BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Gambaran Umum Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pamona Utara yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman no 21 Tentena, Kecamatan Pamona Puselemba, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A1 yang terdiri dari 21 siswa dan kelas VIII A2 yang terdiri dari 21 siswa. Kelas VIII A1 terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan, untuk kelas VIII A2 terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Kelas VIII A1 sebagai kelas kontrol dimana pembelajaran berlangsung dengan metode konvensional, sedangkan kelas VIII A2 sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang diberi perlakuan dengan metode PBL.
B.
Deskripsi Data Awal Penelitian yang dilakukan pada bulan Januari 2014, yang dimulai dengan memberikan tes awal (pretest) untuk mengetahui kondisi awal kedua kelas. Perhitungan untuk mengetahui uji independen t test dan uji prasayarat (uji normalitas dan uji homogenitas) dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 16.0. Deskripsi hasil belajar matematika digunakan untuk melihat hasil belajar sehingga diperoleh gambaran mengenai keadaan kedua kelas. Adapun siswa di kelas kontrol berjumlah 21 siswa dan kelas eksperimen berjumlah 21 siswa. Hasil analisis deskripsi data tes awal dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal Kelas prestest
N
Mean
Std. Deviation Std. Error Mean
Kontrol
21
71,43
10,188
2,223
Ekperimen
21
74,70
11,605
2,532
Berdasarkan Tabel 18 terlihat bahwa hasil rata-rata kedua kelas adalah 71,43 pada kelas kontrol dan pada kelas eksperimen sebesar 74,70. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki rata-rata yang sama sehingga kemampuan kedua kelas sama.
36
37 1.
Uji Normalitas Cara untuk mengetahui apakah hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikan > 0,05. Uji ini menggunakan uji Shapiro-Wilk. hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Nomalitas Data Tes Awal Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
Pretest_Kelas_Kontrol VIII A1
0,935
21
0,173
Pretest_Kelas_Eksperimen VIII A2
0,974
21
0,810
Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat hasil uji Shapiro-Wilk bahwa nilai signifikansi dari kelas eksperimen sebesar 0,810 dan nilai signifikansi kelas kontrol sebesar 0,173. Nilai signifikan kelas kontrol dan kelas eksperimen > 0,05. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2.
Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Uji homogenitas menggunakan uji Levene dengan kriteria nilai signifikansi > 0.05 , Rincian hasilnya disajikan dalam Tabel 20. Tabel 20 Hasil Analisis Uji Homogenitas Skor Data Tes Awal Levene Statistic 0,002
df1
df2 1
Sig. 40
0,968
Pada Tabel 20, dapat dilihat bahawa uji homogenitas varians, diperoleh nilai probabilitas 0,968 > 0,05 sehingga varians data dinyatakan homogen.
38 3.
Uji Banding Dua Sampel Analisis uji banding dua sampel dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai atau hasil belajar pada kedua kelas. Data dari kedua kelas dikatakan memiliki rataan yang sama jika nilai signifikan > 0,05, sedangkan data dari kedua kelas dikatakan memiliki rataan yang berbeda jika nilai signifikan < 0,05. Hasil olah data uji banding dua sampel dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Hasil Analisis Uji t Data Tes Awal
Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig.
95% Confidence Interval of the Difference
T Df Sig. (2tailed) Mean Difference Std. Error Difference Lower Upper
Prestest Equal Equal variances variances assumed not assumed 0,068 0,795 -0,972 40 0,337
-0,972 39,340 0,337
-3,274
-3,274
3,370
3,370
-10,084
-10,088
3,537
3,540
Berdasarkan Tabel 21 skor koefisien t sebesar -0,972 dengan nilai signifikansi sebesar 0,337 yang berarti lebih besar dari 0,05 (0,337 > 0,05). Berdasarkan pada nilai signifikansi/probabilitas yaitu jika signifikansi > 0,05, dapat disimpulkan bahwa rataan kedua kelas adalah sama, maka kedua kelas mempunyai kondisi yang sama. Oleh karena itu kelas kontrol diberi perlakuan secara konvensional dan kelas eksperimen diberi perlakuan dengan metode PBL.
39 C.
Analisis Data a. Hasil Belajar Matematika (Posttest) Variabel penelitian ini adalah pembelajaran matematika yang menggunakan metode PBL dengan memanfaatkan hasil belajar Matematika. Subjek penelitian terdiri dari kelas kontrol sebagai pembanding, dan kelas eksperimen yang menggunakan metode PBL. Hasil penelitian ini memperlihatkan skor hasil belajar atau posttest dari kelas kontrol dan kelas eksperimen yang didistribusikan sesuai dengan interval perolehan skor minimum ke skor maksimum dengan Tabel 22 sebagai berikut : Tabel 22 Skor Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Eksperimen N Posttest Kelas Eksperimen & Kontrol
Valid N (listwise)
Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
42
53
100
75,52
12,250
42
1
2
1,50
0,506
42
Hasil posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat didefinisikan dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 16.0 yang dapat dilihat pada Tabel 23 sebagai berikut : Tabel 23 Deskripsi Data Tes Akhir Kelas Posttest
N
Mean
Std. Deviation Std. Error Mean
Kontrol
21
76,00
10,271
2,241
Eksperimen
21
79,29
9,451
2,062
Berdasarkan Tabel 23 terlihat bahwa kelas eksperimen berjumlah 21 siswa. Nilai tertinggi pada kelas eksperimen adalah adalah 100 dan nilai terendah adalah 60. Rata-rata kelas adalah 79,29 dan standar deviasinya 9,451. Kelas kontrol berjumlah 21 siswa, dengan nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 60. Rata-rata kelas kontrol adalah 76,00 dan standar
40 deviasinya 10,271. Hasil belajar kelas kontrol dan eksperimen kemudian dikategorikan menjadi tiga kategori dengan batas-batas sebagai berikut : Batas 1
Batas 2
= Mean + 0,5𝑆𝐷 = 75,52 + 0,5 x 12,250 = 81,645 dibulatkan menjadi 82 = Mean - 0,5𝑆𝐷 = 75,52 - 0,5 x 12,250 = 69,395 dibulatkan menjadi 69
Pengukuran hasil belajar matematika berdasarkan kategori menurut Sudijono (2012) terlihat pada Tabel 24. Tabel 24 Distribusi Data Tes Akhir Interval
Hasil Belajar
83 < 𝑥 ≤ 100
Tinggi
70 < 𝑥 ≤ 82
Sedang
57 ≤ 𝑥 ≤ 69
Rendah
Kelas Kontrol Eksperimen 4 7 19% 33% 7 9 33% 43% 10 5 48% 24%
Berdasarkan Tabel 24 rata-rata kelas eksperimen memiliki hasil belajar sedang, dengan jumlah 9 siswa dari 21 siswa atau 43%. Hasil belajar dengan kategori tinggi untuk kelas eksperimen 7 siswa dengan persentase 33% dan 5 siswa hasil belajarnya rendah dengan persentase 24%. Hasil belajar untuk kelas kontrol sebagian besar rendah, yaitu sebanyak 10 siswa dengan persentase 48%. Siswa yang memiliki hasil belajar sedang sebanyak 7 siswa dengan persentase 33% dan 4 siswa untuk hasil belajar tinggi dengan persentase 19%. 1. Uji Normalitas Cara untuk mengetahui apakah hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikan > 0,05. Uji ini menggunakan uji Shapiro-Wilk. hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel 25.
41 Tabel 25 Normalitas Data Tes Akhir Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
Posttest_Kelas_Kontrol VIII A1
0,942
21
0,244
Postest_Kelas_Eksperimen VIII A2
0,944
21
0,266
Berdasarkan Tabel 25 nilai signifikan kelas kontrol 0,244 dan kelas eksperimen 0,266. Nilai signifikasi kedua kelas > 0,05. Hal ini berarti populasi berasal dari distribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui data setara atau tidak. Uji homogenitas menggunakan uji Levene dengan kriteria nilai signifikansi > 0,05 yang artinya data berasal dari populasi yang mempunyai varian yang sama atau homogen. Rincian hasil dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26 Hasil Uji Homogenitas Tes Akhir Levene Statistic 0,019
df1
df2 1
Sig. 40
0,892
Dari Tabel 26 dapat dilihat bahwa berdasarkan uji Levene didapatkan nilai signifikansi 0,892 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data skor hasil belajar berasal dari populasi yang mempunyai varian yang sama atau homogen. Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas yang telah dilakukan terbukti bahwa data skor hasil belajar sebagai data yang terdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu untuk melihat perbedaan ratarata skor hasil belajar dapat menggunakan uji t independet sample test. 3. Uji Banding dua sampel Analisis uji banding dua sampel dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai atau hasil belajar pada kedua kelas. Data dari kedua kelas dikatakan memiliki rataan yang sama jika nilai signifikan > 0,05, sedangkan data dari kedua kelas dikatakan memiliki rataan yang berbeda jika nilai signifikan < 0,05. Hasil olah data uji banding dua sampel dapat dilihat pada Tabel 27.
42 Tabel 27 Hasil Analisis Uji t Tes Akhir
Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig.
95% Confidence Interval of the Difference
b.
T df Sig. (2tailed) Mean Difference Std. Error Difference Lower Upper
posttest Equal Equal variances variances assumed not assumed 0,019 0,892 -2,097 40 0,042
-2,097 39.984 0,042
-7,619
-7,619
3,633
3,633
-14,961
-14,961
-0,277
-0,277
Berdasarkan Tabel 27 skor koefisien t sebesar -2,097 dengan nilai signifikansi sebesar 0,042 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (0,042 < 0,05). Pegujian Hipotesis 1, dapat dilakukan berdasarkan nilai signifikansi yaitu jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima. Hasil uji independent samples t test Equal variances assumed tersebut, maka H1 diterima yang berarti bahwa ada pengaruh metode PBL terhadap hasil belajar kelas VIII SMP Negeri 1 Pamona Utara. Analisis Motivasi Belajar Matematika Hasil motivasi belajar matematika siswa dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Menurut Sudijono (2009), jika data dikategorikan menjadi tiga bagian, maka batas interval ditentukan dengan cara 𝑚𝑒𝑎𝑛 + 0,5𝑆𝐷 dan 𝑚𝑒𝑎𝑛 − 0,5𝑆𝐷. Hasil penelitian ini memperlihatkan skor motivasi belajar dari kelas kontrol dan kelas eksperimen yang didistribusikan sesuai dengan interval perolehan skor minimum ke skor maksimum dengan Tabel 28 sebagai berikut :
43
Tabel 28 Skor Motivasi Belajar Kelas Kontrol dan Eksperimen N Motivasi Belajar Kelas Eksperimen & Kontrol
Valid N (listwise)
Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
42
54
93
70,48
8,379
42
1
2
1,50
0,506
42
Berdasarkan data motivasi belajar dari kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh statistik deskriptif seperti yang ditunjukkan pada Tabel 29. Tabel 29 Deskripsi Motivasi Belajar Kondisi Akhir
B
Kelas Motivasi
N
Mean
Std. Deviation Std. Error Mean
Kontrol
21
67,43
8,908
1,944
Eksperimen
21
73,52
6,713
1,465
Berdasarkan Tabel 29 dapat terlihat bahwa dari 21 siswa pada kelas eksperimen mempunyai skor maksimal 93, skor minimal 65, standar deviasi 6,713 dan rata-rata skor 73,52. Sedangkan pada kelas kontrol yang berjumlah 21 siswa mempunyai skor maksimal 91, skor minimal 54, standar deviasi 8,908 dan rata-rata 67,43. Hasil belajar kelas kontrol dan eksperimen kemudian dikategorikan menjadi tiga kategori dengan batasbatas sebagai berikut : Batas 1
Batas 2
= Mean + 0,5𝑆𝐷 = 70,48 + 0,5 X 8,379 = 74,6695 dibulatkan menjadi 75 = Mean - 0,5𝑆𝐷 = 70,48 - 0,5 x 8,379 = 66,2905 dibulatkan menjadi 66
Frekuensi dan persentase hasil pengukuran variabel motivasi belajar berdasarkan kategori menurut Sudijono (2012) terlihat pada Tabel 30.
44 Tabel 30 Distribusi Motivasi Belajar Interval
Motivasi Belajar
76 < 𝑥 ≤ 93
Tinggi
67 < 𝑥 ≤ 75
Sedang
54 ≤ 𝑥 ≤ 66
Rendah
Kelas Kontrol 3 14,28% 7 33,33% 11 52,38%
Eksperimen 8 38,09% 11 52,38% 2 9,52%
Berdasarkan Tabel 30 rata-rata kelas kontrol memiliki hasil motivasi rendah, dengan jumlah 11 siswa dari 21 siswa atau 52,38%, 7 siswa atau 33,33% mempunyai motivasi belajar matematika sedang, dan 3 siswa atau 14,28% memiliki motivasi belajar matematika tinggi. Kelas eksperimen sebagian besar siswa memiliki motivasi belajar matematika tinggi yakni 11 siswa atau sebesar 52,38%, 8 siswa atau 38,09% mempunyai motivasi belajar tinggi sementara sisanya 2 siswa atau 9,52% memiliki motivasi belajar matematika rendah. 1. Uji Normalitas Cara untuk mengetahui apakah hasil motivasi belajar matematika dan kelas eksperimen berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikan > 0,05. Uji ini menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasil pengujian normalitas motivasi belajar matematika dilihat pada Tabel 31. Tabel 31 Normalitas Motivasi Belajar Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
Motivasi_Kelas_Kontrol VIII A1
0,953
21
0,395
Motivasi_Kelas_Eksperimen VIII A2
0,897
21
0,031
Berdasarkan Tabel 31 terlihat nilai signifikan pada kolom ShapiroWilk 0,031 untuk kelas eksperimen dan 0,395 untuk kelas kontrol, Signifikan kelas eksperimen < 0,05, untuk kelas kontrol variabel berdistribusi normal.
45 2. Uji homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui data setara atau tidak. Uji homogenitas menggunakan uji Levene dengan kriteria nilai signifikansi > 0,05 yang artinya data berasal dari populasi yang mempunyai varian yang sama atau homogen. Rincian hasilnya dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32 Hasil Uji Homogenitas Motivasi Belajar Levene Statistic
df1
1,060
df2 1
Sig. 40
0,309
Berdasarkan Tabel 32 dapat dilihat bahwa berdasarkan uji Levene didapatkan nilai signifikansi 0,309 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data skor hasil belajar berasal dari populasi yang mempunyai varian yang sama atau homogen. 3. Uji Banding dua sampel Uji analisis menggunakan statistik non parametrik karena data tidak normal. Data dari kedua kelas dikatakan memiliki rataan sama jika nilai signifikan > 0,05, sedangkan data dari kedua kelas dikatakan memiliki rataan yang berbeda jika nilai signifikan < 0,05. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33 Uji Banding Dua Sampel Motivasi Belajar Nilai Mann-Whitney U
118,500
Wilcoxon W
349,500
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: kelas
-2,569 0,010
46 D.
Pembahasan Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pamona Utara Sulawesi Tengah menunjukan adanya hasil belajar matematika siswa kelas VIII A1 sebagian besar rendah, yaitu sebanyak 10 siswa dengan persentase 48%. Siswa yang memiliki hasil belajar sedang sebanyak 7 siswa dengan persentase 33% dan 4 siswa untuk hasil belajar tinggi dengan persentase 19%. Sebagaian besar hasil belajar matematika siswa kelas VIII A2 memiliki hasil belajar sedang, yaitu sebanyak 9 siswa dari 21 siswa atau 43%, hasil belajar dengan kategori tinggi sebanyak 7 siswa dengan persentase 33% dan 5 siswa hasil belajarnya rendah dengan persentase 24%. Dari 21 siswa dari kelas VIII A1, 14 siswa atau 67% telah mencapai tingkat ketuntasan 7 siswa atau 33% belum mencapai tingkat ketuntasan, sedangkan pada kelas VIII A2 dari 21 siswa, 20 siswa atau 95% telah mencapai tingkat ketuntasan dan 1 siswa atau 5% belum mencapai tingkat ketuntasan. Hasil analisis data motivasi belajar matematika, dapat dilihat bahwa motivasi belajar matematika siswa rata-rata kelas VIII A1 memiliki hasil motivasi rendah 11 siswa atau 52,38%, 7 siswa atau 33,33% mempunyai motivasi belajar matematika sedang, dan 3 siswa atau 14,28% memiliki motivasi belajar matematika tinggi. Hasil ini berbeda dengan kelas VIII A2 dimana sebagian besar siswa memiliki motivasi belajar matematika tinggi yakni 11 siswa atau sebesar 52,38%, 8 siswa atau 38,09% mempunyai motivasi belajar tinggi sementara sisanya 2 siswa atau 9,52% memiliki motivasi belajar matematika rendah. Hasil belajar di kelas VIII A2 lebih baik, disebabkan penggunaan metode PBL. Proses pembelajaran yang otentik, dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inquiri, keterampilan dan percaya diri menjadikan siswa mampu memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang materi yang saling berkaitan sehingga dapat memahami konsep materi yang diajarkan. Setiap siswa aktif berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing, karena presentasi ditunjuk secara acak oleh guru. Siswa lebih berani berbicara di depan kelas karena dituntut untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Hal tersebut bagus untuk siswa karena siswa berani mengungkapkan pendapatnya sehingga tidak hanya diam saat tidak paham tentang materi yang diajarkan oleh guru. Pembelajaran dengan metode pembelajaran PBL mempermudah siswa untuk memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, melakukan pengecekan kembali akan hasil jawaban saat presentasi, sehingga siswa diharapkan lebih terbiasa berpikir teratur, terarah, utuh, dan sistematik. Hal ini sependapat
47 dengan teori Arend (Trianto, 2009) yang mengemukakan bahwa salah satu kelebihan metode PBL adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Dengan demikian, hasil belajar yang diperoleh dapat optimal. Berdasarkan observasi diketahui bahwa metode PBL mampu membuat siswa belajar mandiri ketika diberi latihan soal pada materi lingkaran. Hal ini didukung oleh Anonim (2008) yaitu melalui metode PBL, siswa memiliki keterlibatan penuh dalam proses belajar mengajar dimana guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada siswa. Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pamona Utara Sulawesi Tengah juga mengalami kesulitan ketika belajar tentang konsep materi lingkaran yang dikaitkan dengan kehidupan nyata sehingga menyebabkan motivasi belajar yang rendah. Menurut Saryantono (2013) PBL dapat mengatasi kesulitan siswa dalam belajar dengan menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks belajar bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan ketrampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan. Metode PBL juga mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam penyelesaikan soal. PBL juga mampu meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditandai dengan PBL menjadi metode pembelajaran yang cukup bagus bagi siswa dalam memahami materi pelajaran (Wijayanto 2009). Hal ini ditandai dengan kualitas proses pembelajaran oleh siswa dan kualitas kinerja guru (Rahmayanti, 2012). Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas maka diketahui temuantemuan dalam penelitian ini yaitu adanya perbedaan nilai rata-rata kelas yang tidak diberi perlakuan dan yang diberi perlakuan yaitu sebesar 6,09. Kelas kontrol dikategorikan rendah karena kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran belum maksimal dan belum sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga menyebabkan siswa malas belajar. Kelas eksperimen dikategorikan tinggi karena melalui metode PBL siswa mampu mengerjakan permasalahan melalui pengetahuan mereka sendiri, menantang siswa untuk berpikir serta memiliki kepercayaan diri dalam melakukan diskusi secara berkelompok. Motivasi belajar dan metode PBL juga memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pamona Utara Sulawesi Tengah pada materi lingkaran. Pembelajaran dengan metode PBL membantu siswa dalam mentransfer ilmu pengetahuan yang siswa miliki kedalam kehidupan sehari-hari dan konsep yang diajarkan sesuai dengan kebutuhan siswa. Penggunaan PBL di kelas dapat memupuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan latihan soal bersama siswa lainnya, meningkatkan aktivitas kegiatan belajar mengajar di kelas, mengembangkan kemampuan siswa untuk
48 berpikir kritis, realistik dengan kehidupan siswa dan membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan yang baru. Proses belajar mengajar dengan metode PBL mengakibatkan siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru, siswa menjadi lebih berani dalam bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami, siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar matematika, siswa selalu aktif dalam belajar di kelas serta siswa menjadi lebih senang belajar kembali tentang apa yang telah dipelajari sebelumnya. Timbulnya motivasi belajar pada siswa kelas VIII dikarenakan adanya dorongan dan keinginan untuk berhasil dalam belajar matematika. Motivasi yang dirasakan oleh siswa dipengaruhi oleh metode PBL karena metode ini baru pertama kali diaplikasikan di kelas VIII, SMP Negeri 1 Pamona Utara Sulawesi Tengah.