecahan masalah kelompok dapat dikerjakan oleh guru sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi masalahmasalah manajemen kelas. Keterampilan yang diperlukan antara lain: a) Peningkatan kerjasama dan keterlibatan b) Menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul 3) Menemukan dan Mengatasi perilaku yang Menimbulkan Masalah Cara-cara yang dapat dikerjakan adalah : a) Pengabaian yang direncanakan b) Campur tangan dengan isyarat. c) Mengawasi dengan ketat. d) Menguasai perasaan yang mendasari terjadinya suatu perbuatan yang negatif. e) Mendorong peserta didik untuk mengungkapkan perasaanya. f) Menjauhkan benda-benda yang dapat menggangu konsentrasi. 42
Kelvin Seifert, Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2008), hlm. 241-250.
33
g) Menyusun kembali program belajar h) Menghilangkan ketegangan dengan humor i ) Mengekang secara fisik. Guru
dapat
menggunakan
seperangkat
cara
untuk
mengendalikan tingkah laku yang muncul, dan ia mengetahui sebabsebab dasar yang mengakibatkan ketidakpatutan tingkah laku tersebut serta berusaha untuk menemukan pemecahannya.43 Dalam mengelola siswa-siswa di dalam kelas tidak hanya mampu dalam memanaj potensi dalam belajar saja, tapi guru harus bisa juga bagaimana menangani prilaku negatif dari siswa di kelas, yang mana dapat menciptakan disiplin kelas sehingga ketertiban dalam kegiatan belajar dapat terkendali. Disiplin kelas diartikan sebagai usaha mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang telah disetujui bersama dalam melaksanakan kegiatan kelas, agar pemberian hukuman pada seseorang atau sekelompok orang yaitu murid, dapat dihindari.44 Dari disiplin tersebut maka suasana tertib akan tercipta dalam melaksanakan kegiatan di kelas, terutama dalam proses belajar mengajar. Beberapa hal yang harus dimiliki guru berkaitan dengan kemampuan
menciptakan
disiplin
kelas,
kaitanyan
dalam
menaggulangi pelanggaran disiplin, antara lain: 1) Pengenalan peserta didik Makin baik guru mengenal peserta didik makin besar kemungkinan guru untuk mencegah terjadinya pelanggaran disiplin. 2) Melakukan tindakan koreaktif Dimensi tindakan merupakan kegiatan yang seharusnya dilakukan guru bila terjadi masalah manajeman atau pengelolaan. 43
Moh. Uzer Usman, Op. Cit., hlm. 93. Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta: CV Haji Masagung, 1989), hlm. 140. 44
34
Guru yang bersangkutan dituntut untuk berbuat sesuatu dalam menghentikan perbuatan peserta didik secepat dan setepat mungkin. Kegiatan ini juga bertujuan memonitor efektifitas aturan tata tertib. 3) Melakukan tindakan penyembuhan Pelanggaran yang sudah terlanjur dilakukan peserta didik atau sejumlah peserta didik perlu ditanggulangi dengan tindakan penyembuhan baik secara individu maupun kelompok.45 6. Pendekatan Pengelolaan Kelas Berbagai pendekatan dapat dilakukan oleh guru dalam melakukan pengelolaan
kelas
atau pengelolaan kelas.
Sebagai
upaya guru
menciptakan pengelolaan disiplin kelas yang berhasil guna, agar kegiatan pengelolaan kelas dapat berjalan secara maksimal. Dr. H. Hadari Nawawi menguraikan tentang pendekatanpendekatan yang harus dilakukan guru di dalam kelas untuk mewujudkan pengelolaan kelas yang efektif,46 antara lain yaitu: a. Pendekatan
berdasarkan
perubahan
tingkah
laku
(Behavior-
Modification Approach) Pendekatan ini bertolak dari sudut pandang Psikologi Behavior yang berasumsi sebagai berikut: 1) Semua tingkah laku yang baik dan yang kurang baik merupakan hasil proses belajar. Asumsi ini mengharuskan seorang guru kelas menyusun program dan suasana yang merangsang terwujudnya proses belajar yang membuat murid mewujudkan tingkah laku yang baik menurut ukuran norma yang berlaku di lingkungan sekitar. 2) Di dalam proses belajar terdapat proses psikologis fundamental berupa penguatan positif (positive reinforcement), hukuman, 133.
45
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), hlm. 129-
46
Hadari Nawawi, Op. Cit., hlm. 140-141
35
penghapusan
(extinction)
dan
penguatan
negatif
(negative
reinforcement). Asumsi ini mengharuskan guru melakukan usahausaha mengulang-ulangi program atau kegiatan yang dinilai baik (perangsang) bagi terbentuknya tingkah laku tertentu terutama dikalangan murid (respon). b. Pendekatan berdasarkan suasana emosi dan hubungan sosial (Socio – emotional Climate Approach) Pendekatan manajemen kelas ini terdapat dua asumsi pokok yang dipergunakan dalam manajemen kelas, yaitu: 1) Iklim sosial dan emosional yang baik dalam arti ada hubungan yang harmonis antara guru dengan guru, guru dengan siswa dan siswa dengan siswa merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya
proses
belajar
yang
efektif.
Asumsi
ini
mengharuskan seorang guru berusaha menyusun program kelas dan pelaksanaanya yang didasari oleh hubungan manusiawi yang diwarnai sikap saling menghargai dan menghormati antar personal di kelas. 2) Iklim sosial dan emosional yang baik tergantung pada guru dalam usahanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang didasari dengan hubungan manusiawi yang efektif. Asumsi ini seorang guru harus mendorong guru-guru agar dapat mewujudkan hubungan manusiawi yang penuh saling pengertian, menghormati, dan saling menghargai. c. Pendekatan berdasarkan proses kelompok (Group-Process Approach) Dasar dari pendekatan ini adalah Psikologi Sosial dan Dinamika Kelompok yang mengetengahkan dua asumsi sebagai berikut: 1) Pengalaman belajar di sekolah bagi murid berlangsung dalam konteks kelompok sosial. Asumsi ini mengharuskan guru kelas dalam manajemen kelas selalu mengutamakan kegiatan yang dapat mengikutsertakan seluruh personal di kelas. Dengan kata lain lebih mementingkan kepentingan bersama dari pada kegiatan individual.
36
2) Tugas guru terutama adalah memelihara kelompok belajar agar menjadi kelompok yang efektif dan produktif. Seorang guru harus mampu membentuk dan mengaktifkan murid dalam bekerja sama dalam kegiatan belajar mengajar. Bagi murid proses belajar dalam kelompok (group studies) harus dilaksanakan secara efektif agar hasilnya lebih baik daripada bilaman murid belajar sendiri (produktif). d. Pendekatan Electic (Alectic Approach) Pendekatan ini menekankan pada potensial, kreativitas, dan inisiatif guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut di atas berdasarkan situasi yang dihadapinya.47 B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Mata pelajaran adalah pelajaran yang harus diajarkan (dipelajari) dalam lembaga pendidikan yaitu untuk sekolah dasar atau sekolah lanjutan.48 Sedangkan dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 37 ayat 1, PAI atau Pendidikan Agama Islam adalah sebagai salah satu bidang studi pendidikan yang menjadi kurikulum wajib di setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan.49 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Ada berbagai macam pengertian Pendidikan Agama Islam yang telah dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Menurut Ahmad D. Marimba yang dikutip oleh Usman Abu Bakar, bahwa Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada kepribadian utama menurut ukuran Islam.50
47
Ibid., hlm. 142. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm 565. 49 Lihat penjelasan pada, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional). 50 Usman Abu Bakar dan Surohim, Fungsi Ganda Lembaga Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2005), hlm. 40. 48
37
Jadi Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2. Tujuan Pendidikan Agama Islam Dalam Permenag RI Nomor 2 Tahun 2008 Bab IV Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta didik di madrasah adalah Pendidikan Agama Islam, yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.51 Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia yang beriman bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.52 Pendidikan dalam prespektif Islam tidak lepas dari peran manusia dalam mengemban misi sebagai khalifah Allah di muka bumi ini, dimana peran ini dilaksanakan sepanjang hidup, waktu dan sepanjang generasi umat manusia.53 Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam harus sesuai dengan tujuan hidup setiap muslim, yaitu untuk menjadi hamba Allah yang percaya dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, seperti disebutkan dalam AlQur’an Surat Adz-dzariyat ayat 56:
}G«NÞ 51
Æ0Þ `a
%
Permenag RI Nomor 2 Tahun 2008, “Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, Bab VII Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Madrasah Tsanawiyah”, http://www.4shared.com/get/83414241/8a8b5e50/PERMENAG_ ttg_SKL_dan_SI--6_Mei_2008__FINAL_.html, hlm. 48. diakses pada Tanggal 31 Oktober 2009. 52 Muhaimin, Paradigma Penddidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 78. 53 Djamaluddin Darwis, Dinamika Pendidikan Islam Sejarah, Ragam dan Kelembagaan, (Semarang: Rasail, 2006), hlm. 3.
38
®IÅkÍÝÎmµ x´ S50S “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-dzariyat: 56).54 3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
dinyatakan
mengembangkan
bahwa
pendidikan
nasional
berfungsi
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta didik di sekolah adalah Pendidikan Agama Islam, yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Pendidikan Agama Islam di sekolah terdiri atas empat aspek materi pembelajaran, yaitu: Al-Qur’an-Hadits, Aqidah-akhlak, fiqih, dan sejarah kebudayaan Islam. Masing-masing aspek materi pembelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan melengkapi.55 Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah yang terdiri dari empat aspek materi pembelajaran tersebut memiliki karakteristik sendiri-sendiri, meliputi:
a. Al-Qur'an-Hadis 54 55
Depag RI, Op. Cit., hlm. 756. Permenag No. 2 th 2008, Op. Cit, hlm. 49.
39
Aspek Al- Qur’an-hadits, aspek ini menjelaskan beberapa ayat dalam Al Quran dan sekaligus juga menjelaskan beberapa hukum bacaannya yang terkait dengan bidang ilmu tajwid dan juga menjelaskan beberapa hadits Nabi Muhammad SAW. b. Akidah-Akhlak Aspek Keimanan atau aqidah Islam, yang menjelaskan berbagai konsep keimanan yang meliputi enam rukun iman dan lima rukun Islam. Sedangkan Aspek Akhlak menjelaskan berbagai sifat terpuji yang harus diikuti dan sifat-sifat tercela yang harus dijauhi. Menekankan kualitas seperti kejujuran kejujuran, keikhlasan, cinta ilmu, cinta, kerja dan cinta keadilan.Mata pelajaran Akidah-Akhlak bertujuan untuk: 1) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT; 2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam. c. Fikih Pembelajaran fikih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik dapat
memahami
pokok-pokok
hukum
Islam
dan
tata
cara
pelaksanaannya untuk diaplikasikankan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara kaaffah (sempurna). Pembelajaran fikih bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: (1) mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam fikih ibadah dan hubungan
40
manusia dengan sesama yang diatur dalam fikih muamalah. (2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial. d. Sejarah Kebudayaan Islam Sejarah Kebudayaan merupakan salah satu aspek yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau. Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik. Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut: a. Membangun
kesadaran
peserta
didik
tentang
pentingnya
mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan. c. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah. d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
41
e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.56 Secara spesifik kompetensi rumpun Pendidikan Agama Islam adalah “beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia (berbudi luhur) yang tercermin dalam prilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan Allah SWT, sesama manusia, dan alam sekitar, mampu membaca dan memahami Al- Qur’an, mampu beribadah dan bermuamalah dengan baik dan benar, serta mampu menjaga kerukunan intern dan antar umat beragama. Dengan demikian maka Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran di sekolah memiliki peranan yang sangat strategis dan signifikan dalam pembentukan moral, akhlak dan etika peserta didik. 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran PAI Belajar yang terjadi pada individu merupakan perilaku kompleks, tindak interaksi antara pebelajar dan pembelajaran yang bertujuan. Oleh karena berupa akibat interaksi, maka belajar dapat didinamiskan.57 Pembelajaran
terkait dengan bagaimana (how to) membelajarkan
siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa (what to) yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan (needs) peserta didik. Karena itu pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam kurikulum, yang menurut Sujana (1987) disebutkan kurikulum ideal/petersial. Dalam
pembelajaran
terdapat
tiga
komponen
utama
yang
saling berpengaruh dalam proses pembelajaran pendidikan agama, 56
hlm. 39
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Renika Cipta, 1999),
42
ketiga komponen tersebut adalah : 1. Kondisi pembelajaran pendidikan agama 2. Metode Pembelajaran pendidikan agama 3. Hasil pembelajaran pendidikan agama. Kondisi
pembelajaran
PAI
adalah
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
penggunaan
metode
dalam
meningkatkan
hasil
pembelajaran
PAI.
Faktor kondisi
ini
berinteraksi
dengan
pemilihan, penetapan dan pengembangan metode pembelajaran PAI, pada
dasarnya
dimanipulasi.
komponen
ini
sudah
ada
dan
tidak
dapat
58
Metode pembelajaran PAI didefinisikan sebagai cara-cara tertentu yang paling cocok untuk dapat digunakan dalam mencapai hasil-hasil pembelajaran PAI yang berada dalam kondisi pembelajaran tertentu. Karena itu metode pembelajaran PAI dapat berbeda-beda menyesuaikan dengan hasil pembelajaran dan kondisi pembelajaran yang berbeda-beda pula. Faktor pembelajaran PAI yang ketiga adalah hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran PAI adalah mencakup semua akibat yang dapat dijadikan
indikator
tentang
nilai
dari
penggunaan
metode
pembelajaran PAI dibawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Hasil pembelajaran PAI dapat berupa hasil nyata (actual out comes) dan hasil yang diinginkan (desired out comes). Actual out comes adalah hasil pembelajaran PAI yang dicapai peserta didik secara nyata karena digunakannya
suatu
metode
pembelajaran
PAI
tertentu
yang
dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada. Sedangkan desired out tujuan
comesmerupakan mempengaruhi melakukan
yang
keputusan perancang
pilihan
suatu
ingin
di
capai
pembelajaran
PAI
biasanya dalam
metode pembelajaran yang paling baik
untuk digunakan sesuai dengan kondisi pembelajaran yang ada.59 58 59
Muhamin, dkk, op.cit, hlm. 145-146 Ibid., hlm. 147-149
43
C. Ketrampilan Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran PAI Dari pembahasan tentang ketrampilan pengelolaan kelas dan pembelajaran PAI diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas selalu diperlukan dari waktu kewaktu dan untuk dapat mengelola kelas dengan baik
seorang
guru
harus memperhatikan beberapa tahapan dalam
pengelolaan kelas berikut ini: 1. Tahap Persiapan (Pre Condition) Disebut juga tahap sebelum guru masuk kelas, persiapan adalah suatu kegiatan yang akan dipersiapkan sebelum melakukan sebuah kegiatan.tanpa persiapan,kegiatan tidak akan terlaksanakan dengan baik atau pun susah untuk dilaksanakan.sebaliknya jika kita persiapan,maka kegiatan itu akan terlaksana dengan baik, hasil dari persiapan adalah sebuah kegiatan yang memuaskan.60 Persiapan yang dilakukan dalam pengelolaan kelas adalah persiapan dalam pembelajaran yaitu metode pembelajaran dan materi yang telah tersusun baik, s e h i n g g a a k a n t r c a p a i p e m b e l a j a r a n yang maksimal. Persiapan perencanaan
mengajar jangka
pada
pendek
hakekatnya untuk
merupakan
memperkirakan
atau
memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan. Dengan demikian persiapan mengajar merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. 2. Tahap Pelaksanaan (Operating Procedures) Pada tahap pelaksanaan dalam pengelolaan kelas yang perlu dicermati adalah bagaimana jalannya prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas itu sendiri, artinya sudah berjalan dengan baik atau belum. Selain itu komponen keterampilan pengelolaan kelas dan pendekatan dalam keterampilan pengelolaan kelas. Dari beberapa indikator tersebut nantinya akan terlihat apakah 60
Irawadi, Pengertian Persiapan, http://irawadiymailcom.blogspot.com/2009/05/ pengertian-persiapan_29.html, diakses pada Tanggal 31 Oktober 2009
44
dalam pengelolaan kelas itu sudah berhasil atau belum sehingga guru bisa mengevaluasi kualitas mengajarnya. Pada hakikatnya pembelajaran dapat berlangsung
dengan
baik
dan
hasil pembelajaran dapat tercapai
secara optimal tidak lepas d a r i
peran guru, karena inti dari
pembelajaran adalah ketika guru berada di dalam kelas dan dapat mengelola kelasnya dengan baik dan mengkondisikannya sehingga tercipta hasil pembelajaran yang maksimal.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN TINJAUAN TENTANG KETERAMPILAN PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMP N 1 MRANGGEN
A. Gambaran Umum di SMP N 1 Mranggen 1. Sejarah SMP Negeri 1 Mranggen Demak SMP Negeri 1 Mranggen Demak merupakan sekolah unggulan, sebelum menjadi SMP Negeri adalah berasal dari perubahan atau alih fungsi dari SMP PEMDA (Pemerintah Daerah) yang berdiri sejak tahun 1962/1963 ini dibawah asuhan Bp. Sumarsono sebagai Kepala Sekolah, saat itu bertempat di SD Negeri 01 Mranggen yang berjumlah 2 kelas. Kegiatan belajar mengajar di SMP ini sering kali berpindah-pindah tempat di mulai pada tahun 1970 dari SD Negeri 01 Mranggen pindah ke Gedung Rakyat yang sekarang dijadikan sebagai Balai Desa Mranggen yang terletak di Jl. Rayung Kusuman Mranggen sebelah Kantor Kecamatan Lama. Pada saat itu jumlah kelas yang ada sebanyak 6 kelas, untuk kelas 1, 2, dan 3 adalah masing-masing 2 kelas. Pada tahun 1974-1976 dibawah asuhan Bapak Afif Arifin, BA kegiatan belajar mengajar SMP PEMDA ini pindah lagi dan bertempat di Bandungrejo, tepatnya yang sekarang ditempati oleh SMK Bakti Nusantara. Selanjutnya pada tahun 1979, dibawah kepemimpinan kepala sekolah Bapak B. Muhadi, BA, SMP PEMDA telah di negerikan menjadi SMP Negeri 01 Mranggen. Lokasi kegiatan pembelajaran SMP Negeri 01 Mranggen dipindahkan di Jl. Kembangarum Mranggen Demak, dari tahun 1979 sampai sekarang.1
1
Is Yuliarti selaku Kepala TU SMP Negeri 1 Mranggen Demak, Wawancara, tanggal 23 November 2009
45
46
2. Tinjauan Geografis SMP N 1 Mranggen SMP Negeri 1 Mranggen Demak dari segi bentuk fisik bangunan maupun lingkungan dinilai sangat baik sekali dalam menunjang proses belajar mengajar. Adapun sebagai gambaran dapat dijelaskan sebagai berikut : SMP Negeri 1 Mranggen Demak terletak di daerah pedesaan yang jauh dari kota kabupaten. Dengan batasan-batasan sebagai berikut : a. Sebelah utara berbatasan dengan lahan persawahan warga desa Kembangarum. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Raya Semarang-Purwodadi. c. Sebelah barat berbatasan dengan SMA Pembangunan Mranggen Demak. d. Sebelah timur berbatasan dengan SMP PGRI Mranggen Demak dan SD Negeri 2 dan 3 Kembangarum Mranggen Demak. Dengan lokasi yang demikian ini, menjadikan SMP Negeri 1 Mranggen Demak berada dalam kedaan yang kondusif, aman, dan nyaman dalam belajar mengajar.2
3. Visi Misi dan Tujuan SMP N 1 Mranggen Nama Sekolah
: SMP Negeri 1 Mranggen
No Statistik
: 201032101004
Tipe Sekolah
: A1
Alamat Sekolah
: Jl. Raya Kembangarum Mranggen Demak Jawa Tengah
Status Sekolah
: Negeri
Nilai Akreditasi Sekolah
:A
SMPN 1 Mranggen Demak mempunyai visi yaitu; Unggul dalam Prestasi, Beriman, Bertaqwa dan Berbudi Pekerti Luhur. Sedangkan
2
Is Yuliarti, kepala TU SMP Negeri 1 Mranggen Demak, Wawancara, tanggal 23 November 2009
46
47
penunjang dari visi tersebut adalah misi. Misi
dari SMP Negeri 1
Mranggen Demak adalah: a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien sehingga siswa secara optimal sesuai yang dimilikinya. b. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah. c. Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya melalui kegiatan ekstrakulikuler sehingga dapat dikembangkan secara optimal. d. Menerapkan manajemen partisipasif dengan melibatkan seluruh warga sekolah sehingga menimbulkan kesadaran yang lebih disiplin dan tanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya. e. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan budi pekerti sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
Tujuan SMP Negeri 1 Mranggen Demak dalam dunia pendidikan adalah: a. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. b. Untuk memberikan bekal kemampuan dasar peserta didik untuk dapat mengembangkan kehidupannya sebagai anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia. c. Mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi dan dapat menyesuaikan dengan kondisi masyarakat.3
3
Noer Indah Aprianti, kepala sekolah SMP Negeri 1 Mranggen, Wawancara, tanggal 25 November 2009
47
48
4. Data Guru dan Siswa Berikut adalah data guru beserta nama-nama guru berdasarkan mata pelajaran yang diampu, antara lain: a. Kepemimpinan SMP Negeri 1 Mranggen Demak adalah sebagai berikut: Kepala Sekolah
: Dra. Rr. Noer Indah Aprianti, M.Pd
Wakil Kepala Sekolah
: Yohanes Widodo, S.Pd
b. Data guru SMP Negeri 1 Mranggen Demak4
1
Dra. Rr. Noer Indah A, M.Pd
BIDANG TUGAS Penjas
2
Dra. Dwi Indarijati
IPS
Bend. Komite
3
Drs. Muslam A Antonius
PP Ur. Kurikulum I
4
Drs. Misbah
P.Ag. Katolik, PKn PAI
PP Ur. Sapras II
5
Sukarmo, SE
IPS
PP Ur. Kurikulum II
6
Dra. Marwati
Guru pembimbing
BK
7
Drs. Riyadi
B. Indonesia
Wali kelas 8D
8
H. Kemat A, S.Pd
Guru pembimbing
PP. Ur. Humas
9
Windiyarti, S.Pd
B. Indonesia
Bendahara Osis
10
Yohanes Widodo, S.Pd
PKn
Waka sekolah
11
Drs. Sutarji
PKN, IPS
Wali kelas 8H
12
Bambang Yugiarso, S.Pd
Guru pembimbing
13
Sri Suratmi, S.Pd
Guru pembimbing
Penanggungjawab program SSN PP Ur. Sapras I
14
Ratna Adelina, S.Pd
Matematika
15
Rohmat S.Pd
B. Inggris
16
Aeni Agus Khuzai
TIK
17
Ati Tresnawati S.Pd
IPA
NO
NAMA
4
KETERANGAN Kepala Sekolah
Pembantu Bendahara SSN Penanggungjawab Lab. Bahasa Wali kelas 7C Penanggungjawab Lab. IPA
Dokumentasi tata usaha mengenai Keadaan Guru SMP Negeri 1 Mranggen Demak Tahun 2009.
48
49
18
Siti Zaroh, S.Pd
Matematika
Wali Kelas 8B
19
Dra. Andang Retnomurti, M.Pd
IPA
Wali Kelas 9G
20
Dumadi
IPA, Bahasa Jawa
Wali Kelas 7F
21
Antok Kuswanto
Seni Budaya
Wali Kelas 7B
22
Suprihatinah, S.Pd
PKK
Wali Kelas 9H
23
Endang M, S.Pd
IPA, PKK
Wali Kelas 8F
24
Purwadi, S.Pd
Matematika, IPA
25
Nanik setiasih
B. Inggris
PP. Urusan Kesiswaaan II Wali Kelas 8C
26
Sri Widaedi, S.Pd
Seni Budaya
Wali Kelas 7D
27
Husni Binawati
PKK, IPA
Wali Kelas 9B
28
Edy Purnomo, M.Pd
Matematika, TIK
Wali Kelas 9A
29
Imam Bawono, S.Pd
B. Inggris
Wali kelas 7A
30
Mardjuki
Matematika
Wali Kelas 9I
31
Drs. Mustagfirin
PAI
Wali Kelas 8E
32
Ety Aryati, S.Pd
Penjas
Wali Kelas 8A
33
Rosyidah, S.Pd
B. Inggris
Wali Kelas 7G
34
Bustamil A, S.Pd
Penjas
35
Ali Mashar, S.Pd
Matematika, IPA
PP. Urusan Kesiswaaan II Wali Kelas 7E
36
Tanti Maria, S.Pd
IPA, B.Jawa
Wali Kelas 8G
37
Erna Zulaekha, S.Pd
IPS
Wali Kelas 9C
38
Lilyek Puji R, S.Pd
B.Jawa
Wali Kelas 9E
39
Wawan Yulianto, S.Pd
TIK, B. Inggris
40
Andy Prastyono, S.Pd
B. Inggris
41
Widyastuti, S.Pd
B.Indonesia
Penanggungjawab Lab. Komputer Penanggungjawab UKS Wali Kelas 9E
42
Ashjari, S.Pd
B.Indonesia
43
Sri Yuliarti, S.Pd
44
Sri Widayati, S.pd
Matematika, B.Jawa B.Indonesia
45
Mat Salim, S.Pd
B.Indonesia
49
Penanggungjawab Perpustakaan Wali Kelas 7H Wali Kelas 9D Penanggungjawab Mading & Buletin
50
46
Dra. Lilia Ariyani
IPS, PKK
47
Aris Mulyono, M.Pd
Penjas, TIK
48
Sulasni, S.PAK
49
Hastomo W, S.Pd
50
Ariana SS, S.Kom
Penanggungjawab R.Menjahit Koord. Ekstrakulikuler
Seni Budaya, P.Ag.Kristen, B.Jawa IPS
Penanggungjawab R.Kesenian Penanggungjawab Lab. Komputer -
TIK
Berikut adalah data siswa 4 tahun terakhir di SMP Negeri 1 Mranggen Demak, dengan keterangan sebagai berikut:5 Tahun Pelajaran
Jml Cln Siswa
2003/2004
Jml Siswa
Jml Romb
Jml Siswa
Jml Romb
Jml Siswa
Jml Romb
575
346
7
345
7
325
7
JUMLAH Kelas VII+VIII+ IX 1006
2004/2005
534
346
8
343
7
328
7
1016
2005/2006
534
355
8
342
8
340
7
1037
2006/2007
401
320
8
347
8
340
8
1007
2007/2008
488
320
8
347
8
340
8
1007
2008/2009
407
315
8
316
8
346
9
977
5
KELAS VII
KELAS VIII
Dokumentasi SMP Negeri 1 Mranggen Demak
50
KELAS IX
51
5. Strukur Organisasi Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Mranggen6 Kepala Sekolah Dra. Rr. Noer Indah Aprianti, M.pd KOMITE SEKOLAH H. Abdul Rachman I
Ka. TU Is Yuliarti WAKASEK Yohanes Widodo,S.Pd.
Urusan Kurikulum
Urusan Kesiswaan
Drs. Muslam Antonius
Bustamil Arifin, S.Pd
Pemb.Ur.Kurikulum Sukarno, SE
Ur. Sarana/Pra Sri Suratmi, S.Pd
UrusanHumas H. Kemad Arifin, S.Pd
Pemb. Ur. Kesiswaan Purwadi, S.Pd
WALI KELAS
GURU MAPEL BIMBINGAN dan
KONSELING
6
Dukumentasi, Papan Informasi stuktur orgnisasi SMP Negeri 1 Mranggen di ruang Kepala Sekolah, yang diambil pada tanggal 25 November 2009.
51
52
B. Implementasi Keterampilan Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran PAI di SMP N 1 Mranggen Pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. Jadi usaha guru dalam proses belajar mengajar agar tercapai komunikasi dua arah antara siswa dengan guru, dengan kata lain adalah usaha yang harus dilakukan guru dalam memberdayakan dan mengembangkan potensi siswa di dalam kelas. Kegiatan pengelolaan kelas bukan merupakan suatu kegiatan yang sederhana dan mudah untuk dilakukan tanpa memiliki keterampilan /kemampuan dan profesionalisme pengelolaan pembelajaran. Sulit bagi guru menciptakan kondisi yang benar-benar mendukung jalannya proses belajar mengajar yang efektif, karenanya kegiatan pengelolaan kelas mempunyai pengaruh yang besar terhadap keefektifan pembelajaran, maka dalam proses pelaksanaan pengelolaan kelas harus dilakukan secara sungguh-sungguh dengan bekal kemampuan pengelolaan kelas yang dimiliki guru. Sebagai manajer, guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial didalam kelasnya. Efektifitas pengelolaan kelas yang dilakukan guru, umumnya guru PAI disini menyangkut pengelolaan dari aspek lingkungan fisik dan kelengkapan administrasinya, dimana tugas guru dalam penataan ruang kelas, seperti merancang tempat duduk yang memungkinkan terjadi tatap muka antara guru dan murid sekaligus mengontrol siswa dalam pembelajaran. Dan aspek sosio emosional para siswa yang berada dalam kelas tersebut yang melakuakan kegiatan belajar, pengembangan sosio emosional yang dilakukaan oleh para guru, meliputi tipe kepemimpinan yang tepat, mengatur suasana pembelajaran di kelas, mengkondisikan waktu pembelajaran secara efisien serta memberikan pengajaran menyenangkan dengan menyampaikan materi pengajaran secara terperinci, dan kesemuannya itu guna untuk mencapai tujuan pengajaran.
52
53
Dari tinjauan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam kemampuan seorang guru, khususnya guru mapel di SMP N 1 Mranggen dalam mencapai keberhasilan pengelolaan kelas, dimana keberhasilan dalam mengendalikan dan melaksanakan proses pembelajaran mapel PAI dapat dilihat dari aspek ruang lingkup pengelolaan kelas, meliputi: 1. Pengelolaan Tata Ruang Kelas Oleh Guru PAI 2. Pengelolaan Waktu Oleh Guru PAI 3. Pengelolaan Materi Oleh Guru PAI 4. Pengelolaan Siswa Oleh Guru PAI 1. Pengelolaan Tata Ruang Kelas Oleh Guru PAI Penyediaan kondisi fisik sangatlah penting karena kondisi tempat belajar yang menyenangkan berpengaruh terhadap suasana belajar dan hasil belajar. Pengelolaan lingkungan fisik atau tata ruang yang memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses belajar siswa dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian belajar. Pengaturan tata ruang kelas dimaksudkan agar guru dan peserta didik kreatif, kerasan belajar di ruang itu. Oleh karena itu, kegiatan mengelola kelas menyangkut “mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pembelajaran“ dan “menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan”. Guru harus mendesain dan mengatur ruang sedemikian rupa misalnya bagaimana guru mengatur penataan ruang belajar, pengaturan tempat duduk dan meja peserta didik, meja dan tempat duduk guru, bagaimana ia menempatkan alat-alat pengajaran seperti: papan tulis, kapur, alat peraga dan lain-lain, juga mengatur hiasan dinding, menjaga kebersihan kelas, dan juga mengatur ventilasi dan tata cahaya. Dari penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa guru mata pelajaran PAI di SMP N 1 Mranggen tidak ada yang melakukan pengaturan tata ruang kelas secara utuh, seperti pengaturan ruang belajar, desain ruangan, mengatur keindahan dan kebersihan, pengaturan alat-alat pengajaran dan pengaturan pencahayaan, karena
53
54
pembelajaran berlangsung secara klasikal dan penataan ruang belajar sudah tertata sedemikian rupa, peserta didik telah menempati tempat duduk sendiri-sendiri tanpa menunggu komando guru. Dari keadaan kelas yang penuh (besar) karena dalam setiap kelas rata-rata ada 40 peserta
didik
setiap
kelasnya
tidak
memungkinkan
untuk
memindahkan sarana prsarana atau tempat duduk dan meja guna membuat formasi-formasi tempat duduk, sedangkan dari penerangan dan ventilasi setiap ruangan telah diatur sedemikian rupa sehingga oleh guru PAI pengaturan sumber cahaya dan ventilasi jarang dilakukan karena sudah ada, namun ditinjau dari penataan disetiap kelas sudah dapat mendukung dan menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menjamin kesehatan siswa.7 Dari indikator kemampuan dalam pengelolaan tata ruang kelas ini dijabarkan menjadi 3 item penilaian yaitu: Mengatur ruang belajar, mengatur tempat duduk peserta didik, mengatur media/alat pengajaran guna memberi pemahaman dalam proses pembelajaran Dari hasil observasi penilaian kemampuan pengelolaan kelas oleh guru PAI di SMP N 1 Mranggen adalah sebagai berikut: a. Penataan ruang belajar Meski pembelajaran berlangsung secara klasikal, namun dalam penataan ruang belajar bagaimanapun juga guru mempunyai andil dalam pengaturan sebelumnya. Dari alat-alat pelajaran dan fasilitas fisik, hasil pengamatan disetiap kelasnya rata-rata mempunyai peralatan yang sama, dari meja guru dan siswa, almari, papan tulis, alat-alat kebersihan, papan struktur organisasi kelas. Dan kesemuannya telah di setting atau ditata sedemikian rupa dengan cukup baik, Sehingga guru dan siswa dapat bergerak bebas dan berinteraksi untuk memperhatikan dan mengawasi peserta didik dalam proses pengajaran.8 7 8
Hasil Observasi tanggal 21 sampai 28 November 2009 di SMP N 1 Mranggen Observasi Ruangan, pada tanggal 21 sampai 28 November 2009.
54
55
Untuk penataan keindahan dan kebersihan rata-rata disetiap ruang kelas sudah terpenuhi, dari sarana alat-alat kebersihan yang terpenuhi, dan tata letak dekorasi fasilitas kelas yang di setting sedemikian rupa sehingga menimbulkan sususana nyaman. Karena sebelum siswa pulang, setiap kelas sesuai jadwal piket diwajibkan untuk membersihkan dan merapikan kelasnya masing-masing. Dari segi keindahan setiap kelas dihiasi dengan berbagai tulisan kaligrafi dan gambar para tokoh-tokoh nasional yang memiliki nilai pendidikan. b. Pengaturan tempat duduk siswa Dari pengaturan tempat duduk oleh responden 1 yaitu bapak Drs. Mustaghfirin, selama penelitian dalam pengaturan tempat duduk masih statis dengan menggunakan formasi klasikal, namun dalam
penggunaanya
dan
pembagiannya
tepat
dan
cara
pembagiannya adil dalam menunjang dan mengawasi tingkah laku peserta didik. Bapak Drs. Misbah sebagai responden 2, tercantum lebih satu variasi pengaturan tempat duduk, selain penggunaan formasi klasikal, menyesuaikan dengan kebutuhan mengajar sesuai metode apa yang akan dipakai. Responden 2 juga memberi variasi meskipun hanya sederhana dengan merolling tempat duduk siswa untuk menghilangkan kejenuhan siswa.9 c. Penggunaan alat-alat pengajaran Karena
pembelajaran
berlangsung
klasikal,
dari
segi
pengaturan alat-alat pengajaran peneliti lebih menilai dari penggunaan alat atau media pengajaran secara optimal. Untuk responden 1 meski metode ceramah yang sering dipakai namun dalam penggunaan media pembelajaran seperti papan tulis dari penggunaanya tepat, seimbang antara penjelasan lisan dan 9
Hasil observasi dan wawancara dengan beberapa siswa SMP N 1 Mranggen: Asfiati N.Q, Yana Maulina, Anis Masruroh, Jazilatur rahman, Nila pada tanggal 23 November 2009.
55
56
tertulis
sesuai
tujuan
pengajaran,
yaitu
dalam
membantu
pemahaman murid. Untuk responden 2 selain memanfaatkan media pembelajaran secara optimal beliau juga sesekali melakukan variasi dalam menggunakan metode mengajar seperti menggunakan gambar maupun tulisan yang berkaitan dengan pokok bahasan, selain itu juga
menggunakan
metode
dongeng,
sehingga
dalam
menyampaikan materi pelajaran sangat mudah diterima siswa dan memudahkan pemahaman siswa.
2. Pengelolaan Waktu Oleh Guru PAI Di SMP N 1 Mranggen sangat mengedepankan kedisiplinan, salah satunya disiplin waktu, dalam proses kegiatan belajar mengajar dilaksanakan sepanjang tahun dengan mengingat hari libur sesuai dengan ketentuan. Sedangkan waktu yang digunakan di SMP N 1 Mranggen seperti pada umumnya sekolah-sekolah negeri yang lain yaitu hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, jum’at dan sabtu, sedangkan hari minggu sekolah libur. Sebelum
pelajaran
dimulai
setiap
siswa-siswinya
diharuskan untuk shalat dhuha terlebih dahulu, bagi siswa harus membawa peci dan sarung dan bagi siswi harus membawa mukena, setelah shalat dhuha dilaksanakan di Masjid Al-Hikmah yang ada di dekat sekolah, setelah itu seluruh siswa dan siswi masuk ke kelas dan pelajaran dimulai dengan membaca do’a dan membaca al-Qur’an. Terkait dengan alokasi waktu, dalam pengelolaan waktu disesuaikan dengan kebutuhan dan materi pelajaran yang sudah tertuang dalam RPP yang mereka buat, sehingga target pengajaran dapat tercapai.10
10
Wawancara dengan Bpk. Drs. Misbah Guru PAI, pada tanggal 23 November 2009, dan Drs. Mustaghfirin Guru PAI, pada tanggal 25 November 2009.
56
57
Dalam menentukan alokasi penggunaan waktu belajar mengajar seorang guru harus memperhatikan jenis rincian waktu, yaitu: waktu untuk pembukaan, kegiatan inti, kegiatan penutupan, dan penjelasan tugas-tugas.11 Dengan alokasi waktu tersebut, waktu yang tersedia hendaknya diisi dengan kegiatan-kegiatan yang menggairahkan siswa untuk belajar serta dapat memberikan hasil belajar yang produktif. Guru yang mengedepankan kedisiplinan waktu, adalah selalu memulai pelajaran dengan tepat waktu. Datang ke kelas lebih awal sesat bel tanda masuk berbunyi, dengan maksud agar para siswa terbiasa ketika bel berbunyi langsung memasuki kelas. Dari indikator kompetensi dalam pengelolaan waktu program kegiatan pembelajaran ini dapat dijabarkan menjadi 4 item penilaian, yaitu: 1) Sebagaian kecil waktu (10-15 menit) digunakan untuk pembukaan/pendahuluan, 2) Sebagian besar waktu digunakan untuk kegiatan inti, 3) Sebagian kecil waktu (5-10 menit) digunakan untuk penutupan/klarifikasi, 4) Memberikan waktu untuk penjelasan tugastugas dan mengakhiri pelajaran. Dari indikator penilaian tersebut dari masing-masing responden dalam kemampuan pengelolaan waktunya,12 yaitu sebagai berikut: a. Waktu untuk pembukaan Hasil observasi dengan responden 1, tercantum jenis rincian waktu untuk pembukaan ±10-15 menit dengan kegiatan memasuki kelas tepat waktu, mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran, memulai pelajaran dengan bacaan basmallah bersama-sama dan menayakan kondisi siswa dengan absensi, sebelum kegiatan inti guru melakukan apersepsi dengan mengulas kembali pelajaran yang sudah disampaikan atau menanyakan kesulitan siswa dari
11
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990), hlm. 117. 12 Observasi dengan Drs. Misbah, dan Drs. Mustaghfirin, pada tanggal 25 November 2009.
57
58
pelajaran yang telah disampaikan. Untuk responden 2 dalam kegiatan pembukaan, kurangnya disiplin memasuki kelas tepat waktu. Dengan rincian kurang dari 10 menit, untuk waktu kegiatan pembukaan dirasa kurang maksimal dalam mengkondisikan siswa, dalam memulai pelajaran diawali dengan bacaan basmallah, untuk mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran dengan presensi (daftar hadir siswa) dan langsung mengulas apa yang akan dibahas dari materi selanjutnya. b. Waktu untuk kegiatan inti Dari masing-masing responden sebagian besar waktu digunakan untuk kegiatan inti. Untuk responden 1 dan 2 kegiatan inti, penyampaiannya cenderung diisi dengan dengan pengenalan topik yang akan dibahas, membahas isi-isi pokok meteri, membahas pokok materi dari buku teks dan LKS yang dimiliki peserta didik, dan memberikan penguatan seperti bercerita, contohcontoh konkret dan memberikan ilustrasi di papan tulis. Dari yang membedakan dari masing-masing responden hanya cara penyampaiannya dan strategi yang digunakan. Untuk responden 1, untuk penyampaiannya jika ada tugas hafalan sebagian waktu kegiatan inti untuk hafalan dan sisanya untuk melanjutkan materi. Untuk responden 2, waktu kegiatan inti semua waktu lebih di pergunakan untuk hafalan jika ada tugas hafalan, namun untuk menghindari kegaduhan, siswa disuruh mengerjakan LKS. c. Waktu untuk penutupan Kegiatan yang dilakukan responden 1, kurang lebih 5-10 menit sebelum pelajaran berakhir dengan memberikan umpan balik dengan mengajukan pertanyan pada siswa sudah paham atau belum, apabila belum guru mengulang materi yang belum dipahami,
selanjutnya
guru
memberikan
pembahasan dari materi yang diberikan.
58
klarifikasi
dari
59
Untuk waktu penutupan yang dilaksanakan Responden 2, digunakan untuk tanya jawab dengan siswa apa yang belum dipahami dari materi yang diberikan dan mengulas mengambil kesimpulan dari hasil pokok materi yang disampaikan. d. Waktu untuk penjelasan tugas-tugas Dalam setiap mengakhiri pelajaran dari setiap guru mapel PAI di SMP N 1 Mranggen, untuk menggali pengetahuan materi yang telah disampaikan sering memberikan tugas-tugas baik tertulis seperti mengerjakan LKS atau hafalan dari ayat Alqur`an atau hadis dari setiap mapel PAI.
3. Pengelolaan Materi Oleh Guru PAI Bahan pelajaran atau meteri pelajaran adalah gabungan antara pengetahuan (fakta, informasi yang terperinci), keterampilan (langkah, prosedur dan syarat-syarat) dan faktor sikap.13 Modal utama dalam mengelola materi pelajaran adalah mampu memperhatikan urutan dari materi yang akan diberikan. Untuk itu, setiap guru yang akan mengajar harus selalu membuat perencanaan berpedoman pada kurikulum yang ada untuk mengelola bahan materi tersebut, sehingga materi pelajaran yang tersusun memudahkan penyampaian kepada murid, dimengerti dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh siswa dengan baik sehingga dari materi pelajaran tersebut tercapai tujuan pendidikan, yaitu tercapai kemampuan dari ranah intelektual (kognitif), sikap
(afektif)
perencanaan
dan
tersebut
kemampuan memuat
bertindak sekenario
(psikomotor). dalam
Dan
penyampaian
pengajaran, yang biasa disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP.
13
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 32.
59
60
Di SMP N 1 Mranggen oleh guru mapel PAI dalam merealisasikan pengelolaan materi, berpedoman pada RPP yang mereka buat. RPP sangatlah penting dalam mengelola bahan ajar, seorang guru harus mempunyai planning/rencana dalam proses belajar mengajar dari metode yang dipakai, tujuan pengajaran, sampai buku ajar yang digunakan, dari semuanya tercantum dalam RPP.14 Dalam mendalami materi yang akan diajarkan diperlukan persiapan sebelum proses belajar mengajar kedalam ruangan kelas yang akan diajar. Dengan mempersiapkan perencanaan pengajaran secara matang dari pihak guru untuk nantinya dalam mengajar tidak muncul kesulitan, karena sudah ada persiapan yang dituangkan dalam RPP tersebut.15 Pengaruh dari perencanaan yang dibuat guru adalah untuk mendesain pengajaran agar target dan tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan kurikulum dan kompetensi pembelajaran sehingga saat guru mengajar tidak biasa / bervariasi dan juga materi ajar akan lebih terarah. Yang membedakan antara guru Pendidikan Agama Islam dan guru umum dilihat dari kemampuan pengelolaan kelasnya adalah dalam mengembangkan materi yang akan diajarkan. Sebagai guru PAI tentunya merupakan pekerjaan mulia, juga memiliki tugas dan tanggung jawab yang lebih berat. Terkait dalam praktek belajar mengajar di sekolah termasuk madrasah dewasa ini, tipe-tipe prestasi kognitif cenderung lebih dominan dari tipe-tipe afektif dan psikomotor. Untuk itu menjadi pekerjaan rumah bagi guru PAI dalam mengembangkan dan menjabarkan ketiga tipe prestasi tersebut untuk mencapai tujuan TIK.16
14
Wawancara dengan Drs. Mustaghfirin dan Drs. Misbah, Guru mapel PAI pada tanggal 28 November 2009. 15 Wawancara dengan Drs. Misbah, Guru mapel PAI, pada tanggal 23 November 2009. 16 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 156.
60
61
Sedangkan dari praktek dilapangan guru-guru mapel PAI di SMP N 1 Mranggen dilihat dari kemampuan mengelola materi pelajaran, dapat dijabarkan menjadi 4 item penilaian, yaitu: a. Materi pengajaran berpedoman pada kurikulum b. Memilih materi pengajaran sesuai karakteristik siswa c. Menyampaikan materi pengajaran sesuai taraf berpikir peserta didik (kognitif, afektif dan psikomotor) d. Menyampaikan bahan materi. Dari indikator penilaian tersebut dari masing-masing responden dalam kemampuan pengelolaan materi dengan skala penilaian sebagai berikut:17 a. Materi pengajaran berpedoman pada kurikulum Untuk masing-masing responden dalam rencana pengajaran, setiap guru memiliki buku teks ajar sebagai pegangan wajib dan LKS (lembar kerja siswa) sebagai penunjang buku teks, dan kedua buku sumber materi pengajaran tersebut dari segi isi sudah berpedoman pada kurikulum sekolah yaitu kurikulum KTSP, dan dengan penjabaran yang jelas dari materi-materi ajarnya. b. Memilih materi pengajaran sesuai karakteristik siswa Dalam menyesuaikan materi pengajaran dengan karakteristik siswa, bahan bidang pengajaran masing-masing responden yang harus diajarkan, rata-rata dari semua responden sudah disampaikan atau dicantumkan dan sebagian besar sesuai dengan tujuan pengajaran. c. Menyampaikan materi pengajaran sesuai taraf berpikir peserta didik Dalam penyampaian bahan materi dari responden 1, materi yang diajarkan memuat hal-hal yang dapat melatih ingatan, 17
Observasi dengan Drs. Mustaghfirin dan Drs. Misbah, pada tanggal 21 November sampai 28 November 2009.
61
62
pemahaman, serta untuk latihan penerapan. Dalam menyusun materi pengajaran, dari responden 2 materi yang disampaiakan lebih hanya untuk melatih ingatan dan pemahaman siswa saja. d. Menyampaikan materi. Untuk responden 1, dalam menyampaiakan bahan materi empat ciri muncul, bahan yang disampaikan benar, penyampaian lancar tidak tersendat-sendat, sistematis dalam menjelaskan dan menggunakan bahasa yang jelas dan benar sehingga siswa mudah memahami. Untuk responden 2, tiga ciri muncul yaitu bahan yang disampaikan
benar,
sistematis
dalam
menjelaskan
dan
menggunakan bahasa yang jelas dan benar, penyampaian kurang memberikan penekanan sehingga ada beberapa siswa kurang menangkap pelajaran.
4. Pengelolaan Siswa Oleh Guru PAI Kondisi siswa di SMP N 1 Mranggen sebagian besar berasal dari masyarakat sekitar daerah mranggen yang bersifat heterogen mengingat daerah ini adalah daerah perbatasan maka hal tersebut merupakan tugas pendidik khususnya guru Pendidikan Agama Islam untuk mengajarkan dan membimbing siswa-siswinya untuk mendalami agama islam, selain itu mereka harus bisa memberikan pendalaman, penguatan materi ajar yang diberikan agar siswa-siswinya dapat menyerap pembelajaran PAI secara optimal dan efektif dan juga bertujuan agar siswa-siswi di SMP N 1 Mranggen mempunyai akhlakul karimah dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.18 Di dalam kelas biasanya ada keberagaman dalam kemampuan baik itu yang pandai, sedang dan kurang. Karenanya, guru perlu 18
Wawancara dengan Ibu Noer Indah Aprianti, kepala sekolah SMP Negeri 1 Mranggen, tanggal 25 November 2009
62
63
mengatur atau mengelola siswa kapan siswa bekerja perorangan, berpasangan, berkelompok, atau klasikal disesuaiakan jenis kegiatan, keterlibatan siswa, interaksi pembelajaran, waktu belajar, serta ketersediaan sarana dan prasarana serta beragam karateristik siswa.19 Dalam melihat kemampuan manajemen siswa guru mapel PAI di SMP N 1 Mranggen, dari indikator kemampuan dalam pengelolaan siswa ini dapat dijabarkan menjadi 3 item penilaian, yaitu: a. Mengorganisasi siswa untuk aktif di kelas b. Pengelompokan siswa c. Menangani prilaku negatif siswa. Rincian penilaian dari hasil observasi masing-masing responden sebagai berikut: a. Mengorganisasi siswa untuk aktif di kelas Untuk responden 1 kurangnya variasi pengajaran, dilihat dari keterlibatan siswa hanya sebagian kecil yang aktif dan sebagian besarnya menjadi pengamat, ketika guru menyampaikan materi ajar. Untuk responden 2 memberikan variasi dalam pengajaran dengan cerita-cerita mengenai materi untuk mengurangi kejenuhan siswa, dari pengorganisasiannya telah direncanakan, hasilnya semua siswa terlibat aktif dalam menyimak pengajaran. b. Pengelompokan siswa Dalam menyelesaikan permasalahan dalam pengajaran ratarata responden jarang dan belum pernah membentuk kelompokkelompok siswa berdasar minat, kemampuan, dan kesenangan berkawan.
Tapi
mengelompokkan
siswa
masih
cenderung
sederhana, seperti ketika guru menyuruh menyelesaikan tugas atau saat diskusi dengan membentuk kelompok satu meja atau dua meja dibelakangnya. Itu pun hanya berlaku waktu pembelajaran saat itu. 19
Darwyn Syah. dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm. 305.
63
64
Penyelesaian secara individu masing-masing siswa yang masih sering dipakai guru. c. Menangani prilaku negatif siswa Dimensi tindakan merupakan kegiatan yang seharusnya dilakukan guru bila terjadi masalah dalam proses pengajaran. Guru yang bersangkutan dituntut untuk berbuat sesuatu
dalam
menghentikan perbuatan peserta didik secepat dan setepat mungkin. Kegiatan ini juga bertujuan memonitor efektifitas aturan tata tertib di dalam kelas. Dari kemampuan mengendalikan prilaku yang tidak di inginkan, untuk responden 1 tiga ciri tampak. Pertama menangani siswa yang menimbulkan gangguan bukan seluruh kelas, mengambil tindakan tegas terhadap gangguan serius, mengambil tindakan yang sesuai dengan akibat yang ditimbulkan. Dari responden 2 dengan pembawaan yang tegas dan keras, dalam menanggulangi siswa penggangu sangat koreaktif, empat ciri tampak dalam pengendalian prilaku negatif siswa dengan langsung menanggani siswa yang bersangkutan dengan tegas mengambil tindakan, memberi hukuman sesuai tindakan yang ditimbulkan, dan hukuman disesuaikan dengan pribadi siswa.
Dari hasil penelitian diatas terdapat 2 resonden guru PAI dimana hasil evaluasi pengelolaan kelas akan disajikan dalam bentuk tabel berikut: N
Bidang
Responden 1 Responden 2 (Drs. Mustaghfirin) (Drs. Misbah) 1 Pengelolaan ¾ Tidak ada penataan ruang ¾ Tidak ada penataan ruang o
. Tata Ruang Kelas
kelas
karena
pembelajaran
bersifat klasikal
kelas karena pembelajaran bersifat klasikal
¾ Tidak ada variasi penataan ¾ Ada variasi dalam penataan tempat duduk
tempat duduk (rolling)
64
65
2 Pengelolaan ¾ Menyesuaikan RPP
¾ Menyesuaikan
. Waktu
tingkat
RPP
kebutuhan
dan dalam
pembelajaran. 3 Pengelolaan ¾ Menyesuaikan RPP . Materi
¾ Penyampaian menekankan
¾ Menyesuaikan RPP
materi pada
lebih ¾ Penyampaian materi lebih
hafalan,
pemahaman, serta penerapan. 4 Pengelolaan ¾ Keterlibatan . Siswa
siswa
menekankan pada hafalan dan pemahaman saja.
kurang ¾ Karena
dalam
mengajar
ketika guru menyampaikan
menggunakan metode yang
materi
bervariasi
karena
metode
pengajaranya kurang variasi
aktif
siswa
dalam
terlibat
menyimak
pelajaran ¾ Guru hanya menegur, tanpa ¾ Dalam
menanggulangi
ada hukuman bagi siswa yang
gangguan
dalam
mengganggu.
pembelajaran
guru
mengambil tindakan tegas dengan
cara
memberika
sangsi.
Demikian
hasil
penelitian
tentang
implementasi
keterampilan
pengelolaan kelas dalam pembelajaran PAI di SMP N 1 Mranggen, adapun analisis lebih lanjut akan di bahas pada bab 4.
65
BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KETERAMPILAN PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 1 MRANGGEN A.
Analisis Pengelolaan/Manajemen Pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Mranggen
Pengelolaan pembelajaran merupakan pengaturan bahan ajar yang kemudian disebut sebagai materi pokok Bahan pelajaran atau meteri pelajaran adalah gabungan antara pengetahuan (fakta, informasi yang terperinci), keterampilan (langkah, prosedur dan syarat-syarat) dan faktor sikap.1 Untuk itu setiap guru harus selalu membuat perencanaan untuk mengelola bahan materi tersebut, sehingga materi pelajaran akan tersusun dan memudahkan penyampaian dan dimengerti oleh siswa dengan baik. Didalam pengelolaan atau manajemen pembelajaran terdapat manajemen atau pengelolaan materi dimana tujuan pengelolaan atau pengorganisasian meteri pelajaran ialah agar guru dapat memperhatikan sequence atau urutan dari materi yang akan diberikan, sesuai dengan tujuan instruksional yang telah dirumuskan. Sehingga guru dituntut untuk memahami materi ajar yang akan diajarkan, seperti: mengkaji kurikulum, menelaah buku teks ajar, menelaah buku pedoman khusus bidang studi, mengkaji bahan penunjang buku teks, mengkaji bahan penunjang yang relevan dengan profesi guru.
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap
memegang
peranan penting. Peranan guru dalam proses
pengajaran belum dapat diganti oleh mesin, radio, tape recorder ataupun oleh komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusia seperti sikap, sistem, nilai, perasaan, motivasi, 1
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 32.
65
66
kebiasaan, dan lain-lain yang diharapkan
merupakan hasil dari proses
pengajaran yang tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut. Disinilah kelebihan manusia dalam hal ini adalah guru, dibandingkan dengan alatalat
atau teknologi
yang diciptakan manusia untuk membantu dan
mempermudah kehidupan. Setiap
guru
besar pengaruhnya
harus terhadap
memahami cara
fungsinya
bertindak
dan
karena berbuat
sangat dalam
menunaikan pelajaran sehari-hari di kelas. Program kelas tidak berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan diantara murid-murid suatu kelas. Selain sebagai pengelola kelas guru juga harus terampil dalam mengelola pembelajaran dimana dari proses ini akan menentukan bagaimana hasil akhirnya.di dalam pengelolan kelas terdapat pengelolaan pembelajaran yang lebih lebih menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran.2 Secara etimologis atau dalam arti sempit guru yang berkewajiban mewujudkan
program kelas adalah orang
yang bekerjanya mengajar
atau memberikan pelajaran di sekolah atau kelas. Secara lebih luas guru bararti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab
dalam membantu
anak-anak
mencapai
kedewasaan masing-masing. Guna mencapai hasil pembelajaran yang maksimal ada kaidahkaidah yang harus dipenuhi oleh para pelaku pendidikan, baik guru, siswa dan elemen yang ada dalam satu institusi pendidikan termasuk orang tua, untuk itu sebagai guru mapel PAI harus memahami karakteristik dari mata pelajaran yang harus diberikan, dan tentunya dengan perencanaan pengelolaan pembelajaran yang memadai juga.
2
Akhmad Sudrajat, Teknik Pengelolaan Kelas, http://akhmadsudrajat.wordpress.com /2008/01/24/teknik-pengelolaan-kelas/, diakses pada tanggal 16 Desember 2009.
66
67
Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah-sekolah umum yang terdiri atas 5 aspek tersebut memiliki karakteristik sendiri-sendiri. alQur'an-hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Aspek akidah
menekankan
pada
kemampuan
memahami
dan
mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma’ al-husna. Aspek Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Aspek fiqih menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik. Aspek tarih dan sejarah kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan mengambil ibrah dari peristiwaperistiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. Berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran berarti usaha guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar secara optimal, dimana proses ini merupakan proses pelaksanaan kurikulum. Strategi pelaksanaan kurikulum merupakan pola-pola umum yang dikembangkan guru dalam rangka penyampaian sisi dan pelaksanaan kurikulum.3 Strategi pembelajaran PAI yang selama ini diterapkan di SMP Negeri 1 Mranggen selama ini meliputi beberapa tahapan: 1. Tahap pendahuluan Kegiatan rutin guru PAI di SMP Negeri 1 Mranggen sebelum memulai pelajaran antara lain dengan:
3
Darwyn Syah. dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm. 15.
67
68
a. Membuka pelajaran dimulai dengan bacaan surat al-Fatehah, shalawat nariyah dan selanjutnya dengan tadarusan. b. Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siswa yang tidak hadir c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya, dari pelajaran yang sudah disampaikan d. Mengajukan pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan bahan pelajaran yang sudah diberikan e. Mengulang bahan pelajaran yang lain secara singkat tetapi mencakup semua bahan. 2. Tahap Pembelajaran/ kegiatan inti Pada tahapan ini rata-rata guru PAI dalam memberikan bahan pelajaran dapat diidentifikasikan dalam beberapa kegiatan antara lain: a. Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai. b. Menjelasakn pokok materi yang akan dibahas. c. Membahas pokok materi yang sudah dituliskan d. Pada setiap materi yang dibahas diberikan contoh-contoh yang kongkret, pertanyaan dan tugas. e. Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi. 3. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut Tahapan ini sebagai ukuran guru dalam mengetahui keberhasilan dari tahap instruksional atau pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan guru PAI pada tahap ini antara lain: a. Guru mengajukan pertanyaan kepada kelas atau kepada beberapa murid mengenai aspek pokok materi yang telah dibahas pada tahap instruksional. b. Ketika pertanyaan yang diajukan belum data dijawab oleh siswa (kurang dari 70 %), maka guru PAI di SMP Negeri 1 Mranggen mengulang pengajaran. c. Untuk memperkaya pengetahuan siswa mengenai materi yang
68
69
dibahas, guru memberikan tugas atau PR. d. Guru
mengakhiri
pengajaran
dengan
menjelaskan
atau
memberitahukan pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya. Terkait dengan alokasi waktu, selama ini di SMP Negeri 1 Mranggen melaksanakan pembelajaran PAI dengan waktu 2x45 menit (2 jam pelajaran) dalam setiap minggunya. Alokasi waktu ini tidak berbeda jauh dengan sekolah umum lainnya. B. Analisis Implementasi Keterampilan Pengelolaan Kelas Guru Mapel PAI di SMP Negeri 1 Mranggen Dalam pengelolaan kelas yang baik akan menghasilkan output yang optimal, dari sini bisa dilihat bahwa hasil pembelajaran tergantung dari bagaimana seorang guru mengelola kelasnya. Pengelolaan kelas meliputi dua aspek yaitu pengelolaan yang berhubungan fengan fisik (perabot, ruang kelas, media pembelajaran), dan siswa. Berikut adalah hasil dari Analisis Implementasi Keterampilan Pengelolaan Kelas Guru Mapel PAI di SMP Negeri 1 Mranggen 1. Keterampilan dalam Pengelolaan Tata Ruang Kelas Penataan ruang kelas sangat penting dan tidak memiliki solusi yang sederhana. Yang terpenting, bagaimana ruang kelas digunakan untuk mempengaruhi, bagaimana pertisipan di kelas saling berhubungan dan apa yang dipelajari oleh siswa.4 Dilihat dari kemampuan guru dalam pengaturan tata
ruang kelas yang memadai untuk pembelajaran dan
penciptaan suasana belajar mengajar yang menyenangkan. Kaitannya dengan pengaturan tata ruang kelas yang memadai seperti pengaturan ruang belajar, desain ruangan, pengaturan tempat duduk peserta didik, pengaturan alat-alat pengajaran, mengatur keindahan dan kebersihan, dan pengaturan pencahayaan, oleh guru PAI SMP Negeri 1 Mranggen tidak 4
Richrad I. Arends, Learning to Teaching (Belajar Untuk Mengajar), tej. Helly Prajitno Soetjipto, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 130.
69
70
ada yang melakukannya secara utuh karena pembelajaran masih bersifat klasikal dan peserta didik pada umumnya telah menempati tempat duduk sendiri-sendiri tanpa menunggu komando dari guru. Dari keadaan kelas yang penuh (besar), setiap kelas rata-rata ada 40-an peserta didik yang tidak memungkinkan untuk di pindah-pindahkan dari sarana prasarananya atau tempat duduk dan meja guna membuat formasi-formasi kelas dan memerlukan waktu yang tidak sedikit untuk membentuknya. Walaupun begitu dalam setiap pembelajaran Pendidikan Agama Islam sudah memungkinkan
memenuhi
prinsip
pengelolaan
tata
ruang
dari
5
aksesibilitas, mobilitas, interaksi dan variasi kerja peserta didik.
Dan dari penerangan dan ventilasi telah diatur kendati pun guru sulit mengatur karena sudah ada. Dari penataan disetiap kelas cukup mendukung dan menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menjamin kesehatan siswa. Sedangkan dalam menjaga kebersihan ruang kelas agar PBM terasa nyaman dengan cara guru tidak akan memulai pelajaran sebelum kelas dibersihkan, dan dari keindahan kelas dilihat dari hiasan dinding yang bervariasi yang memiliki nilai pendidikan. Meskipun dalam pelaksanaan pembelajarannya bersifat klasikal, namun dari tatanan yang sudah ada tentunya guru juga berperan dalam menjaga agar tetap utuh dan menggunakan secara optimal, walaupun metode ceramah yang sering digunakan oleh guru, tetapi dalam penggunaan media atau alat-alat pengajaran tetap dimanfaatkan secara optimal, seperti papan tulis, sebagai media membantu pemahaman siswa dalam bentuk tulisan. Dan papan presensi anak didik untuk memantau kondisi peserta didik.
5 Aksesibilitas yaitu peserta didik mudah menjangkau alat atau sumber belajar yang tersedia, mobilitas yaitu peserta didik dan guru mudah bergerak dasi satu bagian ke bagian lain dalam kelas, interaksi yaitu memudahkan terjadi interaksi antara guru dan peserta didik maupun antar peserta didik dan variasi kerja peserta didik yaitu memungkinkan peserta didik bekerjasama secara perorangan, berpasangan atau kelompok. Lihat pada Darwin Syah, dkk, Perencanaaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm. 304.
70
71
Dalam hal penciptaan suasana pembelajaran yang menyenangkan meski dalam pengaturan tempat duduk siswa guru sepenuhnya belum terlaksana untuk membantu kesulitan belajar siswa, untuk menghilangkan kejenuhan dan memberikan suasana beda, dan untuk menghindari munculnya gangguan. Dengan pengaturan tempat duduk meski masih sederhana, seperti merolling tempat duduk siswa dan membuat kelompok kecil dengan merapatkan dua meja depan belakang ketika mengajar dengan metode diskusi. Dengan maksud memberikan gairah belajar siswa agar lebih bersemangat dalam pembelajaran. Maka agar sarana pengajaran dapat difungsikan secara optimal dan berhasil guna, sebagai usaha guru dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka pengelolaan ruang kelas harus diperhatikan. Kemampuan guru PAI di SMP Negeri 1 Mranggen dalam pengelolaan tata ruang kelas cukup memadai untuk pembelajaran dan penciptaan suasana belajar mengajar yang menyenangkan sudah baik. Meskipun begitu, dalam pengelolaan tata ruang kelas terkait pengaturan ruang belajar dan pengaturan peserta didik belum mendapat perhatian secara utuh karena pembelajaran masih bersifat klasikal. Dalam pengelolaan tata ruang ini, kaitannya dalam memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi anak didik dalam belajar, hal-hal yang dapat dijadikan pegangan, yaitu: a. Mengatur tempat duduk anak didik harus mencerminkan belajar efektif. Bangku yang disediakan memungkinkan dipindah-pindahkan atau diubah tempatnya. b. Ruangan kelas yang bersih dan segar akan menjadi anak didik bergairah belajar. c. Memelihara kebersihan dan kenyamanan suatu kelas/ruang belajar, sama artinya dengan mempermudah anak didik menerima pelajaran.6
6
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 178.
71
72
2. Keterampilan dalam Pengelolaan Waktu Keterampilan pengelolaan kelas guru mapel PAI di SMP Negeri 1 Mranggen dalam pengelolan waktu, dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 2 responden, rata-rata sudah bagus mengatur alokasi waktu kegiatan-kegiatan pengajaran. Terkait dengan pengelolaan pengaturan alokasi waktu, dari para guru dalam mengelola waktu disesuaikan dengan kebutuhan dan materi pelajaran yang sudah tertuang dalam RPP yang mereka buat, sehingga target pengajaran dapat tercapai. Terkait dalam pengalokasian waktu agar terorganisir dalam penggunaan waktu belajar mengajar guru mapel PAI di SMP Negeri 1 Mranggen sudah baik dalam pelaksanaan jenis rincian waktu dari waktu untuk pembukaan, kegiatan inti, kegiatan penutupan, dan penjelasan tugas-tugas. Dalam mengatur penggunaan waktu tersebut guru merinci waktu selama proses belajar mengajar, yaitu sebagian kecil waktu (10-15 menit) digunakan untuk pendahuluan, sebagian besar waktu dipergunakan untuk kegiatan inti, sebagian kecil waktu (10-15 menit) untuk penutupan dan sebelum waktu pelajaran berakhir dengan memberikan tugas-tugas. Dari hasil penelitian dengan guru mapel PAI di SMP Negeri 1 Mranggen setiap penggunaan alokasi waktu, rata-rata kegiatan yang dilakukan antara lain mencakup: a. Waktu Untuk Pembukaan 1) Mengondisikan kelas agar siap menerima pelajaran. 2) Memulai pelajaran dengan menanyakan kondisi kabar siswa hari ini, salam dan membaca Basmallah bersama. 3) Presensi (daftar hadir siswa hari itu). 4) Mengulas sebentar pelajaran sebelumnya. 5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dipahami, dari pelajaran yang sudah disampaikan.
72
73
6) Selanjutnya terkadang guru menanyakan apakah ada tugas rumah atau hafalan dari pelajaran kemarin. b. Waktu Kegiatan Inti 1) Membuka materi pelajaran dengan pengenalan topik yang akan dibahas kepada peserta didik. 2) Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai. 3) Menjelasakan isi-isi pokok materi yang akan dibahas. 4) Membahas pokok materi yang sudah tercantum pada buku teks atau LKS yang dimiliki peserta didik. 5) Pada setiap menjelaskan materi yang dibahas dengan memberikan cerita, contoh-contoh yang kongkret, dan memberikan ilustrasi di papan tulis. Juga diselinggi dengan guyonan atau humor. 6) Jika dirasa materi yang diberikan ringan dan waktu tersisa banyak, guru menggunakan metode diskusi atau tanya jawab terkadang juga dengan praktek simulasi atau demontrasi, sebagai contoh dalam pokok bahasan sholat dan tata cara pengurusan jenasah. c. Waktu Penutupan Sebelum mengakhiri pembelajaran guru memberikan umpan balik,
pertanyaan,
membuat
kesimpulan
dan
kadang-kadang
memberikan post tes. d. Waktu Untuk Penjelasan Tugas-Tugas Untuk memperkaya pengetahuan siswa mengenai materi yang telah dibahas sebelum pelajaran berakhir biasanya guru memberikan tugas-tugas berupa bentuk tertulis mengerjakan buku wajib atau LKS yang dimiliki siswa atau lisan dengan menghafalkan seperti ayat-ayat Al Qur`an dan hadis yang ada dalam materi pelajaran. Dari keterampilan pengelolaan waktu pelaksanaanya rata-rata guru di SMP Negeri 1 Mranggen sudah mencakup semuanya dari rincian penggunaan waktu. Namun terkadang mungkin faktor kesengajaan atau teknis, masih ada guru yang kurang memperhatikan pentingnya pemanfaatan waktu, seperti kurang disiplinnya guru dalam memulai
73
74
pelajaran tepat waktu karena keterlambatan memasuki kelas. Sehingga mengakibatkan pelaksanaan alokasi penggunaan waktu dalam kegiatan belajar mengajar kurang maksimal dalam mencapai tujuan pengajaran. Maka aktivitas yang perlu diperhatikan dan ditampilkan oleh pengajar agar waktu dapat digunakan secara efisien, yaitu dengan: memulai pengajaran tepat waktu (sesuai jadwal), meneruskan pengajaran sampai habis waktu yang telah dialokasikan, menghindari penundaan waktu yang tidak diperlukan selama pengajaran berlangsung, menghindari penyimpangan
topik
yang
tidak
diperlukan
selama
pengajaran
berlangsung, menanggapi sikap siswa yang keras secara memadai, gaya presentase memperhitungkan reaksi-reaksi yang tidak diharapkan siswa.7 Dilihat dari efesiensi dan efektivitas penggunaan waktu kegiatan belajar mengajar sudah baik,. Dalam kesediaan waktu yang ada guru mengisi kegiatan-kegiatan, yang dapat mengairahkan siswa agar termotivasi untuk aktif dalam belajar mengajar dan tentunya harapan semua guru untuk memberikan hasil belajar yang produktif.
3. Keterampilan dalam Pengelolaan Materi Dalam prakteknya dalam menjalankan mengelola materi pelajaran, dimana setiap guru telah membuat perencanaan yang berpedoman pada kurikulum yang ada untuk mengelola bahan materi yang akan disampaikan, sehingga materi pelajaran yang tersusun memudahkan penyampaian kepada murid, dimengerti dan dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh siswa dengan baik, sehingga dari materi pelajaran tersebut mencapai tujuan pendidikan, yaitu dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dilihat dari planning/rencana dalam proses belajar mengajar dari metode yang dipakai, tujuan pengajaran, sampai buku ajar yang digunakan, yang tercantum direncana pembelajaran yang mereka buat. 7
Syafrudin Nurudin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hlm.110.
74
75
Dari hasil penelitian dalam mengukur keterampilan mengelola materi pengajaran, pertama dari sumber belajar yang dipakai masing masing guru, setiap guru masing-masing memakai buku teks ajar sebagai pegangan wajib dan LKS (lembar kerja siswa) sebagai penunjang buku teks dan ada juga buku pedoman pengajaran bidang studi yang digunakan, dan buku sumber materi pengajaran tersebut sudah mengacu pada pedoman kurikulum yang ada yaitu kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ). Dalam memilih materi pengajaran sesuai karakteristik siswa, ratarata guru dalam prakteknya sudah mengembangkan dari pokok-pokok bahasan sebagian besar sesuai dengan tujuan pendidikan, seperti dalam menekankan kecakapan kognitif seperti pada saat memberi tugas menghafal ayat-ayat Al Qur`an. Berorientasi pada nilai atau afektif, biasanya guru harus menunjukan nilai pengajaran agar murid termotivasi, berpartisipasi, dan mendalami materi yang diajarkan, salah satunya penggunaan metode tanya jawab. Dan pembelajaran berorientasi psikomotor, dari praktek pengajaran seorang guru harus mendorong dari skill kemampuan siswa untuk bertindak dan berprilaku didalam atau di luar kelas, rata-rata pelaksanaannya dalam proses belajar mengajar sebagian besar sudah tercantum sesuai tujuan pendidikan diatas, yang membedakan hanya penerapan dan penyampaiannya dari masing-masing guru kepada peserta didik. Hal ini dapat dilihat dalam penggunaan metode yang digunakan guru, seperti ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi/ simulasi dan kadang-kadang digunakan pula metode praktek diluar kelas, sebagai contoh ketika guru membahas topik tentang macam-macam sholat, guru juga mempraktekkan cara-cara pelaksanaaan ibadah sholat agar mereka bisa mempraktekkan gerakan-gerakan sholat sholat yang baik dan benar. Dalam penyampaian materi pengajaran, tentunya melihat dari kemampuan siswa untuk menerima pelajaran yang akan diberikan dari tingkat kesukaran dan tentunya dalam materi pengajaran tentunya
75
76
membantu untuk melatih ingatan, pemahaman dan latihan penerapan sebagai modal awal dalam mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam agar peserta didik tidak hanya memahami tetapi mampu mengamalkan nilai-nilai ajaran di lingkungan masyarakat. Dari metode yang digunakan Metode yang digunakan guru juga sudah bervariasi. Selain metode ceramah, tanya jawab dan diskusi, guru kadang ju g a menggunakan metode demostrasi atau praktek atau dalam pemberian tugas pada siswa dengan metode hafalan. Kesemuanya itu tentunya sudah mendukung untuk melatih ingatan, pemahaman dan penerapan yang nantinya
akan
dilakukan
siswa.
Dan
tentunya
penyampaiannya
disesuaikan dengan taraf berpikir peserta didik, namun ada juga beberapa guru kurang maksimal dalam penyampaianya karena masih dominannya metode ceramah yang digunakan sehingga kurang dari tingkat pemahaman dan untuk mengingatnya. Walau begitu dari rata-ratu guru mapel PAI di SMP Negeri 1 Mranggen sudah baik, dalam memberikan materi ajar kepada peserda didik. Dalam
penyampaian
materi,
pada
umumnya
guru
dalam
menyampaikan materi sudah sistematis, dari ketepatan waktu dalam memulai pelajaran sampai mengakhiri pembelajaran. Terkait agar dalam menyampaikan materi pembelajaran agar tidak menyimpang dari tujuan pembelajaran
yang
hendak
dicapai,
dan
lancar
dalam
urutan
penyampaiannya guru umumnya mengacu pada prosedur penyusunan satuan pembelajaran atau rencana pembelajaran yang sudah dibuat, yang mana sudah tercantum identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran, pokok bahasan/ materi, semester, alokasi waktu), standar kompetensi/ tujuan pembelajaran umum, kompetensi dasar yang akan dicapai/ tujuan pembelajaran khusus, indikator
keberhasilan belajar, materi, strategi
kegiatan belajar mengajar, media/ sumber belajar dan alat penilaian. Dan tentunya masing masing-masing guru mapel PAI memiliki perbedaan
dalam
strategi,
metode
dan
variasi-variasi
dalam
penyampaiannya, sebagaimana untuk memudahkan pemahaman siswa dan
76
77
tentunya dengan bahasa yang jelas dan benar sehingga siswa mudah mengerti. Dilihat dari kemampuan guru dalam memotivasi peserta didik sudah baik, begitu pula dalam berinteraksi dengan peserta didik pada umumnya guru cukup komunikatif. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa dalam kegiatan belajar mengajar
pembelajaran
PAI
tidaklah
sesederhana
dalam
proses
penyampaiannya. Tapi lebih dari itu, inilah perbedaan antara guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan guru pendidikan umum lainnya. Sebagai guru PAI memiliki tanggung jawab yang besar tidak hanya dalam menerapkan fungsi dan peranan Pendidikan Agama Islam tapi juga membentuk akhlakul karimah dan kepribadian peserta didiknya secara utuh sesuai prinsip pembelajaran Pendidikan Agama Islam.8 4. Keterampilan dalam Pengelolaan Siswa Dalam hal ini sehubungan penilaian terhadap guru terkait dalam keterampilan guru dalam mengorganisasi peserta didik atau mengelola siswa, akan menilai dari pengelolaan peserta didik untuk terlibat aktif di kelas, pengelompokan siswa untuk membantu siswa dalam menyelesaikan kesulitan-kesulitan dan permasalahan dalam proses pembelajaran dan bagaimana mengatur atau menanggani prilaku siswa yang tidak diinginkan. Oleh semua guru pada umumnya dalam mengelola dan mengembangkan
peserta
didik
untuk
aktif
berpartisipasi
dalam
pembelajaran dan mengendalikan gangguan dari peserta didik adalah salah satu hal tersulit dalam proses pembelajaran. Untuk itu guru harus memiliki strategi yang tepat dan efektif untuk pelaksanaanya, sebagian guru di SMP Negeri 1 Mranggen dalam merangsang murid untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu dengan menggunakan variasivariasi dalam proses pengajaran seperti menggunakan metode diskusi dan 8
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaraan Mengembangkan Standar kompetensi guru, (Bandung: Remaja Roesdakarya, 2006), hlm.129.
77
78
tanya jawab dengan membentuk kelompok kecil 4 sampai 6 orang dari urutan 3 tempat duduk siswa. Prosesnya, guru memberikan permasalahan sesuai materi ajar kepada setiap masing masing kelompok untuk menguraikan,
selanjutnya
dari
masing-masing
kelompok
disuruh
menjawab dari permasalahan yang ada dan dari kelompok lain menaggapi dari jawaban yang diuraikan, dari situ terlihat siswa aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Strategi yang lain biasanya dengan memberikan umpan balik pertanyaan dari siswa ke siswa lain untuk menanggapi pertanyaan tersebut, atau sering juga ketika topik materi dituntut untuk praktek guru menyuruh beberapa siswa untuk mempraktekkan/ simulasi di depan kelas dengan dibantu guru. Namun beberapa guru masih kurang dalam memberikan rangsangan dalam melibatkan agar aktif dalam pembelajaran, kurangnya variasi metode mengajar guru dalam mengembangkan motivasi belajar siswa, dan seringnya metode ceramah yang di pergunakan guru juga mempengaruhi semangat belajar siswa karena mereka masih menganggap metode
ceramah
memberi
kemudahan
dari
mempersiapkan
dan
melaksanakannya, tetapi mereka belum memperhatikan kekurangankekurangan dalam penyampaiannya. Sedangkan dalam pengelompokan belajar siswa rata-rata guru belum sepenuhnya melaksanakan dalam membentuk kelompok-kelompok belajar siswa berdasar minat, kemampuan, dan senang berkawan. Dalam pembentukan kelompok hanya ketika guru menyuruh menyelesaikan tugas atau saat diskusi dengan membentuk kelompok satu meja atau dua meja dibelakangnya. Itu pun hanya berlaku waktu pembelajaran saat itu. Penyelesaian secara individu masing-masing siswa yang masih sering dipakai guru. Tujuan dalam pengelompokan siswa sebenarnya dapat membantu guru dalam membantu proses pengajaran dengan melihat keberagaman dalam kemampuan baik itu pandai, sedang atau kurang. Sehingga guru dapat menyesuaikan kapan siswa belajar perseorangan, berkelompok atau
78
79
klasikal dilihat dari jenis kegiatan, keterlibatan siswa, interaksi pembelajaran, waktu belajar, serta ketersediaan sarana prasarana yang akan dilaksanakan. Penilaian dari segi mengantisipasi perilaku buruk dari siswa sebagian umum guru dengan menunjukkan sikap tanggap, memberi dan membagi perhatian dan usaha guru untuk memusatkan perhatian sudah baik. Hal ini dapat diketahui jika ada tingkah laku peserta didik yang akan menggangu suasana kelas seperti ramai, tidak memperhatikan pelajaran, berbicara sendiri guru langsung mengambil tindakan dengan cara didekati, ditegur dan diberi peringatan atau disuruh berbicara di depan sehingga peserta didik menghentikan tingkah laku tersebut. Dan apabila ada siswa yang masih bandel tidak menghiraukan peringatan guru, siswa disuruh keluar dan menghadap guru BP. Dan untuk mengantisipasi kejenuhan, rasa bosan dan kurang memperhatikan pelajaran peserta didik, maka guru mengatasinya dengan cara menggunakan metode atau gaya mengajar yang bervariasi dan disela-sela menerangkan pelajaran diselingi dengan humor, mengaitkan materi dengan contoh-contoh yang realistis yang ada pada kondisi sekarang atau mencontohkan siswa yang ada, melihat ke obyek langsung yang mana hal tersebut dapat mengurangi kejenuhan, kebosanan dan meningkatkan keaktifan/ motivasi belajar. Berdasarkan hasil analisis dari ke empat indikator keterampilan pengelolaan kelas tersebut diatas maka dapat dikatakan bahwa rata-rata guru mapel Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Mranggen dapat dikatakan mempunyai kualifikasi kompetensi kemampuan pengelolan kelas yang baik. Dengan kemampuan pengelolaan kelas yang baik ini, diharapkan guru dapat melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan lebih baik sehingga dapat mewujudkan merealisasikan cita-cita tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam membangun manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan serta membentuk manusia yang berakhlakul karimah, baik sebagai makhluk sosial maupun makhluk religius.
79
80
80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah memperhatikan deskripsi yang terdahulu, yakni dari bab I sampai bab IV tentunya dari uraian dan pembahasan mengenai penerapan dalam keterampilan pengelolaan kelas yang berlangsung di SMP Negeri 1 Mranggen bisa dikatakan baik, dimana konsep dalam pengelolan kelas dari ruang lingkupnya harus dikuasai yang meliputi: pengelolan taat ruang kelas, pengelolan waktu, pengelolan materi dan pengelolan yang berkaitan dengan siswa rata-rata sudah diterapkan oleh semua guru mapel Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Mranggen . Di lihat dari kaeterampilan guru dalam pengaturan tata ruang kelas yang memadai untuk pembelajaran dan penciptaan suasana belajar mengajar yang menyenangkan dapat disumpulkan memiliki kemampuan baik. Berkaitan dengan pengaturan tata ruang kelas yang memadai seperti pengaturan ruang belajar, desain ruangan, pengaturan tempat duduk peserta didik, pengaturan alat-alat pengajaran, mengatur keindahan dan kebersihan, meski pembelajaran masih bersifat klasikal namun secara umum oleh guru mapel PAI di SMP Negeri 1 Mranggen mereka mempunyai andil dalam pengaturan sebelumnya. Terkait dengan pengelolaan pengaturan alokasi waktu, dari para guru menyesuaikan dengan kebutuhan dan materi pelajaran yang sudah tertuang dalam RPP yang mereka buat. Dari kemampuan paengelolaan waktu pelaksanaanya rata-rata guru di SMP Negeri 1 Mranggen sudah mencakup semuannya dari rincian penggunaan waktu. Namun terkadang masih ada beberapa guru kurang memperhatikan pentingnya pemanfaatan waktu, seperti kurang disiplinnya guru dalam memulai pelajaran tepat waktu karena keterlambatan memasuki kelas. Sehingga mengakibatkan pelaksanaan alokasi penggunaan waktu dalam kegiatan belajar mengajar kurang maksimal dalam mencapai tujuan pengajaran.
80
81
Dalam pengelolaan materi dilihat dari kompetensi pengelolaan materi dalam pengelolaan program pembelajaran yang meliputi penyusunan rencana pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran menunjukkan kompetensi yang baik, dimana setiap guru telah membuat perencanaan yang berpedoman pada kurikulum yang ada untuk mengelola bahan materi yang akan disampaikan, sehingga materi pelajaran yang tersusun memudahkan penyampaian kepada murid, dimengerti dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh siswa dengan baik, dan terkadang para guru menggunakan variasi metode pengajaran. Dalam hal ini sehubungan penilaian terhadap guru terkait keterampilan guru dalam mengorganisasi peserta didik oleh guru mapel PAI di SMP Negeri 1 Mranggen menunjukkan kemampuan cukup baik. Dari pengelolaan peserta didik untuk terlibat aktif di kelas, bagaimana mengatur atau menangani prilaku siswa yang tidak diinginkan. Namun dalam pengelompokan siswa untuk membantu siswa dalam menyelesaikan kesulitan-kesulitan dan permasalahan dalam
proses
pembelajaran,
guru
masih
kurang
maksimal
dalam
pelaksanaanya.
B. Saran Saran ini merupakan bahan masukan dan pertimbangan yang ditujukan kepada semua pihak yang turut bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan, kaitannya dalam keterampilan pengelolaan kelas oleh guru mapel Pendidikan Agama Islam. 1. Sebagai pelaku pendidikan khususnya sebagai guru bidang mapel PAI yang merupakan tugas mulia, diharapkan dalam mengemban ajaranajaran agama Islam untuk selalu bekerja lebih giat dan profesioanal dalam melaksanakan tanggung jawabnya untuk melahirkan SDM yang berkualitas dan selalu merencanakan semua kegiatan dengan baik dan terprogram. 2. Kepala sekolah, guru-guru, staf-staf dan guru-guru PAI khususnya di SMP Negeri 1 Mranggen hendaknya mengatur dan mengelola siswanya
81
82
secara profesional dengan mengacu pada konsep pengelolan kelas secara utuh, serta berusaha untuk mengatasi problematika yang ada dengan baik dan bijaksana dalam mencari solusinya sehingga secara bertahap para pelaku pendidikan di SMP Negeri 1 Mranggen dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. 3. Dan juga bantuan dari semua pihak baik dari masyarakat, wali murid, dan siswa itu sendiri, agar ikut memperhatikan dan ikut mensukseskan jalannya program pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan yang maksimal.
C. Penutup Demikian akhir dari tulisan ini dengan mengucap“alhamdulillah wa syukurillah” penulis memohon kepada allah SWT mudah-mudahan tulisan ini memberi manfaat dan kontribusi positif penulis maupun siapa saja yang mau memetik ilmu, hikmah dan pengetahuan dari tulisan ini. Tentunya karya tulis ini jauh dari kesempurnaan masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran dari para pembaca tetap kami harapkan demi kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini. Dengan teriring do’a semoga amal perbuatan kita selalu mendapat ridho dari Allah SWT. Amin.
82
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, Juz 2, Beirut: Dar asSalam. Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2004. B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset, 1995. Conny Semiawan, dkk., Pendekatan Ketrampilan Proses, Jakarta: Gramedia, 1990. Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Darwyn Syah. dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007. Depertemen Pendidikan Nasional, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional), Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2003. Depag RI, Al-Qur`an dan Terjemah, Jakarta: CV Pustaka Agung Harapan, 2006. Dinyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Renika Cipta, 1999. Djalaludin Abdurrahman Bin Abi Bakar As-Suyuti, Jami`us ShoghirII, Darul Ihya`Al- Kitabul `Arobiyah , Indonesia, t.th. Djamaluddin Darwis, Dinamika Pendidikan Islam Sejarah, Ragam dan Kelembagaan, .Semarang: Rasail, 2006. E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenagkan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 2005. Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Lembaga Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1982.
Sebagai
13
Iwan Sumantri, “Berbagai Macam Pengelolaan kelas dan Implikasinya Terhadap Pegembangan RPP”, http://iwansmtri.blogspot.com/2008/12/berbagaimacam-pengelolaan-kelas-dan.html, Irawadi, Pengertian Persiapan, http://irawadiymailcom.blogspot.com/2009/05/ pengertianpersiapan_29.html,
Kelvin Seifert, Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan, Yogyakarta: IRCiSoD, 2008. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990. Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2001. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Permenag RI Nomor 2 Tahun 2008, “Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, Bab VII Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Madrasah tsanawiyah”, http://www.4shared.com/get/83414241/8a8b5e50/PERMENAG_ttg_SKL_ dan_SI--6_Mei_2008__FINAL_.html,. Richrad I. Arends, Learning to Teaching (Belajar Untuk Mengajar), tej. Helly Prajitno Soetjipto, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998. S. Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000. S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bina Aksara, 1989. Saifudin A z w a r , Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Suharsimi Arikuto, Manajemen Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1990. Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa; Sebuah Pendekatan Evaluatif, Jakarta: Rajawali, 1992.
14
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Sutrisno Hadi, Metode Riset, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1987. Syafrudin Nurudin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, Jakarta: Quantum Teaching, 2005. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990. Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, Semarang: Rasail, 2008. Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006. Usman Abu Bakar dan Surohim, Fungsi Ganda Lembaga Pendidikan Islam, Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2005. W. James Popham, Teknik Mengajar Secara Sistematis, tej. Amirul Hadi, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.