BAB II KETERAMPILAN PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN PAI A. Keterampilan Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran PAI 1. Pengertian Keterampilan Pengelolaan Kelas "Keterampilan adalah kegiatan
yang berhubungan dengan urat-urat
syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah, seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya".1 "Pengelolaan adalah proses, cara, perbuatan mengelola, proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan".2 Kelas dalam arti sempit yaitu ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya
yang
antara lain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan–kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.3 "Keterampilan pengelolaan kelas adalah keterampilan
guru untuk
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran".4 Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses
belajar mengajar.
Yang termasuk
penghentian tingkah laku siswa yang 1
kedalam hal
ini misalnya
menyelewengkan perhatian kelas,
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 119 2 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 411 3 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan (Jakarta: Gunung Agung, 1982) , hlm 116. 4 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 91.
14
15 pemberian ganjaran bagi ketetapan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.5 Pengelolaan kelas dapat pula diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam
mendayagunakan potensi
kesempatan yang seluas-luasnya
pada setiap
kelas berupa pemberian personal
untuk melakukan
kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.6 Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar, yaitu pengaturan kelas dan pengajaran itu sendiri. Kedua hal itu saling tergantung. Keberhasilan pengajaran dalam arti tercapainya tujuan-tujuan instruksional, sangat tergantung pada kemampuan mengatur kelas. Kelas yang baik dapat menciptakan situasi yang memungkinkan
anak belajar sehingga merupakan titik awal
keberhasilan
pengajaran.7 Mengelola kelas secara baik dalam rangka menyediakan kondisi yang kondusif untuk
berlangsungnya
proses pembelajaran yang efektif
merupakan salah satu kemampuan professional yang harus dimiliki oleh guru. Di jelaskan dalam buku Teachers Development tentang guru yang profesional yaitu "The purpose of teacher education should be to encourage the growth of teachers as person and as professionals. Teachers who are growing are becoming more open, more humane, more skillfull, more complex, more complete pedagogues and human beings. They are fulfilling their own unique potentials or doing for themselves what others expect them to do for students. But often teacher educators fail to recognize that teachers, like students, have different needs and abilities".8 artinya "tujuan pendidikan guru seharusnya mendorong perkembangan guru-guru secara pribadi dan secara profesional. Guru-guru yang berkembang akan menjadi lebih terbuka lebih manusiawi, lebih terampil, lebih mempunyai keahlian dalam mendidik. Mereka sedang
5
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remajar Rosda Karya, 2000), hlm.
97 6
Hadari Nawawi, op. cit., hlm. 116. Conny Semiawan, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: Gramedia, 1990), hlm. 63 8 Robert F. Mcneraney And Carol A. Carrier, Teachers Development (New York: Macmillan Publishing, 1998), hlm. 1 7
16 memenuhi potensi has mereka sendiri atau melakukan untuk mereka sendiri yang orang lain mengaharapkan mereka melakukan untuk para siswa, tetapi sering guru gagal untuk memahami guru, bahwa seperti para siswa mempunyai kebutuhan dan kemampuan yang berbeda". Oleh karena itu untuk dapat menciptakan suasana kelas yang baik diperlukan seperangkat keterampilan pengelolaan kelas dan menerapkannya dalam proses pembelajaran. 2. Tujuan Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Tujuan merupakan sesuatu yang diharapkan dari suatu proses yang panjang karena tujuan merupakan sesuatu yang esensial, oleh karena itu besar maknanya, dalam segala aktivitas, tujuan dapat memberi petunjuk
kemana
aktivitas akan berakhir, juga dapat dijadikan petunjuk dalam melaksanakan aktivitas. Sebagaima telah dijelaskan dalam al-Qur'an surat al-Baqoroh: 185.
(186:ﺮ )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ ﺴ ﻌ ﺍ ﹾﻟﺪ ِﺑﻜﹸﻢ ﻳ ِﺮﻻﻳﺮ ﻭ ﺴ ﻴ ﺍ ﹾﻟﷲ ِﺑﻜﹸﻢ ُ ﺪ ﺍ ﻳﻳِﺮ "Allah menghendaki kemudahan kesukaran bagimu".9
bagimu dan tidak menghendaki
Dalam hadits yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad sebagaimana telah di jelaskan dalam kitab Matan Bukhori jilid I.
ﺍﺮﻭ ﺴ ﻌ ﺗ ﻭ ﻻ ﺍﺮﻭ ﺴ ﻳ ﻢ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺳ ﹶﻠ ﻭ ﻴ ِﻪ ﻋ ﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﹶﻰ ﻨﺒِﻲﻋ ِﻦ ﺍ ﻟ ﻚ ِ ﺎ ِﻟﻦ ﻣ ﺲ ِﺑ ِ ﻧﻦ ﹶﺃ ـﻋ 10
(ﺍ )ﺍﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﰱ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻌﻠﻢﺮﻭ ﻨ ِﻔﺗ ﻻﺍ ﻭﺮﻭ ﺸ ﺑﻭ
"Dari Anas Bin Malik, dari Nabi SAW bersabda: Berilah kemudahan janganlah kalian mempersulit, berilah kabar gembira dan janganlah kalian menakut-nakuti". (HR. Bukhari, dalam bab Ilmu) Ayat dan hadits inilah dasar perlu dilakukannya perencanaan pengelolaan yang matang,
9
terkoordinasi dan kondusif
Soenarjo, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 45 Abi Abdullah Muhammad Ibnu Isma'il Bukhori, Matan Bukhori, (Singapura: t.p, t.t), Jilid, 1,
10
hlm. 24
pengelolaan yang
17 yang dikerjakan secara sistematis, terorganisasi, terarah dan terawasi untuk mempermudah penciptaan
keadaan kelas yang kondusif. Bila mau
berusaha maka Allah tidak akan mempersulit urusan manusia. Semua komponen keterampilan mengelola kelas mempunyai tujuan, yang baik untuk anak didik maupun guru, yakni: a. Untuk Anak didik 1) Mendorong anak didik mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri. 2) Membantu anak didik mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan memahaminya. Bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan. 3) Membangkitkan rasa tanggung jawab untuk melibatkan diri dalam tugas dan pada kegiatan yang diadakan. b. Untuk Guru 1) Mengembangkan pemahaman dalam penyampaian pelajaran dengan pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat. 2) Menyadari kebutuhan anak didik dan memiliki kemampuan dalam memberikan petunjuk secara jelas kepada anak didik. 3) Mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah laku anak didik yang mengganggu. 4) Memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat digunakan, dalam lingkungannya dengan masalah tingkah laku anak didik yang muncul di dalam keas. 11 Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam
kegiatan belajar dan mengajar agar
tercapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisikondisi yang memungkinkan siswa belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan, bekerja
dan belajar secara efektif di kalangan siswa.12 Menurut
Suharsimi Arikunto tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak didik di kelas itu dapat bekerja
dengan tertib
sehingga segera tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efesien.13
11
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta: 2000), hlm. 147-148. 12 Moh. Uzer Usman, op. cit., hlm. 10 13 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa; Sebuah Pendekatan Evaluatif, (Jakarta: Rajawali, 1992), hlm. 68
18 Dengan adanya fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan belajar siswa dalam kelas memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin. Perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi para siswa. Sehingga tujuan pengelolaan kelas dapat tercapai. Dengan dimilikinya seperangkat keterampilan pengelolaan kelas akan memudahkan seseorang guru untuk dapat mengelola kelasnya, dengan baik sehingga proses pembelajaran dapat berjalan optimal. Dari beberapa tujuan pengelolaan kelas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif diperlukan pengeolaan kelas yang baik, dan sudah menjadi tugas bagi seorang guru untuk dapat menciptakan suasana belajar yang terkontrol dan menyenangkan. 3. Ruang Lingkup Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Pengelolaan kelas yang meliputi: a. Pengelolaan kelas yang menyangkut siswa Semua anak yang sudah mendaftarkan diri kemudian di terima di suatu sekolah, secara otomatis
menjadi tanggung jawab sekolah. Mereka
ini perlu diurus, diatur, diadministrasikan, sehingga dapat cukup mendapat perlakuan sebagaimana diharapkan oleh tua atau wali yang mengirimnya kesekolah. Agar setiap anak mendapat perlakuan secara maksimal dan adil, maka perlu didaftar, dicatat, dikelompok-kelompokan, ditempatkan di kelas, mendaftar, mencatat, menempatkan, melaporkan, dan lain-lain pekerjaan yang berhubungan dengan siswa itulah yang disebut dengan pengelolaan siswa. Jadi
pengelolaan siswa adalah pekerjaan mengatur iswa yang
meliputi: mendaftar, mencatat, menempatkan, melaporkan dan sebagainya.14 b. Pengelolaan fisik Pengelolaan fisik meliputi pengelolaan ruangan, perabot, alat pelajaran. Kegiatan tersebut seperti membuka jendela agar udara segar dapat masuk keruangan atau agar ruangan menjadi terang, kerapian dan 14
Ibid., hlm. 12.
19 kebersihan kelas juga kelengkapan kelas dalam hubungan dengan interaksi belajar mengajar. 4. Prinsip Penggunaan dalam Pengelolaan Kelas Beberapa prinsip
yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan
komponen keterampilan pengelolaan kelas adalah : a. Hangat dan Antusias Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas. b. Tantangan Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah dan menarik perhatian anak didik untuk belajar, sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. c. Bervariasi Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar, dan pola interaksi akan mengurangi munculnya gangguan dan meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila penggunaannya bervariasi. Sesuai dengan kebutuhan sesaat. Merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan. d. Keluwesan Keluwesan tingkah laku untuk mengubah strategi mengajar dapat mencegah kemungkinan menuculnya gangguan pada anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. e. Penekanan Pada Hal-hal Yang Positif Pada dasarnya mengajar dan mendidik menekankan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif, penekan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak yang didik yang positif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses interaksi edukatif. f. Penanaman Disiplin Diri. Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin sendiri. Karena itu, guru sebaiknya mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri dan menjadi teladan dalam pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.15 5. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif). 15
Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., hlm. 148-149
dan pemeliharaan
20 Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal tersebut yang meliputi keterampilan sebagai berikut: 1) Menunjukkan sikap tanggap Tanggap terhadap perhatian, keterlibatan, ketidakacuhan, dan keterlibatan siswa dalam tugas-tugas di kelas. Siswa merasa bahwa guru hadir bersama mereka dan tahu apa yang mereka perbuat. Kesan ketanggapan ini dapat ditentukan dengan berbagai cara sebagai berikut: a) Memandang Secara Seksama Memandang secara seksama dapat mengundang dan melibatkan siswa dalam kontak pandangan serta interaksi antar pribadi yang dapat ditampakkan dalam pendekatan guru untuk bercakap-cakap, bekerja sama dan menunjukkan rasa persahabatan. b) Gerak Mendekati Gerak guru dalam posisi mendekati kolompok kecil atau individu menandakan kesiagaan, minat dan perhatian guru yang diberikan terhadap tugas serta aktivitas siswa. Gerak mendekati hendaklah dilakukan secara wajar, bukan untuk menakut-nakuti, mengancam, atau memberi kritikan dan hukuman c) Memberikan Pernyataan Pernyataan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan siswa sangat diperlukan, baik berupa tanggapan, komentar, ataupun yang lain. Akan tetapi, haruslah dihindari hal-hal yang menunjukkan dominasi guru. Misalnya dengan komentar atau pernyataan yang mengandung ancaman seperti: "saya tunggu sampai kalian diam " " saya atau kalian yang keluar?" " atau "siapa yang tidak senang dengan pelajaran saya silahkan keluar!". d) Memberikan Reaksi Terhadap Gangguan dan Ketakacuhan Siswa Apabila ada siswa yang menimbulkan gangguan atau menunjukkan ketakacuhan, guru dapat memberikan reaksi dalam bentuk teguran. Teguran guru merupakan tanda "ada bersamanya guru". Teguran haruslah diberikan pada saat yang tepat dan sasaran yang tepat pula sehingga dapat mencegah penyimpangan tingkah laku.16 2) Memberikan Perhatian Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu memberi perhatian kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Membagi perhatian dapat dilakukan dengan cara visual dan verbal. Visual : Mengalihkan pandangan dari suatu kegiatan kepada kegiatan yang lain dengan kontak pandang terhadap kelompok siswa atau seorang siswa secara individual. Verbal : Guru dapat memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan, dan sebagainya terhadap aktivitas. 16
Moh. Uzer Usman, op. cit., hlm. 98-99.
21 3) Memusatkan Perhatian Kelompok Kegiatan siswa dalam belajar dapat dipertahankan apabila dari waktu ke waktu guru mampu memusatkan perhatian kelompok terhadap tugastugas yang dilakukan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara berikut: a) Menyiagakan siswa maksudnya ialah memusatkan perhatian siswa kepada suatu hal sebelum guru menyampaikan materi pokok. Maksudnya untuk menghindari penyimpangan perhatian siswa. b) Menuntut Tanggung Jawab Siswa Hal ini berhubungan dengan cara guru memegang teguh kewajiban dan tanggung jawab yang dilakukan oleh siswa serta keterlibatan siswa dalam tugas-tugas. Misalnya dengan meminta kepada siswa untuk memperagakan, melakukan dan memberikan respons. 4) Memberikan Petunjuk-petunjuk Yang Jelas Hal ini berhubungan dengan cara guru dalam memberikan petunjuk agar jelas dan singkat dalam pelajaran sehingga tidak terjadi kebingungan pada diri siswa. 5) Menegur Apabila terjadi tingkah laku siswa yang mengganggu kelas atau kelompok dalam kelas, hendaklah guru mengaturnya secara verbal. Teguran verbal yang efektif ialah yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a) Tegas dan jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu serta kepada tingkah lakunya yang menyimpang. b) Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan atau yang mengandung penghinaan c) Menghindari ocehan atau ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan. 6) Memberi Penguatan Dalam hal ini guru dapat menggunakan dua cara yaitu: Pertama, guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang mengganggu, yaitu dengan jalan menangkap siswa tersebut ketika ia sedang melakukakan tingkah laku yang tidak wajar, kemudian menegurnya. Kedua, Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang bertingkah laku wajar dan dengan demikian menjadi contoh atau teladan tentang tingkah laku positif bagi siswa yang suka mengganggu. 17 Dalam kitab Tarbiyah alAulad fi al-Islam, sebagai berikut:
ﻭﻣـﻦ ﺍﻷ ﻣﻮﺭ ﺍﳍﺎ ﻣﺔ ﺍﻟﱴ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﻌﻠﻤﻬﺎ ﺍﳌﺮ ﺑﻮﻥ ﰲ ﺗﺄﺩﻳﺐ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ ﻫﻮ ﺍﺗﺒﺎﻉ ﺍﺳﻠﻮﺏ: ﻭﺗﻌـﻮ ﻳﺪ ﻩ ﻋﻠﻰ ﻣﻜﺎﺭﻡ ﺍﻷﺧﻼ ﻕ,ﺧـﺼﺎﻝ ﺍﳋـﲑ .18 ﻭﲟﻨﺢ ﺍﳍﺪﺍﻳﺎ ﺍﺣﻴﺎ ﻧﺎ,ﺍﻟﺘﺸﺠﻴﻊ ﺑﺎ ﻟﻜﻠﻤﺔ ﺍﻟﻄﻴﺒﺔ ﺣﻴﻨﺎ 17 18
682.
Ibid, hlm. 99. Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, Juz 2, (Beirut: Dar as-Salam), hlm.
22 "Ada hal-hal penting yang harus diketahui oleh para pendidik dalam hal mengajarkan kebaikan kepada anak-anak dan membiasakan mereka berbudi luhur, yaitu mengikuti metode pemberian dorongan dengan katakata baik dan memberikan hadiah." Ibn Miskawaih dalam kitab Tahdzib al-Akhlaq menganjurkan pemberian pujian kepada seorang anak yang melakukan tindakan yang baik, sebagai berikut:
ﻭﺑﻠـﺰﻭﻡ ﺳﻨﻨﻪ ﻭﻭﻇﺎﺋﻔﻪ ﰒ ﳝﺪﺡ ﺍﻷ ﺧﻴﺎﺭ ﻋﻨﺪﻩ ﻭﳝﺪﺡ ﻫﻮ ﰱ ﻧﻔﺴﻪ ﺍﺫﺍ ﻇﻬﺮ ﺷﻰﺀ ﲨﻴﻞ ﻣﻨﻪ
19
"Seorang anak ketika selalu mengikuti jalan agama, maka dia harus dipuji atas pilihannya dan patut juga dia mendapat pujian ketika dia jelas melakukan perkara yang bagus". Dengan demikian pemberian penguatan dalam pembelajaran adalah penting untuk menumbuhkan motivasi belajar dan rasa percaya diri siswa. b. Keterampilan Yang Berkaitan dengan Pengembalian Kondisi Belajar Yang Optimal Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru adalah : 1) Memodifikasi Tingkah Laku Beberapa langkah yang dipergunakan untuk mengorganisasi tingkah laku ialah: a) Merinci tingkah laku yang menimbulkan gangguan b) Memilih norma yang realistis untuk tingkah laku yang menjadi tujuan dalam program remedial. c) Bekerjasama dengan rekan atau konselor d) Memilih tingkah laku yang akan diperbaiki. e) Memvariasikan pola penguatan yang tersedia, misalnya dengan cara meningkatkan tingkah laku yang diinginkan, mengajarkan tingkah laku baru, mengurangi dan menghilangkan tingkah laku yang tidak diinginkan dengan teknik tertentu, misalnya, penghapusan penguatan, memberi hukuman, membatalkan kesempatan, dan mengurangi hak. 19
Ibn Maskawaih, Tahdzib al-Akhlak, (Mesir: al Mathbah al-Husainiyyah, 1329), hlm. 48.
23 2) Pengelolaan Kelompok Pendekatan pemecahan masalah kelompok dapat dikerjakan oleh guru sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi masalah-masalah pengelolaan kelas. Keterampilan yang diperlukan antara lain: Memperlancar tugas, memelihara kegiatan kelompok. 3) Menemukan dan Memecahkan Tingkah Laku Yang Menimbulkan Masalah. Seperangkat cara yang dapat dikerjakan, menurut Marshall adalah: a) Pengabaian yang direncanakan b) Campur tangan dengan isyarat c) Mengawasi dari dekat d) Menguasai perasaan yang mendasari terjadinya suatu perbuatan yang negatif. e) Mengungkapkan perasaan siswa f) Memindahkan masalah yang bersifat mengganggu g) Menyusun kembali rencana belajar h) Menghilangkan ketegangan dengan humor i) Memindahkan penyebab gangguan j) Pengekangan fisik k) Pengasingan 20 Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah laku yang muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan ketidakpatutan tingkah laku tersebut serta berusaha untuk menemukan pemecahannya.21 Bukanlah kesalahan profesional
guru apabila ia tidak dapat
menangani setiap problem siswa di dalam kelas. Namun pada tingkat tertentu guru dapat menggunakan seperangkat strategi
untuk tindakan
perbaikan terhadap tingkah laku siswa yang terus menerus menimbulkan gangguan dan yang tidak mau terlibat dalam tugas di kelas. 6. Pendekatan Keterampilan Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas melibatkan bukan hanya satu macam keterampilan tetapi begitu banyak keterampilan, apa yang dilakukan guru-guru mahir adalah memadukan
berbagai keterampilan
yang terkait dengan pembelajaran. Ini
termasuk kemampuan membuat rencana dan persiapan mengajar, menentukan pokok bahasan 20
atau mengikutsertakan
anak-anak dalam memilih
pokok
J.J. Hasibuan Dip. Ed., dan ,Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995) , hlm. 84-85 21 Moh. Uzer Usman, op. cit., hlm. 100
24 bahasan dan kegiatan kelas serta mengajar mereka, bagaimana belajar dan menggunakan waktu dan ruang secara efektif.22 Sebagai pekerja profesional, seorang guru harus mendalami kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas, sebab di dalam penggunaanya ia harus terlebih dahulu
menyakinkan bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk
menangani suatu kasus pengelolaan kelas merupakan alternatif yang terbaik sesuai dengan hakikat masalahnya. Artinya seorang guru terlebih dahulu harus menetapkan
bahwa penggunaan suatu pendekatan
memang cocok dengan
hakekat masalah yang ingin ditanggulangi. Ini tentu tidak dimaksudkan untuk mengatakan bahwa seorang guru akan berhasil baik setiap kali ia menangani kasus pengelolaan kelas. Sebaliknya keprofesionalan cara kerja seorang guru adalah demikian sehingga apabila alternatif tindakannya yang pertama tidak memberikan hasil
sebagaimana
yang ditetapkan, maka ia masih mampu
melakukan analisis ulang terhadap situasi situasi untuk kemudian tiba pada alternatif pendekatan yang kedua dan seterusnya.23 Dalam buku Teaching Units For Turned Off Teens disebutkan: "The teacher need not be a dictator, but youngster should not be allowed to pressure him of her into doing or acting in compliance with their wishes. Within a democratic framework, both can become involved in setting acceptable standards for classroom behaviour. There is no need for teachers to accept chaos in the classroom, seeing discipline needs in a newly organized way will enable us to transform our approach to problem solving, so that we enjoy success with greater frequency".24 Maksudnya "seorang guru tidak perlu menjadi diktator atau penguasa dalam kelas tetapi anak didik juga tidak seharusnya memberi tekanan pada guru untuk melakukan apa yang mereka inginkan, bagaimanapun suasana lingkungan harus demokratis antara guru dan murid. Guru tidak harus memelihara kekacauan dalam kelas. Disiplin dibutuhkan sebagai jalan untuk kita dapat mengubah pendekatan untuk memecahkan masalah dalam kelas". Beberapa pendekatan pengelolaan kelas: a. Pendekatan Berdasarkan Perubahan Tingkah Laku (Behaviour, Modification Approach).
22
E. C Wragg, Pengelolaan Kelas, (Jakarta: Grafindo, 1996), hlm. 73 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Renika Cipta, 2004), hlm. 148 24 Eugenia Sacopulos And Marjorie Gibson, Classroom Activities Secondary School Students, (New York: The Center For Applied Reseach In Education, Inc, 1994), hlm. 219 23
25 1. Pendekatan tingkah laku yang baik maupun yang kurang baik merupakan hasil proses belajar. 2. Ada sejumlah kecil proses psikologi yang fundamental yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar mengajar yang dimaksud adalah penguatan positif (positive reinforcement), hukuman, pengapusan (extinction) dan penguatan negatif (negative reinforcement) Untuk membina tingkah laku yang dikehendaki guru harus memberi penguatan positif (memberi stimulus) positif sebagai ganjaran atau penguatan negatif (menghilangkan hukuman, suatu stimulus negatif) sedangkan untuk mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki, guru menggunakan
hukuman
(memberi
stimulus
negatif),
penghapusan
(pembatalan pemberian ganjaran yang sebenarnya diharapkan peserta didik ) atau time out (membatalkan kesempatan peserta didik untuk memperoleh ganjaran, baik yang berupa barang maupun yang berupa kegiatan yang disenanginya).25 b. Sosio Emotional Climate Approach (Pendekatan berdasarkan suasana emosi dan hubungan sosial ) Pendekatan berdasarkan suasana emosi dan hubungan sosial bertolak dari psikologi klinis dan konseling, dengan anggapan dasar bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif
dan efesien mempersyarakatkan hubungan
sosio emosional yang baik antara guru dan siswa dan antara siswa dengan siswa. Selanjutnya guru dipandang memegang peranan penting dalam rangka menciptakan hubungan baik tersebut. Pengalaman dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan pada kita bahwa bila hubungan kita dengan partner kerja baik, berbagai kegiatan dalam kerja sama tersebut dapat berlangsung dengan lancar, demikian juga bila terjadi kesalahpahaman, dapat dengan mudah mencari jalan keluarnya, sama halnya dengan kegiatan belajar di sekolah, bila hubungan antara guru
25
Ahmad Rohani, op. cit., hlm 149
26 dan siswa baik, kegiatan-kegiatan mengajar dapat berlangsung dengan lancar, kesalahpahaman yang timbulpun dapat diatasi dengan mudah.26 c.
Group Processes Approach (Pendekatan Proses Kelompok) Pendekatan ini didasarkan pada psikologi sosial dan dinamika kelompok oleh itu maka asumsi pokoknya adalah : 1. Pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok sosial 2. Tugas guru yang terutama dalam pengelolaan kelas adalah membina dan memelihara kelompok yang pruduktif dan kohesif. Menurut Richard a Schmuock dan Patrich A Process yang dikutip oleh Ahmad Rohani adalah : a) Harapan timbal balik (mutual expectation) tingkah laku guru peserta didik sendiri. Kelas yang baik ditandai dengan dimilkinya harapan (expectation) yang realistis dan jelas bagi semua pihak. b) Kepemimpinan baik dari guru maupun dari peserta didik yang mengatakan kegiatan kelompok menjadi produktif. c) Norma, dalam arti dimiliki serta dipertahankan norma kelompok yang produktif serta diubah dan digantinya norma yang kurang produktif. d) Terjadinya komunikasi yang efektif dalam arti sipenerima pesan menginterpretasikan secara benar pesan yang ingin disampaikan oleh si pengirim pesan dengan dipakainya keterampilan komunikasi interperson seperti : Paraphrasing, perception checking dan feedback. e) Cohesiveness, yakni perasaan keterikatan masing-masing anggota terhadap kelompok, secara keseluruhan semakin tinggi derajat perasaan keterikatan maka anggota semakin memperoleh kepuasan sebagai hasil dari keanggotaannya dalam kelompok yang bersangkutan.27
d. Eclectic Approach (Memilih Pendekatan dari Berbagai Sumber) Akhirnya, apabila disimak secara seksama maka ketiga pendekatan yang telah diuraikan di muka adalah ibarat: Sudut pandangan yang berbedabeda terhadap objek yang sama. Oleh karena itu seorang guru seyogyanya.
26
J.J Hasibuan, dkk, Proses Belajar Mengajar, Keterampilan dasar Pengajaran Mikro, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 45 27 Ahmad Rohani, op. cit., hlm 152.
27 1. Menguasai pendekatan. Pendekatan pengelolaan kelas yang potensial, dalam hal ini pendekatan perubahan tingkah laku, penciptaan iklim sosio emosional dan proses kelompok. 2. Dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam masalah pengelolaan kelas. Pada gilirannya kemampuan guru memiliki strategi pengelolaan kelas yang tepat sangat tergantung
pada kemampuannya menganalisa masalah pengelolaan
kelas yang dihadapinya.28 Pendekatan perubahan tingkah laku dipilih bila tujuan tindakan pengelolaan yang akan dilakukan adalah menguatkan tingkah laku peserta didik yang baik dan atau menghilangkan tingkah laku peserta didik yang kurang baik, pendekatan berdasarkan suasana emosi dan hubungan sosial dipergunakan apabila sasaran tindakan pengelolaan adalah peningkatan hubungan antara pribadi guru peserta didik dan antar peserta didik, sedangkan pendekatan proses kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif. B. Pembelajaran PAI 1. Pengertian Pembelajaran "Pembelajaran dalam pendidikan barasal dari kata instruction yang berarti pengajaran. Chayhan mendifinisikan tentang pengajaran yang dikutip oleh Nana Sudjana bahwa pengajaran
adalah upaya memberi perangsang
(stimulus). Bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar."29 Pengajaran dapat diartikan
sebagai suatu proses yang
dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar, dengan kata lain pengajaran
28
Ibid, hlm. 154. Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Cet. Ke-5, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000), hlm. 13 29
28 adalah suatu cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik.30 Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsurunsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan. Dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.31 Proses pemblajaran
selain
diawali dengan perencanaan yang baik, serta didukung dengan komunikasi yang baik, juga harus didukung dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa.32 2. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) Pendidikan agama Islam33 adalah upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam, agar menjadi Way Of Life (pandangan dan sikap hidup) seseorang dapat berwujud:
30
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 16. 31 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 57 32 Abdul Majid, op.cit., hlm. 111 33
Istilah pendidikan Islam pada umumnya mengacu kepada term al-tarbiyah, al-ta’lim dan alta’dib. Dari ketiga istilah tersebut term al-tarbiyah yang terpopuler digunakan dalam praktek pendidikan Islam. Sedangkan term al-ta’lim dan al-ta’dib jarang digunakan. Pada kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam, untuk itu perlu dikemukakan uraian dan analisis terhadap ketiga term pendidikan Islam tersebut dengan beberapa argumentasi tersendiri dari pendapat ahli pendidikan (Lihat Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 25. Pengertian ta'lim, kata ta'lim adalah isim masdar (bentuk transitif) dari kata allama, yu'alimu, ta'liman yang berarti mengajarkan atau pengajaran. Ar Raaghib al-Ashani, ahli kamus al-Qur'an dalam kitabnya Mu'jam Mufradat al-Fadz al-Qur'an mengatakan bahwa kata ta'lim dikhususkan bagi suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang sehingga menghasilkan pengaruh dalam diri seorang pelajar (alMuta'allim) sedangkan menurut sebagian ahli bahwa kata ta'lim berarti memberikan peringatan kepada jiwa agar memperoleh gambaran mengenai pengetahuan yang disyarakatkan dan terkadang kata tersebut juga digunakan untuk arti al-I'lam yaitu pemberitahuan lafal ta'lim dalam al-Qur'an disebutkan banyak sekali ayat yang oleh para ahli pendidikan dijadikan dasar rujukan proses pengajaran diantaranya S. AlBaqarah ayat 31-32. ﻧﺎ ِﺇﺘﻨﻤ ﻋ ﱠﻠ ﺎﺎ ِﺇﻟﱠﺎ ﻣﻢ ﹶﻟﻨ ﻚ ﻟﹶﺎ ِﻋ ﹾﻠ ﺮ ﻋ ﻢ ﺎ ﹸﺛﺎ َﺀ ﹸﻛ ﱠﻠﻬـﻤﻡ ﺍﹾﻟﹶﺄﺳ ﺩ ﻢ ﺀَﺍ ﻋﻠﱠـ ﻭ ﺖ ﻧﻚ ﹶﺃ ﻧﺎﺒﺤ ﺳ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ-َ ﺎ ِﺩﻗِﲔﻢ ﺻ ﺘﻨ ﺆﻟﹶﺎ ِﺀ ِﺇ ﹾﻥ ﹸﻛ ﻫ ﺎ ِﺀﺳﻤ ﻧِﺒﺌﹸﻮﻧِﻲ ِﺑﹶﺄﻤﻠﹶﺎِﺋ ﹶﻜ ِﺔ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﻢ ﺿﻬ
a.
ﻢ ﺤﻜِﻴ ﻢ ﺍﹾﻟ ﻌﻠِﻴ ﺍﹾﻟ " Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfikirnya: "sebutlah kepada-Ku nama-anama benda-benda itu jika kamu memegang orang-orang yang benar. Mereka menjawab: "maka suci engkau, tidak ada yang kami ketahui selian dari apa yang telah engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya engkaulah yang maha mengetahui lagi maha bijaksana." Lihat: Soenarjo, op. cit., hlm. 14. Pengertian Tarbiyah, dari segi bahasa, kata tarbiyah barasal dari tiga kata yaitu, pertama kata raba yarbu yang berarti bertambah, bertumbuh. Kedua berasal dari kata rabiya yarba yang bararti
29 a. Segenap kegiatan yang dilakukan seseorang untuk membantu seorang atau sekelompok
peserta didik dalam menanamkan dan atau menumbuh-
kembangkan
ajaran Islam dan nilai-nilainya untuk dijadikan
pandangan
hidupnya, yang diwujudkan
sebagai
dalam sikap hidup dan
dikembangkan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari. b. Segenap fenomena atau peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah tertanamnya dan atau tumbuh kembangnya ajaran Islam dan nilai-nilainya pada salah satu atau beberapa pihak.34 3. Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran PAI Di lihat dari sudut akar bahwa Islam memiliki sifat universal, Islam mengandung undang-undang yang menganut seluruh aspek kehidupan manusia dengan khaliq-Nya, yang dianut dalam ubudiyah yang hubungannya dengan sesama yang dianut dalam bidang mu'amalah. Berangkat dari keuniversalan ini, menjadi besar, ketiga dari kata rabba-yarabbu yang berarti memperbaiki, menguasi urusan, menunutun, menjaga, memelihara dan mendidik, sehingga tarbiyah adalah menyampaikan sesuatu sedikit demik sedikit sehingga sempurna. Ta'dib dari segi bahasa adalah bentuk isim masdar dari kata addaba-yuaddibu-ta'diban yang berarti memberi adab. Mendidik. Sedangkan menurut istilah yang paling tepat untuk mengembangkan pengertian pendidikan. Lihat : Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1991), hlm. 5. dan lihat juga Abdul Fatah Jalal, “Azaz Pendidikan”, terj. Hery Noer Aly, Minal Ushul alTarbiyah fi al-Islam, (Bandung: Diponegoro, 1988), hlm. 28-29. b. Lafal ta'dib setidaknya memiliki 4 macam arti: education, disiplene, punishment, disciplinary Punishment (Hukum demi ketertiban). Menurut al-Atas istilah yang tepat untuk menunjukkkan pendidikan adalah al-Ta'dib ini didukung atau didasarkan pada hadits Nabi. ﻗَﺎ َل:ﻦ َأ ِﺑ ْﻴ ِﻪ ﻗَﺎ َل ْﻋ َ ﻰ َأ ُﺑ ْﻮ ُﺑ ْﺮ َد َة ْ ﺣ َﺪ َﺛ ِﻨ َ ﻲ ﺸ ْﻌ ِﺒ ﱢ ﻗَﺎ َل ﻋَﺎ ِﻣ ُﺮ اﻟ ﱠ:ن ﻗَﺎ َل ٍ ﺣﻴﱠﺎ َ ﻦ ِ ﺢ ْﺑ ٌ ﺣ َﺪ َﺛ ﻨَﺎ ﺻَﺎ ِﻟ َ ﻰ َﻗ ﺎ َل ﺤ َﺎ ِر ِﺑ ﱢ َ ﺣ َﺪ َﺛ ﻨَﺎ اْﻟﻤ َ ﻼ ٍم َ ﺳ َ ﻦ ُ ﺤ ﱠﻤ ٌﺪ ُه َﻮ ا ْﺑ َ ﺧ َﺒ َﺮﻧَﺎ ُﻣ ْ َأ َﺴ َ ﺣ ْ ﻋﱠﻠ َﻤﻬَﺎ َﻓ َﺄ َ ﻦ َﺗ ْﺄ ِد ْﻳ َﺒﻬَﺎ َو َﺴ َ ﺣ ْ َﻓ َﺄ ﱠد َﺑ َﻬﺎ َﻓ َﺄ.. :ﺳﱠﻠ َﻢ َ ﻋ َﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﷲ ِ ﺻﻠﱠﻰ ا َ ﷲ ِ ﺳ ْﻮ ُل ا ُ َر (( )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى...ﻦ َﺗ ْﻌ ِﻠ ْﻴ َﻤﻬَﺎ Artinya: Muhammad (Ibnu Salam) telah menceritakan kepada kita, al-Maharib telah menceritakan kepada kita, ia berkata: Saleh ibn Hayyan berkata: ‘Amir al-Sya’bi telah menceritakan kepadaku, yakni Abu Burdah dari bapaknya, ia berkata: Rasulullah saw. Bersada: ....Maka didiklah ia dengan didikan yang baik dan ajarlah ia dengan pengajaran yang baik.... (HR. Bukhari) lihat Imam Bukhari: Sahih Bukhari Jilid I (Beirut: Dar Al Fikr, 1996), hlm. 29 Sedangkan menurut Syaikh Musthafa al-Ghulayani mengatakan bahwa pendidikan adalah : ﻠ ﹶﺔﺿﻴ ِ ﺎ ﺍﹾﻟﻔﹶﺎﺗﻬﺮ ﻤ ﻮﻥﹸ ﹶﺛ ﺗﻜﹸ ﻢ ﺲ ﹸﺛ ِ ﻨ ﹾﻔﺕ ﺍﻟ ِ ﻣﻠﹶﻜﹶﺎ ﻦ ﻣ ﹶﻠ ﹶﻜ ﹰﺔ ِﻣ ﺢ ﺼِﺒ ﻰ ﺗﺣﺘ ﺤ ِﺔ ﻴ ﺼ ِ ﻨﺍﻟﺎ ِﺩ ﻭﺭﺷ ﺎ ِﺀ ﹾﺍ ِﻹﺑﻤ ﺎﻴﻬﺳ ﹾﻘ ﻭ ﻦ ﻴ ﺎ ِﺷِﺌﺱ ﺍﻟﻨ ِ ﻮ ﻔﹸﻰ ﻧ ﺿ ﹶﻠ ِﺔ ِﻓ ِ ﻕ ﺍﹾﻟﻔﹶﺎ ِﻼ ﺧ ﹶ ﹾﺍ ﹶﻻﺮﺱ ﻲ ﹶﻏ ﻴﺔﹸ ِﻫﺮِﺑ ـﺍﹶﻟﺘ
.ﻮ ﹶﻃ ِﻦ ﻨ ﹾﻔ ِﻊ ﺍﹾﻟﻤ ِﻞ ِﻟ ﻌ ﺐ ﺍﹾﻟ ﺣ ﻭ ﺮ ﻴ ﳋ ﻭﹾﺍ ﹶ ِ Pendidikan adalah menanamkan akhlak yang mulia dalam jiwa murid serta menyiraminya dengan petunjuk dan nasehat, sehingga menjadi kecenderungan jiwa yang membuahkan keutamaan, kebaikan serta cinta bekerja yang berguna bagi tanah air”. Lihat : Musthafa al-Ghulayani, Idhah alNasihin, (Pekalongan: Rajamurah, 1953), hlm. 189. 34 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, Persada, 2005), hlm. 7-8.
30 maka pendidikan agama Islam ini ditujukan pada upaya membentuk manusia yang berkepribadian universal, Islam (taqwa) yang mampu bertaqarrub kepada Allah SWT dan menjalankan amal shaleh.35 Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat adz-Dzariyaht ayat: 56.
(56:ﻭ ِﻥ)ﺍﻟﺬﺍﺭﻳﺎﺕﺒﺪﻌ ﻴﺲ ﺇِﻻ ِﻟ ﻧﺍ ِﻻﻦ ﻭ ﺠ ِ ﺖ ﺍﹾﻟ ﺧ ﹶﻠ ﹾﻘ ﺎﻭﻣ "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."36 "Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang hendak dicapai setelah selesai diselenggarakannya suatu proses pembelajaran".37 Secara umum, pendidikan agama
Islam
bertujuan
untuk
meningkatkan
keimanan,
pemahaman,
penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt serta berahklak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (GBPP PAI 1994). Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan di tuju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu: 1. Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam 2. Dimensi pemahaman atau peralatan (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran Islam. 3. Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam 4. Dimensi pengalamannya dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau di internalisasi oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motifasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT
35
Rochidin Wahab Fzh, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (SPPI), (Bandung: Al-Fabeta, 2004), hlm. 269. 36 Soenarjo, op. cit., hlm. 862 37 Oemar Hamalik, op. cit.,hlm. 6
31 serta
mengaktualisasikan
dan
merealisasikan
bermasyarakat, berbagnsa dan bernegara
dalam
kehidupan
38
Jadi pembelajaran PAI yaitu proses interaktif yang berlangsung antara guru dan siswa dengan maksud memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap dari pelajaran PAI Ruang lingkup materi PAI (kurikulum 1994) pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok yaitu al-Qur'an, hadits, keimanan, syari'ah, ibadah. Muamalah ahklak dan tarikh (sejarah Islam) yang menekankan pada perkembangan politik. Pada kurikulum tahun 1999 dipadatkan menjadi lima unsur pokok, yaitu alQuran, keimanan, ahklak, fiqih dan bimbingan ibadah serta tarikh. Sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama ilmu pengetahuan dan kebudayaan.39 Dalam rancangan KBK, pelajaran pendidikan agama Islam merupakan salah satu rumpun pendidikan agama yang kompetensi utamanya adalah “ beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia (berbudi luhur) yang tercermin dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya serta mampu menghormati agama lain, dalam kerangka kerukunan
antar umat
beragama. Kompetensi tersebut bersifat umum untuk semua jenis pendidikan agama.40 Secara spesifik kompetensi rumpun pendidikan agama Islam adalah “beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia (berbudi luhur) yang tercermin dalam prilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan Allah SWT, sesama manusia, dan alam sekitar, mampu membaca dan memahami alQur’an, mampu beribadah dan bermuamalah dengan baik dan benar, serta mampu menjaga kerukunan intern dan antar umat beragama. Karena masih terlalu umum, maka kompetensi tersebut selanjutnya dijabarkan lebih lanjut
38
Muhaimin, dkk, Paradiqma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), hlm. 78. 39 Ibid., hlm. 79 40 Ibnu Hajar, “Kurikulum PAI Berbasi Kompetensi”, Jurnal Pendidikan Islami, (Semarang: Fakultas Tarbiyah, IAIN Walisongo, 2004), hlm. 164-165
32 dalam 5 kompetensi umum PAI, masing-masing kompetensi tersebut berkenaan dengan al-Qur’an, keimanan, akhlak, ibadah, dan muamalah, serta tarikh Islam, yang masing-masing disebut aspek dari PAI.41 Karena sifatnya yang masih umum, kompetensi-kompetensi
PAI
tersebut berlaku untuk semua jenjang pendidikan, karena itu kompetensi tersebut selanjutnya dijabarkan
kedalam kompetensi yang spesifik untuk
masing-masing jenjang pendidikan, sesuai dengan perkembangan peserta didik dan disesuaikan dengan kemampuan apa yang diharapkan dari lulusan pada jenjang pendidikan tertentu sebagai hasil dari pembelajaran PAI. Proses pembelajaran PAI di masa sekarang mulai menetapkan KBK di sekolah. Pembelajaran PAI yang bersifat materi berubah menjadi berpijak pada kompetensi. Kompetensi pendidikan agama seharusnya mencerminkan seluruh dimensi keberagamaan, yaitu keyakinan, kemitmen, ritual, sosial, hal ini karena fungsi utama pendidikan agama adalah konfensional yaitu untuk meningkatkan keberagamaan siswa. 4. Prinsip-prinsip Pembelajaran PAI Dari konsep belajar dan pembelajaran dapat diidentifikasi prinsip-prinsip belajar dalam pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut: a. Prinsip Kesiapan (Raediness). Proses belajar sangat dipengaruhi oleh kesiapan individu sebagai subjek yang melakukan kegaiatan belajar. Kesiapan belajar adalah kondisi fisik (jasmani mental) individu yang memungkinkan subjek dapat melakukan belajar. b. Prinsip Motivasi (Motivation) Motivasi dapat diartikan sebaga tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Ada tidaknya motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati dari observasi tingkah lakunya. Apabila peserta didik mempunyai
motivasi
ia akan
bersungguh-sungguh, menunjukkan minat. Mempunyai perhatian dan rasa 41
Ibid
33 ingin tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar, berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut dan turus kerja sampai tugas-tugas tersebut diselesaikan. Dalam pengembangan pembelajaran pendidikan agama Islam perlu diupayakan
bagaimana agar dapat mempengaruhi dan
motivasi instirsik melalui
dapat diciptakan
menimbulkan
suasana lingkungan yang
religius sehingga tumbuh motivasi untuk mencapai tujuan PAI sebagaimana yang ditetapkan.42 c. Prinsip Perhatian Perhatian merupakan suatu strategi, kognitif yang mencakup empat keterampilan, yaitu: 1) Berorentasi pada suatu masalah, 2) Peninjauan sepintas isi masalah, 3) Memusatkan diri
pada aspek-aspek yang relevan,
4) Mengabaikan stimuli yang tidak relevan. Dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya. Kalau peserta didik mempunyai perhatian yang besar mengenai apa yang disajikan atau dipelajari. Peserta didik dapat menerima dan memilih stimuli yang relevan untuk diproses lebih lanjut diantara sekian banyak stimuli yang datang dari luar. d. Prinsip Persepsi Pada umumnya, seorang cenderung percaya pada sesuatu sesuai dengan bagaimana ia memahami itu pada situasi tertentu. Persepsi adalah suatu proses yang bersifat komplek yang menyebabkan
orang dapat
menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Semua proses belajar selalu dimulai dengan persepsi, yaitu setelah peserta didik menerima stimulus atau suatu pola stimuli dari lingkungannya.
e. Prinsip Retensi Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah seseorang mempelajari sesuatu. Dengan retensi
membuat apa yang
dipelajari dapat bertahan atau tertinggal lebih lama dalam struktur kognitif 42
Muhaiman, op. cit.,hlm. 137-141.
34 dan dapat diingat kembali jika diperlukan. Karena itu, retensi sangat menentukan hasil yang diperoleh peserta didik dalam proses pembelajaran. f. Prinsip Transfer Transfer merupakan suatu proses dimana sesuatu
yang pernah
dipelajari dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari sesuatu yang baru. Dengan demikian, transfer berarti pengaitan pengetahuan yang sudah dipelajari dengan pengetahuan yang baru dipelajari.43 Dari prinsip-prinsip yang tersebut di atas, pentinglah kiranya dalam proses pembelajaran PAI. 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran PAI Belajar yang terjadi pada individu merupakan perilaku kompleks, tindak interaksi antara pebelajar dan pembelajaran yang bertujuan. Oleh karena berupa akibat interaksi, maka belajar dapat didinamiskan.44 Pembelajaran terkait dengan bagaimana (how to) membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa (what to) yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan (needs) peserta didik. Karena itu pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam kurikulum, yang menurut Sujana (1987) disebutkan kurikulum ideal/petersial. Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen utama yang saling berpengaruh dalam proses pembelajaran pendidikan agama, ketiga komponen tersebut adalah : 1. Kondisi pembelajaran pendidikan agama 2. Metode Pembelajaran pendidikan agama 3. Hasil pembelajaran pendidikan agama. Kondisi pembelajaran PAI adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran PAI. Faktor kondisi ini 43 44
berinteraksi dengan pemilihan, penetapan dan pengembangan
Ibid, hlm. 141-144. Dinyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Renika Cipta, 1999), hlm. 39.
35 metode pembelajaran PAI, pada dasarnya komponen ini sudah ada dan tidak dapat dimanipulasi.45 Metode pembelajaran PAI didefinisikan sebagai cara-cara tertentu yang paling cocok untuk dapat digunakan dalam mencapai hasil-hasil pembelajaran PAI yang berada dalam kondisi pembelajaran tertentu. Karena itu metode pembelajaran PAI dapat berbeda-beda menyesuaikan dengan hasil pembelajaran dan kondisi pembelajaran yang berbeda-beda pula. Faktor pembelajaran PAI yang ketiga adalah hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran PAI adalah mencakup semua akibat yang dapat dijadikan indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran PAI dibawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Hasil pembelajaran PAI dapat berupa hasil nyata (actual out comes) dan hasil yang diinginkan (desired out comes). Actual out comes adalah hasil pembelajaran PAI yang dicapai peserta didik secara nyata karena
digunakannya
suatu
metode
pembelajaran
PAI
tertentu
yang
dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada. Sedangkan desired out comes merupakan tujuan yang ingin di capai biasanya
mempengaruhi keputusan
perancang pembelajaran PAI dalam melakukan pilihan suatu metode pembelajaran yang paling baik untuk digunakan sesuai dengan kondisi pembelajaran yang ada.46
C. Keterampilan Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran PAI Dari pembahasan tentang ketrampilan pengelolaan kelas dan pembelajaran PAI diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas selalu diperlukan dari waktu kewaktu dan untuk dapat mengelola kelas dengan baik seorang guru harus melengkapi dirinya dengan seperangkat keterampilan dalam mengelola kelas sedangkan pendidikan agama adalah bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain : ahklak dan keagamaan 45 46
Muhamin, dkk, op.cit, hlm. 145-146. Ibid., hlm. 147-149.
36 oleh karena itu pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran agama yang ada disekolah tentunya mempunyai peranan yang penting dalam membentuk sikap dan sifat anak didik sehingga dalam pembelajarannya diperlukan pengelolaan kelas yang baik diantaranya meliputi metode dan materi yang telah tersusun untuk mencapai tujuan
pembelajaran
yang
diinginkan.
Maka
diperlukan
langkah-langkah
pengelolaan kelas dalam pembelajaran PAI sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar 2. Mengidentifikasi masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajar mengajar. 3. Menguasai berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan. 4. Menguasai strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat preventif untuk menciptakan iklim belajar yang optimal.