KETERAMPILAN BERPIKIR REFLEKTIF GURU MATEMATIKA DALAM PRAKTIK LESSON STUDY
Subanji Jurusan Matematika Universitas Negeri Malang
[email protected] Abstrak: Kegiatan lesson study memiliki tiga tahapan, yakni PLAN - perencanaan, DO - praktik pembelajaran (DO), dan SEE - observasi dan refleksi. Kegiatan refleksi sangat penting dalam aktivitas lesson study, karena sangat menentukan langkah perbaikan berikutnya. Kegiatan refleksi membutuhkan keterampilan berpikir reflektif. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan keterampilan berpikir reflektif guru matematika dalam praktik lesson study. Pengumpulan data dilakukan bersamaan dengan kegiatan ongoing - Teachers Quality Improvement Program (TEQIP) yang melibatkan 12 guru Sekolah Dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) keterampilan berpikir reflektif guru berkembang seiring dengan praktik lesson study, (2) berpikir reflektif membantu guru dalam mengembangkan pembelajaran, dan (3) kegiatan refleksi secara kolaboratif dapat meningkatkan keterampilan berpikir reflektif guru. Kata Kunci: keterampilan berpikir reflektif, lesson study
Salah satu komponen utama untuk mempercepat peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas guru. Guru secara langsung berinteraksi dengan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga pengaruh guru terhadap perkembangan siswa dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sangat besar. Begitupula guru sangat menentukan dalam membentuk pola pikir siswa dalam proses belajar, membentuk karakter siswa dalam bertindak, dan menginspirasi siswa dalam mengembangkan diri. Betapa pentingnya peran guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan, maka peningkatan kualitas guru harus senantiasa dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu program peningkatan kualitas guru adalah Teachers Quality Improvement Program (TEQIP) yang memiliki dua komponen pengembangan, yakni pembelajaran bermakna dan lesson study. Menurut
Subanji (2013), pembelajaran bermakna merupakan suatu proses sistematis dan terencana yang dirancang oleh guru untuk membelajarkan siswa sehingga terjadi konstruksi pengetahuan melalui pengaitan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama dan siswa mampu: memahami materi lebih dari sekedar tahu; menjawab apa, mengapa, dan bagaimana; menginternalisasi pengetahuan ke dalam diri sedemikian hingga membentuk perilaku; dan mengolah perilaku menjadi karakter diri. Untuk mempercepat perwujudan pembelajaran bermakna, guru perlu difasilitasi untuk berkolaborasi dalam merencanakan (PLAN), melaksanakan (DO), dan merefleksikan (SEE) pembelajaran yang dikenal dengan lesson study. Hal penting dan menarik untuk dikaji dalam pelaksanaan lesson study adalah proses refleksi pembelajaran. Proses refleksi sangat menentukan perbaikan pembelajaran selanjutnya.
1
2, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
Semakin detail dalam proses refleksi, maka memiliki peluang lebih besar untuk memperoleh masukan dalam merancang perbaikan pembelajaran berikutnya. Sebaliknya proses refleksi “yang hanya sekedarnya”, tidak akan mampu berdampak pada proses perbaikan pembeajaran. Agar bisa melakukan proses refleksi yang berkualitas, perlu memiliki kemampuan berpikir reflektif. Kajian terkait dengan berpikir reflektif sudah banyak dilakukan (Gurol, 2011; Choy & Cheah, 2009; Rudd, 2007). Gurol (2011) menyatakan bahwa berpikir reflektif merupakan proses kegiatan terarah dan tepat dimana seseorang menyadari untuk dapat: menganalisis, mengevaluasi, memotivasi, dan mendapatkan makna yang mendalam. Dalam kegiatan refleksi pembelajaran di lesson study, guru dituntut untuk menganalisis dan mengevaluasi proses pembelajaran yang sudah dilakukan sekaligus mengambil makna “positif” nya supaya bisa dijadikan bahan perbaikan bersama antar guru. Pada akhirnya proses refleksi dapat memotivasi guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bermakna dan memecahkan masalah yang terjadi dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Sezer (dalam Chee & Pao, 2012) yang menyatakan bahwa berpikir reflektif sebagai suatu kesadaran tentang informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah. Choy & Cheah (2009) dan Rudd (2007) menekankan bahwa berpikir reflektif dapat berkembang secara maksimal jika prosesnya dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari. Dalam kegiatan lesson study di TEQIP, proses refleksi dilakukan berdasarkan kenyataan pembelajaran yang dialami, diamati, dan dirasakan secara langsung dari suatu praktik pembelajaran. Karena itu proses refleksi tidak hanya didasarkan pada teori tetapi lebih menekankan pada fakta yang ditemui sebagai suatu masalah atau suatu “pelajaran berharga” dalam praktik
pembelajaran. Proses refleksi dilakukan secara terus menerus dalam praktik lesson study, dengan demikian proses refleksi tersebut dapat mengasah kemampuan berpikir reflektif dari peserta lesson study. Lebih jauh, Lee (2005) mengidentifikasi komponen-komponen yang ada dalam berpikir reflektif, yakni: recall, rationalization, dan reflectivity. Dalam aktivitas recall, seseorang mendeskripsikan apa yang dialaminya, menafsirkan situasi berdasarkan pengalamannya, dan berupaya meniru cara-cara yang diamatinya. Kegiatan refleksi dalam praktik lesson study diawali dari mengamati pembelajaran dan mendeskripsikan proses pembelajaran, sampai membandingkan apa yang terjadi dengan apa yang diharapkan dalam proses perencanaan. Aktivitas rationalization dilakukan dalam bentuk menghubungkan pengalaman dengan praktik pembelajaran yang dihadapi, menginterpretasi situasi berdasarkan hal-hal yang masuk akal (rasional), dan menggeneralisasi hasil pengamatan berdasarkan hasil pengolahan data dengan penalaran yang rasional. Dalam kegiatan lesson study, guru melakukan pengamatan sekaligus membandingkannya dengan praktik pembelajaran yang dianggap paling ideal dan pengalaman menarik yang pernah dilakukannya, sehingga dapat digunakan untuk menggeneraliasi kesimpulan atas dasar kesesuaian atau ketidaksesuaian pembelajaran dengan yang diharapkan. Aktivitas reflectivity dilakukan dalam bentuk menelusuri apa yang sudah dilakukan, membandingkan praktik pembelajaran yang diamati dengan pengalaman yang dimiliki dan kondisi ideal yang diharapkan, dan menganalisis situasi yang dihadapi dalam berbagai perspektif. Dalam kegiatan lesson study, guru melakukan observasi dengan menangkap semua kondisi nyata dari praktik pembelajaran. Guru juga menganalisis kondisi pembelajaran ter-
Subanji, Keterampilan Berpikir Reflektif Guru Matematika, 3
utama berkaitan proses belajar siswa termasuk interaksi antar siswa dan interaksi guru-siswa. Dari kondisi nyata yang terjadi dijadikan bahan untuk menganalisis keberhasilan-keberhasilan dan kelemahan-kelemahan yang terjadi untuk bahan perbaikan praktik pembelajaran berikutnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam kegiatan real teaching Training of Trainers (TOT), ongoing pasca kegiatan TOT dan pasca kegiatan diseminasi pelatihan guru TEQIP. Peneliti berpartisipasi langsung dalam proses observasi pembelajaran di kelas bersama dengan para trainers dan pengawas. Karena itu metode pengambilan data yang dilakukan adalah observasi partisipatif. Subjek penelitian ini adalah 12 guru sekolah dasar yang mengikuti kegiatan TEQIP 2015 yang tersebar dalam enam kabupaten di lima provinsi (Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua Barat). Adapun sebaran subjek disajikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Sebaran Subjek Kab/Kota Subjek Kotawaringin 2 Timur Fak-fak 2 Agam Padangpariaman Maluku Tenggara Kendari Jumlah
2 2 2
Waktu kegiatan Real teaching TOT 1 Real teaching TOT 2 Pasca TOT 1 Pasca TOT 1 Pasca TOT 2
2 Pasca Diseminasi 12 subjek penelitian
Data yang diperoleh dari 12 subjek penelitian tersebut berupa dokumen hasil observasi dan rekaman hasil refleksi. Selanjutnya data dianalisis dan dipaparkan secara kualitatif berdasarkan komponen berpikir reflektif dari Lee (2005), yaitu recall, rationalization, dan reflectivity. Selanjutnya data yang dipaparkan di recall
adalah data yang diperoleh di praktik pembelajaran di daerah (tidak termasuk real teaching). Data yang dipaparkan di rationalization adalah kasus satu praktik pembelajaran dengan alasan supaya bisa mendeskripsikan secara mendalam. Sedangkan aktivitas yang dideskripsikan di reflectivity adalah enam praktik refleksi yang dilakukan secara kolaboratif dalam kegiatan lesson study. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keterampilan berpikir reflektif didasarkan pada komponen-komponen yang diungkapkan oleh Lee (2005) yang terdiri dari recall, rationalization, dan reflectivity. Recall dideskripsikan berdasarkan kegiatan perencanaan pembelajaran yang dilakukan. Rationalization dideskripsikan berdasarkan proses observasi dan hasil yang ditangkap dalam observasi. Reflectivity dideskripsikan berdasarkan pada kegiatan refleksi pasca pembelajaran. Aktivitas Recall Dalam merencanakan pembelajaran 12 orang subjek bekerja secara kolaboratif menghasilkan 6 rencana pembelajaran. Dalam merancang pembelajaran subjek memanfaatkan pengalamannya (recall) untuk menyusun rencana pembelajaran yang ideal. Dengan mengungkap kembali pengalaman yang dimiliki subjek mencoba membuat inovasi praktik pembelajaran. Rencana pembelajaran yang dihasilkan oleh 12 subjek dalam 6 kelompok memiliki karakteristik yang sama (meskipun materinya berbeda), yakni menekankan pembelajaran bermakna, menyajikan pembelajaran yang menyenangkan, dan memanfaatkan media pembelajaran. Dalam proses merancang pembelajaran bermakna, subjek mengingat kembali praktik pembelajaran yang sudah dilakukan dan mengelompokkan berdasarkan praktik yang sudah ber-
4, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
makna dan praktik yang belum bermakna sehingga bisa menyusun rencana pembelajaran yang bermakna. Subjek juga memikirkan kembali pengalaman yang sudah dimiliki (recall) untuk menyusun aktivitas
yang menyenangkan bagi siswa dan media yang sesuai untuk materi yang akan diajarkan. Aktivitas recall dalam merencanakan pembelajaran dirangkum dalam Tabel 2 berikut.
Tabe1 2. Ringkasan Kegiatan Recall Subjek Penelitian Subjek Materi Pendekatan/ Pembelajaran Model/Metode Bermakna S1 Pengukuran Pendekatan Mengaitkan waktu dan Realistics konsep waktu sudut Mathematics dan sudut dengan Education kehidupan siswa, (RME) mengajak siswa untuk praktik memahami waktu dan sudut S2 Penulisan Kooperatif Mengaitkan notasi waktu STAD penulisan waktu 24 jam notasi 24 jam dengan arloji yang dimiliki oleh siswa dan jam dinding yang ada di sekolah
Pembelajaran menyenangkan Mengajak siswa belajar waktu dan sudut dengan mengawali bernyanyi lagu “sudut”
Mengajak siswa belajar waktu dengan menyaji lagu “bangun tidur” dan mengajak siswa mengidentifikasi penanda waktu di lingkungan
S3
Operasi bilangan dan hukum komutatif
Inquiry dan Kooperatif
Mengaitkan sifat komutatif penjumlahan dan perkalian dengan praktik penjumlahan dan perkalian beserta urutannya
Mengajak siswa memodelkan perkalian dengan praktik di depan kelas dan praktik di kelompok
S4
Mengukur sudut dengan satuan tidak baku
Demonstrasi dan kooperatif STAD
Mengaitkan konstruksi pengukuran sudut dengan satuan tidak baku.
Mengajak siswa mendemonstrasikan pengukuran sudut dengan satuan tidak baku
Aktivitas Rationalization Dalam praktik pembelajaran dilakukan observasi proses belajar siswa. Dalam hal ini, subjek melakukan observasi keterlaksanaan rencana pembelajaran yang disusun dengan praktik yang dilakukan. Subjek melakukan penalaran yang menghubungkan antara perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan menganalisis
Pemanfaatan Media Memanfaatkan media “model sudut satuan” untuk membentuk konsep sudut dan menentukan besar sudut Memanfaatkan media “model jam dinding dan jam digital” dan lembar kerja siswa untuk mempraktikkan penulisan notasi waktu Memanfaatkan media kartu bilangan dan lembar kerja siswa untuk menemukan sifat komutatif penjumlahan dan perkalian Memanfaatkan media sudut satuan dan “model” busur untuk mengukur sudut
komponen-komponen rencana pembelajaran mana saja yang belum sesuai dengan yang diharapkan dan komponen-komponen pembelajaran mana saja yang sudah sesuai dengan harapan. Salah satu praktik pembelajaran yang dideskripsikan adalah praktik pembelajaran oleh Subjek dari Padang Pariaman. Kegiatan pendahuluan dilakukan oleh subjek dengan mengajak siswa
Subanji, Keterampilan Berpikir Reflektif Guru Matematika, 5
bernyanyi lagu sudut dengan iramanya mengikuti lagu “menanam jagung”. Teks lagu “mengukur sudut” dibuat oleh subjek seperti berikut.
Ayo Kawan Kita Bersama Mengukur Sudut Di Kelas Kita Ambil Busurmu Ukur Sudutnya Kita Mengukur Bersama-Sama Ayo-Ayo Ukur Sudutnya Ukur Yang Tepat Pasti Akurat Dengan menyanyikan lagu “mengukur sudut” siswa menjadi bersemangat untuk belajar. Dalam hal ini siswa terlihat antusias dan bersemangat untuk belajar. Kegiatan inti dilakukan dengan mengawali sebuah cerita tentang Rafi dengan tujuan menanamkan karakter rajin belajar, disiplin, bertanggungjawab, dan rajin beribadah supaya menjadi anak pintar. Rafi adalah seorang siswa kelas V, dia dikenal sebagai seorang siswa yang pintar, rajin, dan disiplin waktu. Setiap hari bangun pagi pukul 05.00 langsung ke kamar mandi untuk berwudhu dan sholat subuh. Sebelum mandi Rafi member-sihkan tempat tidur dan kamarnya sendiri terlebih dahulu. Karena rumahnya cukup jauh, Rafi berangkat ke sekolah pukul 06.15. Rafi pulang sekolah pada pukul 13.00. Setelah pulang sekolah, Rafi segera sholat dhuhur dan belajar sebentar
Cerita tentang Rafi juga dimaksudkan untuk menyambungkan materi “mengukur sudut” dengan jarum jam yang menunjukkan waktu, karena itu subjek (dalam hal ini guru model) melanjutkan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. G: Anak-anak, menurut kamu, Rafi itu anak yang baik apa tidak?
S: Anak baik Bu (jawaban serentak) G: kenapa? S: karena dia rajin belajar, suka membantu orang tua bersihkan tempat tidur, rajin sholat G: siapa yang mau seperti Rafi S: saya bu (siswa menjawab serentak) Dialog tersebut menunjukkan bahwa siswa bisa menilai karakter yang baik dan harapannya guru mau mencontoh perilaku Rafi. Untuk menyambungkan dengan materi yang akan diberikan, guru melanjutkan dialog dengan siswa. G: Rafi setaip hari bangun pukul 05.00, ayo siapa yang bisa menunjukkan posisi jarum jam pada pukul 05.00? S: saya bu (seorang siswa maju menunjukkan jarum jam pendek di angka 5 dan jarum panjang di angka 12) G: bagus, tepuk tangan untuk kawanmu yang sudah sukses menjawab pertanyaan bu guru. Guru melanjutkan kegiatan dengan meminta siswa untuk menunjukkan posisi jarum jam pada pukul 06.15 dan pukul 13.00. Siswa nampaknya sudah bisa menunjukkan posisi jarum jam dengan baik, sehingga kegiatan dilanjutkan dengan menginformasikan bahwa siswa akan diajak belajar mengukur sudut. Selanjutnya guru membagikan lembar kerja siswa (LKS 1) dan media pembelajaran. Awalnya siswa mencoba membuat jam di lingkaran yang diberi oleh guru. Siswa mencoba-coba memanfaatkan media yang diberi oleh guru dengan menjadikannya sebagai jarum jam panjang dan jarum jam pendek. Kegiatan yang dilakukan oleh siswa ini belum sesuai dengan yang dikehendaki oleh guru.
6, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
Kegiatan dilanjutkan dengan menggambar sudut pada permukaan jam. Siswa mampu menggambarkan jarum jam pada lingkaran yang disediakan oleh guru. Berikut salah satu contoh hasil kerja siswa dalam menggambar jam. Gambar 1: Aktivitas Kerja Kelompok Siswa
Guru berkeliling dan menemukan kesalahan siswa dalam memahami maksud dari LKS yang diberikan. Dalam hal ini siswa memperhatikannya dan akhirnya siswa memahami bahwa yang diinginkan adalah menentukan banyaknya satuan dari suatu sudut. Guru melakukan pembimbingan kepada siswa dengan melakukan dialog sebagai berikut. G: ini sudut satuan (guru memegang sudut satuan), coba ukur sudut yang kamu buat dengan sudut satuan ini, ada berapa sudut satuan yang dapat menutup sudutmu? S: ada dua bu G: ya betul. Kalau bu guru ingin menutup sudut siku-siku ini perlu berapa sudut satuan S: perlu tiga sudut satuan bu G: baik. Lanjutkan lagi ya Dengan bimbingan guru tersebut, siswa bisa melanjutkan mengerjakan LKS 1 dan menghasilkan jawaban sebagai berikut.
Gambar 2: Aktivitas Diskusi Kelompok Siswa
Gambar 3: Hasil Pekerjaan Siswa
Setelah selesai mengerjakan lembar kegiatan siswa, dilanjutkan dengan memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil kerjanya di depan kelas. Siswa nampak berebut untuk menunjukkan hasil kerjanya di depan kelas. Dalam hal ini guru ikut menegaskan hasil kerja siswa kepada semua siswa di dalam kelas. Berikut proses menyajikan hasil kerja siswa salah satu kelompok. Guru mengadakan dialog terhadap jawaban siswa ini. G: bagaimana dengan jawaban kelompok 2? Apakah menurut kalian sudah benar? S: sudah benar bu (jawaban siswa secara serentak).
Gambar 4: Aktivitas Presetasi Siswa di Depan Kelas
Subanji, Keterampilan Berpikir Reflektif Guru Matematika, 7
Kegiatan dilanjutkan dengan mengukur sudut pada bangun datar. Guru menyediakan LKS 3 yang berisi bangun datar persegi panjang dan segitiga. Dalam LKS, siswa menentukan besar sudut dari persegi panjang dan siswa menyimpulkan bahwa persegi panjang memiliki sudut 90 derajat. Guru menekankan bahwa persegi panjang memiliki ciri sudut-sudutnya 90 derajat. Kegiatan berlanjut dengan mengukur sudut segitiga sama kaki dan sama sisi. Kegiatan berlangsung secara baik dan siswa aktif menentukan ukuran sudut segitiga sama kaki dan sama sisi. Aktifitas Reflectivity Kegiatan refleksi dilakukan setelah praktik pembelajaran dan dilakukan secara bersama-sama antara guru model, trainer, pengawas, dan peneliti. Masing-masing observer termasuk peneliti mengungkapkan hasil pengamatannya dengan mengaitkan antara perencanaan dan praktik pembelajaran terutama aktifitas belajar siswa. Dari dua belas subjek penelitian, semua bisa melakukan proses refleksi dengan. Mereka mampu mengungkapkan fakta yang terjadi dalam proses pembelajaran dan membandingkannya dengan kondisi ideal yang diharapkan terjadi. Sebagai contoh subjek mengungkapkan fakta bahwa pada awal pembelajaran (ketika siswa diberi media sudut satuan) ditemukan bahwa siswa salah menginterpretasi. Guru menghendaki agar media yang dibagikan sebagai media sudut satuan tetapi yang dipikirkan siswa justru sebagai jarum jam, sehingga dalam menyelesaikan LKS siswa mengalami kesalahan. Menurut subjek, kesalahan tersebut terjadi karena adanya kesalahan sambungan antara informasi dari yang baru diberikan terkait dengan cerita
Rafi dan LKS yang sedang dihadapi. Kesalahan tersebut tidak berlangsung lama, karena kesigapan guru dalam menangkap dan mengatasi kesalahan yang dialami oleh siswa. Guru segera membantu mengarahkan siswa yang mengalami kesalahan. Ini menunjukkan ada hikmah yang bisa diambil bahwa informasi yang diberikan oleh guru kepada siswa belum tentu diinterpretasi oleh siswa sesuai dengan kehendak guru. Ketajaman subjek dalam menganalisis dan memanfaatkan hasil pengamatan menunjukkan adanya keterampilan berpikir reflektif. Ketajaman berpikir reflektif ini berkembang di 12 orang subjek penelitian seiring dengan praktik lesson study. Karena itu proses refleksi dalam kegiatan lesson study ini dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan keterampilan berpikir reflektif dan mengembangkan profesional guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini terjadi karena dalam proses kegiatan lesson study guru saling merefleksi dan saling belajar untuk memperbaiki praktik pembelajaran. SIMPULAN Keterampilan berpikir reflektif guru berkembang seiring praktik lesson study mulai dari aktifitas perencanaan pembelajaran, praktik pembelajaran, dan refleksi pembelajaran. Keterampilan berpikir reflektif guru dapat membantu dalam mengembangkan pembelajaran bermakna, kreatif, dan menyenangkan melalui proses refleksi pasca praktik pembelajaran. Kegiatan refleksi secara kolaboratif dapat meningkatkan keterampilan berpikir reflektif guru. Hal ini terjadi karena guru saling belajar dan saling membantu untuk berinovasi dalam mengembangkan pembelajaran.
8, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
DAFTAR RUJUKAN Chee., dan Pou. 2012. Reflective Thinking And Teaching Practices: A Precursor For Incorporating Critical Thinking Into The Classroom?. International Journal of Instruction. Vol 5. No 1. (e-ISSN: 1308-1470). Choy & Cheah, (2009). Teacher Perceptions of Critical Thinking Among Students and its Influence on Higher Education. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education, 20(2), 196-2 Gurol. A. 2011. Determining the reflective thinking skills of pre-service teachers in learning and teaching process. Energy Education Science and
Technology Part B: Social and Educational Studies 2011 Volume (issue) 3(3): 387-402. Lee, J.H, 2005. Understanding and assessing preservice teachers’ reflective thinking. Teaching and Teacher Education 21 (2005) 699–715 Rudd, R. D. (2007). Defining Critical Thinking. Techniques, 82(7), 46-49 Subanji, 2013. Revitalisasi Pembelajaran Bermakna dan Penerapannya dalam Pembelajaran Matematika Sekolah. Makalah disajikan di Seminar Nasional TEQIP 9 November 2013 di Universitas Negeri Malang.