teori tes
pengantar • Menyajikan kerangka umum untuk menjelaskan kaitan antara variabel-variabel yang teramati dlm praktek pengetesan (skor tes dan skor item), dengan variabel yang tidak teramati (true score/skor murni dan skor abilitas/skor atribut) • Secara spesifik, masalah utama dalam pengukuran psikologis yang harus ditangani oleh teori tes adalah eror pengukuran
• Sebuah teori tes seharusnya mampu menjelaskan peran/kontribusi eror pengukuran dalam: 1. Mengestimasikan abilitas subjek dan cara meminimalkan peran eror tsb, 2. Mempengaruhi korelasi antar variabel, dan 3. Mempengaruhi skor murni dan skor abilitas
• Teori tes lazim dijabarkan ke dalam sebuah model tes, yang menjelaskan secara lebih rinci hubungan antar konsep-konsep teoritis yang disajikan dalam teori tes dilengkapi dengan asumsi-asumsi berkaitan dengan aneka konsepnya sendiri maupun saling hubungan antar konsep tsb
• Ketepatan model tes dapat dibuktikan secara empirik berdasarkan data • Setiap model tes tidak akan pernah mencerminkan keadaan data secara sempurna, sehingga bicara model bukanlah masalah benar atau salah • Melainkan sejauhmana model tersebut fits/cocok dengan data sehingga memberikan pedoman yang benar dalam keseluruhan proses pengukuran
teori tes klasik • Dirintis sejak awal abad 20 (1904) oleh Charles Spearman • Bentuk paling sederhana dari true score theory • Menawarkan model tes yang longgar, dalam arti asumsi-asumsinya mudah dipenuhi oleh data tes • Menjelaskan SKOR TES dengan mengajukan 3 konsep: • Test score/observed score atau skor tampak (X); • True score atau skor murni (T); dan • Error score atau skor kesalahan (E)
• Berdasar 3 konsep, dibuat model: MODEL TES KLASIK
Model tes klasik (classical test models) • Model linear sederhana yang mempostulasikan bahwa skor tampak (X) yang diperoleh oleh subjek dalam sebuah tes dapat diuraikan ke dalam 2 latent variables (variabel yang tidak teramati), yaitu: skor murni (T) dan skor kesalahan (E) • Sehingga dapat dinyatakan dalam rumus sederhana:
X=T+E • Formulasi ini tidak terselesaikan karena hanya X yang diketahui, sedangkan T dan E tidak diketahui • Agar formula tsb bisa diselesaikan, model tes klasik mengajukan beberapa asumsi
Asumsi tes klasik 1. X = T+E • Skor yang diperoleh subjek dalam suatu tes merupakan hasil penjumlahan dari 2 komponen: skor murni (T) yang bersifat konstan dan skor kesalahan (E) yang bersifat random yang bervariasi dalam berbagai peristiwa administrasi tes, sehingga X pun bervariasi
komponen skor
• X: skor yang diperoleh dari pengukuran, masih mengandung komponen: • T: True score, menggambarkan yang sesungguhnya pada subjek (tidak diketahui) • E: error pengukuran (tidak diketahui)
error pengukuran • Error sistematis, kesalahan yang cenderung tetap. Bisa dihilangkan • Error acak, kesalahan yang bersifat acak, tidak menentu. Tidak bisa dihilangkan.
Sumber error acak • Alat ukur, aitemnya ada yang menguntungkan dan yang merugikan • Kondisi pengukuran yang dapat mempengaruhi hasil ukur • Tester, subjektivitas
2. ε (X) = T • Nilai yang diharapkan dari skor tampak X adalah skor murni T • Skor murni T adalah mean dari distribusi teoretis skor-skor tampak X yang diperoleh jika subjek di tes secara berulang sebanyak tak berhingga dengan tes yang sama dan antara satu pengetesan dengan pengetesan yang lain saling independen
3. ρET = 0 • Skor kesalahan E dan skor murni T yang dicapai oleh suatu populasi subjek dalam pengetesan tidak saling berkorelasi • Subjek yg mendapat skor T tinggi dalam tes tidak secara sistematis mendapat skor E lebih besar/positif atau lebih kecil/negatif dibanding subjek lain yang mendapat skor T lebih rendah dengan tes yang sama
4. ρE1E2 = 0 • eror pengukuran pada 2 tes yang mengukur hal/atribut yang sama tidak berkorelasi satu sama lain • Subjek yang mendapat eror positif pada tes 1, dia tidak memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapat eror positif atau negatif pada tes 2
5. ρE1T2 = 0 • Bila ada 2 tes mengukur hal/atribut yang sama, maka eror pada tes yang satu tidak berkorelasi dengan skor murni pada tes kedua • Eror yang diperoleh subjek pada tes 1 tidak berkorelasi dengan skor murni yang diperoleh subjek pada tes 2
6. Tes-tes yang paralel, • Bila 2 tes menghasilkan skor tampak X dan X’ dan skor tsb memenuhi asumsi 1 – asumsi 5, dan bila untuk semua populasi subjek, skor murni T = T’ sedangkan varians eror σE2 = σE’2 ,maka 2 tes tersebut adalah tes yang paralel • Implikasi: 2 tes paralel akan menghasilkan: • MX ≈ MX’ • σX2 ≈ σX’2 • rXY ≈ rX’Y
7. Tes-tes dengan τ yang secara esensial ekuivalen • Jika 2 tes menghasilkan skor tampak X1 dan X2 dan skor tsb memenuhi asumsi 1 – asumsi 5, dan untuk semua populasi subjek T1 = T2+ C, dimana C adalah suatu konstanta, maka tes-tes tersebut essentially τ equivalent tests